BAGIAN 42: PERTARUNGAN MELAWAN SI WAJAH EMPAT ARWAH BIAN KIE LIANG
SEDANGKAN Bian Kie Liang
mengeluarkan suara dengusan, tak mengucapkan sepatah kata..... tiba2 tubuhnya
melompat melancarkan serangan yang cepat dan kuat. Tubuh Bian Kie Liang
bergerak secara aneh seperti menyambar kearah kiri, tetapi serangan itu justru
menuju kearah kanan.
Serangan yang dilakukannya itu
membingungkan Auwyang Hong, karena ia sama sekali tidak mengetahui arah mana
yang, hendak dijadikan sasaran oleh lawannya.
Sedangkad Ong Tiong Yang yang
menyaksikan pertempuran itu, diam2 merasa kuatir akan keselamatan Auwyang Hong,
karena ia mengetahui bahwa Bian Kie Liang adalah seorang jago tua yang memiliki
kepandaian tinggi sekali.
Disaat itu Ong Tiong Yang
menarik napas dalam-dalam, ia menyalurkan kekuatan lwekangnya pada hudtimnya.
Karena jika Auwyang Hong mengalami ancaman bahaya, ia akan segera mempergunakan
hudtimnya itu untuk menyerang, guna menolongi Auwyang Hong.
Keadaan seperti itu memang
cukup tegang, karena tampaknya Bian Kie Liang melancarkan serangan dengan
kekuatan tenaga lwekang penuh tidak segan2 lagi
Bian Kie Liang berkata dengan
suara dingin: „Jika engkau tidak mau mengatakan dimana sekarang ini Lo Sin
situa bangka itu berada, biarlah aku akan membinasakan dirimu...........!"
Dan Bian Kie Liang ber-siap2
melancarkan serangan berikutnya, namun Ong Tiong Yang telah menghadang didepan
Auwyang Hong menghadapi Bian Kie Liang, sambil katanya dengan suara yang sabar
: „Tahan.......!"
Mata Bian Kie Liang jadi
berkilat tajam.
„Kau hendak mencampuri
urusanku?" bentak Bian Kie Liang dengan suara yang tawar.
Tetapi Ong Tiong Yang
membawasikap yang tenang ia berkata dangan suara yang tetap sabar: „Tahan
dulu.... jika memang. Lopeh terus-terusan mendesak, berarti Lopeh tidak
mengindahkan kedudukan Lopeh, bukankah dengan demikian sebagai orang golongan
Ciapwe, maka Lopeh akan menampar muka sendiri .............?''
Ditegur begitu oleh Ong Tiong
Yang, tampak Blan Kie Liang berkata tawar : „Aku tidak maemperdulikan kedudukan
dan gelaran, kalau rnemang anak muda itu tidak mau menurut perintahku, biarlah
akan ku-potong2 tubuhnya, engkau tidak perlu mencampurinya.........!"
Mendengar ancaman Bian Kie
Liang, Ong Tiong Yang tersenyum sabar, katanya : „Sejak tadi Pinto melihat
Lopeh selalu membawa sikap yang keras, walaupun berurusan dengan kaum Boanpwe,
ternyata Cianpwe tidak mengindahkan kedudukanmu,..... tidakkah itu menimbulkan
perasaan malu? ''
Mendengar sampai disitu,
rupanya Bian Kie Liang tidak bisa mempertahankan kesabarannya, dengan mata
beringas ia membentak : „Kau mau menyingkir atau tidak ?''
Tampak Ong Tiong Yang tertawa
tawar.
Bian Kie Liang sudah tidak
bisa menahan kemarahan hatinya, ia mengeluarkan suara seruan nyaring, tahu2
kedua tangannya diulurkannya, maksudnya hendak mencengkeram Ong Tiong Yang.
Ong Tiang Yang memiliki
sinkang dari aliran putih dan lurus, maka serangan Hudtimnya merupakan serangan
bisa menindih kekuatan sesat yang dimiliki, Bian Kie Liang.
Terpaksa Bian Kie Liang
melompat mundur dari tempatnya, karena jika tidak tentu perutnya akan tertotok
oteh bulu2 hudtim tersebut.
Diwaktu itu Auwyang Hong
berkata deagan dingin kepada Ong Tiong Yang : „Totiang, minggir, biar aku yang
menghadapinya !"
Dan sambil berkta begitu, ia
melompat kedepan melintang didepan Ong Tiong Yang.
Gerakan yang dilakukan Auwyang
Hong membuat Ong Tiong Yang terkejut, cepat2 ia menarik pulang Hudtimnya.
Auwyang Hong telah menekuk
kedua kakinya, ia mengambil sikap berjongkok.
Sikap yang diperlihatkan
Auwyang Hong membuat Bian Kie Liang dan Ong Tiong Yang jadi heran.
Mareka tidak tahu entah apa
yang hendak diiakukan Auwyang Hong.
Waktu itu tampak Auwyang Hong
sambit berjongkok seperti itu telah mengeluarkan suara „Ngrokkkk.....,
ngroookkkk....." beberapa kali, dan tahu2 kedua telapak tangannya
didorongkan kepada Bian Kie Liang.
Semula Bian Kie Liang hanya
berdiri tertegun melihat kelakuan Auwyang Hong, namun akhirnya ketika melihat
pemuda itu mempergunakan kedua telapak tangannya mendorong seperti itu, ia jadi
terkejut sekali.
Karena gulungan angin Yang
kuat dan santer telah, menyambar kearah dirinya.
Cepat-cepat Bian Kie Liang,
telab menangkis dengan mengibaskan tangannya.
Tetapi tidak urung waktu
tenaga mereka saling bentur, tubuh Bian Kie Liang jadi ter-huyung2 tiga langkah
kebelakang.
Sedangkan Auwyang Hong sendiri
mengalami hal yang kurang menggembirakan.
Tubuh yang dalam keadaan
berjongkok itu terpental dan terjengkang kebelakang.
Untung saja Auwyang Hong cukup
gesit dan cepat sekali bisa mengerahkan tenaganya,
Disaat itu, tampak Bian Kie
liang telah berdiri dengan mata terpentang lebar2.
„Apakah ilmu silatmu seperti
itu juga di ajarkan situa bangka Lo Sin kepadamu ?"
Auwyang Hng mengeluarkan suara
tertawa
„Engkau tiidak perlu
menanyakau perihal guruku, karena percuma saja.
Jika memang guruku barada
disini, tentu dengan mudah kau akan dihajarnya hingga babak
belur..........!"
Mendengar ejekan Auwyang Hong,
Bian Kie Liang meluap darahnya, dengan cepat menggerakkan kedua tangannya,
berusaha mencengkeram batok kepala Auwyang Hong.
Namun Auwyang Hong berkelit
dengan cepat, dan Ong Tiong Yang yang berada disamping Auwyang Hong
mempergunakan Hudtimnya menyerang tubuh Bian Kie Liang.
Dengan demikian terpaksa Bian
Kie Liang harus menarik kembali serangannya karena jika ia meneruskan
serangannya kepada Auwyang Hong, jelas ia sendiri akan menjadi korban totokan
Hudtim yang dilancarkao Ong Tiong Yang dimana jalan darah pada pinggangnya akan
ter totok oleh bulu-bulu Hudtim tersebut.
Bian Kie Liang menggerakkan
kedua tangannya yang diangkat keatas, ia memusatkan seluruh kekuatan lwakangnya
pada kedua telapak tangannya dan melakukan serangan, serangan yang dilakukannya
itu menimbulkan angin berkesiuran keras.
Tetapi Auwyang Hong dan Ong
Tiong Yang telah bersiap sedia, cepat2 mereka melompat mengelakkan diri dengan
gerakan yang gesit, sehingga serangan yang diiancarkan Bian Kie Liang jatuh
ditempat kosong, dan yang menjadi korban pukulan tersebut adalah meja yang
terdapat disitu.
Segera terdeogar suara
„Brakkkk......!'' keras sekali, dimana segera terlihat meja itu hancur terpukul
oleh serangan Bian Kie Liang, bahkan kayu2 meja itu telah menjadi ber-keping2.
Hal itu merupakan peristiwa
yang mengejutkan sekali, sebab bisa dibayangkan betapa hebat tenaga serangan
yang dilakukan Bian Kie Liang.
Ong Tiong Yang tercekat
hatinya, sedangkan Auwyang Hong tetap membawa sikap yang periang.
Melihat serangannya tidak
berhasil mengenai sasaran, dengan tidak sabar Bian Kie Liang telah membentak:
„Ayo kita mulai lagi....!"
Auwyang Hong yang melihat
sikap lawannyayang tidak sabar, talah mengeluarkan suara tertawa mengejek dia
berkata dingin: „Hmm, apakah engkau telah yakin bahwa kepandaianmu bisa dan
sanggup menghadapi menandingi kepandaian kami?"
Ditanya begitu muka Bian kie
Liang jadi berobah merah padam, memancarkan nafsu membunuh, ia juga berjingkrak
sambil katanya dengan keras: „Baik aku akan membuktikan kepada kalian, siapa
adanya Bian Kie Liang.
Dan setelah berkata begitu,
dengan cepat Bian Kie Liang menjejakkan kakinya, tubuhnya telah melompat dengan
gerakan yang sangat cepat, kedua tangannya telah melnncarkan serangan.
Tangan kanannya melancarkan
serangan kepada Auwyang Hong, tangan satunya menyerang Ong Tiong Yang.
Waktu diserang, Auwyang Hong
mengambil sikap berjongkok dan menekuk kedua kakinya seraya mengeluarkan suara
seperti kodok menggerok, dan tahu-tahu kedua tangannya didorongkan menangkis
serangan yang dilancarkan Bian Kie Liang. Terdengar suara benturan yang kuat,
tetapi kali ini tubuh Auwyang Hong tidak sampai terguling hanya ber-goyang2
saja. Tubuh Bian Kie Liang juga tidak terpental, hanya tergetar sejenak.
Yang Iuar biasa, justru Bian
Kie Liang sekarang menghadapi dua orang jago muda usia namun memiliki
kepandaian tinggi sekali, dimana ia pun tidak berhasil merubuhkannya. Hal ini
membuat Bian Kie Liang jadi penasaran sekali.
Disaat itu, tampak Bilan Kie
Liang dengan penasaran mengeluarkan suara bentakan yang nyaring dan melancarkan
serangan yang lebih gencar lagi.
Setiap serangan dilakukannya
merupakan jurus2 yang mengandung hawa mematikan.
Maka dari itu Ong Tiong Yang
dan Auwyang Hong tidak berani terlalu ceroboh untuk menghadapi serangan Sie Hun
Bian yang berangasan ini.
Begitulah, cepat sekali mereka
telah bertempur beberapa puluh jurus dalam sekejap mata saja telah dilewatkan.
Auwyang Hong memperoleh
kenyataan ilmu kodoknya, yaitu Ha Mo Kang tidak memberikan hasil.
Selanjutnya Auwyang Hong
menghadapi lawannya ini dengan mempergunakan ilmu lainnya. Dengan mengeluarkan
suara siulan yang nyaring, tampak Auwyang Hong berdiri dikaki kanannya,
sedangkan kaki kirinya diangkat, jadi ia berdiri dikaki tunggal
Gerakan seperti itu adalah
gerakan yang mirip dengan jurus Kim Kee Tok Pit atau Ayam Emas berdiri dengaa
kaki tunggal. Namun justru yang luar biasa, sambil berdiri dikaki tunggalnya
itu, Auwyang Hong ber-putar2 tidak hentinya. Tubuhnya seperti juga sebuah
gasing saja.
Bian Kiit Liang yang melihat
cara bertempur Auwyang Hong aneh, jadi tertegun kembali, iapun harus berpikir
keras, berusaha mencari jalan untuk merubuhkan lawannya.
Pertempuran begitu serunya,
mereka saling gempur dengan menggunakan tenaga yang besar karena harus saling
mengimbangi serangan2 lawannya secara bergantian.
Pertempuran seru ini
berlangsung dalam waktu yang panjang, akhirnya kedua jagoan muda inipun
terdesak dan jatuh dibawah angin.
Bian Kie Liang teerus
melancarkan serangan2-nya, tenaga serangan yang dilancarkan oleh Bian Kie Liang
memaksa Ong Tiong Yang maupun Auwyang Hong selalu harus main mundur.
Namun Ong Tiong Yang dan Auwyang
Hong tidak menyerah mereka selalu membarengi dengan melancarkan serangan
balasan, walaupun setiap serangan mereka akhirnya selalu berhasil dipunahkan
Bian Kie Liang.
Begitulah, ketiga orang ini
bertempur hampir seratus jurus lebih, tetapi Bian Kie Liang hanya berhasil
mendesak kedua lawannya tanpa sanggup untuk merubuhkannya.
Waktu pertempuran tengah
berlangsnng dengan seru, tiba2 berkelebat sesosok bayangan biru. Dan ditempat
tersebut telah bertambah Iagi dengan seseorang.
Ong Tiong Yang telah mengelakkan
diri dari serangan Bian Kie Liang, ia mempergunakan kesempatan tersebut untuk
melirik, segera ia mengenali orang baru datang itu ..... yang tidak lain adalah
sigadis she Lie.......!
Auw Yang Hong juga rupanya
telah malihat kedatangan Lie Siu Mei, ia menyalurkan kekuatan tenaga lwekangnya
untuk mendesak Bian Kie Liang, dan waktu lawannya itu melompat mundur, Auwyang
Hong berkata : „Nona Lie, tidakkah engkau ingin membantui kami menghajar
kambing tua ini ?"
„Lie Siu Mei yang berdiri tiga
tombak dari gelanggang pertempuran itu mengeluarkan suara tawa yang nyaring,
merdu sekali suara tertawanya, dan ia pun berkata dengan suara yang manis dan
lembut : „Sayang sekali aku tidak memiliki kepandaian yang berarti jika memang
aku ikut bertempur, jangan2 nanti aku akan terluka dan terbinasa ditangan situa
bangka itu !"
Mendengar dirinya pulang pergi
disindir sebagai situa bangka, muka Bian Kie Liang jadi merah padam karena
gusar, ia memperhebat serangannya kepada Auwyang Hong dan Ong Tiong Yang.
„Haya...., haya....., kalian
harus huti-hati !" teriak Lie Siu Met sambil tertawa kecil.
Dan sambil berteriak begitu,
seperti orang kaget, tangan kanannya juga ber-gerak2 seperti menunjuk.
Bian Kie Liang terkejut,
karena ia merasakan menyambarnya angin serangan dari senjata rahasia
dibelakangya.
Hal itu membuat Bian Nie Liang
harus menunda serangannya kepada Auwyang Hong dan Ong Tiong Yang, untuk
mengelakkan diri dari samberan senjata rahasia tersebut.
Sambil berjongkok memiringkan
tubuhnya Bian Ki Liang mengibaskan lengan bajunya, maka samberan senjata
rahasia itu ternyata adalah belasan batang jarum, telah gagal mengenai
sasarannya dan runtuh keatas tanah.
Rupanya sambil meng-gerak2-kan
tangannya Lie Siu Mei melancarkan serangan dengan senjata rahasianya itu untuk
membantui Ong Tiong Yang dan Auwyang Hong, memecahkan perhatian Bian Kie Liang.
Se-konyong2 Bian Kie Liang
menjejakkan kedua kakinya, tubuhnya seperti terbang cepat sekali melesat
kesamping sigadis.
Belum lagi kedua kakinya
menginjak tanah, justru ia telah membarengi melancarkan serangan dengan
mempergunakan telapak tangan kanannya.
Lie Siu Mei yang tidak
menyangka bahwa Bian Kie Liang akan melompat kedekatnya, telah berusaha
mengelakkan diri.
Tetapi serangan datangnya
begitu tiba-tiba sekali, membuat Lie Siu Mei walaupun ia berkelit dengan cepat,
tidak urung pundaknya kena keserempet telapak tangan Bian Kie Liang.
Lie Siu Mei mengeluarkan suara
jeritan yang cukup nyaring, sedangkan Bian Kie Liang tampak melompat lebih
dekat lagi melancarkan serangan kepada sigadis yang telah berhasil diserangnya.
Kembali Lie Siu Mei menjerit kesakitan, ia berusaha menggerakkan kedua
tangannya, untuk balas menyerang.
Tetapi Bian Kie Liang
melancackan serangannya begitu cepat, dengan sendirinya kembali Lie Siu Mei harus
terpental oleh desakan tenaga serangan yang begitu keras dan kuat.
Ong Tiong Yang dan Auwyang
Hong yang melihat keadaan Lie Siu Mei terancam bahaya tidak kecil, cepat2
melompat dan membantui sigadis, dengan melancarkan serangan yang berbareng
kepada Bian Kie Liang.
Serangan yang dilakukan aleh
Ong Tiong Yang dan Auwyang Hong memang bisa membendung tenaga serangan Bian Kie
Liang, sebab jago tua itu terpaksa harus menghadapi serangan vang dilancarkan
Auwyang Hong dan Ong Tjong Yang.
Mempergunakan kesempatan itu,
tampak Lie Siu Mei menjejakkan kakinya menjauh dari Bian Kie Liang, wajah
sigadis agak pucat, tubuhnya menggigil, tadi ia nyaris terluka ditangan si jago
tua yang ganas dan berangasan itu.
Waktu itu Bian Kie Liang
melimpahkan keganasan dan kemendongkolan hatinya kepada Ong Tiong Yang dan
Auwyang Hong. Dimana serangan2 yang dilackarkannya lebih dahsyat dari yang
tadi.
Ong Tiong Yang dan Auwyang
Hong jadi terdesak hebat.
Napas Ong Tiong Yang juga
mulai memburu, sedangkan wajah Auwyang Hong mulai dikucuri oleh keringat yang
deras sekali. Mereka berdua sangat letih sekali.
Bian Kie Liang yang melihat
keadaan kedua lawanya itu, jadi girang.
la te!ah memperdengarkan suara
mendengus dan kemudian katanya dengan suara yang tawar: „Hari ini jika aku Bian
Kie Liang tidak bisa membinasakan dirimu, biarlah aku tidak akan mengembara
lagi di dalam rimba persilatan...!" dan sambil berkata begitu, kedua
tangannya berkesiuran lebih cepat dan kuat.
Lie Siu Mei yang tadi
mengalami hal yang kurang menggembirakan, dimana dirinya nyaris terluka
ditangan Bian Kie Liang, sekarang tidak berani terlalu dekat dan ia tidak be
rani menimpukkan senjata rahasianya lagi, sebab gadis itu melfhat tenaga dalam
yang dimiIiki, Bian Kie Liang telah mencapai tingkat tinggi sekali.
Auwyang Hung dan Ong Tiong
Yang diam2 telah mengeluh didalam hatinya, karena mereka tidak pernah
menyangkanya bahwa Bian Kie Liang merupakan seorang jago tua yang benar2
memiliki kepandaian demikian tinggi.
Tetapi sekarang mereka telah
terlibat dalam pertempuran seperti ini, memaksa Ong Tiong Yang maupun Auwyang
Hong harus berusaha mengeluarkan seluruh kepandaian yang ada pada mereka untuk
melindungi diri masing2.
Disaat itu, Auwyang Hong yang
merasakan tenaganya telah banyak berkurang, tengah memutar otak, sampai
akhirnya waktu ia merasa jika bertempur sepuluh jurus lagi dirinya akan rubuh
ditangan Bian Kie Liang, dan tidak bisa meaghadapi serangan selanjutnya dari
lawannya.
Auwyang Hong memikirkan sebuah
daya.
Dengan mengeluarkan suara
bentakan keras ia melancarkan serangan kearah dada Bian Kie Liang, waktu Bian
Kie Liang meloncat mundur mengelakkan diri, kesempatan itu dipergunakan oleh
Auwyang Hong itu untuk menyingkir.
la pun berkata dengan suara
nyaring: „Tahan, aku hendak bicara... !"
„Katakanlah!" seru Bian
Kie Liang dengan suara yang tawar.
„Aku bersedia mengatakan
dimana beradanya guruku sekarang ini........!" kata Auwyang Hong.
Muka Bian Kie Liang berubah
berseri sejenak, tetapi kemudian jadi ganas dan bengis kembali.
„Cepat kau katakan, dimana
kini gurumu itu berada?" tergur Bian Kie Liang dengan suara yang keras dan
mantap tajam sekali.
---oo0oo---