Golok Bintang Tujuh Bab 06 : Peladjaran Ilmu Golok Bintang Tudjuh

SI NENEK penghuni pulau Angin Pujuh jang dianggap nenek sendiri oleh Siauw Beng dengan panggilannja 'Popo', begitu melihat sigagu mengadjak orang bertanding telah mendapat akal bagus. Dihadapinja si gagu dan berkata kepadanja:

“Gagu, berani kau tidak memandang mata kepada orang. Kau djangan suka mengagul-agulkan dirimu, belum tentu kau dapat mengalahkannja, tahu?”

Sigagu bertambah ber-djingkrak2an, si nenek tersenjum-senjum.

“Kau tidak pertjaja?” Tanjanja, “Selesaikanlah bangunan itu dahulu, nanti akan kusuruhnja ia melajanimu sehingga tiga djurus.”

Sigagu terlebih girang, dari suara mulutnja ia berteriak 'Uak' 'Uak' menandakan kepuasannja. Tjepat sekali ia menumpuk batu lagi dan membangun untuk Siauw Beng menetap nanti.

Sebaliknja, Sauw Beng mendjadi ketakutan setengah mati, tidak disangka ia harus disuruh berhadapan dengan sigagu dengan golok pemetjah batunja. Mana mungkin ia dapat memberikan perlawanan, walau hanja didalam 3 djurus sadja?

“Popo,” demikian Siauw Beng berkata. “Goloknja galak, tenaganja besar, biarpun satu djurus sadja, aku sudah tidak sanggup.”

Sinenek penghuni pulau Angin Pujuh tertawa, dengan senjuman terkulum ia berkata:

“Anak, mengapa kau boleh menakutinja? Aku sengadja menjuruh meneruskan bangunan itu, dengan demikian ia akan kehilangan sebagian banjak dari tenaganja. Menjusul, akupun akan memberikan ilmu peladjaran kepadamu. Maka djangan kata, baru 3 djurus, sampaipun 5 djuruspun kau akan sanggup menandinginja.”

Siauw Beng jang pernah menjaksikan bagaimana lihaynja nenek tua ini mempermainkan Hek Thai-tong mendjadi gembira, ia pertjaja kepadanja. Maka dengan berteriak riang, dipeluknja si nenek dan berkata:

“Popo, lekas kau adjarkan padaku... Popo, lekas adjarkan padaku.”

Sinenek jang melihat kelakuannja Siauw Beng sedemikian mesra mendjadi senang, ia tahu ketjuali Siauw Beng mengetahui tempat penjimpanan itu buku 'Kun-lun- sin-sie' sudah tidak ada orang kedua lagi. Maka bila Siauw Beng dalam gembira dan mengatakan letak penjimpanan, sudah tentu dengan mudah ia akan dapat memilikinja.

Tapi si nenek tua tidak ter-gesa2 atau terburu napsu, ia mempunjai kesabaran jang luar biasa. Ketjerobohan akan mengakibatkan kegagalan. Pepatah ini diingatnja betul dan tidak segera menanjakan kepada si anak sengsara. Ia ingin membuktikan kepada sang anak, bahwa ia dapat menggantikan kedudukan ibunja jang sudah meninggal dunia. Dan itu waktulah, setelah Siauw Beng pertjaja kepada kebaikannja, dengan mudah atau sonder disuruh lagi, sudah pasti Siauw Beng akan membongkar rahasia sendiri.

Waktu jang diperlukan seperti ini bukan satu atau dua hari, mungkin 3 tahun atau 5 tahun, besar djuga kemungkinannja belum tjukup untuk memberikan kepastiannja.

Tapi si nenek tua sudah melihat bagaimana kekukuhannja hati pribadi Siauw Beng diperkampungan Sam-kiong San-tjhung, maupun didasar lembah Patah Tulang, maka ketjuali satu djalan ini, tidak mungkin ada djalan lain lagi.

Disinilah letaknja kepintaran dari si nenek tua sehingga Siauw Beng jang terperangkap dengan tipu baik budinja pertjaja 100% kepada si nenek djahat dan mengakibatkan kesalahan2 dikemudian hari. Inilah tierita berikutnja dari kedjadian tadi, dan biar dituturkan dibagian belakang sadja.

Maka ditjeritakan si nenek tua segera memberikan beberapa ilmu peladjaran kepada Siauw Beng di itu saat djuga. Tentang kepandaian nenek tua ini djauh lebih tinggi dari pada Pek-kut Sin kun jang mendjadi guru dari Hek Thian-tong. Maka biarpun satu djurus ilmu peladjaran jang diberikan olehnja, sudah tjukup untuk menandingi djago jang seperti Tjoa Tay-kiong. Tentu sadja kepandain Siauw Beng madju dengan pesat dan tidak dapat disamakan dengan Siauw Beng tempo hari.

Disana, sigagu tidak memperdulikan apa jang diberikan orang kepada anak ketjil jang akan mendjadi tandingannja. Batu diangkat, dibelah dan disusun sedemikian rupa membuat bangunan darurat untuk Siauw Beng menetap.

Tenaga dari nenek gagu ini memang luar biasa besarnja, maka ia menggunakan golok pemetjah batu jang berukuran tidak normal itu mudah seperti golok biasa. Sebentar sadja ia sudah menjelasaikan tugas jang diberikan kepadanja dan mulai menenteng golok pemetjah batu jang segera dituding-tudingkan ke arah Siauw Beng.

Waktu itu, Siauw Beng telah diberi tjambuk perak untuk digunakan sebagai sendjata atau genggamannja, terhadap permainan ilmu tjambuk ini ia masih belum dapat memahami semua. Maka dengan hati berdebar-debar ia menjiapkan diri untuk diudji tentang kebenaran dari kata2 'Popo'nja.

Nenek tua penghuni pulau Angin Po-juh tahu akan keragu-raguan Siauw Beng, maka ia mendekatinja dan membisiki:

“Sigagu agaknja sudah tidak sabaran. Ingatlah semua peladjaran jang belum lama kuberikan. Maka gunakanlah tipu 'Membuang tenaga lawan' menghindari serangan golok jang pertama dan kedua. Untuk serangan goloknja jangketiga, untuk menundukannja agar selandjutnja ia dapat mendengar perintahmu, kau harus menggunakan sedikit kekerasan. Maka kutanggung didalam tiga djurus ini kau dapat mendjatuhkannja.”

Siauw Beng sudah tidak diberi kesempatan untuk berpikir, si nenek gagu sudah menggerakkan golok pemetjah batunja dan 'Hut' mengepruk keatas kepalanja.

Didalam keadaan jang seperti ini, hanja satu djalan baginja, menuruti apa jang telah diadjarkan kepadanja, Siauw Beng mengajun tjambuk perak menapaki datangnja golok pemetjah batu dari si nenek gagu.

Golok pemetjah batu dan tjambuk perak pertanda dari penghuni pulau Angin Pujuh beradu. Siauw Beng merasakan getaran jang hebat luar biasa, hampir sadja tangannja... patah di itu ketika, tjepat sekali ia mengerahkan peladjaran

'Membuang tenaga lawan' menjeret tjambuk perak jang digesernja menurut arah tenaga lawan, maka satu tenaga lunak mengikuti arah jang digeser ini menghilangkan tenaga kerasnja si nenek gagu.

Siauw Beng tidak berhenti sampai disini, tjambuk perak dililit dan dipelintir sedemikan rupa menurut adjaran jang belum lama diberikan kepadanja dan diteruskan melemparkannja.

Sinenek gagu merasakan tenaganja punah, kemudian goloknja bagaikan dibuang hampir terlepas dari tangan, maka tjepat ia madju sedikit mengikutnja dan lompat mendjauhi lawan ketjilnja.

Tapi, kekalahan ini malah menambah kemarahannja, ia tidak pertjaja golok pemetjah batu dapat dilawan oleh seorang botjah jang masih ingusan. Terlihat ia imundur dan mundur lagi sehingga beberapa langkah, kemudian memutar- mutarkan golok pemetjah batu sedemikian rupa sehingga 12 kali putaran, djaraknja dengan Siaw Beng jang tadi ditarik djauh mendjadi dekat kembali dan 'Hut', dibabatnja pinggang ketjil Siauw Beng.

Mudah untuk dibajangkan, sebelum sigagu membabat pinggang orang, golok pemetjah batu sudah diputar-putarkan sehingga 12 kali putaran. Benda berat jang sudah diputar sedemikian rupa, biarpun tidak menggunakan tenaga djuga sudah tjukup hebat dan dahsjat, apa lagi tenaganja sigagu sangat besar dan keras, sewaktu membabat pinggangpun ditambah dengan tenaga barunja lagi. Betapa hebatnja serangan keduanja dilontarkan kepada Siauw Beng? Sungguh kedjadian jang sukar dapat dlibajangkan.

Tapi, ilmu kepandaian si nenek penghuni pulau Angin Pujuh memang tjukup hebat, dengan sendirinja, pelajaran jang diberikan kepada Siauw Beng djuga tjukup hebat. Tidak perduli apa jang dihadapinja, Siauw Beng mengajun tjambuk perak lagi memberikan perlawanan mati2an.

Mengikuti petundjuk si nenek penghuni pulau Angin Pujuh, sekali lagi Siauw Beng menggunakan ilmu 'Membuang tenaga lawan', melibat golok orang memunahkan tenaga besar jang datang dan mengenjampingkannja.

Wadjahnja sigagu sudah tidak segalak tadi, iapun tidak marah2 lagi, sebaliknja, keeherananlah jang terlihat njata. Ia mundur dua tindak, kemudian golok diangkat, bagaikan membelah kaju, diajunkan kearah kepala sang lawan.

Dua kali Siauw Beng menuruti apa jang telah ditundjuk dengan mendapatkan hasil sempurna, maka ini kali, dengan tidak berpikir lagi, iapun mengangkat tjambuk peraknja, siap melemparkan golok pemetjah batunja si nenek gagu itu.

Semua kedjadian sudah dapat diramalkan terlebih dahulu oleh si nenek tua penghuni pulau Angin Pujuh maka terdengarlah 'Trang' dan badannja Siauw Beng telah terpental 10 tombak dari tempat semulanja.

Siauw Beng masih terlalu ketiil untuk dapat memahami semua kelitjikan dunia, akal tipu manusia, ia tidak akan menjangka si nenek tua jang main gila, sebaliknja menjangka dirinja sendiri jang kurang paham didalam ilmu silat jang diberikannja tadi. Ia terdjatuh dengan dada sesak dan 'Oak' pingsanlah si anak ketjil jang bernasib djelek ini…..

********************

Beberapa saat kemudian…..

Sewaktu Siauw Beng tersadar dari pingsannja terlihat sudah terbaring dirandjang batu, disebelah terlihat si nenek tua jang memesut darah dimulutnja. Ia mentjoha memberikan pendjelasan dan berkata perlahan:

“Popo… Aku…“

Tjepat si nenek mengulapkan tangan mentjegah Siauw Beng berbitjara, dengan roman jang penuh perhatian ia berkata:

“Djanganlah kau banjak bitjara.”

Tapi Siauw Beng tetap meneruskan kata2nja djuga, ia takut mendapat salah dari nenek tua jang berkepandaian tinggi ini.

“Popo,” panggilnja. “Aku tidak dapat melawan dia.”

“Anak, akulah jang salah.” Berkata si nenek penghuni pulau Angin Pujuh. “Tidak seharusnja aku membiarkan kau menjambuti tiga djurus serangannja.”

Sebetulnja, usul pertaudingan telah disetudjui oleh nenek tua ini, bahkan ia pernah menepik dada mendjandjikan kemenangan bagi si anak sengsasara. Tidak disangka hanja beberapa patah kata inilah jang diutjapkan olehnja. Dari sini sudah dapat membuktikan akan kelitjinannja si nenek tua.

Tapi, Siauw Beng jang berotak ketjil, biar bagaimana tetap masih berupa seorang anak ketjil biasa. Tidak mungkin ia dapat mengetahui atau menjelami kelitjikan dunia. Kelakukan baik dari si nenek membuat ia sukar untuk melupakannja, maka dengan terharu berkata:

“Popo, akulah jang berotak tumpul sehingga tidak dapat memahami semua ilmu peladjaran jang diberikan sesingkat tadi. Biar lain kali kupeladjari dengan terlebih teliti dan melawannja lagi.

Sinenek tua mengeluarkan djempolnja memudji:

“Hebat!”

Maka, dipanggilnja si gagu dan berteriak: “Tan Khiong, lekas ammbil pisau.”

Siauw Beng heran, ia tidak mengarti apa kegunaannja pisau disaat jang seperti ini. “Popo,” panggilnja. “Untuk apakah kau meminta pisau?”

Sinenek tua membuat satu sikap susah pedih, dengan lagu suara seperti meratap berkata:

“Lukamu terlalu parah, darah jang keluarpun bukan sedikit. Maka aku mau mengorek sebagian dipundakku, demikian djuga dipundakmu jang akan kubuka, dari situlah nanti aku mentjurahkan darah kedalam tubuhmu menambah darah jang kehilangan tadi.”

Siauw Beng tidak menjangka semua kebaikan dari si nenek tua berupa kebaikan bikinan belaka, disangkanja nenek penghuni pulau Angin Pujuh ini baik hati, maka dengan terharu berkata lagi:

“Popo, lukaku tidak seberapa. Tapi dengan umurmu jang sudah sedemikian tua…”

“Hus!” Potong si nenek tua, “Aku baru berumur 67, siapa jang mengatakan tua?”

Siauw Beng tidak berani banjak bitjara lagi karena dibentak seperti tadi. Ia merapatkan kedua matanja, menarik napas pandjang memikiri lukanja.

“Mengingat kepada masa depanmu, memikir tentang ketjepatan sembuh dari lukamu, untuk memberikan pengorbanan jang tidak seberapa ini, sudah tentu tidak berarti banjak bagiku.” Sinenek tua menjambung bitjaranja.

Siauw Beng tidak banjak debat lagi, dibiarkan sadja segala gerakan si nenek tua jang belum diketahui namanja. Di dalam hati ketjilnja sangat bersjukur dan berterima kasih. Ia bersumpah untuk mengingat budi ini sehingga mati.

Masih untung Siauw Beng telah diberi makan 'Tjian-lian Soat-som' oleh ibunja, biarpun luka jang diderita tjukup berat, berkat bantuannja si nenek, tidak lama, iapun dapat sembuh kembali.

Tentang sigagu jang dipanggil 'Tan Khiong' perlu dituturkan sedikit disini.

Ternjata nama 'Tan Khiong' sudah tidak terlalu asing lagi bagi mereka jang sudah berusia landjut. Sifatnja galak dan berangasan, inipun dikarenakan Ia dilahirkan dikampung orang miskin. Sewaktu ia baru dilahirkan, setjara mendadak sadja Tan Khiong dilarikan oleh binatang monjet raksaksa, disana ia diberi susu binatang besar ini, maka dengan sendirinja, pertumbuhan badan Tan Khong melebihi dari pertumbuhannja manusia biasa. Sifatnja galak bagai pengasuhnja, dan sifat inilah sukar untuk dirubah selama hidupnja.

Tan Khiong hidup dirimba raya selama 7 tahun, itu waktu ia telah setinggi manusia biasa, tenaganja besar dan kuat, bukan satu dua kali ia mengedjar binatang2 lainnja untuk dibeset-beset bagaikan mainan biasa.

Sewaktu Tan Khiong berumur 12 tahun, lewatlah seorang padri ternama jang menemuinja, maka Tan Khiong dipelihara dan diberi ilmu peladjaran, demikianlah sehingga si padri ternama itu wafat.

Sewaktu gurunja masih hidup, tidak berani Tan Khiong mengganas atau mengganggu sesamanja, tapi setelah si padri ternama wafat, sifat binatangnja Tan Khiong kumat pula, serangkali ia mengganggu manusia jang lewat disisinja, ia merampas makanan dan mempermainkan orang.

Demikian ia melewatkan hidupnja selama 40 tahun dan mendapat nama djulukan 'Wanita raksasa djahat' dengan belum pernah menemui tandingan sama sekali.

Bukan satu dua orang jang ingin mendjatuhkan 'Wanita raksasa djahat' ini, tapi disebabkan kepandaian Tan Khiong memang tjukup tinggi, tenaganja tjukup maka tidak ada satu diantara mereka jang dapat memenangkapnja.

Demikianlah, pada suatu hari, datang seorang jang mengatakan kepada Tan Khiong, bahwa ia tidak pantes kalau tidak bersendjata, sebagai seorang 'Raksasa' sendjatanja harus menggunakan sendjata raksasa djuga, maka diusulkan untuk mengambl besi badjanja Hun-in Lo-koay digunung Khong tong.

Nama Hun-in Lo-koay jang mendjadi salah satu dari 4 'Manusia Imperialis' tidak berada di bawhnja Pek-kut Sin-kun, tentu kepandaiannja hebat dan lihay, orarg ini sengadja mengatakan demikian agar Tan Khiong dapat menderita kekalahan disana.

Tapi nasibnja Tan Khiong mudjur, sewaktu ia tiba digunung Khong-tong, Hun-in Lo- koay sedang bepergian keluar, maka dengan mudah Tan Khiong mendapatkan itu besi badja jang segera dibuat mendjadi golok besar jang istimewa, inilah asal usulnja itu golok pemetjah batu jang pernah Siauw Beng lihat di pulau Angin Pujuh.

Sewaktu itu, Tan Khiong masih dapat bitjara dan tidak gagu seperti apa jang kita djumpai di pulau Angin Pujuhnja si nenek tua. Ia malang melintang lagi 10 tahun dengan tanpa tandingan sehingga achirnja menemui si nenek tua jang lihay.

Sinenek tua penghuni pulau Angin Pujuh segera menotok djalan gagunja sehingga membuat Tan Khiong tidak dapat bitjara, lalu diadjak pulang ke pulaunja untuk didjadikan budak merangkap pendjaga pulaunja bila ia sedang pergi keluar.

Mudah dimengerti Siauw Beng jang masih ketjil bukan tandngannja Tan Khiong sidjago raksasa, hal ini pun sudah dapat dimaklumi oleh si nenek tua penghuni Angin Pujuh jang membawa Siauw Beng pulang ke pulaunja dengan mengandung maksud jang tertentu. Maka sewaktu serangan golok pemetjah batu jang ketiga datang, ia sengadja menjuruh si anak membuat terpental sendjata berat orang agar Siauw Beng terluka, dan betul sadja, menurut rentjana, Siauw Beng sudah terluka dan dibaringkan ditempat tidur batunja.

Karena Siauw Beng terluka, maka ada terlebih mudah untuk menjalurkan sedikit darahnja kedalam tubuh sianak, alasan inipun tjukup kuat sehingga tidak mungkin Siauw Beng dapat bertjuriga kepada si nenek tua jang selalu dipanggil 'Popo' satu sebutan jang lazim bagi seorang jang memanggil neneknja sendiri jang tertjinta.

Sinenek tua tidak sadja menjalurkan sedikit darahnja kepada Siauw Beng, bahkan memberikan perawatan jang terlebih teliti dari pada siapapun djuga, satu pantjingan jang paling sukar untuk dilakukan oleh manusia biasa, dan karena inilah sifat djinaknja Siauw Beng sudah dapat dipupuk sehingga ia pertjaja penuh kepada si nenek tua melebihi kepertjaan kepada siapapun djuga.

Demikian, Siauw Beng harus menerima perawatannja si nenek tua sehingga 3 bulan, baru ia dapat sembuh betul dari luka jang dideritanja. Kemudian ia mendapatkan bermatjam-matjam ilmu peladjaran, termasuk djuga ilmu petjut perak dan ilmu golok Bintang Tudjuh.

Tan Khiong, si raksasa wanita jang sudah berumur 91 tahun tetap masih sehat walafiat. Diperhatikanja bagaimana Siauw Beng mendapat kemadjuan pesat, hatinja mendjadi mengiri dan bentji, dengan bermatjam-matjam tjara ia memantjing insiden atau menggoda, ingin sekali ia membunuhnja anak ini atau diapakan sadja asal dapat melampiaskan kemarahannja.

Tapi Siauw Beng tjukup tjerdik, selalu menghindari diri dari ber-matjam2 gàngguannja Tan Khiong jang ia tahu bertenaga besar luar biasa, tjara demikian ia dapat menetap dipulau Angin Pujuh sehingga 6 tahun……

********************

6 tahun kemudian…..

Anak ketjil Siauw Beng telah berubah mendjadi seorang anak muda gagah, latihan dipulau Angin Pujuh telah membuat pemuda ini bertambah kuat dan sehat.

Pada suatu hari, sebagaimana biasa, setelah Siauw Beng melatah diri menudiu ke bangunan batu jang didiami oleh si nenek tua. Disanalah pemuda dibuat kaget karena terdengar suara 'Ak' 'Ak' 'Uk' 'Uk' nja Tan Khiong jang seperti meminta sesuatu apa.

Selama 6 tahun belakangan ini, Siauw Beng sudah dapat mengetahui bahwa Tan Khiong tidak puas terhadap dirinja si nenek tua, bukan satu dua kali si raksasa gagu membokong ingin mematikan orang. Namun, berkat ketangkasannja si nenek jang memang lihay luar biasa, selalu serangan2 bokongan itu dapat digagalkan.

Demikian djuga di hari itu, Siauw Beng sudah menjangka sesuatu apalagi, tjepat sekali ia lari menudju ke bangunan si nenek tua untuk melihat ap jang telah terdjadi, terhadap nenek tua jang dianggapnja sangat baik ini. Siauw Beng ternjata sangat tjinta sekali.

Siauw Beng telah menganggap si nenek tua itu seorang jang terbaik didalam dunia, seorang nenek welas asih penjajang sesamanja, seorang nenek jang tidak mementingkan diri sendiri demi menolong penderitaan umat manusia.

Djikalau Siauw Beug tidak memikir di sampingnja ada seorang nenek jang baik budi, seorang nenek pembela keadilan, mana mungkin ia dapat tinggal atau hidup bersama-sama dengan seorang raksasa galak jang seperti Tan Khiong. Sinenek tjerita, Tan Khiong ini sebenarnja sebagai seorang biasa jang ditotok djalan gagunja untuk didjadikan budak pendjaga pulau Angin Pujuhnja. Tjerita ini, bila didengar oleh orang lain, tentu tidak dipertjaja. Tidak demikian dengan Siauw Beng jang telah tunduk takluk kepada kewibawaannja si nenek tua, segala matjam perkataannjapun dianggap betul sadja.

Disana, sewaktu Siauw Beng tiba dibelakang bangunanan batu jang didiami oleh nenek tuanja, sudah terlihat Tan Khiong membatjok-batjokan golok pemetjah batu merusak bangunan.

'Braak'… 'Braak'… 'Braak'… 'Braak' Beberapa bagian bangunan batu sudah mulai rusak tapi tidak terlihat si nenek memuntjulkan dirinja djuga.

Siauw Beng menjinta si nenek tua melebih dari pada ibunja, maka melihat tidak ada gerakan sesuatu apa, dengan tidak mementingkan keamanannja, ia lari masuk dari pintu lainnja.

Maka, sebentar sadja Siauw Beng sudah tiba di dalam bangunan batu tadi. Tampak ditempat tidurnja si nenek tua terlihat terbaring satu tubuh jang tidak bertenaga, itulah si nenek penghuni pulau Angin Pujuh jang sedang membawakan peranannja main komidi.

Tapi Siauw Beng tidak tahu, disangkanja si nenek tua sedang terluka, maka tjepat dihampiri dan nanja:

“Popo, kau mengapa?”

Sinenek tua merintih-rintih seperti menanggung sakit jang hebat sekali, dengan tidak memberi djawaban jang pasti ia balik menanja:

“Anak, suara apakah jang ribut2 diluar bangunan batuku ini? Mungkinkah Tan Khiong si binatang jang melihat aku terluka menantang perang lagi?”

Siauw Beng memanggutkan kepala membenarkan dugaan poponja. Maka di wadjah keriputnja si nenek terlihat kesengsaraan jang luar biasa, ia masih mentjoba bangun dari tempat tidurnja, tapi sebentar sadja wadjahnja merah, keringat mengutjur deras, napasnja sengal-sengal bersuara keras, satu tanda dari hebatnja ia menderita.

Siauw Beng tidak menjangka akan sandiwara, tjepat ia madju memajang dan berkata:

“Popo, kau mengapa?”

Tjepat sekali si nenek tua memberikan pendjelasan:

“Anak, aku telah salah melatih diri. Semalam baru terasalah akan kesalahanku ini jang mengakibatkan lenjapnja sebagian besar dari tenaga latihanku. Agaknja si gagu tahu hal ini, maka iapun berani mengamuk lagi.”

Untuk memberikan perlawanannja kepada si raksasa gagu, Siauw Beng masih belum mempunjai pegangan teguh, kini melihat poponja sudah tidak berkepandaian lagi, hatinja mendjadi semakin sibuk, maka hanja terdiam dengan tidak berdaja.

Sinenek tua sudah merentjanakan segala matjam tindakannja, sampai disini terdengar lagi ia berkata:

“Anak, ambillah tjambuk perak dan golok Bintang Tudjuh itu, kedua sendjata ini tjotiok sekali untuk digunakan untukmu. Maka sebelum Tan Khiong mengetahui akan keadaan jang sebenarnja dari keadaan lukaku, tidak mungkin ia berani lantjang masuk kemari. Kesempatan ini dapat kau gunakah baik2 untuk melarikan diri. Lekaslah kau lari, semakin tjepat semakin aman, djanganlah sampai ditemui oleh si raksasa gagu lagi.”

Siauw Beng tidak dapat menjetudjui sifat pengetjut jang hanja pandai melarikan diri, tidak menunggu si nenek tua selesai bitjara, ia sudah segera memotongnja:

“Popo, apa jang kau utjapkan tadi? Kau menjuruh aku melarikan diri?”

Sinenek memangutkan kepala.

“Betul… lekas… Lekaslah… kau lari… Lari mendjauhi Tan Khiong si iblis jang lagi kalap itu.”

Di luar bangunan rumah batunja si nenek, Tan Khiong jang melihat tantangannja tidak mendapat penjahutan sebagaimana lajaknja sudah dapat memastikan bahwa si nenek sedang terluka, maka ia bertambah berani dan membatjok lagi sehingga rumah bangunan batupun tergetar bagaikan dunia mau kiamat.

Siauw Beng tahu bahaja apa jang akan mengantjam mereka berdua jang masih berada didalam rumah bangunan batu.

“Popo,” demikian teriak si pemuda. “Djanganlah kau mentjapaikan diri lagi, biar kutjoba untuk memantjing pergi sigagu jang ganas itu.”

Betul sadja, badannja Siauw Beng sudah melesat keluar untuk mengadu djiwa dengan Tan Khiong agar dapat menolong si nenek tua.

Kepandaian si raksasa wanita sudah dapat diketahui sampai dimana maka sebelumm Siauw Beng keluar bangunan, ia sudah mengambil itu golok Bintang Tudjuh dan tjambuk perak jang dapat digunakan bagai sendjata untuk memberikan perlawanan jang mematikan.

Golok Bintang Tudjuh mulai diajun dan suara 'Aung' 'Aung' dari 7 lubang telah dapat menjaingi suara angin jang menderu-deru, dari sini sudah dapat dibuktikan akan tenaga latihannja Siauw Beng jang madju pesat.

Bentuk dan rupanja golok Bintaog Tudjuh tidak djauh berbeda dengan golok2 jang biasa digunakan sebagai sendjata, hanja 7 lubang benbentnk bintang itulah jang mendjadi kestimewaannja, maka semakin keras diputar, semakin njaring pula bunji jang dikeluarkan. Semakin besar tenrga orang jang menggunakannja, semakin hebat pula chasiatnja golok ini.Lubang2 itulah jang membuat suara kentjang berbunji bagaikan suara gangsingan jang diputar me-ngaung2 tidak berhenti.

Terlihat Siauw Beng mentjelat keluar, dengan tjambuk perak di tangan kiri ia mengenjampingkan gooak pemetjah batu orang, kemudian golok Bintang Tudjuh diputar, dengan membawa suara gangsingan jang keras dan menggunakan ilmu tipu 'Khong-hiat-lay-hong' atau 'Angin datang dari lorong kosong' dengan arah miring menjerang kearah Tan Khiong.

Pertama kali Siauw Beng datang di pulau Angin Pujuh ini, pernah djuga ia mentjoba-tjoba menggunakan Golok Bintang Tudjuh kepunjaan si nenek tua, namun, keadaan di itu waktu tidak dapat disamakan dengan keadaan sekarang.

Angin pujuh di pulau ini belum pernah berhenti, dahulu tenaga latihannja Siauw Beng djuga terbatas sehingga djika menggunakan golok Bintang Tudjuh bersilat, tentu sadja tidak ada artinja sama sekali, suara menderu-derunja angin telah mengalahkan suara gangsingan jang diputar kurang kuat.

Tidak demikian pada hari itu, didalam keadaan jang terdesak, ditambah latihan tenaga dalam jang sudah tjukup sempurna, kegunaan golok Bintang Tudjuh sudah mulai terlihat dengan njata. 'Ternguing nguinglah golok istimewa dari pulau Angin Pujuh ini menjerang ke arah Tan Khiong jang lagi mengganas karena disangkanja si nenek tua tidak berdaja untuk melakukan sesuatu apa.

Tan Khiong jang melihat datangnja serangan tjambuk perak sudah dapat melajaninja dengan siasat, tjepat sekali ia menjingkir dari libatan tjambuk tadi dan siap membalas menjerang dari lain djurusan lagi.

Tidak disangka, sendjata jang digunakan oleh si anak muda adalah dua sendjata terampuh jang mendjadi pusaka2 pulau Angin Pujuh, dengan mengaung-ngaung golok Bintang Tudjuh mulai datang membikin serangan susulannja.

Tan Khiong mengeluh, tahulah ia terpedaja oleh musuh ketjilnja, melihat ilmu tipu 'Khong-hiat-lay-hong' jang digunakan, terpaksa ia mentjelat djauh agar tidak mendjadi korban setjara pertjuma.

Siauw Beng tidak menjangka dengan mudah ia dapat membuat si galak raksasa menjingkir sedemikian djauhnja. Pulau Angin Pujuh memang tjotjok sekali untuk digunakan melatih ilmu silat, disana orang bitjarapun harus menggunakan tenaga dalam, dengan demikian baru dapat menjaingi suara menderu2nja angin pujuh jang belum pernah berhenti disepandjang masa. Selama 6 tahun belakangan ini, demikianlah Siauw Beng melatih diri sehingga mendapat kemadjuan jang tidak disangka olehnja sendiri.

Maka, bagi orang jang baru datang dari luar pulau Angin Pujuh, biarpun ia berkepandaian tinggi, sampai disini ilmu kepandaiannja harus lenjap seperempat bagian dan tidak dapat dikeluarkan penuh, sebagian tenaga ini harus ditjurahkan untuk menandingi suara menderu-derunja angin pujuh dipulau tersebut.

Siauw Beng tidak tahu dengan kediadian ini, maka sewaktu belakangan ia meninggalkan pulau Angin Pujuh dan bitjara sedikit keras atau agak keras, tjukuplah untuk membuat orang terbinasa atau terluka. Maka terdjadilah huru hara. Inilah kedjadian berikutnja dari ini tjerita jang akan dituturkan dilain bagian.

Ditjeritakan Tan Khiong mundur djauh menhindari serangan golok Bintang Tudjuh, tapi ia murdur bukan untuk melarikan diri, sebaliknia membuat satu posisi baru dan menjerang dengan golok raksasa lagi.

Siauw Beng masih memutar-mutarkan golok Bintang Tudjuh membuat suara gangsingannja, melihat datangnja golok raksasa dari Tan Khiong dari arah kedudukan jang lain mendjadi kaget. Betul golok Bintang Tudjuh dapat diteruskan membabat putus lengan orang, namun serangan Tan Khiong jang mematikan itu akan membelah dirinja djuga, terpaksa ia menarik pulang golok dan memadjukan tjambuk peraknja.

Terhadap tjambuk perak ini, sewaktu Siauw Beng baru mengindjakkan kakinja dipulau Angin Pujuh, Tan Khiong pernah merasakan kehebatannja, maka dengan sendirinja ia tidak akan membiarkan golok pemetjah batunja dililit dan tjepat2 menarik pulang.

Maksud tudjuan Siauw Beng menempur Tan Khiong jang galak ganas bukanlah untuk mentjari kemenangan, ia menginginkan orang mendjauhi bangunan rumah batunja si nenek tua jang terluka. Maka tjambuk diajun sedemikian rupa, dengan ilmu tipu 'Hoa-bwe-bu-yu' atau 'Menghilangkan dan melenjapkan segala-gala' ia merangsek madju lagi.

Betul Tan Khiong telah berumur 97 tahun, tapi disebabkan pernah meminum susu binatang monjet raksasa jang pandjang umurnja, maka daja hidupnjapun tjukup lama, tenaga besarnja tidak akan lenjap begitu sadja. Ketjuali terhadap si nenek tua penghuni Angin Pujuh, ia agak takut untuk menghadapi, terhadap semua orang didalam dunia tidak ada satu jang dipandang dimatanja. Maka melihat Siauw Beng menjerang dengan 'Hoa-bwe-bu-yu' tjepat ia memutarkan golok besarnja membikin pembelaan dan djuga penjerangan.

Siauw Beng masih kurang pengalaman didalam pertempuran, melihat datangnja serangan terlalu tjepat, tidak mengerti ia harus membikin pembelaan dengan tjara apa, terpaksa ia mengajun golok Bintang Tudjuh sedemikian rupa, menangkis dengan sekenanja sadja.

Keistimewaan dari golok Bintang Tudjuh bukan di-perobahan2nja, 7 lubang itu memang membawa suara jang tjukup memusingkan kepala. Biasanja dimana ada suara, disitulah tentunja letaknja sendjata, tapi karena orang jang memutarkan mempunjai latihan tenaga dalam jang tjukup hebat, maka gerakan golok pun turut mendjadi tjepat, sewaktu suara jang dikeluarkan oleh lubang2 digolok Bintang Tudjuh masih ada disebelah kiri, golok jang digunakan sudah berada dilain tempat lagi, dari arah jang tidak disangka inilah golok Bintang Tudjuh akan menterdjungkelkan lawannja.

Tan Khiong dapat memahami kedjadian ini, maka tidak berani ia mendekati Siauw Beng lagi, terpaksa ia harus menjerang bila melihat ada lowongan.

Penjerangan Siauw Beng setjara serampangan telah membawa hasil jang tidak disangka, maka ia mendjadi girang dan membikin penjerangan dengan terlebih gentjar lagi.

Biar bagaimana, Tan Khiong jang usianja beberapa kali lipat dari sipemuda, menpunjai pengalaman tjukup luas di dalam pertempuran jang seperti ini, maka pada satu ketika sewaktu melihat lowongan, tjepat sekali ia mengajun golok pemetjah batu dan 'Hut' menembus kurungan golok Bintang Tudjuh mengarah kulit daging lawannja.

Hatinja Siauw Beng terkedjut, untuk menggunakan golok Bintang Tudjuh menangkis ada terlalu berbahaja bagi dirinja, dikuatirkan belum tentu dapat menandingi tenaga raksasanja Tan Khiong jang maha hebat, untuk melilit dengan tjambuk perak sudah tidak keburu karena sendjata tjambuk hanja dapat digunakan dari djarak djauh, dan kini golok besar sudah dekat dengan dirinja, didalam keadaan jang sangat terdesak, tiba2 Siauw Beng menutulkan kakinja dan mentjelat tinggi.

Kali ini Siauw Beng sudah sedia, golok Bintang Tudjuh disodorkan dan 'Traang', memindjam tenaga benturannja dua golok, ia naik dengan terlebih tinggi lagi.

Tan Khiong harus mendongakan kepala, lawannja djauh berada diatas udara, ia sudah siap dengan golok raksasa menanti turunnja Siauw Beng jang akan dibatjok oleh golok istimewanja.

Siauw Beng melajang ditengah udara, golok Bintang Tudjuh diputar sedemikian rupa, dengan suara mengaung mulai menurun. Kini terlihat Tan Khiong berada di bawahnja, ia menusuk ketudjuh arah jang tidak sama jang dinamakan tipu serangan 'Tjit-seng-lian-hoan' membuat mata sang lawan berkunang-kunang, kemudian 'Siuuut', dengan gaja 'It-ouw-put-thong' atau 'Sonder suara sonder tanja, tamu masuk njelontjong' menjerang kearah Tan Khong.

Tipu 'It-ouw-put-thong' atau dapat djuga diartikan dengan 'Sonder suara sonder tanja, tamu masuk njelontjong' adalah ilmu jang teristimewa dari permainan ilmu golok Bintang Tudjuh. Biasanja, bila golok diputar, 7 lubang diatas golok membawa suara uing-uingan membuat pusing kepala sang lawan, tapi dikarenakan ini djugalah, orang jang mendjadi lawan dapat mengetahui dari mana arah datangnja golok Bintang Tudjuh jang mau menjerang dirinja, sebelum dari apa jang terdjadi, ia sudah dapat membikin pendjagaannja terlebih dahulu. Tidak demikian dengan tipu serangan jang dinamakan 'It-ouw-put-thong', jang diartikan 'It-ouw-put- thong' ialah meluruskan golok menusuk orang, maka disebabkan gerakannja jang berdjalan lurus kedepan, semua lubang2 bintang tidak terkena hawa tekanan, dengan sendirinja suara mengaung dari golok bintang tudjuh tidak terdengar lagi, musuh segera kehilangan arah dari mana golok istimewa ini menjerang, tentu sadja mudah untuk terpedaja.

Demikian udjung golok Bintang Tudjuh dengan tipu jang dinamakan 'It-ouw-put- thong' menjerang di tempat 7 dim dibawah pundak lawan.

Tan Khiong sedang kebingungan harus menghadapi 7 serangan Siauw Beng jang pertama tadi, ia kehilangan djedjaknja arah golok atau diserang setjara begini, tentu sadja tidak menjangka dan 'Tjes' pundaknja sudah terluka.

Maka menggunakan kesempatan ini, Siauw Beng meletakan udjung kaki ditanah lagi, tidak menunggu sampai Tan Khiong dapat membuat posisi baru, tjambuk perak diajun merebut golok pemetjah batunja siraksasa wanita tua itu.

Hampir disaat jang sama, pundaknja Tan Khiong terluka, golok raksasanja terlepas dari genggamannja, membuka mulut berteriak: “Binatang!”

Eh, mengapa Tan Khiong dapat bitjara? Apa si pengarang tjerita salah bitjara?

Terdjadi disinilah letaknja keistimewaan. Gerakannja Siauw Beng jang dinamakan 'It-ouw-put-thong' dengan tepat telah mengenai 3 dim dibawah pundak orang, disitulah letak kebetulannja Tan Khiong jang sebelumnja telah ditotok oleh si nenek tua penghuni pulau Angin Pujuh sehingga mendjadi gagu. Tempat jang dilukai oleh Siauw Beng inilah jang mendjadi titik djalan darah membuka totokan gagu sehingga siraksasa galak dapat berbitjara…..
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar