Hoa San Lun Kiam (Pendahuluan Trilogi Rajawali) BAGIAN 40: LIE SIU MEI SI GADIS CANTIK

Hoa San Lun Kiam (Pendahuluan Trilogi Rajawali) BAGIAN 40: LIE SIU MEI SI GADIS CANTIK
BAGIAN 40: LIE SIU MEI SI GADIS CANTIK

SAMA SEKALI sigadis tidak memperlihatkan sikap yang canggung walaupun ia menjadi pusat perhatian dari orang2 didalam ruang rumah makan tersebut.

Waktu itu tampak Kiang Bun sudah berkata dengan suara yang setengah berbisik : „Lihatlah Totiang, betapa cantiknya gadis itu..........!"

Pipi Ong Tiong Yang berobah merah, ia hanya mengangguk dan duduk kembali dikursinya.

Sedangkan Sie Hun Bian juga telah kembali duduk, tetapi matanya tidak lepas-lepas mengawasi gadis tersebut.

Disaat itu, sigadis telah berkata dengan suara yang merdu: „Aku minta cepat disediakan dua kati teh dan dua buah bakpauw !"

Sipelayan dengan cepat melayani apa yang dipesan sigadis.

Pelayan itu yang menyaksikan kecantikan gadis tersebut juga seperti lenyap semangatnya, ia berjalan dengan tubuh yang terhuyung, seperti juga orang yang telah kehilangan semangat.

Sigadis kemudian memandang sekelilingnya, menyapu semua orang yang berada didalam ruangan itu.

Sedangkan saat itu tampak Ong Tiong Yang tengah mencuri pandang kearah sigadis. KebetuIan sekali sigadis tengah memandangnya. Dengan sendirinya mata mereka saling bertemu. Tetapi sigadis tidak mengalihkan pandangannya ia terus memandangi Ong Tiong Yang.

Keruan saja Pipi Ong Tiong Yang jadi berobah merah, ia cepat membuang pandangannya kelain arah, sedangkan hatinya tergoncang cukup keras.

Sigadis tiba2 telah bangkit dari duduknya menghampiri Ong Tiong Yang.

Waktu telah dekat, ia merangkapkan kedua tangannya memberi hormat sambil kstanya: „Totiang, bisakah aku meminta sedikit pertolongan darimu.......?"

Hal ini membuat Ong Tiong Yang jadi sibuk sekali, ia cepat2 bangkit dari duduknya.

Dibalasnya hormat sigadis dengan merangkapkan kedua tangannya juga, katanya: „Pertolongan apakah yang bisa kuberikan untuk nona?”

„Aku hanya ingin menanyakan sesuatu kepada Totiang dan ingin memperoleh sedikit penjelasan.......!" sahut sigadis.

„Soal apakah itu, nona? tanya Ong Tiong Yang dengan hatid yang mulai tidak tenang. Sigadis terlampau cantik, jarang sekali Ong Tiong Yang melihat ada gadis secantik gadis tersebut.

Maukah Totiang duduk semeja denganku agar aku bisa menjelaskan urusan itu per-lahan2 ?" tanya sigadis.

Mendengar gadis itu memintanya untuk pindah kemeja sigadis, muka Ong Tiong Yang jadi berobah merah.

la melirik kepada Kiang Bun.

Waktu itu Kiang Bun tengah mengawasinya, dan ketika Ong Tiong Yang melirik kepadanya, ia mengedipkan matanya, membuat muka Ong Tiong Yang kian berobah merah.

„Maafkanlah Siecu, aku harus menemani nona ini dulu" kata Ong Tiong Yang.

Kiang Bun mengangguk cepat sambil tertawa

„Si!ahkan......silahkan, aku tidak keberatan !" katanya.

Mendengar Kiang Bun mengijinkan, maka Ong Tiong Yang mengikuti sigadis, pindah kemeja gadis itu. Sedangkan gadis tersebut tampaknya girang sekali melihat Ong Tiong Yang tidak keberatan pindah kemejanya.

Tangan sigadis telab dilambaikan memanggil pelayan, ia memesan dua kati teh lagi dan dua buah bakpau yang tidak memakai isi.

Pesanannya itu akan disediakan untuk tamu undangannya ini.

„Urusan apakah yang hendak nona tanyakan ?" tanya Ong Tiong Yang yang jadi tidak enak hati kalau berdiam diri ber-lama2.

Gadis itu tersenyum manis sekali.

„Waktu aku memasuki ruang rumah makan ini, aku melihat Totiang, maka diwaktu itu aku yakin Totiang tentu bisa memberikan keterangan kepadaku....... sedangkan orang2 lainnya yang berada dalam ruangan ini seperti bukan manusia baik?, hanya Totiang seorang pendeta yang beragama, tentunya bisa memberikan keterangan yang sejujurnya dan sebenarnya.......!"

Mendengar perkataan gadis tersebut, Ong Tiong Yang agak tenang.

„Katakanlah nona, apakah yang hendak ditanyakan nona ?" tanya Ong Tiong Yang.

„Sesungguhnya aku tengah mencari jejak seseorang," menjelaskan gadis itu.

„Mencari jejak seseorang ?" Gadis itu mengangguk.

„Tepat ! Tetapi ketika orang itu memasuki kota ini, justru ia telah lenyap tanpa mininggalkan jejak, sehingga aku kehilangan jejaknya, yang hendak kutanyak kepada Totiang, apakah Totiang melihat orang itu.......?"

„Siapakah yang nona maksudkan ?"

„Seorang pemuda, berusia dua puluh tahun memakai baju berwarna kuning........!"

„Tetapi...... sulit Pinto memberikan keterangan, tentunya banyak sekali pemuda yang mengenakan pakaian serupa itu dikota ini........!"

„Namun pernuda itu memiliki tanda2 tersendiri, yaitu wajahnya sangat tampan, Disamping itu ia juga merupakan seorang pemuda yang memiliki kepandaian yang tinggi.

Kulihat : „Totiang memiliki kepandaian yang tinggi, matamu memiliki sinar yang tajam, tentunya Totiang bisa melihat pemuda itu dengan baik, yaitu pemuda yang memiliki kepandaian atau yang tidak........!"

Ong Tiong Yang berpikir sejenak, berusaha mengingat-ingat.

Tetapi justru ia tidak berhasil untuk mengingat apakah ia pernah bertemu dengan orang yang dimaksudkan sigadis. Maka ia berkata sambil menggelengkan kepalanya : „Sayang sekali aku belum pernah bertemu dengan pemuda yang nona maksudkan itu.....!"

Kalau demikian kata gadis itu kemudian. „Baiklah, terima kasih atas keterangan Totiang, sayang Totiang tidak bertemu dengan orang yang tengah kucari itu.......!"

„Apakah nona memiliki urusan yang cukup penting dengan pemuda itu ?" tanya Ong Tiong Yang.

Muka sigadis jadi berobah merah, tetapi ia mengangguk cepat.

„Ya," :sahutnya.

„Kalau memang demikian, biarlah Pinto bantu mencari jejak pemuda itu. Apakah pemuda itu sahabat nona atau memang orang yang nona musuhi ?"

„Ia. . , ia sahabatku. ....!"

„Baiklah, Pinto bersedia membantu nona untuk mencari jejak sahabat nona itu......!"

„Terima kasih Totiang..... siapakah gelaran Totiang ?" tanya sigadis.

Ong Tiong Yang tersenyum sambil katanya: „Pinto belum memiliki gelaran, karena Pinto masih muda dan belum berhasil mempelajari agama Pinto dengan baik. Sedangkan nama Pinto Ong Tiong Yang.........!"

„Ohhh..........!"

„,Apakah ada sesuatu yang janggal pada nama Pinto ?7" tanya Ong Tiong Yang ketika melihat sigadis memperlihatkan wajah yang agak luar biasa dan sepasang alisnya itu mengerut dalam-dalam.

Ditanya begitu, sigadis berkata dengan suara ragu2: „Aku.... aku seperti pernah mendengar nama itu........!"

Ong Tiong Yang tersenyum.

„Di mana nona pernah mendangar nama Pinto........?"

Tetapi gadis itu telah menggeleng.

„Entahlah, aku tidak mengingatnya lagi." Disaat itu Ong Tiong Yang hendak mengundurkan diri untuk kembali kemeja Kiang Bun. Namun pelayan justru telah mengantarkan makanan yang dipesan sigadis.

„Sayang jika totiang tidak memakannya, jika memang Totiang tidak menerima undanganku untuk menjamu totiang, berarti totiang tidak mau memberi muka kepadaku....!!'

„Tetapi.... !" suara Ong Tiong Yang ragu2.

Sigadis tersenyum sambil mengambil sebuah bakpauw dan mulai memakannya.

Sikapnya manis dan terbuka sekali.

Ong Tiong Yang tidak bisa menampik untuk menemani gadis itu bersantap.

Setelah menghabiskan sebuah bakpauwnya dan baru saja Ong Tiong Yang bermaksud meninggalkan meja gadis ini, justru sigadis telah memandang kearah pintu rumah makan itu.

Di waktu itu seseorang melangkah masuk, Ong Tiong Yang juga ikut meliriknya, ia melihat seorang pemuda berusia antara dua puluh tahun dengan memakai baju warna kuning melangkah masuk ! Seketika Ong Tiong Yang menduga pemuda inilah yang tengah dicari oleh gadis itu.

Tetapi waktu itu sigadis menundukkan kepalanya dalam-dalam, iapun berkata dengan suara yang perlahan : „Biarkan saja dia, jangan sampai ia melihat diriku," kata sigadis.

Melihat sikap sigadis, Ong Tiong Yang jadi heran.

la menatap dengan sorot mata tidak mengerti, sampai akhirnya setelah pemuda berbaju kuning itu memiliki bentuk tubuh tegap dan wajah tampan telah mengambil tempat duduk membelakangi mereka, Ong Tiong Yang bertanya dengan suara perlahan : „Apakah pemuda itu yang tengah dicari oleh nona ?"

Sigadis mengangguk.

„Ya.... tetapi aku tidak man memperlihatkan diri padanya ditempat ini, sahut sigadis.

„Siapa nama pemuda itu ?" tanya Ong Tiong Yang jadi tertarik.

„Dia she Auwyang bernama Hong....!" menjelaskan gadis itu.

„Ohhhh ......!"

„Kepandaiannya tinggi sekali, kita harus, bicara perlahan, jangan sampai ia mendengar, karena pendengarannya sangat tajam .......!" kata gadis itu lagi,

„Siapa nona sebenarnya ?"

Gadis itu tersenyum, untuk sejenak ia tidak menyahuti pertanyaan Ong Tiong Yang.

Sedangkan Ong Tiong Yang yang telah terlanjur menanyakan nama gadis itu, jadi berobah mukanyanya, karena dia merasa lancang telah menanyakan langsung nama seorang gadis yang baru dikenalnya.

„Aku she Lie dan bernama Sin Mei," menjelaskan sigadis akhirnya.

„Nona Lie," kata Ong Tiong Yang.

„Apakah engkau tidak mau menemui sahabatmu sekarang saja? Bukankah kelak jika ia sempat pergi engkau akan sulit mencari jejaknya lagi?"

Tetapi sigadis telah menggelengkan kepalanya dan ia berkata: „Tidak," dan kemudian menghela napas dengan wajah yang berobah seperti juga, ia memiliki kesulitan.

Ong Tiong Yang menyaksikan hal itu jadi heran, ia bertanya lagi: „Apakah nona tengah ribut dengan pemuda itu?"

Ong Tiong Yang bertanya seperti itu karena ia menduga tentu sigadis adalah kekasih pemuda berbaju kuning yang katanya bernama Auwyang Hong tersebut.

Kembali gadis itu telah menggelengkan kepalannya.

„Apakah ada alasan lainnya? tanya Ong Tiong Yang semakin tertarik ingin mengetahui.

„Aku benci akan sifatnya yang angkuh........." kata sigadis.

Jawaban si gadis tersebut membuat Ong Tiong Yang tambah heran.

„Bukankah nona telah mencari jejaknya dengan bersusah payah ....... ?" Mengapa nona harus membencinya? Bukankah dengan mencari jejaknya berarti nona mau bertemu dengannya?"

Ditanya begitu, muka sigadis she Lie itu jadi berobah merah lagi.

„Totiang, maukah engkau menolongi aku sekali lagi ?" tanya Lie Siu Mei,

Ong Tiong Yang tidak segera menjawab pertanyaan sigadis, ia hanya mengawasi sigadis.

„Bagaimana Totiang ?" tanya Lie Siu Mei seperti tidak sabar.

„Baiklah," sahut Ong Tiong Yang.

„Katakanlah nona, bantuan apa yang bisa kuberikan untuk nona ?"

Sigadis ragu2 sejenak, tetapi kemudian ia menyahuti juga, dengan suara yang perlahan : „Totiang temui pemuda itu, kemudian belajar kenal daengannya...."

„Untuk apa ?" tanya Ong Tiong Yang terkejut dan heran memotong perkataan sigadis.

„Jika memang Totiang berhasil berkenalan dengannya, maka disaat itulah Totiang bisa me-mancing2 apakah ia menaruh perhatian.......perhatian kepadaku........!"

Waktu mengucapkaa kata-katanya yang terakhir itu, wajah sigadis berobah merah, tampaknya ia likat sekali.

Ong Eiong Yang tersenyum, seketika ia mengerti maksud gadis ini.

„Baiklah," kata Ong Tiong yang kemudian „Kalau begitu, tentu, persoalan yang tidak terlalu sulit........!" setelah berkata begitu, Ong Tiong Yang meneguk habis tehnya dan bangkit berdiri,

Tetapi Lie Siu Mei telah berkata dengan suara yang perlahan : „Tunggu du!u Totiang, ada yang perlu kujelasksn........ !" kata sigadis:

Ong Tiong Yang duduk kembali.

„Apa yang hendak nona katakan ?" tanyanya kemudian.

,,Totiang harus berusaha mencari jalan untuk dapat berkenalan dengannya dan mencari akal agar bisa membawa pembicaraan kearah diriku...!" pesan sigadis.

„Ya, itu tidak terlalu sulit," kata Ong Tiong Yang.

„Tetapi Totiang, begitu Totiang tengah menghampiri pemuda itu, aku akan segera menyelinap keluar meninggalkan ruangan ini. Nanti hasilnya boleh totiang sampaikan kepadaku malam ini, akan kunantikan totiang dipintu kota sebelah berat."

Ong Tiong Yang mengangguk.

Gadis itu demikian cantik, dan tampaknya ia mencintai pemuda berbaju kuning yang katanya bernama Auwyang Hong itu.

Namun rupanya gadis tersebut memiliki kesukaran untuk menyampaikan isi hatinya, sehingga ia telah meminta bantuan Ong Tiong Yang. Untuk pertolongan seperti itu tentu saja Ong Tiong Yang tidak akan menolaknya, yang tentunya akan mengecewakan si gadis, terlebih lagi memang urusannya pun merupakan urusan yang ringan sekali.

---oo0oo---

DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar