BAGIAN 25: ULAR PUALAM EMAS (KIM GIOK COA)
„AKU telah membunuh seekor
ular yang aneh bentuknya dikolam istana .......!" menjelaskan Toan Hongya.
,
„Seekor ular ?" tanya Hek
Wan.
„Waktu itu aku tengah bermain
dikolam, dan telah dililit oleh seekor ular, dan kemudian aku berhasil
membinasakannya dengan menggigitnya.
„Dan darah ular itu telah
dihirup oleh Toan Hongya ?" tanya Hek Wan.
Toan Hongya
mengangguk.......... „Ya, dan ular itu telah binasa..........!"
„Dan setelah membinasakan ular
itu, barulah Toan Hongya menderita sakit yang aneh i ni ?"
„Benar !"
„Nah kerikil itu telah kita
dapat ketahui sumbernya.......! Justru penyakit Hongya disebabkun darah ular
itu !"
„Penyakitku disebabkan darah
ular itu ?" tanya Toan Hongya.
„Pasti karena ular itu !"
mengangguk Hek Wan.
„Tentu.nya ular itu merupakan
ular mustika......tetapi sayangnya setelah Hongya berhasil membinasakan ular
itu, Hongya tidak memperoleh perunjuk yang baik, jika tidak malah darah ular
yang telah Hongya minum itu merupakan mustika yang langka dan jarang sekali
bisa diperoleh, malah bisa merupakan keberuntungan' yang baik
sekali.......!"
„Toan Hongya menghela
napas...... „Tetapi semuanya telah terlanjur terjadi, waktu itu aku tidak
beruntung bisa bertemu dengan Hek Wan Locianpwe, sehingga, aku men derita sakit
yang berkepanjangan seperti ini."
Hek Wan tertawa.
„Segalanya belum terlambat.
Memang aku sendiri heran,
biasanya jika aku memberikan pelajaran menambal mangkok sampai yang kelima,
tentu segala hawa kotor dalam seluruh tubuh orang yang bersangkutan akan
terbuang dan tubuh maupun darahnya menjadi bersih.
Namun Hongya sampai mangkuk
yang ketujuh masih juga menderita sedikit gangguan, walaupun memang terlihat
juga kemajuannya...!
Baiklah, bisakah aku Pergi
memeriksa mayat ular yang telah Hongya binasakan?''.
Toan Hongya mengangguk cepat.
„Tentu saja bisa Hek Wan
Locianpwe...!" dan setelah berkata begitu, Toan Hongya menoleh kepada Toan
Liang, ia perintahkan agar Toan Liang membawa mayat ular itu.
Bangkai ular tersebut telah dikeringkan,
dan Hek Wan memeriksanya dengan teliti.
Waktu pertama kali ia meiihat
ular itu, ia telah mengeluarkan seruan heran : „Binatang yang mujijat.......!''
dan ia asyik memeriksanya.
Sampai akhirnya Hek Wan
menoleh kepada Toan Hongya, sambil katanya : „Beruntung sekali Hongya bisa,
menghirup darah ular ini, itulah suatu keberuntungan yang tidak kecil.."
„Tetapi Hek Wan Locianpwe,
justru setelah menghirup darah, ular itu aku menderita sakit yang hebat dan
nyaris binasa juga........!
Lihatlah seluruh kulit
ditubuhku juga masih berbintik-bintik merah........!"
Hek Wan tertawa.
„Itu disebabkan kesaktian
darah ular ini tidak disalurkan ketempat-tempat yang semestinya...........!.
Tetapi belum terlambat, aku
bisa memanfaatkan darah ular itu untuk memberikan
keberuntungan kepada
Hongya............!"
Toan Hongya jadi memandang
heran.
Tetapi Hek Wan telah
meneruskan perkataannya.
„Sekarang kita akan mulai. Dua
pelajaran mengenai menambal mangkok kita tunda dulu...! tahukah Hongya apa nama
ular ajaib ini ?"
Toan Hongya menggelengkan
kepalanya.
„Tidak ........!"
sahutnya.
„Inilah yang biasa disebut Kim
Giok Coa (Ular Pualam Emas), seekor ular yang langka sekali. Usia ular ini
mungkin telah mencapai seribu tahun, karena ukurannya yang besar dan juga telah
hidup cukup panjang. Maka dengan menghirup darah ular iai, berarti Hongyaa
telah menerima keberuntungan yang tidak kecil.
Binatang ini sangat jarang
sekali bisa dijumpai, karena didalam dunia mungkin hanya ada dua atau tiga ekor
saja, itupun ditempat2 yang sulit dicapai oleh manusia. ...!
Biasanya jika seekor ular Kim
Giok Coa ini berhasil dibinasakan dan darahnya dihirup oleh seorang manusia,
walaupun Kim Giok Coa yang berusia dua atau tiga tahun akan menyebabkan orang
itu panjang umur dan selalu sehat !
Hebat tidak?
Nah, sekarang Toan Hongya
telah meminum darah ular yang mungkin berusia sampai seribu tahun ini. . .
.!"
„Dari mana Hek Wan Locianpwe
mengetahui bahwa ular itu adalah Kim Giok Coa?" tanya Toan Hongya.
„Apakah Hongya tidak
memperhatikan tanduknya itu? Inilah tanduk yang mujijat sekali. Dan hanya Kim
Giok Coa saja yang memiliki tanduk seperti itu pada kepalanya."
„Lalu, ., apakah aku bisa
disembuhkan dari penyakit yang aneh ini ?"
Hek Wan mengangguk.
,,Pasti bisa! Seharusnya waktu
Hongya meminum darahnya dan berhasil membinasakan ular ini, direndam dalam arak
selama tiga hari, kemudian arak itu diminum, sehingga panas yang akan
dipancarkan oleh darah ular itu bisa menurun, tetapi tidak mengurangi khasiat
dari darah ular itu sendiri...........!"
„Hemm......., jika demikian
tentu aku akan tertolong, Locianpwe.....?" tanya Hongya.
„Ya......!" menyahuti Hek
Wan.
Kemudian Hek Wan bekerja
dengan cepat, ia telah meminta sebilah pisau.
Toan Liang yang mendengar hal
itu juga jadi girang.
la telah membawa sebilah
pedang, dan diberikan kepada Hek Wan.
Sambil memotong tanduk ular
itu, Hek Wan terus juga memberikan keterangannya „Daging ular inipun jika
diolah, akan menjadi mustika yang besar artinya, karena setiap orang yang bisa
memakan sepotong daging ular yang telah diramu oleh obat2 tertentu, akan bisa
tambah usia sampai beberapa tahun dari usia, yang sebenarnya, disamping tubuh
akan men jadi kuat.........!".
Toan Hongya mendengarkan terus
dengan penuh perhatian, sedangkan Hek Wan yang telah selesai memotong tanduk
ular itu meminta secawan arak.
Kemudian dalam arak itu
dimasukkan sepotong tanduk yang dipotong oleh Hek Wan.
„Biarkan tanduk ini direndam
selama tiga hari, dan nanti Hongya meminumnya.
Penyakit mu akan lenyap, tapi
akan mengalami kegatalan yang hebat.
Namun itu tidak apa2, hal ini
di sebabkan keterlambatan Hongya menerima petunjuk ..........."
Toan Hongya tersenyum, katanya
dengan sabar : „Syukur ada Locianpwe yang telah memberikan petunjuk sehingga
aku tidak sampai harus tersiksa oleh penyakitku ini !"
Selama tiga hari Toan Hongya
diberikan arak yaag direndam tanduk ular itu.
Setelah meminum arak itu, Hek
Wan meminta Toan Hongya merebahkan tubuhnya dipembaringan untuk tidur.
„Sebentar lagi racun ular itu
akan bekerja .......... dan jangan Hongya kaget jika mengalami sesuatu
.......... !" kata Hek Wan.
Hongya dari Tailie itu hanya
mengangguk saja, ia telah mempercayai sepenuhnya keselamatan jiwanya pada Hek
Wan.
Sedangkan Toan Liang telah
menerima perintah dari Hek Wan, untuk memotong-motong daging ular itu. Kemudian
Hek Wan hekerja meramu obat2an yang lalu dicampur dengan daging ular itu.
„Kalian masak daging ular ini,
dan kemudian bagi2kan pada kerabat istana, sehingga mereka akan kuat dan sehat
..........!"
Toan Liang mengiyakan dan
perintahkan juru masak istana untuk mengolah daging ular itu.
Karena ular itu sangat besar,
maka daging nya juga sangat banyak.
Lebihnya telah diberikan
kepada penduduk ibu kota, seorangnya mencicipi sepotong.
Perihal ular ajaib itu jadi
tersebar luas dan menjadi pembicaraan orang2 diibu kota Takie tersebut.
Setelah memberikan petunjuk2
kepada Toan Liang bagaimana mengolah daging ular itu Hek Wan kemudian menguruti
sekujur tubuh Toan Hongya.
Cara mengurut yang dilakukan
Hek Wan bukan sembarangan urut.
Karena Hek Wan telah mengurut
bagian jalan terpenting ditubuh kaisar itu.
Setiap jalan darah yang
diurutnya jadi terbuka dan bisa dialiri darah yang mengandung kemujijatan
tanduk ular itu.
Tetapi waktu Hek Wan mengurut
tubuhnya, Hongya itu merasakan sekujur tubuhnya gatal2.
Perasaan gatal itu benar-benar
menyiksa•nya, sampai Hopgya sering mengeluh.
Namun sejauh itu Kaisar yang
tabah dan gagah ini bertahan terus.
Hek Wan masih terus menguruti
sekujur tubuh Hongya, dan akhirnya selesai setelah ia mengurut sampai dikepala.
Tetapi waktu itu Toan Hongya
sudah tidak bisa bertahan dari perasaan gatal yang berkeremitan disekujur
badannya, ia telah bangun dan duduk menggaruk kesana kemari sekujur tubuhnya,
Hek Wan tidak mencegah, ia hanya
bantu menggaruki tubuh Toan Hongya.
Dengan cara menggaruk seperti
itu, jalan daran disekujur tubuh Toan Hongya tambah terbuka, sehingga darah
lebih leluasa menyelusuri seluruh jalan darah terkecil ditubuh raja ini.
Sedangkan Toan Hongya sendiri
semakin lama merasakan peracaan gatal itu semakin hebat menyerang dirinya,
sehingga raja ini jadi sibuk sekali menggaruk kesana kemari, dan akhirnya raja
ini tidak hentinya me-Iompat2 karena menderita kegatalan yang luar biasa.
Kulit tubuhnya juga telah
berobah merah, jika sebelumnya hanya titik-titik merah, yang memenuhi sekujur
tubuhnya, kini titik2 merah itu telah merata, sehingga yang tampak hanyalah
kulit sekujur tubuh Toan Hongya jadi merah, hanya pada bagian muka tidak
terlihat warna merah itu, karena memang bagian muka tak terdapat titik2
tersebut.
Toan Liang dan orang2 istana
jadi bingung dan kuatir.
Tetapi Hek Wak menenangkan
mereka, dan Hek Wan juga telah menjelaskan, hal itu tidak apa2, hanya akan
berlangsung sampai dua hari.
Justru yang sangat tersiksa
sekali adalah Toan Hongya
Sebetulnya Hek Wan bisa saja
membantu mengurangi penderitaan raja ini, yaitu dengan menotok tidur raja
tersebut.
Namun karena Hek Wan
mengetahui benar bahwa dengan gatal2 seperti itu justru darah beracun dari ular
yang telah dihirup oleh Toan Hongya harus disalurkan.
Maka jika Toan Hongya ditotok
tidur, memang perasaan gatal itu tak akan membuat Toan Hongya tersiksa seperti
sekarang ini, namun peredaran darahnya bisa menjadi lambat dan kemungkinan bisa
mencelakai raja ini.
Maka Hek Wan menjelaskan
kepada Toan Liang, walaupun Toan Hongya menderita gatal2 seperti itu, tidak
akan mengganggu kesehatan dan keselamataa dirinya.
Maka sehari penuh Toan Nongya
garuk sana dan garuk sini disekujur tubuhnya.
la melihat sekujur kulit
ditubuhnya semakin berwarna merah, malah lama kelamaan berubah jadi
kehitam-hitaman.
Sedangkan Hek Wan selalu
mendampinginya.
Dan ketika Toan Hongya sudah
tidak bisa bertahan dari perasaan gatalnya itu, raja ini ber-teriak2 sambil
meng-garuk2 lebih kuat.
Sedangkan Hek Wan juga bantu
menggaruki.
Toan Liang dan beberapa orang
kerabat istana lainnya juga ikut menggaruki tubuh raja mereka, perasaan gatal
yang menyiksa itu masih terus berlangsung, sampai akhirnya Toan Hongya tidak
merasakan garukan dari orang-orang itu, ia hanya marasa gatal yang bukan main.
Sambil mengeluarkan keluhan2
dan jeritan2 kecil, Toan Hongya telah bergulingan.
Hek Wan menenangkan kepada
orang-orang yang mulai panik.
Sedangkan Toan Liang dengan
muka masam telah berkata pada Hek Wan :
„Bagaimana jika Hongya kami
ini bercelaka akibat meminum arak yang telah direndam tanduk ular itu ?
Bukankah ular itu sangat beracun ?"
Tetapi Hek Wan sangat tenang.
„Jangan kuatir, percayalah
tidak akan terjadi suatu apapun yang tidak diinginkan didiri
Hongya..........!" kata Hek Wan.
Melihat sikap Hek Wan yang
bersungguh-sungguh seperti itu, orang-orang istana jadi agak tenang.
Tetapi yang tersiksa benar
adalah Toan Hongya, karena disekujur tubuhnya menderita kegatalan yang semakin
lama jadi semakin hebat.
Setelah sehari penuh
bergulingan karena ke gatalan, akhirnya Toan Hongya pingsan.
„Biarkan Iebih baik ia pingsan
begitu, sehingga tldak terlalu tersiksa oleh perasaan gatalnya.
Dan kegatalan itu masih akan
berlangsung satu hari lagi...........selewatnya itu, keadaan Hongya akan biasa
lagi, malah Hongya akan menjadi manusia yang beruntung sekali...........!"
---oo0oo---
SAMBIL menenangkan kepanikan
orang istana, Hek Wan juga telah menguruti tubuh Toan Hongya.
Karena dalam keadaan pingsan
seperti itu jalan darah ditubuh Toan Hongya akan beredar lambat, dan itu tidak
boleh.
Maka Hek Wan mengurut membantu
peredar darahnya ......., walaupun tidak bisa selancar beredarnya darah itu
jika Toan Hongya dalam keadaan sadar, se-tidak2nya peredaran darah itu cukup
baik jika diurut.
Setelah lewat lagi beberapa
saat, Toan Hongya kembali tersadar dari pingsannya, ia kembaIi meng-garuk2
kesana kemari.
„Gatal sekali........!
Gatal.......!" teriak Toan Hong ya berulang kali.
Sedangkan Hek Wan ikut bantu
mengurut dan menggaruk, Toan Hongya telah bergulingan lagi ditanah akibat tidak
tertahannya perasaan gatal itu.
Setelah lewat sejenak lamanya,
Toan Hong ya kembali pingsan.
Di-saat2 seperti-itu, semua
orang istana jadi berdiam diri dicekam oleh kekuatiran.
Lebih2 mereka melihat kulit
disekujur tubuh Toan Hongya selain mukanya saja, telah berobah warnanya menjadi
kehitam-hitaman.
Keadaan seperti ini tentu saja
membuat Toan Liang lebih berkuatir.
„Jika kulit itu menjadi hitam,
berarti Toan Hongya telah keracunan ...!'', pikir panglima ini.
Maka ia berkata dengan tidak
senang pada Hek Wan: „Jika dilihat demikian Hongya kami telah keracunan
kembali. ..!"
Hek Wan berusaha menjelaskan,
tapi Toan Liang tetap dengan pendiriannya.
Maka tanpa memperdulikan nasehat
Hek Wan agar Toan Liang tidak mengijinkan para tabib istana memasuki kamar
Hongya, Toan Liang telah perintahkan pengawal memanggil beberapa orang tabib
istana.
Kemudian tabib2 itu memeriksa
tubuh Hongya, dan mereka memperhatikan wajah yang berkuatir sekali.
Setelah memeriksa dengan
teliti, para tabib itu mengatakan bahwa Hongya mereka memang keracunan hebat.
Muka Toan Liang jadi merah
padam.
„Tangkap orang itu!"
bentaknya pada para pengawalnya.
Segera beberapa orang pengawal
menangkap Hek Wan, yang dibawa kesebuah kamar tahanan.
„Jika memang besok keadaan
Hongya tidak lebih baik dari keadaan sekarang, maka kepala mu harus berpisah
dari batang leher... !" ancam Toan Liang.
Sedangkan Hek Wan tenang saja,
ia tersenyum sambil katanya :
„Toan Tai jin engkau tidak
perlu gugup begitu, percayalah Toan Hongya tidak mengalami ancaman bahaya
apapun juga .......!"
Tetapi Toan Liang tidak mau
mempercayai nya.
Waktu berjalan terus, dan
sehari lagi telah lewat.
Benar saja apa yang dikatakan
oleh Hek Wan, Toan Hongya sudah tidak menderita kegatalan lagi.
Namun kulit disekujur tubuhnya
itu seperti bersisik, seperti pecah2 menjadi pecahan sisik yang terbuat dari
tembaga.
Keadaan tubuh Toan Hongya
seperti itu telah menggemparkan orang2 istana.
Malah waktu Toan Liang yang
menerima laporan tersebut dan cepat2 datang kekamar rajanya, telah menekan
sisik-sisik itu, keras seperti baja.
Diam-diam Toan Liang jadi
heran dan benar-benar tidak percaya apa yang dilihatnya.
Hanya muka Toan Hongya yaag
tidak bersisik, tetapi selebih dari bagian muka, sekujur tubuhnya telah
bersisik.
Tentu sa ja keadaan ini
membuat semua jadi heran dan tidak mengerti.
Begitu juga para tabib istana
tidak mengerti mengapa tubuh raja mereka bisa bersisik seperti terjadi didalam
dongeng belaka.
Cepat2 Toan Liang memanggil
Hek Wan, yang dibebaskan dari kamar tahanannya.
Ketika Hek Wan datang dikamar
peraduan Toan Hongya dan melihat sisik2 disekujur tubuh Toan Hongya, ia jadi
tersenyum.
„Sudah kuduga
sebelumnya........!" katanya.
„Apa yang telah kau
duga?"
„Tentunya ular itu berusia
seribu tahun lebih....... !" sahut Hek Wan.
„Mengapa begitu ?"
„Karena hanya Kim Giok Coa
yang berusia ribuan tahun-saja yang bisa memberikan sisik pada orang yang
meminum darahnya, karena darah ular itu benar2 telah mengandung mujijat yang
hebat.... !"
„Tetapi mana mungkin, seorang
manusia harus bersisik seperti itu. . .?" kata Toan Liang dengan hati yang
bingung.
Tetapi Hek Wan malah
tersenyum.
„Sisik-sisik itu bukan sisik
sembarangan" katanya.
„Sisik bagaimana?" tanya
Toan Liang dalam kebingungannya itu.
„Sisik itu sangat ampuh,
sehingga untuk selanjutnya Toan Hongya seperti memakai pakaian besi saja, tidak
akan dapat dilukai oleh senjata tajam karena lindungan sisik itu, disamping itu
tenaganya akan menjadi puluhan kali lipat lebih besar dari tenaganya yang
semula.......... !"
Mendengar keterangan Hek Wan,
Toan Liang tidak mau mempercayainya.
Hek Wan telah menghampiri
pembaringan ia melihat Toan Hongya masih dalam keadaan pingsan diperaduannya.
Dengan tenang Hek Wan
mengulurkan tangannya, ia mengurut beberapa bagian tubuh Toan Hongya.
Tidak lama kemudian Toan
Hongya tersadar dari pingsannya akibat urutan itu.
Begilu membuka matanya, Toan
Hongya segera melompat duduk, gerakannya gesit, berbeda dengan beberapa hari
yang lalu ketika menderita sakitnya, yang selalu bergerak lemah sekali.
„Mana Hek Wan Locianpwe
?" tanya Toan Hongya begitu ia duduk.
„Aku berada disini,
Hongya........ !" menyahuti Hek Wan cepat.
54-55
„Hek Wan Locianpwe, terima kasih
atas pertolongan yang telah diberikan oleh Locianpwe........!" kata Toan
Hongya
Hek Wan tersenyum.
„Aku memberikan pertolongan
karena memang didiri Hongya terdapat mustika yang sangat berharga
sekali.....!"
Waktu itu Toan Hongya telah
menunduk, ia melihat sisik-sisik yang terdapat dttubuhnya,
Muka Toan Hongya jadi berobah
dan ia mengeluarkan seruan tertahan, sambil mengusap dan berusaha mencabut
salah satu sisik yang terdapat ditubuhnya.
Totapi ia tidak berhasil,
sisik itu seperti telah menjadi satu dengan kulit tubuhnya.
„Ihhhhh......, mengapa tubuhku
jadi bersisik seperti ini ?" tanyanya.
Hek Wan memberikan keterangan.
Toan Hongya telah menyedot
napas dalam-dalam, dan ia merasakan tubuhnya jadi segar sekali.
Begitu juga Toan Hongya telah
menyalurkan tenaga sinkangnya pada perutrya, ia- bisa memutar bola api yang
berada didalam perutnya.
„Tetapi Hek Wan
Locianpwe........bola api itu belum juga lenyap dari perutku", katanya.
„Bola api itu tidak akan
lenyap........!" menjelaskan Hek Wan.
„Kalau begitu...........kalau
begitu...........!"
Melihat Toan Hongya gugup, Hek
Wan tersenyum.
„Hongya tidak perlu bingung,
bola api itu merupakan sebuah mustika yang tidak akan dimiliki orang
sembarangan, itu merupakan sumber dari tenaga sinkang yang luar biasa
hebatnya.........maka jika bola api itu memperoleh peraswatan yang baik dengan
cara yang benar, tentu Hongya akan memiliki sinkang yang luar biasa
Toan Hongya jadi girang, ia
telah berkata lagi : „Kalau begitu...kalau begitu...aku akan bisa melatih bola
api itu dengan sinkang, yang kumiliki...........!"
„Ya, bola api itu harus
dilatih terus, sampai bisa memberikan hawa murni pada Toan hongya.......dan
jika memang Hongya berhasil melatih diri dengan sempurna, tentu bola api itu
merupakan sumber kekuatan yang hebat namun bisa dikendalikan oleh
Hongya........!".
Toan Hongya tidak mengatakan
apa2 lagi, ia hanya melompat turun dari pembaringannya
dan tanpa memperdulikan
orang-orang istana yang banyak berkumpul pada saat itu, Toan Hongya telah
menggerakkan sepasang tangan dan kakinya, ia mulai bersilat.
Cepat dan bertenaga sekali
gerakan raja ini, dimana setiap tangannya bergerak, mendatangkan angin yang
berkesiuran sangat kuat sekali.
Hek Wan hanya menyaksikan
sambil tersenyum.
Disaat itu, setelah berbenti
menggerakkan kedua tangan dan kakinya, Toan Hongya tiba2 menjatuhkan diri
berlutut dihadapan Hek Wan.
„Hek Wan
Locianpwe..........engkau telah menologg selembar jiwaku dari kematian, maka
sekarang Locianpwe telah menghadiahkan kemujijatan seperti ini yang demikian
hebat khasiatnya terima kasih Hek Wan Locianpwe maka jika memang Hek Wan
Locianpwe tidak keberatan, aku ingin mengundang Locianpwe, untuk menetap
diistana saja, dan kalau Locianpwe tidak mentertawai aku, aku ingin sekali
mengangkat guru padamu siorang tua yang sakti..........!"
Hek Wan cepat-cepat mengangkat
bangun raja itu, yang dimintanya untuk duduk ditepi pembaringan.
Sedangkan Toan Liang yang
menyaksikan semua ini, jadi ter-sipu2 menghampiri Hek Wan.
„Maafkan Aku, Locianpwe........
!" kata Toan Liang sambil menjura.
Hek Wan tertawa.
„Itu hanya kesalahan paham
belaka......... dengan demikian malah kalian telah memperlihatkan cinta yang
besar dan mulia kepada raja kalian...........!"
Toan Hongya bingung melihat
keadaan ini ia menanyakan apa yang terjadi.
Toan Liang cepat2
menceritakannya, dan. Toan Hongya tidak menegur.
Mereka hanya tertawa, kini
mereka bisa bergembira, karena menyaksikan raja mereka telah sembuh dari
sakitnya.
Malah sekarang tampaknya Toan
Hongya demikian gagah dan perkasa, dengan kemujijatan yang telah dimilikinya
dari darah ular Kim Giok Coa itu.... ?"
Toan Hongya menoleh kepada Hek
Wan, tanyanya-lagi : „Bagaimana Locianpwe apakah locianpwe bersedia untuk
menerima aku menjadi muridmu........?"
Hek Wan tidak segera
menyahuti, ia seperti berpikir dulu beberapa saat lamanya, tetapi akhirnya ia
menghela napas sambil katanya: „Rupa nya, memang kita telah berjodoh untuk
menjadi murid dan guru......! Baiklah, permintaanmu itu kuterima
Hongya......!"
Bukan main gembiranya Toan
Hongya, berulang kali ia menyatakan terima kasihnya.
Disaat itu, pihak istana
menyelenggarakan sebuah pesta, untuk merayakan kesembuhan raja mereka.
Rakyat negeri Tailie Juga
mengadakan pesta, semua orang merasa gembira raja mereka telah sembuh dari
sakitnya, malah sekarang menjadi manusia yang luar biasa, dengan memiliki sisik
mujijat......!
---oo0oo---