-------------------------------
----------------------------
Jilid 4
PENDATANG itu tampaknya
seperti hwe-shio, pendeta.
Ketiga orang penculik itu jadi
merasa kua-tir, jika keempat nweshio itu menjaga hendak mengejar mereka untuk
menolong! Ouw Ho, cepat2 mereka mempersiapkan senjata.
Sementara itu, agaknya keempat
pendatang baru itu juga telah melihatnya orang2 yang berada dipohon itu.
Tampaknya mereka memang ingin
beristirahat juga dan telah berhenti. Sesaat mereka kasakkusuk, setelah itu
keempat pendatang baru itu melanjutkan perjalanan mereka menghampiri kearah
pohon2 tempat meneduh Ouw Ho dan ketiga penculiknya.
Mungkin msreka juga bercuriga
dan sambil menjalankan kuda mereka per-lahan2, tangan mereka sudah siap didekat
gagang senjata masing2.
Tidak lama kemudian mereka
sudah datang dekat sekali dan segera dapat dikenali.
Ternyata keempat orang itu
memang hweshio semuanya. Ketika itu Ouw Ho jadi terkejut sekali.
Walaupun keempat orang itu
kini berkepala gundul licin seperti hweshio, dia masih bisa mengenali keempat
orang itu sebagai empat orang tamu dirumah penginapan yang telah pergi tanpa
membayar uang sewa kamar.
Dasar Ouw Ho memang masih
anak2, peragaan kagetnya hanya sejenak saja sudai lenyap kembali. Dan setelah
teringat bahwa keempat orang itu telah dipermainkannya dan kini terpaksa mereka
berkepala gundul seperti itu, Ouw Ho tidak bisa menahan tertawanya yang
be-gelak2 memenuhi tempat itu.
Ketiga orang penculik itu
terkejut mendengar tertawanya Ouw Ho.
Menurut dugaan mereka, tertawa . anak itu
tentunya disebabkan kegembiraannya sebab telah datang bata bantuan Untuknya.
Salah seorang segera hendak
menotok Ouw Ho, tetapi anak itu berhasil menyelamatkan diri dengan menyelinap
kedafam batang pohon.
Melihat kekuatiran
penculik2nya, didalam otak Ouw Ho seketika timbul sebuah akal yang baik sekali.
Se-keras2nya dia berteriak:
„Benar, benar, inilah mereKa yang hendak mencelakai aku? Turun tanganlah tanpa
segan2, biar mereka tahu rasa!"
Kini yakinlah penculik itu bahwa kedata Ugan keempat bweesbio itu memang
untuk menolongi Ouw Ho Serentak mereka menghunus
senjata dan me lompat kemuka. menghadang keempat hweshio itu.
Sebaliknya empat pendatang tu
itupun terkejut sekali mtndengar teriakan Ouw Ho, yang lalu disusul melompatnya
ketiga orang yang tidak dikenalnya itu telah menghadang rnereka dengan senjata
terhunus.
Mereka menduga bahwa ketiga
orang penghadang itu tentunya kawan Ouw Ho, yang sudah dikenalnya sebagai
putera Ouw Huu Didalam hati mereka
timbullah dugaan babwa mungkln sekali ketiga orang inilah yang semalam telah mempermainkan
mereka.
Karena timbullah dugaan
seperti itu, sekeri ka itu pula meluap amarah mereka. Dan serentak mereka pun
telah menghunus senjata masing2, „Suwie
Taisu, apakah talinn datang untuk mengambil anak itu? Kalau benar, lebih baik
kalian mengurungkan niat itu, jika memang kalian ingin tidak terjadi sesuatu.
Tetapi kalau kalian memaksa, hemmm, kami terpaksa akan berlaku kurang
ajar," kata ketiga penculik itu dengan suara hampir berbareng.
Kata2itu mengandung tantangan
dan bersifat mengancam.
Keempat orang yang baru datang
itu jadi yakin'.batiwafkeliga orang inilah yang telah mem permainkan mereka.
, Dengan, mengeluarkan suara erangan,
mereka sudah hendak membuka mulut untuk menjawab dengan makian.
Tetapi Ouw Ho sudah mendahului
berseru; „Tidak guna menghamburkan kata2 Hajar saja, habis perkara." Ketiga penculik itu melihat bagaimana keempat
pendeta itu sudah hendak membuka mulur tetapi telah didahului Ouw Ho.
Mereka kuatir, jika Hweshio2
itu akan mendahului turun tangan sehingga mereka harus bertempur dalam waktu yang
lama sedangkan mereka kuatir-sekali, kalau2 dibelakang hweshio2 itu akan
menyusul pula kawan2nya yang lain.
Dan yang kuatirkan adalah
pengejaran yang dilakukan oleh Ouw Hui sendiri, karena jika Ouw Hui telah tiba
ditempat ini, tentu mereka akan celaka.
Karena itu, tanpa mengucapkan
sepatah per kataan juga, mereka serentak telah melancarkan, serangan sebelum
keempat lawan itu turun dari kuda mereka.
Hweshio2 tersebut ternyata
juga hebat sekali, Dengan mudah mereka
dapat mematahkan serangan ketiga penculik tersebut dan sesaat kemudian sudah
melompat turun dari kuda2 mereka.
Kedua belah pihak ternyata berimbang
kepandaiannya dan pertempuran itu memang seru sekali.
Tanpa mereka sadari, ketujuh
orang itu telah berhasil ditipu dan dibakar oleh Ouw Ho.
Dengan kecerdikannya anak itu
telah melihat kesempatan yang ada untuk mengadu dombakan kedua pihak itu.
Dengan sengaja dia berteriak,
menganjurkan untuk turun tangan, tanpa menyebutkan dan tanpa menegaskan kepada
pihak mana perkataannya-itu ditujukan.
Dan dia hanya ber-teriak2
menganjurkan turun tangan belaka. Oleh sebab itu, kedua belab pihak jadi saling
curiga mencurigai dan masing2 lalu hendak turun tangan lebih dulu untuk me
rebut kemenangan yang cepat sekali, justru ka rena sama2 terlalu bernafsu untuk
merubuhkan lawan masing2. Dan merekapun masing2 yakin bahwa lawan mereka itu
merupakan musuh atau se-tidak2nya merupakan kawan dari ayah Ouw Ho.
Keruan saja, akibat adanya
dugaan seperti itu, telah membuat mereka jadi menurunkan tangan bengis untuk setiap
penyerangan yang mereka lakukan.
Dengan mengeluarkan seluruh
kepandaian masing2 kedua belah pihak bertempur dengan di liputi kegusaran,
untuk memaksa dan merubuhkan lawannya dengan cepat.
Mereka telah melihat bahwa
kepandaian mereka memang berimbang, dan pertempuran itu agaknya akan ber-larut2
dan berlangsung cukup lama.
Sambil mengeluh didalam hati,
ketujuh orang itu memperhebat serangan2nya, untuk merubuhkan lawan secepat
mungkin.
Seluruh perhatian mereka
tercurah kepada pertempuran itu, karena jika mereka berlaku lengah sedikit
saja, niscaya mereka akan celaka.
Sementara itu, sambil terus
menerus ber-teriak2 memberikan anjurannya untuk membakar kedua belah pihak yang
tengah bertempur itu, Ouw Ho sedikit demi sedikit telah mendekati kuda2 ketiga
penculiknya.
Selama beberapa saat dia
menanti lagi sambil memperhatikan jalannya pertempuran itu.
Setelah memperoleh kenyataan
bahwa ketujuh orang yang tengah bertempur itu tidak memperhatikannya lagi,
tiba2 dia melompat ke-atas seekor kuda.
Kemudian dicambuknya kedua
ekor kuda yang lainnya, sehingga binatang tunggangan itu lari se-keras2nya
meninggalkan gerombolan pohon tersebut.
Seketika itu juga Ouw Ho telah
melarikan kudanya kearah kuda2 keempat orang2 hweshio itu, yang lalu
dicambuknya juga sehingga semua lari serabutan kesegala penjuru.
Setelah itu, Ouw Ho sendiri
melarikan kudanya kearah barat laut, kembali mengikuti jejak yang dilaluinya
tadi, sambil tertawa nyaring dan mengeluarkan ejekan2 kepada ketujuh orang itu.
Perbuatan Ouw Ho lentu saja
sangat mengejutkan ketujuh orang yang tengah bertempur itu.
Dengan bersarra mereka telah
menghentikan serangan dan gerakan senjata masing2 dan ber diri tertegun
memandang kearah Ouw Ho yang sudah semakin menjauh dan tampaknya semakin kecil.
Entah apa yang mereka tengah
pikirkan saat itu, yang pasti adalah perasaan menyesal yang membungkah dihati
masing2.
Cerita Ouw Ho tentang
pengalamannya itu kemudian ditutupnya dengan suara tertawanya 'yang keras.
Sedangkan Ouw Hui juga tidak
bisa menahan tertawanya lagi.
Tanpa merasa mereka sudah tiba
dimuka kota IH lagi. Tetapi ternyata pintu gerbang sudah ditutup, dan mereka
tidak dapat masuk.
Dglam girangnya, Ouw Hui tadi telah melupakan
hal itu dan kini mereka terpaksa harus me numpang bermalam disalah sebuah rumah
penduduk diluar kota.
Bagi Ouw Hui, peristiwa2
selama dua hari di Ilh itu meninggalkan dua kesan.
Seperti umumnya setiap orang
yang menjadi ayah, Ouw Hui tentu saja sangat berbesar ha ti dengan kecerdikin
puteranya yang telah dibuktikan selama dua hari ini.
Tetapi disamping
kegembiraannya itu, dia-pun menjadi berkubur sekali, kini sudah terlihat jelas
bahwa musuh2nya masih tetap hendak mencari jejaknya untuk menuntut balas dan
beberapa musuhnya itu sekarang sudah dapat di lli Walaupun kini mereka belum dapat mengetahui
tempat tinggalnya, tetapi sudah dapat di pastikan bahwa tidak lama lagi mereka
akan mengetahui dan datang untuk mencarinya.
Mengenai keselamatan dirinya
sendiri, dia sama sekali tidak berkuatir apa2.
Walaupun musuh2 itu tentunya telah
mem pelajari kepandaian2 yang jauh lebih tinggi dari sebelumnya, bahkain kini
mereka berani menca rinya membuktikan bahwa mereka memang jauh lebih heoat
kepandaiannya dari beberapa waktu yang lalu, dan mereka bermaksud ingin
menuntut balas, daa Ouw Hui juga tidak tinggal diam selama sepuluh tahun
terakhir ini.
Walaupun hidupnya se-hari2
penuh kesibu kan untuk keperluan rumah tangganya dan untuk mendidik dan
puteranya, tidak pernah seharusnya dia melalaikan latihannya sendiri.
Berkat kecerdasannya dan
dengan petunjuk berharga dari mertuanya, berdasarkan pengalaman orang tua itu,
maka kepandaiannya sekarang ini sudah jauh melampaui kepandaiannya sepuluh
tahun sebelumnya, ketika dia telah menghajar dan melabrak kawanan penghianat
dan kaki tangan pemerintah penjajah Poen di Swat Hong Sancung, dirumah Touw Sat
Kauw.
Kini Ouw Hui sudah berhasil
menciptakan semacam ilmu istimewa sebagai hasil dari jerih payahnya ber-tahun2
tekun mengasah otak.
Dengan adanya Kim Bian Hud,
yang sudah memperoleh pelajaran langsung dari Ouw It To mengenai ilmu silat
keluarga Ouw, banyak bagi-an2 dari ilmu silat pusaka itu, yang tadinya ma sih
samar-baginya, kini menjadi jelas sekali,
Dan kini dia dapat menjajaki ilmu itu sampai kedasarnya. Disamping itu,
dengan memiliki menantu sebagai Ouw Hui, Biauw Jin Hong tentu saja menjadi
girang dan juga puas.
Kepada menantunya itu dia
dapat mewaris kan seluruh kepandaiannya agar ilmu pusaka ke luarga Biauw tidak
menjadi hilang percuma sa ja, karena tiada yang mewarisinya.
Ilmu istimewa yang diciptakan
oleh Ouw Hui baru2 ini, sesungguhnya tidaklah melebihi kedua ilmu keluarga Ouw
dan Biauw dalam hal kehebatannya. Yang istimewa adalah bahwa deng an ilmu itu
orang lidak terikat lagi mempergunakan suatu senjata tertentu, dapat memperguna
kan senjata, apa saja.
Ouw Ke To Hoat adalah suatu
ilmu yang khusus untuk mempergunakan golok, sedangkan Biauw Ke Kiam Hoat
hanyalah dapat dipergunakan dengan bersenjatakan pedang.
Berkat ketekunannya itu, Ouw
Hui dapat juga menyelami intisari dari kedua macam ilmu silat hebat itu.
Yang luar biasa lagi, Ouw Hui
dapat meng gabungkan kedua intisari dari ilmu silat itu dan menciptakan ilmunya
yang istimewa sekali.
Kalau orang sudah berhasil
menguasai dengari mahir ilmu tersebut, dia tentu akan dapat mem pergunakan
setiap senjata pendek dengan sama sempurnanya jika dibardingkan dengan dia mem
pergunakan senjata yang panjarg.
Jika dilihat dari lamanya,
Biauw Jin Hong sesungguhnya yang sudah lama memahami dasar2 kedua ilmu itu.
Mengapa bukannya Biauw Jin Hong, tetapi justu
Ouw Hui yang ternyata berhasil menggabungkan saiu kedua ilmu itu ? Sebabnya
harus lah dicari pada watak mereka.
Menurut adat istiadat dari
tradisi keluarga Biauw mengutamakan kemurnian dari. ilmu silat turunan dan
keluarga Biauw, dan umuk selanjut nya akan dipertahankan kemurnian ilmu silat
i-tu.
Dan jika terjadi perobahan
maupun penambahan terhadap ilmu silat lain didalam Biauw Kee Kiam Hoat, berarti
ilmusilat keturun d Biauw itu tidak murni lagi, sehingga lebih tepat jika semua
itu hanya disebut sebagai penyempurnaan yang menodai kemurnian ilmu itu
sendiri.
Dasar dari palajaran demikian
tepat sekali bagi Kim Bian Hud, yang wataknya sungguh2 dan sangat sederhana
sekali, sehingga dapatlah dikatakan bahwa ilmu Itu mencapai puncaknya Sebagai
salah seorang akhli silat kelas utama, Kim Bian Hud memang telah berhasil
memahami ilmu silat keluarga Ouw dalam beberapa hari saja, bahkan dia telah
berhasil menguasai intisarinya.
Tetapi untuk dapat
mempersatukan unsur2 penting dari kedua macam ilmu silat dari kedua keluarga
itu, tentu saja tidak mudah, dan justru ke-dua2nya harus memiliki keistimewaan
dan watak serta pendidikan lain. Dan keduanya dari unsur kedua ilmu itu
digabungkan, sehingga akhirnya terciptalah semajcam ilmu yang hebat sekali.
Didalam bidang itulah letak
keistimewaan pelajaran keluarga Ouw, sejak Hui Titian Ho Li berhasil
mempersatukan unsur seni silat dari berbagai partai pintu perguruan silat
diseluruh daratan Tionggoan, setiap keturunan telah memasukkan unsur2 baru yang
dipetiknya dari ilmu yang lain.
Setelah bertanding dan
bertukar pikiran dengan Kim Bian Hud, kalau bukannya dia mati Ouw It To tentu
akan berhasil memper satukan unsur2 keistimewaannya kepandaian Kim Biau Hud
untuk membuat ilmunya lebih sempurna lagi.
Keluarga Ouw dapat melakukan
semua itu karena dasar pelajaran ilmu mereka lebih mementingkan kecepatan dan
perobahan2 yang tidak terduga.
Terutama ;ekali unsur terakhir
itulah yang selalu membuka kemungkinan bagi para putera keluarga Ouw untuk
memetik sesuatu yang berfaedah dan ilmu lain untuk ditambahkan kepada ilmunya.
Setiap penan.bahan itu dicatat
dan dijelas kan dalam kitab pusaka mereka.
Kini Ouw Hui telah berhasil
melakukan se suatu yang lebih hebat dalam generasi2 yang terdahulu, kecuali si
Hui Thian Ho Li. Hal itu bukan karena dia lebih cerdas dan para leluhur nya
itu. Sebabnya sederhana saja. Kesempatannya untuk melakukan itu memang jauh
lebih luas.
Sejak mulainya menetap
ditempat sunyi itu, dengan tekun dia telah mempelajari seluruh Biauw Kee Kiam
Hoat dibawah pimpinan Kim Bian Hud
Dengan cepat sekali dia sudah memahami seluruh ilmu itu dan dalam waktu
hanya tiga ta hun saja, kepandaiannya ilmu pusaka keluarga Biauw itu sudah berimbang dengan Kim Illan
Hud sendiri- Kemudian, dengan tenang dia
mulai memi kirkan dan mengolahnya kedua ilmu itu.
Kalau dia tinggal dikota, atau
hidup merantau seperti dulu, dia tentu tidak akan bisa ber pikir tenang dan
hasilnya tentu juga tidak akan sebesar itu.
Suasana tenang yang ada
disekelilingnya, kini terbukti betapa besar manfaatnya. , Per-tama2 -memang sulit baginya untuk
menemukan titik2 pertemuan antara kedua ilmu i-tu.
Tetapi lambat laun semakin
lancarlah usaha nya itu dan kurang lebih satu tahun yang lalu dia telab
berhasil dengan gemilang.
Dengan ilmunya yang baru
diciptakannya i-tu, dia dapat mempergunakan segala macam sen jata pendek
seperti pedang, golok, Thicio, gada, tombak pendek dan lain2 senjata pula,
dengan sama sempurnanya dan tanpa mengurangi daya tempurnya yang luar biasa.
Dengan memiliki kepandaian begitu tinggi, .Ouw
Hui menang tidak perlu kuatir akan keselamatan dirinya sendiri.
Justru yang dikuatirkannya
adalah keselamatan isterinya dan anaknya dan keselamatan Peng Ah Sie yang kini
sudah berusia lanjut.
Dengan adanya Kim Bian Hud dan
sikembar Cie Beng dan Cie Jin, kalau musuh datang menyerang diwaktu mereka
semua berada diru-mah, tidaklah sulit untuk melindungi ketiga orang yang
dicintainya itu.
Tetapi bagaimana kalau musuh
datang diwaktu mereka berada diluar dan datang dengan berkawan banyak? Bukankah dengan adanya ancaman bahaya seperti
itu, dia jadi tidak dapat meninggalkan keluarganya dirumah tanpa perlindungan?
Dan bukankah dia jadi se olah2 seorang tawanan yang dipenjarakan dirumahnya
sendiri? Semakin pikirkan semakin
menggelisahkan ancaman bahaya itu, bahkan membuat dia menggidig dan risau
sendirinya, dia tidak mengetahui pula apa yang harus dilakukannya.
Kekuatiran itulah yang
memenuhi pikirannya disepanjang jalan pulang.
Setibanya dirumah dia segera
merundingkan hal itu dengan mertuanya.
Keduanya sependapat bahwa
mereka sebaiknya mengatur rencana yang lebih teliti, yaitu menyingkirkan Yok
Lan, Ouw Ho dan Perg Ah Sie diungsikan untuk sementara waktu kesebuah tempat
yang aman Keputusan itu segera diberitahukan
kepada yang bersangkutan, tetapi Yok Lan maupun Peng Ab Sie ternyata tidak
menyetujui pendapat mereka, „Kalau aku
menuruti saran kalian dan pergi mengungsi, siapakah yang akan mengurus keper
luan kalian se-hari2? Bukankah Kongcu mengajarkan bahwa kewajiban seorang
wanita terutama ialah pengabdian kepada suaminya? Dan bu kankah aku sebagai
puteramu, ayah harus pula memberikan baktiku? Apakah aku bukan melang gar
pelajaran yang telah kita pelajari jika aku meiuruti usul kalian?"
begitulah bantah Yok Lan sambil menundukan kepala dalam?., wajahnya juga
memperlihatkan kesedihan hatinya.
„Jiwaku yang sudah tua,
tidaklah begitu berharga pula, dan yang nyata se-tidak2nya nku haaya akan hidup
beberapa tahun lagi. Mati lebih cepat atau lebih lambat beberapa tabun tidak
banyak bedanya. Kalian tidak usah memusingkan kepala memikirkan jiwaku. Yang
terpenting adalah keselamatan isteri dan puteramu, Huijie. Bukankah begitu
sebaiknya. Biauw Taihiap? Biarlah aku tetap disini un tuk mengurusi
kepentinganmu sehari-hari dan biarlah Ti-tli (keponakan perempuan, Yok Lari
maksudnya) dan Hojie menyingkir ketempat yang lebih aman untuk sementara
waktu," kata Peng Ah Sie.
Sia2 saja Biauw Jin Hong dan
Ouw Hui co ba membujuk mereka.
Keduanya tetap berkeras dengan
pendirian masing2 karena tiada keputusan, maka soal itu lalu ditunda untuk
dibicarakan lagi esdk Harinya.
Demikianlah ber-turut2
beberapa malam mereka saling desak, tetapi akhirnya, setelah leWat ber turut2
selama seminggu lebih, keputusan belum berhasil diambil.
Walaupun tidak mengerti ilmu
silat, Peng Ah Sie dan Yok Lan, keduanya memiliki jiwa satria dan pahlawan.
Istilah takut tidak dikenal
mereka. Sungguh menakjubkan bahwa dalam menghadapi ancaman bahaya yang membuat
kedua jago seperti Kim Bian Hud dan Ouw Hui menjadi gelisah demikian hebat
memikirkan keselamatan mereka, tetatpi sebaliknya mereka sendiri tetap tenang
sekali, Disaat itu, Cie Beng dan Cie Jin
diam2 justru jadi gembira dengan tiadanya bahaya seperti itu, Seperti juga biaanya anak2 muda, mereka pun
sangat menyukai peristiwa yang penuh kete gangan dan penuh bahaya. Terlebih
lagi memang mereka kini sudah memiliki ilmu yang tinggi se kali dan memperoleh
kemajuan yang pesat. Selama sepuluh tabun meieka tidak pernah' bertem pur
sungguhan. Maka kini mereka ingin sekali membuktikan kemajuan yang telah mereka
miliki, tetapi selama sepuluh tahun tinggal ditempai sunyi membuat mereka belum
memperoleh kesempatan.
Sejak peristiwa di Swat Hong
Sancung, sepuluh tahun yang lalu, belum pernah mereka ber tempur melawan musuh
lagi, sedangkan mereka kini yakin bahwa kepandaian mereka sudah maju jauh
sekali dan sangat pesat.
Musuh2 yang akan datang itu
akan memberikan kesempatan kepada meresa, untuk melatih diri dan membuktikan
kemajuan yang telah dipe toleh mereka, sehingga tentu saja berita itu tak aceh
kalsu menggembirakan hati mereka.
Dan karena melihat kegelisahan
Kim Bian Hud dan UuwHui, maka keduanya hanya menyem bunyikan perasaan gembira
itu didasar hati masing2 Sikembar itu
mengharapkan agar musub cepat2 datang dan ternyata harapan mereka itu menjadi
kenyataan setelah lewat tidak lama kemudian. Pada hari kesepuluh sejak Ouw Hui
kem bali dari Ili, terjadilah suatu peristiwa yang me ngisaratkan bahwa tidak
lama lagi pasti musuh akan datang........
x-oo0dw0oo-x HARI itu. menjelang tengah hari, ketika se
pasang pemuda kembar itu bersama Ouw Hui hendak meninggalkan ladang untuk
beritirahat dan bersantap tengah hari dari jauh tampak tiga penunggang kuda
mendekati tempat mereka.
Anehnya, setelah datang cukup
dekat, ketiganya bukan segera langsung datang kepada me reka, justru sebaliknya
orang2 itu lalu berhenti dan memandang mereka dari jarak kurang lebih tiga
puluh tombak.
Yang berada ditengah, yang
agaknya menjadi pemimpinnya, berwajah cukup tampan. Usianya kurang lebih baru
antara empat puluh tahuni dan cara berpakaiannya seperti seorang saudagar kaya.
Samar-Ouw Hui mengenali Wajah
orang itu hanya dimana dia pernah berjumpa dengannya, telah lupa sama
sekali.' Orang itu agaknya juga sudah
mengenalinya.
Dengan sorot mata mengandung
kebencian yang sangat, orang itu telah menatap kearah Ouw Hui, dia memandang
tanpa berkedip selama bebe rapa saat. Kemudian tiba2 dia memberikan isyarat
kepada kedua kawannya agar segera meninggalkan tempat itu.
Ketiga Orang itu telah kembali
dari arah mana tadi mereka mendatangi.
Jelaslah sudah bahwa orang2
itu hanyalah merupakan sebagian dari rombongan musuh Ouw Hui dan datangnya juga
hanya untuk menyelidiki belaka tempat kediaman Ouw Hui, Entah berapa banyak kawan2 mereka itu hanya
dapatlah dipastikan bahwa musuh itu berkawan tidak sedikit.
Bahwa orang itu mengenali Ouw
Hui, yang jika dirumah selalu tidak mengenakan janggut dan kumis palsu seperti
jika tengah berpergian, memperlihatkan bahwa dia telah pernah bertemu dengan
Ouw Hui dimasa-masa yang lalu sebelum terjadinya pertemuan para Ciangbunjin
diistana Hok Kong An.
Sambil berjalan pulang
kerumahnya, Ouw Hui berusaha membayangkan kembali wajah2 semua musuh2nya dari
saat itu.
Tiba2 dia teringat kepada Hong
Jin Eng.
Wajah orang tadi memang sangat mirip se kali
dengan musuh besar itu, akan tetapi dia mengetahui bahwa Hong Jin Eng sudah
mati dalam pertempuran dipertemuan para Ciangbunjin diistana Hok Kong An.
Apakah orang she Hong itu
memang memiliki anak ? Apakah memang putera Hong Jin Eng, yang bernama Hong it
Hoa ? Dan seketika itu juga Ouw Hui yakin tidak salah lagi bahwa orang itu
memang Hong It Hoa.
Ouw Hui yakin bahwa Ong It Hoa
kini tentu telah mempelajari ilmu silat yang lebih tinggi dan berkawan banyak
sekali diantara orang2 berkepandaian tinggi.
Kalau tidak, tentu musuh itu
tidak akan berani datang mencarinya.
Bukankah sembilan belas tahun
yang lalu ayah beranak she Hong itu sudah ketakutan se tengah mati jika
mendengar namanya. Kali ini ? Hong It
Hoi tentu sudah bukan Hong It Hoa dulu dan kawan2nya tentu memiliki kepanda ian
yang sangat tinggi. Keyakinan itu telah memperbesar kekuatiran dihari Ouw Hui,
keku atiran akan keselamatan anak dan isterinya didamping Peng Ah Sie.
Karena itu, maka Ouw Hui
segera menceritakan peristiwa tadi dan hubungannya dengan permusuhannya dimasa
lalu dengan Hong Jin Eng. Sekali lagi dia berusaha mendesak Yok Lan dan Peng Ah
Sie agar mecgungsi untuk sementara waktu saja.
Dikatakannya bahwa bahaya kini
sudah tiba diambang pintu, tetapi usaha Ouw Hui untuk membujuk isterinya itu
sia2 belaka.
Yok Lan dan Peng Ah Sie tetap
ingin ber diam disitu, apapun yang kelak terjadi.
Ouw Ho yang mendengar adanya
bahaya itu, bahkan telah me-nepuk2 tangan sambil mengata kan bahwa dia senang
sekali jika musuh cepat2 datang, agar dia bisa menghajar dan memperma inkan
mereka.
Sesuai dengan bunyi pepatah
yang mengatakan bahwa „Anak kerbau tidak takut harimau" sedikitpun dia
tidak merasa takut akan musuh2 itu.
Sebaliknya dari mengecilkan
hatinya, penga laman di lli itu ternyata telah menambah keyakinan akan
kecerdikannya, dan asal tidak lalai dan ceroboh, dia yakin akan bisa
mempermain' kan setiap musuh yang datang.
Tentu saja perkataan sibocah
kecil bermuka hitam itu telah membuat Biauw Jin Hong dan Ouw Hui jadi tambah
kuatir, sedangkan yang Ia innya, yang tadinya tenang-saja kini jadi kuatir
juga.
Mereka mengetahui, bahwa Ouw
Ho sangat nakal dan biasa melakukan apa saja yang dikata kannya dan mereka
justeru kuatir kalau anak2 ini nanti terjerumus kedalam bahaya karena kece
robohannya.
Ramai2 mereka melarangnya dan
turut me nasehatkannya agar Ouw Ho tidak keluar disaat musuh datang.
Melihat wajah kedua orang
tuanya dan kakek luarnya, yang ber-sungguh2 ketika menaseha tinya, maka diapun
tidak berani membantahnya, dan Ouw Ho hanya mengangguk.
Memang sesungguhnya Ouw Ho
sedrang anak yang penurut aras nasehatnya orang tuanya kadang2 dia melanggar
juga larangan ayahnya maupun larangan ibunya, itu karena diduln u jiwa
ke-kanak2annya sering terbawa oleh bayangan khayal belaka. Dengan sadar Ouw Ho
belum pernah melakukan sesuatu yang sudah dilarang kedua orang tuanya atau
kakeknya.
Demikianlah, sedangkan Ouw Ho
tidak per nah bermain jaub.2 dari rumahnya, sedangkan Ouw Hui sendiri juga
tidak berani meninggalkan rumahnya untuk pergi berburu. Diwaktu malam hari,
secara bergiliran, Kim Bian Hud, Ouw Hui, Cie Beng dan Cie Jin melakukan pen
jagaan.
Beberapa hari telah lewat dengan demikian
Keadaan yang tegang yang meliputi hati jago2 itu, setiap hari kian memuncak
saja, karena wa laupun bagaimana dengan lewatnya waktu, tentu kedatangan musuh
kian dekat pula.
Mereka jadi kehilangan
kebebasan bergerak keadaan mereka kini benar2 bagaikan orang2 ter penjara. Lama
kelamaan Kim Bian Hud dan Ouw Hui jadi tidak sabar lagi dan seperti Cie Beng
maupun Cie Jin, mferekapun mulai meng-harap2 agar musuh cepat2 muncul, agar
mereka tidak perlu hidup dalam kebimbangan terus menerus.
Dan malam keempat sejak
munculnya ketiga orang peninjau itu, tibalah saat yang di-nanti2 kan.
Malam itu keluarga Ouw Hui
batu saja sele sai bersantap, ketika dari jauh terdengar derap kaki kuda yang
cukup ramai, dan kemudian berhenti tidak jauh dari rumah mereka.
Kim Biaa Hud dan Ouw Hui sama2
merasa agak lega, karena mereka tidak perlu hidup dalam kebingbaagan pula dan
mereka bersyukur bahwa musuh telah datang disaat mereka semua tengah berada
dirumah Dengan demikian, mereka tidak
perlu teria lu berkuatir lagi akan keselamatan Yok Lan dan yang lainnya.
Setelah berpesan, agar Yok
Lan, Pcng Ah Sie menjaga Ouw Ho didalam rumah, Ouw Hui lalu mengambil goloknya
dan melangkah ke luar diikuti Kim Bian Hud dan kedua saudara Cie, yang masing2
juga sudah mempersiapkan senjatanya.
Sementara itu telah terdengar
tantangan dari luar.
”Bangsat Ouw Hui! Keluarlah !
Main bersembunyi bukanlah sikap dan kelakuan seorang gagah” demikian terdengar
seseorang berteriak dengan suara yang lantang.
Tetapi disaat itu Ouw Hui
membuka pintu dan memperlihatkan diri. Dimuka rumahnya, kurang lebih sepuluh
tombak dari pintu itu tam paklah dua puluh orang lebih berkumpul.
Diantara kedua puluh orang
itu, Ouw Hui mengenali empat orang yang telah dijumpainya di Ili.
Melihat kepala mereka yang
telah botak, teringatlah dia akan cerita puteranya tentang peristiwa penginapan
itu.
Tanpa disadarinya dia jadi
tertawa ter-bahak2.
Disamping empat orang itu, dia
juga mengenali tiga orang yang telah datang empat hari sebelumnya.
Setelah memperhatikan wajahnya
sebentar dia menjadi yakin bahwa orang itu memang benar Hong It Hoa.
„Aha, sungguh tidak kusangka,
bahwa hari ini aku akan mendapat kehormatan begitu besar sehirgf a seekor
burung Hong datang mempersembahkan sekuntum bunga kepadaku dengan di antar
sekian banyak sahabat2 baik dan empat orang dewa sakti, yang dapat bcrganti2
rupa; yang sesaat bisa menjadi saudagar dan sesaat la gi bisa menjadi hweshio.”
kata Ouw Hui dengan disertai tertawanya.
Panas benar telinga Hong It
Hoa ketika mendengar ucapan Ouw Hui itu. yang bisa juga diberi arti bahwa
kedatangannya itu dianggap se bagai mengantarkan jiwa.
Kata Hong (burung cendrawasih)
itu berasal dari shenya dan sekuntum bunga adalah namanya „It Hoa."
Darahnya seketika itu juga bergejolak karena amarahnya. Dalam otaknya seke tika
ber kelebat2 pula peristiwa2 dimasa lampau itu, bagaimana Ouw Hui telah
mendesak ayahnya begitu rupa, sehingga keluarga Hong harus kehilangan sebagian
besar harta bendanya, bahkan harus hidup ter-lunta2, ber pindah2 dari sa tu
tempat ketempat lain tanpa berani menetap lama2 disuatu tempat.
Kematian ayahnya juga karena disebabkan
desakan Ouw Hui, sehingga baginya Ouw Hui adalah musuh yang nomor satu yang
harus diingat sepanjang hidupnya.
Dalam pikiran orang2 seperti
Hong It Hoa yang sejak kecil hanya dikelilingi orang-orang yang senang menindas
pihak yang lemah, tentu saja tidak ada pertimbangan yang baik bahwa malapetaka
yang telah dialami keluarganya dan kematian ayahnya itu sesungguhnya hanyalah
bu ah dari perbuatan2 ayahnya sendiri yang sudah menumpuk dosa diatas dosa.
Tidak mau It Hoa mengakui
bahwa perbuatan Ouw Hui itu hanya sekedar hukuman yang setimpal bagi dosa2
ayahnya.
Ketika diwaktu itu. yaitu
sembilan belas ta hun yang lalu. ayahnya menemui ajalnya dige-dung Hok Kong An,
dia telah .pergi merantau tanpa ketentuan tujuan, dengan mengandung pe nasaran
serta dendam sedalam lautan didalam ha tinya.
Betapa bersedih hatinya dia
karena mengetahui bahwa musuhnya terlalu hebat kepandaian nya dan dia sama
sekali tidak memiliki harap an untuk membalas dendamnya itu.
Dalam perantauannya itu, dia
tidak berani mempergunakan namanya yang sesungguhnya, kua tir jika Ouw Hui
belum puas dengan kematian ayahnya dan akan mencarinya.
Pada suatu hari, setelah
ber-bulan2 mengala mi banyak penderitaan lahir dan bathin, tibalah dia disebuah
desa diperbatasan propinsi Shoasay dan Siamsay.
Disitulah dia bertemu dengan
seorang tosu tua, yang sangat tertarik kepadanya.
Setelah memperkenalkan diri,
tosu itu lalu menanyakan mengapa It Hoa begitu bersedih? Tekanan suara pertanyaan tosu itu, yang di
dengarnya mengandung perasaan kasihan dan iba melupakan setitik sinar terang
baginya.
Ber-bulan2 lamanya dia telah
berkeliaran tanpa menemukan seorang juga yang memperlihatkan simpati atas
kesedihannya. Karena itu dia telah menceritakan semua penderitaannya dan apa
sebab2nya.
Tentu saja apa yang
diceritakannya itu menurut dugaan dan perkiraannya sendiri, dan juga jelas
memenangkan pihak ayahnya dan menambahkan kebusukan untuk Ouw Hui.
Si-tosu semakin merasa kasihan
kepadanya dan menawarkan jasa untuk mengambilnya seba gai murid, Tosu itu telah menjelaskan bahwa dia sesungguhnya
Ciangbunjin dari Ceng-cong Pai, dan dikenal dikalangan Kangouw sebagai Hian
Beng Cu.
Dan tosu itu merasa sayang
kepada It Roa yang dilihatnya sangat berbakat dan merasa ka sihan terhadap
msibnya yang cralarg.
Tosu itu juga telah mengatakan
hendak me rolorg she Hong tersebut agar kelak bisa menuntut balas sakit hatinya
itu.
Tawaran tosu tersebut diterima
Ii Hoa de ngan kegembiraan yang me-luap2.
Dia sudan sering mendengar
nama Hian Beng Cu, yang untuk masa itu dianggap sebagai salah seorang tokoh
terkemuka dalam rimba per silatan.
Demikianlah dia telah berguru
kepada tosu itu dan menjadi salah seorang murid Ceng Cong Pai yang sangat rajin
sekali belajar.
Gurunya semakin lama semakin
menyayangi nya dan ketika Touw Sat Kauw minta bantuan untuk menghadapi Ouw Hui.
Hian Beng Cu se gera menyanggupi, karena dengan demikian dia akan dapat
membalaskan sakit hati muridnya.
Sungguh tak diduga, bahwa
akhirnya Hian Beng Cu sendirilah yang kena dihajar dan pulang dengan menderita
iuka2 parah.
Sebulan kemudian tosu tua itu
menutup mata karena sedih dan malunya.
Dengan demikian, secara tidak langsung Ouw Hui
juga jadi penyebab kematian pemimpin Ceng Cong Pai, dan telah dianggap musuh
oleh murid2 Geng Cong Pai.
Hian Beng Cu sesungguhnya
bukan seorang yang memiliki sifat2 jahat, dan kalau saja dia tidak begitu
ceroboh untuk mempercayai begitu saja keterangan yang diberikan oleh Hong It
Hoa sepihak, dia tidak usah mengalami nasib seburuk itu.
Menurut pesan Hian Beng Cu
menjelang ajal nya, maka kemudian diangkatlah It Ho menjadi ketua Ceng Cong
Pai.
Setelah memperoleh kenyataan
bahwa sam paipun Hian Beng Cu sendiri masih belum sang gup menandingi Ouw Hui,
tentu saja It Hoa ti-tak berani lagi pergi mencari Oaw.Hui dan untuk sementara
waktu menyimpan saja penasarannya.
Dengan persetujuan semua
saudara seperguruannya, it Hoa lalu pergi merantau pula untuk mengejar ilmu2
yang lebih tinggi agar kelak dapat mencuci bersih malu yang diperoleh Ceng Cong
Pai Setelah sekian lama, akhirnya dia
berhasil mempelajari ilmu Tok See Ciang, tangan pasir beracun yang diperoleh
dsri seorang aneh yang hidup menyendiri digegunungan Kun Lun.
Dengan hasilnya itu, dia
merasa sudah memiliki pegangan untuk melawan musuhrya. dan kembalilah dia ke
Sai Hong Kiong. pusat Ceng Cong Pai, di Siam sai.
Selama beberapa tahun dia
menurunkan ilmu Tok See Ciang itu kepada beberapa orang saudara seperguruannya
yang memang memiliki bakat Dua tahun
yang telah lalu, dia merasa bahwa pihaknya sudeh cukup kuat untuk mencari
musuhnya dan melakukan penuntutan balas bagi ayah dan gurunya.
Dengan disertai lima orang
saudara seperguruannya, dia lalu berusaha untuk mencari mu suhnya Hu kesana
kemari. Akhirnya setelah dua tahun berkeliaran terus dalam rangka mencari jejak
musuhnya itu, tibalah mereka di lli.
Disiniiah secara kebetulan dia
-menjumpsi Ouw Hui.
It Hoa sendiri itu tidak
mengenali musuhnya. tetapi salah seorang sutenya yang telah menyertai guru
mereka ke Swat Hong Sancung,Segera mengenalinya.
Tiga orang sutenya lalu
disuruhnya mengin tai dan mengawasi terus gerak-gerik Ouw Hui dan berusaha
menculik puteranya setiap ada ke sempatan.
Kalau usaha itu berhasil, maka
ketiga sute nya itu harus cepat2 menyingkir kesuatu tempat, yang terletak
kurang lebih empat puluh lie disebelah tenggara kota IH.
Oia sendiri bersama dua orang
sutenya akan tetap didalam kota dulu. untuk mengawasi dan mengirim surat
tantangan kepada Ouw Hui.
Diluar dugaan rencananya itu
menjadi beran takan karena ketiga sutenya itu telah berhasil di tipu oleh Ouw
Ho.
Keesokan harinya dia menjumpai
ketiga o-rang sutenya, yang saat itu telah kembali ke Hi dalam keadaan rudin,
dan mereka tampaknya sa ngat letih sekali.
Tidak heranlah disaat itu,
karena semalam suntuk dan hampir setengah hari mereka telah berjalan tanpa
berhenti.
Untung saja bahwa disamping
kerugian itu bagi pihaknya juga ada keuntungannya.
Setelah ketiga sutenya dan
keempat lawan mereka yang berpakaian sebagai Hheshio itu sama2 sadar bahwa
mereka telah menjadi korban dari tipu sianak nakal muka hitam itu, tahulah mereka
bahwa mereka sesungguhnya memiliki sa tu tujuan. Karena itu mereka lalu telah
bersekutu untuk bersama dan juga kelak mengadakan kerja sama untuk mencari Ouw
Hui.
Sute Hong It Hoa yang telah mengikuti gu runya
ke Swat Hong Sancung segera mengenali salah seorang dari keempat hweshio itu
sebagai Ie Koanke, pengurus rumah tangga she Ie, pegawai Touw Sat Kau w.
Sungguh sial, bahwa untuk
menculik Ouw Ho. It Hoa bukan meminta sutenya yang seorang ini.
Kalau dia yang meminta
memimpin penculi kan itu, tentunya salah paham itu dapat dihindarkan, dan Ouw
Ho pasti tidak akan bisa meloloskan diri.
Tetapi nasi sudah menjadi
bubur. Yang sudah terjadi jelas tidak dapat disalahkan lagi.
Kini tidak lebih baik dari
melakukan suatu pekerjaan yang memungkinkan mereka bekerja sama untuk
melaksanakan pembalasan sakit hati terhadap Ouw Hui.
Ketiga orang kawan Ie Koan Ke
itu adalah putera dan kedua sute Touw Sat Kauw.
Sejak diobrak-abrik Swat Hong
Sancung oleh Kim Bian Hud dan Ouw Hui, seisi rumah Touw Sat Kauw telah menyingkir
ke Pakkhia un tuk mencari perlindungan dengan bekerja dalam pasukan Gie Lim
Kun.
Tetapi disini mereka harus
mengalami keke ceWaan pula.
Karena kegagalannya dalam
usaha menawan Kim Bian Hud dan Ouw Hui, maka dalam mata dan pandangan para
pembesar Boan harga mere ka sudah turun. jauh.
Walaupun diterima juga menjadi
pasukan Gie Lim Kun, kedudukan mereka tidak setinggi yang mereka harapkan.
Dengan sangat terpaksa mereka
menerima ju ga kedudukan yang diberikan pemerintah Boan itu, karena bagi mereka
sudah tidak ada pilihan lain.
Jengkel, malu dan kecewa
memenuhi hati Touw Sat Kauw, sehingga tidak sampai setengah tabun kemudian
meninggallah dia.
Puteranya vang bernama Peng
Liang dan le dua sutenya, Ma Sat Long dan Lie Sat Houw te tap bekerja dalam pasukan
Oie Lim Kun.
Diantara pegawai rumah tangga
dari keluarga Touw tersebut, hanya In Koanke yang ma sih tetap setia dan karena
Touw Sat Kauw sudah tidak kuat membayar gaji mereka, maka pelayan2 yang lainnya
telah berhenti untuk men cari pekerjaan ditempat lain.
Selama sepuluh tahun itu,
mereka tidak per nah melupakan Kim Bian Hud maupun Ouw Hui, dua orang yang
mereka anggap sebagai biang keladi dan sumber kesialan keluarga mereka.
Selama ber-tahun2 pula mereka
telah mempelajari ber-macam2 ilmu silat lagi tanpa mengenal lelah, karena
dorongan nafsu membalas dendam.
Sementara itu, per lahan2
kedudukan mereka didalam pasukan Gie Lim Kun juga menan jak sedikit demi
sedikit, sehingga kini mereka sudah menjabat kedudukan sebagai komandan regu.
Hipertengahan tahun yang lalu,
pemerintah Ceng telah mendengar berita burung bahwa Kim Bian Hud dan Ouw Hui
yang sekian lama tidak terdengar kabar beritanya lagi, sesungguhnya su dah
menyingkir dan menyembunyikan diri diwi layah barat laut.
Dalam rapat kerja para perwira
Gie Lim Kun. hal inipun telah dibicarakan, dan Peng Liang serta kedua susioknya
itu melihat suatu kesempatan baik untuk membalas dendam sekalian memupuk jasa
bagi mereka.
Karena itu, mereka lalu
mengajukan diri un tuk pergi melakukan penyelidikan, dan kalau be rita itu
memang benar, mereka akan memperta ruhkan jiwa untuk menawan dua pelarian
penting itu.
Komandan pasukan Gie Lim Kun
mengetahui, bahwa dalam pasukannya memang tak ada yang lebih tepat dari mereka
untuk berusaha me laksanakan tugas itu. Tetapi dengan sengaja dia mengejek
mereka dulu, agar hati mereka menja di panas.
Dikatakanlah oleh komandan Gie Lim-Kun bahwa
dia masih ragu2 dan meragukan kesanggu pan mereka, mengingat peristiwa di Swat
hong Sancuog yang memalukan itu.
Kata2 seperti itu dati
komandan pasukan Gie-Lim-Kun tentu saja benar2 berhasil membang kitkan amarah
mereka dan semakin keraslah te kad mereka untuk membalas dendam dan mencuci
malu.
Mereka telah bersumpah untuk
tidak kembali dengan masih bernyawa, kalau tidak berhasil menawan atau
membinasakan Kim Bian Hud dan Ouw Hui.
Demikianlah mereka berangkat
dua bulan yang lalu bersama dengan lima orang Gie Cian Siewie dari istana
kaisar, ditambah pula dengan ada orang rokoh Kun Lun Pai dan sipengurus rumah
tangga she Ie.
Orang2 Kun Lun Pai itu adalah
orang2 yang telah diminta bantuannya oleh pemerintah Ceng dan segera
menyanggupi permintaan itu karena didorong nafsu mereka untuk membalaskan sakit
bati guru mereka, Leng Ceng Kiesu yang telah tewas dikaki puncak Giok Pit Hong
ber-sama2 dengan Say Congkoan dan beberapa siewie lainnya.
Setibanya mereka didatrah
barat laut, rom bongan itu lalu dipecah menjadi tiga kelompok.
Setiap kolompok hanya bertugas
melakukan penyelidikan dulu, dan kalau sudah berhasil me nemukan jejak orang2
yang mereka cari itu, me reka harus menghubungi yang lainnya agar dengan
bersatu mereka dapat mengeroyok dan menga lahkan lawan.
Agar tidak meninbulkai
kecurigaan, dalam perjalanan itu mereka menyamar sebagai saudagar.
Sudah ber-bu!an2 mereda
mjiciri kesana ke mari dengan sia2 saja.
Kemudian tibalah saatnya untuk
mereka ber kumpul di kota Ili, sebagai telah dijanjikan jika sekiranya mereka
sama'2 belum berhasil se'elah lewat setengah tali in.
Kelompok orang2 Swat Hong San
Cung ini lah yang telah tiba lebih d ilu dikota Ili, dima-na secara tidak
terduga mereka telah berpapasan dengan .Ouw Hui dan puteranya.
Kemudian sambil menanti
kedatangan kawan2 yang di-tunggu2 itu, mereka sengaja menyewa ka mar disebelah
kamar Ouw Hui dirumah penginap an itu, yang kemudian ternyata justru telah
mengakibatkan mereka telah dipermainkan oleh Ouw Ho, sehingga mereka mengalami
peristiwa yang memalukan itu.
Waktu mereka bertemu dengan
rombongan Ceng Cong Pai yang telah berhasil menculik Ouw Ho, mereka
sesungguhnya mereka hendak menyongsong kawan2 mereka.
Karena kemudian mereka
kehilangan tunggangan dan bekal, maka terpaksa mereka kembali ke lli ber-sama2
dengan tiga orang Cong Pai itu.
Keesokan harinya tibalah
kawan2 yang di-nantikan itu.
Rombongan mereka itu seluruhnya
jadi ter diri dari dua puluh satu orang.
Dari keterangan yang mereka
peroleh dari sana-sini dan terutama sekali dari para pegawai penginapan
langganan Ouw Hui, mereka jadi, mengetahui bahwa musuh yang dicari itu tinggal
dikaki pegunungan Thiansan, kurang lebih empat ratus lie di sebelah tenggara
kota Ili.
Demikianlah, mereka ikalau
berangkat kearah tenggara dan berpencar untuk mencari tem pat kediaman Ouw
Hui, Achirnya Hong It Hoa yang berhasil
menemukannya dan setelah berkumpul pula mereka segera ramai2 menuju kerumah
terpencil ditepi padang rumput itu.
Orang2 yang sudah bertekad
bulat untuk mempertaruhkan jiwa inilah yang kini dihadapi Ouw Hui dan
keluarganya.
Walaupun yakin, bahwa kepandaiannya sendiri
tentu masih dapat mengatasi musuh2 itu, te tapi Ouw Hui iuga menyadari bahwa
kenekadan musuh2nya itu tidak dapat dianggap sepi, bahkan bisa menimbulkan
bahaya yang tidak terduga.
Hal inipun sudah disadari oleh
Kim Bian Hud, yang mengenali anggota2 keluarga Touw Sat Kauw.
Seperti juga Ouw Hui, Kim Bian
Hud me ngerti bahwa dalam pertempuran yang akan terja di ini, dia tidak boleh
berlaku murah bati lagi.
Inilah suatu pertempuran yang
tidak akan mengenal kasihan, yang harus menentukan siapa yang akan tetap hidup,
pihaknya atau pihak sana.
Dan sebagai umumnya semua
makluk hidup Kim Bian Hud juga tidak mau menyerahkan jiwanya dengan cuma2.
Melihat keluarnya musuh, kedua
puluh satu orang itu lalu membentuk setengah lingkaran de ngan sikap mengepung.
Hong It Hoa yang per-tama2
ditegur Ouw Hui segera menjawabnya dengan bentakan ; „Jahanam, jangan
membentang mulut seenakmu !" Salah
seorang Gie Cian Siewie itu menyam bungi : „Pemberontak2 Ouw Hui dan Biauw Jin
Hong! Dosamu sudah terlalu besar ! Lebih baik kalian lekas2 menyerah untuk
menerima hukuman! Jangan harap kalian bisa mengelakan kematian sekali
ini!” Ouw Hui menyapu matanya kearah
orang2 itu, didalam hatinya dia sedang mempertimbang kan siasat yang harus
ditempuhnya untuk mem peroleh kemenangan yang cepat lagi mutlak.
Kemudian dia telah berkata:
„Dosaku memang sudah ber-limpah2, dan aku memang pantas mendapat hukuman. Hanya
kukira tidak te patlah jika kalian, manusia hina dina yang akan menghukumku.
Lebih tepat jika aku menghukum kalian. Kalian jauh2 telah memerlukan datang
kemari, maka biarlah aku tidak akan mengecewa kan kalian. Akan kukirim pulang
kalian semua nya ramai2, hanya bukan kembali kerumahmu, tetapi ketempat asalmu,
keneraka, menghadap raja akheratl"
Ma Sat Long dan Lie Sat Houw tidak dapat bersabar pula.
Dengan ber-sama2 mereka telah
berteriak garang sekali: „Saudara! Untuk apa menghambur kan Kata2 pemberontak
ini? Kita bukan datang untuk mengadu lidah dengan bangsat itu! ,Serbu saja, dan
kita bereskan mereka, habis perkara!"
Menurut akan kata2nya itu, ber sama2 dengan Touw Peng Liang dan
sipengemis rumah tang ga, mereka segera rnenerjang Ouw Hui, yang berdiri
terdekat dengan mereka.
Enam belas kawan mereka
serentak ikut maju menerjang melancarkan serangan.
Ouw Hui perintahkan sikembar Cie Beng dan Cie
Jin agar mundur sampai kesamping pintu untuk menghalangi setiap orang yang
berusaha menerjang maju kedalarn.
Dia sendiri segera memutar
goloknya untuk melakukan perlawanan.
Kim Bian Had juga telah
menggerakan pe dangnya.
„Trang! Trang!" terdengar
dua kali bunyi logam terbentur dengan logam pula, disusul juga dengan teriakan
kaget.
Dalam gebrakan pertama itu
ternyata pedang2 Ma Sat Long dan Lie Sat Houw sudah ditabas putus oleh golok
Ouw Hui.
Sambil berteriak memperingati
kawan2 m reka agar ber-hati2 terhadap senjata Ouw Hui kedua orang itu segera
melompat mundur dan ber-lari2 kearah tempat kuda2 mereka.
Sesaat kemudian mereka sudah
kembali dengan memegang pedang baru, ternyata mereka telah membekal cadangan
senjata.
Sementara itu pertempuran itu
telah berlangsung dengan ramainya. Pertempuran itu benar2 merupakan pertempuran
terberat yang pernah dialami oleh Ouw Hui maupun Kim Bian Hud dalam menghadapi
kawanan garuda.
Lawan2 yang kini dihadapinya
tidak dapat dipersamakan dengan musuh yang mereka jumpai di Swat Hong Sancung.
Walaupun sebagian besar
terdiri dari murid dan keturunan musuh yang lain, tetapi kepandaian mereka
sudah jauh melebihi kepandaian guru mereka berkat ketekunan mereka melatih diri
hampir sepuluh tahun.
Disamping itu, hampir semua
musuh2 itu adalah orang2 yang sudah nekad, yang akan ragu2 mengorbankan jiwanya
de ni berhasilnya melak sanakai pembalasan dendam sedalam lautan itu.
Kini terbuktilah bahwa
kenekadan bisa me rupakan senjata yang ampuh, apa lagi kalau yang nekad itu
seorang akhli silat tingkat tinggi-
Setelah mengetahui bahwa golok Ouw Hui sebatang senjata mustika, maka
para pengepungnya itu tidak mau mengadu senjata mereka lagi.
Setiap bacokan atau tabasan
Ouw Hui selalu banya dielakkannya dengan melompat kesamping.
sedangkan jika serangan mereka
hendak ditangkis oleh Ouw Hui, merekapun cepat sekali menarik senjata masing2.
Cara bertempur demikian, yang
selalu menghindarkan benturan senjata, sesungguhnya banyak kerugiannya.
Tetapi berkat jumlah kawan
mereka yang jauh lebih besar dan semua benar2 sudah merupakan tokoh2 silat yang
jarang ada tandingan nya, maka dengan bekerja sama secara teratur seperti itu,
mereka bukan hanya berhasil menambal kelemahan itu, sebaliknya mereka bahkan
berhasil menarik keuntungan untuk pihak mereka.
Setiap kali Ouw Hui hendak
meneruskan tangkisannya menjadi serangan, hampir selalu dia harus membatalkan
niatnya, karena dari arah lain sudah segera tiba serangan lagi.
Dengan melancarkan serangan2
susul menyusul silih bergantian itu, mereka telah dapat memaksa Ouw Hui terus
menerus membela diri tanpa berkesempatan melancarkan serangan balasan.
Karena itu maka jika hanya
dilihat sepintas lalu, orang bisa mendapatkan kesan bahwa dia sudah jatuh
dibawah angin.
Tetapi bagi mata seorang ahli.
keadaan Ouw Hui sama sekali belum menguatirkan.
Disebelah pihak lainnya, Kim
Bian Hud ju ga tengah bertempur dengan penuh kewaspadaan melawan para siewie
dan orang2 Kun Lun Pai.
Kedudukannya agak lebih menguntungkan jika
dibandingkan dengan kedudukan Ouw Hui.
Diantara musuh2nya tidak ada
seorangpun pernah merasakan send ri betapa hebatnya orang tua itu.
Walaupun sudah sering kali
mereka mende ngar tentang kepandaian dan kehebatan Kim Bian Hud, tetapi mereka
percaya, bahwa dengan berkawan begitu banyak, yang semuanya berimu silat tinggi, tidak nantinya mereka akan ca pai.
Karena itu, mereka jadi lebih
berani dalam melakukan serangan.
Sementara itu Cie Beng dan Cie
Jin terpaksa hanya menyaksikan saja sambil menjaga di ambang pintu.
Sesungguhnya tangan mereka
sudah gatal se kali, ingin benar mereka menggabungkan diri dalam pertempuran
itu. Tetapi pemerintah guru mereka juga tidak dapat dilanggar oleh mereka.
Tiba2 disamping rumah
terdengar suara ber kerotok, bagaikan terbakarnya kayu setengah ke ring, dan sesaat kemudian terdengar suara
Peng Ah Sie dari dalam.
„Celaka, mereka membakar rumah
" Kedua saudara Cie itu tentu saja
teikejut se kali karenanya dan merekapun agak heran.
Jelas sekali kedua puluh musuh
itu tengah asyik bertempur dan seorangpun tidak ada yang meninggalkan medan pertempuran.
Siapakah yang melepas api
disamping ? Apakah ada serombongan musuh
lain yang belum memperlihatkan diri dan kini berusaha membokong dan menimbulkan kekacauan dengan
membakar rumah ? Dalam kagetnya dan
bingungnya, kedua saudara Cie itu tidak dapat mengambil keputusan yang cepat
tindakan apa yang harus mereka laku kan dengan segera disaat itu, Memberitahukan kepada Ouw Hui atau Kim Bian
Hnd tentang adanya perkembangan baru i-tu, mereka memaDg tidak berani karena
kuatir mengejutkan dan mengacaukan pemusatan perha tian mereka.
Pergi sendiri untuk melihat
dan memadamkan api, juga sulit dilakukan, karena mungkin sekali akan ada musuh
yang berusaha menerobos masuk kalau mereka meninggalkan pintu itu.
Sekarang api masih kecil dan
belum mena rik perhatian mereka yang tengah bertempur, te tapi sebentar pula
api itu tentu akan menjadi semakin besar dan Kim Bian Hud maupun Ouw Hui tentu
akan melihatnya.
Kalau sampai terjadi begitu,
bukankah kedua orang itu akan menjadi terkejut dan perha ttan mereka jadi terpecah ? Maka perlu sekali
mereka bertindak dengan cepat.
Dan Cie Beng maupun Cie Jin
telah memu tuskan untuk masing2 melakukan tugas sendiri2.
Cie Jin tetap menjaga pintu,
sedangkan Cie Beng akan pergi kesamping untuk berusaha memadamkan kebakaran.
Yang dijumpainya disamping
ternyata hanya Seorang.
Legalah hati Cie Beng,
disamping dia juga sangat murka sekali.
Orang itu ternyata telah
menumpuk sekian banyak rumput dan ranting cabang kering kayu disamping rumah dan telab menyalakannya.
Kini orang itu tengah
mengipasi api itu, su paya semakin besar nyalanya.
Tanpa mengucapkan sepatah kata
Cie Beng lalu menyerangnya.
Maksudnya ialah untuk
merubuhkan orang itu, agar kemudian dia berusaha dan bekerja leuasa untuk memadamkan api.
Tetapi sayangnya, maksud itu tidak begitu
mudah untuk dicapai dan dilaksanakannya.
Walaupun tengah memusatkan
perhatiannya kepada api yang tengah dinyatakannya itu, sera iigan Cie Beng yang
datang dengan tiba2 dapat pula dielakkan dengan mudah oleh sipembakar rumah.
Sambil membalikkan tubuh,
orang itu kemudian membalas serangan Cie Beng.
Tidak berapa gesit gerakannya
itu. tetapi gerakannya ku telah memperlihatkan bahwa serang an yang dilancarkan itu dengan mengerahkan
telaga dalam yang dahsyat.
Hal itupun dapat juga
dirasakan oleh Cie Beng, yang jadi terkejut sekali.
Dengan melihat kenyataan
seperti ini. Cie Beng tidak berani berlaku ceroboh.
Dia mengetahui bahwa
menghadapi musuh yang memiliki Iwekang yang demikian kuat, dengan bertempur tanpa senjata,' dia belum tentu
bisa merebut kemenangan.
Dan kalau akhirnya dia bisa
menang juga, kemenangannya pasti baru bisa dicapainya setelah lewat seratus
jurus lebih.
Dia tidak dapat menanti sekian
lama, karena api yang menyala itu semakin besar saja dan sudah mulai mengancam
dinding rumah yang ter buat dari kayu.
Dibarengi dengan kesulitannya,
Cie Beng te lah mencabut pedangnya dan dengan pedang pan jang di tangan kiri
serta pedang pendek dtiangan kanan, dia segera melancarkan serargan tanpa ragu
lagi.
Cie Beng juga yakin bahwa
pertempuran ini bukan seperti pertempuran yang pernah dialaminya.
Sekali ini dia harus bertempur
tanpa mengenal ampun, jika dia tidak mau kehilangan jiwanya sendiri.
Yah, kalau hanya jiwanya
sendiri saja masih tidak mengapa, tetapi kalau dia gagal atau terlambat
merobohkan lawannya, jiwa selurul keluarga gurunya akan terancam maut.
Karena menyadari akan hal ilu,
maka dalam serangan2nya yang pertama dia sudah segera mempergunakan ilmu silat yang liehay dai
ganas.
Sipembakar rumah pertama kali
agak lega melihat penyerangannya hanya seorang muda.
Sebagai seorang siewie kelas
satu, dengan kepandaian dan pengalamannya, dia telah meru buhkannya tidak sedikit tokoh2 Kangouw yang
terkenal.
Maka seorang muda belia
seperti Cie Beng yang kini tengah dihadapinya tentu saja tidak dipandang sebelah mata.
Dengan tangan kosong, dia
hendak merubuhkan sipemuda yang dianggapnya tidak tahu diri.
Tetapi sesaat kemudian
ternyatalah bahwa sianak muda yang tak tahu diri, sebaliknya dia lah yang ternyata menganggap kepandaiannya
sendiri terlalu.tinggi.
Pedang Cie Beng yaog meluncur
kearah teng gorok ann ya dengan tipu Pek Hong Kwan Jit„ pelangi putih menembus
mata bari, dapat dielak kannya dengan memiringkan kepalanya kesamping, dan
bersamaan dengan itu dia telah mengulurkan tangannya untuk merampas pedang
si pemuda.
Kalau serangannya dengan ilmu
Tai-lek-eng-jiauw-kang itu berhasil maka celakalah Cie Beng Se-tidak2nya pergelangan tangannya akan
hancur tergencet jari2 siewie itu yang keras
bagaikan baja.
Tetapi tidak sia2 Ouw Hui
telah mendlidik pemuda itu.
Sebelum tangan siewie itu dapat mencapai
sasarannya, dengan sekali membalikan tangannya Cie Beng telah memutarkan
pedangnya yang kini terbalik mengancam ketelapak-tangan siewie itu.
Dengan terkejut sekali, siewie
itu menarik kembali tangannya yang kiri berusaha menotok Hong Tie Hiat Cie Beng
dibelakang telinganya.
Sambil menunduk, Cie Beng
mengelakkan totokan itu dan sambil memutar tubuh mengikuti gerakan lawan ....
Halaman 57-58 sobek Walaupun dia melihat sualu kesempatan yang
baik untuk dia, tetapi Cie Beng tidak mempergu nakannya sebaik mungkin.
Disamping itu, karena masih
sangat kurang pengalaman, pemuda tersebut tidak menyadari bahwa belas kasihan
kepada seorang yang berjiwa rendah akhirnya bisa merugikan diri sendlri.
Kebimbangan Cie Beng ini
segera terlihat oleh siewie itu dan tahulah siewie itu bahwa Cie Beng bisa
dimanfaatkannya.
Secepat kilat dia telah
melompat bangun dan kepalan tangannya telah ditujukan kepada si pemuda.
Alangkah kagetnya Cie Beng
ketika segalanya sudah terlambat. Dan Cie Beng menyadari semua itu disebabkan
sikap ragu2nya tadi.
Waktu itu Cie Beng sudah tidak
mungkin pu la mengelakkan diri dari serangan si siewie yai»g dilancarkannya
dengan kuat penuh dan cepat sekali.
Dalam saat2 yang begitu
berbahaya seperti itulah ilmu silat keluarga Ouw memperlihatkan faedahnya.
Dengan perobohannya yang luar
biasa, seseorang yang mahir dalam ilmu itu dapat menarik suatu keuntungan dari
keadaan yang sangat buruk.
Waktu itu Cie Beng agaknya
akan terluka berat karena pukulan musuh yang sangat dahsyat itu, akan tetapi
secara aneh dan sama sekali tidak terduga, tiba2 pedangnya ditangan kiri
berkelebat dan bersama dengan tibanya pukulan musuh didadanya, pedangnya itu
telah menancap didada lawan.
Bersama mereka mengeluarkan
teriakan tertahan kemudian ke-dua2nya rubuh bersama.
Hanya bedanya, Siewie itu
rubuh untuk se lanjutnya tidak bangkit pula.
Sedangkan Cie Beng segera
merangkak bangun dengan menahan kesakitan.
Sungguh untung bagi Cie Beng,
bahwa disaat yang menentukan itu dia tidak kehilangan a-kal dan bisa mempergunakan pelajaran yang telah
diperolehnya dengan baik.
Entah seperseratus atau
seperlima puluh detik ujung pedangnya mendahului tinju lawan mencapai
sasarannya.
Tetapi perbedaan waktu yang
demikian kecil itu cukuplah sudah untuk membebaskan diri dari serangan lawannya
itu, bahkan telah berhasil membinasakan lawannya.
Karena tusukannya itu tiba
lebih dulu, maka kedahsyatan serangan musuh telah berkurang sangat banyak.
Kini dia hanya menderita
kesakitan dan luka ringan didalam.
Dan kalau memang tadi daya
serang dari lawannya tidak berkurang, jangan harap Cie Beng dapat hidup terus.
Tanpa ada yang merintangi, kini dia dapat
berusaha memadamkan api itu. Dengan pedangnya dia me-lontar2kan kayu2 kering
yang tersusun dan sudah mulai menyala itu, sehingga ke adaan disekeliling rumah
itu menjadi terang ben derarg.
"Tetapi sementara itu,
api sudah menjilat dinding rumah, yang terbuat dari kayu.
Tahulah Cie Beng, bahwa
seorang diri dan karena adanya musuh, tidak mungkin dia bisa memadamkan
kebakaran itu.
Cepat2 dia kembali kepintu
depan rumah itu, dimana adiknya masih tetap menjaga dengan senjata terhunus.
Diserukannya kepada Yok Lan,
Peng Ah Sie dan Ouw Ho agar keluar.
Kedua saudara Cie itu diam2
agak bingung juga. Dengan Cie Beng menderita luka didalam walaupun luka itu
tidak berapa berat, tentu saja daya tempurnya tidak seperti biasanya.
Disamping itu dalam halaman
rumah yang terbuka itu tugas mereka untuk menjaga keselamatan tiga orang itu
tentu saja menjadi sema kin sulit.
Sementara itu pertempuran
antara Kim Bian Hud dan Ouw Hui melawan musuh2 itu sedarg memuncak.
Kedua pahlawan itu kini telah
dapat menyelami cara2 pihak lawan dan dengan itu mereka punsudah dapat
menemukan titik2 kelemahan dalam siasat keroyokan itu.
Karena pihak sina terdiri dari
orang2 berbagai gotongan yang ilmunya masing2 berbeda satu dengan yang lain,
dan juga mereka memiliki maksud tersendiri, maka penyatuan tenaga mereka itu
tidak sekuat seperti yang dilihat sepintas lalu.
Jika pertama kali tampaknya
pihak musuh Itu dapat mengambil posisi untuk menguasai dua lawannya itu, justru
ini Ouw Hui maupun Kim Bian Hud sudah bisa mengimbangi mereka bahkan sudah
mulai bisa lebih sering merugikan siasat pengepungan mereka itu.
Berbeda dengan awal
pengepungan tersebut kini merekalah yang lebih sering melancarkan serangan2
kepada belasan orang musuh itu.
Walaupun demikian, mereka
tidak dapat cepat2 memperolah kemenangan, terutama karena kenekadan orang2 Swat
Hong Sancung. mereka telah bertempur dengan tidak memperdulikan keselamatan
jiwa sendiri, dan begitu pula dengan Bong It Hoa dan sute2nya.
Mereka itu sering sekali
melancarkan serangan-serangan tanpa menperdulikan keselamatan jiwa sendiri dan
khusus melancarkan serangan dengan keseluruhannya dipusatkan untuk mati
bersama2 dengan pihak lawannya.
Tentu saja, dengan keadaan
lawan2nya seperti itu, tidak mudah bagi Kim Bian Hud dan Ouw Hui untuk
rrembinasakan mereka semuanya Sedangkan
pihaknya sudah mulai berada atas angin, saat itulah Kim Bian Hud dan Ouw Hui
melihat bahwa rumah mereka sedang terbakar.
Peristiwa itu tentu saja
sangat mengejutkan hati mereka, sehingga sesaat perhatian mereka jadi terpecah
dan mereka jadi lengah.
Kesempatan yang baik itu tidak
dilewatkan dengan percuma oleh Hong It Hoa, yang berhadapan dengan Ouw
Hui; Tangannya melayang kearah kepala
musuh besar itu dan agaknya dia sudah akan berhasil melakukan pembalasan dendam
itu.
Di saat yang sangat berbahaya
itu. Ouw Hui tersadar dari tertegunnya.
Dan cepat2 Ouw Hui melompat
mundur selangkah. Kepalanya terhindar dari serangan It-Hoa.
Tetapi sayangnya, bahunya kini
yang telah menggantikan untuk menerima pukulan tersebut.
--ooo0dw0oo-