Si Rase Hitam / Hek Sin Ho (Lanjutan Si Rase Terbang) Jilid 6

Si Rase Hitam / Hek Sin Ho (Lanjutan Si Rase Terbang) Jilid 6
Chin Yung/Jin Yong
-------------------------------
----------------------------

Jilid 6 
WALAUPUN keduanya berpakaian sebagai petani biasa, tetapi nyatanya pakaian me reka itu masih berbeda jauh dengan paKaian para petani yang tampak di-jalan2 dan di-ladang2 yang dilaluinya.

Perbedaannya ialah bahwa keduanya berpakaian utuh dan juga sangat bersih, sedangkan para petani diladang itu hanya mengenakan pakaian yang compang-camping.

Disaat itu adalah tahun terakhir dari pemerintahan Kian Liong ( masehi tahun 1795 ), masa yang dapat disebutkan sebagai awal kemerosotan pamor pemerintah Boanceng, yang ketika itu menjajah Tionggoan dan masih akan te rus menjajah sampai seratus dua puluh tahun lagi.

Karena sikap tamak raja2 Boan untuk memperluas daerah kekuasaannya, ketamakan akan kekuasaan yang tidak pernah surut selama empat turunan, dari Sun Tie sampai Kian Liong, maka terus menerus mereka telah melakukan peperangan yang menelan biaya tidak sedikit  Dan sumber satu2nya yang harus memenuhi kebutuhan pembiayaan itu, tentulah tidak lain dari rakyat, yang sebagian besar terdiri dari petani.

Pajak2 yang sangat berat mengikat dibebankan kepada golongan tersebut.

Pertama kali pajak2 berat itu tidak terlalu mencekik hidup rakyat jelata.

Walaupun berat masih terbayarkan juga, sedangkan hidup rakyat masih tidak sampai terla lu sengsara.

Raja2 kuat lagi cakap seperti Kong Hie dani Kian Liong dapat memilih menteri2 yang jujur dan tidak ragu2 menghukum setiap penyalahgunaan kekuasaan.

  Tiraikasih Website http://kangzusi.com/  Karena pimpinan yang kuat itu, sepak terjang para pegawai pemerintah selalu berada di bawah pengawasan yang keras, sehingga mereka tidak berani berlaku curang atau melampaui ba tas kekuasaannya.

Seperti juga halnya dengan Kong Hie, Kian, Liong juga mengetahui dengan baik sampai berapa jauh dia bisa mengambil pajak rakyatnya itu tanpa perlu membahayakan ekonomi negaranya.

Dimasa mudanya Kian Liong dapat melakukan pengawasan yang sangat keras seperti itu, tapi setelan usianya lanjut dan semangatnya sudah ber kurang kewaspadaannya jadi merosot.

Beberapa orang menteri yang sangat dipercayanya kini mulai berani berbuat curang. Con toh yang bersumber dari penjabat didaerah.

Dari secara sembunyi2 dan secara diam2, lambat laun para pembesar tinggi rendah semakin berani secara terang2an menerima suapan dan melakukan penghisapan kepada rakyat.

Korupsi meraja-lela dan rakyat yang sejak tadi tidak pernah hidup dalam kecukupan, kini benar2 harus menderita kemiskinan dan kelapar an yang sangat.

Disamping para pegawai negeri itu, kaum tuan tanah juga melihat kesempatan baik itu dengan tidak kurang kejamnya merekapun turut dan ikut2 menghisap para petani.

Untuk mengisi kantongnya sendiri para pem besar mengharuskan petani2 itu membayar pajak yang lebih besar dari yang telah ditetapkan oleh pemerintah pusat.

Hasil para petani, yang memang sudah tidak seberapa itu, selalu habis untuk membayar pajak.

Dan terkadang juga, jika masa panen mengalami paceklik, mereka bahkan sampai tidak dapat melunaskan pajak itu.

Dalam kesempatan seperti itulah para tuan tanah selalu memaksa kaum tani menjual tanah nya dengan harga se murah2nya.

Bagi tuan2 tanah itu, kelaliman pembesar2 negeri bahkan menguntungkan, dan dengan rupa2 cara mereka malah menganjurkan dipungutnya pajak2 yang jauh lebih berat lagi dari para petani.

Oleh karena itu maka tidaklah heran, bab wa banyak diantara petani kecil jadi kehilangan sawah ladangnya dan karenanya telah kehilangan mata pencariannya pula.

Banyak diantara mereka itu terpaksa menja di pengemis, ada juga yang tidak melibat jalan lain dari menjadi perampok dan tidak sedikit pula yang dalam keadaan nekadnya itu melakukan pemberontakan secara kecil2an itu tentu tidak dapat berakibat lain dari mengalami kegagalan dan kehancuran.

Hanya gejala2 itu adalah tanda buruk bagi pemerintahan, bahwa di-waktu2 mendatang rakyat yahg sudah matang Untuk melakukan pemberontakan dan hanya menantikan saja adanya pimpinan yang dapat mempersatukan mereka.

Daerah lembah sungai Tiangkang (Yangtze) merupakan salah satu daerah yang sangat subur dan makmur di Tionggoan dan biasanya dapat memberikan hidup yang layak bagi penduduknya  Tetapi sekali ini daerah tersebut tidak men jadi terkeetialian dalam penderitaan yang dialami para petani diseluruh Tionggoan.

Disepanjang jalan yang dilalui dua pemuda itu, tiada lain dari kesengsaraan dan kemiskinan yang tampak.

Semakin lama mereka semakin sedih menyaksikan itu dan sambil berjalan tidak jarang terdengar mereka mengutuk pemerintah penjajah yang lalim itu.

„Koko, sudah enam tahun kita menjelajah seluruh negeri tetapi jerih payah kita itu sedi-kitpun tidak ada hasilnya. Sebaliknya, setiap ha ri kita harus menyaksikan penderitaan rakyat, semakin lama semakin banyak kita melihatnya, sehingga hatiku kini tidak tertahan pula',” kata salah seorang diantara kedua pemuda itu, setelah berdiam sejenak kemudian melanjutkan pula perkataannya "Urusan kita Sendiri sesungguhnya disebabkan penjajah itu pula, maka kupikir    Tiraikasih Website http://kangzusi.com/  apakah tidak lebih baik jika kita menggabungkan diri dalam suaru gerakan orang2 gagah pencinta negara, untuk bantu mengusir penjajah ? Terlebih lagi. mungkin tugas yang suhu bebankan kepada kita akan menjadi lebih mudah terlaksana dengan bantuan sebuah organisasi yang luas pengaruhnya".

„Benar adikku, akupun setuju, bahkan kuki ra suhu tentu juga akan senang jika kita turut menyumbangkan tenaga bagi tanah air. Hanya, sebaiknya kita berhati-hati sebelum memutuskan untuk melibatkan diri dalam suatu gerakan. Tidak semua penggerakan2 yang kini banyak bertumbuhan dimana2, sesungguhnya memiliki tujuan murni. Dalam masa sesulit seperti ini, mu dahlab bagi petualang-petualang jahat yang pandai memutar lidah, untuk menghasut rakyat ikuti dengan mereka membentuk organisasi ini atau tu, dengan berkedok menjadi patriot bangsa.

Gedangkan tujuan mereka yang sesungguhnya ha myalah untuk mencari keuntungan diri sendiri Dan rakyat yang diajaknya dalam penggerakan dalam penggerakan semacam itu hanya dipandang sebagai alat untuk mencapai maksud2 buruk mereka. Sungguh kasihan rakyat jelata, mereka haoya yang dikambing hitamkan juga*  „Tidak salah. Kita memang harus ber-hati2 agar tidak diperalat orang2 untuk maksud yang tidak baik. Sejauh yang kudengar, agaknya gerakan Pek Lian Kauw (gerakan teratai putih) benar2 bertujuan mengusir penjajah dan menegak kan kembali keraj^sn bangsa kita sendiri. Entah bagaimana pendapatmu tentang penggerakan itu?"  „Ya, akupun mendengar bahwa gerakan Pek Lian Kauw memang yang sangat teratur dan berdisiplin keras. Bahkan menurut cerita orang banyak, seringkali bekas anggota2 An Hwa Hwe yang telah ikut menggabungkan diri dengan mereka, atau se-tidak2nya menyatakan kesediaannya mereka untuk bekerja sama. Tetapi dalam bal ini pun kita sebaiknya ber hati2. Lebih baik kita melakukan penyelidikan dulu dari dekat sebelum kita mengambil keputusan".

Percakapan mereka itu jelas memperlihatkan kebencian mereka terhadap penjajah2 Boan yang dengan lainnya menindas rakyat di Tiong-goan disaat itu.

Diluar tahu mereka sendiri, kedua pemuda itupun sesungguhnya memiliki darah Boan didalam tubuh masing2, karena mereka tidak lain dari Cie Beng dan Cie Jin, yang sesungguhnya sepasang putera kembar Hok Kong An.

Hanya, yang diketahui oleh mereka, bahwa mereka adalah putera kembar Cie Ceng, dan ber darah Han secara mutlak.

Mengingat bahwa Cie Ceng telah tewas karena kekejaman budak2nya pemerintah penjajah dan karena sejak mengikuti Ouw Hui berkelana sudah seringkali melihat dan mengalami sendiri betapa kejamnya kaum penjajah itu menjalankan pemerintahan, maka tidak aneh mereka demikian membenci pemerintah Boan.

--oo0dw0oo-  PERSEKUTUAN Pek Lian Kauw bukanlah suatu penggerakan baru dimasa itu. Penggerakan itu telah didirikan sejak masa kerajaan Beng dan pernah meniililiki pengaruh yang besar sekali, yang disegani oleh orang2 gagah rimba persi latan.

Yang mendirikannya dan menjadi Kauwcu (pemimpin besar)nya yang pertama kali adalah Han San Tong.

Diakhir masa kerajaan Beng, pengaruh gerakan itu telah merosot banyak.

Selama kurang lebih seratus tahun sejak Tionggoan dijajah oleh bangsa Boan, hampir tidak pernah terdengar pula kegiatannya, sampai dipertengahan masa pemerintahan Kian Liong, se orang yang cakap dan cerdik yang bernama Lauw Siong, berhasil mempersatukan kembali gerakan yang sudah terpecah belah itu.

Maksud dan tujuan Pek Lian Kauw sebenar nya sangat baik, yaitu untuk mempersatukan rakyat agar dapat melawan penindasan kaum feodal dahulunya dan belakangan untuk melawan dan mengusir kaum penjajah.

  Tiraikasih Website http://kangzusi.com/  Hanya harus dibuat sayang bahwa tata cara nya terlalu banyak didasarkan atas ketakhayulan sehingga akhirnya menimbulkan perpecahan dalam tubuh organisasi itu sendiri.

Dimasa pemerintahan Kian Liong, dapatlah disebut sebagai masa keemasan kerajaan penjajah Boanceng, tetapi juga dapat disebut sebagai awal kemerosotan pamor dari kejayaan dan kemunduran pemerintahan Boan itu terjadi ditahun Kian Liong ke 35 ( masebi 1771).

Waktu itu pemerintah Boan sudah mulai kekurangan pembiayaan untuk tentaranya yang terus menerus berperang kesana kemari.

Untuk menutupi kekurangan itu, rakyat jelata terutama sekali adalah kaum petani, mulailah diperas dan perasaan tidak puas dengan cepat meluas dikalangan rakyat cepat sekali.

Karena itu, maka gerakan Pek Llan Kauw yang baru dibangkitkan kembali oleh Lauw Siong mudah memperoleh pengikut, dan dengat cepat sudah menjadi kuat.

Pada tabun Kian Liong 39 (masehi 1775), kaum Pek Lian Kauw telah melancarkan pembe rontakan di Holam. Waktu itu Lauw Siong sebenarnya masih hendak menanti sampai beberapa tahun lagi sambil memperkuat organisasi dani tentaranya.

Tetapi keadaan telah memaksanya bertindak tahun itu juga.

Sebagai juga seringkali terjali gerakan2 lain nya Pek Lian Kauw telah kena diselundupkan kaki tangan pemerintah. Rahasia penting mereka menjadi bocor dan pemerintah dengan mudah mendatangkan puluhan ribu tentara untuk menumpas mereka.

Disamping itu beberapa mata2 pemerintah yang bertugas untuk mengacaukan gerakan terse but, telah berhasil menghasut anggota2 Pek Liati Kauw untuk menuntut Kauwcu mereka segera mengangkat senjata.

Inilah siasat kaum penjajah, agar pekerjaan menumpas gerakan itu menjadi lebih mudah.

Dengan bergerak "dibawah tanah" sebagai sebuah perkumpulan rahasia, markas pusat Pek Lian Kauw yang ber-pindah2 terus, tidak mudah diketahui pemerintah Ceng.

Tetapi, secepat mereka memberontak secara terang2an, pusat gerakan mereka itu menjadi terang dan jelas, dan pemerintah dapat mengirimkan tentara dengan serentak.

Pemberontakan ter-gesa2 itu tentu melihat kegagalan, bahkan Lauw Siong telah tertangkap dan dibuang kedaerah perbatasan.

Tetapi kegagalan itu bukan berarti berakhir nya gerakan tersebut  Anggota2 pimpinan yang berhasil menyelamatkan diri, lambai laun dapat menghimpun kekuatan baru lagi, bahkan berhasil pula meluas kan kegiatan mereka keberbagai propinsi.

Yang terutama sekali adalah dikeenarn propinsi, yaitu Kam Siok, Siamsay, Kolam, Anhu Ouwpak dan Sucwan, dimana Pek Lian Kau telah memperoleh jumlah pengikut yang besar sekali.

Pemerintah Boan tentu saja tidak berpeluk tangan. Berulang kali mereka telah berusaha membasmi gerakan itu dan sejak tahun Kia Liong ke 57 ( masehi 1793 ) seringkali tentara Boan melakukan penyelidikan besar2an.

Sebagai akibatnya, pertempuran2 sengit antara kesatuan2 pasukan pemerintah dengan cabang cabang Pek Lian Kauw setempat sudah sering terjadi.

Demikianlah, penindasan terhadap rakyat yang dimaksud untuk menutup kekurangan anggaran belanja ketentaraan pemerintah Boan, ternyata telah berakibat harus dikeluarkannya biaya lebih besar lagi seiring dengan dibutuhkannya lebih banyak pula tentara untuk mempertahankan kekuasaannya.

--oodwoo-    Tiraikasih Website http://kangzusi.com/  Sekian lama pemuda itu berjalan tanpa bercakap2 lagi. Waktu itu adalah awal musim se-mi.

Pucuk daun muda yang segar dan menambah keindahan disepanjang lembah sungai Tiang kang mulai terlibat cerah.

Biasanya, kesibukan2 para petani dimulai pada minggu2 pertama setiap musim semi, tetapi di waktu itu Cie Beng dan Cie Jin hanya me lihat sedikit sekali kegiatan di-ladang2 yang di laluinya, di-mana2 tampak kelesuan, tedikitpun juga tidak tampak semangat bekerja diantara mereka.

Pemandangan seperti itu semakin menyedihkan bati Cie Beng dan Cie Jin.

Kurang lebih tengah hari mereka tiba dise buah kota kecil atau lebih tepatnya sebuah desa besar, Juga dalam desa tersebut ternyata tampak kelesuan diantara penduduknya.

Pasar2 tampak sepi, sedikit sekali pedagang yang membuka kedainya, sedangkan pembelipun hanya tampak seorang dua orang. Sebaliknya di sana sini tampak orang ber-kelompok2, asyik membicarakan sesuatu dengan ber-bisik2.

Cie Ceng dan Cie Jin ingin sekali mengetahui apa yang mereka bicarakan itu tetapi setiap  kelompok yarg mereka dekati segera menghentikan percakapan mereka dan cepat2 bubar.

Anehnya, sebentar pula, orang2 itu sudah berkumpul lagi, tidak jauh dari tempat semula.

Jelaslah sudah, bahwa orang2 itu membicarakan sesuatu yang bisa mendatangkan bahaya ji ka  terdengar oleh orang lain.

Kedua pemuda yang masih asing bagi mereka itu, tentu saja dicurigai dan tidak boleh ikut mendengar percakapan mereka.

Setelah berjalan sepanjang pagi, perut Cie Beng dan Cie Jin sudah lapar, maka tanpa menghiraukan lagi orang2 yang ber kelompok2 itu pergilah mereka mencari rumah makan.

Tetapi dengan kecewa mereka mendapatkan kenyataan bahwa sebuah rumah makanpun tidak ada yang dibuka hari itu.

Kenyataan seperti itu semakin membangkitkan perasaan ingin tahunya kedua saudara she Cie  itu.

Sementara itu, suasana tegang didalam desa itu menjadi semakin terlihat jelas.

Agaknya akan terjadi sssuatu yang luar biasa hari itu.

Kareanya maka mereka terpaksa menahan lapar dengan hati agak jengkel, walaupun pertama  sekali mereka sudah hendak meninggalkan desa tersebut untuk mencari rumah makan didesaa lain.

Tanpa tujuan mereka lalu ber jalan2 kesana kemari, terdorong perasaan lapar dan juga memang perasaan ingin mengetahui sebab musabab dari ketegangan yang meliputi desa itu.

Dan sambil menantikan terjadinya perkembangan lebih lanjut, sudah jelaslah bagi mereka bahwa sesuatu yang luar biasa itu akan terjadi di hari itu juga.

Benar saja. tidak perlu terlalu lama mereka harus me nanti2, jawaban atas perasaan herannya menghadapi suasana yang luar biasa itu, Kurang lebih setengah jam kemudian, sepasukan d utara Boan yang mengawal kurang lebih dua gerobak, tampak memasuki desa tersebut.

Seketika itu siraplah bisik2 kelompok rakyat disepanjang jalan desa itu, bahkan sebagian besar dari mereka segera lari masuk kedalam rumah masing2.

Gerobak2 yang dikawal pasukan tentara itu tampaknya berat2 semua.

Agaknya itulah iringan2 bahan makanan untuk perbekalan tentara.

Pasukan pengawal itu terdiri kurang lebih seratus orang peiajurit dibawah pimpinan tiga orang perwira.

Datangnya rombongan pemerintah Boan itu dari utara dan agaknya mereka ter gesa2 sekali    Tiraikasih Website http://kangzusi.com/  Tanpa berhenti sejenak untuk beristirahat, mereka langsung keluar lagi dari desa itu dan menuju ketempat penyeberangan disebelah desa itu.

Secepat iring2an itu sudah lewat, orang2 desa yang tadi masuk kedalam rumah, lalu keluar lagi dan mengikuti rombongan tentara negeri itu dari jarak jauh sambil ber bisik2 lagi.

Cie Beng dan Cie Jin mengerti bahwi rombongan tentara itu tentu yang sejak tadi te lah ramai dibicarakan para peiduduk desa tersebut. Keduanya lalu juga mengikuti orang2 desa itu untuk menyaksikan apa yang akan terjadi  Rombongan tentara itu sudah sampai ditempat penyeberangan tetapi sebuah perahupun tidak tampak, sedangkan didermaga kayu di tepi sungai itu tidak ada seorangpun juga.

Rombongan tentara itu terpaksa berhenti ketiga perwira yang memimpinnya lalu berunding.

Ketika itu mereka sesungguhnya tengah menghadapi kesulitan yang besar.

Tempat penyebrangan lain yang terdekat dari tempat itu masih terpisah kurang lebih sepuluh lie. Berjalan memutar kesana dan kembali lagi kejalan yang sudah direncanakan setelah menyebrang, tentu akan berarti keterlambatan barang lebih satu hari, sedangkan jika dilihat dari sikap ter-gesa2nya mereka melakukan perjalanan, mereka agaknya harus tiba secepat mungkin ditempat tujuan mereka.

Disaat itu tiba2 munculah kurang lebih lima ratus petani dari gerombolan pohon2 Yan Liu dan rumput sungai yang tinggi2 disebelahan tempat penyebrangan itu.

Semua petani itu bersenjata golok, tongkat, cangkul dan segala macam alat yang biasanya dipergunakan sebagai alat pertanian. pakaian mereka compang camping, wajah dan tubuh mereka kurus2, lukisan jelas menggambarkan kemiskinan dan penderitaan yang sudah terlalu berlarut2.

Tetapi diwajah mereka justru memperlihatkan perasaan benci yang sangat dan mendidih tanpa mengucapkan sepahat kata mereka bergerak untuk mengurung iring2an tentara itu.

Melihat sikap mereka yang sangat mengancam, ketiga perwira itu segera mengeluarkan perintah2.

Gerobak2 barang itu segera dikumpulkan ber jajar menjadi satu rapat sekali dan tentara pengawal itu dengan cepat sudah mengatur diri di sekitar dengan senjata terhunus  Disaat itu, baru saja mereka selesai mengatur diri, para petani itu sudah melancarkan serangan.

Maka segera berkobarlah sadah pertempuran sengit. Dengan nekad dan berani sekali petani itu merangsang maju kedepan melancarkan serangan untuk mengadu jiwa.

Tetapi tanpa pengalaman bertempur dan hanya bersenjatakan alat2 yang sebenarnya bukan untuk bertempur, sedangkan sebaliknya musuh mereka itu merupakan pasukan tentara yang ter atur dan sudah memiliki pengalaman luas dalam pertempuran2 yang sudah bukan sedikit mereka alami, para petani tentu saja tidak dapat berbuat banyak.

Serbuan mereka itu hanyalah ibarat serombongan rusa yang menerjang sekelompok harimau.

Dalam waktu yang singkat sekali, sudah banyaklah korban yang jatuh dalam pertempuran itu korban2 itu hampir seluruhnya dari petani2.

Tetapi semula itu tidak dihiraukan, mereka menyerbu terus dengan berani dan nekad.

Cie Beng dan Cie Jin tidak tega melihat ke jadian yang menyedihkan itu mereka teringat la gi akan peristiwa dimasa lampau, yang telah me reka saksikan dan alami sendiri.

Tidak dapat mereka mendiamkan saja tentara penjajah itu mengganas dan membunuh bunuhi petani2 yang sudah nekad itu.

  Tiraikasih Website http://kangzusi.com/  Serentak mereka mencabut senjata masing2, dan melompatlah mereka ke tengah2 pergumulan tersebut.

Setelah mengikuti jalannya pertempuran itu selama beberapa saat, kedua pemuda itu sudah mengetahui bahwa diantara pasukan tentara itu tidak seoraagpun yang memiliki kepandaian berarti.

Kekuatan pertahanan mereka itu hanya terletak dalam sikap disiplin dan kesigapan mereka melakukan komando2 pemimpinnya sebagai tentara yang sudah terlatih.

Dengan pimpinan yang cakap, tentara demikian memang kokoh, kuat sekali.

Tetapi bila pemimpinnya dapat dijadikan tidak berdaya sama sekali, maka pertahanan mereka akan kacau dengan sendirinya.

Karena menarik kesimpulan seperti itu, Cie Beng dan Cie Jin segera juga hendak menorobos masuk kedalam lingkaran tentara itu.

Perbuatan kedua saudara she Cie itu tentu saja tidak ada yang dapat merintangi Tetapi meng hadapi kedua orang murid2 jago silat yang luar biasa ini, memang seperti juga menghadapi deng an akhli silat yang tidak bisa dipersamakan deng an petani-biasa, sehingga walaupun banyak juga tentara negeri yang telah maju menghadangi Cie Beng dan Cie Jin, kenyataannya mereka itu sudah dapat dirubuhkannya dengan mudah olen kedua pemuda itu.

Alangkah terkejutnya kawan2 pasukan tentara yang menjaga garis pertahanan didepan itu.

Sungguh tidak pernah mereka menduga bahwa diantara kaum tamu itu bisa ada dua orang yang demikian gagah perkasa.

Sebaliknya, Cie Beng dan Cie Jin tidak menghiraukan lagi pasukan2 itu, secepat kilat mereka sudah berhasil menerobos masuk, mereka serentak melompat kearah sebuah gerobak besar yang berada di-tengah2.

Diatas gerobak yang dituju oleh Cie Beng dan Cie Jin itu, merupakan tempat berdirinya ketiga orang perwira itu  Dengan masing2 memimpia satu sektor dari aaris pertahanan, mereka bertiga dapat memimpin pasukan itu bertempur secara, teratur, dan dengan hasil yang baik.

Yang lebih dulu mengetahui kedatangan kedua pemuda she Cie itu, tentu saja yang pemim pin sektor yang dibobolkan pemuda Cie itu-Dia-pun tidak kalah terkejutnya dari pasukannya sen diri ketika melihat kegagahan kedua pemuda petani itu  Cepat2 dia memberitahukan rekan2nya dan menghunus goloknya masing2.

Disaat itu Cie Beng dan Cie Jin sudah melompat kearah gerobak tersebut dan sebelum kaki mereka menginjak atas gerobak itu, keduanya telah melancarkan serangan.

Masing2 telah mengincer seorang perwira.

Kedaa perwira itu yarjg diserang hebat tidak tinggal berpeluk tangan saja.

Dengan cepat mereka telah melancarkan serangan dengan golok masing2.

Sebagai umumnya orang2 Boan, kedua perwira itupun sangat mengandalkan tenaga gwa-kang (tenaga kasar), yang dalam medan peperangan memang sudah dapat diandalkan  Tetapi mereka sesungguhnya memang memiliki tenaga yang besar, hanya untuk menghadapi pertempuran yang harus mempergunakan keulet an belaka-Namun jika menghadapi jago2 silat yang memiliki tenaga lwekeh, berarti mereka a-kan cepat sekali dirubuhkan.

Mereka melancarkan serangan disaat Cie Beng dan Cie Jin masih berada diteogah udara, maka ketiga perwira itu yakin mereka akan ber hasil melontarkan kedua pemuda itu kebawah.

Namun, alangkah terkejutnya mereka, keti ka senjata2 mereka saling bentur dengan senja ta kedua pemuda itu dan seketika itu juga mere ka merasakan tangan mereka tergtar dan linu.

  Tiraikasih Website http://kangzusi.com/  Sesaat kemudian mereka harus mengalami kekagetan lebih hebat lagi  Entah dengan gerakan macam apa, sepasang pedang kedua pemuda yang baru tertangkis itu, tahu2 sudah meluncur pula kearah tenggorokan nya perwira2 tersebut.

Mau atau tidak mereka terpaksa berkelit memiringkan tubuh, sambil berusaha menangkis.

Dua perwira Boan itu berhasil membebaskan diri dari bahaya, tetapi lagi2 pedang kedua saudara Cie sudah melayang kearah mereka.

Kini kedua perwira itu sudah mengetahui kekuatan lawan.

Tidak berani mereka memandang rendah lagi dan dengan mengerahkan seluruh tenaganya, masing2 menangkis serangan lawan. bunyi bentrokan senjata yang dahsyat sekali terdengar seketika itu juga, disaat terjadinya benturan antara senjata2 itu.

Sekali ini kedua perwira tersebut bukan hanya merasakan tangannya linu, juga kuda2 mereka ikut tergempur karenanya dan terpentallah kedua perwira itu kebawah gerobak.

Tetapi dengan suatu gerakan yang indah mereka dapat menguasai jatuhnya mereka ditahan, sehingga tidak sampai terbanting dan jatuh dengan kedua kaki terlebih dulu.

Di pihak lain. Cie Beng dan Cie Jin juga terkejut sekali.

Tenaga kedua perwira itu ternyata tidak dapat diremehkan. Sepengetahuan mereka, kecuali dalam pasukan pengawal raja dan tentara keamananan kota raja, dalam pasukan2 lain dari ang katan bersenjata bangsa Boan, biasanya tidak ter dapat orang2 yang memiliki kepandaian silat tinggi.

Tetapi kedua perwira itu agaknya adalah pengecualiannya. Didalam bentrokan senjata yang terakhir itu mereka memang telah berahsil menggempur kedua perwira itu, sehingga jatuh dari atas gerobak, terapi sebaliknya sendiri juga terhuyung mundur dan harus melompat mundur dan harus melompat turun agar tidak jatuh terperosok.

Setibanya diatas tanah, kedua saudara Cie segera melompat pula kearah kedua musuh itu yang juga sudah meoggerakkan golok masing2  Dengan ber sama2 berada ditanah. kedua belah pihak jadi berhasil mengerahkan seluruh tenaganya, sehingga benturan2 senjata yang se ring terjadi sekarang sudah tentu jauh lebih hebat dari tadi.

Jurus demi jurus telah dilewatkan dengan cepat dan semakin lama Cie Beng dan Cie Jin Semakin menjadi heran dibuat Oleh kepandaian yang dimiliki kedua perwira ltu  Itulah tipu silat dari kaum Siauw Lim Sie yang dipergunakan kedua perwira tersebut,  Mengapa perwira2 Boan itu dapat bersilat dengan ilmu Siauw Lim Sie? Siapakah yang telah menurunkan kepandaian Siauw Lim Sie itu kepada mereka Bukankah dalam Siauw Lim Pai terdapat aturan yang yang keras sekali, yang melarang diajarkannya ilmu silat partai itu ke pada sembararg n orang?  Dan bukankah orang2 Siauw Lim bermusuhan keras dengan pe nerintah Boanceog atau se tidak2nya tidak sudi membantunya?  Memang, memang aneh bahwa kedua perwira Boan itu dapat bersilat dengan ilmu silat Siauw Lim.

Tetapi disaat itu Cie Beng dan Cie Jin tidak memiliki waktu untuk memikirkannya.

Mereka menyadari bahwa untuk menghindarkan petani2 itu dari kerusuhan lebih hebat, mereka harus cepat2 merubuhkan perwira tersebut.

Disaat itu„ mereka sudah bertempur lebih dari sepuluh jurus, dan perwira2 itu agaknya masih akan dapat mempertahankan diri sampai dua atau tiga puluh Jurus lagi  2?    Tiraikasih Website http://kangzusi.com/  Cie Beng jadi tidak sabar.

Dicabutnya pisau mustikanya dan dia menganjurkan adiknya melakukan hal yang serupa agar secepatnya mereka dapat menyudahi pertempuran itu.

Benar saja, didalam sekejap mata sudah terjadi perolahan.

Seketika terjadi benturan senjata sekali lagi serentak pucatlah wajah kedua perwira itu.

Disaat bertempur dengan senjata utuh tadi mereka sudah kewalahan dan terdesak bebat, tentu saja kini semangat mereka jadi runtuh, setelah memperoleh kenyataan bahawa golok mereka tinggal .sepotong akibat terbentur pisau pendek kedua pemuda itu.

Kalau dapat mereka sudah hendak rnembalikkan tubuh dan lari tunggang langgang untuk menyelamatkan diri.

Tetapi Cie Beng dan Cie Jin tentu saja tidak mau memberikan kesempatan waktu kepada mereka.

Terdorong oleh perasaan ingin mengetahui dari siapa perwira2 itu telah memperoleh ilmu silat Sauw Lim Sie, maka besar sekali hasrat mereka untuk menawan keduanya hidup2.

Dan mereka bermaksud akan rremaksa kedua perwira itu untuk memberikan keterangan.

Dengan buntungnya senjata2 musuh, maka kedua pemuda she Cie itu sudah tidak membutuhkan lagi2 pisau pendek mereka, yang lalu di sarungkan kembali,  Serangan2 mereka kini dilanjutkan dengan sebelah tangan memegang pedang untuk mencegah musuh melarikan diri, sedangkan tangan yang satu lagi, yang tidak bersenjata itu. terus mene rus mencari sasaran dijalan darah kedua musuh itu.

Dapat dibayangkan betapa sibuknya kedua perwira itu, yang kini harus mengandalkan kelincahannya untuk menyelamatkan jiwa dan di rl dari pedang dan jari tangan lawannya yang tiada hentinya mengancam disekeliling dirinya.

Terpaksa mereka main kelit terus menerus krsana kemari, tetapi senjata dan tangan lawan nya terus mengikutinya kemana saja mereka me lompat.

Tidak berselang beberapa lama lagi, napas mereka sudah memburu keras dan sekujur tubuh mereka sudah basah kuyup oleh keringat.

Kelincahan mereka juga surut dengan cepatnya dan sebelum lewat lima jurus pula, rubuhlah mereka sudh, terkena totokan di HongTie Hiat dibelakang kepala masing2.

Cie Beng segera melompat kembali kearah gerobak tadi untuk menghadapi perwira ketiga! itu, yang kini tinggal seorang diri memimpin perlawanan pasukannya.

Sebaliknya Cie Jin cepat2 kembali kegelangang pertempuran, dengan kepandaiannya, dalam seke jap mata dia sudah berhasil merubuhkan kurang lebih Sepuluh pasukan tentara negeri.

Tentara Ceng itu menjadi kacau balau. Dari kereta komando sudah tidak terdengar perintah2 dan petunjuk2nya lagi.

Disamping itu, lewat lobang dalam garis2 pertahanan mereka yang disebabkan terjangan! Cie Jin, para petani sudah ber-bondong2 menyefrbu masuk, untuk kemudian menggempur mereka! dari belakang. Garis pertahanan mereka tidak dapat dipertahankan lagi.

Pasukan itu kini sudah tidak dapat bertempur bahu membahu lagi dengan teratur dan lenyap lah sudah keunggulan mereka.

Para petani itu memang sudah membercl pemerintahan Boanceng. Namun selama itu kebencian tersebut terpaksa mereka timbun dihatl belaka.

Kini mereka memperoleh kesempatan uutuk memuaskan hati mereka, dan mereka telah menumpahkan seluruh amarah mereka diatas kepala tentara yang mengawal kereta perbekalan rangsum itu.

  Tiraikasih Website http://kangzusi.com/  Terlebih lagi, diawal pertempuran tadi mereka sudah harus kehilangan begitu banynk kawan.

Hal itu tentu saja memperbesar dendam mereka . Dengan darah mendidih sekarang mereka  menyerang tanpa mengenal ampun.

Setiap pasukan Boan yang sudah rubuh segera dihabiskan jiwanya.

Dengan nekad tentara Boan itu melakukan perlawanannya. Tetapi mereka tidak dapat  melakukan banyak. Dengan terjepit diantara serangan2 dari muka dan dari belakang dengan cepat berkuranglah jumlah mereka.

Terjangan2 rakyat yang sudah kalap itu benar2 sulit dibendung lagi.

Jika salah seorang diantara petani2 itu rubuh. maka segera sudah datang pula dua atau orang penggantinya.

Disamping itu. pasukan tentara tersebut te lah melakukan perjalanan sepanjang pagi, sehingga waktu itu mereka sudah agak letih dan tidak dapat bertempur dengan semangat penuh.

Dipihak lain, waktu melihat kemenangan sudah berada dalam jangkauan tangan, petani2 itu menjadi semakin bersemangat saja.

Sambil ber-teriak2 mencari hebat, mereka menghujani musuh mereka itu dengan perkataan, yang terpecah menjadi kelompok2 dan melancarkan serangan2 yang kian hebat.

Petani2 itu sudah mabok pertempuran, setiap melihat seragam tentara Boan didepan mata serta merta mereka dihujani bacokan atau pu-kulan2 hebat, tidak perduli apakah pemakai seragam itu masih berdiri atau sudah terlentang ditanah.

Ratap mengibakan dari para pasukan itu sudah tidak bisa bertempur lagi, yang minta dikasihani, malah mendatangkan ejekan dari para petani yang melancarkan serangan dan mengirimi mereka kedunia abadi.

Begitulah, mereka tanpa ampun lagi telah melancarkan serangan2 yang mematikan kepada pasukan tentara negeri tersebut.

Sementara itu Cie Beng sudah berhadapan dengan perwira yang ketiga itu.

Melihat tanda pangkat yang dipakainya Cie lieng mengetahui bahwa perwira iiu memiliki kedudukan lebih tinggi dari kedua perwita yang lelah dirubuhkan.

Dan dengan berdasarkan pertimbangan atas kepandaian kedua perwira yang telah dirubuhkan tadi. Cie Beng memperhitungkan bahwa dia akan menjumpai lawan yang lebih hebat kepandaiannya.

Sebagai atasan dari kedua perwira yang telah dirubuhkan itu, teutunya perwira itu berkepandaian jauh lebih tinggi, begitulah yang dipikirkan oleh Cie Beng.

Begitulah, karena dia mengharapkan akan dapat memperoleh kemenangan yang cepat dia jadi melancarkan serangan dengan hati2 dan bersungguh2.

Tidak mau Cie Beng berlaku ceroboh se-hingga memperoleh kegagalan untuknya.

Tetapi sesaat kemudian dia jadi heran bukan main ketika melihat cara musuh menggerakan goloknya untuk menangkis Cie Beng jadi curiga.

Siasat apa yang hendak dijalankan lawannya tersebut? Sudah tentu dia tidak bersedia menjadi korban, maka serangan yang kedua Cie Beng bersikap jauh lebih hati2.

Sekali ini dia bahkan jadi lebih heran pula  Sungguh aneh sikap lawan itu, yang hanya berdiri mematung tanpa berusaha berkelit atau menangkis serangannya yang begitu hebat. Lebih heran lagi, jusreru serangan kedua ini jauh lebih dahsyat dari serangan yang pertama.

Cie Beng sendiri jadi kuatir.

  Tiraikasih Website http://kangzusi.com/  Dari gurunya dia pernah mendengar bagaimana jago2 silat yang berkepandaian tinggi sekali, seringkali membiarkan musuh melancarkan serangar lebih dulu dan baru bertindak untuk berkelit, menangkis ateu bahkan merampas sen jata musuh itu, kalau sudah dekat sekali ditubuhnya.

Dengan cara begitu jago2 yang telah memiliki kepandaian sempurna menghendaki agar, pihak musuhnya tidak sempat menarik pulang serangannya lagi.

Dalam kekuatirannya, Cie Beng cepat2 membatalkan maksudnya untuk menyerang. Ditariknya kembali pedangnya, lalu sambil menghunus pedang pendeknya yang Sangat diandalkan.

Setelah itu dia baru melancarkan serangan lagi. Sekarang Cie Beng tidak takut lagi akan siasat musuh  Tangannya yang kanan kini sudah memegang senjata mustika itu dan sudah ber siap2 untuk menghalau setiap serangan licik yang mendesak dari lawannya.

Sesaat kemudian, dia menjadi kecewa, tetapi juga lega. Serangannya yang ketiga itu telah dilakukan dengan tipu Tai San Ap Teng (Gu tiung Tai San rubuh diatas lentera). Hebat seka li Tangan untuk membelah kepala itu, dan musuhnya juga berusaha berkelit sambil melintangkan goloknya keatas kepala.

Tetapi musuh itu ternyata hanya paham ilmu silat pasaran dan tenaganya juga lemah.

Golok yang dilintas kan untuk menangkis itu ternyata tidak dapat menahan pedang Cie Beng yang se akan2 tidak meneima rintangan meluncur terus kearah kepalanya.

Gerakannya menyamping juga Sangat lambt sehingga perwira itu tidak sempat berkelit dari pedang pemuda itu, walaupun kepalanya lolos dari serangan tersebut.

Rubuhlah perwira itu yang tadi diduga oleh Cie Bing memiliki kepandaian tinggi, dengan kehilangan sebelah tangannya.

Kekecewaan Cie Beng disebabkan kenyataan bahwa dia ternyata belum dapat membedakan an tara yang sungguh2 berisi dengan yang kosong.

Tetapi disamping itu dia jadi puas dan terhibur, karena dengan merubuhkan ketiga perwira itu, yang berarti pula terhindarnya ber puluh2 petari dari kematian.

Dengan demikian, dia telah tidak men-sia2kan pesan gurunya agar rrereka berdua bersaudara selalu membantu meringankan penderitaan rakyat yang tertindas oleh penjajah.

Sesaat kemudian dia bahkan bisa tertawa, rrentertawakan dirinya sendiri yang tadi telah ketakutan tanpa alasan. Dia menoleh kemedan pertempuran itu dan seketika itu lenyaplah terta wanya, bahkan dia jadi menggigil.

Walaupun dia telah sering mengalam pertempuran2 hebat dimana juga tidak sedikit darah mengalir, tetapi pemandangan yang kini nyambut pandangan matanya, tidak dapat tidakmembuatnya merasa seram  Itulah benar2 pembasmian besar2an tanpa mengenal ampun lagi, suaru ledakan dari I keben cian yang telah dapat tertimbun dldalam hati rakyat terhadap penindas2nya.

Dia sendiri juga sangat membenci pemerintah Boan dengan semua pengikutnya  Tetapi disaat itu dia merasa kuatir juga terhadap pasukan yang kini sedang menghadapi pembalasan atas keganasan mereka dimasa yang lampau.

Ingin sekali dia mencegah petani2 Itu melakukan kekejaman lebih banyak lagi, tetapi iapun menginsafi, bahwa disaat demikian tidak ada gunanya untuk berusaha menyabarkan petani2 itu.

Jika dia bertindak, malah besar sekali kemungkinannya bahwa diduga berpihak kepada penjajah, dan mengalami peristiwa yang tidak menggembirakan  Dengan kepandaiannya dia memang tidak perlu takut dikeroyok petani2 itu, yang tidak memiliki kepandaian apa2, tetapi juga dia memang tidak mau jika harus saling bentrok dengan para petani itu    Tiraikasih Website http://kangzusi.com/  Tiba2 disaat itu terdengar teriakan Cie Jin: Jangan!" serunya „Jangan dibunuh, orang2 itu masih kubutuhkan mengorek keterangan !  Cie Beng menoleh dengan terkejut dan dia jadi semakin kaget ketika melibat kurang lebih sepuluh orang petani dengan kalap tengah menghujani kedua perwira itu yang dalam keadaan tertotok olehnya dan adiknya, dengan bacokan2 dan pukulan2.

Cepat2 dia hendak mencegahnya perbuatan petani-itu, tetapi ternyata sudah terlambat, begitupun juga dengan Cie Jin. Baru saja Cie Jien dan Cie Beng menggerakkan kaki, petani2 itu sudah memotong kepala kedua perwira yang tidak berdaya itu.

Selesailah sudah pertempuran itu, dengan terbasminya seluruh pasukan Boan yang berjumlah kurang lebih seratus orang itu. Tetapi rom bongan petani itu sendiripun bukannya keluar sebagai pemenang dengan mudah.

Sebagai terlihat oleh banyaknya kawan2 me reka yang rebah ditanah tanpa dapat bangkit kembali. Lebih kurang separuh dari petani2 itu telah tiiati atau menderita luka2 parah.

Dengan selesainya pertempuran itu, segera, redalah amarah mereka. Kini mereka berbalik jadi sedih melihat begitu banyak kawan2 yang telah menjadi korban pertempuran bahkan tidak sedikit yang mengucurkan air mata tanpa malu2.

Sekian lama mereka berdiri tertegun, terpaku ditempct mereka masing2, terpengaruh oleh perasaan yang tengah bergolak dihati mereka.

Sesaat kemudian mereka telah disadarkan oleh suara Cie Beng ;  „Saudara2, janganlah membiarkan dirimu tersesat arus kesedihan: Sebaiknya kita cepat2 mengurus jenasah kawan2 yang telah gugur dan berusaha menolong kawan2 yang terluka."  Pemuda itu sendiri, bersama dengan adiknya, sebenarnya juga baru dapat menguasai perasaannya.

Tetapi sebagai orang2 yang sudah lebih sering menghadapi peristiwa -hebat, mereka bisa lebih dulu memenangkan hati yang tergoncang itu.

Dengan kembalinya pikiran tenang itu mereka segera mengerti bahwa petani2 itu kini menghadapi bahaya lain.

Pemerintah Boan tentu tidak akan berpeluk tangan, jika sudah mendengar tentang peristiwa Itu. Mereka tentu akan melakukan pembalasan yang jauh lebih kejam.

Kedua saudara kembar Cie dapat membayangi kan nasib apa yang akan menimpa petani' dise kelilingnya itu kelak.

Karena itu, mereka memutuskan untuk berusaha membantu menyelamatkan petani2 itu.

Setelah disadarkan kata2 sipemuda, petani2 itu cepat2 mengumpulkan kawan2 mereka yang terluka.

sebagian dari mereka segera pergi ketepi sungai, menebang cabang2 pohon yangliu untuk di buat usungan darurat.

Yang lainnya menggali lobang ditanah untuk mengubur mereka yang telah gugur.

Setelah menantikao selesainya semua pekerjaan itu, Cie Beng dan Cie Jin menghampiri berapa petani tertua dari rombongan itu, yang agaknya bertindak sebagai pemimpin.

Mereka menanyakan mengapa petani2 itu m lakukan penghadangan seper ti itu terhadap irin_ an kereta pemerintah Boan, sebuah penghadan an yang berbahaya sekali.

Petani2 itu memandang mereka dengan heran beberapa saat.

Melihat cara berpakaian kedua pemuda itu yang bersih dan rapih, walaupun pakaiannya menyerupai mereka, namun berbeda sekali keadaannya. Karena mereka kotor dan banyak yang telah pecah2 pakaiannya tidak karuan.

  Tiraikasih Website http://kangzusi.com/  Semula mereka menduga bahwa Cie Beng dan Cie Jin berasal dari petani desa tetangga yjng datang untuk membantui mereka.

Tetapi setelah mendengar pertanyaan Cie Beng dan Cie Jin, maka tabulah mereka bahwa kedua pen-uda tersebut hanya kebetulan tiba di tempat tersebut dan secara sukarela membantui mereka. Tegasnya kedua pemuda itu bukan berasal dari daerah sekitar tempat itu.

Walaupun sudah mengetahui bahwa kedua pemuda itu bukan penduduk daerah mereka, sikap petani2 itu tidak berobah, bahkan menjadi hormat sekali, mengingat budi dari kedua pemu da itu, yang sebagai orang2 tidak dikenal tetapi telah mau memberikan bantuan mereka walaupun mereka berdua tidak memiliki kepentingan apa2 didalam peristiwa tersebut.

Mereka menginsafi bahwa tanpa pertolongan kedua pemuda gagah ini, mereka tentu sudah mengalami malapetaka yang tidak kecil dan maksud mereka pasti akan gagal sama sekali.

Saat itu, mereka ingat bahwa atas pertolongan yang tidak ternilai harganya itu, mereka belum menghaturkan terima kasihnya.

Bagaikan sudah berjanji lebih dulu, mereka serentak menjatuhkan diri, berlutut menghatur kan terima kasih, sehingga Cie Beng dan Cie Jin jadi sibuk membangunkan mereka.

„Cuwie Sioksiok (paman2 semua), jangan berbuat begitu. kami yang masih muda, tidak berani menerima penghormatan demikian" kata keduanya berbareng.

Setelah itu salah seorang petani, yang bertindak sebagai juru bicara, mecceritakan duduk nya persoalan.

„Sejak dulu kami petani2 memang tidak pernah hidup makmur, walaupun demikian, kami masih dapat menuntut hidup yang layak, tidak perlu kelaparan dan dapat berpakaian utuh, walaupun segalanya serba sederhana. Tetapi sejak kurang lebih dua puluh tahun yang lalu, hidup kami semakin lama semakin sengsara dan menderita, dan empat tahun terakhir ini keadaan kami sudah hampir tidak tertahankan lagi*.

„Semua itu tidak lain hanyalah karea pajak2 yang dipungut atas hasil pertanian kami Setiap tahun terus dinaikkan. Tahun yang baru lalu itu, kami harus menyerahkan hampir dela pan sepersepuluh bagian dari hasil jerih payah kami, Jiewie Hohan tentu dapat memahami a-kibatnya bagi kami. Perbekalan bahan makan de mi Kian sedikit itu bagaimana bisa cukup untuk kami hidup setahun, Tetapi itu masih belum puncaknya.'  „Mungkin karena mengalami nasib sebagai kami, diawal bulan lalu. petani2 suku bangsa Biauw dipropinsi Kwiciu telah bangkit dan ber hasil mengusir kaum penjajah itu dari beberapa daerah.

Contoh mereka itu segera memperoleh sambutan dari para petani di Ouwlam barat-yang dalam waktu beberapa hari saja sudah dapat menguasai berbagai kota dan kabupaten Ke dua peristiwa itu telah membuat pemerintah Boan kelabakan"  „Dari berbagai propinsi segera dikirimkan lah bantuan tentara untuk menindas pemberon-takan itu. Tetapi mereka menghadapi suatu kesulitan. Mendatangkan tentara itu tidak sulit, tetapi memberi makan tidaklah mudah."  Gudang bahan makanan pemerintah dipropinsi yang bergolak itu hampir seluruhnya sudah jatuh kedalam tangan pemberontak  Sehingga untuk memberi makan kepada tentara yang baru didatangi itu, harus didatangkan bahan makanan dari daerah2 lain."  „Hanya sulitnya sebagian besar dari persediaan yang diperoleh dari hasil pemungutan pajak itu sudah dikirim ke daerah2 perbatasan untuk mengisi perut tentara yang bertugas disana. Mengenai kesulitan ini si tua bangka Kian Liong maupun menteri2nya tidak mau memusingkan kepala, Sun Bu-Sun Bu (gubernur) yang ada di Ciatkang, Anhui, Ouwpak dan Sucwan telah diperintahkan selekasnya mengirimkan bahan makanan kepada tentara yang sudah berada didaerah pemberontak itu'    Tiraikasih Website http://kangzusi.com/  „Kukira Skobu Sunbu itu per-tama2 tentu bingungan setengah mati. Apa yang dapat mereka kirimkan, sedangkan gedung2 dipusat pengu pulan padi pajak itu sudah kosong?"  "Kemudian entah dari siluman siapa lagi Sunbu di Ouwpak memperoleh nasehat untuk mengalihkan kesulitannya kebahu rakyat jelata.

Persediaan bekas kami, yang sudah jelas tidak cukup untuk keperluan kami sendiri tiba2 kami serahkan pula sebagaian besar. Dari berbagai kabupaten telah ramai2 dikirim utusan untuk menjelaskan betapa tidak mungkin hal itu. Tetapi jawab si Sunbu, yang biasanya menginjak yang bawah dan menjilat yang diatas itu, ternyata hanyalah ancaman belaka, bahwa dia akan me ngambil tindakan keras kalau kami belum menja lankan perintahnya dalam waktu tiga hari".

„Tentu saja kami jadi bingung bukan main. Kalau kami mentaati perintah Sunbu, kami tentu akno menderita kelaparan. Sebaliknya, kalau tidak dituruti, Sunbu kejam itu tentu akan mem buktikan ancamannya. Beberapa orang diantara kami, yang berdarah panas, menganjurkan agar kami segera mencontoh saja saudara2 di Kwiciu dan Ouwlam barat itu".

„Tetapi yang dapat berpikir panjang tidak setuju dengan usul itu. Memang letak daerah ka mi tidaklah sama dengan daerah saudara2 bangsa Biauw dan saudara2 di Ouwlam barat itu. Dae rah mereka ialah daerah pegunungan yang lebihsuilit dicapai, sedangkan kami berada dipusat perhubungan lalu lintas seluruh negeri. Kalau ka mi angkat senjata, pemerintah Boan dengan cepat akan mengirimkan tentaranya untuk menumpas kami".

”Sedangkan kami masih belum dapat memutuskan tindakan apa yang akan kami ambil. tiba2 datanglah pegawai2 Sunbu dengan dikawal oleh bebeiapa puluh pengawal tentara propinsi, Sunbu itu rupanya kuatir kami akan berusaha menyembunyiKan persediaan beras kami, maka sebelum lewat batas waktu yang telah ditentukan sendiri, dia sudah buru2 mengirimkan orang untuk mengambil beras kami tanpa menanti kami datang menyerahkan sendiri."  „Karena kedatangan mereka yang begitu mendadak, dan juga kami sedang pemikiran akal untuk mengatasi kesulitan itu, maka kami tidak dapat berbuat lain dari diam saja mereka! mengangkut pergi beras kami, walaupan hati kami pedih sekali ."  „Yang lebih menyedihkan, bahwa kaki tangannya Sunbu itu telah melampaui perintahi Sunbu, yang mereka ambil lebih banyak dari yang ditetapkan semula, yang ditinggalkan untuk kami makan hanya beberapa gantang saja."  Peristiwa itu telah terjadi seminggu yang lalu dan beras yang mereka tinggalkan kini hanya tinggal cukup untuk kami makan sampai lusa, karena kami disini umumnya memiliki keluarga yang besar".

Kini kami semua sudah yakin, bahwa tidak ada jalan yang lebih baik dari mengikuti contoh saudara2 di Kwiciu dan Ouwlam itu apapun akibatnya kelak, Tidak melawan kami akhirnya tetap akan mati juga, mati kelaparan dan dari mati secara demikian, lebib baik kami mati dibawah senjata yang lebih cepat dan kalau dibandingkan jadi lebih sedikit penderitaan kami".

"Kemarin ada beberapa saudara dari desa Ini yang pergi kekota kabupaten, dibalik bukit2 disebelah utara itu. Mereka kembali dengan mem bawa berita bahwa sepasukan tentara Boan yang berkekuasaan kurang lebih seratus orang telah tiba disana untuk mengambil bahan makanan yang baru terkumpul itu dan pagi ini akan berangkat".

„Jalan satu2nya yang terdekat dan tercepat jika hendak menuju propinsi Kwiciu ialah melalui desa kami ini, maka kami telah memperhitungkan bahwa lebih kurang tengah hari iring2an itu tentu akan lewat disini".

„Dalam keadaan sudah demikian terjepit, kami segera bersepakat untuk menghadang dan merampas kembali beras kami itu.

„Hampir seluruh laki2 didesa ini menyedia kan dirinya untuk maksud nekad itu, dengan ke simpulan babwa pemerintah penjajah yang lalim telah memaksa kami mengangkat senjata".

„Hanya beberapa puluh orang yang sangat pengecut dan tidak mau ikut serta".

  Tiraikasih Website http://kangzusi.com/  „Demikianlah, kami sudah sejak beberapa jam yang lalu menantikan kedatangan iring2anl itu ditepi sungai, diluar desa. Tukang2 perahu di tempat penyeberangan itupun semuanya orang2 desa ini dan mereka semua sudah menggabungi kan diri dengan kami. Perahu2 mereka telah di sembunyikan disuatu tempat yang sunyi, beberapa lie dari tempat ini".

„Maksud kami melakukan penghadangan itu diluar desa ialah agar kelak kami dapat menyangkal bahwa kami telah campur tangan dalam rampasan rangsum itu. Apa yang terjadi selanjutnya, jiewie telah mengetahui sendiri".

Setelah mendengar keterangan panjang lebar itu, Qe Beng dan Cie Jin hanya berdiam diri selama beberapa saat.

Kisah menyedihkan itu benar2 mempengaruhi pikiran dan jiwa mereka.

Mereka kini dapat memahami amarah petani2 itu yang begitu me-luap2 tadi.

Tidak dapat mereka mempersalahkan rakyat yang telah ditindas habis2an itu jika sampai me reka melakukan perbuatan begitu kejam ketika memperoleh kesempatan untuk membalas dendam.

Sebaliknya, mereka kini kuatir sekali akan nasib penduduk desa itu. Walaupun petani tua itu telah menjelaskan bahwa perampasan itu sengaja dilakukan diluar desa, agar kelak mereka dapat menyangkal tuduhan ikut sertanya mere ka dalam peristiwa tersebut, tetapi kedua saudara she Cie itu yakin, bahwa desa itu tentu akan menderita akibatnya kelak.

Berdasarkan pengalaman2 dimasa lampau, ke dua pemuda she Cie itu sudah mengetahui bahwa pemerintah Boan tidak biasa menanti sampai diperolehnya bukti dulu untuk menjatuhkan hukuman.

Karena peristiwa itu terjadi didekat desa teraebut, maka tentu desa itulah yang akan menanggung akibatnya.

Kekuatirannya itu segera mereka kemukakan kepada pemimpin petani2 itu.

„Jiewie tidak usah kualir" kata orang tua itu sambil tertawa. „Kecuali jika ada yang memberitahukari pemerintah bahwa peristiwa ini adalah pekerjaan kami, mereka tentu tidak akan rrenuduh kami Rakyat jelata yarg biasa sangat penurut dan tidak berani melawan perintah para pembesar bagaimana bisa melakukan, tindakan sebebat ini ? Diantara kami sendiri tentu tidak akan ada yang mau membocorkan rahasia ini, jiewiepun tentu demikian. Kalau di antara tentara pengawal rangsum itu ada yang tertinggal hidup, mereka tentu akan memberi-kan laporan kepada pemerintah. Tetapi, seorang, pun diantara mereka tidak kami tinggalkan hidup, sehingga siapakah yang akan dapat memberitahukannya kepada pemerintah ?"  „Tetapi pemerintah lalim itu tidak pernah menunggu adanya bukti. Mereka selalu menghukum saja para penduduk didaerah terjadinya setiap peristiwa." bantah Cie Beng.

„Akhhh, kukira terhadap kami mereka tidak akan berani bertindak demikian, kami kaum petani, adalah golongan yang memberi mereka makan. Kalau tidak ada kami. siapakah yang dapat menghasilkan beras bagi mereka ? Dikota kota. dimana penduduknya sebagian besar bukan kaum tani, mereka memang' bisa bertindak membuta tuli tanpa kuatir akan terjadinya kemunduran hasil pertanian. Tetapi terhadip ka mi, kukira mereka akan berpikir masak2 lebih dulu.”  Kedua saudara itu kini mengerti bahwa apapun yang mereka katakan, petani2 itu tetap tidak akan mau mengerti dan yakin akan kebenaran keterangan mereka itu, berarti hanya sia2 belaka Dan Cie Beng maupun Bie Jin memang tidak bisa memberikan keyakinan akan ancaman bahaya untuk petani2 itu.

Karena itu, mereka hanya menganjurkan agar mereka membentuk suatu badan pertahanan yang teratur, untuk ber Siap2 terhadap segada kemungkinan dan kalau mungkin mengajak desa2 tetangga untuk bekerja sama.

Sementara itu. pekerjaan penguburan mayat yang berserakan itu telah selesai.

  Tiraikasih Website http://kangzusi.com/  Disaat setiap kuburan kawan mereka ditancapkan tanda2 yaag menyolok, Sekedar untuk dapat dikenali kelak, diwaktu korban itu akan di buatkan kuburan yang layak setelah pemerintah melupakan peristiwa itu  Kini untuk sementara waktu, masing2 sebaiknya jangan ada sesuatu yang dapat memberikan petunjuk mengenai ransum itu.

Para pasukan Boan telah pula selesai dikuburkan dalam sebuah liang besar untuk semuanya menjadi satu.

Petani2 yang bertindak sebagai pemimpin itu lalu mengundang Cie Beng dsn Cie Jin untuk beristirahat dan sekedar mengisi perut di rumahnya.

Demikianlah mereka ramai-kembali kedesa dengan membawa beras rampasan itu, yang secepatnya tiba didesa lalu di bagi2kan keseluruh rakyat.

Keluarga2 mereka yang telah gugur diberi kan lebih banyak dari yang lain disertai janji bahwa selanjutnya kebutuhan mereka akan di-pikul bersama oleh seluruh desa.

Kedua saudara Cie sangat terharu melihat cara2 orang desa itu bergotong royong.

Didalam kehidupan yang demikian sulit, mereka masih bisa hidup akur dan ada kekompakan satu dengan yang lainnya.

Dan didalam pikiran mereka sederhana agaknya seperti tidak ada perasaan iri mengiri. Sungguh kagum Cie Beng dan Cie Jin melihat bagaimana mereka semua rela memberikan bantuan kepada keluarga kawan2 mereka yang telah gugur itu.

Kalau saja semangat persaudaraan dan kegotong royongan itu dapat dipupuk terus dan diperluas, tentu tidaklah sukar untuk mengalahkan penjajah, hanya harus dibuat sayang bahwa unsur2 yang merupakan sumber kekuatan tiada batasnya itu saigat diperluas, sehingga meliputi seluruh negeri.

Makanan yang disuguhkan kepada Cie Ben dan Cie Jin itu oleh para penduduk desa hanya lah makanan sederhana, tetapi kedua saudara she Cie itu sangat menghargai, karena disuguhkan dengan hati rela.

Dalam perjamuan itu sipemimpin rombongan petani sekali lagi menghaturkan terima kasihnya sambil memuji kedua pemuda she Cie itu se tinggi2nya.

Kedua pemuda s'ie Cie itu dipersamakan dengan seorang pendekar lain yang berusia sangat muda dan telah banyak memberikan penaungan kepada rakyat jelata dikabupaten mereka.

Dari nada suaranya, ketika menyebut pendekar muda itu, dapatlah ditarik kesimpulan bahwa para petani itu menghargai benar pendekar Itu. dihargai tinggi2 dan menghormati.

Cie Biog dan Cie Jin jadi sangat tertarik sekali dan menanyakan siapakah pendekar itu dan dimana tinggalnya.

"Sungguh menyesal sekali, jiewie, tidak seorangpun diantara kami yang mengetahui nama pendekar itu, sedangkan tempat tinggalnya juga entah dimana. Beliau itu tidak mau memberitahukannya. Tetapi kami, seluruh penduduk kabupaten ini mengenalnya sebagai "Hek Sin Ho" (Si Rase Hitam yang sakti), sesuai dengan kecerdasannya yang luar biasa dan kepandaiannya yang bagaikan malaikat. Dia baru muncul tahun yang lalu. Entah siapa yang pertama sekali memberikannya julukan itu, tetapi dengan cepat namanya sudah menjadi sangat terkenal, bukan hanya dalam kabupaten ini saja, karena perbuatan2 nya itu sangat mulia sekali......", memuji petani itu.

Hati kedua saudara Cie jadi semakin tertarik setelah mendengar keterangan itu.

Inilah bukan untuk pertama kali mereka mendengar tentang "Hek Sin Ho",  Beberapa hari sebelumnya, ditempait lain, mereka telah mendengar orang me-nyebut2 julukan itu.

  Tiraikasih Website http://kangzusi.com/  Waktu itu Cie Berig dan Cie Jin baru saja tiba disebuah kota kecil didekat perbatasan An-hui dan Ouw Pek, karena sudah berjalan hampir setengah hari, dan perut sudah agak lapar, mereka telah berhenti disebuah rumah makan.

DALAM rumah makan tersebut yang kebetulan sedang ramainya dikunjungi orang, mereka pertama kali mendengar tentang si Rase Hitam yang sakti.

Tetapi apa yang mereka dengar itu ternyata lain sekali dengan pendapat para petani di tempat tersebut, karena mereka mendengar justru diwaktu itu si Rase Hitam yang sakti telah melakukan perbuatan terkutuk.

Hari itu dikota tersebut tengah gempar karena malamnya telah terjadi pembunuhan atas ketua Cie Liong Pang (Perhimpunan Naga Ungu) yang berpengaruh didaerah perbatasan itu.

Menurut keterangan yang kemudian diperoleh oleh kedua saudara Cie itu, ketua Cie Liong Pang itu bernama Ong Kee Cie, bergelar Hui liong Kiam (si Pedang Terbang), adalah seorang wanggwe (hartawan) yang budiman.

Tangan Ong Kee Cie terbuka dan setiap Kangouw yang sulit keuangan dalam daerah pengaruhnya tidak pernah tidak diberikan pertolongan olehnya.

Tetapi apa sebabnya malam itu, tiba2 si Rase Hitam telah mendatangi rumah Hui Liong Kiam.

Ong Wanggwe itu tinggal disebuah gedung besar beisama murid2nya, dan murid2nya itu di kagetkan oleh bunyi gemerincing senjata yang saling bentur ditengah hari.

Dan murid2 Ong Wanggwe telah pergi kekamar buku untuk melihat apa yang telah terjadi  Ketika murid2 Cie Liong Pang tiba. mereka melihat sesosok tubuh hitam yang melompati keluar, dan mereka cepat menghadangnya.

Tetapi dari saat yang sama jendela kamar tidur guru mereka yang terletak disebelah kamar buku, tiba2 terbuka dengan bersuara keras sekali.

Menyusul itu Hui Liong Kiam Ong Keel Cie sendiri melayang keluar dengan pedang terhunus.

„Sahabat dari manakah itu yang malam2 berkunjung kemari ?" tegurnya dengan suara yang nyaring.

Suara itu menusuk telinga dan getarannya! menggoncangkan hati orang yang mendengarnya  „Aha!" menyahuti tamu tidak diundang itu, "Kebetulan sekali kau sudah keluar sendiri tua bangkai Aku tidak perlu mencarimu dan dapat menghemat waktu. Dosamu telah melewati takaran, sehingga malam ini kau ditakdirkan datang sendiri menghadap kepadaku untuk menerima hukuman. Namaku tidak perlu kau ketahui sekarang, kalau kau sudah bertolak keneraka tentu kau mengetahuinya sendiri Lihat golokku"  Golok orang itu berkelebat cepat, ditangkis oleh Ong Kee Cie.

Benturan yang terjadi dikedua senjata itu kuat kekali, karena memercikkan api'  Sungguh dahsyat bentrokan itu, golok orang tidak dikenal itu tampak menyambar lagi dan hampir mengena dahi Ong Kee Cie.

Dengan gerakan yang indah lawan tidak dikenal itu dapat melancarkan seraigan yang beruntun, dan kini mereka terlibat dalam pertempuran yang seru. Murid2 Ong Kee Cie jadi hanya memandang belaka dengan mata terpentang lebar2.

Dan selama itu pedang terbang Ong Kee Cie terdesak sekali.

Untuk menyambut serangan ketiga orang itu ia berlaku lebih hati2 dan sikap Ong Kee Cie yang demikian membuat murid2nya mengetahui bahwa lawan Ong Kee Cie memiliki kepandaian yang tinggi sekali.

Suatu peristiwa yang sulit dipercaya telah terjadi. Dengan gerakan It Ho Ciong Thian (Bu rung Ho terbang kelangit), musuh itu melompat, keudara, menyusul goloknya menyambar tubuh    Tiraikasih Website http://kangzusi.com/  lawannya. Kelincahannya itu bukan hanya menge jutkan Ong Kee Cie. tetapi murid2 orang she Ong itu juga jadi takjub.

Sesunggauhnya Ong Kee Cie tidak takut oleh kepandaian lawan, karena dengan mengandalkan tenaga dan pengalamannya.

Namun yang membuat Ong Kee Cie jadi heran, setelah beberapa jurus, ilmu golok lawan nya benar2 membingungkannya.

Dengan pengalamannya yang luas sulit sekali dia mengetahui dari perguruan mana lawannya ini. Dan walaupun dia mempergunakan se luruh tenaga, sulit baginya untuk merubuhkan lawannya.

Sejurus demi sejurus keadaan Ong Kee Cie jadi semakin buruk dan terdesak.

Saat itu ketika guru mereka sudah hampir tidak bisa bernapas oleh desakan senjata lawan.

murid2 Ong Kee Cie baru menyadari bahwa tadi mereka datang ketempat itu dengan membekal senjata, bukan unluk sekedar menyaksikan jalan nya pertempuran itu.

„Mundur ! Apakah kalian mencari mati ” teriak Ong Kee Cie kearah muridnya, karena walaupun bagaimana kepandaian lawan terlalu hebat, mungkin muridnya itu satu persatu akan binasa jika maju, sebab dia sendiri yang berkepandaian tinggi tidak sanggup berbuat sesuatu opapun terhadap lawannya, bahkan telah terdesak begitu hebat.

Sambil tertawa, musuh itu ielah menerjang kearah penyerang2 barunya. Segera terdengar jerit2 kesakitan dan rubuhnya beberapa tubuh yang saling tindih. '  Hujan senjata segera menyambar kearah Ong Kee Cie karena senjata murid2 Ong Kee Cie telah dirampas oleh musuh dan dilontarkan kearahnya.

Ong Kee Cie benar2 ulet sekali. Walaupun sudah terluka oleh sanberan salah satu senjata yang melanggar bahunya, disusul oleh hantaman tangan lawanoya, namun dia dapat bangkit dan melancarkan serangan lagi.

Tetapi dia belum berhasil befdifi tegak, lawannya telah menghajar dan menekan jalan darah To Tui hiat ditengkuknya, seperti juga menghisap seluruh tenaganya.

"Bangsat tua she Ong, kau tidak mengenal aku, tetapi sebaliknya aku tidak dapat melupakanmu." kata orang tidak dikenal itu. ”Masih ingatkah kau akan peristiwa ditempat penyebrangan Kie Hong Ouwlam, empat tahun yang lalu ? Bagi umum kau terhormat, seorang dermawan dan seorang tokoh Bulim yang disegani Tetapi aku mengetahui lebih banyak dari itu Kau tentu tidak menduga rahasiamu akan diketahui olehku, kau manusia serigala-Kau dani murid2mu tentu pernah merdengar Hek Sin Ho itulah julukan yang diberikan sahabat2 kepadaku.

Dan kedatanganku untuk meminta pertanggungan jawabmu terhadap perbuatanmu yang, lalu itu, yang sempat kusaksikan sendiri.”  Sekilas sinar golok telah berkelebat disusul dengan melayangnya sesosok bayangan hitam ke atas dinding pekarangan.

Ditempat yang baru ditinggalkan Hek Si Ho hanya tertinggal sesosok tubuh orang yang terlentang diam.

Gemparlah murid2 Ong Kee Cie. Tetapi murid2 Ong Kee Cie tidak berdaya untuk melaku kan sesuatu terhadap lawannya tersebut, yang pergi dengan gesit sekali.

Keesokan peristiwa yang menggemparkan Itu telah melanda kota tersebut, dan murid kepala Ong Kee Cie telah mengirim saudara2 seperguruannya keselutuh pelosok kota untuk, memanggil semua murid Cie Liong Pang. mengadakan rapat kilat atas kematian guru mereka.

Tetapi perundingan itu tidak menghasilkan apa2. karena mereka 'menyadari musuh terlalu hebat.

  Tiraikasih Website http://kangzusi.com/  Siapa Sesungguhnya Hek Sin Ho? Mengapa dia bermusuhan dan membinasakan Ong Kee Cie Peristiwa apakah di Kie Hong yang di-sebut2 oleh Hek Sin Ho? Tidak seorangpun diantara mereka yang berhasil menjelaskannya.

Itulah cerita yang dldengar oleh Cie Beng dan Cie Jin.

Cie Beng dan Cie Jio juga jadi tertarik dan heran karena si Rase Hitam seperti segan menyebutkan she dan namanya yang sesungguhnya, hati mereka benar2 jadi tertarik untuk menyelidiki hal ikhwal tokoh baru dalam kalangan Kangouw ini, yang kelakuannya penuh rahasia Tetapi karena mereka masih memikul beban dan tugas berat mencari adik seperguruan mere ka yaitu Ouw Ho. maksud untuk menyelidiki si Rase Hitam ditangguhkan dulu. Sudah enam tahun mereka mencari Ouw Ho, tetapi hasilnya tetap nihil.

Selesai makan Cie Beng dan Cie Jin telah berpamitan kepada petani2 itu.

Tidak lama kemudian mereka telah tiba dikota kecil, untuk mengisi perut, dan kemudian tidur dengan nyenyak, karena bermaksud besok menanyakan perihal Ouw Ho atau setidaknya Hong It Hoa kepada anggota2 cabang Ang Hwa Hwe dikota tersebut. Perbuatan seperti itu memang telah ratusan kali dilakukan mereka diratusan kota dan kampung, tetapi hasilnya tetap nihil.....

Disamping itu, besok siang merekapun ingin menanyakan perihal Hek Sin Ho jago yang baru muncul dalam rimba persilatan, tentu anggota Ang Hwa Hwe ditempat tersebut telah men dengar sepak terjangnya Hek Sin Ho....... .

---oodwoo-  DESA Pek Houw Cun merupakan desa kecil Letaknya dibalik bukit2 kurang lebih empat puluh lie dari kota kecil itu, dimana Cie Beng dan Cie Jin sedang tidur.

Desa itu benar2 desa tidak berarti, karena disamping tidak penting juga penduduknya hanya sekitar lima ratus jiwa.

Sejak matahari terbenam dikaki langit barat, ber-turut2 telah datang kelompok2 orang asing yang terdiri lima atau sepuluh orang. Itu lah suatu kejadian yang agak luar biasa.

Mereka yang tiba disambut oleh seseorang yang bersembunyi di-semak2 dipinggir jalan dengan kata2 : „Berkah Tuhan !"  „Dunia Aman !" sabut tiap kelompok. Jelas itulah kata2 sandi.

Mereka adalah anggota2 Pek Lian Kauw dan kata2 sandi tadi memang merupakan semboyan perhimpunan rahasia tersebut.

Desa terpencil dan sunyi itu telah cukup lama menjadi markas cabang Pek Lian Kauw.

Malam itu akan diadakan rapat penting. Pimpinan di Anhui telah mengirim beberapa orang untuk memberikan keterangan mengenai rencana persiapan untuk melancarkan pemberontakan besar2an.

Rapat itu diadakan disebuah rumah yang sangat besar didesa tersebut.

Rumah itu milik seorang anggota pimpinan setempat, yaitu Tong Keng Hok.

Orang she Tong tersebut memiliki kepandaian silat yang tinggi. Dengan memiliki kekayaan dan juga menjalankan beberapa pekerjaan untuk perkumpulannya, cepat sekali dia memperolah kedudukan penting  Kurang lebib satu jam sejak tibanya rombongan pertama, telah tiba semua anggota yang diundang. Ruang besar dirumah itu telah penuh. Kurang lebih tiga ratus orang.

Seorang wakil pusat segera naik kemimbar.Dengan panjang lebar dia membentangkan maksud tujuan pergerakan mereka. Dikatakan nya, setiap anggota harus berusaha memperoleh kepercayaan rakyat.

---oo0dw0oo-

DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar