BAGIAN 50: TOK CUN HOA SI ORANG BERMUKA BURUK
SAAT, itu pula Ang Bian
memusatkan seluruh kekuatan sinkang yang ada padanya, ia melancarkan totokan
dan juga cengkeraman yang cepat, untuk merubuhkan lawannya.
Namun kepandaian Ang Bian
masih terpaut sedikit dengan orang bermuka seperti teng korak itu, yang lebih
unggul sedikit tenaga sinkangnya, dengan demikian usaha dari Ang Bian yang
berusaha mendesak lawannya selau gagal.
Sedangkan orang bermuka
seperti tengkorak itu, walaupun menang sedikit tenaga sinkangnya, tetapi ia
tidak bisa berbuat banyak pada Ang Bian, karena mereka se-imbang selalu saling
tindih dan saling tekan bergantian dengan meaampergunakan sinkang mereka.
Walaupun sinkangnya terpaut
:sedikit dengan orang bermuka seperti tengkorak tersebut, tokh Ang Bian
memiliki iimu yang aneh-aneh, setiap serangan yang dilarcarkannya memang tidak
pernah dapat diduga.
Keadaanseperti ini membuat
orang bermuka seperti tengkorak itu jadi penasaran sekali.
Suatu kali ia telah berteriak
sambil berjingkrak: „Jika aku Tok Cun Hoa tidak bisa merubuhkanmu, biarlah
untuk selanjutnya aku akan meninggalkan rumah ini......!"
Berbareng dengan teriakannya,
tampak Tok Cun Hoa atau orang bermuka seperti tengkorak itu, mulai dengan
totokan dan juga tikaman jari tangan yang berlainan dibandingkan dengan yang
semula, dimana kedua tangannya ber-gerak2 cepat sekali mengincar bagian2 tubuh
lawannya yang lemah.
Keadaan demikian membuat
mereka tenggelam semakin dalam, karena mereka terlibat dalam pertempuran yang
tidak berkeputusan.
Detik-detik seperti itu
membuat OngTiong Yang memandang dengan mata lebar, akhirnya jadi nekad.
Ketika melihat tangan Ang Bian
saling tindih dengan kedua tangan Tok Cun Hoa, saat itu Ong Tiong Yang menjejakkan
kakinya, tubuhnya melompat ketengah udara dengan gerakan yang gesit sekali.
Gerakan yang dilakukannya
merupakan gerakan yang benar2 meyakinkan, karena ia tahu, ia harus menyelinap
dibagian yang lemah dari kedua tenaga saling terjang itu.
Ong Tiong Yang bermaksud akan,
mempergunakan setail merubuhkan seribu tail.
Dengan caranya seperti itu
memang memaksa Ong Tiong Yang harus bertindak dengan tepat.
Yaitu harus menyelinap
kebagian yang paling lemah.
Karena sekali saja ia meleset
dan melompat ketempat yang salah, kebagian tenaga dalam yang saling
berhimpitan, tentu dirinya bisa celaka.
Ang Bian dan Tok Cun Hoa
saling menekan, tetapi mereka tidak berhasil merubuhkan lawan masing2, membuat
mereka jadi hanya berdiri dengan tangan masing2 melekat satu dengan yang
lainnya.
Justru disaat itu Ong Tiong
Yang telah melompat ketengah gelanggang dan mempergunakan tangan kiri mendorong
perlahan pada sikut tangan Ang Bian, sedangkan tangan kanannya menyentil sikut
tangan dari Tok Cun Hoa tahu2 dua kekuatan tenaga lwekang yang tengah saling
tindih itu buyar dan kedua tangan dari kedua orang yang tengah salting
bertempur itu jatuh ditempat kosong.
Keadaan demikian yang
terjadinya begitu tiba-tiba membuat Ang Bian maupun Tok Cun Hoa kaget bukan
main, mereka mengeluarkan suara seruan tertahan, dan melompat mundur
kebelakang.
Setelah berhesil memisahkan
kedua jago yang tengah bertarung itu, yang semula seperti seekor gajah dengan
seekor harimau, yang tengah saling terkam, Ong Tiong Yang menghela napas
dalam-dalam.
"Sudahilah pertempuran
ini....... sudahilah pertempuran yang tidak ada manfaatnya ini .........!"
kata Ong Tiong Yang kemudian.
Tetapi Ang Bian maupun juga
Tok Cun Hoa telah berkata dengan tawar: "Engkau tidak perlu mencampuri urusan
kami........!"
Melihat kedua orang itu
seperti juga memang telah nekad dan bersiap-siap hendak saling terjang lagi,
Ong Tiong Yang cepat2 merangkapkan sepasang tangannya, ia membungkukkan
tubuhnya memberi hormat kepada Ang Bian dan Tok Cun Hoa bergantian.
Dengan memandang muka Pinto,
maulah berhenti bertempur ............. janganlah meneruskan pertempuran yang
tidak ada gunanya ini........!"
Tok Cun Hoa trrtawa dingin.
,,Kalian berdua merupakan maling2 kecil yang memasuki rumah orang dengan cara
memaksa apakah perbuatan itu perbuatan terpuji........ ? Sedangkan aku sebagai
pemilik rumah ini memang berhak untuk mempertahankan rumahku, mencegah agar
tidak ada orang yang berbuat kurang ajar padaku .....!''
Ong Tiong Yang mengangguk
sambil tersenym.
,,Apa yang dikatakan oleh Tok
Giesu memang benar, kami yang salah......!" kate Ong Tiong Yang.
„Ong Cin jin, kepada manusia
monyet seperti dia, kita tidak perlu mempergunakan banyak
aturan.........minggirlah engkau Ong Cinjin,
biar aku menghajarnaya biar
dia tahu rasa.......... agar dilain waktu ia tidak bersikap angkuh dan
sekebendak bati seperti ini.
Tok Cun Hoa juga membentak :
„Ya, kau minggirlah tojin muda, karena jika tidak jangan menyalah aku jika
nanti aku kesalahan tangan melukaimu......!”
Melihat keadaan tidak
meggembirakan seperti itu, di mana kedua jago-jago ini siap bertempur lagi, Ong
Tiong Yang jadi menghela napas dalam-dalam.
,,Baiklah jika demikian,"
katanya.
„Kalau kalian memang tidak mau
saling mengalah. Pinto juga tidak bisa mengatakan apapun juga hanya
sayangnya..........!" dan Ong Tiong Yang tidak mereruskan perkataannya.
„Sayang apa?" tanya Tok
Cun Hoa dengan suara yang tawar.
„Ya, sayang apa ?" tanya
Ang Bian, yang rupanya juga ingin mendengar kelanjutan dari perkataan Ong Tiong
Yang.
Ong Tiong Yang menghela napas,
ia tertatawa sambil katanya : „Pinto merupakan tojin muda yang tidak masuk
dalam hitungan dimata jiewie Loci anpwe....., tetapi berilah kesempatan kepada
Boanpwe untuk menyatakan isi hati boanpwe ........ jika memang dalam urusan ini
Lo cianpwe berdua masih tetap melakukan pertempuran, jelas hal tersebut tidak
menguntungkan untuk kalian berdua, disamping itu, bukankah sayang tenaga
sinkang kalian dihamburkan begitu macam.......? Bukankah lebih baik jika
kepandaian dan tenaga yang ada itu dipergunakan sebaik mungkin, yaitu
disalurkan untuk melakukan perbuatan2 mulia dan luhur?"
Ang Bian tertawa mendengar
perkataan Ons Tiong Yang.
"Benar Ong Cinjin, apa
yang engkau kata kan memang benar !" katanya.
Tetapi sebaliknya dengan Tok
Cun Hoa, mukanya berubah jadi keras.
"Hemm.........., jika
memang begitu, engkau ingin mengartikan bahwa aku tadi telah bertanding hanya
melakukan kejahatan belaka ?"
"Bukan begitu
maksudku," kata Ong Tiong Yang sabar.
„Lalu apa maksudmu ?"
tanya Tok Cun Hoa sambil memandang tajam.
„Pinto merasa sayang jika
tenaga dan kepandaian dari kalian berdua dipergunakan untuk hal2 yang tidak
memberikan manfaatnya apa2 bukankah lebih bijaksana jika kepandaian kalian
dipergunakan untu perbuatan2 baik ?"
Ditanya begitu, Tok Cun Hoa
berdiam diri sejenak, tetapi kemudian ia menggelengkan kepalanya sambil katanya
: „Tidak.... tidak aku tadi melakukan apa yang bisa kulakukan buat menjaga
hakku sebagai pemilik rumah ini."
Ong Tiong Yang meagangguk.
,.Benar tetapi tidakkah
locianpwe merasa malu, jika urusan sekecil itu saja dilakukan untuk bertempur
dengan mempergunakan kepandaian yang begitu tinggi.......?"
,,Mengapa barus malu ?"
„Bukankah Pinto telah katakan,
jika memang kepandaian itu dipergunakan untuk melakukan perbuatan baik dan
penuh keadilan, itu lebib bermanfaat........?"
„Cisss........, engkau tidak
perlu banyak mengoceh dihadapanku, tojin muda!" kata Tok Cun Hoa kemudian.
,,Kenapa........?" tanya
Ong Tiong Yang sabar.
,,Aku tidak mau mendengar
ocehaamu...”
„Menga pa begitu?"
,,Karena ocehanmu itu tidak
ada artinya dan engkau hanya berusaha untuk memperdayakan diriku saja, engkau
tentu berdiri memihak dipihak kawanmu itu bukankah kalian datang ber-sama2 dan
memiliki kesalahan ber-sama2 tentu dengan berbagai alasan engkau hendak membela
pihakmu.........!"
Ong Tiong Yang menghela napas
dalam2.
„Tetapi locianpwe,
sesuagguhnya Pinto telah berkata dari hal yang sebenarnya, karena memang Pinto
merasa sayang jika kepandaiaa setinggi itu hanya dipergunakan untuk btrtempur
menyelesaikan urusan kecil belaka.........!"
„Hemm........," mendengus
Tok Cum Hoa.
,,Karena itu, jika saja
locianpwe hendak melakukan urusan besar deogan mempergunakan kepandaian yang
tinggi itu, manfaat yang bisa ditarik tentu lebih besar”
Locianpwe telah melatih diri cukup
lama untuk memiliki kepandaian vang tinggi seperti itu, dengan demikian mengapa
harus mempertaruhkan jiwa bertempur mati2an hanya disebabkan urusan kecil
begini......?”
Ditanya begitu, Tok Cuo Hoa
jadi tercengang sejenak, tetapi kemudian ia menyahuti : ,,Baiklah, apa saranmu
?"
"Begini, jika saja
locianpwe bisa mempergunakan kepandaianmu itu untuk melakukan perbuatan besar
membela keadilan, bukankah akan banyak orang yang tartolong dari tidasan sikuat
yang jahat.”
,,Hemm......" mendengus
Tok Cun Hoa, ia tidak mengatakan apapun juga.
,,Dan juga, jika memang lo
cianpwe bisa menyalurkan kepandaian itu untuk membela seseorang yang tengah
dalam kesulitan, itu merupakan suatu-pahala dan jasa yang tidak-kecil, dimana
lo Cianpwe akan merasa babagia karena bisa menolong seseorang yang tengah dalam
kesulitan keluar dari kesulitan itu sendiri........!"
Tok Cun Hoa telah tertawa
tawar.
,,Jika mendengar perkataan kau
tojin muda, engkau ingin mempengaruhi diriku............!"
,,Mempengaruhi diri lo Cianpwe
?" tanya Ong Tiong Yang.
,,Tok Cun Hoa mengangguk,
,,Ya........!”
,,Mengapa begitu ?”
,,Karena engkau berusaha
mempengaruhi diriku dengan kata-katamu.......!”
,,Tetapi Pinto justru tidak
memiliki"masud seperti itu !"
,,Hemm......., sekarang ini
engkau tidak perlu terlalu banyak mengoceh, tetapi yang jelas aku tidak
menyukai kehadiran kalian dirumahku.......!”
,,Jika memang begitu, bukankah
kami bisa pergi dari tempat ini ?”
Tok Cun Hoa kembali tertawa
dingin, ia melirik kepada Ang Bian, lalu katanya dengan suara yang tawar :
"Apakah kita akan
melanjutkan pertandingan kita ?" tanyanya.
Ang Bian juga tertawa dingin.
,,Sudah kukatakan sejak tadi
aku banya memandang muka terangnya Ong Cinjin, jika tidak, aku akan mengadu
jiwa dengan kau ......!"
"Hemm........, jika
demikian mari kita bertempur lagi!"' kata Tak Cun Hoa.
Begitulah kedua orang tersebut
jadi berdiri berhadapan lagi, mereka siap untuk bertempur.
Ong Tiong Yang menghela napas
dalam2 tampak wajahoya jadi muram.
,,Jika memang kalian tetap
dengan peudiriaa kalian, Pinto tidak bisa mengatakan apa-apa......"
katanya deagan mengandung penyesalan.
Sedangkan waktu itu tampak Ang
Bian telah berkata tawar : ,,Ong Cinjin, kau tunggu sebentar, aku akan
membereskan orang ini dulu.”
„Membereskan bagaimana ?"
tanya Ong Tiong Yang tidak mengerti.
„Mambereskan orang ini agar ia
tidak terlalu jual lagak......!" Dan setelah berkata, Ang Bian
bersiap-siap untuk menerjang.
Tetapi Ong Tiong Yang cepat2
berkata :
,,Ang Bian Kiesu, jika memang
Kiesu mau memberi muka kepadaku, sudahilah pertempuran itu, mari kita,
berangkat meninggalkan tempat ini. Apa saja yang ingin dikatakan oleh Tok
Kiesu, jangan diambil dihati....!”
„Tetapi aku tidak mau terlalu
menjual lagak !" kata Ang Bian.
Sedangkan Tok Cun Hoa yang
mendengar percakapan mereka segera mengeluarkan suara tertawa yang keras.
Ia berkata deagan suara dingin
: „Hemm....., jika memang engkau masih penasaran, mari, mari kita main-main
sampai seribu jurus lagi........!"
Tantangannya itu bukan hanya
sampai disitu saja, melainkan Tok Cun Hoa membarengi dengan totokan2 jarinya
pada tubuh lawannya.
Tetapi Ang Bian tertawa
menerima serangan ,yang dilancarkan lawannya.
„Engkau sesungguhnya memiliki
kepandaian yang tidak berarti, telah lebih dari seratus jurus kita bertampur,
tetapi engkau masih belum bisa merubuhkan diriku, maka mana yang bisa engkau
banggakan...........?"
Mendengar itu, tampak Tok Cun
Hoa telah berusaha untuk dapat mendesak lawannya dengan hebat.
Namun sejauh itu Ang Bian bisa
menghadapinya, dengan mulutnya tidak hentinya meageluarkan suara ejekan.
Kemarahan Tok Cun Hoa telah
meluap sampai dikepala, ia berapa kali telah berjingkrak dan tenaga serangannya
juga bertambah kuat.
Ong Tiong Yang menghela napas
dalam-dalam, dan ia menggumam :
„Sayang....sayang.....sekali......!"
katanya.
„Jika saja mereka berdua bisa
barsahabat, tentu kepandaian mereka yang tinggi seperti itti, tidak akan
sia2.........!"
Tetapi Ong Tiong Yang memang
tidak berdaya untuk memisahkan mereka, terlebih sekarang mernang kedua orang
itu telah mroempergunakan tenaga sinkang kelas berat, dimana semakin lama
tenaga sinkang yang mereka pergunakan itu semakin dahsyat.
---oo0oo---