Bayangan Berdarah Jilid 13

JILID 13

Ong Kiam menyadari apabila ia bukan tandingan dari Sang Pat, kalau ia benar2 meninggalkan tempat itu sambil membawa serta obat pembunuhnya, maka sekalipun ia berniat untuk merebutpun percuma saja.

Karena itu terpaksa ia membungkam dan tidak berani banyak bergerak lagi.

Per-lahan-lahan Sang Pat menyingkap rambut Kiem Coa Lengcu, dari sana ditemuinya sebuah kotak hitam yang kecil tersembunyi diantara gulungan rambut, setelah kotak tadi dibuka maka terdapatlah lima butir pil berwarnia merah tawar.

Ong Kiam sudah tak dapat menahan sabar lagi ia segera angsurkan tangannya untuk minta beberapa butir pil tersebut, serunya cemas.

“Racun yang mengeram dalam tubuh kedua orang saudara kami sudah mulai bekerja, mereka tak bisa lama2 bertahan, harap Sang-heng suka membagikan dua butir pil buat saudara kami!”

“Kita jangan terlalu percaya terhadap ucapan mereka, buat apa kau merasa cemas pada suatu saat?”

Sinar matanya dialihkan ke atas wajah KIem Coa Lengcu, sambungnya.

“Benarkah pil ini? kau tidak salah ambil?”

“Pasti benar tak bakal salah lagi”

“Baik silahkan kau menelan sebutir untuk dicoba lebih dahulu!

Dengan sedikitpun tak gentar Kiem Coa Lengcu membuka mulutnya siap menanti.

Dari dalam kotak Sang Pat mengambil keluar sebutir pil merah itu, sesaat dilemparkan ke dalam mulut Kiem Coa Lengcu mendadak niatnya berubah, kepada Tu Kioe bisiknya

“Carikan seorang manusia hidup!”

Air muka Kiem Coa Lengcu kontan berubah hebat, buru-buru dia melengos.

Dari antara empat orang lelaki kekar, Tu Kioe memilih salah seorang diantaranya yang terluka agak ringan dan diseretnya kehadapan Sang Pat.

Sambil memandang ke arah Kiem Coa Leng tju, Sang Pat tertawa terbahak2.

“Hahaha …. kau punya lima biji obat pemunah, sekalipun kita buang sebutir rasanya masih cukup untuk kebutuhan kita bukan?”

Ia mengambil sebutir pil berwarna merah itu kemudian dimasukkan ke dalam mulut lelaki berbaju hitam tadi.

“Aaai …. habislah sudah!” diam2 bisik Kiem Coa Lengtju sambil menghela napas panjang.

Tampak lelaki yang terluka ringan itu menenangkan seluruh badannya sesudah gemetar keras ia menghembuskan napasnya yang terakhir.

“Aaaah….! obat beracun!” teriak si Racun Lima Bunga Ong Kiam sambil menggigit bibir

“Tidak salah obat beracun, kalau tadi kuikuti maksud Ong-heng maka yang mati saat ini bukan oran gini melainkan dua orang dari antara empat saudara!”

Dengan wajah jengah Ong Kiam menundukkan kepadanya rendah2.

“Pengetahuan Sang-heng amat luas siauwte merasa tidak mampu untuk melebihinya!”

Sang Pat tersenyum, sinar matanya per-lahan-lahan dialihkan ke atas wajah Kiem Coa Leng tju ujarnya.

“Dengarkan nasehatku lebih baik lenyapkan niatmu untuk bunuh diri, di dalam pandangku jangan harap ingin masukkan sebiji pasir ke dalam kelopak mataku”

“Lepaskan sepatu kulit kaki kiriku!” akhirnya Kiem Leng tju menyerah dan berbisik.

Tu Kioe menggerakkan senjata Pit besinya membabat robek sepatu kulit sebelah kiri dari Kiem Tjoa Leng tju, disana ia menyentak keluar sebuah botol porselen.

Sang Pat pungut botol kumala tadi dan membuka penutupnya isi botol hanya terdiri dari lima biji pil berwarna hitam.

“Obat ini tak bakal salah lagi bukan!” ujar Ong Kiam.

“Tak akan salah lagi!” Si sie poa emas mengeluarkan dua biji pil berwarna hitam itu dan diberikan kepada Ong Kiam.

Siauw Ling yang selam aini bersembunyi di balik jendela serta melihat jalannya peristiwa Bu lim dimana terlihatnya oba2 berwatak licik diam2 menjulurkan lidahnya.

“Tidak kusangka dalam soal kecerdikan serta siasat licik, aku Siauw Ling masih belum dapat menangkan mereka” pikirnya dihati.

Setelah menerima kedua butir pil tadi si Racun Lima Bunga berdiri termangu2 ia masih ragu2 atas kebenaran obat tadi.

Setelah termenung beberapa waktu akhirnya ia berkata

“Sang-heng! kalau kedua butir pil ini adalah obat racun! bukankah kita akan menanggung sesal sepanjang masa?”

“Hmm! kalau kau curiga lebih baik tak usah diberikan kepada saudara2mu!” dengus Si Pit besi berwajah dingin ketus.

Ong Kiam mendongak tertawa terbahak2.

Cayhe bukannya menaruh curiga terhadap kalian Tiong Cho Siang ku….”

Sinar matanya perlahan-lahan dialihkan ke atas wajah Kiem Coa Lengcu lalu sambungnya

“Yang kami takutkan justru ia menggunakan siasat licik!”

“Aku Sang Loo-toa sudah setengah umur melakukan perjalanan didunia persilatan selamanya pandanganku tidak pernah meleset kalau kalian percaya terhadap diri aku Sang Loo-toa berikanlah obat itu kepada saudara2 kalian kalau tidak percaya ya apa boleh buat”

“Tiong Cho Siang Ku tersohor diseluruh kolong langit” tiba-tiba si segulung angin Thio Ping berseru “Jiete cepat berikan obat pemunah itu kepadaku!”

Kembali Ong Kiam ragu2 sejenak akhirnya ia mendekati Thio Ping dan memberikan obat itu kepadanya,

Thio Ping menerima sebutir tanpa memandang lagi ia telan obat tadi tidak ragu2

Toako saja tidak takut mati apakah aku harus takut? sambung Tjau Kuang, Jie=ko cepat berikan sisanya yang sebutir untuk siauwte”

Baik kami Kanglam Su Kongtju sehidup semati kalau Toako dan sute menemui sesuatu aku serta Loo Sam pun tidak ingin hidup lebih lanjut”

Ia segera mengangsurkan pil tadi kepada saudaranya, melihat hal itu diam2 Siauw Ling merasa kagum

“Walaupun Kanglam Su Kongtju jarang melakukan perbuatan baik tapi terhadap kesetiaan mereka betul2 hebat dan patut ditiru” pikirnya. Setelah Sang Pat melihat Thio Ping maupun Tjau Kuang telah menelan pil pemunah, dari dalam botol ia mengambil kembali sebutir dan diberikan kepada Kiem Tjoa Leng tju kemudian menotok jalan darahnya.

“Merepotkan saudara harus beristirahat beberapa hari, kami akan gunakan kau sebagai modal untuk membuka perdagangan dengan partai Sin Hong Pay”

“Aaai….! maksudmu akan sia2 belaka” seru Kiem Coa Leng-cu sambil menghela napas pangjang. “Pay-cu kami tak akan merasa kuatir akan keselamatan cayhe”

“Walaupun beberapa kali cayhe bentrok dengan partai kalian, selama ini belum pernah barang satu kalipun mengadakan pembicaraan dengan pay-cu kalian, ia bisa mendirikan suatu perkumpulan yang berdiri sendiri dalam Bu lim sudah boleh dikata merupakan suatu perbuatan luar biasa, sudah tentu ia tak akan memandang terlalu tinggi akan kematianmu”

“Setelah kau tahu akan hal ini, apa gunanya menahan diriku?”

“Yang diutamakan oleh orang2 pedagang macam kami adalah modal dan barang” ujar Sang Pat sambi tertawa. “Walaupun Sin Hong Pay-cu tidak terlalu mementingkan kematianmu tapi iapun tak bisa membuang anggotanya begitu saja, asal nilai yang kuminta tidak terlalu besar, aku duga Sin Hong Pay-cu kalian tak akan menampik tawaran tersebut”.

Sinar matanya dialihkan ke arah Tu Kioe, lalu tambahnya, “Seret Lengtju serta kedua setan pembuka jalan dan menyembunyian disuatu tempat!”

Tu Kioe mengiakan ia membopong Kiem Tjoa Lengtju dan menyeret kedua setan pembuka jalan itu buru-buru berlalu.

Sinar mata Ong Kiam berputar setealh dilihatnya Thio Ping maupun Tjau Kuang rada bagaikan rasa kuatir yang menindih dalam dada pun jauh berkurang, sinar matanya segera menyapu beberapa orang lelaki berbaju hitam yang menggeletak diatas tanah tanyanya

“Bagaimana dengan orang2 ini!”

“Kalau lukanya terlalu parah totok saja jalan darah kematiannya kalau lukanya ringan punahkan ilmu silat yang mereka miliki dan lepaskan mereka dari sini!

“Soal ini biarlah cayhe lakukan sendiri, Sang heng tak perlu repot2!”

Setelah membimbing bangun keempat orang lelaki berbaju hitam itu, iapun berlalu.

Beberapa waktu lewat dalam keadaan sunyi setelah mengatur napas beberapa saat lamanya baik Si Segulung angin Thio Ping maupun Rembulan Ditengah Telaga Tjau Kuang telah pulih kembali kesehatannya, mereka bersama2 bangun berdiri dan menjura kepada Sang Pat

ujarnya, “Terima kasih atas bantuan saudara, siauwte merasa amat berhutung budi!” Mendengar ucapan itu Sang Pat mendongak tertawa terbahak.

“Thio-heng tak usah berterima kasih kepadaku, siauwte selamanya tidak suka melakukan perdagangan yang rugi!”

“Kami empat saudara tentu akan membayar kembali modal yang telah Sang-heng keluarkan!” buru-buru Thio Ping menyahut diiringi suatu senyum.

Sinar matanya dialihkan ke arah Kiem Lan, lalu sambungnya

“Sebenarnya budak ini ada kesempatan untuk melarikan diri, tapi ia tidak mau berlalu juga, aku duga ia tentu punya rencana tertentu. Samte tangkap budak itu!

Lie Poo menyahut dan berjalan mendekati Kiem Lan, setelah mengetahui ilmu meringankan tubuh gadis ini amat lihay ia tidak berani memandang enteng lagi pedang segera diloloskan dan berseru.

“Kau hendak turun tangan mengadakan perlawanan atau menyerah saja? ….?”

“Eeei …. kau bicara dengan siapa?” tegur Kiem Lan sambil tersenyum

“Dengan kau?”

“Nyalimu sungguh tidak kecil!”

Lie Poo menggerakkan pedangnya menusuk kedepan, ujarnya dingin

“Budak busuk sungguh tajam mulutmu, siapa yang suka bergurau dengan dirimu?”

Dengan gesit Kiem Lan berkelit kesamping, telapak dibalik menabok pergelangan kanan Lie Poo.

Dengan gusar Lie Poo membentak

“Budak setan! kalau kau tidak mencabut lagi senjatamu kalau mati jangan salahkan aku!”

Walaupun ia berteriak2 permainan pedangnya makin lama semakin cepat, seketika itu juga Kiem Lan kena dibungkus di dalam selapis cahaya pedangnya.

Kepandaian silat yang dimiliki Kiem Lan walaupun ia mendapat petunjuk pula beberapa jurus dari Siauw Ling tapi serangan itu belum begitu hapal sehingga susah untuk menggunakan.

Ditambah pula Lie Poo mencekal pedang dan Kiem Lan bertangan kosong, ia semakin keteter, belum lewat tiga, lima gebrakan gadis ini sudah terdesak hebat dan berada dalam keadaan kritis.

Melihat budaknya menjumpai bahaya, Siauw Ling salurkan tenaga murninya kejari2 tangan, sekali ayun sebiji kacang ijo meluncur keluar bagaikan bidikan peluru.

Waktu itu Lie Poo sedang melancarkan serangan se-hebat2nya, mendadak lengan kanan menjadi kaku dan permainan pedangnya seketika jadi lambat.

Kiem Lan sudah menduga dari semula, asal posisiinya keteter maka Siauw Ling pasti akan turun tangan membantu, oleh karena itu walaupun berada dalam keadaan bahaya ia tak menjadi bingung, dengan tenang dilayaninya pihak lawan sembari menunggu saat2 serangan balasan.

Ketika dilihatnya permainan pedang Lie Poo agak merandak, mengambil kesempatan sangat baik Kiem Lan lancarkan serangan balasan.

Tangan kiri dengan jurus “So Hwee Ngo Sian” atau Sapuan Tapak Lima Busur mendesak mundur telapak kiri Lie Poo, sedang tangan kanan dengan jurus “Mu Ku Djan Tjong” atau Teguran Pedas Manusia tersadar mengikuti gerakan tangan kirimya menghajar pergelangan kanan Lie Poo.

Setelah kacang ijo dari Siauw Ling kali ini telah menggunakan kekuatan yang besar bahkan yang dihantampun jalan darah penting. Ong Kiam tak sanggup menahan diri lagi pedangnya terlepas dari tangan dan dia tersentak maju,

Kiem Lan tidak mau menyia2kan kesempatan ini lagi. Kepalanya dengan cepat dihantam kedepan tepat bersarang diatas pipi kanan Ong Kiam membuat pipi itu bengkak dan mengucurkan darah.

Thio Ping mengepos napas meloncat kedepan menahan badan Ong Kiam jangan sampai roboh sembari membalik badan ia menangkis serangan Kiem Lan dengan sebuah tendangan

Sang Pat mendehem berulang kali serunya secara tiba-tiba

“Jago lihay mana yang bersembunyi ditempat kegelapan, disini siauwte mengunjuk hormat terlebih dulu”

Sembari berkata ia benar2 menjura ke arah dalam ruangan

Lambat2 Kiem Lan mengundurkan diri kedepan jendela, katanya dingin

“Kalian tak perlu curiga lagi, dirumah gubuk ini hanya ada aku seorang diri”

“Aku Sang Loo toa sudah ada setengah umur berkelana dalam dunia kangouw selamanya kelopak mataku belum pernah dimasuki pasir bukannya aku memandang rendah diri nona kalau tidak ada orang yang membantu dirimu dari tempat kegelapan jangan dikata kau berhasil menangkan dua kali pertandingan secara berturut2 sekalipun pertandingan pertempuran kau tak bakal bisa menangkan,

“Oooouw …. jadi kau tidak percaya? bagaimana kalau kita coba? …. ” tantang Kiem Lan sedikitpun tidak jeri.

“Sekalipun aku ingin turun tanganpun tak akan berkelahi melawan nona!” Sembari menjawab si sie poa emas ini melangkah kedepan,

Berhenti! teriak Kiem Lam sambil mengepos napas, kepalanya langsung dihantam kedepan.

Sang Pat gerakan tangan kiri mengunci datangnya serangan dari Kiem Lan lalu ujarnya tenang

Seorang lelaki sejati tak suka berkelahi melawan kaum gadis, aku Sang Pat tak akan sudi berkelahi dengan kaum gadis apalagi kau?”

Sepasang kepalan Kiem Lan bergerak berulang kali, dalam sekejap mata ia sudah melancarkan empat,lima belas jurus serangan tapi satu persatu berhasil digagalkan Sang Pat tanpa membalas.

“Bocah perempuan ini sunggu tidak tahu diri” tiba-tiba dari belakang tubuhnya berkumandang datang suara Tu Kioe, “Lo toa kasih saja sedikit pelajaran agar ia benar2 takluk

Sang Pat gerakan tangan kanan kembali menangkis dua buah serangan Kiem Lan, sembari menangkis tanyanya.

“Kiem Tjoa Lengtju serta kedua setan pembuka jalan telah kau sembunyikan baik2?

“Sangat aman!”

“Bagus sekali!”

Mendadak serangannya diperketat, ia melancarkan serangan balasan memaksa Kiem Lan tersedak mundur ke belakang berulang kali.

Walaupun Kiem Lan berada dalam keadaan bahaya, gadis ini sama sekali tidak jeri dengan penuh semangat ia melancarkan serangan balasan.

Melihat keberanian sang gadis Sang Pat tertawa terbahak2

“Budak cilik kau benar2 keras kepala” serunya.

Tangan kiri diam2 disaluri tenaga Iwekang mengangkis serangan Kiem Lan kesamping mendadak tangannya dengan jurus Puh Hong Cu Im atau Menubruk Angin Menangkap Bayangan mencengkeram urat nadi pergelangan kanan Kiem Lan.

Walaupun gadis ini tahu bahaya karena menurut pikirannya Siauw Ling bisa membantu maka ia tenang saja, siapa sangka pemuda she Siauw itu tidak turun tangan membantu.

Begitu urat nadi pergelangan kanannya kena dicengkeram, separuh badannya jadi kaku dan susah untuk melawan lagi.

Sang Pat segera tersenyum.

“Jago lihay mana yang masih bersembunyi di dalam ruangan? kalau tidak suka keluar lagi jangan salahkan aku orang she Sang akan menganiaya gadis ini!” serunya.

Sesosok bayangan manusia berkelebat lewat, mendadak Siauw Ling melayang keluar dari tempat persembunyiannya sambil berseru

“Lepaskan dia!”

Begitu melihat siapa yang muncul dengan kaget Sang Pat lepas tangan dan buru-buru menjura.

“Menemui Toako!”

Si Pit besi berwajah dingin Tu Kioe pun buru-buru menjura, sikapnya sangat menghormat.

Thio Ping pun alihkan sinar matanya, ia melihat orang itu hanya seorang pemuda berusia tujuh, delapan belas tahun, tapi melihat sikap yang begitu hormat dari Tiong Cho Siang Ku terhadap dirinya ia jadi keheranan.

Cayhe tidak tahu Toako ada disini sehingga banyak melakukan kekasaran harap Toako suka memaafkan” terdengar Sang Pat berkata kembali.

“Saudara berdua tak usah banyak adat

“Tu-heng! karena tidak dapat menahan rasa ingin tahunya Thio Ping segera berbisik. “Siapakah orang ini?”

“Dia adalah Ling Tauw Toako kami!”

“Ia tentu seorang jago lihay yang punya nama tersohor dalam dunia persilatan?”

Sebelum Tu Kioe menjawab, Siauw Ling sudah mendahului memperkenalkan diri, “Siauw te Siauw Ling!”

“Ooouw…. sudah lama kukagumi nama besar tuan, beruntung ini hari kita bisa berjumpa maka buru-buru Thio Ping menjura memberi hormat.

Siauw Ling tahu orang ini kembali salah menyangka dirinya sebagai Siauw Ling yang lain iapun tahu bicara terus terangpun tak berguna karenanya ia hanya tersenyum.

“Cayhe pun sudah lama mengagumi nama besar Kanglam Su Kongcu!”

“Mana …. mana ….!”

Sinar mata Sang Pat per-lahan-lahan dialihkan ke atas Kanglam Su Kongcu, katanya tiba-tiba, “kami bersaudara sudah lama tidak berjumpa, banyak persoalan penting yang harus kami bicarakan, kalau kalian berempat tak ada urusan lagi, silahkan!”

“Pertolongan yang kalian berikan ini hari, pada suatu hari kami empat bersaudara akan membalasnya, selamat tinggal!”

Setelah putar badan mereka dengan cepat berlalu dari sana.

“Kalian berempat silahkan berangkat sendiri maaf cayhe tak bisa menghantar terlalu jauh!” seru Sang Pat sambiil memperhatikan mereka berempat berlalu.

Sepeninggalnya Kanglam Su Kongcu, Tu Kioe memandang wajah Siauw Ling tajam2 serta ujarnya “Kami sekalian telah menjumpai suatu persoalan yang diluar dugaan, karena itu tempo dulu tak bisa datang memenuhi janji, setelah persoalan itu dua kali kami menempuh bahaya menyelusup masuk ke dalam perkampungan Pek Hoa San-tjung tapi kesemuanya kena didesak mundur oleh serangan2 gencar para jago mereka …. tidak disangka kita bisa berjumpa disini dengan Toako!”

Siauw Ling menghela napas panjang. “Aaaii …. saat ini akupun sedang menemui sesuatu kejadian yang menyulitkan! setelah berjumpa dengan kalian berdua mungkin bisa bantu aku memberikan keputusan!”

“Urusan apa yang membuat Toako bersedih hati?” tanya Sang Pat tercengang.

“Silahkan kalian berdua duduk2 di dalam kamar!”

“Menurut perintah!” dengan langkah lebar Tiong Cho Siang Ku melangkah masuk ke dalam ruangan.

Kiem Lan pun segera menghidangkan air teh ujarnya sambil tertawa.

“Silahkan minum teh!”

“Maaf! tadi kami telah melukai nona”

“Aakh! tidak mengapa, kalian berdua tentu lapar sekali bukan, biarlah aku masakkan mie untuk kalian berdua!”

Wajah gadis ini cantik, potongan badanpun sangat menarik hal ini membuat Tiong Cho Siang Ku untuk sesaat tidak mengetahui apakah hubungannya dengan Siauw Ling.

“Aaakh…. mana berani kami merepotkan nona!” serunya hampir berbareng.

Kiem Lan tertawa manis, ia segera putar badan berlalu.

Sepeninggalnya gadis itu Tu Kioe mendehem dan berkata, “Siauw-te ada sepatah dua patah kata entah pantaskah kuutarakan?”

“Silahkan!”

“Siapa nona ini? dan apa hubungannya dengan Toako?”

“Seharusnya dia adalah pelayanku, tapi sekarang aku telah memandangnya sebagai sahabatku….”

Bagaimanakah kisah yang sebenarnya iapun menceritakan kepada kedua orang saudara angkatnya.

Sehabis mendengar kisah tersebut Sang Pat mengerutkan dahinya.

“Saat ini persoalan yang paling penting dan harus cepat diselesaikan adalah bagaimana menolong kedua orang tuamu….” ujarnya.

“Watak Djen Bok Hong kaku, keras kepada dan mau menang sendiri!” tukasi Siauw Ling ditengah pembicaraan. “Setelah kedua orang tuaku disekap, penjagaan disekitar sana pasti amat ketat. secara bagaimana kita dapat turun tangan memberi pertolongan?” sang Pat termenung sebentar kemudian katanya.

“Pada saat ini lebih baik Toako berusaha untuk menyembunyikan jejakmu, agar Djen Bok Hong tak tahu saat ini kau berada!”

“Batas waktu tiga bulan sekejap saja akan berllau, dengan watak Djen Bok Hong yang keji dan telengas apa yang kita ucapkan mungkin ia lakukan sampat saatnya bukankah nyawa kedua orang tuaku….”

“Menurut pendapat siauwte!” kata Sang Pat menukas, “Sekalipun batas waktunya sudah habis belum tentu Djen Bok Hong bisa benar2 mencabut nyawa kedua orang tua, tapi sedikit siksaan serta aniaya tak akan terhindar!”

“Aai…. kwsu Orang tuaku tidak pernah belajar ilmu silat, mereka mana mungkin tahan terhadap siksaan2 yang ditimpakan kepada mereka?”

“Tidak salah, satu2nya jalan yang baik adalah sebelum batas waktunya selesai kita harus menolong kedua orang tua itu lolos dari perkampungan Pek Hoa San tjung”

“Untuk menantang Sen Bok Hong secara terang2an tidak mungkin terjadi satu2nya cara adalah menolong orang secara diam2 tapi penjagaan yang diatur dalam perkampungan Pek Hoa San tjung sangat ketat, sekalipun burung pun susah terbang lewat apalagi kita, aku takut perbuatan kita susah menemui kesukaran”

“Toako tak kusah murung ataupun kesal beruntung batas waktu masih panjang, biarlah siauwte perlahan-lahan memikirkan suatu siasat yang bagus untuk kita laksanakan.”

Bicara sampai disitu mendadak terdengar suara gonggongan anjing berkumandang datang dari depan pagar rumah Sang Pat dengan sebat meloncat bangun.

“Ada orang datang Toako! kau jangan sembarangan munculkan diri, silahkan bersembunyi untuk sementara waktu,”

Siauw Ling menurut, ia bangun dan melangkah ke dalam ruangan.

Sepeninggalnya pemuda itu, Sang Pat lantas berbisik kepada diri Tu Kioe, “Perduli siapa saja yang datang, kita berikan suatu kesan yang membingungkan kepada mereka”

“Baik! akan kupanggil kedua ekor anjing kita dan lepaskan orang itu masuk”

Ia segera mendongak bersuit rendah.

Sedikitpun tidak salah, mendengar suitan itu tidak lagi kedengaran suara gonggongan anjing yang ramai.

Pada saat itulah Kiem Lan muncul kembali sambil membawa dua mangkok Mie yang masih panas.

“Nona! terlalu merepotkan dirimu” seru Sang Pat sambil tersenyum.

“Kembali muncul seorang jago Bulim ketempat ini, nona harap kau suka menyingkir sebentar!” seru Tu Kioe.

“Aku punya seorang enci Giok Lan yang sedang pergi mengadakan janji dengan orang2 kay-pang. harap kalian berdua jangan menaruh kesalah pahaman lagi dengan dirinya ujar Kiem Lan memberi tahu

“Tentang soal ini nona boleh berlega hati”

Ditengah pembicaraan mendadak dengan timbulkan suara keras pintu pagar dihajar orang hingga terpentang.

Dengan sebat Kiem Lan berkelebat menyembunyikan diri dibalik ruangan

Tu Kioe segera berpaling, dilihatnya seorang pengemis cilik berbadan kurus kecil dengan pakaian butut bagaikan kilat menerjang masuk ke dalam ruangan.

Sebagai seorang jago yang sering melakukan perjalanan dalam dunia persilatan, dalam sekali pandang saja si sie poa emas Sang Pat dapat mengenali orang ini sebagai jago andalan pihak Kay Pang Peng Im adanya.

Tampak Peng Im menerjang masuk ke dalam ruangan. badannya bersandar didepan pintu dengan sepasang mata melotot bulat2 memendang wajah Tiong Cho Siang Ku tanpa suara.

Melihat keadaan orang itu Tu Kioe kerutkan dahinya “Eeeei…. pengemis cilik, apa yang sedang kau lakukan disini?”

Sembari menegur tangan kanannya dengan cepat mencengkeram kedepan.

“Jangan pegang dirinya, ia menderita luka dalam yang parah” teriak Sang Pat memberi peringatan

Dengan terkesiap Tu Kioe menarik tangan kanannya, sedang Sang Pat berjalan menghampiri tangan kanannya bergerak berulang kali menotok beberapa buah jalan darah Peng Im bantu menenangkan pergolakan darah di dalam rongga dadanya setelah itu ujarnya, “Cepat atur pernapasan dan jangan bicara dahulu!”

Perlahan-lahan Peng Im memejamkan matanya.

“Siauw Ling….” sebelum kata2 selanjutnya diutarakan ia sudah muntah darah, badannya sempoyongan roboh ke atas tanah,

“Bagaimana dengan Siauw Ling?” cepat-cepat Sang Pat menahan badan Pengemis itu jangan sampai roboh ke atas tanah.

“Ah…. adalah Siauw Ling disini?”

Siauw Ling yang bersembunyi dibalik ruangan, sewaktu mendengar ada orang menyebut namanya ia segera melangkah keluar dari dalam ruangan sambungnya

“Siauwte disini, entah ada urusan apa Peng heng mencari aku?”

“Cepat pergi menolong nona Giok Lan” ucapan belum selesai ia sudah jatuh tidak sadarkan diri.

“Kenapa dengan enci Giok Lanku? cepat katakan!” seru Kiem Lan.

terperanjat seraya meloncat keluar dari tempat persembunyian.

Melihat kepanikan gadis itu Sang Pat menghela napas panjang, katanya, “Nona jangan memaksa dirinya lagi untuk mengucapkan kata2 tersebut ia telah menggunakan seluruh kekuatan yang masih tersisa dalam badan, luka yang sebenarnya telah parah membuat hawa murni yang disimpan untuk melindungi denyutan jantung jadi buyar”

Siauw Ling berpaling memandang sekejap wajah Peng Im, kemudain ujarnya, “Kalian berdua harap suka turun tangan menolong dirinya, aku mau pergi menolong Giok Lan”

“Aku juga ikut pergi” sambung Kiem Lan cepat.

“Toako harap tunggu sebentar, bagaimana kalau mendengar ucapan siauw-te terlebih dahulu?” bisik Sang pat tenang.

“Kepandaian silat Peng-heng jauh lebih hebat beberapa kali lipat dari kepandaian Giok Lan, iapun terluka sedemikian parah bukankah keadaan Giok Lan makin bahaya? menolong orang bagaikan api, bagaimana mungkin aku boleh ulur2 waktu lagi? ada perkataan kita bicarakan setelah aku kembali”

Waktu itu ia sudah berada didepan pintu pagar siap berangkat.

“Toako, jagat luas tiada ujung pangkalnya, kau hendak pergi kemana untuk mencari dirinya?”

Siauw Ling tertegun dan berhenti, pikirnya

Ucapan ini sedikitpun tidak salah, sipengemis ini sama sekali tidak memberitahukan dimana aku harus menemui Giok Lan, lalu aku harus pergi kemana untuk mencari?”

Terdengar Sang Pat berkata kembali

“Urusan sudah jadi begini, cemaspun tiada berguna, lebih baik Toako tenangkan pikiran dan kita berunding kembali”

“Ayo kita cari ditempat luaran, aku rasa berbuat begitu jauh lebih baik daripada menanti di dalam rumah saja” teriak Kiem Lan gelisah

“Jika Giok Lan telah berjumpa dengan seorang jago yang memiliki kepandaian silat jauh lebih lihay darinya, pada saat ini kalau bukan sudah dibunuh tentu sudah tertangkap, apa gunanya kau merasa gelisah? kata Tu Kioe dengan suaranya yang khas dingin kaku. “Kalau kepandaian orang itu tidak tinggi dengan sendirinya ia bisa loloskan diri dan kembali. Hal ini semakin tak perlu dirisaukan lagi!”

Walaupun beberapa patah kata ini diucapkan dengan nada yang tidak enak didengar tapi kenyataannya memang benar.

“Satu2nya jalan yang dapat kita lakukan saat ini adalah berusaha untuk menyadarkan kembali sipengemis cilik ini kemudian menanyakan kejadian yang sebetulnya” sambung Sang Pat. “Setelah itu kita rundingkan siasat untuk pergi menolong Giok Lan, bagaimana menurut pendapat Toako?”

Sambil berjalan kembali ke dalam ruangan Siauw Ling mengangguk sedih.

“Sedikitpun tidak salah, saat ini kita hanya bisa berbuat demikian saja”

Sudah ada beberapa bulan Siauw Ling bergaul dengan Kiem Lan maupun Giok Lan, tanpa ia sadari hubungan mereka kian hari kian erat sehingga menimbulkan rasa sayang yang mendalam.

Sang Pat pun berpaling ke arah Kiem Lan sambil ujarnua pula, “Nona! maukah kau menyingkir sebentar? kami akan melepaskan pakaian yang ia kenakan untuk memeriksa dimanakah luka itu berada? setelah dibubuhi obat kita coba sadarkan dia cepat-cepat!”

Kiem Lan tidak mengucapkan sesuatu, ia segera putar badan dan masuk ke dalam ruangan.

Tu Kioe pun cepat-cepat lepaskan pakaian Peng Im, dilihatnya pada bagian dada pengemis ini tertera nayta sebuah bekas telapak tangan berwarna merah tawar.

Sang Pat berjongkok melakukan pemeriksaan yang teliti, kemudian ujarnya.

“Aku lihat dia sudah terluka oleh semacam ilmu pukulan Kiem Sah Tjiang, mirip pula kena dihantam ilmu pukulan Tjoe Jap Tjiang. Aaai….! luka ini tepat diatas daerah bahaya, aku takut ia tiada harapan untuk hidup lebih lanjut!”

Tu Kioe pun ikut menghela napas panjang.

“Pengemis cilik ini mempunyai nama harum di dalam dunia persilatan sebagai seorang jago budiman, sepuluh tahun sudah terjunkan diri ke dalam dunia persilatan tapi ia terhitung seorang berbakat yang diandalkan oleh pihak Kay Pang, tidak disangka dengan usia sekecil itu harus menemui bencana yang berbahaya.”

“Kalau pukulannya hanya terkena ilmu Kiem Sah Tjiang saja, aku bisa menyembuhkannya” kata Siauw Ling dengan alis melentik. “Tapi kalau ia terluka oleh ilmu pukuln Tjoe Jap Tjiang…. hal ini susah dikatakan lagi!”

Walaupun pengalaman pemuda ini di dalam dunia persilatan tidak terlalu banyak, tapi apa yang didengar sangat luas, ditambah pula Tjung San Pek merupakan seorang jago cerdik yang mengerti akan ilmu silat berbagai partai serta perguruan, dari gurunya inilah Siauw Ling mendapat banyak pelajaran secara bagaimana menolong serta menyembuhkan luka2 terkena ilmu pukulan sesat maupun ilmu kalangan lurus.

“Kepandaian silat pengemis cilik ini sangat lihay” kata Sang Pat. “terutama sekali di dalam hal ilmu meringankan tubuh, kecepatannya bagaikan segulung angin taupan, karena itulah gelarnya adalah si angin puyuh, nama besar Kanglam Su Kongtju tapi wataknya jauh berbeda, jikalau Toako bisa menolong dirinya silahkan cepat turun tangan, agar semuanya dapat cepat diselesaikan!”

“Barang siapa terkena pukulan ilmu Tjoe Jap Tjiang yang khusus melukai isi perut, sekalipun diluar ada bekas luka barangkali isi hatinya sudah hancur remuk, aku tak sanggup untuk menolongnya lagi. tapi kalau ia terluka oleh Kiem Sah Tjiang aku masih punya pegangan untuk menyembuhkannya….”

Sembari berkata ia berjongkok, sepasang telapak perlahan-lahan ditekan diatas bekas luka Peng Im.

Beberapa saat kemudian Siauw Ling menarik kembali telapaknya, termasuk bengkak yang ada didada Peng Im saat ini banyak berkurang.

Melihat hal tersebut Tu Kioe segera berseru

“Agaknya Toako bisa menolong dirinya, coba lihat merah bengkak didadanya banyak berkurang!”

Eeeei…. ucapan Tu Kioe ini hari sangat aneh diam2 pikir Siauw Ling setelah mendengar ucapan tersebut, “Selamanya ia bersikap dingin belum pernah menguatirkan keselamatan orang, mengapa sikapnya ini hari sejauh berbeda?”

“Aku lihat agaknya ia bukan terluka oleh pukulan ilmu Tjoa Jap Tjiang!” kata Sang Pat

“Ehmm…. dia kena dihantam Kiem San Tjiang!”

Kembali pemuda she Siauw ini menggosok tangannya satu sama lain lalu ditekankan ke atas luka Peng Im.

Kali ini tekanan itu dilakukan hampir setengah jam lamanya, menanti pemuda itu tarik kembali tangan kanannya disekitar luka Peng Im hanya tersisa sebuah bekas luka yang berwarna merah.

Sedangkan Peng Im sendiri pulas begitu nyenyak, sedikitpun tidak kelihatan terjaga.

“Eeeei…. kenapa tidak melihat ia tersedar?” tanya Sang Pat setelah mendehem.

“Dengan menggunakan tenaga Yang aku telah melumerkan darah dibadannya yang membeku, sekarang aku harus melancarkan pula peredaran darah di dalam tubuhnya!”

Ooouw…. kiranya begitu tentang soal ini tak usah Toako repot2 turun tangan sendiri, biarlah aku yang lakukan!”

Ia bimbing bangun tubuh Peng Im dan melekatkan telapak kanannya diatas jalan darah Ming Bun Hiat pada punggungnya.

“Walaupun aku telah melumerkan kembali darah dibadannya yang membeku. tapi luka yang ia derita di dalam badan masih tidak ringan” ujar Siauw Ling lebih jauh. “Untuk membantu peredaran darahnya hingga lancar kita tak boleh bersikap terlalu cemas!”

“Terima kasih atas petunjuk Toako!”

Diam2 hawa murninya disalurkan keujung telapak kemudian menyerang masuk ke dalam badan pengemis itu melalui jalan darah Ming Bun Hiatnya.

Kurang lebih beberapa saat kemudian Peng Im baru membuka sepasang matanya lambat2.

“Kalau isi perutmu tidak terluka terlalu parah, cepat atur hawa murnimu mengelilingi seluruh badan, lebih baik gunakan hawa murnimu dengan hawa murni yang menyerang ke dalam badanmu”

“Soal ini kau tak usah kuatirkan lagi, cepat tolong nona Giok Lan” seru Peng Im lirih.

“Sekarang ia berada dimana?”

“Kurang lebih lima lie disebelah Barat daya ada sebuah kuil kaum toosu, mereka berada di dalam kuil itu”

Kiem Lan yang ada dibalik ruangan segera ikut berseru, “Enci Giok Lan selamat bukan?”

“Ia kena ditawan sedang aku terluka dihantam…. kalau mau menolong cepat tolonglah!”

“Pada waktu itu kalian hanya berdua saja” tanya Sang Pat tiba-tiba

“Hanya kami berdua, semula kami berhasil mengajak pula Be Boen Hwie itu si Tjong Piauw Pa-tju dari Ih, Puw, Siang dan Kan empat keresidean besar, tapi ia tidak datang tepat waktunya….”

——————–

30

“Baiklah!” tukas Sang Pat cepat. “Sekarang kau boleh pejamkan mata sambil atur pernapasan, jangan terlalu banyakbicara lagi. baik2lah beristirahat, asalkan kau dapat menyalurkan hawa murnimu menyusupi urat2 nadi, tidak susah untuk pulih kembali seperti sedia kala!”

Peng Im tidak bicara lagi, ia menurut dan pejamkanmata mengatur pernapasan.

“Biarlah aku pergi periksai” seru Siauw Ling kemudian sambil bangkit berdiri.

“Bagiamana kalau siauwte mengiringi Toako?” sambung Sang Pat.

Sebelum Siauw Ling menjawab mendadak Kiem Lan munculkan diri dari balik ruangan seraya berseru.

“Akupun ikut pergi!”

Melihat sikap sang gadis Sang Pat kerutkan dahinya, diam2 ia berpikir

“Bocah perempuan mana boleh sembarangan pergi kesana kemari….”

Belum habis ia berpikir Siauw Ling sudah menukas ucapan gadis itu.

Disana mungkin sekali kami akan menjumpai suatu pertarungan sengit, tempat ini tidak cukup orang, lebih baik kau tetap tinggal di sini bersama Tu Kioe!”

Walaupun dihati Kiem Lan tidak rela, tapi iapun tidak berani banyak bertingkah dihadapan Siauw Ling, terpaksa dengan hati tidak puas ia membungkam dalam seribu bahasa.

“Kapan kita berangkat?” tanya Sang Pat segera bangun berdiri

“Sekarang juga!”

“Baik, siauwte akan bukakan jalan!” ia segera berlari kedepan terlebih dahulu.

Sebelum berangkat Siauw Ling berbisik lebih dahulu kepada Kiem Lan.

“Perduli apa yang terjadi, kau harus baik2 mendengar petunjuk dari saudara Tu!”

Tidak menunggu jawaban lagi dalam beberapa kali loncatan ia mengejar kesisi Sang Pat.

/sesuai dengan arah yang dimaksudkan Peng Im, setelah berjalan beberapa li muncullah sebuah kuil ditempat kejauhan,

Kuil ini tidak begitu besar, sekalipandang sudah tertera keseluruhannya. kecuali sebuah halaman kecil hanya terdepat sebuah ruang besar serta beberapa deret ruang keci.

Ketika itu pintu besar tertutup rapat2, sedikitpun tidak terdengar suara yang berisik.

Lambat2 Sang Pat berjalan mendekati pintu dan mengtuk beberapa kali diatas pintu yang tertutup rapat tadi.

Kurang lebih seperminum teh kemudian pintu kuil yang tertutup rapat mendadak terbentang dan muncullah seorang toosu cilik berusia tiga, empat belas tahunan.

Sepasang mata si sie poa emas Sang Pat sungguh tajam sekali, setelah memperhatikan sekejap seluruh tubuh toosu itu ujarnya sambil tertawa.

“Bukankah baru untuk pertama kali ini kau mengenakan jubat toosu?”

“Bagaimana kau bisa ta….” mendadak sitoosu cilik itu membungkam.

Kembali Sang Pat tersenyum

“Tolong sampaikan kedalam, katakan saja Siauw….”

“Tiong Cho Siang Ku datang berkunjung!” tukas Siauw Ling cepat-cepat.

Dengan termangu2 sitoosu cilik itu memperhatikan sang pemuda serta Sang Pat secara bergantian, jelas ia dibikin kebingungan sehingga tidak tahu apa yang harus diucapkan.

“Baik….” seru Sang Pat sembari mendehem

“Kalau kau tak suka laporkan hal ini ke dalam kami akanmemasuki sendiri kuil tersebut”

Tunggu sebentar!” mendadak toosu cilik itu meloncat masuk dan menutup kembali pintu kuil itu rapat2,

Mari kita loncat ke atas atap dan awasi gerak gerik toosu cilik itu….” bisik Sang Pat sepeninggal toosu itu.

Siauw Ling menyetujui, ia mengangguk dan sekali enjot badannya sudah melayang naik ke atas genting!

Ketika ia mendongab, dilihatnya toosu tadi laksana kilat sedang berlari masuk keruang tengah,

Siauw Ling pun meloncat turun kebawah dan membuntuti toosu tadi kencang2.

Sang Pat membuntuti dari belakang Siauw Ling dengan mulut membungkam.

Setibanya didepan ruang tengah, toosu cilik tadi langsung berlari masuk kedalam.

“Toako berhenti!” bisik Sang Pat cepat.

Kaki kiri Siauw Ling sudah melangkah kepintu, mendengar bisikan itu ia berhenti dan berpaling.

“Kenapa?” tanyanya keheranan

“Walaupun kita tak usah takuti mereka gunakan siasat licik, tapi tindak tanduk kita harus ber-hati2!”

Ketika itulah dari dalam ruangan tengah berkumandang keluar suara teguran seseorang dengan nada dingin

“Siapa?”

“Kiem Sie-poa, Sang Pat!”

“Silahkan masuk kedalam!” sambung suara yang dingin kaku itu lebih jauh.

Diam2 Sang Pat salurkan hawa murninya mengelilingi badan lalu bisiknya lirih

“Toako hati2!”

Dengnan penuh kewaspadaan ia melangkah masuk terlebih dahulu ke dalam ruangan tersebut.

Sebuah arca besar berwajah menyeramkan berada didepan meja sembahyangan, sedang toosu cilik tadi lenyap tak berbekas.

Per-lahan-lahan Sang Pat mendongak dan memandang sekejap arca tersebut, sebelum buka suara mendadak dari balik arca berkumandang keluar suara seseorang yang dingin dan hambat menegur.

“Setelah berjumpa denganku, mengapa kalian tidak berlutut menghunjuk hormat?”

Arca itu tinggi besar wajahnya seram, dalam sekali pandang siapapun dapat melihat bila benda ini terbuat dari baja yang kuat, hanya saja entah secara bagaimana bisa bersuara.

Sang Pat mendehem.

“Tentu saudaralah Paycu dari Sin Hong Pang?” tanyanya.

“Sedikitpun tidak salah”

“Lima tahun berselang cayhe pernah berjumpa sekali dengan dirimu tidak disangka lima tahun kemudian kembali kita berjumpa dalam kuil yang terpencilini tidak disangka hidup manusia dimanapun selalu berjumpa!”

“Cayhe paling tidak suka denganmanusia yang banyak bicara!” kembali orang itu menegur dingin.

Sang Pat melirik sekejap ke arah Siauw Ling diam2 denganmenggunakan ilmu menyampaikan suara bisiknya

“Toako, hati2, agaknya disekitar ruangan ini sudah diatur jebakan2 lihay!”

Sepasang mata Siauw Ling berputar, setelah memperhatikan sejenak suasana disekeliling tempat itu ujarnya pula

“Tanya kepadanya apakah ia telah menawan Giok Lan?”

Sang Pat mengangguk, sinar matanya segera dialihkan kembali ke arah patung berwajah seram itu, katanya

“Pay cu agaknya tidak suka bergaul dengan manusia2 luar, sehingga tidak sayang2nya membuat patung seseram ini untuk digunakan dalam menjumpai jago-jago Bu-lim, telah lama cayhe dengar….”

“Eeei…. apakah kau tidak merasa terlalu banyak bicara?” tukas si patung berwajah seram itu dingin.

Dengan seksama Sang Pat mendengarkan suaranya, tapi ia tak berhasil mengetahui lelaki atau perempuankah suara orang itu.

“Patung sebesar dan setinggi ini entah terbuat dari bahan apa?” pikirnya dalam hati “Tapi jelas ada sebuha pintu rahasia yang menghubungakan tempat luar dengan perut patung tadi orang itu pasti duduk di dalam patung sambil menyalurkan suaranya muncul dari mulut patung…. tapi apa maksudnya ia berbuat demikian….”

Sembari berpikir ujarnya kembali lantang

“Kedatangankami ini hari, terus terang saja ada suatu persoalan hendak dirundingkan dengan dirimu!”

“Urusan apa?”

“Dua orang kawan kami tadi lewat disini, yang lelaki kena pay-cu pukul hingga terluka sedang yang perempuan kalian tawan….”

“Sejak munculkan diri aku belum pernah bergebrak melawan siapapun!” tukasi Sin Hong Pay-cu cepat.

“Sekalipun bukan pay-cu yang melakukan, hal ini pasti hasil perbuatan anah buahmu….”

Ia merandek sejenak, lalu tambahnya, “Kami sebagai kau pendatang selamanya paling suka bicarakan masalah dengan adil asalkan Pay tju suka melepaskan kawan cayhe itu maka cayhepun pasti tak akan merugikan Pay-tju, kami rela kawan kami ditukar dengan selembar jiwa Kiem Tjoa Leng-tju entah bagaimana menurut pendapat Pay-tju?”

Kurang lebih seperminum teh kemudian baru tersengar suara Sin Hong Paytju berkumandang kembali.

“Kiem Tjoa Leng tju?”

“Sedikitpun tidak salah, dia adalah salah seorang Lengtju dari antara ketiga orang leng tju lainnya, kini ia berhasil cayhe tawan!”

“Sekarang ia berada dimana?”

Mendengar pertanyaan tersebut Sang Pat mendongak tertawa terbahak2

“Hahaha…. siauwte telah menyembunyikan dirinya disuatu tempat yang sangat terahasia tempat itu tidak bernama, sehingga susah bagiku untuk memberitahukannya kepadamu!”

“Baik bawa kemari dahulu orang itu!”

“Cayhe harus menerima dahulu apakah orang yang kena PAy-tju tawan adalah kawanku atau bukan, setelah itu keputusan baru bisa diambil!”

“Kalau bukan?”

“Kalau bukan, sudah tentu harga yang cayhe buka tak akan semurah apa yang baru saja aku katakan!”

“Kalian berjumpa dua orang itu kawanmu maka ada baiknya kau serta kawanmu tetap tinggal disini saja!”

“Mana, mana, …. cayhe akan periksa dulu baru berbicara lagi!”

“Baik, akan kutunjukkan kepadamu” seru Sin Hong Pay tju.

Badan Sang Pat dengan cepat berkelebat dan langsung berputar ke belakang patung arca dimana Sin Hong Pay tju bersembunyi itu!

“Berhenti” terdengar suara bentakan gusar muncul dari dalam patung arca tersebut “Sebelum mendapat ijin dariku untuk maju, lebih baik kalian berhenti tak berkutik”

“Baik cayhe percaya atas ucapanmu.”

Sembari berkata ia mundur kembali ke belakang

Sin Hong Pay-cu tertawa dingin dengan cara yang seram

“Hee…. hee…. sepasang mataku tajam bagaikan kilat, jangan harap kau bisa main tangkap ikan diair keruh, kalau berani berbuat kurang ajar akan kucabut jiwamu!”

“Haa…. haa….!” Sang Pat tek bisa menahan diri lagi, ia tertawa terbahak-bahak. “Selama hidup cayhe sudah sering mendengar kata2 gertakan banyak orang paycu punn tak perlu menakui2 diriku lagi!”

Suara dari balik patung arca itu tidak muncul kembali, suasana di dalam ruangan kembali pulih jadi sunyi senyap.

Kurang lebih seperminum teh kemudian barulah terdengar Sin Hong Pay cu berkata.

“Mundur dari ruang tengah, berputar kesebelah kanan dan orang itu ada dikamar nomor tiga!”

“Baik! cayhe berdua akanmemeriksa dahulu kemudian baru datang kembali untuk membicarakan soal harga tukar menukar!”

Dengan lebar si sie ini berlalu mengikuti petunjuk dari Sin Hong Pay cu tersebut.

Siauw Ling mengikuti dari belakang dengan kencang kepergian Sang Pat ini.

Setelah keluar dari pintu ruangan mereka berputar kekanan dan mendorong pintu kamar ketiga.

Kraak….! dua belah pintu terpentang lebar. Giok Lan dengan rambut terurai duduk di atas sebuah kursi kayu, walaupun ia sudah konangan penyaruannya tapi pakaian yang dikenakan masih pakaian orang lelaki.

“Giok Lan kami datang untuk menolong dirimu….” seru Siauw Ling seraya berjalan mendekati gadis terebut.

Melihat munculnya Siauw Ling disana bukannya gembira Giok Lan kelihatan begitu cemas, sepasang matanya terbelalak lebar2.

“Jangan sentuh diriku, cepat mundur…. cepat mundur….”

Kenapa? Siauw Ling tertegun dan berhenti

“Kau tidak boleh mendekati diriku!”

“Sekalipun Sin Hong Paycu berada disini, akupun tidak takut”

Sekali lagi pemuda itu berjalan dua langkah kedepan mendekati sisi tubuh Giok Lan dan mencengkeram dirinya.

Giok Lan semakin cemas lagi, teriaknya melengking

“Jangan sentuh aku, jangan sentuh aku….!”

Mendengar jeritan gadis itu penuh ketakutan dengan terkesiap Siauw Ling menarik kembali tangannya.

“Kenapa?”

“Mereka sudah memasang sesuatu dibadanku asal Siauw-ya menarik aku….”

“Kita adalah saudara kakak beradik, lain kali kau tidak boleh panggil aku dengan sebutan Siauw-ya lagi!”

“Perkataan siangkong budak tidak berani membantah, tapi…. apakah kau tidak melihat kalau mereka sengaja membiarkan kau datang kemari?”

“Apakah mereka sudah menaruh racun keji disekitar badanmu?”

“Tidak, aku sendiripun tidak tahu apa yang diletakkan dihadapanku, justru karena inilah kita harus ber-hati2″

“Kedatanganku dengan saudara Sang kemari justru hendak menolong kau meloloskan diri, kesempatan ini sangat baik….”

“Jangan kau jangan menarik diriku, cepat mundur ke belakang!” teriak Giok Lan lagi penuh rasa cemas.

Terpaksa Siauw Ling mundur lima langkah ke belakang.

“Nah, kalau begitu kau datanglah sendiri kemari!”

“Tidak bisa jadi! mereka telah menotok jalan darah disepasang lutut. sepasang pundak serta igaku! sekarang aku tak bisa berdiri tak dapat menggerakan sepasang tangan dan tak bisa goyangkan pinggang!”

“Menghadapi keadaan seperti ini kitapun tak usah peduli tata cara adat istiadat lagi kalau kau tak bisa bergerak bagaimana kalau aku menggendong dirimu?” kata Siauw Ling dengan alis berkerut.

Saking cemasnya Giok Lan mengucurkan air mata.

Siangkong, kau jangan ceroboh, budak lebih baik mati daripada siangkong menempuh bahaya!

“Apa kau kata?” tukas Siauw Ling. “Aku sama sekali tidak mengerti terhadap apa yang kau katakan, aku bantu kau membebaskan jalan darah yang tertotok, menolong jiwamu yang terancam, apakah tindakan ini merupakan suatu tindakan menempuh bahaya?” Toako! untuk sementara harap kau bersabar! ujar si sie poa emas Sang Pat kemudian.

“Di dalam hati kecil nona ini pasti tersembunyi suatu rahasia pertanyaan Toako yang terlalu mendesak membuat ia tidak sempat untuk memberi penjelasan lebih terang”

“Rahasia? rahasia apa? kenapa aku tidak menemukan hal tersebut?”

“Sejak aku ditawan mereka hingga saat ini sepasang mataku dikerudung oleh secarik kain hitam sehingga tak kuketahui dimanakah saat ini akuberada!” tutur Giok Lan dengan nada lirih. “Tadi, kain kerudung hitam itu dilepas dan tahu2 aku sudah berada disini. Waktu sebelum aku dikirim kemari jalan darah pingsanku ditotok mereka, pada saat kesadaranku hampir punah terasa oleh ku agaknya di dalam badan telah ditaruh semacam benda aku tidak tahu benda apakah itu! tapi aku merasa perbuatan tersebut pasti bukan tiada berguna!”

Mendengar penuturan itu Sang Pat mendehem perlahan, gumamnya. “Sungguh aneh sekali! sudah ada separuh umur aku Sang Pat melakukan perjalanan di dalam dunia persilatan, tapi belum pernah kujumpai peristiwa semacam ini, Toako! harap kau keluar dulu dari ruangan ini. biarlah akumelakukan pencarian terhadap benda tersebut!”

“Silahkan! jikalau ada perubahan aku akan memberi bantuan seketika itu juga!”

Pemuda ini tahu dalam soal pengalaman dunia persilatan, ia tak dapat memadahi kematangan Sang Pat, maka dariitu terpaksa ia menurut dan mengundurkan diri ke belakang.

Per-tama2 Sang Pat memperhatikan disekeliling tempat itu, setelah mencari jalan masuk untukmengundurkan diri, dengan langkah perlahan ia mendekati Giok Lan, katanya, “Nona! apakah di dalam badanmu kau merasa telah disembunyikan semacam benda?”

“Sedikitpun tidak salah!”

“Benda itu terasa disembunyikan disebelah mana?”

“Agaknya ada didada sebelah depan!”

Sang Pat tertegun, pikirnya,

“Aduh…. mak! kalau tempat terlarang sana, mana aku bisa melakukan pencarian? apa suruh aku me raba2 dada gadis itu?”

Ia mendehem, katanya lagi.

“Pada saat ini apakah nona masih merasakan suatu perasaan yang aneh?”

“Aku tak dapat merasakannya, tapi dapat kuduga meraka pasti membawa maksud tidak baik”

“Ooouw…. urusan ini memang mengherankan!”

Sembari berkata selangkah demi selangkah ia berjalan mendekati diri Giok Lan.

Gadis tersebut dengan cepat pusatkan pikiran tenangkan hatinya yang bergolak, ujarnya.

“Aakh! ada akal, coba kau bebaskan dulu jalan darah yang tertotok pada pundak kananmu, asalkan sebelah tanganku bisa pulih kebebasannya maka kau tak usah menempuh bahaya!”

Dengan mengincar jalan darah “Kay Hiat” diatas pundak kanan Giok Lan mendadak Sang Pat meloncat kedepan melayang dari sisi gadis tersebut sekalian melancarkan sebuah tabokan ke arah lengannya.

Walaupun dalam saat melayang kedepan tangannya meluncurkan serangan mengincar jalan darah, tapi serangannya amat tepat dan dengan telak bersarang diatas jalan darah yang diincar.

Tapi Giok Lan tetap duduk tak berkutik di tempat semula, jalan darahnya sama sekali tidak terbebaskan.

“Bagaimana? tanya Sang Pat kemudian sambil berhenti dan berpaling.

“Tidak benar mereka bukan menotok jalan darah Tjian Tjing Hiat pada pundaku, nah! coba kau lihatkan lenganku masih tak bisa berkutik”

Alis Sang Pat langsung berkerut kencang

Baik, biar aku kesana melakukan pemeriksaan sendiri

Lambat2 ia berjalan mendekati diri Giok Lan

Mendadak,….

Dari luar ruangan berkumandang datang suara teguran seseorang dengan nada yang dingin dan kaku.

“Kalian berdua sudah melihat jelas bukan?”

Siauw Ling berpaling, tampak olehnya seorang lelaki kekar berjubah hitam dengan bagian dadanya bersulamkan sebuah naga emas berdiri kurang lebih empat, lima depa didepan pintu,

Pengetahuan Sang Pat amat luas, sekali menemukan tanda simbol yang bersulam didepan dada lelaki itu,

ia segera mengerti apa kedudukan orang ini di dalam perguruannya.

“Ternyata saudara adalah Kiem Liong Leng tju yang berkedudukan dibawah pimpinan Sin Hong Pay-tju bukan!” tegurnya,

“Sedikitpun tidak salah.”

“Kiem Tjoa Lengtju dari perguruan saudara berhasil kami tawan, asal kalian suka melepaskan nona ini maka kamipun rela melepaskan dirinya untuk ditukar satu jiwa dengan satu nyawa.”

“Untukmemutuskan persoalan ini kalian harus menanti jawaban dari mulut Pay-tju sendiri, jikalau kalian berdua memang merasa bahwa tindakan kami menangkap orangmu sudah tak berguna lagi, silahkan segera masuk ke dalam ruangan! paytju kami masih menantikan kalian disana.”

Siauw Ling yang melihat Giok Lan telah berada didepan mata, tapi mereka tak sanggup untuk menolong dirinya lolos dari mara bahaya, dalam hati merasa sedikit tidak puas air mukanya kontan berubah hebat.

Sang Pat adalah seorang jago kawakan yang sangat berpengalaman, sewaktu sinar matanya menyapu sekejap wajah pemuda itu ia segera dapat menangkap maksud hati orang she Siauw ini.

Buru-buru dengan nada yang rendah ujarnya.

“Jikalau tahu keadaan maka setiap pertarungan akan menang, harap untuk sementara waktu Toako suka bersabar”

Perlahan-lahan Siauw Ling menghela napas panjang, mengikuti dari belakang Kiem Liong Lengtju mereka berdua kembali ke dalam ruangan besar.

Ketika itu patung arca yang tinggi besar itu dan menyengir seram tadi berdiri pada ujung sudut ruangan tersebut.

Kepada patung arca tadi, Sang Pat segera menjura, katanya, “Kami semua telah melakukan pemeriksaan dan nona tersebut benar2 adalah orang yang sedang kami cari!”

“Bagus…. bagus sekali.

“Cayhe ingin menggunakan selembar jiwa dari Kiem Tjoa Lengtju kalian untuk ditukar dengan selembar jiwa nona ini, entah bagaimana pendapat Paytju! ujar Sang Pat kembali.

Sin Hong Pay-tju tertawa dingin suaranya seram dan amat mengerikan.

“Walaupun aku sangat jarang berkelana di dalam dunia persilatan, tapi sudah sering kudengar orang membicarakan soal Tiong Cho Siang Ku yang selamanya membicarakan soal perdagangan, selamnya mengutamakan keuntungan, kau harus tahu aku orang selamanya paling tidak suka menerima bagian yang sudah dirugikan orang….”

Suara yang meluncur keluar selama ini muncul dari balik patung arca berwajah bengis itu bahkan suaranya sebentar merdu dan halus kemudian melengking sebentar lagi suaranya kasar berat dan lantang membuat orang susah menduga sebenarnya orang yang ada di dalam patung itu seorang lelaki atau seorang perempuan,

Dengan sendirinya hal ini menambah kemisteriusan suasana disekeliling tempat itu,

Siauw Ling yang mengerti akan kecetekan pengalaman sendiri dan susah untuk ditandingkan dengan kehebatan si sie-poa emas Sang Pat, sampai saat itu tetap membungkam dalam seribu bahawa,

Terdengar Sang Pat tertawa hambar

“Dagang tidak jadi mengapa asal kebajikan tetap dipegang semisalnya Paytju merasa keberatan untuk melakukan perdagangan dengan diriku, cayhepun tidak mau terlalu memaksa.

Tapi kaupun harus ingat sejak perkumpulan Sin Hong Pang munculkan diri dalam dunia persilatan gerak gerik ataupun tindak tanduknya selalu diliputi kemisteriusan, jikalau cayhe berhasil memaksa Kiem Tjoa Lengcu mengutarakan rahasia kemisteriusan partai kalian kemudianmembocorkan di dalam Bu-lim aku takut hal ini akan mempengaruhi ketenaranmu”

“Hm! di dalam partai kami perduli bagaimana tingginya kedudukan orang itu selalu hanya terbatas mengerti tentang mengurusi tugasnya masing-masing, apa yang mereka ketahui sangat terbatas sekali, kalau kau ingin menggunakan hal ini untuk me-nakut2i diriku…. Hmm! hmm! tindakanmu ini mirip dengan orang tolol yang bermimpi disiang hari bolong

Sewaktu Sang Pat hendak membantah lagi, mendadak dari sepasang mata patung berwajah buas itu memancarkan serentetan cahaya ke-merah2an.

Walaupun dalam hati kecilnya terang2an ia tahu perbuatan ini hanya suatu perbuatan kesengajaan dari Sin Hong Paycu untukme-nakut2i orang lain, tak urung hatinya dibikin tegang juga, serunya kepada Siauw Ling dengan nada lirih.

“Toako harap kau melakukan persiapan, hati2 terhadap serangan bokongan dari mereka”

Tampak sepasang mata raksasa dari patung arca berwajah seram itu makin lama berubah semakin merah, sepasang biji matanya berputar tiada hentinya bagaikan hendak menerkam orang saja.

Sang pat segera berpaling ke belakang, ketika itu Kiem Liong Lengcu yang membawa jalan tadi kini sudah lenyap tak berbekas, entah kapan orang itu lenyap dari pandangan.

Hawa murninya segera disalurkan mengelilingi seluruh badan kemudian dengan langkah lambat berjalan mendekati patung arca tersebut, pikirnya di dalam hati.

“akan kulihat terbuat dari benda apakah badanmu itu….”

Terdengar Sin Hong Paycu dengan suara penuh kegusaran membentak keras.

“Eeei…. jangan coba2 berjalan mendekati badan keramatku, kalau kau tidak suka mendengar nasehatku, Hmm! akan kuhancurkan seluruh badanmu!”

Sang Pat mendongak tertawa ter-bahak2.

“Ha…. ha…. mati atau hidup menurut takdir, siapa yang bisa memaksa kemauan sendiri!”

Mendadak ia percepat langkah kakinya menerjang ke arah patung arca tersebut, tangan kanannya disilangkan didepan dada melindungi badan sedang tangan kiri meluncur keluar meraba punggung dari patung arca itu. Terasa olehnya dimana tangannya meraba terasa dingin dan kaku, ternyata patung arca itu terbuat dari besi baja.

Hawa murninya segera disalurkan mengelilingi badan siap mengirim sebuah pukulan untuk menjajal kekuatan daya tahan besi tadi, siapa sangka pada saat yang bersamaan dari atas kepalanya mendadak meluncur datang segulung hawa tekanan yang luar biasa.

Dalam keadaan gugup ia mendongak ke atas, tampaklah sebuah lengan kiri raksasa dari patung arca berwajah buas itu meluncur datang menghantam badannya.

Dengan sebat Sang Pat berkelit kesamping meloloskan diri dari datangnya babatan itu, ujarnya dengannada dingin.

“Berjumpa muka lebih mantap dari pada mendengar nama besar belakam kepandaian silat Pay tju tidak lebih hanya begitu saja”

“Kurang ajar, keparat, kau berani menghina aku orang!”

Mulut patung yang besar dan lebar mendadak membuka lebar, tiga rentetan cahaya putih dengan kecepatan laksana kilat meluncur ke arah diri Sang Pat.

Waktu itu si sie poa emas telah mengadakan persiapan, badannya cepat-cepat berkelit kesamping senjata sie poa emas pun dicabut keluar dan didorong kedepan dengan gerakan mendatar.

Sreet….! sret…. diantara desiran angin tajam dua batang jarum beracun yang memancarkan cahaya ke biru2an meluncur kedepan menancap diatas meja sembahyangan, sedang sebatang yang lain terkena hadangan senjata sie poa emas Sang Pat terpental kesamping menancap diatas tiang kayu ditengah ruangan tersebut.

Siauw Ling yang melihat Sang Pat telah turun tangan, ia tidak mau ambil diam telapak tangannya segera didorong kedepan mengirim sebuah pukulan udara kosong.

Patung arca itu kelihatan sangat tinggi besasr menyeramkan dan membuat hati orang bergidik, tapi badannya susah bergerak.

serangan yang dilancarkan Siauw Ling barusan, dengan telak bersarang diatas badannya

Patung arca tinggi besar itu bergoyang beberapa kali, hampir2 saja terdorong jatuh dan roboh ke atas tanah.

Semangat Siauw Ling berkobar, nyalinya semakin besar dengan langkah lambat ia berjalan mendekati patung itu lebih dekat.

Paytju! patung malaikat berwajah bengis yang kau cimpatkan ini mungkin bisa digunakan untuk menakut2i manusia bodoh yang tidak tahu urusan, tapi kau jangan harap bisa membuat kami jadi jera dan pecah nyali. kalau kau tak setuju untuk melepaskan nona Giok Lan hmm! jangan salahkan kami berdua ini hari juga akanmembongkar kedok yang sebenarnya dari kalian!”

Berbicara sampai disitu, dengan ilmu menyampaikan suara ujarnya pula kepada Siauw Ling.

“Toako, kau jangan bertindak terlalu ceroboh disekeliling patung malaikat ini telah dipasang senjata rahasia yang sangat ampuh jangan sampai kena terjebak siasatnya.”

Terhadap betapa luas serta matangnya pengalaman Sang Pat, pemuda she Siauw ini benar2 takluk, mendengar nasehat tersebut ia benar2 berhenti bergerak.

Ketika dilihatnya dari pihak Sin Hong Paycu tidak memberikan reaksi, Sang Pat kembali berseru.

“Walaupun kami bersaudara pernah mengikat suatu ganjalan kecil dengan partai saudara, tapi kejadian itu timbul dikarenakan suatu kesalah pahaman, masing-masing pihak tiada ikatan permusuhan maupun dendam sedang kami pun tidak ingin memusuhi partai kalian, harap Paycu suka berpikir tiga kali sebelum mengambil keputusan”

Ber-turut ia membentak beberapa kali, tapi tidak kedengaran juga suara jawaban dari Sin Hong Paycu.

Siauw Ling mulai tidak sabaran, sepasang matanya dengan tajam memperhatikan sekejap seluruh patung arca tersebut, ujarnya tiba-tiba dengan nada lirih.

“Mari kita dorong patung arca ini biar roboh ke atas tanah, kemudan dari bentuk patung ini kita cari alat rahasianya, dan lenyapkan kekuatan daya guna alat2 rahasia tersebut atau paling sedikit kita bisa mengurangi kehebatan dari permainan setan mereka!”

“Pendapat Toako sangat lihay dan bagus sekali” sahut Sang Pat dengan ilmu menyampaikan suara, “Tapi dalam hati kecil siauwte masih terdapat banyak urusan yang belum berhasil kupahami! aku harus berpikir keras terlebih dahulu!”

“Di dalam kuil Too-koan yang demikian besar tentu tersembunyi anak murid partai Sin Hong Pang, tapi kenapa orang2 itu tidak mau unjukan muka?”

“Ehmmm! benar, hal ini memang sedikit mengherankan….”

Sewaktu kedua oran gitu sedang kasak kusuk membicarakan soal mereka sendiri mendadak Sin Hong Paytju buka suara dan berkata

“Baiklah aku menyetujui usul kalian, jiwa Kiem Tjoa Lengtju akan kutukar denganjiwa bocah perempuan itu;”

“Bagus sekali kita tetapkan dengan perkataan ini, sebelum sang surya lenyap diufuk Barat cayhe pasti membawa Kiem Tjoa Lengtju datang kemari.”

Situasi yang tegang diantara kedua belah pihak segera melunak kembali dengan sepatah dua patah kata dari Sin Hong Paytju ini.

“Sebenarnya dalam sekejap mata aku bisa mencabut jiwa kalian berdua dengan sangat gampang” kata Sin Hong Paytju kembali, “Tapi setelah kupikir bolak balik, niatku ini kubatalkan kembali, sekarang kalian berdua boleh pergi!”

Dalam hati Siauw Ling merasa sangat tidak puas, bibirnya bergerak hendak mengejek, tapi niatnya kena dicegah oleh kerdipan mata Sang Pat.

Demikianlah mereka berdua segera berlalu dari ruangan dan keluar dari kuil itu.

Beberapa saat mereka berlari, ditengah jalan Sang Pat berpaling ke belakang ketika dilihatnya tak ada orang yang melakukan pengejaran barulah ujarnya kepada sang pemuda dengan nada lirih.

“Toako! tahukah kau mengapa siauwte melarang kau banyak bicara….”

“Demi meredakan suasana dan menghindarkan diri dari banyak ribut, setelah ia setuju untuk menyerahkan nona Giok Lan kepada kita, tentu saja tiada berguna lagi untuk mencari gara2 dengan banyak ribut!”

“Soal ini sih tidak sedemikian!”

“Lalu karena apa?”

“Sacara mendadak siauwte teringat akan kabar berita yang tersiar di dalam dunia persilatan, banyak orang mengatakan bahwa Sin Hong Pay tju bisa mencabut nyawa kita tanpa menimbulkan sedikit suarapun apa yang ia ancam terhadap kita barusan kemungkinan besar bukan gertak sambal belaka, Haaa…. sewaktu siauw te teringat akan kabar berita yang tersiar dalam Bu-lim ini hatiku merasa amat gelisah, teringat mungkin sekali urusan ini akan menyeret Toako ke dalam keadaan yang mengerikan hatiku semakin cemas lagi, Tidak nyana ia suka berubah niat dan setuju untuk menukar jiwa Giok Lan dengan jiwa Kiem Tjoa Leng-tju, hal ini sungguh membuat aku merasa bingung dan sama sekali tidak paham”

“Kau teringat urusan apa lagi?”

“Di dalam dunia persilatan tersiar kabar berita pula yang mengatakan sewaktu sin Hong Pay tju hendak menghukum lawannya asal ia berdiri tepat dihadapan patung arca itu maka dalam waktu yang singkat hukuman akan segera menimpa diatas tubuh siterhukum; kalau kita dengar berita ini sang hati memang akan dibikin keheranan, padahal kalau kita berpikir lebih cermat lagi dibalik peristiwa tersebut sebenarnya tersembunyi suatu rahasia yang sangat besar”

“Rahasia apakah itu?”

“Jikalau di dalam patung berwajah bengis itu disembunyikan alat2 rahasia atau senjata2 rahasia, dengan andalkan kepandaian silat yang kita miliki tak perlu terlalu jeri kepadanya, tapi jikalau yang ia sembunyikan adalah semacam obat pemabok yang tak berwarna tak berasa dan tanpa menimbulkan suara maupun gerak gerik yang mencurigakan tahu2 menyembur ke arah kita, bukankah tanpa disadari racun tersebut telah bersarang ditubuh kita….”

Sebelum ia sempat menyelesaikan kata2nya mendadak terdengar suara langkah kaki yang ramai dan ribut berkumandang datang dari arah belakang.

Mereka segera berpaling tampaklah Kiem Liong Lengcu dengan langkah cepat sedang bergerak mendekat, dibelakangnya menguntil beberapa orang yang diantaranya merupakan Giok Lan sidayang cantik itu.

“Eeei…. mungkinkah Sin Hong Paycu berubah niat?” tanya Siauw Ling keheranan.

“Ehm…. urusan memang rada sedikit mencurigakan!”

Ditengah pembicaraan, Kiem Lion Lengtju telah tiba dihadapan mereka, seraya menjura ujarnya, “Paytju kamiberkata bahwa Tiong Cho Siang Ku adalha manusia yang boleh dipercaya dalam dunia persilatan, selamanya berwatak baik dan pegang janji setelah menyanggupi untuk bertukar orang tak akan ingkari janji maka dari itu Paytju kami membiarkan kalian membawa pergi sang bocah perempuan ini terlebih dulu setelah itu barulah kalian melepaskan Kiem Tjoa Lengtju kami….”

“Aah! tidak kusangka paytju kalian bisa berlapang dada macam begini! jengek Siauw Ling dari samping.

“Hmmm! paytju kami selamanya jadi orang ramah dan berlapang dada….” sambung Kiem Liong Lengtju dengan nada dingin.

Sinar matanya perlahan-lahan dialihkan ke arah Giok Lan dan terusnya, “Sekarang kau boleh menyeberang kesana”

“Tunggu sebentar!” tiba-tiba Sang Pat berseru,

“Kenapa?”

Sambil memandang tajam wajah Giok Lan, tanya Sang Pat dengan wajah serius.

“Nona apakah pikiranmu betul2 sadar?”

Selamanya kalau bicara si sie poa emas tentu tak lupa dengan suara tertawa haha hihinya tapi sekarang setelah bersikap serius wajahnya benar2 mengerikan….

“Aku sangat baik!” sahut Giok Lan mengangguk.

“Apakah mereka sudah membebaskan jalan darah diatas sepasang lenganmu yang tertotok?”

“Sudah!” jawab Giok Lan kembali sambil angkat sepasang tangannya ketengah udara.

“Kalau begitu sangat bagus sekali, benda yang tadi berada dalam saku nona apakah sekarang masih ada?”

“Entah mereka meletakkan benda apa didepan dadaku, sewaktu mereka ambil pergi barang tersebut tadi jalan darahku ditotok terlebih dahulu jadi aku sama sekali tidak merasa”

Ditengah pembicaraan yang sedang berlangsung, secara diam2 Sang Pat memperhatikan semua gerak gerik gadis tersebut, setelah ditemuinya tak ada hal yang mencurigakan barulah ia ulapkan tangannya ke arah Kiem Liong Lengcu.

“Tolong beritahu kepada Paycu kalian untuk perhatian darinya kami merasa sangat berterima kasih sekali”

“Kalian berdua silahkan berlalu, maaf cayhe tidak mengantar lebih jauh!

Siauw Ling, Sang Pat dengan membawa Giok Lan buru-buru putar badan dan berlalu dari sana kembali ke dalam gubuk mereka.

Secara diam2 Sang Pat memperhatikan terus seluruh gerak gerik dari Giok Lan melihat kepandaian silatnya sama sekali tidak mengalami gangguan apapun hatinya semakin curiga lagi, menanti ia benar2 yakin kalau Giok Lan tidak ada persoalan barulah sigemuk ini menghela napas panjang tanyanya.

“Nona Giok Lan mengapa Sin Hong Paycu menaruh rasa simpatik kepadamu? mengapa secara sukarela ia suka melepaskan dirimu?

Giok Lan adalah seorang gadis yang cerdik sejak tadi ia sudah merasa bahwa secara diam2 Sang Pat terus menerus memperhatikan dan mengawasi gerak geriknya, hanya saja ia tidak ingin banyak bicara dan tetap mempertahankan ketenangannya.

Menanti si sie poa emas buka mulut mengajukan pertanyaan, diam2 ia baru menghembuskan napas panjang.

“Aku sendiripun tidak paham!” sahutnya lirih.

Sang Pat segera alihkan sinar matanya ke arah Siauw Ling, dan tanyanya, “Toako! apakah secara diam2 kau telah turun tangan memberi peringatan kepada diri Sin Hong Pay-tju dan memaksa ia menuruti kehendakmu?”

“Tidak! aku sama sekali tidak pernah mencampuri urusan orang lain”

“Kalau begitu urusan sedikit mengherankan seru Sang Pat diiringi suatu senyuman getir “Watak serta tingkah laku dari Sin Hong Pay tju ini sungguh membuat orang keheranan, ragu2 dan merasa tidak paham.” 
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar