Si Rase Hitam / Hek Sin Ho (Lanjutan Si Rase Terbang) Jilid 7

Chin Yung/Jin Yong
-------------------------------
----------------------------

Jilid 7

SELANJUTNYA dikatakan bahwa Pek Lian Kauw telah melakukan tugas suci yang telah diperintahkan Thian (Tuhan) mengusir penjajah boan dan mendirikan kembali kerajaan bangsa sendiri.

Tetapi kalau mereka bekerja tanpa rencana akan sia2 saja usaha mereka. Demi untuk terlaksananya maksud mereka, maka mereka harus sudah memiliki gambaran yang jelas mengenai kerajaan yang akan mereka bentuk kepada siapa mereka memberikan kesetiaan.

Pimpinan pusat di Anhui telah membuat beberapa keputusan penting. Mereka menetapkan untuk mendirikan kembali kerajaan Taibeng tiauw. Dan pimpinan pusat telah berhasil menemukan seseorang yang masih memiliki sangkutan darah dengan keluarga raja Tai-Beng-lauw Ditetapkan orang itu akan menduduki tahta.

Orang itu bernama Ong Kwat Seng dan kini sudah berada dimarkas pusat dikeresidenan Hong Yang Hu, dipropinsi Anhui.

Tepuk tangan riuh mengiringi wakil dari pusat itu. turunlah dia dari mimbar.

Tiba2 dari sudut ruangan terdengar seseorang minta diberi kesempatan mengutarakan pendapatnya.

Seorang pemuda tinggi kurus tampak bangkit dari tempat duduknya.

Orang itu tampak masih muda sekali mungkin belum dua puluh tahun, Kulitnya hitam kelam, wajahnya buruk dan tidak sesuai dengan pakaiannya sebagai siucai, pelajar.

Orani2 yang belum mengenalnya hanya heran melihat usianya masih begitu muda.

"Tuan2 dan saudara8 sekalian, uraian tua wakil dari pusat sebagian memang tidak dapat di sangkal kebenarannya, tetapi sebagian pula kurang tepat" katanya "Yang tidak salah, memang kita berjuang untuk rakyat, untuk membebaskan tanah air dari penjajah dan membela rakyat yang tertindas, Setiap orang yang berjiwa patriot sejati tentu setuju.

Keputusan yang diambil pusat untuk mendirikan kerajaan Beng justru yang tidak tepat. Mengapa kita harus membangun kembali kerajaan Beng? Apakah kita tidak dapat mendirikan dan membangun kerajaan lain? Bukti yang ada, sampai tanah air kita ditelan penjajah karena salah urus dari raja2 Beng, setelah dari Cu Goan Ciang dan Eng Lok Kun."

Seketika gemparlah orang2 yang berkumpul di ruang tersebut.

Beberapa orang wakil pusat tidak puas, mereka tersinggung oleh bantahan pemuda itu. Segera salah seorang berbisik kepada Hian Seng Cu. menanyakan siapa pemuda itu, dan apa kedudukannya dalam lingkungan Pek lian Kau setempat.

Hian Seng Cu sendiri tidak mengenal siapa pemuda itu. Dan mereka tambah heran karena tidak seorangpun diantara anggota Pek Lian Kauw mengenal pemuda itu.

Hian Seng Cu seeera bangkit.

"Siangkong, sebelum kau bicara lebih jauh, aku ingin sekali mengetahui siapakah kau dan apa kedudukanmu dalam lingkungan kita? Mengapa kita belum pernah berjumpa?".

"Kedatanganku hanyalah disebabkan aku seorang Han, dan berkepentingan dalam urusan besar seperti ini. Aku bisa disebut Hek Sin Ho."

Sudah tentu jawaban pemuda itu menggemparkan orang2 disitu.

Peraturan dalam perkumpulan rahasia seperti Pek Lian Kauw itu biasanya sangat keras dan setiap orang yang bukan anggota yang berani menyelundup masuk, tentu akan ditangkap dan dihukum sebagai mata2.

Tetapi menghadapi si Rase Terbang yang Sakti mereka jadi ragu2. Oieh karena pemuda itu, Hck Sin Ho telah dipuja oleh seluruh rakyat Ouwpak sebagai malaikat dan sangat dikagumi.

Hian Seng Cu tersadar disaat keadaan jadi kacau berisik, dia mengetuk2 meja dengan keras untuk menenangkan keadaan.

"Siangkong, menurut pengakuanmu kau bukan anggota Hek Lian Kauw. Kami memiliki larangan jika bukan anggota tidak dapat hadir dalam rapat kami dengan diam2," kata Hian seng Cu.

"Tetapi perjuangan yang tuan2 tengah lakukan untuk kepentingan membebaskan tanah air dari penindasan penjajah. Kukira itu sudah menjadi tugas seluruh rakyat. Dan sebagai rakyat Han, tentu akupun memiliki hak untuk ikut memikirkan dan menyumbangkan teraga. Perjuangan yang kalian lakukan adalah untuk kepentingan rakyat, tetapi sudahkah tuan2 mengambil keputusan dengan memintai pendapat rakyat dulu? Dan tuan2 bisakah menganggap aku sebagai wakil dari rakyat jelata...."

Kata2 Hek Sin Ho dipotong wakil dari pusat yang kuatir bahwa Hek Sin Ho bisa merobah pendapat para anggota Pek Lian Kauw yang hadir "Saudara2, jangan mendengarkan perkataannya, orang ini tentu mata2 pemerintah yang sengaja datang untuk mengacau rapat yang kita adakan. Tangkap dia dan hukumlah sebagaimana mestinya".

Wakil pusat belum pernah mendengar perihal Hek Sin Ho tetapi anggotd Pek Lian Kauw setempat telah mendengarnya. Mereka takut dan jeri untuk nama besar Hek Sin Ho, sehingga mereka diam saja.

Wakil pusat itu mengisyaratkan kepada rekan2nya yang bersama2 datang dari pusat, melompat menghampiri Hek Sin Ho.

Hek Sin Ho ketawa "Memang sudah kuduga bahwa disini tentu terdapat pengkhianat, seorang mata2 pemerintah Boan yang telah berhasil merampas kedalam perkumpulan ini. Tetapi sungguh tidak kusangka bahwa yang kujumpai adalah Song Siewie Taijin, yang juga telah berhasil mencapai kedudukan begitu penting dipusat Pek Lian Kauw." katanya sambil menunjuk kesalah seorang dari keempat wakil pusat itu.

Orang itu bertubuh kurus kecil, mukanya licik sekali dan matanya yang tajam menunjukkan dia hebat sekali kepandaiannya.

Ucapan terakhir Hek Sin Ho tentu saja mengejutkan dan menggemparkan semua anggota Pek Lian Kauw. Mereka sudah lama mendengar cerita dari rakyat perihal tindakan2 Hek Sin Ho yang membela kebenaran dan keadilan, maka mereka percaya kata2 pemuda itu bukan sekedar tuduhan belaka.

Tidak demikian dengan keempat wakil dari pusat itu. Tuduhan itu telah membuat keempat! wakil pusat jadi murka.

Mereka telah serentak bergerak untuk mengeroyok sipemuda tanpa memperdulikan nama besar dan kehormatan mereka lagi.

Hek Sin Ho benar-bukan pemuda sembarangan. Mudah sekali dia mengelakkan serangan itu dan berhasil membebaskan diri.

Dalam sekejap mata dia telah berdiri dibelakang orang yang dituduhnya tadi dan tangannya meluncur kearah Hong Tie Hiat dibelakang telinga orang itu.

Orang she Song itu memiliki kepandaian hebat, bagaikan memiliki mata dibelakang. serangan pemuda itu telah berhasil dihindarkan.

Dalam sekali gebrakan seperti itu Hek Sin Ho mengetahui diantara keempat wakil, justru orang she Song itu yang terhebat kepandaiannya.

Hek Sin Ho mengerti bahwa dalam pertempuran itu dia tidak boleh membuang2 waktu.

Dan karena itu Hek Sin Ho telah melancarkan serangan2 ke bagian2 yang berbahaya dari lawan2nya.

Salah seorang wakil dari pusat telah melancarkan serangan, namun kesempatan itu dipergunakan Hek Sin Ho untuk menotok ulu hati orang itu, yang segera rubuh terjungkal.

Rekan2 orang yang rubuh itu tentu saja murka. Mereka melancarkan serangan yang sangat berbahaya dan tanpa segan2 lagi.

Tetapi amarah dan wakil2 pusat Pek Lian Kauw justru merugikan mereka sendiri. Mereka jadi kurang waspada dan menyerang bertubi2 tanpa memikirkan pembelaan diri.

Bagaikan kilat tubuh Hek Sin Ho berkelebat diantara ketiga lawannya.

Mata dari kedua lawannya yang kurang gesit segera berkunang2. Segera terdengar dua teriakan lemah, disusul rubuhnya kedua lawan itu. Kini Hek Sin Ho hanya menghadapi orang she Song itu, yang menjadi cemas melihat ketangkasan pemuda bermuka hitam itu.

Dalam beberapa jurus saja orang she song itu sudah panik menghadapi serangan Hek Sin Ho.

Hian Seng Cu menyadari tidak bisa mendiamkan saja sepak terjang Hek Sin Ho, yang bisa menimbulkan perpecahan dalam tubuh pergerakkan Pek Lian Kauw.

Dia mengisyaratkan kepada Tong Keng Hok dan kawan2nya yang lain, untuk maju.

Tetapi agaknya Hek Sin Ho sudah lebih dulu menduga apa yang akan terjadi. Dia segera berseru : "Saudara2 jangan merugikan diri sendiri, aku bermaksud baik terhadap kalian, orang she Song ini pengkhianat, pengikut Kian Tong yang datang kemari dengan belasan siewie dari istana raja, yang telah berada diluar desa atau kini telah mengurung gedung ini.

Maka dari itu, persiapkan diri kalian untuk menghadapi mereka. Setelah kurubuhkan orang she Song ini, akan kubantu kalian untuk menghadapi mereka.

Hian Seng Cu dan kawan2aya tentu tidak akan percaya perkataan Hek Sin Ho, kalau saja disaat itu mereka sudah mendengar suara ribut dan beradunya senjata diluar gedung. Untuk sejenak lamanya Hian Seng Cu dan kawan2nya jadi tidak mengetahui apa yang harus mereka lakukan.

Kemudian mereka disadarkan oleh teriakan kawan2 mereka yang tengah berjaga diluar, rupanya penjaga diluar sudah tidak sanggup menghadapi terjangan lawan dan berteriak minta pertolongan.

Kini mereka percaya penuh kata2 Hek Sin Ho.

Seluruh orang termasuk Hian Seng Cu telah keluar. Dan disaat itulah Hek Sin Ho memusatkan seluruh tenaganya, untuk merubuhkan lawannya secepat mungkin. tetapi orang she Song itu licin seperti belut, tidak mudah cepat2 dirubuhkan, karena berhasil berkelit kesana-kemari.

Namun Hek Sin Ho telah melancarkan serangan dengan hebat untuk mencegah orang she Song itu keluar menggabungkan diri dengan siewie2 diluar.

Sementara itu diluar sudah berkali2 terdengar teriakan kesakitan dan rubuhnya beberapa orang.

Umumnya anggota Pek Lian Kauw memiliki kepandaian yang sedang2 saja, maka Hek Sin Ho menyimpulkan yang rubuh itu tentu anggota Pek Lian Kauw. Dia jadi gelisah sendiri.

Orang she Song itu menyadari kegelisahan lawannya, dia jadi girarg dan telah melancarkan serangan yang bertubi2, sehingga Hek Sin Ho tambah gelisah.

Tetapi dalam girangnya, dia jadi lupa daratan.

Pemusatan tenaganya juga tidak sepenuh lagi dan serangannya membabi buta.

Pertempuran telah berjalan sepuluh jurus lagi, suatu saat orang she Song telah menyerang tepat bahu Hek Sin Ho, sehingga terhuyung mundur beberapa langkah.

Kegembiraan orang she Song itu memuncak. Inilah kesempatan terbaik baginya, tidak boleh disia2kan.

Dengan bernafsu dia telah menubruk, Tangannya diulurkan untuk menerkam jalan darah Kie Kut Hiat dibahu musuhnya.

Dengan demikian dia akan dapat membuat musuh itu tidak berdaya dan akan menangkap hidup2.

Tetapi disaat itulah Hek Sin Ho merebahkan tubuhnya dilantai dengan kedua tangannya menekan lantai. Kakinya saling susul menerjang kearah dada, perut dan pinggang musuhnya yang tengah menubruknya. Itulah tipu terhebat dari Kim Coa Hoan Sin (Ular emas Membalikkan tubuh) salah satu ilmu yarg hebat dari Lian Hoan Tui.

Jitu sekali dada dan perut orang she Song terkena tendangan luar biasa itu.

Disertai teriakan kesakitan, terlemparlah dia sampai beberapa tombak. Dan tidak dapat bangkit lagi.

Hek Sin Ho telah melompat bangkit dan menuju keluar.

Memang cukup besar kerugian dipihak Pek Lian Kauw. Hampir lima puluh orang anggota perkumpulan itu menggeletak ditanah terluka parah. Siewie2 yang tengah bertempur itu adalah pahlawan kelas satu diistana raja. Hanya Hian Seng Cu dan Tong Keng Hok yang masih bisa mengimbangi.

Dengan mengandalkan jumlah yang banyak mereka memang dapat mempersibuk siewie2 itu, tetapi Urtuk merubuhkan pengawal istana itu di butuhkan kepandaian.

Siewie itu berjumlah lima belas orang, dan dengan datangnya Hek Sin Ho dia bisa mengikat empat orang siewie, sehingga tinggal sebelas orang yang dihadapi orang Pek Lian Kauw.

Dengan kepandaian Kong Ciu Jip Pek Io (Tangan kanan kosong menerobos ratusan golok) dia telah membuat siewie2 itu sibuk bukan main.

Siewie2 itu terkejut sekali melihat datangnya lawan tangguh dan hebat ini.

Dengan cepat pula Hek Sin Ho berhasil merubuhkan seorang siewie dengan kibasan tangan bajunya yang menghantam telak sekali mata siewie itu.

Sambil mengeluarkan suara anjuran kepada beberapa kawannya siewie2 yang lainnya telah menerjang maju.

Hek Sin Ho mudah sekali melayani siewie2 itu, yang umumnya bersenjata golok.

Dan secara beruotun dia telah berhasil merubuhkan beberapa orang siewie lagi.

Sementara itu disekeliling Hek Sin Ho masih berlangsung terus pertempuran kacau antara dua ratus orang lebih anggota Pek Lian Kauw melawan sepuluh orang siewie.

Korban yang jatuh telah semakin banyak.

Pertempuran tersebut tampaknya akan berlarut2 tanpa adanya penyelesaiannya Tetapi tiba2 sekali dari arah bukit tidak jauh dari tempat itu terdengar hentakan2 marah, disusul muncul tiga sosok bayangan hitam berlari2 saling susul.

Yang dua dibelakang rupanya menjajar yang seorang didepan. Mereka memiliki kepandaian ilmu meringankan tubuh yang sempurna. Dalam sekejap mata saja sudah didekat tempat tersebut.

Setelah terpisah hanya beberapa puluh tombak dari gelanggang pertempuran, mereka ketiga orang itu rupanya terkejut melihat pertempuran yang tengah berlangsung.

Tetapi yang berdiri dimaka itu sudah segera mengerti apa yang tengah terjadi.

Sambil mengeluarkan seruan nyaring dia telah melonpat kedepan, langsung kearah gelanggang pertempuran.

Dengan pedangnya yang berkilauan dibawah sinar bulan yang baru memperlihatkan diri, tanpa ragu2 dia telah menyerbu ketengah pertempuran dan melancarkan serangan hebat kearah siewie yang terdekat.

Beberapa anggota Pek Lian Kauw yang datang melihat orang itu jadi girang.

Sjewie yang diserang itu segera menangkisnya, tetapi dia jadi kaget bukan main karena seketika itu juga goloknya putus tertabas pedang, rupanya pedang lawan sebatang pedang mustika.

Sementara Itu kedua pengejar orang yang haru datang itu telah berdiri sejenak dalam perasaan heran.

Namun akhirnya merekapun melompat ketengah gelanggang pertempuran dengan gerakan yang sengat gesit sekali.

Tanpa menantikan sampai kaki mereka menginjak tanah, serta merta keduanya sudah melancarkan serangan kepada siewie itu dengan mempergunakan pedang mereka.

Anggota Pek Lian Kauw bersorak girang.

Kini mereka yakin bahwa kedua orang terakhir itupun bukan musuh.

Tidak mengherankan bahwa mereka tidak mengetahui bahwa kedua pemuda yang baru datang memiliki kepandaian bsgitu tinggi adalah dua jago muda yang kebetulan tiba ditempat itu karena mengejar seseorang dan mereka tidak lain dari Cie Beng dan Cie Jien.....

MALAM iiu Cie Beng dan Cie Jin telah tidur siang2. namun ditengah malam dia mendengar seseorang berjalan diatas rumah penginapan dengan langkah ringan.

Orang biasa mungkin tidak akan mendengarnya, tetapi Cie Beng dan Cie Jin telah mendengar jelas dan telah cepat melompat turun dari pembaringan dengan ringan.

Merekapun telah cepat2 mempersiapkan senjata mereka.

Samar2 mereka masih melihat sesosok tubuh ketika keduanya telah melompat keatas genting rumah penginapan dan segera mengejarnya.

Didalam rimba persilatan memang banyak sekali peristiwa- aneh.

Oleh karena itu Cie Beng dan Cie Jin tidak mau segera menarik kesimpulan apakah orang itu seorang jahat atau baik.

Mereka terus juga mengikutinya. Dengan cepat bayangan itu telah berjalan cukup jauh, karena belum memastikan maksud orang itu, maka merekapun berlaku hati2 agar tidak terlihat

Setelah melewati dua puluh rumah lebih, sosok bayangan itu tampak telah melompat turun dan mendekati sebuah jendela yang masih tampak terang.

Bayangan itu mengintai kedalam ruangan tersebut, agaknya dia bimbang untuk melompat masuk.

Tentu saja hal itu membuat Cie Beng dan Cie Jin jadi heran. Apa maksud orang itu.

Tidak lama kemudian tampak pintu kamar! terbuka, dan masuklah seorang gadis yang jika dipandang sepintas lalu dari kejauhan tidak Cantik. Tetapi gerak geriknya dan potongan tubuhnya sangat menarik.

Sosok bayangan yang berada diluar jendela sudah hendak bergerak, tetapi kemudian dia membatalkan maksudnya, kerena dibelakang gadis itu! masih terdapat seorang tua kurang lebih lima puluh tabun. Agaknya ayah sigadis.

Dari tempat persembunyiannya, kedua saudara Cie itu dapat melihat orang tua dan gadis itu bukan sembarangan orang. Sikap mereka agung walaupun tubuh mereka tampaknya lemah. Tentunya ayah puteri itu adalah keluaaga terpelajar.

Ayah dan puteri itu telah bercakap2 dengan suara yang perlahan, dan orang yang bersembunyi diluar jendela ketika mendengar percakapan anak dan ayah itu tampaknya terkejut, sehingga dia memperlihatkan diri dijendela.

Ayah itu terkejut, menoleh dengan ketakutan sedangkan sigadis telah berteriak tertahan.

Namun sesaat kemudian orcng tua itu lenyap kagetnya, kini wajahnya memperlihatkan kemarahan yang saagat.

Dalam marahnya itu, orang tua tersebut tidak dapat berkata2.

Sedangkan orang diluar jendela itu hanya menatapnya dengan tertegun.

"Bangsat! Sungguh berani kau datang mengganggu lagi!" Caci orang tua itu setelah berhasil menindih goncangan hatinya. Lalu dengan suara yang keras dia telah berteriak; "Maling! Ada maling! Tangkap! Tangkap!"

Seketika, terdengar teriakan seperti itu, tamu tidak diundang jadi terkejut.

Tubuhnya melompat dan sesaat kemudian dia telah berada dalam kamar.

Dengan wajah ketakutan, erang tua itu mundur sambil menarik tangan sigadis.

Tetapi sudah jelas bahwa mereka tidak akan dapat meloloskan diri lagi dari orang yang berkepandaian memang tinggi itu.

Cie Beng dan Cie Jin, yang sejak semula sudah bersiap sedia, untuk turun tangan, tentu saja tidak tinggal berpeluk tangan.

Seketika itu juga, mereka telah melompat bagaikan dua ekor garuda. Dan mereka telah melompat masuk kedalam kamar berada dibelakang tamu tidak diundang itu.

"Jahanam kotor, rasakan pedangku ini." bentak Cie Beng sambil menyerang dengan gerakan "Im Yang Po San" (Kipas mustika Im Yang).

Tetapi kepandaian orang itu ternyata berimbang dengan kepandaian Cie Beng, dia berhasil mengelakkannya dengan mudah dan lalu menangkis.

Dan Cie Beng tidak berani berayal lagi, dengan tenaga yang lebih besar telah melancarkan serangan lagi.

Cara serangan Cie Beng hebat sekali hampir hampir orang itu kehilangan senjata karena benturan itu.

Penjahat itu merasakan bahwa dia sudah tidak memiliki harapan lagi, terlebih lagi kalau Cie Jin sesaat lagi turun tangan mengeroyoknya.

Karena ayah sigadis juga berteriak2 minta tolong, maka tamu tidak diundang itu akhirnya telah memutuskan untuk berlalu.

Setelah itu, dengan kecepatan seperti terbang dia melarikan diri dengan mengambil arah utara.

Cie Beng dan Cie Jin tidak mau membiarkannya lari dengan begitu saja

Disamping menbeici perbuatannya, mereka pun ingin sekali mengetahui siapakah sesungguh nya orang itu, yang ilmu silatnya berasal dari perguruan Bu Tong Pai.

Cie Beng dan Cie Jin mengetahui itu, karena dia telah mempelajari berbagai sarinya ilmu silat.

Cepat2 mereka telah mengejarnya. Dan dalam waktu yang singkat mereka telah berada di luar kota.

Sementara itu, agaknya sipenjahat menjadi jengkel, dia melihat kedua saudara Cie itu tidak mau melepaskan dirinya. Dan dia mempercepat larinya.

Itulah sebabnya Cie Jin dan Cie Beng bisa tiba ditempat yang tengah berlangsung pertempuran itu. Dan Cie Jin maupun Cie Beng tidak bisa berpeluk tengan, melihat rakyat kampung itu yang tengah bertempur melawan orang2nya peme rintah Boan.

Tidak bersusah ppyah, akhirnya semua musuh2 itu telah berhasil dirubuhkan mereka, ada siewie yang terluka dan ada yang segera terbinasa disaat itu juga,

Enam tahun yang lalu. dirumah guru mereka di Sinkiang, ketika orang2 yang hendak mencari balas kepada gurunya, mereka melihat betapa semua lawan itu telah dibinasakan. Dan kini Cte Jin dan Cie Beng melihat anggota Pek Lian Kauw juga membinasakan siewie2 yang terluka walaupun siewie2 itu memohon2 pengampunan.

"Mereka sudah mengetahui siapa pemimpin kami dan dimana kami mengadakan pertemuan, maka jika dibiartan hidup, bisa mendatangkan bencana untuk kami." berkata beberapa orang Pek Lian Kauw.

Cie Beng dan Cie Jin menoleh kepada Hek Sin Ho. Tetapi ternyata pemuda itu sudah tidak berada ditempat itu.

Sementara Hian Seng Cu, Tong Keng Hok dan pemimpin Pek Lian Kauw setempat yang telah menghampiri mereka untuk menyatakan terima kasih, Cie Beng hendak mempergunakan kesempatan tersebut menanyakan perihal Hek Sin Ho, tetapi sebelum mereka sempat mengucapkan sepatah kata, tiba2 dari bagian belakang rumah itu terdengar teriakan minta tolong, disusul bentrokan senjata dan caci maki sengit.

Semua orang terkejut. Cie Jin dan Cie Beng cepat2 melompat kedalam ruangan rumah diikuti yang lain. Mereka berpapasan dengan seorang lelaki kurus tinggi berpakaian serba putih, yang melihat masuknya rombongan itu telah merobah haluan dan melompat keatas genting. Didalam terdengar teriakan ; Kongcu diculik ! Kongcu diculik I Kongcu dibawa orang ! Tolong l Tolong !"

Semua orang jadi terkejut, karena mereka melihat lelaki kurus berpakaian putih itu memang memanggul tubuh seseorang yang terkulai yang tidak lain dari putera Tong Keng Hok.

Kecuali Cie Beng dan Cie Jin, yang lainnya mengejar. Dan dari pelayan2 rumah itu, kedua saudara Cie mendengar cerita penculikan itu, dimana ternyata yang mencelik adalah orang she Song yang berhasil membebaskan dirinya dari totokannya Dan disaat pelayan itu tengah berteriak, justru Hek Sin Ho telah tiba dan mengejarnya.

Semua orang Pek Lian Kauw telah menghela napas dalam2 dan mereka berduka, karena mereka nihil melakukan pengejaran. Dan Tong Keng Hok maupun yang lain hanya mengharapkan agar Hek Sin Ho berhasil mengejar orang she Song itu dan berhasil membawa pulang putera Tong Keng Hok.

Saat itu Hek Sin Ho yang tengah melakukan pengejaran kepada orarg she Song itu jadi penasaran, karena walaupun dia telah mengejar lima belas lie lebih, tetap saja tidak berhasil sedikit demi sedikit memperpendek jarak pisah me reka.

Lewat pula lima lie, agaknya sudah tidak perlu ditunggu terlalu lama lagi untuk menyusul she Song itu.

Setelah lewat lagi tujuh lie, jarak antara1 mereka sudah tinggal setombak lagi.

Kini setiap waktu sudah dapat diharapkan bahwa Hek Sin Ho akan menyerang orang she song itu dan orang she Song sudah putus asa karena dia memang tidak sanggup untuk melawan Hek Sin Ho terlebih lagi kini tengah membawa puteranya Tong Keng Hok,

Memang bisa saja dia melepaskan tawanannya dan melarikan diri sekerasnya untuk meloloskan jiwanya.

Tetapi tanpa putera Tong Keng Hok sebagai tanggungan, tidak dapat dia memaksa tokoh Pek Lian Kauw menyerahkan diri kepada pemerintah.

Tetapi jiwanya sendiri tentu saja dianggapnya jauh lebih berharga dari putera Tong Keng Hok.

Dengan pertimbangan begitu, dia hendak melontarkan tubuh puteranya Tong Keng Hok kearah pengejarnya.

Disaat itu mereka sudah mendekati suatu gerombolan pohon2.

Tetapi diluar dugaan segera muncul serombongan orang yang masing2 memegang senjata terhunus dan sudah bersiap pula untuk menyerang dengan senjata rahasia.

Sebagai seorang yang merasa dirinya berdosa, orang she Song itu tentu saja tambah ketakutan, karena menduga orang itu segaja hendak menghadangnya orang2nya Pek Lian Kauw.

Tetapi sesaat kemudian dia jadi girang, langkah lega hatinya ketika tanpa menghiraukan orang she Song itu sama sekali, semua penghadangnya itu telah menghujani Hek Sin Ho dengan senjata rahasia.

Itulah berar2 suatu pertolongan yang tidak terduga, Tanpa menoleh lagi dia segera lari sekuat tenaganya.

Sebaliknya Hek Sin Ho terkejut sekali diserang tiba2 begitu.

Untung saja Hek Sin Ho memiliki kepandaian yang tinggi dia tidak menjadi gugup dan telah berhasil mengelakkan diri dari serangan tersebut. Dan dari kaget, Hek Sin Ho jadi marah.

Segera juga dia menduga bahwa Oraog2 yang menjadi penghadang itu adalah kawan2nya orang she Song, maka segera dia telah melancarkan serarjgan dengan kuat sekali.

Jumlah orang itu enam orang, dua diantaranya adalah hweshio, sedangkan keempat orang yang lainnya berpakaian sebagai guru silat.

Waktu itu sudab menjelang fajar, dan cuaca sudah agak terang, sehingga dia dapat melihat wajah mereka.

Dia memperoleh kenyataan bahwa tidak seorangpun diantaranya yang dikenalnya.

Tetapi orang2 itu ternyata tidak menyerang lagi. Dengan menggenggam senjata terhunus, telah mengurung Hek Sin Ho.

"Sicu, kau tentu heran dan penasaran, bahwa kami telah menyerangmu secara menggelap dan tiba2," kata salah seorang diantara hweshio itu dengan sikap yang congkak. "Kami sedikitpun tidak memiliki maksud tidak baik, dan kami hanya ingin meminta kau melayani kami dan kami adalah kaum jantan, walaupun kami harus melakukan perhitungan denganmu mengenai sesuatu urusan, kami ingin menyelesaikannya sebagai lelaki sejati".

"Taisu, aku sama sekali belum mengenalmu dan teman2mu itu, kecuali jika kalian kawan sipengkhtanat she Song itu." menyahuti Hek Sio Ho.

Tetapi perkataan Hek Sin Ho justru telah metafsirkan lain oleh orang2 itu.

Mereka menduga bahwa Hek Sin Ho takut.

"Kata2 sicu memang benar, kita tidak pernah bertemu. Dan secara langsung juga sicu tidak pernah bentrok dengan kami. Tetapi kami lelaki sejati, juga tidak pernah berpeluk tangan jika melihat perbuatan sewenang2, mengandalkan kepandaian sendiri, lalu membunuh orang tidak berdosa dan terkenal berhati mulia".

"Taisu, aku selalu berusaha melakukan perbuatan2 yang tidak tercela dan juga memang aku benar2 tidak mengerti maksud perkataan Taysu".

"Pineeng (aku) dan saudara2 seperguruan Pinceng tidak mudah dihasut orang. Kami selalu berihati-hati dan sebelum menentukan sikap, kami selalu mencari keterangan Tetapi kali ini, kami telah berhasil mengumpulkan keterangan bahwa yang harus bertanggung jawab atas peristiwa penasaran itu justru sicu adanya."

Walaupun Hek Sin Ho sedapat mungkin menindih kemarahan di hatinya, untuk menghindarkan suatu pertempuran, kini dia tidak dapat menguasai lagi amarahnya.

Kata2 si Hweshio yang terakhir itu benar2 keterlaluan sekali.

Tidak dapat dia melayani begitu saja Terlebih lagi dia mengerti bahwa rombongan si Hweshio tidak akan mau melepaskannya.

"Baiklah kalau begitu", katanya kemudian. "Karena Taisu memang memaksa, akupun tidak bisa lain dari menuruti saja memperlihatkan kebodohanku".

Walaupun berkata begitu. Hek Sin Ho yakin bahwa didalam persoalan ini pasti terdapat salah paham.

Dan juga disaat itu, keempat murid Siauw Lim sie yang bukan Hweshio itu telah maju semuanya.

Sikap yang terlalu memandang rendah tentu saja membuat Hek Sin Ho jadi mendongkol.

Dengan bersenjata atau bertangan kosong dia telah dapat menjalankan ilmu Taikek yaitu ilmu Taikek bun yarg selalu tidak mempergunakan kekerasan.

Inti sari Taikek pada umumnya hanya setu yaitu Wan Cwan Put Toan, berputar tidak ada putusnya, tetapi dari unsur itu, yang dipergunakan Hek Sin Ho agak lain.

Serangan2 itu terdapat banyak sekali sifat yang mengandung kekerasan dalam serangannya.

Mereka segera bertempur, keempat murid Siauw Lim Sie yang tidak mencukur kepala itu telah melancarkan serangan hebat sekali kepada Hek Sin Ho.

Cara2 Hek Sin Ho yang aneh dan bertentangan dengan ketentuan2 ilmu silat lainnya, bukan hanya membingungkan keempat tawannya justru kedua hweshio itu jadi tertegun.

Sementara itu keempat lawannya Si Rase Hitam Yang Sakti itu telah agak menguatirkan.

Si hweshio yang sejak semula bertindak sebagai pemimpin segera melompat ketengah gelanggang, karena melihat keempat kawannya telah terdesak.

"Tahan!" dia telah berseru dengan keras.

Pertarungan segera berhenti. Keempat kawannya diminta mundur, sedangkan dia sendiri lalu memandang Hek Sin Ho dengan pandangan mata yang tajam.

Setelah memandang selama beberapa saat kemudian dia telah berkata ; "Pantas sicu jadi demikian berati berlaku sewenang2, rupanya kau memang memiliki kepandaian yang lumayan."

Sambil menyisipkan ujung jubahnya yang agak longgar, keikat pinggangnya, hweshio itu segera mendekati Hek Sin Ho.

Tetapi pada saat itu hweshio yang seorang telah berkata "Goan Seng Suheng, kukira tidak perlu kau sendiri yang maju melayaninya, biarlah aku saja yang maju lebih dulu."

Tanpa menantikan jawaban Goan Seng lagi dia langsung melompat kedepan Hek Sio Ho sambil berkata:

"Tadi aku sudah melihat kepandaianmu sicu. Karena kagum, aku Goan Sim, hendak mcminta petunjukmu untuk beberapa jurus. Sebagai seorang murid sang Buddha, aku tidak senang mempergunakan senjata Aku akan melayanimu dengan tangan kosong. Tetapi ini bukan berani hendak memaksamu menyimpan senjata juga. Kalau kau lebih senang bertempur dengan mempergunakan senjata, gunakanlah tanpa segan dan ragu2.

Dengan kecerdasannya yang dimilikinya Hek Sin Ho sudah dapat menerkam Goan Sim.

Tetapi diapun sangat percaya akan kepandaiannya sendiri.

Walaupun menyadari bahwa kesombongan hweshio itu bukan omong kosong belaka, dia sedikitpun tidak menjadi gentar.

Setelah berdiri saling diam memanjang beberapa saat. Hek Sin Ho telah melompat sambil melancarkan serangannya mempergunakan kepalan tangan karena senjatanya memang telah dimasukkan kedalam sarungnya. Dan dia telah melancarkan serangannya itu dengan mempergunakan tenaga yang kuat sekali, disertai juga oleh bentakannya; "Taisu, terimalah!"

Sedangkan hweshio itu, Goan Sim, telah melihat datangnya serangan, jadi dia heran, juga girang.

Itulah serangan yang biasa disebut Jie Liong Co Cu, sepasang naga memperebutkan mitiara, salah satu tipu dari Liong Jiauw Kun, ilmu silat naga, dari Siauw Lim Sie. Dan pukulan seperti itu telah dikenalnya.

"Terhadap orang lain serangan itu memang berbahaya, tetapi bagiku hanya permainan anak-anak." pikir sihweshio.

Hweshio itu mengangkat tangan kirinya untuk menangkis, kemudian dengan cepat dia menerkam pangkal lengannya.

Sungguh cepat gerakannya itu, tetapi sipemuda ternyata juga tidak kalah gesitnya.

Sambil berseru tiba2 Hek Sin Ho menurunkan tubuhnya dan dengan setengah berjongkok tangannya meluncur terus.

Tetapi kini yang -diincer jadi bukan mata sihweehio, tetapi perut Goan Sim yang hendak dijadikan sasaran.

Tentu saja hal itu telah membuat Goan Sim jadi kaget setengah mati, karena lawannya dapat merobah arah serangan dalam waktu yang begitu cepat.

Cepat sekali si hweshio telah berkelit dan dia membalas melancarkan serangan. Tetapi Hek Sin Ho benar2 hebat dan ilmunya lain dari yang lain.

Kenyataan seperti inilah yang telah membuat Goan Sim seringkali terperangkap oleh keanehan dalam gerakan silat Hek Sin Ho yang lain dari biasanya ilmu silat didunia persilatan,

Dengan tidak sabar Goan Sim mengerahkan seluruh tenaganya, dan memperhebat serangannya, agar dapat mempercepat waktu merubuhkan lawannya.

Sesuai dengan ilmu Su Siang Po, waktu serangan Goan Sim suatu saat hampir mengenai dirinya. Hek Sin Ho telah mengelakkan diri, lututnya tiba2 telah berada didekat iga Goan Sim.

Hweshio itu terkejut sekali, untuk kesekian kalinya dia menghadapi kesulitan dari serangan2 aneh dari sipemuda.

Berkat kepandaiannya memang sempurna, Goan Sim masih berhasil menyelamatkan iganya.

Goan Seng dan murid2 Sjauw Lim yang lain jadi gelisah sendirinya.

Waktu itu pikiran Goan Sim sudah agak kacau.

Tiba2 datanglah serangan Hek Sin Ho yang dilakukan berbareng dengan tangan kiri dan kaki kanan.

Itulah suatu serangan biasa, dan Goan Sim telah menangkisnya dengan mempergunakan jurus Pa Ong Gie Ka.

Tetapi tidak diduga, ketika tangan mereka saling bentur, tiba2 Hek Sin Ho menangkap tangan Goan Sim, dengan meminjam tenaga dikerahkan sipendeta, Hek Sin Ho tiba2 melompat melayang kemuka lawannya.

Goan Sim gugup sekali, agaknya kali ini dia tidak bisa mengelakkan diri lagi.

Goan Seng tidak bisa berdiam diri lagi, dia telah menerjang maju.

Hek Sio Ho tidak takut, dengan mengandalkan kegesitannya dia telah melayani terus.

Begitu pula keempat murid SiauwLim yang tidak mencukur rambut itu ikut menerjang. Goan Seng mempergunakan pedang, Goan Sim mempergunakan kedua tangannya dan keempat murid Siauw Lim bersenjata golok dan pedang.

Hek Sin Ho jadi sibuk juga melayaninya. Dan suatu kali, Hek Sin Ho diserang dengan serentak, keenam orang Siauw Lim itu yakin akan berhasil menundukkan Hek Sin Ho, yang akan dapat dirubuhkan.

Dengan gerakan It Ho Ciong Tian yang sangat indah, tubuh Hek Sin Ho tiba2 melompat lurus keatas dan bersama dengan itu diapun sudah menghunus senjatanya.

Mereka bertempur semakin seru. Keenam murid Siauw Lim Sie benar2 heran melihat ketangguhan pemuda itu.

Hek Sin Ho tidak mengerti mengapa sihweshio menuduh dia berbuat sewenang2, entah apa sebabnya.

Dan akhirnya sambil bertempur Hek Sin Ho telah bertanya2 sebenarnya urusan apakah yang membuat keenam orang Siauw Lim Sie itu memusuhinya.

Mengetahui itu Hek Sin Ho tertawa gelak, "Sebagai pengkhianat bangsa tentu saja Ong Kee Cie harus dibasmi bukan?" teriaknya kemudian.

Keenam orang Siauw Kim Sie tentu saja jadi tambah murka, Mereka menyerang semakin hebat saja.

"Dengarlah!" kata Hek Sin Ho sambil berkelit, Aku tidak bicara dusta, Ong Kee Cie sebagai putera Han ternyata ingin mengkhianat menjual negara. Aku bisa membuktikannya dan bukti2 itu ada padaku."

"Jangan membual." teriak Goan Sim murka.

"Bukankah empat tahun yang lalu salah seorang saudara seperguruanmu yang bernama Goan Kong Suhu telah mendadak lenyap? Tahukah kalian mengapa dia menghilang? Dia telah tewas dibinasakan oleh Ong Kee Cie sendiri! Jiwanya dihabiskan didekat penyebrangan Kie Hong secara pengecut sekali oleh Ong Kee Cie. karena kebetulan Goan Kong Suhu mengetahui kebusukannya."

Keterangan Hek Sin Ho seperti juga petir ditelinga keenam orang Siauw Liem Sie. Muka Goan Seng jadi berobah pucat. Memang benar waktu Goan Kong dalam perjalanannya ke Ouwlam kebetulan telah mendengar tentang suatu rahasia yang dapat menghancurkan nama Siauw Lim Sie.

Ketika itu Goan Kong telab perintahkan muridnya menemani dalam perjalanannya itu untuk kembali ke Hokkian untuk memberikan laporan dan meminta bantuan dari saudara2 seperguruannya. Dari laporan Goan Kong murid Siauw-Lim Sie sendiri telah menduga bahwa yang melakukan pengkhianatan itu tentu salah seorang murid Siauw Lim Sie, hanya sayangnya Goan Kong belum menyebutkan nama murid pengkhianat itu.

Dengan disertai beberapa orang sutenya atas perintah Hongtio. Goan Seng telah berangkat ke Ouwlam.

Tetapi Goan Kong tidak dapat mereka jumpai.

Hweshio itu telah hilang tanpa meninggalkan jejak.

Peristiwa itu telah ditutup rapat2 dan kecuali beberapa orang yang menyertai Goan Seng murid2 Siauw Lim lainnya tidak ada yang mengetahui. Itulah sebabnya Goan Seng jadi terkejut sekali Hek Sin Ho bisa menyebut2 persoalan Goan Kong Taisu.

Tetapi sebagai hweshio ysng memiliki pandangan sempit dan juga jarang bergaul, Goan Seng dan saudara seperguruannya berpandangan lain, yaitu persoalan pengkhianatan murid Siauw Lim harus dirahasiakan rapat2, dan juga karena Hek Sin Ho mengetahui peristiwa itu, dia akan ditangkap untuk dibawa menghadap ke Hongtio mereka. Keenam orang itu semakin mempercepat serangan mereka menambah tenaga serangan juga.

Hek Sin Ho jadi kewalahan, karena kerjasama keenam orang itu memang kokoh dan dia terkepung rapat.

Dengan mengeluarkan suara jeritan kecil, suatu kali mata pedang Goan Seng berhasil menusuk iga Hek Sin Ho sedalam satu inci dan mempergunakan kesempatan itu dengan nekad Hek Sin Ho menotok Kie Kut niatnya sihweshio sehingga Goan Seng terjungkal.

Tanpa membuang Waktu Hek Sin Ho menerobos keluar dari kepungan itu dan berlari masuk berlari hutan, karena dia menyadari jika bertempur terus dengan cara dikepung btgitu, dirinya bisa kehabisan napas dan tenaga

Saudara seperguruan Goan Seng jadi tertegun sementara waktu, dan ketika mereka tersadar, mereka cepat2 menolongi Goan Seng, lalu Cepat2 masuki hutan untuk mengejar Hek Sin Ho ...

SEMENTARA itu setelah lolos dari orang? Siauw Lim Sie. Hek Sin Ho berlari terus cepat sekali dengan menderita beberapa luka ditubuhnya. Tetapi luka itu bukan ditempat yang berbahaya.

Dengan menahan lapar dia telah pergi dari desa itu, dia mengerti bahwa penderitaan didesa lebih hebat lagi, karena pasukan tentara Boan telah merampasi semua milik rakyat? Setelah berjalan setengah hari, dia menjumpai Sebuah rumah petani. Petani itu terkejut sekali, memang waktu itu dia belum mengganti pakaian.

Sementara itu setelah lolos dari orang2 Siauw Lim Sie, Hek Sin Ho berlari terus cepat sekali dengan menderita beberapa luka ditubuhnya.

Karena sudah letih sekali, dia minta tolong menginap kedalam rumah petani itu, yang diluluskan.

Hek Sin Ho telah tidur dengan nyenyak sekali, walaupun masih sore,

Esok paginya dia merasakan tubuhnya segar kembali. Lukanya juga sebagian besar telah kering.

Rencana Hek Sin Ho yang pertama2 adalah orang she Song, yang akan dicarinya untuk mengorek Keterangan mengenai rencana pemerintah menghadapi Pek Lian Kauw.

Menurut yang diketahui, seluruh pasukan siewie yang dikerahkan kaisar telah dikumpulkan menjadi satu dikantor Sumbu Ouwpak. Dan menurut dugaannya pula, orang she Song pasti pergi ke Sumbu Ouwpak, untuk menyerahkan putera Tong Keng Hok, sambil mengatur rencana untuk menggerebek markas Pek Lian Kauw, yang terletak di Pen Houw Cun.

Hek Sin Ho jadi memutuskan untuk melakukan perjalanan ke Ouwpak.

Seharian suntuk dia berjalan terus, menjelang malam cuaca berobah dengan mendung menutupi seluruh langit.

Untung saja tidak lama kemudian dia melihat kuil tua yang kosong, disaat mana rupanya hampir turun hujan dengan guntur sering terdengar.

Dengan segenggam rumput Hek Sin Ho membersihkan meja pemujaan dan setelah mengisi perut dengan makanan kering yang dibekalnya, dia merebahkan diri dimeja pemujaan yang terbuat dari batu itu, tidur nyenyak.

Tidur tidak lama, tiba2 dia dibangunkan dari tidurnya oleh suara depan kaki kuda yang akhirnya berhenti didepan pintu kuil

Disaat itu, Hek Sin Ho gesit sekali melompat keatas wuwungan, untuk mengawasi kearah pintu.

Seorang pemuda bertubuh sedang, tampak gagah dengan memakaian pakaian sederhana melangkah masuk.

Wajahnya tampan, tetapi waktu itu tengah diliputi kesedihan.

Hati Hek ain Ho tertarik, melihat muka orang itu tidak jahat, timbul simpatinya.

Diantara bunyi hujan rintik2, yang sementara itu sudah mulai turun cukup deras, terdengar beberapa orang berlari2 kearah kuil.

Tampak tujuh orang memasuki ruang pemujaan.

Hek Sin Ho jadi terkejut. Enam diantara ketujuh orang itu adalah kedua hweshio dan ke empat orang Siauw Lim Sie, yaitu Goan Seng dan yang lainnya.

Begitu masuk, dan melihat seorang pemuda sedang duduk seorang diri disudut dinding, orang2 Siauw Lim Sie memandang tajam. Rupanya pemuda itu jadi tidak senang.

Pemuda itu sesungguhnya orang yang di kejar2 oleh kedua srudara Cie di Pek Houw Cun, shenya Kwan dan bernama Hiong.

Dia memang murid Butong, setelah di Pek Houw Cun melawan siewie2 istana, atas pertanyaan Cie Beng dan Cie Jin dia menjelaskan mengapa telah datang kerumah gadis itu dengan cara mencurigakan.

Gadis itu kawan bermain diwaktu kecil.

Ayah Kwan Hong seorang guru sekolah, telah ditangkap pemerintah Boan karena difitnah. Ibunya meninggal tidak lama kemudian, dan Kwan Hiong telah menghilang menyelamatkan diri.

Dan kemudian berhasil ditolong oleh Liok Hwe Ceng, yang mendidiknya menjadi muridnya yang kedua.

Setelah belajar tujuh tahun, Kwan Hiong kembali kekampungnya dan bertemu sekali dengan sigadis didesa itu, yang bernama Hwee Swat Hong Namun ayah sigadis yang takut dianggap bersahabat dengan keluarga Kwan. telah melarang keras pergaulan mereka.

Secara diam2 mereka mengadakan hubungan gelap, namun tetap saja ditentang ayah si Swat Hong.

Tetapi hubungan itu tidak bisa disembunyikan dari mata ayah Hee Swat Hong, yang lalu mencarikan jodoh untuk putertnya untuk memutuskan bubungan itu. Calon suami Hee Swat Hong putera seorang bekas pembesar tinggi yang mengundurkan diri.

Kwan Hiong tentu saja berduka mendengar keputusan ayah kekasihnya itu, dan malam ini dia telah sengaja ingin menemui kekasihnya itu, dan telah kepergok oleh ayah sigadis dan juga kedua saudara Cie itu.

Goan Seng dan kawan2nya heran melihat sikap Kwan Hiong yang seperti tidak menyukai kehadiran mereka. Sesungguhnya Kwan Hiong yang tengah kusut pikiranrya memang tengah ingin menyendiri.

Ketujuh orang itu pergi kesudut lain, tidak memperdulikan Kwan Hiong lagi.

Dalam percakapan itu Hek Sin Ho mengetahui orang yang ketujuh bersama Goan Seng tidak lain murid Ong Kie Cie. Mereka rupanya penasaran dan tengah menyelidiki dimana adanya Hek Sin Ho untuk ditangkap hidup2.

Tentu saja Hek Sin Ho jadi mendongkol.

Sementara itu Kwan Hiong terganggu sekali oleh suara percakapan ketujuh orang itu. Dan samar2 dia mendengar perkataan "Pemuda bangsat", "pemuda kurang ajar" secara tidak jelas, terlebih hatinya tengah uring2an, keruan saja dia menduga orang2 itu tengah mencaci dia

Akhirnya Kwan Hiong tidak bisa menahan kemendongkolan hatinya, dia berdiri : "Toasuhu siapa yang pemuda bangsat, siapa pemuda yang kurang ajar ? Kalau memang kalian laki2 Sejati, bicara terang2an, jangan kasak-kusuk begitu mengganggu ketenteramanku. Jika kalian masih ingin bercakap terus, silahkan diluar saja".

Goan Seng dan kawan2nya menganggap teguran itu tanpa alasan dan mereka tercengang. Tetapi karena mereka menganggap Kwan Hiong seorang pemuda yang kurang waras, Goan Seng telah mengeluarkan kata2 manis, meminta maaf jika sekiranya mereka mengganggu ketentraman si pemuda.

Sebaliknya murid Ong Hee Cie, dia tidak terima teguran itu. lebih2 mengingat dia berada bersama pentelan2 Siauw Lim Sie.

"Hei, ini bukan kuil milikmu, bukan milik siapa juga, siapa yang mau berteduh disini tentu saja bebas tidak ada larangan. Jika kau merasa terganggu, silahkan kau yang keluar dari kuil ini." katanya dengan suara yang diliputi kemendongkolan.

Mendengar perkataan murid Ong Kee Cie, Kwan Hiong jadi sadar dari kekeliruannya.

"Baiklah, ya, memang akulah yang keliru dan berbuat tidak pantas. Harap agar dimaafkan" katanya dan dia kembali kesudut dimana tempatnya tadi.

Pihak lain, murid Ong Kee Cie rupanya menganggap pemuda itu takut."

Dia jadi semakin congkak. Dengan suara memandang rendah dia telah berkata "Baiklah kalau kau telah menyadari kesalahanmu, apakah kau kira cukup meminta maaf saja? Kau harus menjura tiga kali, baru tuan besarmu ini puas".

Goan Seng dan sute2nya terkejut mendengar keponakan murid mereka, tetapi sudah terlambat untuk dicegah.

Kwan Hiong diam saja, dan murid Ong Kee Cie telah melompat sambil membentak: "Enak saja kau tadi menggoyang lidah, harus menjura meminta maaf, kalau tidak kuhajar kau" bentaknya. Ayo cspat menjura...cepat aduuh".

Beberapa patah terakhir diucapkan sambil mengangkat tangannya. Tetapi tahu2 tubuhnya telah terpental terbanting dilantai.

Mulut murid Ong Kee Cie juga terasa asin rupanya telah berdarah.

Goan Seng dan yang lainnya terkejut, mereka bangkit.

Dengan cepat Goan Seng menarik keponakan muridnya itu untuk merendahkan. Dan setelah dibentak Goan Seng, murid Ong Kee Cie tidak berani membantah lagi dan berdiam diri,

Setelah kembali ketempat mereka. murid2 Siauw Lim Sie itu tidak melanjutkan percakapan mereka lagi.

Dan mereka juga telah merebahkan diri untuk tidur. Kwan Hiong juga telah merebahkan tubuhnya untuk tidur. Hanya bunyi hujan yang masih terdengar.

Hek Sin Ho dapat menyaksikan semua itu dia merasa kagum akan sifat kesatria pemuda she Kwan yang mengakui kekeliruannya dan mau meminta maaf.

Tidak lama kemudian, Hek Sin Ho terkejut karena melihat murid Kee Cie perlahan2 bang kit sambil meloloskan pedangnya dan menghampiri Kwan Hiong.

Jelaskan bahwa murid Ong Kee Cie tidak bermaksud baik.

Ccpat2 Hek Sin Ho mengambil debu diwuwungsn itu, dia mempergunakan ludah untuk memulungnya menjadi tiga butir bola kecil.

Saat itu murid Ong Kee Cie telah tiba di belakang Kwan Hiong yang tidur membelakangi dan disaat pedangnya ingin diayunkan, tiba2 Hek Sin Ho menimpuknya.

Dua butir bola itu mengejai sepasang Kie Kut Hiat dibahu kiri dan kanan, bola ketiga menghajar Sio To Hiat tulang punggungnya.

Seketika itu juga murid Ong Kee Cie merasakan kaki tangannya kaku dan tak dapat digerakkan lagi Dia berdiri bagaikan patung berdiri dengan sikap ingin membacok.

Dengan mempergunakan sehelai tirai, dia turun perlahan2 dan mengambil bekal murid Siauw Lim Sie, lalu berayun dengan tirai, itu mengingatkan bekal2 itu dipunggung murid Ong Kee Cie. Dengan sebatang jarum dia menulis di dahi orang itu; "Inilah hadiah Hek Sin Ho untuk seorang busuk".

Setelah melakukan semua itu dia pergi meninggalkan kuil. Setelah berjalan kurang lebih lima lie, mulailah hujan mereda.

Samar2 dikejauhan, kurang lebih tiga atau empat lie dari tempatnya, tampak beberapa bangunan diatas sebuah bukit rendah.

Dalam sekejap dia sudah tiba dikaki bukit itu.

Tiba2 dia mendengar suara gemerincingnya suara saling benturnya senjata, ternyata suara itu datang dari balik kaki bukit.

Dia jadi ragu2. yang dicarinya adalah tempat yang tenang untuk melanjutkan tidurnya.

Baru saja Hek Sin Ho ingin meninggalkan tempat itu tiba2 dia melihat sepasang kaki yang menonjol keluar dari semak2 disisi kirinya, dan tidak jauh tampak menggeletak sebatang golok,

Pemandangan itu menimbulkan perasaan ingin tahunya,

Ketika itu Hek Sin Ho telah melihat milik kedua kaki itu tidak lain dari sesosok mayat, yang mukanya telah rusak sekali dan menyeramkan. Dan juga, seluruh sakunya telah dikosongkan;

Ketika Hek Sin Ho berjalan beberapa saat lagi, dibalik bukit itu ternyata terdapat sebuah perkampungan yang bernama Cie Kecung (perkampungan Cie semuanya kosong dan htnya tampak mayat2 belaka yang menggeletak tanpa terlihat seorang manusiapun juga.

Tidak jauh dari tempat itu tampak seorang gadis tengah bertempur melawan empat Orang yang memakai seragam Gie lim kun, tentara pengawal kota raja.

Dengan gusar Hek Sin Ho menyerang hebat sekali kearah keempat Gie lim kun itu, dan dia telah berhasil mematahkan tangan dari salah seorang Gie lim kun. berhasil memotong putus tangan yang lainnya dan menghajar yang seorang lainnya jadi muntah darah.

Dan yang seorang lagi telah dipukulnya di dekat kepalanya sehingga pingsan disaat itu jua,

Tetapi si gadis tiba2 berteriak, karena saat itu telah menyambar tiga golok terbang kearahnya.

Hek Sin Ho terkejut jarak mereka terlalu dekat, karena Gielimkun yang seorang, yang terluka tangannya yang kiri, telah melancarkan serangan menggelap itu, dan disaat itulah Hek Sin Ho mengibaskan tangannya, golok terbang itu menyambar kearah pemiliknya sehingga Gielimkun yang seorang itu kontan binasa.

Setelah itu Hek Sin Ho merangkapkan tangannya memberi hormat.

"Terima kasih atas seruan nona tadi. Sehingga jiwaku tidak perlu terbang meninggalkan ragaku." katanya kemudian.

Tetapi jawaban sigadis membikin dia heran bukan main,

"Hemm." mendengus sigadis, "Apakah kau hendak menonjolkan jasamu, bahwa tadi kau telah menolong aku dan aku belum menyatakan terima kasih? Dan aku kira kita telah sama2 tidak menanggung budi, bukankah tadipun aku telah meneriakimu sehingga golok2 terbang itu tidak mengenai dirimu?"

Hek Sin Ho tertegun. Dia memperhatikan gadis itu yang sesungguhnya tidak terlalu cantik dan sepasang kakinya tidak kecil.

"Nona tentunya kau Cie Siocia, bukan? Mengapa kau begitu gembira? Mungkinkah kau belum mengetahui bahwa rumah tanggamu telah di obrak-abrik musuh dan keluargamu telah dicelakai orang?"

Tetapi dugaan Hek Sin Ho meleset, sigadis bukan menangis terisak2 atau terkejut, justeru tertawa tergelak2.

"Apa katamu? Kurang ajari Keluargaku dicelakai orang? Jangan mimpi kau? Orang yang dapat mencelakai keluargaku belum ada dan tidak akan pernah ada? Jangan sembarangan menggoyangkan lidah!"

"Nona Cie......"

"Siapa nona Cie?" bentak sigadis. "Aku bukan she Cie dan apakah yang telah terjadi diperkampungan ini ?"

Untuk sekian kalinya Hek Sin Ho jadi terkejut.

"Ohhh. jadi nona bukan puteri Cungcu perkampungan ini ? Tadi kukira kau tentu Cie 5iocia. Bolehkah aku mengetahui siapa orang tuamu ?"

"Kau benar2 banyak lagak. Kalau bertanya, lebih baik jangan mutar2 begitu "

Hek Sin Ho benar2 kewalahan menghadapi gadis itu. Tetapi sebaliknya dari marah karena berulang kali dimaki, dia justru merasa tertarik oleh sikap sigadis.

"Baiklah, Bolehkah aku mengetahui namamu?" tanyanya tertawa.

"Aku tidak mau memberitahukan namaku," kata sigadis kemudian.

"Engkau jangan curang, seharusnya kau memberitahukan namamu dulu."

"Namaku sudah sejak enam tahun sudah tidak pernah kupergunakan lagi. Pertama-tama karena kuatir dicelakai orang, dan akhirnya karena aku kuatir jika dengan kepandaianku yang belum sempurna ini aku hanya akan mendatangkan malu keluarga."

Hek Sin Ho diam sejenak, sampai akhirnya dia berkata lagi : "Orang- biasi memanggilku dengan Hek Sin Ho."

Sigadis telah tertawa bergelak2.

"Hek Sin Ho ?" katanya tertawa, "Sungguh tepat dengan mukamu yang tidak putih itu.... hahahahaha"

Biasanya Hek Sio Ho memang tidak senang disebut2 mukanya yang hitam itu, tetapi dia mengerti sigadis polos dan tidak mengandung maksud menghinanya, justru membuat dia tertawa juga. Terlebih lagi dia melihat sikap sigadis yang bebas sedikitpun tidak canggung."

"Karena engkau hanya menyebutkan gelaranmu, maka cukup akupun memperkenalkan gelar anku yang diberikan kawan2, yaitu Pek Bin Ho Lie."

Pek Bin Ho Lie berarti Si Rase bermuka putih, Dan Hek Sin Ho mengerti bahwa Pek Bin Ho Lie bukan gelaran sigadis. melainkan gadis itu memang ingin mengejeknya bergelar Hek Sin Ho.

Sungguh kebetulan, engkau si Rase putih dan aku si Rase hitam. Kau Rase akupun Rase biarpun kau putih dan aku hitam, kita masih sebangsa dan sebagai Rase. tidak heranlah kau senang berkawan dengan Rase." kata Hek Sin Ho tertawa.

Sigadis jadi tersadar bahwa dia telah melakukan kekeliruan. Dengan menyebut dirinya Rase juga, berarti dia memang merupakan sebangsa dengan pemuda hitam itu.

Sebaliknya, dari marah dia telah tertawa.

"Uhhh, siapa yang sudi berkawan denganmu. Melihat kulitmu yang hitam itu, aku jadi takut kalau2 nanti kena lumuran hitamnya."

Hek Sin Ho tertawa dia tidak marah.

"Memang aku tahu bahwa kau takut melihatku, sebab sejak tadi aku melihat wajahmu yang terus menerus pucat." katanya membalas ejekan sigadis.

Wajah sigadis berekah, namun disaat dia hendak berkata2, telah terdengar suara "cit, cit cit" segera tampak seekor tikus kecil berlari dengan cepat sekali dikejar seekor kucing.

Sigadis jadi menubruk Hek Sin Ho dan memegang kedua lengan Hek Sin Ho sambil menjerit ketakutan.

Dalam sekejap saja tikus itu sudah lenyap dibalik rerumputan.

Dia jadi malu sendirinya dan tidak mengucapkan kata2 lagi sambil melepaskan cekalan tangannya dilengan Hek Sin Ho,

Sebaliknya Hek Sin Ho tertawa bergelak2.

"Ternyata lunturan hitam dari kulitku berwarna merah, lihat mukamu menjadi merah." ejeknya.

Gadis itu benar2 mati kutunya. Dan tidak menjawab ejekan Hek Sin Ho, dan karena jengkelnya dia telah menangis

Hek Sin Ho jadi kaget bukan main.

"Sudahlah nona" katanya menyesal. "Aku sungguh menyesal. Harap kau mau memaafkan kesalahanku. Sudahlah, jangan menangis".

Tiba2 terdengar suara rintihan salah seorang Gielimkun, menyadari mereka.Cepat2 Hek Sin Ho menghampiri Gielimkun yang baru tersadar dari pingsannya.

Dia mendesak Gielimkun itu, mengorek keterangannya.

Ternyata pemilik perkampungan itu Cie Hwan telah masuk dalam daftar hitam Dan keempat Gielimkun itu telah merampoknya.

Hek Sin Ho menanyakan dimana Gielimkun itu menyembunyikan harta rampokannya itu, maka diberitahukan oleh Gielimkun yang sudah tidak berdaya dan ketakutan itu, harta rampokan disimpan dibawah kotoran kuda diistal kuda belakang perkampungan itu.

Hek Sin Ho bekerja dengan cepat, harta itu telah dibuntalnya menjadi dua dan kemudian dia menghantam selangkangan Gielimkun itu, menotok beberapa jalan darahnya, memusnakan seluruh kepandaiannya dan baru kemudian berangkat dengan sigadis

Dalam perjalanan, sigadis memperkenalkan dirinya sebagai anggota muda Ang Hwa Hwe yang akan menghadiri pertemuan orang2 gagah di Ho Ke Cung, milik bekas ketua Ang Hwa Hwe didaerah Ouwpak barat laut yang bernama Ho Keng Thian.

Salah seorang yang diundang adalah Cie Hwan, tetapi ternyata kedatangan sigadis terlambat.

Hek Sin Ho memeriksa keadaan korban2 dari keganasan pasukan pemerintah itu, ternyata sudah tidak ada yang bernapas. Maka mereka segera dikuburnya.

Walaupun baru berjumpa, namun mereka merasa cocok dan banyak persamaan watak dari sifat, bergaul bebas,

"Eh hitam", kata sigadis tiba2. "Karena telah bertemu dengan kau disini, walaupun tidak terdapat didalam daftar, aku lancang mengundangmu untuk hadir juga.".

"Mana berani aku menghadiri pertemuan orang2 gagah? Aku mana termasuk hitungan Enghiong?" kata Hak Sin Ho.

"Siapa yang menganggap Kau Enghiong? Aku sudah tahu, kau memang bukan Enghiong, hanya si hitam yang mukanya seperti setan, sangat menyeramkan sekali. Aku mengundangmu hanya menguji mereka yang hadir nanti, untuk menakuti saja, untuk melihat siapa yang penakut."

"Baiklah pucat......" kata Hek Sin Ho.

"Eh, apa kau bilang ? Kau memanggil aku si Pucat ? Ku tampar mulutmu." teriak sigadis.

Hek Sin Ho tertawa, dia lari dikejar sigadis yang tidak dipanggilnya dengan sebutan nona lagi, tetapi Pucat.

Tiba2 disaat mereka tengah saling kejar begitu. Hek Sin Ho telah menunjuk kebawah lembah sambi1 mendengarkan teruan tertahan sigadis juga melihat, dibawah lembah empat orang penunggang kuda menuju keatas bukit.

Hek Sin Ho mengajak sigadis bersembunyi. Mereka tidak menanti lama keempat penunggang kuda ini tiba, Maka mereka mirip satu dengan yang lainnya dan juga tampaknya mereka bengis2 dengan dahi yang sempit menonjol keluar kedepan.

Mereka juga masing2 membawa sebatang golok dengan bentuk tubuh yang kasar.

"Toako, janganlah kita bekerja tanggung? Sebaiknya kita tangkap saja seluruh keluarga Cie untuk diserahkan kepada sumbu sebagai hadiah. Setelah kita memperoleh undangannya untuk membantu pihak pemerintah untuk membasmi pemberontak didaerah ini, maka kedatangan kita sambil membawa hadiah berharga, tentu Sumbu akan gembira sekali".

"Jangan, lebih baik kita mempergunakan lidah kita saja, jika memang gagal, barulah mempergunakan lidah kita saja, jika memang gagal, barulah mempergunakan kekerasan. Disaat itu orang2 didaerah Ouwpak baru mengetahui siapa Hui-ho Susai (Empat Singa dari sungai Hui)".

Hek Sin Ho terkejut, karena Huiho Susay merupakan empat penjahat yang terkenal memiliki kepandaian tinggi dan jahat sekali.

"Engkau dengar apa yang mereka bilang tadi, Pucat? Kini jelas bahwa pihak pemerintah juga telah mengumpulkan jago2 untuk meramaikan pertemuan orang2 gagah Ang Hwa Hwe Sigadis hanya tertawa mendengus. Ketika sampai di muka Cie Ke Cung, keempat Singa itu terkejut sekali. Mereka telah menghunus senjata masing2 dan memeriksa kedalam perkampungan. Dan tidak lama kemudian mereka keluar lagi dengan menggerutu, karena tidak menjumpai sesuatu dan telah didahului orang. Mereka penasaran dan berpencaran untuk mencari kalau2 masih ada keluarga Cie yang hidup.

Disaat itu, Hek Sin Ho memperoleh serupa pikiran, setelah keempat singa itu berlalu ke tempat yang cukup jauh, Bek Sin Ho keluar dari tempat persembunyiannya dan melepaskan tali tambatan kuda, dan mengukir beberapa huruf dibatang pohon itu. Dan lalu dia mengajak sigadis menaiki salah seekor kuda itu.

Sigadis ragu2, tetapi Hek Sin Ho sudah menarik tangan sigadis.

Setelah lari cukup jauh dan aman, Hek Sin Ho baru memperlambat larinya kuda itu.

Tidak lama kemudian mereka telah tiba ditepi sungai Tiangkang. Waktu itu sudah jauh lewat lohor, maka jika mereka hendak mencapai kota Bu Ciang sebelum datang senja, mereka harus cepat menyeberang.

Waktu itu ditempat penyerangan kebetulan agak sunyi dan mudahlah mereka menyewa perahu.

Akhirnya mereka tiba dimuka kota Bu Ciang.

Sigadis hendak langsung mencari rumah Ciu Kian Bin untuk menyampaikan undangan Tan Kee Lok dan baru setelah itu mencari rumah penginapan.

Rumah Ciu Kian Bin tidak sulit untuk dicari, walaupun hampir tidak ada yang mengetahui bahwa dia seorang jago silat yang harus disegani, namun sebagai saudagar barang2 dari besi dan sebagai hartawan yang banyak mengenal, namanya dikenal diseluruh kota.

Ciu Loen ini berusia kurang lebih lima puluh tahun, ternyata sangat ramai.

Tuan rumah telah mengundang mereka bersantap malam dan memaksa untuk bermalam di rumahnya.

Tengah malam tiba, tiba2 Hek Sin Ho melompat bangun dan lari keluar, tetapi setibanya

diluar pintu dia berhenti. Dia menengok kekanan dan kiri bagaikan tengah mencari sesuatu.

Dan tidak lama kemudian dia kembali dengan wajah yang tidak puas, sehingga sigadis heran ; "Apa yang kau cari?" tanyanya.

"Tadi aku telah melihat seseorang yang tidak salah lagi sijahanam she Song. tetapi cepat sekali dia menghilang".

Saat itu mereka tengah berada disebuah rumah makan, sehingga percakapan mereka dapat berlangsung lancar, karena sigadis memang malam itu sengaja mengajak Hek Sin Ho mengelilingi kota untuk melihat2 keadaan.

Tidak lama kemudian mereka telah meninggalkan rumah makan itu untuk pulang kembali kerumah Ciu Kian Bin.

Berhubung dengan adanya peristiwa tadi maka dalam perjalanan pulang mereka berlaku sangat waspada.

Ketika mereka hampir tiba dirumah Ciu Kian Bin. mereka mengetahui ada yang mengikuti. Hek Sin Ho segera memberitahukan sigadis dan merobah haluan.

Mereka sengaja menuju kepintu kota selatan, untuk kemudian keluar dari Bu Ciang.

Di pintu kota orang yang mengikuti bimbang sejenak, tetapi segera sudah berjalan mengikuti kedua muda mudi itu.

Sejenak itu, Hek 5in Ho dan sigadis telah mengetahui bahwa orang itu benar2 telah mengikuti mereka. Dan sengaja telah dipancing keempat yang sepi.

Tetapi setelah tiba diluar kota, mereka tidak bisa mengerjakan sipengikut itu, kare a orang itu tidak mau mendekat.

Setelah berjalan kurang lebih lima lie, diarah depan tampak gerombolan pohon2 yang menghalangi pemandangan.

Mungkin sekali ditempat itu terdapat jalan yang bercagak.

Ternyata memang dibalik gerombolan pohon itu terdapat dua jurus jalur jalan-jalan, sebagai telah diatur, mereka segera memecah diri.

Hek Sin Ho mengambil jalan yang kanan, sedangkan sigadis kekiri.

Tetapi hanya beberapa langkah mereka berjalan, kemudian pula. Mereka mengambil kedudukan dengan seberang menyebrang.

Sementara itu erang yarg mengikuti mereka tadi telah mempercepat langkahnya,

Ketika tidak melihat muda mudi itu, dia cepat2 memburunya sambil berdiri, karena takut kehilangan mereka.

Dengan napas memburu orang itu tiba diantara pohon2 itu.

Tiba2, sebelum dia mengetahui apapun juga disaat itu dia telah disergap dari dua penjuru.

Dan tanpa bisa memberikan perlawanan orang itu diseret gerombolan pohon2.

Orang itu ternyata berkepala batu. Pertanyaan2 Hek Sin Ho sama sekali tidak dijawabnya.

Dengan ilmu menotok yang istimewa dia segera dapat membuat orang itu merintih2 minta diampuoi. Sampai sekian lama dia mendiamkan saja.

Setelah orang itu berjanji akan menjawab semua pertanyaannya, dia membebaskannya dari totokannya.

Ternyata dia seorang buaya darat dikota Bu Ciang, Namanya Pauw Leng Memang dia telah dimanfaatkan pemerintah sebagai mata2. Saat terakhir ini pemerintah memang tengah mempersiapkan banyak mata2nya, sebelum terdengar berita bahwa pemimpin Pek Lian Kauw di An Hui telah digebrak dan kauwcu Lauw Cie Hiap telah ditawan, namun dapat melarikan diri, Hasil penyelidikan menyatakan kauwcu itu kini bersembunyi di Ouwpak.

Keadaan di sekitar daerah Ouwpak jadi tegang dan gawat, karena pemerintah melakukan pengejaran terus.

Selanjutnya sibuaya darat Pauw Leng menceritakan bagaimana hari itu ketika dia sedang berjalan, tiba2 dia ditegur oleh Song Tong leng. Orang she Song itu telah menariknya masuk ke sebuah kedai minuman.

Dia diperintakan mengikuti Hek Sin Ho dan jika itu melaporkan semuanya kepada Song Tongleng itu.

Keterangan seperti itu tentu saja menggembirakan Hek Sin Ho.

Dan kini memiliki pegangan untuk memulai penyelidikannya.

Hanya sampai disitu saja habislah keterangan Pauw Leng. Jelaslah bahwa dia memang tidak mengetahui lebih banyak dari itu.

Dengan mata mendelik dan sikap sangat galak Hek Sin Ho telah mengancam jika buaya darat itu berani membuka rahasia dia akan didalangi untuk dibunuh.

Dengan kegembiraan luar biasa dan mengucapkan terima kasih berulang2, dia telah kembali kekota.

Hek Sin Ho dan sigadis segera berjalan kearah kota.

Dengan mengambil jalai memutar meroka telah kembali kegedungnya Ciu Kian Bin. Tetapi dalam perjalanan Hek Sin Ho mengajak si gadis untuk mengikuti "sibuaya darat Pauw Leng untuk mencari jejak orang she Song.

Dengan mempergunakan ilmu meringankan tubuh mereka bisa lebih dulu dari sibuaya darat.

Hek Sin Ho mengajak sigadis masuk ke sebuah kedai arak didepan pintu kota dan mengamati orang2 yang keluar masuk pintu kota.

Disitulah mereka menantikan tibanya Pauw Leng.

Sudah agak lama mereka menanti, ketika Pauw Leng muncul dipintu kota.

Buaya darat itu lambat sekali jalannya, karena mungkin tenaganya belum kembali seluruhnya.

DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar