-------------------------------
----------------------------
Jilid 5
DENGAN menyalurkan tenaga
dalam yang kuat Ouw Hui sesungguhnya tidak menderita kerugian apa2 dari
benturan serangan yang dilancarkan It Hoa.
Hanya saja, diluar tahunya,
tangan It Hoa beracun, dan racun Tok See Ciang yang ganas itu serentak merembas
kedalam dagingnya.
Untuk beberapa saat lamanya
Ouw Hui belum merasakan apa2 dari serangan itu, tetapi setelah bertempur lagi
beberapa jurus, tiba2 dia merasakan bahunya gatal dan agak kaku.
Segera juga Ouw Hui mengetahui
bahwa dia telah terkena serangan racun.
Disaat itu gerak geriknya
masih tetap lancar dan leluasa, itulah berkat kesempurnaan Iwekangnya.
Dengan tenaga dalam yang kuat
itu, dia berhasil mencegah menjalarnya racun, mencegah mengganasnya racun itu
kedalam pembuluh2 darahnya, walaupun hanya akan berlangsung dalam batas2
tertentu saja.
Namun Ouw Hui juga merasa
menyadari bahwa daya tahan itu tidak dapat dipertahankan terus menerus, Lambat atau cepat tenaganya akan berkurang,
dan yang terutama sekali ototnya akan menjadi kaku dan akhirnya dia akan rubuh
sendirinya walaupun belum sampai terpukul oleh musuh.
Sesungguhnya dia memiliki obat
mustajab yaitu pil yang dibuat dari sari bunga Swatlian (teratai salju) yang
hanya terdapat dipegunungan Thiansan.
Cara pembuatan obat itu telah
diperolehnya dari kitab Yo Ong Sin Pian, yang juga menyebutkan bahwa obat itu
dapat memusnahkan segala jenis racun yang umum.
Tiraikasih Website
http://kangzusi.com/ Selanjutnya kitab
itu juga menyebutkan bahwa sayang sekali bunga Swatlian itu tidak mudah
diperoleh.
Kebetulan sekali Ouw Hui
tinggal dikaki pegunungan Tkiansan. dan sering pula memburu di sana.
Oleh sebab itu, maka dia telah
beberapa kali menemukan bunga yang luar biasa itu dan bisa membuat pil2 manjur
mustajab itu' Hanya saja sayangnya, cara
pengobatan keracunan Tok See Ciang tidaklah cukup menelan pil2 Swatlian saja,
dia harus pula beristirahat sambil mengerahkan pernapasannya dengan cara
bersemedi.
Kalau tidak, akan sia2 saja
dia menelan pil itu. Kini dia tengah melakukan pertempuran mati2an dan tidak
ada waktu untuk dia menuruti aturan cara pengobatan itu.
Apa dayanya sekarang? Benar2 Ouw Hui murka sekali, dia menghadapi
jalan buntu dan terjepit.
Agaknya kematiannya sudah
tidak terelakkan pula dari mati percuma, lebih baik dia membawa serta beberapa
orang musuhnya untuk meng hadap raja akherat.
Tetapi kalau dia mati sebelum
musuhnya, atau terbasmi semuanya, keadaan keluarganya tentu akan menjadi lebih
berbahaya sekali.
Seorang diri Kim Bian Hud
tentu akan menghadapi tugas yang jauh lebih berat lagi untuk menghadapi musuh2
mereka yang memang memiliki kepandaian tinggi dan cukup sempurna itu.
Dengan pertimbangan seperti
itu, karena putus asa, dia menjadi nekad.
Dalam perhitungannya, dia
masih dapat mem pertahankan diri selama kurang lebih lima puluh jurus lagi dan
Waktu itu hendak dipergunakan sebaik mungkin.
Kini dia telah merobah cara
berkelahinya Tidak lagi dia menghiraukan
serangan2 musuh, yang diutamakan adalah menyerang, dan terus saja dia
melancarkan serangan2 yang kian lama kian hebat.
Dengan tujuan membinasakan
lawan2nya sebanyak mungkin, Ouw Hui telah mengeluarkan ilmu simpanannya dan
dalam waktu yang cepat sekali dia berhasil mendesak hebat lawan2nya itu.
Ouw Hui telah
memperhitungkannya, kalau saja dia berhasil membinasakan sebagian dari belasan
lawannya, maka Kim Bian Hud seorang diri dapat menyelesaikan sisanya dan
bolehlah dia mati dengan mata yang meram dan hati rela.
Diluar dugaannya, Kim Bian Hud
sendiri sedang menghadapi bahaya yang tidak ringan.
Para Gie Cian Siewie yang
tengah dilawannya itu telah memperoleh bekal semacam senjata rahasia yang
d'Saat itu benar2 masih merupakan barang baru bagi orang2 di Tionggoan.
Diistana Kaisar Kian Liong,
disaat itu ada seorang pendeta Katholik dari sekte Jesuit yang bekerja sebagai
akhli ilmu falak. Di Eropa sendiri sekte Jesuit itu sangat tidak disenangi ke
lena terlalu senang mencampuri politik, bahkan seringkalt mempergunakan Cara2
yang bukan semestinya untuk mencapai tujuan mereka.
Disaat itu sekte Jesuit telah
menjadi sebiuah organisasi terlarang diseluruh Eropa, Tiraikasih Website
http://kangzusi.com/ Tetapi walaupun
demikian, tidaklah dapat disangkal, bahwa banyak sekait diantara tokoh2 kaum
itu terdapat orang2 yang sangat pandai dan cerdas. Dcmiisianpun halnya dengan
pendeta yang bekerja sebagai akhli falak itu,
Disamping memiliki keakhlian dalam ilmu tersebut, sebagai seorang
anggota sekte Jesuit, orang-orang itupun berpengetahuan luas sekali dalam
bidang mempergunakan racun dan obat bius.
Dan kini, Senjata rahasia yang
dipergunakan oleh salah seorang Gie Cian Siewie itu terhadap Kim Bian Hud
adalah semacam obat pembius buatan pendeta itu, yang disimpan dalam sebilah
tabung, yang dipergunakannya dengan disemprotkan kepada musuh.
Mungkin sekali itulah zat yang
kini umumnya kita kenal dengan nama Chloroform.
Jika dia diserang dengan
senjata rahasia a-tau dengan benda cair, bagi Kim Bian Hud ti dak sulit untuk
menghindarinya. Tetapi zit yang disemprotkan itu tidak mungkin dikelit, karena
seketika berada diudara bebas, berobahlah zat itu menjadi gas dan memenuhi
udara disekitarnya.
Dengan terkejut Biauw Jin Hong
merasakan bagaikan disetiap saat dia akan jatuh pingsan seperti dikuasai oleh
semacam pengaruh yang tidak tampak olehnya.
Seketika itn juga Biauw Jin
Hong menger ti bahwa itulah disebabkan semprotan siewie ta di.
Cepat2 Biauw Jin Hong
mengerahkan lwekangnya sambil menutup hidungnya.
Selain itu diapun mengibaskan
kedua buah lengan bajunya untuk membersihkan udara di sekelilingnya dari
pengaruh gas itu.
Untunglah bagi Biauw Jin Hong,
bahwa sie wie itu sendiri juga masih asing akan senjata baru itu dan belum
begitu mengerti bagaimana cara mempergunakannya.
Selain itu, diapun agak takut
terhadap Kini Bian Hud, sehingga serangannya tadi hanya dilakukannya dari jarak
agak jauh.
Oleh sebab itu, maka gas yang
tersedot oleh Kmi Bian Hud tidak seberapa dan tidak cukup untuk merubuhkaonya,
aehingga Kim Bian Hud berhasil mengerahkan Lwekangnya. yang sangat kuat sekali.
Kalau saja siewie itu berani
mendekati ketika menyemprotkan Zat itu, tentu Kim Bian Hud sudah akan rubuh
tidak akan sadarkan diri.
Walaupun demikian, bahaya yang
dihadapi Kim Bian Hud tidaklah kecil ketika itu.
Pengaruh gas pembius itu masih
terasa juga Pikirannya tidak dapat
dipusatkan pula se dangkan kaki dan tangannya menjadi lemah.
Kenyataan ini juga diketahui
oleh para pengepungnya. Mereka ramai2 mendesak maju agar bisa melancarkan
pukulan2 dari jarak lebih dekat dan tahu2... mereka juga menjadi terhuyung
seperti Kim Bian Hud.
Itulah suatu kejadian yang tak
pernah diduga dan suatu akibat dari kurang pengetahuan mereka tentang zat itu.
' Kibasan lengan baju Kim Bian Hud itu
telah membuyarkan gas itu disekelilingnya, keempat penjuru dan para siewie yang
saling menerjang maju itu umumnya telah menghirup udara yang mengandung gas
itu.
Bagi Kim Bian Hud, peristiwa
tersebut merupakan suatu pertolongan yang tidak ternilai harganya.
Musuh2nya yang umumnya
memiliki lwe-kang tidak sekuat dia, tentu saja harus menderita akibat yang jauh
lebih besar.
Sesaat kemudian Kim Bian Hud
sudah dapat bernapas dengan biasa lagi, sedangkan kaki dan tangannya sudah
tidak lemas lagi, berhasil digerakan seperti semula.
Tiraikasih Website
http://kangzusi.com/ Benar2 Kim Bian Hud
diliputi kemarahan yang tidak terhingga atas terjadinya persoalan tersebut-,
dan disaat itu segera juga dia yakin kalau dia tidak bisa cepai2 merebut
kemenangan tentu keselamatan keluarganya akan hancur dan terancam.
Disaat itu, terbukalah waktu
yang sangat baik baginya.
Sebagian dari musuh2aya itu
yang tadi sangat bernafsu maju telah menghirup gas beracun itu dan kini masih
terhuyung bagai kan setiap saat akan rubuh sendiri.
Yang berada dibelakang tidak
terkena begini berat dan saat itu sudah dapat berdiri dengan tetap pula.
Kesempatan itu tentu saja
tidak disa2kan Oleh Kim Bian Hud.
Dengan sekali bergerak secepat
kilat, dirubuhkannya enam orang yang terdekat dengannya Kemudian perhatiannya
dialihkan kepaJa sisa pengeroyoknya itu, yang berjumlah empat orang.
Disamping itu, pertempuran
antara Ouw Hui dengan Hoig It Hoa serta kawannya, juga sudah meperlihatkan
perobahan.
Jika tadi karena masih
memikirkan keselamatan jiwanya sendiri, Ouw Hui jadi sukar mem peroleh
keterangan, kini nekad sebentar saja, dia sudah bisa membuat lawan2nya menjadi
sibuk bukan main.
Dengan ilmu goloknya yang
tiada taranya didunia ini, dia telah menghujani lawangnya itu dengan serangan2
yang gencar dan ber-tubi2.
Sia2 belaka saja musuh2nya itu
berusaha mengambil alih pimpinan jalannya pertempuran itu karena serangan-yang
dilancarkan oleh Oiw Hui memang sangat hebat dan gencar sekali, setiap kali
mereka tetap sudah didahului lawannya hanya seorang ini Disamplng itu, merela juga sangat rejan
sekali terhadap golok Ouw Bui, yang Sudah terbukti ketajamannya.
Mereka tidak berani menangkis
serangannya, tetapi dengan demikian golok Ouw Hui jadi dapat bergerak kesegala
penjuru dengan bebas sekali, dan serangannya jadi semakin gencar.
Kini tahulah mereka, bahwa
harapan mereka satu2nya ialah agar racun Tok See Ciang itu bekerja selekas
mungkin.
Tetapi sia2 belaka harapan
merela itu. Berkat Iwekargnya yang memang telah sempurna. Ouw Hui dapat
menghambat menjalarnya racun Itu.
Memang benar bahu kirinya
terasa kaku dan lengannya yang kiri hampir tidak dapat digerak kan, tetapi
kenekadannya dan amarahnya mem buat gerakan golok ditangan kanan itu menjadi
lebih hebat dari yang Sesungguhnya.
Hal itu disebabkan karena Ouw
Hui benar2 telah mengeluarkan kepandaiannya yang sesung guhnya dalam
melancarkan serangan2 yang me matikan.
Kalau mereka dapat bertahan
terus sampai kurang lebih tiga atau empat puluh jurus lagi, akhirnya Ouw Hui
tentu akan rubuh juga.
Tidak mungkin Ouw Hui akan
sanggup me nahan terus bekerjanya racun itu untuk selama-nya.
Tetapi agaknya lebih tidak
mungkin pula, bahwa mereka akan dapat bertahan sampai tiga puluh jurus terhadap
serangan2 golok Ouw Hci, karena pada saat itu saja napas mereka sudah mulai
memburu keras dan keringat membasahi sekujur tubuh mereka.
Keadaan orang2 Ceng Cong Pai
dan orang2 Swat Hong Sancung itu dengan cepat sudah men jadi semakin buruk
keadaannya, beberapa orang diantara mereka yang tenaganya paling lemah, sudah
hampir tidak kuat untuk mengangkat sen jata mereka lagi.
Dipihak lain, karena harus
berlomba dengan sang waktu, maka Ouw Hui mengeluarkan selu ruh kepandaiannya
dan serangannya semakin la ma menjadi semakin dahsyat.
Tiraikasih Website
http://kangzusi.com/ Angin goloknya
telah men-deru2 menerjang kesegala penjuru, dan membuat lawan2nya itu su lit
bernapas.
Ternyata terjangan angin
serangan golok Ouw Hui, yang disertai dengan tenaga dalam di tingkat yang
tertinggi, membuat dada mereka seperti tertindih oleh benda berat.
Lewat lagi lima jurus,
terdengarlah suara jeritan yang mengerikan sekali, disusul rubuhnya tubuh
seseorang diantara sute2nya Hong It Hoa.
Benar2 peristiwa itu sangat
mengejutkan.
Tadi baru Ouw Hui tengah
melancarkan se rangan kearah Touw Peng Liang dengan tipu Hwai Tiong Po Gwat,
setelah beberapa kali, belasan tahun yang lalu Ouw Hui berhasil meru buhkan
musuhnya dengan serangan yang hebat ini yang bisa juga dipergunakan sebagai
serangan gertakan belaka, dengan serangan lanjutannya yang ber sungguh2 dan
bernama Geng Bun Po Pit Bun Tiat San, atau langsung dipergunakan sebagai
serangan sungguh2, maka tipu serangannya itu sudah menjadi buah bibir kaum
kangouw di Tionggoan.
Juga Touw Peng Liang sudah
mengetahui perihal ini dan diapun sudah membawa sikap yang ber-hati2 untuk
melayaninya atau menghindarkannya.
Semua orang menduga bahwa
kalau serangan itu dilakukannya sebagai serangan gertakan, serangan susulannya
tentu adalah Geng Bun Po Pit Bun Tiat San.
Tetapi diluar dugaan
mereka-sekali ini me reka justru harus menyaksikan sesuatu yang jauh lebih
bebat dari serangan susulan yang sudah diketahui itu.
Di waktu Peng Liang
bersiap-siap setelah me lompat mundur menghindarkan diri dari serangan Ouw Hui,
tiba-tiba Ouw Hui justru memutar tubuhnya sambil melompat tinggi sekali.
Lalu dari atas. dia
melancarkan serangan ke pada adik seperguruan Hong It Hoa yang malang nasibnya
itu.
Serangannya yang mirip dengan
tipu serang an Hui Liong Tai Thian atau (Naga Terbang Ke langit), salah satu
serangan yang terlihay dari Hang Liong Sip Pat Ciang dari kaum Siauw Lim Sie.
Inilah memang suatu
keistimewaan dari Ouw Ke To Hoat, yang selalu dapat diberikan penam bahan
tipu-tipu serangan istimewa yang dipetiknya dari ilmu perguruan lain.
Belasan tabun yang lalu dalam
pengembaraannya, Ouw Hui pernah menolong jiwa beberapa orang murid kesayangan
Tai Ho hwcehio pemimpin kaum Siauw Lim Sie disaat itu. Untuk membalas budinya,
Hweshio berilmu tinggi itu telah menurunkan tipu serangan istimewa itu ke
padanya.
Hang Liong Sip Pat Cang
sesungguhnya ialah ilmu silat tangan kosong, tetapi pukulan2 ilmu itu selalu
dilakukan dengan tangan terbuka, dan yang dipukulkan adalah sisi telapak
tangan.
Oleh sebab itu, maka serangan2
Hang Liong Sip Pat Ciang memang dasarnya sudah mirip de ngan bacokan2 golok,
sehingga setelah dapat me nvelami inti sarinya dan memahaminya, dengan mudah
Ouw Hui dapat memasukkannya kedalam ilmu goloknya sendiri.
Serangan yang tidak terduga
itu tentu saja tidak keburu dikelit pula oleh adik seperguruan Hong It Hoa.
Dia masih berusaha membela
diri dengan mengangkat pedangnya untuk menangkis, tetapi siasia saja golok Ouw
Hui membelah tubuhnya setelah lebih dulu memutuskan pedang orang itu- Peristiwa tersebut tentu saja mengejutkan
hati para pengeroyoknya dan keterkejutan mereka itu ternyata sangat merugikan
mereka sendiri Untuk sejenak mereka
tertegun dan agak Je ngah.
Sikap lengah reperti itulah,
yang hanya ber langsung selama beberapa detik saja, cukup sudah bagi Ouw Hui
untuk merubuhkan beberapa orang lagi.
Tiraikasih Website
http://kangzusi.com/ Ilmu meringankan
tubuh Pek Pian Kwie Eng, yang sudah dipelijari Ouw Hui dengan sem purna,
memberikan kemungkinan kepadanya un tuk bergerak secepat kilat.
Terlebih lagi, setelah
bertempur sekian lama dia sudah mengetahui siapa diantara lawan2nya yang
terlemah kepandaiannya Dalam sekejap
mata dia sudah berhasil memperkecil jumlah lawannnya yang kini hanya ber jumlah
lima orang.
Kini jauh lebih ringanlah
pekerjaannya.
Semangat Ouw Hui jadi semakin
bertambah dan terbangun dan serangan2 nya juga semakin keras.
Kelima orang lawannya itu
tentu saja menjadi semakin sibuk, tetapi karena yang masih ke tinggalan itu
justru yang terhebat kepandaiannya maka tidak mudah baginya untuk merubuhkan
mereka semua.
Demikianlah pertempuran itu
berlangsung terus.
Golok Ouw Hui me-layang2
kebelakang, kedepan, kekiri dan kekanan, dan keatas atau dengan cepat berobah
kebawah, bagaikan ratusan kilat saling simbar menyambar orang2 itu.
Baru sekali ini mereka melihat
ilmu silat yang demikian hebat dan kecepatan bergerak yang begitu menakjubkan
sekali.
Mereka memang semua sudah
mengerti, bahwa Ojw Hui berkepandaian sangat tinggi, tetapi perkiraan mereka
itu ternyata masih jauh dibawah dari kenyataannya.
Diantara mereka itu, yang
sangat heran dan juga sangat kuatir aialah Hong It Hoa sendiri.
Dia benar2 tidak mengerti,
mengapa racun Tbk See Ciang dari pukulannya itu masih belum bekerja .
Biasanya orang tidak bisa
bertahan lebih lama dari dua puluh jurus setelah terkena racun tersebut.
Mengingat bahwa Oaw Hui
memiliki Iwe-kang yaig sempurna, dia telah menduga akan lebih lambat ssdikit bekerjanya
racun itu. Tetapi terlambatnya itu tidak akan selambat seperti itu.
Kini sudah hampir lima puluh
jurus mereka bertempur sejak pukulannya yang beracun itu mengenai sasarannya,
tetapi Ouw Hui masih tetap segar dan dapat bertempur dengan gagah perkasa.
Dalam saat itu jumlah kawan2
Hong It Hoa sudah berkurang pula.
Dari pihak perguruannya kini
hanya tinggal dia seorang, sedangkan dari orang2 keluarga Touw sat Kauw itu
hanya masih tertinggal Peng Liang dan seorang paman gurunya.
Hati ketiga orang itu
sesungguhnya sudah ciut sekali.
Mereka menysdarinya bahwa
dengan mengadu senjata mereka tetap bukan tandingan musuh besar itu.
Tetapi mereka mengetahui bahwa
musuh itu sudah terkena pukulan beracun, dan pasti akan tiba saatnya bahwa
musuh itu akan habis daya perlawanannya dan mudah dibunuh.
Saat itulah yang mereka
nantikan dan nafsu membalas dendam yang sudah lama dikandung mereka telah
memberikan dorongan untuk bertahan terus sedaoat mungkin, sambil menanti kan
saat yang diharapkan itu.
Bukankah kalau mereka
melarikan diri. musuh besar itu akan memiliki kesempatan berobat dan bukankah
selanjutnya mereka tidak akan sanggup membalas sakit hati mereka yang sedalam
lautan itu.
Tiraikasih Website
http://kangzusi.com/ Hampir sepuluh
jurus lagi telah lewat, keadaan musuh2 Ouw Hui sudah semakin menyedihkan
sekali.
Napas mereka sudah memburu
ksras, pakaian mereka sudah basah kuyup dengan keringat bercampur darah, karena
tubuh mereka sudah terlukakan oleh ujung golok Ouw Hui dibeberapa tempat dan
bagian ditubuh mereka.
Tenaga mereka sudah benar2
hampir habis, sedangkan Oaw Hui masih tetap tampak gagah sekali.
Hong It Hoa dan kedua kawannya
itu menjadi putus asa.
Mereka juga menyesal, bahwa
tidak siang2 mereka melarikan diri.
Kini, jika mereka ingin meloloskan
diri, jangan harap mereka dapat melarikan diri dari tangan Ouw Hui.
Sudah tidak ada pilihan lain
lagi bagi mereka kecuali menyerah kepada penentuan nasib sambil berusaha
bertahan sedapat mungkin mem pergunakan sisa2 tenaga yang masih mereka miliki.
Tiba2 mereka jadi lebih
terkejut pula, dise belah sana terdengar Kim Bian Hud membentak biberapa kali
dan setiap bentakanrya itu selalu disusul oleh suara teriakan kesakitan
bercampur ketakutan setengah mati.
Dalam kesibukan mereka sendiri
menghadapi golok Ouw Hui, mereka tentu saja tidak ber» m mei.oleh kearah lain.
Tetapi suara2 itupun sudah tidak akan salah lagi, bahwa suara terse-but pasti
merupakan suara kawan2 mereka.
Sekarang yakinlah mereka bahwa
harapan meresa sudah kandas dan habis sama sekali.
Disaat itu mereka telah
melepaskan harapan mereka itu, terjadilah sesuatu yang tidak tef duga, tetapi
telah mereka harapkan sejak sekian lama.
Ketika Ouw Hui tengah
melancarkan sera ngan dahsyat, yang agaknya tidak akan dapat di hindarkan pula
oleh Hong It Hoa, se-konyong2 goloknya itu turun dan terlepas dari tangannya,
Ke mudian Ouw Hui terhuyung2 beberapa langkah dan rubuh sambil merintih
perlahan.
Akhirnya tidak dapat pula Ouw
Hui menahan pengaruh racun yang ganas itu.
Masih untung, bahwa ketiga musuhnya
ketika itu sudah hampir kehabisan tenaga, pikiran mereka sudah tidak terang
rugi dan penglihatan mereka jaga sudah kabur.
Karena itu rrereka tidak bisa
segera menya dari perobahan mendadak itu. Sesaat mereka telah berdiri bingung
mematung.
Memang aneh jiwa manusia.
Kalau kita sudah lama
mengharapkan sesu-itu yang tidak Kunjung tiba, dan yang diharapkan itu lalu
muncul dengan mendadak, umumnya kita tidak dapat mempercayai mata kita sen diri
dan sering pula kita tidak bisa segera mengerti apa yang harus kita lakukan
ketika itu.
Demikianlah peristiwa seperti
itu telah terjadi didiri ketiga orang itu, tiga musuh besar Ouw Hui, ying
karena itu jadi membuang kesem patan sebaik itu.
Lewat beberapa saat lagi
mereka baru tersadar, bahwa inilah yang mereka harap2kan sejak tadi.
Hati mereka melompat
kegirangan. Lupalah mereka akan keletihan mereka.
Dengan bernafsu sekali mereka
telah saling terjang untuk menghabiskan jiwa musuh besar itu.
Masing2 tidak mau mengalah dan
hendak memotong kepala Ouw Hui dengan tangan mereka sendiri.
Tiraikasih Website
http://kangzusi.com/ Tidak seorargpun
diantara mereka rela membiarkan yang lain mengecap kepuasan dapat mef
laksanakan pembalasan dendam itu.
Touw Peng Liang sudah lebih
dulu bisa mendekati Ouw Hui, yang menggelatak ditanah dengan tidak sadarkan
diri itu.
Tetapi, ketika dia mengangkat
pedangnya untuk menabas batang leber Ojw Hui, tiba2 Hong It Hoa menangkis
pedangnya. Putera Hong Jin Eng ini menganggap dirinya lebih berhak dari yang
lain2nya dalam mengambil jiwa Ouw Hui.
Tindakannya itu tentu saja
mengejutkan dan membangkitkan amarah rouw Peig Liang dan paman gurunya.
Kedua orang itu berbalik
dengan mata yang mendelik dan agaknya kedua orang tersebut akan mencaci -It
Hoa.
Sudah pasti akan terjadi
pertengkaran diantara mereka sendiri, jika bukan disaat itu tiba2 tampak dua
sosok tubuh melayang kearah mereka serta melancarkan serangan.
Peng Liang merasakan angin
dingin menyambar kearahnya.
Cepat2 dia telah
mengelakkannya kesam-ping dan sebatang pedang melayang disamping tubuhnya,
nyaris memutuskan bahunya.
Dengan cepat dia mengangkat
pedangnya un tuk membalas serangan itu, tetapi sesaat kemudian dia menjadi
terkejut sekali.
Sebatang pedang pendek, atau
sebilah pedang panjang, beikelebat cepat sekali seperti kilat.
Dan disaat itu, tahu2
pedangnya suduh ting gal hanya gagangnya saja, dan sebelum kagetnya itu lenyap,
tiba2 pedang yang baru lewat disam-ping tubuhnya itu melayang balik, mengarah
ke dua kakinya.
Peng Liang berusaha untuk
menghindari diri dari serangan itu, dia berusaha melompat ke atas.
Dalam keadaan biasa dia tentu
akan dapat berkelit dari serangan itu walaupun datangnya secara tiba2 dan cepat
sekali.
Kepandaian Peng Liang menang
sudah tinggi sekali, tetapi disaat itu dia barj saja melaku kan pertempuran
yang menghabiskan seluruh tenaganya. Dengan sendirinya kini gerakannya jadi
lambat dan dia sudah tidak berdaya sekali. Lompatannnya jadi lambat dengan
mengeluarkan suara teriakan yang menyerupai jerit kematian mengerikan, tubuh
Peng Liang rubuh tanpa memi liki kaki pula.
Paman guru Peng Liang telah
melibat bahaya yang mengancam diapun sudah berusaha untuk menolongnya. Teta pi
diapun memiliki gerakan yang lambat, karena diapun tengah kehabisan tenaga. Dan
dengan sendirinya Peng Liang harus menerima nasibnya.
Paman guru itu, Lie Sat Hauw,
segera mero bah gerakan pedangnya. Dia telah berusaha men dahului menyerang
sebelum musuh baru itu dapat menarik kembali pedangnya. Juga dia harus
mengalami keterkejutan pula, karena begitu tersentuh pedang pendek musuh,
pedangnya segera putus terpotong.
Untung baginya bahwa benturan
itu terjadi didekat ujung pedang sehingga sisa yang masih berada ditaogannyaitu
tetap bisa dipergunakan sebagai senjata.
Setelah adanya pengalaman
seperti itu, dia jadi iebih berhati2, tenaganya tidak mengijin-kan pula dalam
sekejap mata dia sudah terdesak hebat, bahkan setiap saat bisa rubuh diujung
sen jata lawannya.
Didekat mereka, Hong It Hoa
juga tengah bertempur dengan seorang lawan baru.
Beda dengan kawannya, dia
mendapatkan seorang musuh yang gerak geriknya tidak begitu cepat dan tenaganya
juga tidak besar. Karena itu dia bisa mengimbangi serangan2 lawannya.
Tiraikasih Website
http://kangzusi.com/ Yang datan?
menyerbu ketiga orang itu, calon penbunuh Ouw Hui, memang tidak lain dari si
kembar Cie Beng dan Cie Jin.
Dengan tenaganya yang masih
segar. Cie Jin dengan mudah dapat merubuhkan Peng Liang, yang sudah diliputi
keletihan, dan bisa pula membuat Lie Sat Houw dengan cepat menjadi terdesak
hebat. Kalau mereka masih sama2 segar, tentu tidak semudah itu hasil yang
diperoleh Cie-Jin.
Pertempuran antara Cie Beng
dan It Hoa sebaliknya berjalan dengan berimbang.
Memang sesungguhnya kepandaian
mereka ku rang lebih setingkat.
Dan keadaan mereka juga memang
serupa. It Hoa sudah hampir kehabisan tenaga, sedangkan Cie Beng telah
menderita luka didalam, sehingga tenaganya sudah tidak ada.
Berlangsung beberapa saat
lagi, tiba2 Cie Beng terhuyung2 dan jatuh sambil memuntahkan darah, tepat
disaat Cie Jin telah berhasil merubuhkan Lie Sat How, yang jatuh dengan
berlumuran darah dan kehilangan sebelah tangannya.
Luka Cie Beng karena pukulan
siewie pembakar rumah itu seseagguhnya tidak terlalu berat.
Walaupun demikian, seharusnya
dia beristirahat dulu dan.tidak boleh mengeluarkan tenaga, terlebih lagi
melakukan pertempuran.
Tetapi melihat gurunya
terancam maut tentu saja dia tidak dapat berpeluk tangan dan ber sama2 dengan
adiknya dia telah memaksakan diri untuk menyerbu musuh.
Pengerahan tenaga untuk
melawan musuh i-ta telfh menyebabkan dnahi.ya mengalir lebih deras dan cepat,
sehingga luka didalzmnya itu jadi berian bah parah dm berat, maka jatuhlah dia
dengan memuntahkan darah.
Alangkah terkejutnya Cie Jin,
yang ketika itu sudah siap membantu kakaknya membereskan musuh yang tinggal
seorang itu.
Sudah menjadi rahasia umum,
bahwa Cinta antara saudara kembar umumnya lebih mendalam dari persaudaraan
biasa. Kitapun sudah mengeta hui bahwa cinta yang terlalu besar seringkali
menimbulkan kekuatiran yang ber lebih2an, jika melihat orang yarg dicintai itu
merderita sesuatu.
Dalam hal ini Cie Jin juga
bukan terkecua li, seketika itu juga dia melupakan keadaan disekelilingnya dan
dengan perasaan yang tidak dapat dilukiskan, dia telah menubruk kakaknya.
Untuk kedua kalinya Hong It
Hoa lolos dari lobang jarum. Kalauu memang bukan tertolong peristiwa yang sama
sekali tidak terduga itu, jiwarya tentu sudah menyusul kawan2nya yang sudah
mendahuluinya menghedap kepada Giam Lo Ong.
Sungguh girang It Hoa, karena
tidak ada yang merintangi pula baginya uniuk membalas rasa sakit hatinya kepada
Ouw Hui.
Ingin sekali dia cepat2
melompat kearah musuhnya itu yang menggeletak ditanah kurang lebih tiga tombak
dari tempatnya berdiri. Tetapi, ka-kinya tidak Sanggup melaksanakan keinginan
hatinya, bahkan lari pula sudah tidak kuat.
Berjalanlah dia mendekati
tubuh musuhnya itu.
Kini sudah tinggal tiga
langkah lagi sebelum dia dapat membacokan pedangnya.
Sementara itu Cie Jin masih
memeluki kakaknya yang sudah pingsan sambil me-manggil2 nya dengan suara yang
mencerminkan kesedihan yarg tidak terkira.
Seulas senyum puas menghiasi
bibir It Hoa.
Tiba2 dibelasangnya terdengar
suara bentakan ”Bangsat ! Jahanam ! Binatang l Jangan ganggu ayahku !” Bentakan itu kemudian disusul serangan ke
arah punggungnya Tiraikasih Website
http://kangzusi.com/ Dengan terkejut It
Hoa berbalik.
It Hoa menduga Cie Jin telah
mengetahui maksudnya dan kini datang memburu. Dalam kegirangannya vang me-luap2
karena melihat kesempatan terakhir itu, otaknya tidak dapat menangkap maksud
kata2 yang masuk kedalam te linganya, yaitu bahwa sipenyerang tadi menyebut Ouw
Hui sebagai ayahnya.
Sipenyerang bukan lain dari
Ouw Ho, bersama dengan ibunya dan Peng Ah Sie, dia telah mengikuti jalannya
pertempuran itu dengan hati yang tergoncang.
Tadi, ketika melihat ayahnya
rubuh, dia su dah hendak melompat maju untuk menyerbu ke dalam gelanggang
pertempuran.
Tetapi kedua saudara Cie telah
mendahuluinya.
Hatinya telah jadi lega ketika
melihat bahwa kedua suhengnya itu dengan cepat berhasil menguasai keadaan.
Namun kegembiraan itu ternyata
hanya berlangsung sebentar, karena lewat beberapa saat lagi dia harus
menyaksikan, bagaimana Cie Beng rubuh, Cie Jin juga melupakan segala apa dalam
kecemasannya. Ketika melihat Hong It Hoa setindak demi setindak menghampiri
ayahnya, dia tentu saja tidak dapat berdiam diri lagi.
Yok Lan dan Peng Ah Sie
berusaha merintanginya. tetapi sudah terlambat.
Ketika itu Ouw Ho sudah
melompat maju kedepan dan sebagai seorang anak yang memiliki kepandaian ilmu
silat, jelas Ouw Ho dapat meninggalkan Yok Lan dan Peng Ah Sie yang memang
tidak mengerti ilmu silat.
Betitulah Ouw Ho tiba
dibelakang Hong It Hoa, yang serta merta telah diserangnya.
Yok Lan tentu saja jadi kuatir
sekali, dia mengetahui betapa besar bahaya yang tengah di hadapi Ouw Ho dengan
sikapnya itu.
Sebagai seorang ibu yang hanya
memiliki seorang anak seperti itu, kasih sayangnya kepada sianak tentu saja
besar sekali dan karena cintanya, maka kekuatirannya kalau anaknya akan
mengalami bencana dan bahaya itu terlampau berlebihan.
Belum apa2 dia sudah
membayangkan bagai mana anaknya rubuh terkulai dengan bermandikan darah, jatuh
sebagai korban keganasan tangan musuh yang kejam.
Pikirannya jadi kacau dan
dalam gugup dan kebingungan sepertii itu dia hanya dapat berdiri mematung saja
tanpa bisa mengeluarkan sepatahkata. Ketika telah lewat beberapa saat lamanya
dia sudah bisa mengatasi goncangan harapannya Untuk melalukan pembalasan Sakit
hatinya dan tentu juga akan habis riwayatnya.
Didalam hatinya dia merasa
sayang kini dia sudah harus mati sebelum bisa mewujudkan cita ta2nya
membalaskan sakit hati ayah dan guru nya.
Kalau saja dia belum kehabisan
tenaga, memang tidak sulit baginya untuk melarikan diri untuk kemudian per
lahan2 menghimpun sahabat2 nya lagi dan datang pula untuk menggempur musuh2nya
tersebut.
Tetapi apa daya, justru semua
itu hanya suatu cita2 kosong belaka.
Disaat itu, tiba2 Hong It Hoa
merasakan tangannya dijambret sianak kecil muka hitam itu dan seketika itu
berkelebatlah suatu akal dalam pikirannya.
Itulah kekeliruan Ouw Ho yang
masih tidak merriliki pengalaman.
Setelah tadi dia mendapatkan
kenyataan babwa pukulan2nya tidak bisa merubuhkan lawannya, seharusnya dia
mengerti bahwa tenaganya belum cukup untuk mengimbangi musuhnya tersebut.
Dengan timbulnya keyakiran
itu, timbulah Ingatan untuk merampas senjata musuh, yang segera juga dilakukan
oleh Ouw Ho.
Tiraikasih Website
http://kangzusi.com/ Kalau saja tenaga
Ouw Ho sudah cukup besar, memang seketika itu dia tentu sudah ber hasil merampas
senjata musuh, untuk kemudian dipergunakannya untuk merubuhkan musuh itu
sendiri.
Tetapi dengan tenaganya yang
masih terbatas seperti itu, percobaannya sia2 belaka, bahkan menguntungkan
pihak lawannya.
Memang sungguh lebih berpaedah
jika dia terus menyerang dengan tangan kosong saja dan menarik keuntungan dari
kelincahannya. Dengan demikian dia akan dapat terus menerus merinta ngi Hong It
Hoa meadekati ayahnya, sambil me nantikan Cie Jin dan Kim Bian Hud datang me
nolong kepadanya.
Walaupun sudah sangat letih,
sebagai seorang tokoh terkemuka dalam Ceng Cong Pai, It Hoa tentu masih lebih
kuat dari Ouw Ho, yang baru berusia sembilan tahun.
Begitu tangannya yang
memegang, tangannya yang kiri segera bergerak dengan cepat dan tangan Ouw Ho
seketika itu juga sudah tercekal kuat olehnya.
Ditekuk kebelakang lengan Ouw
Ho membuat anak itu kesakitan dan tidak berdaya untuk bergerak. Kemudian
pedangnya telah ditempelkan dibelakang leher anak itu sambil mengeluarkan'
ancaman : „Kalau kalian masih sayang jiwa
anak ini. cepat kalian minggir !" serunya.
Ancaman itu ditujukan kepada
Kim Bian Hud dan Cie Jin yang sementara itu sudah tiba didekatnya.
Dalam saat2 dia sudah terjepit
sekali tadi. percobaan Ouw Ho untuk merampas senjatanya justru memberikannya
jalan keluar. Dengan menangkap tangan It Hoa. justru Ouw Ho telah memberikan
kesempatan kepada musuhnya Untuk berbalik menangkap tangannya.
Kekeliruan itu baru disadari
oleh Ouw Ho setelah terlambat, dan kini dia dijadikan perisai.
Kim Bian Hud begitu pula Cie
Jin, terpaksa mundur oleh ancaman tersebut.
Tetapi mereka berdua tidak mau
menyingkir terlalu jauh.
Disaat itu, It Hoa sedang
mempertimbangkan, apakah dengan adanya kesempatan ini tidak lebih baik jika dia
segera menghampiri Ouw Hui dan melaksanakan maksudnya membalas dendam.
Per-tama2 memang begitu
hasratnya, tetapi sesaat kemudian pikirannya telah berobah.
Dia menyadari babwa dalam
keadaannya seperti saat itu dia tidak bisa bergerak dengan cepat.
Sebaliknya dia sudah
mengetahui betapa tinggi ilmu meringankan tubuh kedua lawan yang masih tetap
memperhatikan setiap gerak-geriknya.
Dia mengerti, babwa seketika
dia memisahkan pedangnya dari batang leher anak kecil itu untuk menabas batmg
leher Ouw Hui. Kim Bian Hud dan Cie Jin tentu akan bertirdak secepat kilat dan
memang akhirnya akan gagal sama sekali usahanya untuk membunuh Ouw Hui sebalik
bya jiwanya sendiri tentu sudah tidak akan tertolong lagi.
Setelah berpikir sekian lama,
dia memutuskan untuk mempergunakan Ouw Ho sebagai perisai untuk menyingkir.
Setindak demi setindak dia
berjalan kearah tambatan kuda2 yang ditunggangi tadi bersama kawar2nya. Selama
itu pedangnya tidak pernah berpisah dari batang leher Ouw Ho dan setibanya
disitu, kudanya itu, It Hoa telah mengancam lagi ; „Janganlah kalian bergerak.
Dengan sekali menabas, akan kupotong batang leher anak ini, kalau saja kalian
memperlihatkan gerak dan ikap mencurigakan*'.
Dengan tetap mengancam
belakang leher Ouw Ho, dia perintahkan anak itu naik kekudanya dan rebah
menelungkup didepan pelana. Lalu dia sendiri naik dengan per lahan2. Diulangi
lagi ancamannya dan sesaat kemudian dia telah memacu kudanya.
Tiraikasih Website
http://kangzusi.com/ Ketika It Hoa
hendak menaiki kudanya, Cie Jin sudah hendak melompat maju untuk berusaha
menolonginya sianak muka hitam itu. Dia menganggap bahwa selekas It Hoa sudah
berhasil membawa adik seperguruannya itu pergi dari tempat itu, tentu akan
sulitlah untuk menolonginya lasi, dan dapat diduga sama sekali sudah tidak
mungkin untuk menolongnya lagi.
Rupanya Kim Bian Hud telah
menerka isi hati Cie Jin.
Cepat2 dia mencegahnya maksud
pemuda itu, sambil dibisiknya dengan suara yang perlahan sekali agar tidak
terdengar It Hoa.
„Jangan ter-gesa2"
katanya dengan suara yang perlahan. „Kalau kau sekarang melompat kearahnya, dia
tentu akan membuktikan ancamannya itu dan si Ho tentu benarr jadi tidak ter
tolong lagi. Biarlah kita mengikuti saja, sambil menantikan kesempatan baik
untuk bertindak".
Halaman 39-40 sobek Berkat lwekangnya yang sudah demikian sem purna,
akibatnya memang tidak segera terasa, terutama diwaktu jiwanya sedang bergolak,
sehingga dia melupakan segalanya.
Tetapi secepat ketegangan
hatinya mereda, sedikit demi sedikit akan mulai terasalah gangguan seperti itu.
Demikianpun sekali ini. Tadi
waktu amarahnya sedang bergolak dan dia harus memusatkan perhatiannya dalam
pertempuran, dia tidak merasakan apa2. Juga setelah pertempuran itu selesai dan
dia mulai mengikuti It Hoa, masih tiada yang dirasakannya sam pai sekian lama.
Lewat lagi kurang lebih
setengah jam, setelah hatinya ber-angsur2 menjadi tenang, mulai terasalah
keletihan yang diakibatkan goncangan hatinya tadi.
Dia menyadarinya apa artinya
gejala itu, tetapi agar tidak mengecilkan hati Cie Jin, dia tidak
memberitahukannya dan hanya berusaha mengembalikan tenaganya dengan menjalankan
nafas menurut pelajaran ilmu tenaga dalam
Keadaannya kini sudah hampir serupa dengan It Hoa Harapan satu2nya kini hanyalah agar bisa
bertahan lebih lama dari musuh itu.
Dalam perlombaan keuletan itu,
dia memperoleh keuntungan dari lwekangnya yang memang jauh lebih sempurna dari
lawannya tetapi musuhnya itu memiliki keuntungan lain.
Usia mereka yang jauh lebih
muda tentu sa ja memberikan keuletan yang jauh lebih kuat dari keuletan Kim
Bian Hud yang berusia lanjut.
Per lahan2, tetapi pasti, dia
menjadi semakin. lelah.
Sedapat mungkin dia telah
melawan dengan lwekangnya. Tetapi kepandaian manusia mana da pat melawan hukum
alam? Sebagai seorang tua, tenaga
sejatinya, tena ga pemberian alam, tentu sudah sangat berkurang Pergolakan dihatinya, pengerahan tenaga yaog
luar biasa daa disamping itu diapun telah terkena serangan obat beracun yang
memabokkan dalam pertempuran tadi. semuanya kini mendatangkan keletihan yang mungkin
dilawannya de ngan apapun 'juga.
Dan suatu saat, dia merasa
sudah tidak kuat untuk melanjutkan perjalanannya untuk mengikuti It Hoa.
Dia hendak merintahkan Cie Jin
melanjutkannya seorang diri dan hendak pula berpesan bagaimana pemuda itu harus
bertindak jika waktunya sudah tiba, atau jika terjadi perkembangan yang tidak
terduga, tindakan2 yang harus di lakukannya. Tetapi semuanya itu terlambat.
Sebelum dia dapat mengucapkan
sepatah kata, matanya sudah ber-kunang2, dadanya terasa sesak, napasnya memburu
dan setelah beberapa kali urung jatuh, akhirnya rubuhlah dia dari pe lana.
Tiraikasih Website
http://kangzusi.com/ Dia rubuh tidak
sadarkan diri. Wajahnya pucat bagaikan kertas dan napasnya juga mem buru keras
sekali. Jelaslah kini bahwa keadaan Kiai Bian Hud sangat menguatirkan sekali.
Betapa terkejutnya Cie Jin
waktu itu.
Cepat2 pemuda tersebut
melompat turun dari kudanya dan dengan diliputi kekuatiran yang sangat dia
telah memeriksa keadaan jago tua tef sebut.
Hatinya menjadi agak lega
ketika mempero leh kenyataan Kim Bian Hud masih bernapas.
Dicobanya menyadarkan orang
tua itu, teta pi sampai sekian lama dia masih belum berha nil menyadarkan orang
tua itu Perasaan bingungnya disaat itu
benar2 tidak terlukiskan.
Sulit sekali Cie Jin mengambil
keputusan, musuh yang menculik Ouw Ho sudah semakin menjauh, kalau tidak cepat2
dia pergi menyusul lagi, dia tentu akan kehilangan jejak Ouw Ho.
Sebaliknya, apakah dia harus
meringgalkan Kim Bian Hud disitu dalam keadaan demikian menguatirkan ? Kalau saja didekat tempat itu ada rumah penduduk,
dia akan dapat menitipkan Kim Bian Hud ditempat penduduk itu dan dia sendiri bi
sa cepat2 melanjutkan pengejarannya.
Tetapi mereka berada ditengah
padang rum put luas, yang tidak berpenduduk.
Disekelilingnya, sejauh mata
dapat meman dang, yang tampak hanyalah tanah berumput.
Kalau kebetulan ada
serombongan pengem-bala didekatnya, dia jvga akan dapat minta per tolongan
mereka untuk msrawat Kjm Bian Hud, Selama dia mengejar musuh yang menculik adik
seperguruannya.
Tetapi jelaslah sudah, bahwa
kecuali mere ka tidak ada orang lain lagi di padang rumput itu.
Apa yang kini harus kita
lakukannya? Akhirnya Cie Jin memutuskan
untuk mena ikkan Kim Bian Hud keatas kudanya dan mem bawanya serta mengejar musuh itu.
Dia telah teringat akan
perhitungan orang tua ini, bahwa dalam keadaan Hong It Hoa tentu tidak akan
kuat pergi jauh.
Dia percaya bahwa tidak lama
pula It Hoa Pasti akau berhenti, dan dia akan bisa turun ta ngan menolong Ouw
Ho.
Setelah itu dia akan dapat
cepat2 menempuh perjalanan pulang dengan membawa ke-dua2nya, yang segera hendak
dilaksanakannya.
Tetapi alangkah terkejutnya,
ketika setelah menaikkan Kim Bian Hud keatas kudanya, dia hendak mulai berjalan lagi.
Hong It Hoa sudah tidak
terlihat pula Agaknya Cie Jin telah
ragu2 terlalu lama, sehingga musuh yang membawa Ouw Ho itu telah sempat meninggalkannya jauh sekali- Musuh itu sedikitnya tentu sudah terpisah
sepuluh lie dari tempatnya.
Cie Jin mengerti bahwa kini
dia tidaklah boleh mem-buang2 waktu lagi.
Kalau menuruti kehendak hatinya,
ingin sekali Cie Jin melarikan kudanya agar bisa cepat cepat menyusul musuhnya.
Tetapi dia kuatir jika
goncangan2 yang ditimbulkannya itu terlalu keras dan bisa mendatangkan keadaan
yang membahayakan Kim Bian Hud, yang masih tetap belum sadar dari ping sannya.
Tiraikasih Website
http://kangzusi.com/ Terpaksa dia
membatasi lari kudanya, agar orang tua yang menelungkup didepan pelana itu
tidak terlalu menderita karenanya.
Sungguh bingung dan gugup hati
Cie Jin dan betapa berat dirasakannya tugas yang tengah dihadapinya itu.
Diapun bimbang sekali, apikah
dia masih akan dapat menyusul musuhnya yang lenyap da ri pandangan matanya.
Sudah sekian lama dia
melanjutkan pengejaran itu dan jarak yang telah ditempuhnya bu kan dekat lagi.
Se tidak2nya dia telah
berjalan kurang lebih dua lie, tetapi musuhnya yaag hendak dikejarnya masih
tetap belum terlihat mata hidung nya.
Kebingungannya yang meliputi
hati pemuda ini semakin bertambah, disertai juga oleh ke kuatirannya yang
menjadi semakin besar.
Kelirukah arah yang telah
ditempuhnya ? Tidak mungkin ! Mustahil dia telah menempuh arah yang keliru dari
jejak musuh yang memba wa Ouw Ho itu.
Dan dirpun mengetahui bahwa
jejak semula musuh itu tidak pernah mem-belok2 kearah lain.
Apakah perhitungan Kim Bian
Hud yang te I»h keliru ? Mungkinkah musuhnya itu belum se letih yang diduganya
? Agasnya itupun tidaK mungkin.
Dengan mata kepala sendiri Cie
Jin telah melihat keadaan musuh itu diwaktu akhir pertempuran.
Jelaslah bahwa musuh itu
bahkan sudah ham pir tidak kuat berdiri diatas sepasang kakinya.
Tetapi mengapa dia masih tetap
belum bisa menyusul, sedangkan sejak semula musuh itu ti dak berani melarikan
kudanya terlalu keras kare m kuatir tidak dapat mempertahankan tubuhnya 'ia.as
kuda tunggangannya itu ? Sungguh mengherankan sekali, tetapi juga sangat
menggelisahkan sekali hati pemuda itu.
Cie Jin berhenti sejenak untuk
melihat ke sekelilingnya.
Hanya rumput hijau
bergelombang dihembus angin yang dilihatnya.
Bayangan musuh sudah lenyap
dan tidak tam pak sama sekali olehnya, lenyap tidak menirg galkan jejak.
Cie Jin berjalan lagi sampai
sa'sian lama.
Hasil yang diperolehnya tetap
nihil, aktif nya dia yakin bahwa dia t-lah mengambil arah yang keliru. Dia
membelokkan kudanya dan de ngan membuat sebuah lingkaran besar dia berpu tar
mengelilingi daerah itu. Akhirnya dia ke m bali ditempat dia mulai membiluk
tadi, sedang kan sepanjang jalai bsrkeliliag itupun dia tidak memperoleh suatu
petunjuk apapun juga.
Cie Jin jadi putus asa.
Disamping itu dia pun kuatir jika keadaan Kim Bian Hud akan menjadi se makin
parah dan mengkhawatirkin.
Dia mengetahui juga tidak
dapat dia membuang-waktu, walau bagaimana tetap saja dia harus cepat2 kembali,
agar Kim Bian Hud mem peroleh perawatan yang semestinya.
Tetapi dia masih agak ragu2
untuk segera menyudahi pengejaran itu, kenbali dengan hanya membawa sucouwnya
ini tanpa sekalian memba wa Ouw Ho.
Untuk beberapa waktu dia
berusaha untuk mencari jejak Hong It Hoa.
Sementara itu hari sudah
mendekati pergan tian dari pagi kelohor. Sinar matahari yang terik semakin
terasa dan tenggorokannya juga su dah terasa kering sekali Tiraikasih Website
http://kangzusi.com/ Karena itu dia
menyadarinya bahwa dia tidak boleh mem-buang2 waktu lagi untuk keselamatan Kim
Bian Hud.
Cie Jin sudah tidak memiliki
harapan pula untuk dapat menyusul Hong It Hoa dan meno longi Ouw Ho. Dan dia
tidak mau menyebabkan Kim Bian Hud kehilangan jiwa karena ke-ragu2annya itu.
Demikianlah, Cie Jin lalu
menempuh kembali jalan pulang dengan hati yang sedih, karena dia tidak berhasil
menolongi adik seperguruannya itu.
Dia berusaha menghibur dirinya
dengan membayangkan bahwa keadaan musuhnya itu yang sudah demikian lemah, tentu
akan memberikan kesempatan kepada Ouw Ho yang sangat cerdas dan banyak sekali
akalnya untuk dapat meloloskan diri dari cengkeraman tangan musuh yang
menculiknya iru dan dapat kembali dengan Kiamat.
Bukankah anak itu sudah pernah
berhasil meloloskan diri dari tangan para penculik2nya dikota I li ? Dan demikianlah, Cie Jin telah menghibur' dirinya
sendiri. Tetapi sayangnya, kata2nya sen diri itu tidak dapat meyakinkan hatinya
dan ke sedihannya itu tidak juga lenyap karenanya.
Han pir saja Cie Jin
menitikkan air matanya, tetapi untuk mengurangi kesedihan hatinya itu, dia
telah melarikan kudanya untuk menuju pulang untuk memberikan pertolongan kepada
Kim Bian Hud. Walaupun bagaimana jiwa Kim Bian Hud harus dituruti.
---oodwoo- SEMENTAPA itu, sesungguhnya kemana Hong It
Hoa telah pergi dengan bawa Ouw Ho? Dari
semula It Hoa sudah tahu bahwa dibelakangnya memang ada yang mengikuti dari
jauh.
It Hoa juga mengerti bahwa
anak lelaki ke cil yang berada ditangannya masih dibutuhkan nya sebagai perisai
keselamatan diri dan jiwanya Itulah yang
telah menolong jiwa Ouw Ho. sesuai dengan perhitungan Kim Bian Hud, yang sudah
dapat menerka bahwa secepat anak itu sudah tidak dibutuhkan lagi, It Hoa tentu
akan membunuhnya.
Mengenai keadaan It Hoa,
dugaan Kim Bian Hud juga sesungguhnya tidak meleset.
Hanya karena timbulnya suatu
hal yang tidak diduga, maka rubuhnya It Hoa karena perasaan letihnya itu
menjadi tertunda.
Sesungguhnya It Hoa memang
tidak akan dapat bertahan lebih lama dari yang diperkirakan Kim Bian Hud Tetapi pada saat itu keadaan jiwa It Hoa su
dah tidak biasa lagi, tidak wajar.
Sebagai kita sering melihat
atau mendengar orang bercerita, seseorang yang tengah terancam jiwanya atau
juga terancam maut, dan sudah ke hilangan akal, seringkali bisa melakukan hal2
yang tampaknya sangat mustahil.
Didalam saat2 demikian orang
itu sudah bagaikan bukan dirinya sendiri lagi dan suatu kekuatan gaib yang
agaknya seperti bukan tubuh dari suatu sumber dalam tubuhnya sendiri, mem
berikan kekuatan yang tidak terhingga dan tidak dapat diterima oleh akal sehat.
Berkat telaga gaib semacam
itti, maka it Hoa telah dapat bertahan lebih lama lagi dari semestinya.
Waktu dia tidak sadar lagi
akan apa yang dilakukannya, bagaikan seorang yang kesurupan hanya satu
keinginannya yang menguasai seluruh alam pemikirannya bahwa dengan membawa anak
musuhnya itu sebagai jaminan untuk keselamatannya dia harus pergi menyingkir
dari tempat itu pergi... pergi... pergi sejauh mungkin.
Tiraikasih Website
http://kangzusi.com/ Sedikitpun dia
tidak menghiraukan lagi ke-mana dia harus pergi, dan kendali kudanya juga sudah
lama dilepaskannya.
Dengan dibiarkannya berjalan
Sekehendak' nya sendiri, lambat laun dan dikit demi sedikit binatang tunggangan
itu mulai menyeleweng dari arah yang semula ditempuhnya.
Sebelum lewat dari satu lie,
arah perjalanan iya sudah jauh berbeda dibandingkan sebelumnya.
Perobahan arah perjalanan itu
tidak pernah diduga oleh Cie Jin, sehingga tidak mengherankan jika dia tidak
berhasl menemui jejak dari it Hoa, walaupun dia telah mencarinya sekian lama,
dan karena perhatiannya lebih banyak dicurahkan Untuk menolong keselamatan jiwa
Kim Bian Hud.
Dipihak lain, kerdaan It Hoa
juga sudah semakin memburuk. Kuda yang tidak terkendali kan itu kini sudah
mulai membawa kedaerah perbatasan gurun pasir.
Rumput yang tumbuh didaerah
itu sangat jarang dan sinar matahari yang sangat terik di pantulkan kembali
oleh pasir dibawah kaki kuda itu membuat hawa udara jadi panas luar biasa.
Hawa yang demikian panasnya
itu tentu saja tidak meringankan penderitaan It Hoa, tetapi dia sama sekali
tidak ingin untuk mengambil kantong airnya.
Ketika itu dia bensr2 sudah
tidak sadarkan akan dirinya.
Bahkan ingatan untuk
menyingkir, yang semula menguasai seluruh pemikirannya itu juga sudah
dilupakannya.
Dengan pikiran kosong dan
berjokol terus bagaikan sebuah patung diatas kudanya. It Hoa masih dapat
meneruskan perjalanannya itu sampai beberapa lie lagi.
Tetapi pada suatu saat, tiba2
tubuhnya ber-goyang2 dan doyong kedepan rubuhlah dia.
Pedang yang selama perjalanan
itu tidak per nah terpisah jauh dari leher Ouw Ho, ikut jatuh terlepas dari
genggamannya.
Malang bagi Ouw Ho, ikut jatuh
setelah terlepas dari pegangannya It Hoa.
Dan lebih malang lagi bagi Ouw
Ho, pedang itu justeru jatuh menyelusupi bahunya, se hingga dibagian atas
lengannya terluka.
Ouw Ho berteriak, alangkah
sakitnya luka itu.
Sesungguhnya luka yang
diderita oleh Ouw Ho itu tidak terlalu berat, tetapi karena baru pertama kali
terluka oleh senjata tajam, dalam kesakitan dan kaget dia jadi tidak ingat
untuk memegang pelana kuda itu erat2 dan telah rubuh terbanting dipasir.
Pedang It Hoi yang telah
melukai lengan Ouw Ho. Dalam jatuhnya telah lebih dulu melukatl iga kuda itu
dan gagangnya juga telah memukul nya.
Karena kesakitan kuia itu
tiba2 melompati untuk kabur dengan pesatnya, itulah sebabnya Ouw Ho terlempar
dari punggung binatang tunggang annya itu, jatuh terbanting agak keras
juga, Selama beberapa saat dia tidak
menyadari apa yang telah terjadi diatas dirinya, dan dia rebah dengan mata
ber-kunang2 dan kepalanya juga pusing.
Berselang lagi beberapa saat,
pikirannya men jadi terang kembali
Per-lahan2 dia merangkak bangun dengan menahan perasaan sakit, dia telah
menoleh keka nan kiri untuk melihat dimana dia berada dan untuk mencari kuda
yang telah kabur dari tem pat itu.
Untuk pertama kali kini Ouw Ho
merasakan apa artinya takut.
Dia yang biasanya tabah luar
biasa lagi fa igat berakal budi, pada saat itu benar2 putus asa dan tidak
mengetahui apa yang harus dibu at dan dilakukannya Apa yang didapatkannya disaat itu memang
tidak dapat berakibat lain dari membuatnya ber putus asa.
Tiraikasih Website
http://kangzusi.com/ Binatang
tunggangannya itu sudah tidak ke lihatan pula, hilang bersama semua perbekalan
air dan makanan yang diikatkan dipelana, sedang kan dia sendiri ternyata berada
di-tengab2 pa dang pasir.
Hanya It Hoa yang berada
bersamanya disi tu, tetapi mungkin sekali orang itupun sudah menjadi mayat,
sedangkan andaikata masih hidup pun tentu tidak ada gunanya lagi bagi Ouw Ho,
bahkan mungkin sekali membahayakan.
Sungguh hebat penderitaan anak
kecil yang! biasa hidup dalam suasana bahagia itu.
Seluruh tubuhnya terasa sakit
akibat terpelanting tadi. Disamping itu luka dilengannya itu pun menambah
perasaan sakitnya.
Dan juga terik cahaya matabaii
serta perasaan hausnya tidak membuat dia merasakan ringannya keadaan saat itu.
Mau tidak mau, Ouw Ho menyadari bahwa dirinya tengah terancami oleh keadaan dan
alam.
Segala itu sudah cukup membawa
kepatahan semangat seorang dewasa yang bukan pengecut, maka apalagi bagi
seorang anak kecil seperti Ouw Ho.
Walaupun tidak dapat menduga
dimana dia berada, dia menginsafi bahwa dalam keadaannya tidak mungkin dia
dapat keluar dari daerah gersang dan kering itu dengan berjalan kaki dani
mencapai daerah padang rumput, dimana banyak terdapat sumber air.
Dalam usia semuda itu dia
sebenarnya bel lum mengerti apa artinya mati, tetapi disaat itu' dia
seakan-akan memperoleh firasat bahwa kema tiannya sudah dekat sekali dengannya.
Tanpa terasa air matanya mulai
menitik tu run, alangkah sedihnya ketika dia teringat akan orang tuanya yang
kini tentu tidak akan 'dijum painya lagi.
Didepan matanya terbayanglah
segala peristiiwa dimasa lampau yang masih dapat diingatnya.
Teringatlah dia akan segala
cinta kasih ayah ibunya yang dilimpahkan kepadanya dan perawatan serta
kekuatiran mereka jika dia sedang sakit.
Semuanya itu, yang dimasa
lampau tampak biasa saja baginya, kini baru benar2 dapat disadarinya.
Dia sungguh menyesal, bahwa
dulu dia sering menimbulksn perasaan kurang senang orang tuanya karena
kenakalannya.
Dengan segala pikiran itu
mengaduk dida-lam hatinya, tanpa disadarinya, dia mulai melangkahkan kakinya.
Semakin lama semakin jauh dari
tempat jatuhnya tadi dan semakin jauh pula dia mema suki gurun pasir.
Terik matahari yang se-akan2
membakar tubuhnya dan pasir panas yang membuat kakinya melepuh menginjaknya,
sama sekali tidak dirasakannya.
Kakinya melangkah terus
bagaikan sebuah mesin, dan kemudian mata hari sudah menyentuh kaki langit, lalu
menghilang sama sekali.........
Senja indah dengan warna-warninya
cemerlang, merah membara disebelah barat, berwarna keemas2an, kuning, lalu biru
yang ketimur semakin tua warnanya, semua itu tidak terlihat olehnya.
Ouw Ho berjalan terus, tanpa
tujuan dan secara tidak sadar......
Akhirnya jatuhlah dia karena
keletihan dan hausnya. Dia jatuh tidak sadarkan diri dan itu lah kemurahan
Tuhan yang dilimpahkan kepadanya, agar dia tidak perlu merasakan penderitaan
yang lebih hebat didalam saat kesengsaraannya mencapai puncaknya.
--oo0dw0oo- CIE JIN telah kembali dengan membawa Biuaw
Jin Hong yang masih tetap tidak Sadarkan diri.
Kegagalannya menolong Ouw Ho
tea tu membuat Yok Lan bersedih hati sekali.
Tiraikasih Website
http://kangzusi.com/ Untunglah bahwa
nyonya yang bertubuh lemah justeru berhati tabah luar biasa.
Pukulan dan gempuran
diliatinya tidak melupakan tugasnya.
Sedikit dia tidak menyesali
Cie Jin, dia menyadari bahwa betapapun usaha manusia tidak akan dapat merobah takdir.
Terlebih lagi, bagaimana nasib
Ouw Ho sebenarnya juga belum diketahui. Mungkin anak Itu memang sudah menemui
ajalnya dibawah sen Jata musuh yang kejam itu. tefapi sama besar ke inungkinan
bahwa dia masih hidup', bahkan titak mustahil pula bahwa berkat kecerdikannya
dia su dah dapat meloloskan diri dari
cengkeraman mu Ruhnya dan dalam keadaan sehat walafiat.
Soal-soal yang gawat, yang
belum ada keten tuannya bisa berakibat dua macam kemungkinan Dalam keadaau2 tertentu, peristiwa demikian
bisa membuat seseorang menjadi gelisah dan
risau, menderita karenanya.
Dalam keadaan lain, hal itu
bisa merupakan hiburan, karena belum lenyapnya semua harapan.
Sungguh beruntung bahwa yang
tersebut be lakangan inilah yang terjadi dengan Yok Lan, se hingga dia jadi tidak kehilangan akal
sehatnya. Dengan demikian dia dapat menyadari bahwa sa a t itu, secara langsung
dia tengah menghadapi tugas2 lain, yang tidak kalah pentingnya.
Kesembuhan Kim Bian Hud, Ouw
Hui dan Cie Beng, haruslah diutamakan dalam keadaan seperti itu.
Tanpa mereka, sebagai seorcng
wanita le mah, dia tentu tidak akan sanggup melakukan: sesuatu apapun juga
untuk menolong anaknya. Sedangkan Cie Jin yang mash kurang pengalami an juga
tidak bisa diharapkan untuk dapat me lakukan sesuatu yang banyak.
Suatu hal lain yang
menguntungkan ialah bahwa rumah mereka tidak terbakar habis.
Dengan sendirinya kini mereka
masih memiliki tempat untuk berteduh.
Dalam musim panas, angin
didaerah itu ber tiup dari arah timur laut utara, kearah barat daya.
Oleh sebab2 tertentu, maka api
yang dilepas musuh itu tidak memusnahkat seluruh rumah ba gian depan yang tetap utuh dan masih dapat di
tinggali.
Berkat rawatan yang teliti dan
kasiat pil Thian San Swat Lian, maka lewat enam hari Ouw Hui dan Cie Beng telah
sembuh sehat sekali.
Tetapi keadaan Biauw Jin Hong
masih tetap lemah, meskipun kesadarannya sudah kembali seluruhnya.
Dalam usia lebih dari tujuh
puluh tahun tenaga asli Kim Bian Hud tentu sudah ber ku rang sangat banyak.
Hanya berkat latihannya yang
sudah sem-purna, maka biasanya dia masih tetap gagah dan tampak bersemaagat.
Tetapi latihan silat yang
betapapun gagah dan tampaknya kuat, tidak akan sanggup menara bah kekurangan
karena menurunkan tenaga alami seseorang akibat usia tua.
Dalam keadaan^ luar biasa,
bilamana orang itu harus memeras keluar seluruh daya tubuh masih ada padanya,
akibatnya bisa membahayakan dirinya sendiri.
Dan bahaya itu menjadi semakin
besar kalau pengerahan tenaga yang melampaui batas da ri kemampuan seorang
manusia.
Terlebih lagi jika hati orang
itu tengah bergolak karena hawa amarah atau kesedihan yang hebat.
Lima belas hari yang telah
lewat, tetapi keadaan Kim Bian Hud masih tetap begitu saja lemah dan tidak ada
kemajuan.
Sedikitpun tidak
memperlihatkan bahwa dia akan segera sembuh.
Tiraikasih Website
http://kangzusi.com/ Dalam hari2 akhir
seperti itu, kedua sauda ra kembar Cie Beng dan Cie Jin jadi sangat gelisah
sekali.
Demikian pun dengan Ouw Hui
dan isteri nya mereka semuanya mengerti, bahwa berlalu 'nya setiap hari,
berarti semakin besarnya kesu litan bagi mereka untuk mencari jejak musuh yang
menculik 0uw Ho.
Tetapi keadaan Kim B:an Hud
yang masih menguatirkan anak kecil yang menjadi cucunya itu, tidak berbasil
untuk berangsur sembuh, karena pikiran orang tua itu sslalu gelisah dan
berkuatir, memperlambat kesembuhannya dan juga memang menambah berat
penyakitnya.
Disamping itu. Ouw Hui dan
yang lainnya walaupun memang merasa kuatir akan keselamatan Ouw Ho, namun
karena keadaan Kim Bian Hud yang menguatirkan itu, terpaksa mereka menunda dulu
maksud untuk melakukan pencariannya jejak It Hoa yang telah menculik anak nya.
Akhirnya mereka memutuskan
untuk pindah ketempat kediaman pemimpin Ang Hwa Hwe.
Setelat sampai disana kelak,
Cie Beng dan Cie Jin akan segera bertolak ke Tionggoan un tuk berusaha mencari
dan menolong adik seperguruan mereka, sedangkan Ouw Hui untuk sementara waktu
akan tetap menemani Yok Lan dan Peng Ah Sie merawat Kim Bian Hud; Kelak kalau memang Kim Bian Hud sudah sembuh,
dia baru akan menyusul untuk ikut mencari anaknya.
Begitulah, sebulan kemudian
Cie Beng dan Cie Jin berdua menempuh perjalanan ke Tiong goan.
Mereka telah pergi kemana saja
menuruti keyakinan hati mereka yang men duga2 dimana adanya Hong It Hoa.
Ketika mereka hendak
berangkat, Ouw Hui telah memberikan rupa2 nasehat dan pesan yang berguna.
Kedua anak muda itu rupa2nya
memang hi jau dalam pergaulan kalangan rimba persilatan, tetapi Ouw Hui percaya
bahwa dengan kepandaiah dan ketabahan serta kecerdasan mereka, kedua nya akan
dapat mengatasi semua kesulitan.
Dengan jarak waktu tertentu
mereka harus memberikan berita mengenai hasil mereka melalui anggota2 Ang Hwa
Hwe yang sering mundar mandir ke Sinkiang untuk memberikan laporan kepusat
organisasi itu.
Untuk mempermudah mereka
memperoleh bantuan dari cabang2 Ang Hwa Hwe diseluruh Tionggoan, maka Tan Ke
Lok telah memberikan mereka sebuah Kim Pai dan surat perkenalan...
Dua Pemuda berjalan
disepanjang tepi utara sungai Tiangkang. Mereka berpakaian sederhana sekali,
disamping itu sebagai dua orang pemuda petani biasa.
Tetapi wajah mereka yang
sangat tampan dan rupawan, sedikitpun tidak memperlihatkan persamaan dengan
wajah petani kebanyakan yang umumnya berkulit kasar.
Mau tidak mau, setiap orang
yang melihat mereka tentu akan memperoleh kesan, bahwa mereka akan tampak lebih
sesuai dalam pakaian sastrawan, atau juga pakaian2 putera orang kaya yang
mewah.
Bagi yang memperhatikan
perihal itu belumlah merupakan sesuatu yang sangat menyolok. Dan yang lebih
menyolok adalah persamaan antara muka kedua pemuda itu, yang sekali dllihat
tentu akan menimbulkan kecenderungan untul menarik kesimpulan, bahwa mereka
adalah sepasang saudara kembar.
--oo0dw0oo-