BAGIAN 45: RENCANA AUWYANG HONG
AUWYANG HONG tersenyum sinis,
tampaknya ia tidak senang menerima perlakuan yang kasar dari orang bertopeng
merah itu, maka ia telah berkata dengan suara mengandung kemen dongkolan :
„Hemm....., orang itu hanya memiliki kepandaian yang lebih tinggi dari kita,
karena usianyapun lebih tua dari kita, ia dari tingkatan tua. Coba kalau memang
kita telah sempat berlatih dari sepuluh atau dua puluh tahun lagi, tentu kita
bisa menghadapinya....!"
Ong Tiong Yang tersenyum.
,,Salah jika memang kau
memilki pandangan seperti itu, Hengtai," katanya kemudian. ,,Orang itu
memiliki hati yang cukup baik, karena ia tidak menurunkan-tangan keras kepada
kita, dan ia telah menolongi kita menghadapi Bian Kie Liang, setelah itu ia
pergi begitu saja.....
Tetapi Auwyang Hong tampaknya
kurang senang dan ia berkata dengan suara yang tawar: ,,Hemm....., jika dilihat
dari gerak geriknya, tentunya orang itu juga bukan manusia balk-baik,"
katanya.
„Dan jika kelak aku telah
berlatih diri lebih giat dan memiliki kepandaian yang lebih kuat, aku akan
mencarinya, untuk meminta pengajaran lagi kepadanya, sayangnya aku tidak bisa
melihat wajahnya yang disembunyikan itu, sehingga aku tidak mengetahui entah
siapa adanya orang itu ..........?”
Ong Tiong Yang tertawa saja
mendengar perkataan Auwyang Hong.
„Mari kita kembali
kekota!" katanya mengajak.
Auwyang Hong berdiam sejenak,
tampak nya ia ragu-ragu.
„Apakah disana kita tidak akan
bertemu dengan Bian Kie Liang ?" tanyanya.
Ong Tiong Yang menganggap
bahwa pertanyaan Auwyang Hong ada benarnya-juga.
„Jadi Hengtai ingin pergi
kemana ?" tanyanya.
„Entahlah, aku masih belum
tahu ......!"
„Lalu jika memang Bian Kie
Liang kembali kekota dan nona Lie itu kebetulan kembali kesana, sehingga mereka
bertemu, apa yang akan terjadi pada diri nona Lie itu ?"
Ditanya begitu, Auwyang Hong
berdiam sejenak. Namun akhirnya ia mengguk-angguk.
„Baiklah, mari kita kembali
kesana untuk melibat keadaan .....!"
Dan setelah berkata begitu, ia
mendahului Ong Tiong Yang berlari dengan cepat.
Dalam waktu sekejap mata saja,
Ong Tiong Yang dan Auw yang Hong telah tiba dirumah makan yang telah mereka
tinggalkan tadi.
Setengab harian mereka mencari
Lie Siu Mei, tetapi gadis itu tidak berhasil mereka jumpai .
Begitu juga halnya dengan Bian
Kie Liang mereka tidak melihat Sie Hun Bian tersebut.
Waktu itu Auwyang Hong dan Ong
Tiong Yang memutuskan untuk bermalam dikota tersebut, mereka telah bermalam
disebuah rumah penginapaa yang tidak jauh dari rumah makan itu.
Kiang Bun, teman ber-cakap2
Ong Tiong Yang waktu pertama kali ia mendatangi kota ini, ternyata sudah tidak
terlihat mata hidung nya.
Malam itu Ong Tiong Yang tidur
dengan nyenyak, karena ia memang letih sekali setelab bertempur begitu lama
dengan Bian Kie Liang.
Tetapi waktu menjelang tengah
malam. Ong Tiong Tang terbangun dari tidurnya.
la seperti mendengar sesuatu,
suara yang perlahan sekali.
Namun sebagai seorang yang
telah terlatih benar pendengarannya, segera ia bisa menangkap bahwa diatas
genting kamarnya ada dua orang yang tengah berjalan, berlari ringan.
Ong Tiong Yang dengan ringan
melompat dari pembaringannya, ia segera mengbampiri jendela dan memasang
pendengarannya.
Tetapi orang yang tengah
berlari diatas genting itu tidak melompat turun, malah suara larinya itu
semakin menjauhi.
Ong Tiong Yang jadi curiga.
la mendengarkan lagi beberapa
saat, sampai akhirnya ia melompat keluar dari jendelanya dan melompat naik
keatas genting.
Gerakan yang dilakukannya itu
sangat cepat, lalu iapun melakukan pengejaran pada orang yang telah berlari
begitu jauh sekali.
Dalam keadaan demikian, tampak
Ong Tiong Yang memang bersikap hati2 sekali.
Ia telah mengejar orang yang
tengah berlari diatas genting itu.
Ilmu meringankan tubuh yang
dimiliki Ong Tiong Yang memang telah mencapai tingkat yang tinggi, sehingga ia
bisa mengikuti sosok tubuh yang tengah herlari itu tanpa disadari oleh orang
yang tengah diikutinya itu.
Saat itu tampak sosok tubuh
yang mergenakan pikaian ringkas berwarna hitam itu telah berlari menuju kearah
selatan.
Ketika sampai disebelah pintu
Koa dan terpisah dua puluh tombak, orang itu telah melompat turun.
Gerakan orang itu gesit
sekali, tetapi Ong Tiong Yang berhasil mengikuti terus dengan baik.
Selama menguntit orang itu,
Ong Tiong Yang melihat bentuk tubuh orang itu seperti dikenalnya.
Setelah lewat sekian lama,
tampak sosok bayangan itu berhenti didepan sebuah kuil tua yang telah banyak
kerusakan disana-sini.
Waktu itu, orang tersebut
segera menegur dengan suara yang perlahan : „Mei-moay..!"
,,Auwyang Koko.... engkau
telah dataag?" terdengar suara seorang wanita menyahuti dari dalam kuil
itu, dan disusul munculnya seorang gadis.
Ong Tiong Yang yang tengah
mengintai segera melihat, betapa gadis itu dan pria yang baru datang yang
mengenakan pakaian ringkas berwarna hitam tersebut, saling bercekalan tangan,
mulut mereka tersenyum dan sinar mata mereka memancarkan cinta kasih.
Yang membuat Oong Tiong Yang
terkejut dan heran, dia segera mengenali bahwa wanita itu tidak lain dari Lie
Siu Mei, sigadis yang telah bertemu dengannya beberapa kali.
Sedangkan orang yang
mengenakan pakaian warna hitam itu, tidak lain dari pada Auwyang Hong!
Tentu saja Ong Tiong Yang jadi
heran bukan main, sebelumnya Auwyang Hong maupun Lie Siu Mei selalu
memperlihatkan sikap seperti juga diantara mereka terdapat jurang pemisah yang
dalam.
Tetapi sekarang justru Ong
Tiong Yang telah meayaksikan sikap mereka yang begitu mesra.
Dangan sendirinya hal ini
membuat Ong Tiong Yang benar2 tidak mengerti.
Sedangkan Auwyang Hong tampak telah
menarik tangan sigadis, katanya dengan suara yang lembut: „Mei-moy... mengapa
engkau selalu mempermainkau aku ?"
.„Mempermainkan engkau ?
Bukankah engkau sendiri yang mencari urusan seperti itu sahut sigadis dengan
suara yang manja.
Auwyang Hong tersenyum.
,,Kau selalu membuat susah
hatiku, Mei-moy... tahukan engkau, selama beberapa hari lamanya aku selalu
disiksa oleh perasaan rindu ingin bertemu denganmu...... ?"
Lie Siu Mei tertawa juga,
manis sekali tertawanya itu.
,,Akupun demikian, Auwyang Koko.......!"
kata sigadis manja, bahkan ia telah merebah-kan kepalanya didada sipemuda,
dengan sikap yang mesra sekali.
Ong Tiong Yang yang
menyaksikan ini, jadi tersenyum sendirinya, ia membuang pandangannya kelain
arah dengan pipi yang berobah merah.
Baru saja Ong Tiong Yang ingin
meninggalkan tempat tersebut, disaat itu ia mendengar Auwyang Hong berkata :
„Mei-moy........ apakah engkau berhasil menguasai pendeta muda itu ?"
.,Maksudmu Tojin muda itu
?" tanya Lie Siu Mei.
„Yang bernama Ong Tiong Yang
itu .........?”
Ong Tiong Yang jadi tercekat
hatinya, ia memasang pendengarannya terus, karena ia jadi tertarik ingin
mengetahui apa yang akan dibicarakan oleh kedua orang itu, bukankah nama nya
telah disebut-sebut.
Auwyang Hong waktu itu
mengiyakan, dan Lie Siu Mei juga terdengar membuka suara yang agak perlahan :
„Aku sebenarnya berhasil menguasainya, jika memang tidak timbul urusan dengan
Bian Kie Liang, dimana engkau terlibat didalamnya, aku tentu sudah berhasil
menguasai keseluruhannya !"
Ong Tiong Yang jadi heran,
entah apa yang dimaksud kedua orang ini, karena ia tahu, bahwa kedua orang
tersebut justru tengah mempergunjingkan dirinya.
Malah jika didengar dan
dilihat sikap mereka yang begitu mesra, tampaknya mereka telah telah saling
kenal lama sekali dan intim.
Waktu itu, Ong Tiong Yang
mendengar pula perkataan Auwyang Hong :
,.Benar, justru timbulnya
urusan Bian Kie Liang membuat rencana kita berantakan ....!" katanja.
Lie Siu Mei menghela napas.
Kedua muda-mudi itu jadi
berdiam ditempat persembunyiannya dengan hati yang berpikir keras , dan mereka
tenggelam dalam kemesraan.
Sedangkan Ong Tiong Yang jadi
berdiam, ia tidak tahu entah rencana apa yang tengah di laksanakan oleh Auwyang
Hong dan Lie Siu Mei.
Tetapi didengar dari nada
suara mereka, memperlihatkan bahwa mereka mengandung masksud tidak baik
padanya.
,,Auwyang Koko......!"
terdengar suara berbisik Lie Siu Mei, ia berbisik dengan suara perlahan namun
disebabkan Ong Tiong Yang memiliki pendengaran yang tajam, ia bisa mendengar
suara sigadis dengan jelas.
„Hemm......?” sahut sipemuda
sambil menundukkan kepala dan mereka te!ah menuju kebawah sebatang pohon liu
yang tumbuh di samping kuil itu.
„Sekarang tojin muda itu
berada dimana?" tanya si gadis.
,,Masih dirumah penginapan, ia
tentu tengah tertidur nyenyak sekali."
,,Hemm......., jika memang
demikian, besok saja kita mulai kembali dengan rencana kita, agar kita bisa
menguasai dirinya........!"
Baiklah Mei-moy tetapi engkau
harus melakukannya dengan hati-hati, agar rencana kita, itu berhasil dengan
baik," kata Auwyang Hong.
Pasangan muda-mudi itu terus
juga bercakap-cakap dengan mesra.
Sedangkan Ong Tiong Yang yang
berada di tempat persembunyiannya diliputi oleh tanda tanya tidak mengerti, ia
men-duga2 entah rencana apa yang dimiliki pasangan muda-mudi tersebut.
Dia tidak mengetahuinya dengan
jelas, karena waktu justru memang Ong Tiong Yang belum mendengar apa rencana
mereka.
Karena tertarik dan ingin
sekali mengetahui rencana mereka, sebab urusan menyangkut dirinya.
GAMBAR
Pasangan muda-mudi itu terus
juga,
bercakap- -cakap dengan mesra.
Ong Tiong Yang tetap
bersembuny ditempatnya.
Ia ingin mendenqarkan terus,
rencana apakah yang tengah direncanakan oleb pasangan muda-mudi tersebut.
Hanya saja didengar dari
percakapan antara Auwyang Hong dengan Lie Siu Mei, memang tampaknya
mereka-tengah merencanakan sesuatu yang tidak benar.
Waktu itu, Ong Tiong Yang
mendengar lagi Lie Siu Mai berkata :
„Auwyang Koko ...... coba kamu
jelaskan, sesungguhnya kepandaian Tojin muda itu apakah lebih tinggi dari kau
?" tanya –sigadis.
Ong Tiong Yang mendengar
Aauwyang Hong menghela napas.
„Mengenai kepandaian mungkin
kami berimbang, tetapi justru ia merupakan murid dari aliran bersih, aku
melihat dari sinar matanya dan tenaga lweekang yang dimilikinya, maka dari itu,
alangkah menariknya jika kita bisa memperoleh keterangan mengenai pelajaran
ilmu sinkang dari aliran putih dan lurus. Sedangkan aku sendiri merupakan murid
dari pintu perguruan yang ilmunya agak sesat, seperti ilmu kodokku, yaitu Ha Mo
Kang ....... jika memang aku bersih, terus tanpa berusaha mengalihkan
kesesatannya itu, tentu akan mencelakakan diriku sendiri. Itulah sebabnva aku
meminta bantuan Mei-moy untuk memancing tojin itu, agar ia bersedia memberikan
penjelasan mengenai pelajaran sinkang dari aliran bersih, yaitu dari aliran
pintu perguruannya . . . . !"
Lie Siu Mei menghela napas
dalam2, untuk sejenak lamanya ia tidak membuka mulut, sampai akhirnya ia
berkata dengan suara ragu-ragu : „Tetapi jika gagal...........?"
,,Aku mohon kau usahakan
jangan sampai gagal.....!" kata Auwyang Hong.
Lie Siu Mei menghela napas
lagi, kedua remaja itu tanggelam dalam kebisuan.
Sedangkan darah Ong Tiong Yang
tengah bergolak dan hatinya tidak senang setelah mengetahui rencana pasangan muda-mudi
itu.
Segera ia menyadari bahwa
sigadis rupanya hanya pura2 hendak meminta pertolongannya untuk merujukkan
dengan Auwyang Hong rupanya sigadis hanya ingin memancing pelajaran sinkang
dari aliran murni lewat mulutnya.
Tentu saja Ong Tiong Yang sama
sekali tidak menyangka bahwa Auwyang Hong dan Liu Siu Mei merupakan
pemuda-pemudi yang tidak mengenal malu.
Disaat itu, tampak Lie Siu Mei
telah melompat berdiri, ia berkata kepada Auwyang Hong : „Baiklah Auwyang Koko,
engkau kembali menemui pendeta muda itu, engkau harus membawa sikap agar
pendeta muda itu tidak menaruh kecurigaan.
Nanti setelah aku berhasil
mengambil hatinya dan rasa kasihannya, iatentu tidak. keberatan untuk
memberikan pelajaran sinkang yang dimilikinya!"
Auwyang Hong melompat, ia mengiyakan.
Pasangan muda-mudi itu
berciuman dan kemudian berpisa.
Ong Tiong Yang menantikan
sampai Auw yang Hong pergi lenyap dari pandangan matanya, baru ia keluar dari
tempat persembunyiannya.
Dengan mempergunakan
ginkangnya, Ong Tiong Yang kembali kerumah penginapan dan langsung masuk
kekamarnya.
Setela berpikir cukup lama,
akhirnya Ong Tiong Yang tersenyum dan memejamkan matanya untuk tidur.
---oo0oo---