Si Racun Dari Barat (See Tok Ouw Yang Hong Tay Toan) Bab 04

Si Racun Dari Barat (See Tok Ouw Yang Hong Tay Toan) Bab 04
Chin Yung/Jin Yong
-------------------------------
----------------------------

Bab 04
Setelah berada di dalam ruang dapur itu, salah seorang dari mereka berkata dengan suara lantang.

"Kaisar mau minum teh, kita harus segera menyeduh teh istimewa untuk kaisar!"
Empat orang lainnya manggut-manggut. Orang itu langsung duduk, tapi yang lain tetap berdiri. Kelihatannya dia merupakan pemimpin.

Ouw Yang Hong dan Ang Cit Kong mengintip. Orang itu memang tampak sombong. Salah seorang bawahannya membawakan sebaskom air. Dia itu mencuci tangannya perlahan-lahan, bahkan juga membersihkan kukunya yang panjang.

Setelah itu, barulah dia bangkit berdiri, lalu menghampiri sebuah tungku. Diambilnya sebuah kipas, lalu mulai mengipas. Tak lama tungku itu mulai menyala.

Dia kembali duduk. Salah seorang bawahannya segera memasak air, sedangkan yang lain memijit-mijit bahunya. Berselang sesaat, air yang dimasak itu sudah mulai mendidih.

Orang itu bangkit berdiri, lalu menghampiri tungku. Dia melihat sejenak lalu mengambil sebuah botol kecil. Ternyata botol itu berisi daun teh, yang kemudian dituangnya ke dalam teko. Setelah itu, dia pun menambah sedikit bahan lain. Tak lama kemudian, terciumlah aroma teh yang amat harum.

Orang itu tertawa gembira, kelihatan bang;' sekali.

"Di mana ada kemauan, di situ pasti ada jalan' Tidak sia-sia setiap hari aku membaca kitab kuno! Kemarin aku menemukan semacam resep rahasia, sepertinya berasal dari jaman Cin Sie Ong! Siap;; yang makan, pasti akan awet muda!" katanya.

Begitu mendengar perkataannya, yang lain tampak tertegun dan kurang percaya.

"Benarkah itu?" tanya salah seorang di antara mereka.

Orang itu tertawa dingin, karena keempat temannya itu tampak kurang percaya.

"Kalian kira aku cuma omong besar? Kalian akan menyaksikannya!"
Keempat orang temannya diam saja.

Orang itu mengeluarkan sebuah tabung dan sebuah bungkusan kecil lalu ditaruhnya di atas meja.

"Lihatlah agar kalian percaya! Resep aneh kelihatan memang seperti resep biasa, tapi justru ada keajaibannya. Pokoknya lihatlah, kalian pasti akan menyaksikan sesuatu yang tidak pern«».H kalian saksikan," katanya sambil membuka bungkusan kecil itu.
Keempat orang itu juga merupakan tukang masak yang cukup terkenal dalam istana, tentunya mereka ingin tahu, orang itu menemukan resep rahasia apa.

Orang itu mulai menyebut beberapa macam bahan sambil menunjuk bungkusan yang sudah dibukanya. Keempat orang itu tampak terkejut, begitu pula Ang Cit Kong dan Ouw Yang Hong yang sedang bersembunyi. Tenyata orang itu menyebut beberapa jenis binatang berbisa.

"Ulat berdarah dari Gunung Hwa San, selalu menghisap darah ayam hutan. Belut dari Gunung Tiang Pek San ditambah semacam rumput obat, semua itu dicampur jadi satu, akan menghasilkan semacam belatung. Tabung itu berisi belatung tersebut, warnanya putih dan bercahaya."

Usai berkata, orang itu mengeluarkan seekor belatung dari dalam tabung tersebut, lalu ditaruh di atas meja.

Keempat orang itu segera memandang ke situ. Tampak belatung itu berbentuk aneh dan memancarkan cahaya putih. Mereka berempat kelihatan tercengang, karena tidak tahu maksud orang itu rvsengeluarkan belatung.

Sambil tersenyum orang itu mengambil secangkir air, lalu dimasukkannya belatung itu ke dalamnya. Setelah itu digoyang-goyangkannya cangkir itu sejenak, lalu diangkatnya belatung itu sekaligus dimasukkannya lagi ke dalam tabung.

Wajah orang itu tampak serius, kemudian berkata sungguh-sungguh.

"Kalian saksikan saja!"

Keempat temannya manggut-manggut, sedangkan orang itu mulai meneguk air yang di dalam cangkir tersebut.

Setelah meneguk, dia mulai batuk-batuk, lalu tangannya gemetar seakan kedinginan.
Keempat orang itu terkejut bukan main menyaksikannya.

"Kau tidak apa-apa? Perlukah kau minum obat pemunah racun?" tanya mereka serentak dengan rasa cemas.

Ternyata mereka berempat menganggap orang itu telah keracunan. Akan tetapi, orang itu justru telah berhenti batuk, bahkan tangannya tidak gemetar lagi.
Dia memejamkan mata, kelihatannya sedang menikmati suatu rasa yang amat memuaskannya. Badannya bergoyang-goyang ringan, kemudian bernyanyi-nyanyi kecil pula.

"Jadi manusia sungguh tak gampang. Selalu memikirkan berbagai macam urusan, sehingga rambut berubah putih. Banyak istri banyak masalah, banyak harta jadi penyesalan, banyak anak banyak kepusingan. Sungguh tak gampang jadi manusia! Minum arak untuk bermabuk-mabukan, hidup manusia seperti berada di atas papan catur."

Keempat orang itu terus memandangnya, begitu pula Ang Cit Kong dan Ouw Yang Hong. Akan tetapi tiada seorang pun tahu, apa yang telah terjadi atas diri orang itu.
Mendadak salah seorang berseru.

"Mabuk tak merasakan apa-apa, melayang-layang seakan berada di sorga . . .!"

Ang Cit Kong dan Ouw Yang Hong tidak paham, mengapa orang itu secara tiba-tiba kelihatan seperti kehilangan kesadarannya. Apakah terpengaruh oleh air yang diminumnya tadi? Kalau begitu, belatung yang di dalam tabung itu pasti merupakan binatang langka yang amat bermanfaat.

Sementara keempat orang itu pun mulai meneguk air yang di dalam cangkir. Persis seperti yang dialami orang tadi, mereka pun batuk-batuk, tangan gemetar, mata terpejam dan badan ber-goyang-goyang.

Namun wajah mereka tampak berseri-seri, seakan merasa puas dan nyaman. Ada yang duduk di kursi dan ada pula yang berbaring di lantai sambil menikmati apa yang dirasakannya.

Berselang beberapa saat, orang yang minum
lebih dulu itu telah sadar kembali. Dia tertegun
melihat keempat temannya, tapi tidak memperlihatkan reaksi apa pun.

Tak lama keempat orang itu pun sadar. Mereka segera memberi hormat kepada orang itu seraya bertanya.

"Kau sungguh hebat! Apa nama resep rahasia itu?"

"Saudara sekalian, kita semua sudah bersusah payah, namun aku yang beruntung menemukan resep rahasia itu, maka tidak perlu diherankan!" sahut orang itu sambil tertawa.

Keempat orang itu amat sirik dalam hati, namun tidak diperlihatkan pada wajah, sebaliknya malah berlaku amat sungkan.

"Kalau begitu, bolehkah kami tahu nama minuman itu?" tanya salah seorang dari mereka.

"Minuman itu amat bermanfaat, namun justru disebut Sari Air Hitam! Itu sungguh tak sedap didengar, bukan?"

Keempat orang itu manggut-manggut.

"Menurutku, itu amat tak sedap didengar. Bagaimana kalau nama itu kita ganti dengan Sari Cin Cu (Mutiara)?"

Keempat orang itu saling memandang, kemudian salah seorang dari mereka menyahut dengan wajah serius.

"Itu masih kurang tepat. Kita harus memilih sebuah nama yang paling tepat dan sedap didengar untuk minuman itu."

"Ng . . ." Orang itu manggut-manggut. "Baik. Kira-kira nama apa yang tepat dan sedap didengar untuk minuman itu?"

Mereka berlima mulai berpikir, namun tidak mendapatkan nama yang cocok untuk minuman tersebut, akhirnya salah seorang dari mereka ber-kata.

"Bagaimana kalau minuman itu kita beri nama Sari Wan Yo (Nama Burung Langka)?"
Sari Wan Yo? Ang Cit Kong dan Ouw Yang Hong yang bersembunyi itu saling memandang, kemudian manggut-manggut seakan setuju minuman itu diberi nama Sari Wan Yo.

Salah seorang berkata lagi dengan kening ber-kerut.

"Kalau kaisar minum Sari Wan Yo, pasti akan seperti kita, batuk-batuk dulu. Itu . . . mungkin tidak baik."

Yang lain diam, sebab apabila kaisar minum lalu batuk-batuk, sudah pasti marah besar, bahkan kemugkinan besar mereka berlima akan dihukum mati karena dituduh meracuni kaisar.

Berselang beberapa saat kemudian, salah seorang dari mereka berkata.
"Menurutku, terlebih dahulu aku harus men-jelaskan kepada kaisar akan manfaat minuman itu. Kalau hatinya tergerak, beliau pasti akan menyuruh salah seorang Thay Kam (Sida-Sida) minum dulu. Kita pun harus memberitahukan kepada kepala bagian dapur istana. Bagaimana menurut kalian?"

Yang lain manggut-manggut setuju, sebab apabila kepala bagian dapur istana mengetahui itu, pasti akan melapor kepada kaisar maka mereka berlima akan memperoleh hadiah dari kaisar.

Betapa gembiranya kelima orang itu. Mereka langsung membawa minuman itu untuk memberitahukan kepada kepala bagian dapur istana.

Di saat bersamaan, Ang Cit Kong dan Ouw Yang Hong pun berpikir, itu merupakan minuman aneh, kalau tidak mencicipinya, pasti akan menyesal selama-lamanya.
Kini kelima orang itu telah melangkah pergi. Orang yang membuat minuman tersebut membawa cangkir berisi minuman itu. Mereka sama sekali tidak tahu, bahwa ada dua orang berniat mencuri minuman tersebut.

Orang yang membawa minuman itu terus ber-jalan dengan wajah berseri-seri. Ternyata dia sedang memikirkan hadiah yang akan diterimanya dari kaisar.

Mendadak dia menjerit kaget, karena tangan-nya yang membawa minuman itu terasa sakit sekali, sehingga cangkir itu terlepas dari tangannya. Di saat itulah, tampak sosok bayangan berkelebat laksana kilat menyambar cangkir itu, lalu menghilang entah ke mana.

Kelima orang itu tidak tahu siapa yang mencuri minuman tersebut. Tidak tampak tumpahan minuman itu di lantai, dan di tangan mereka berlima pun tidak memegang cangkir itu.

Hilang ke mana cangkir yang berisi Sari Wan Yo? Itu sungguh mengherankan sekali!
Wajah orang yang membuat minuman itu tam-pak dingin. Dia menatap keempat orang seraya berkata dengan dingin pula.

"Saudara sekalian, aku adalah teman kalian, bergurau harus pada waktunya. Aku yang membuat minuman itu, sudah barang tentu kalian pun akan mendapat keuntungan.

Apabila kaisar merasa suka akan minuman itu, kalian pun akan memperoleh hadiah besar. Siapa di antara kalian yang mencuri minuman itu, harap segera kembalikan kepadaku, agar aku tidak perlu turun tangan dan merusak hubungan baik kita selama ini."

Keempat orang itu tampak tercengang. Tiada seorang pun tahu siapa yang mencuri minuman itu. Akan tetapi, mereka berempat bergirang dalam hati karena minuman itu telah hilang, maka kaisar pun tidak akan menikmati minuman yang dibuat orang itu, sehingga dia tidak akan memperoleh hadiah apa pun dari kaisar, jadi sia-sialah penemuannya itu.

Berselang sesaat, salai ..curang dari mereka menyahut.

"Aku cuma melihatmu menjerit, karena itu, aku pun maju dengan maksud ingin memapahmu, sebab badanmu kelihatan sempoyongan. Tidak disangka minuman yang berada di tanganmu malah hilang begitu saja."

"Aku melihat sebuah tangan menjulur, tapi aku kira itu adalah tanganmu. Lagi pula kau pasti kuat memegang minuman itu, bagaimana mungkin aku mencurinya?" sambung temannya.

Orang itu kelihatan terheran-heran, kemudian berkata dengan kening berkerut.

"Kok aku tidak melihat tangan itu, bagaimana begitu cepat?"

"Menurutku, kau tidak usah memikirkan itu. Bukankah esok kau masih bisa membuat minuman itu lagi untuk kaisar?" kata salah seorang lagi.
Yang lain juga mengatakan begitu, akhirnya orang itu menggeleng-gelengkan kepala seraya menyahut.

"Kalian harus tahu, aku telah memeras otak membuat bahan-bahannya, barulah dapat mem-buat secangkir minuman itu. Kalian pun harus tahu, di dalam tabung itu berisi berbagai macam bahan, salah satunya adalah rumput Rusa yang hanya tumbuh di Gunung Thian San. Bersusah payah aku mencarinya, hanya sedikit yang kudapatkan, dan tidak gampang aku mendapatkannya lagi.

Mendengar ucapannya, keempat orang itu lalu berkata dalam hati. Sungguh memeras tenaga orang itu memperoleh bahan-bahan tersebut, itu hanya demi menyenangkan kaisar agar mendapat hadiah! Tapi tak disangka minuman yang dibuatnya itu malah menghilang seperti dicuri setan. Mereka berempat merasa sayang juga merasa girang. Karena kalau minuman itu tidak hilang, orang itu pasti akan hidup senang selamanya, sebab berhasil membuat minuman itu untuk menyenangkan kaisar.

Sementara orang itu pun berkata dalam hati. Aku cuma merasa tanganku sakit, justru tidak tahu siapa di antara mereka berempat yang mencuri minuman itu. Kelihatannya aku telah keliru menilai mereka berempat, salah seorang di antara mereka pasti berkepandaian tinggi. Kini harus mengatakan apa, kepandaiannya jauh lebih rendah dari orang tersebut. Dia justru masih tidak mengerti, bagaimana orang yang dimaksud itu, begitu turun tangan, cangkir yang berisi minuman buatannya langsung hilang begitu saja.

Berpikir sampai di situ, orang itu mengeluh dalam hati, bahwa dirinya amat sial. Orang itu terus berpikir, lebih baik meninggalkan tempat ini, tentunya orang yang mencuri minuman buatannya itu tidak akan membawa pergi minuman tersebut.

Setelah berpikir demikian, orang itu berkata.

"Sudahlah! Hari ini aku memang sial sekali. Aku tidak akan menuduh kalian yang mencuri minuman itu. Kalian bilang tidak mencurinya, aku harus mempercayai kalian. Mari kita pergi, jangan lama-lama di sini!"

Keempat orang itu paham, sesungguhnya orang tersebut tidak mempercayai mereka berempat, sebab di tempat tersebut banyak terdapat cangkir yang berisi berbagai macam minuman, entah disembunyikan di mana minuman Sari Wan Yo itu. Akan tetapi, mereka berempat tahu bahwa tiada seorang pun di antara mereka yang mencuri minuman tersebut, maka mereka berempat tidak merasa takut maupun cemas.

"Baik, baik! Mari kita keluar semua!" sahut mereka serentak.

Mereka berlima segera melangkah meninggal-kan tempat itu. Seketika suasana di dapur itu ber-ubah menjadi hening. Sedangkan Ang Cit Kong dan Ouw Yang Hong berlega hati.

Mereka berdua keluar dari tempat persem-bunyian sambil meluruskan pinggang. Saat itu Ouw Yang Hong baru melihat tangan Ang Cit Kong memegang cangkir yang berisi minuman Sari Wan Yo.

Dia memandang cangkir itu seraya bertanya. "Apa itu?"

Ang Cit Kong tertawa puas.

"Jangan berisik! Ini adalah minuman Sari Wan Yo yang mereka ributkan tadi!"

Ouw Yang Hong tersentak. Kini dia bertambah yakin, bahwa Ang Cit Kong berkepandaian amat tinggi. Tadi dia cuma melihat badannya berkelebat, tak disangka minuman itu sudah berada di tangannya, bahkan tak seorang pun melihatnya sama sekali.

"Ang Cit Kong, untuk apa kau mengambil minuman itu?" tanyanya. Ang Cit Kong tertawa.

"Ha ha! Aku sering minum minuman buatan orang itu! Aku tahu dia amat ahli dalam hal mem-buat minuman dan masakan, maka aku harus mencicipi minuman ini!"
Ouw Yang Hong manggut-manggut.

"Jangan terus bertanya, mari kita minum!" kata Ang Cit Kong.

Ouw Yang Hong terbelalak.

"Kau menghendakiku ikut minum juga?"

Ang Cit Kong manggut-manggut.

"Tidak salah! Ini merupakan minuman istimewa. Kau tidak mau minum ya terserah, tapi kalau kau tidak mencicipinya, justru tidak tahu akan kesenangan."
Ouw Yang Hong berpikir sejenak, Ang Cit Kong berani minum, kenapa dia tidak? Itu merupakan minuman istimewa, apabila tidak mencicipinya, bukankah sayang sekali?
Setelah berpikir sejenak, barulah Ouw Yang Hong mengangguk.

"Baik! Aku minum, aku minum!"

Mereka berdua lalu meneguk minuman ter-sebut. Keduanya terbatuk-batuk sebentar dan kemudian badan mereka bergemetar. Akan tetapi, mereka berdua justru merasa nyaman dan enak sekali.

Berselang beberapa saat, Ang Cit Kong bertanya.

"Ouw Yang Hong, pernahkah kau menikmati minuman yang amat istimewa seperti ini?"

"Bagaimana mungkin aku pernah menikmati minuman istimewa seperti ini? Sebetulnya minuman apa ini?" Ouw Yang Hong balik bertanya.

"Apakah tadi kau tidak mendengar, mereka menamai minuman ini Sari Wan Yo, dibuat dari lima macam racun!" sahut Ang Cit Kong.

Ouw Yang Hong terbelalak.

"Oh? Bagaimana cara membuatnya? Kalau kita bisa membuatnya dan minum setiap hari, bukankah itu merupakan kesenangan selamanya?"

Ang Cit Kong menggeleng-gelengkan kepala.

"Kau kira gampang memperoleh bahan-bahan-nya? Kau jangan bermimpi di siang hari bolong!"

Kini Ouw Yang Hong mulai merasa dirinya melayang-layang.

"Ang Cit Kong, bagaimana perasaanmu sekarang?" tanyanya.
Ang Cit Kong menatapnya. Sepasang mata Ouw Yang Hong tampak sulit dibuka, sehingga membuat Ang Cit Kong tertawa gelak.

"Ha ha ha! Ouw Yng Hong, kalau kau tertidur, aku akan meninggalkanmu, agar dihukum kaisar, janganlah kau menyalahkanku!"

Ouw Yang Hong tahu dia bergurau, tapi karena merasa dirinya berkepandaian rendah, cemas juga hatinya ketika mendengar kata-kata itu.

Dia memandang Ang Cit Kong seraya berkata.

"Kalaupun aku bernyali besar, juga tidak berani tidur di sini. Sebentar lagi pasti ada orang ke mari. Kalau mereka melihat diriku, aku pasti ditangkap, dan mungkin juga aku akan disuruh membuat minuman Sari Wan Yo itu."

Ang Cit Kong tersenyum.

"Kalau mereka menyuruhmu membuat minuman itu, aku pasti akan mencicipinya . . ."

"Maksudku kalau aku ditangkap, pasti akan dicincang untuk dijadikan bahan membuat minuman Sari Wan Yo," selak Ouw Yang Hong.

Ang Cit Kong tertawa gelak.

"Ha ha ha! Itu lebih bagus, sebab aku akan mencicipi Sari Wan Yo yang dibuat dari dagingmu, rasanya pasti enak sekali!"

Ouw Yang Hong tahu Ang Cit Kong cuma bergurau, namun tersentak juga hatinya sebab apabila dia tertangkap, entah akan dijadikan apa dirinya? Saat ini dia memang tidak dapat membangkitkan semangatnya, akhirnya terkulai dan tertidur seketika.

Ang Cit Kong terbelalak, kemudian berkata dengan suara lantang.

"Ouw Yang Hong, Ouw Yang Hong! Janganlah kau tidur, begitu kau tidur pasti mati di sini!"

Namun Ouw Yang Hong tidak mendengarnya, ternyata dia sudah pulas.
Ang Cit Kong ingin memapahnya, tapi merasa dirinya amat ringan seakan melayang-layang.

"Celaka!" keluhnya dalam hati.

Ketika dia baru mau duduk menghimpun hawa murni, mendadak terdengar suara dengusan dingin.

Dengusan dingin itu membuat hati Ang Cit Kong tersentak, bahkan terasa dingin pula dalam hati.

Ang Cit Kong segera memandang ke depan. Tampak lima orang berdiri di situ, ternyata adalah kelima tukang masak, Miau Toaya dan teman-temannya.

Kelima orang itu merupakan tukang masak yang amat dipercaya kaisar. Walau cuma tukang masak, mereka berlima cukup berkuasa di dalam istana.

Sedangkan kaum rimba persilatan pun tahu, kelima orang itu berkepandaian tinggi. Julukan mereka berlima adalah Miau Ciu Jin Chu-Miau Toaya, Cian Ban Keng Ko-Jie Ya, Yu Tam Hwe Lou-Sam Ya, Pek Ciu Cap Ciang-Sie Ya dan It Kie Cong Peng-Ngo Ya.
Miau Ciu Jin Chu memandang Ang Cit Kong dan Ouw Yang Hong dengan tajam, lalu bertanya dingin.

"Siapa kalian berdua! Sungguh besar nyali kalian berani memasuki istana!"
Ouw Yang Hong agak sadar saat ini, namun dia diam saja, hanya memandang Ang Cit Kong dengan mata yang masih mengantuk.

Sedangkan Ang Cit Kong mengeluh dalam hati, karena kelima orang itu telah melihat mereka berdua. Tapi air muka pengemis itu tidak berubah sama sekali, dan dia tertawa seraya menyahut.

"Siapa kalian? Terus terang, kami berdua adalah tukang masak dari Hong Cu Lau (Wisma Hong Cu)! Kami memasuki dapur istana, hanya ingin mencuri belajar kepandaian kalian berlima, kalau tidak berhasil, bagaimana berkecimpung dalam dunia kang ouw lagi? Apabila kami berhasil, tentunya kami akan hidup senang!"

Ang Cit Kong berkata dengan sungguh-sungguh, sehingga membuat kelima orang itu percaya, bahwa kedua orang itu adalah tukang masak dari Hong Cu Lau, kemari hanya ingin mencuri belajar kepandaian mereka berlima dalam hal memasak.

Mereka berlima pun berkata dalam hati, kalau tidak memberi sedikit muka kepada tukang masak dari Hong Cu Lau, sudah pasti akan tersiar dalam dunia kang ouw, bagaimana mereka berlima ber-kecimpung dalam dunia kang ouw lagi kelak?

Ouw Yang Hong amat tegang dalam hati, ketika melihat Ang Cit Kong menyahut dengan begitu tenang, timbul pula keberaniannya dan membatin. Ouw Yang Hong, Ouw Yang Hong! Kau memang ceroboh ikut Ang Cit Kong ke dalam istana, namun kau tidak boleh dipandang rendah olehnya. Walau Ouw Yang Hong membatin demikian, tapi hatinya tetap merasa agak takut.

Sementara Miau Ciu Jin Chu terus menatap Ang Cit Kong dalam-dalam, kemudian bertanya.

"Siapa kau?"

"Aku adalah Su Ciau Hwa Cu (Pengemis Su) dari Wisma Hong Cu Lau!" sahut Ang Cit Kong.

Su Ciau Hwa Cu cukup terkenal dalam dunia kang ouw. Dia memang seorang pengemis yang berkecimpung dalam dunia persilatan, tapi kemudian diundang majikan Wisma Hong Cu Lau sebagai tukang masak. Tentang itu amat menggemparkan dunia persilatan, tentunya kelima tukang masak istana itu juga mengetahuinya.

Akan tetapi, hati Ang Cit Kong justru kebat-kebit, karena takut kelima orang itu mengenal Su Ciau Hwa Cu, sebab mereka sama-sama berada di kotaraja.

Oleh karena itu, Ang Cit Kong pun berkata dalam hati. Kalau mereka berlima tidak percaya, sehingga terjadi pertarungan, maka aku harus kabur! Namun Ouw Yang Hong pasti merepotkanku, sebab biar bagaimana pun aku harus membawanya pergi. Kalau tidak, dia pasti mati di sini.

"Benarkah kau adalah Su Ciau Hwa Cu?" tanya Miau Ciu Jin Chu.
Ang Cit Kong berkertak gigi. Urusan sudah jadi begini, maka dia harus berbohong terus.

"Kalau aku bukan Su Ciau Hwa Cu, lalu siapa lagi Su Ciau Hwa Cu?" sahutnya.
Sahutannya kelihatan dapat membuat orang percaya. Kelima orang itu memandangnya, dan tiada seorang pun yang bersuara. Sejenak kemudian barulah Miau Ciu Jin Chu membuka mulut.

"Saudara Su telah memasuki istana, tentunya harus memperlihatkan sedikit kepandaian, agar kami berlima dapat menyaksikannya."

Ang Cit Kong berkeluh dalam hati. Seandainya di luar, dia pasti tidak takut menghadapi kelima orang itu. Tapi tempat ini merupakan dapur istana. Apabila terjadi pertarungan, para pengawal istana pasti akan ke mari, dan mereka berdua pasti celaka.
Ang Cit Kong tertawa seraya berkata.

"Menurutku, itu tidak perlu. Kita semua satu protesi, harus saling mengenal dan mendekat. Hari ini secara diam-diam kami memasuki istana, harap kalian berlima sudi memaafkan kami, sampai jumpa!"

Dia memberi isyarat kepada Ouw Yang Hong, agar dia segera pergi. Ouw Yang Hong langsung bangkit berdiri. Tapi ketika baru mau melangkah, kelima orang itu bergerak menghadanginya.

"Saudara Su sudah berada di sini, haruslah memperlihatkan sedikit kepandaian, agar terbuka mata kami!" kata Miau Ciu Jin Chu kepada Ang Cit Kong.

"Kalian berlima sudah lupa tempat apa ini? Ingin berkelahi di sini? Kalau kalian berlima ingin berkelahi, bagaimana kalau kita berkelahi di luar saja?" sahut Ang Cit Kong.
Sementara Ouw Yang Hong berkeluh dalam hati, kelihatannya nyawaku akan melayang hari ini. Tidak seharusnya aku ikut pengemis sialan itu mencuri makan di dapur istana. Sungguh penasaran kalau aku mati di sini, apa boleh buat! Aku harus bertarung mati-matian dengan mereka!

Hati Miau Ciu Jin Chu tidak tergerak sama sekali. Dia menatap Ang Cit Kong dengan dingin seraya berkata.

"Kau berkepandaian memasuki dapur istana, tentunya punya kepandaian untuk keluar lagi. Kau harus memperlihatkan kepandaianmu, agar mata kami terbuka!"
Usai berkata, dia menyambar suatu barang, lalu disambitkan ke arah Ang Cit Kong dan Ouw Yang Hong.

Mata Ouw Yang Hong kurang tajam, maka barang yang sebenarnya itu sendok, dikiranya semacam senjata rahasia. Dia ingin berkelit, tapi sudah terlambat, maka sendok itu menyambar kepalanya.

Lain halnya dengan Ang Cit Kong yang memang berkepandaian tinggi. Dia hanya menjulurkan sebuah tangannya, tapi berhasil menyambut sendok yang meluncur ke arahnya.

Dia mengerutkan kening, lalu membentak keras.

"Kalian mau apa?"

Salah seorang dari kelima tukang masak itu menyahut.

"Kami dengar, kepandaian memasak Su Ciau Hwa Cu dari Wisma Hong Cu Lau amat terkenal. Hari ini kami merepotkanmu membuat beberapa macam masakan di sini!"

Ang Cit Kong dan Ouw Yang Hong saling memandang. Saat itu mereka berdua baru tahu kelima orang itu menghendaki mereka berdua membuat beberapa macam masakan, bukan ingin berkelahi. Itu pun membuat Ouw Yang Hong ber-keluh dalam hati. Kalau berkelahi, Ang Cit Kong pasti dapat melayani mereka. Tapi membuat beberapa macam masakan, tentunya akan menyulitkannya.

Wajah Ang Cit Kong tampak muram, sebab dia adalah seorang pengemis yang cuma tahu makan, bagaimana mungkin memuat beberapa macam masakan? Sedangkan Su Ciau Hwa Cu memang mahir memasak. Namun Ang Cit Kong hanya mencatut namanya, pada hal dia tidak pandai memasak. Apabila dia tidak dapat membuat beberapa macam masakan terkenal, mereka berdua pasti akan mati di tempat itu.

Sementara kelima orang itu terus memandang Ang Cit Kong. Kelihatannya mereka berlima sedang menunggu pengemis itu membuat beberapa macam masakan.

Ang Cit Kong mendekati tungku perlahan-lahan, kemudian mengambil sebuah penggorengan seraya berseru.

"Handuk tangan!"

Mendengar seruan itu, Miau Ciu Jin Chu segera melempar sehelai handuk kecil kepadanya.

Ang Cit Kong menyambut handuk kecil itu, lalu diputar-putarnya dan mendadak diarahkannya ke baskom yang berisi air. Sudah barang tentu mem-buat air di dalam baskom itu muncrat ke atas.

Ang Cit Kong memutar handuk kecil itu lagi, untuk menyambar air yang muncrat itu, maka tidak jatuh ke bawah.

Kelima orang itu terbelalak menyaksikannya. Mereka berlima amat kagum akan kepandaian Ang Cit Kong. Sebaliknya Ouw Yang Hong malah menggeleng-gelengkan kepala, sebab kelima orang itu menghendaki Ang Cit Kong membuat beberupa macam masakan, bukan memperlihatkan ilmu silatnya.

Ang Cit Kong tertawa, lalu mendadak menyambar sebuah kuali sekaligus ditaruhnya di atas tungku. Setelah itu, dia pun bergerak cepat menyambar minyak, lalu dituangnya ke dalam kuali itu. Kemudian dia mengiris sayur dan lain sebagainya. Bukan main cepatnya sekaligus dituang ke dalam kuali. Terdengarlah suara 'Cas Cess' dan tak lama, tercium pula aroma masakan yang amat menyedapkan hidung.

Kelima orang itu terus memperhatikannya, begitu pula Ouw Yang Hong. Namun dia memper-hatikannya dengan wajah cemas.

Berselang sesaat, masakan itu sudah matang. Ang Cit Kong menuangnya ke dalam sebuah mangkuk, sedangkan Miau Ciu Jin Chu mendekatinya, lalu mencicipi masakan itu.

Teganglah hati Ouw Yang Hong, sebab apabila masakan itu tidak enak, Miau Ciu Jin Chu pasti akan tahu, kalau Ang Cit Kong bukan Su Ciau Hwa Cu, dan mereka berdua pasti akan celaka.

Sementara Miau Ciu Jin Chu telah mencicipi masakan tersebut. Dia nampak manggut-manggut, lalu berkata.

"Bagus!"

Ang Cit Kong tersenyum-senyum, sedangkan Ouw Yang Hong terbelalak karena tercengang. Dia tidak menyangka Ang Cit Kong mahir memasak pula.
Miau Ciu Jin Chu menatap Ang Cit Kong, lalu berkata.

"Tidak salah, ini adalah masakan yang amat terkenal. Kau memang pandai memasak. Aku per-caya kau adalah Su Ciau Hwa Cu."

Ang Cit Kong mengangguk.

"Betul!"

Miau Ciu Jin Chu manggut-manggut.

"Kau boleh pergi sekarang!"

Ang Cit Kong tertawa gembira.

"Ha ha! Terimakasih! Terimakasih . . ."

Dia segera mengajak Ouw Yang Hong pergi. Betapa girangnya Ouw Yang Hong. Dia tidak men-duga Ang Cit Kong adalah Su Ciau Hwa Cu.
Ketika mereka berdua baru melangkah sampai di pintu, mendadak terdengar suara bentakan yang mengguntur.

"Berhenti!"

Ang Cit Kong dan Ouw Yang Hong terpaksa berhenti. Hati mereka berdebar-debar tegang.

Siapa yang membentak? Ternyata Miau Ciu Jin Chu. Kemudian dia menghampiri mereka berdua seraya berkata.

"Su Ciau Hwa Cu adalah orang Wisma Hong Cu Lau, itu memang benar! Masakanmu itu pun tergolong masakan yang amat terkenal! Tapi kau bukan Su Ciau Hwa Cu, melainkan Su Ciau Hwa Cu palsu!"

Hati Ouw Yang Hong tersentak. Tadi dia pun mengira Ang Cit Kong adalah Su Ciau Hwa Cu, tapi ternyata bukan.

Sedangkan Ang Cit Kong manggut-manggut, kelihatan tenang sekali, kemudian menyahut.

"Bagaimana kau tahu aku bukan Su Ciau Hwa Cu?"

***

DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar