BAGIAN 44: DITOLONG SI ORANG BERTOPENG MERAH
DENGAN memakai topeng seperti
itu, Ong Tiong Yang bertiga dengan Auwyang Hong dan Bian Kie Liang tidak
melihat wajah lelaki yang baru muncul itu. Mereka juga telah melihat betapa
orang itu datang dengan gerakan yang ringan dan gesit sekali, suara langkah
kakinya hampir tidak terdengar jika memang buka nnya mereka mempunyai
pendengaran sangat tajam sekali.
Diwaktu itu tampak Auwyang
Hong berusaha berteriak :„Paman, inilah Bian Kie Liang yang perlu dibasmi........!"
Bian Kie Liang tertawa
mergeiek.
„Hemm......., engkau tidak
perlu menggertak aku....orang itu bukan sahabatmu dan juga engkau tidak
mengenalnya !" kata Bian Kie Liang.
Sedangkan orang yang menutupi
mukanya denogan secarik kain merah, telah mempererdengarkan suara dengusan
mengejek sambil katanya dengan dingin : „Memang aku tidak kenal dengan kalian
bertiga !" Setelah berkata begitu orang bertopeng merah tersebut berdiri
ditempatnya tanpa bergerak, ia hanya menyaksikan jalannya pertempuran tersebut.
Auwyang Hong yang sesungguhnya
hendak menggertak Bian Kie Liang, jadi kecele karena orang itu membuka
maksudnya, ia jadi mendongkol sekali, maka katanya : „Jika dilihat dari cara
engkau berpakaian seperti itu, tentunya engkau seorang ........." dan Auwyang
Hong tidak meneruskan perkataanya.
„Seorang apa ?" tanya
orang bertopeng merah itu ingin mengetahuinya.
„Aku tidak berani
mengatakannya.........!"
„Kenapa ?"
„Aku kuatir engkau akan marah
?" „Apakah engkau ingin mengeluarkan kata "
kata-yang kurang ajar ?"
„Tidak !"`
„Lalu mengapa engkau kuatir
aku nanti memarahimu ?" tanya orang itu lagi.
„Justru aku kuatir setelah hal
yang sebenarnya kukatakan, engkau akan marah padaku"
„Jika memang demikian,
katakanlah.......!" kata orang bertopeng merah itu.
„Hmmm........," dengus
Auwyang Hong, yang kemudian disusul dengan suara tertawa dinginnya. „Aku tidak
yakin engkau tidak akah marah......!" dan baru berkata sampai disitu ia
harus mengelakkan diri dari serangan yang dilancarkan Bian Kie Liang.
„Jika bukan perkataan kurang
ajar, aku ....... tentu tidak akan marah.......!"
„Baik, aku hendak mengatakan,
jika dilihat dari cara engkau berpakaian seperti itu, tentunya atau
se-tidak2nya engkau ini adalah seorang banci...!"
Orang bertopeng merah itu
telah mengeluarkan suara seruan mengandung kemarahan, tubuhnya juga bergerak
sedikit, rupanya tergetar menahann perasaan marahnya, tetapi ia telah
memperdengarkan suara tertawa dinginnya dan katanya: „Baiklah, nanti setelah
engkau selesai bertempur dengan orang itu, aku hendak meminta pertanggungan
jawabmu, apakah memang benar benar aku seorang banci.......!"
Setelah berkata begitu, orang
yang memakai topeng warna merah itu telah berdiri ditempatnya mengawasi
jalannya pertempuran tersebut.
Bian Kie Liang yang melihat
bahwa orang yang bertopeng merah itu bukan kawan Auwyang Hong maupun Ong Tiong
Yang, hatinya jadi tenang.
Orang bertopeng merah itu
ber-ulang kali mengeluarkan suara dengusan, lalu katanya : „Bian Kie Liang,
apakah gelaranmu sebagai Sie Hun Bian masih bisa dipergunakan terus .......”
Bian Kie Liang jadi terkejut.
Mendengar dari kata-katanya,
orang bertopeng merah itu rupanya kenal padanya.
Tampaknya ia memandang rendah
padanya
Auwyang Hong dan Ong Tiong
Yang, namun sambil melancarkan serangannya, ia menegur :„Siapa engkau
„Aku ?"
„Ya...!"
„Aku adalah aku!"
„Aku ingin mengetahui nama dan
gelarmu!"
„Sayang sekali aku tidak biasa
memberikannya sekarang ini....!"
„Kenapa begitu?"
„Bukankah anak muda itu telah
mengatakan aku seorang banci, aku ingin memperlihatkan kepadanya nanti, apakah
aku ini memang sama seperti apa yang disebutkannya atau memang perkataannya itu
yang salah se-tidak2nya aku ingin sekali untuk merobek mulutnya yang lancang
itu.... !".
Bian Kie Liang tertawa tawar,
katanya : „Jika memang engkau merasa tidak seperti yang dikatakan pemuda itu,
mengapa engkau tidak berani menyebutkan nama dan gelarmu?"
„Hemm....., nanti juga engkau
akan mengeta huinya......!" sahut orang bertopeng merah itu.
„Tetapi apa yang kusaksikan
sekarang ini, justru memperlihatkan bahwa kepandaian mu tidak memperoleh
kemajuan sama sekali di bandingkan dengan sepuluh tahun yang lalu...!"
„Hemm......, nanti setelah aku
membereskan kedua anak domba ini, aku ingin meminta pengajaran
darimu.....!" kata Bian Kie Liang dengan suara mendongkol.
„Boleh..., boleh......, namun
aku sangsi dan tidak yakin bahwa engkau bisa merubuhkan kedua bocah
itu.......!" kata orang bertopeng merah itu.
„Mengapa begitu ?"
„Kapandaian mereka tinggi dan
cukup liehay, sedangkan kepandaianmu tidak memperoleh kemajuan dalam sepuluh
tahun belakangan ini, dengan demikian, aku yakin bahwa engkau tidak mungkin
bisa merubuhkan kedua anak muda itu........!"
„Baik, baik, aku akin
memperlihatkan kepadamu bagaimana caranya Bian Kie Liang mewberikan pelajaran
kepada mereka!" Dan setelah berkata begitu, serangan2 yang dilancarkan
oleh Bian Kie Liang jadi semakin kuat.
Angin serangan kedua telapak
tangannya itu berkesiuran menderu-deru.
Tetapi orang bertopeng merah
itu mengawasi jalannya pertempuran tersebut dengan berulang kali
memperdengarkan suara tertawa dingin.
Disamping itu, juga terlihat
betapa 0ng Tiong Yang dan Auwyang Hong melancarkan serangan lebih baik, karena
setelah bertempur sekian lama diantara mereka telah terjalin hubungan kerja
sama yang lebih baik, dimana mereka melancarkan serangan secara bergantian dan
juga saling melindungi.
Orang bertopeng merah itu
mengeluarkan suara tertawa mengejek berulang kali.
Bian Kie Liang merasakarn
dadanya seperti juga ingin meledak mendengar ejekan yang dilontarkan oleh orang
bertopeng merah tersebut.
Tetapi ia tengah melakukan
pertandingan yang tidak bisa ditunda-tunda dengan Auyang Hong dan Ong Tiong
Yang, dengan sendirinya tidak bisa ia memecahkan perhatiannya untuk
melampiaskan kemendongkolannya kepada orang bertopeng itu.
Saat itu tampak orang
bortopeng merah itu berkata dengan suara dan sikap tidak acuh : „Ambil Iangkah
tiga dim dikanan dan pukul disebelah atas Tan Tian dua dim......!"
Auwyang Hong dan Ong Tiong
Yang waktu itu tengah melancarkan serangan mereka, tetapi mendengar perkataan
orang bertopeng merah tersebut, mereka jadi merandek, dan dasarnya memang
cerdas, maka cepat sekali mereka bisa menangkap maksud orang bertopeng merah
itu, yang kata-katanya merupakan petunjuk yang ditu jukan kepada mereka berdua.
Maka Ong Tiong Yang dan
Auwyang Hong merobah kedudukan mereka, keduanya berusaha untuk melancarkan
serangan menurut yang dikatakan oleh orang bertopeng me rah itu.
Hasil yang diperoleh Auwyang
Hong dan Ong Tiong Yang memang luar biasa, ketika itu terlihat betapa Bian Kie
Liang berhasil didesak mundur oleh serangan mereka.
Keadaan demikian
menggembirakan Auwyang Hong dan Ong Tiong Yang.
„Lalu apa yang harus kami
lakukan lagi?” tanya Auwyang Hong cepat.
Agar aku bisa segera berurusan
dengan kau setelah membereskan kambing tua ini.....!"
Orang bertopeng merah itu
telah memberikan petunjuk-petunjuknya pula.
Dan Auwyang Hong maupun Ong
Tiong Yang menurutinya.
Bian Kie Liang kewalahan
menghadapi serangan Auwyang Hong dan Ong Tiong Yang yang menuruti petunjuk2
dari orang bertopeng merah itu. Dengan demikian membuat Bian Kie Liang jadi
terkejut dan penasaran sekali.
Waktu suatu kali ia
mengelakkan diri dari serangan yang dilancarkan Auwyang Hong dan Ong Tiong
Yang, Bian Kie Liangtelah berteriak: „Jika memang tanganmu gatal, silahkan
engkau sendiri maju untuk main-main denganku, jangan mengambil sikap pengecut
seperti itu .......!"
Orang bertopeng merah itu
tertawa dingin, tetapi dia tetap memberikan petunjuk-petunjuknya kepada Auwyang
Hong dan Ong Tiong Yang.
Semakin lama Bian Kie Liang
jadi semakin terdesak dan sibuk mengelakkan diri kekiri dan kekanan, tidak
jarang Bian Kie Liang harus melompat kebelakang sejauh beberapa tombak. Hal ini
disebabkan ia memang jadi kewalahan dan jatuh dibawah angin setelah Auwyang
Hong dan Ong Tiong Yang melancarkan serangan mereka menuruti petunjuk2 yang
diberikan oleh orang bertopeng merah tersebut.
Tampak Auwyang Hong dan Ong
Tiong Yang bersemangat saja, terlebih lagi orang bertopeng merah itu terus juga
memberikan petunjuknya.
Keringat memenuhi sekujur
tubuh Bian Kie Liang, sampai akhirnya ia mengeluh juga, karena jika ia
mempertahatakan keadaan seperti ini terus-menerus, tentu dirinya sendiri yang
bisa celaka, disamping itu, jelas ia yang akan jadi pecundang.
Dalam suatu kesempatan, Bian
Kie Liang melompat mundur menjauhkan diri, ia memutar tubuhnya sambil berseru :
„Nanti aku akan datang mencari kalian.......!" dan ia terus melarikan diri
dalam sekejap mata lenyap dari pandangan.
Orang bertopeng merah itu
tertawa keras.
Auwyang Hong dan Ong Tiong
Yang menghampirinya, mereka merangkapkan sepasang tangannya mesnjura memberi
hormat kepada orang bertopeng merah Itu, sambil mengucapkan terima kasih karena
mereka telah memperolehlz petunjuk dari orang bortopeng merah ini.
Tetapi disaat Ong Tiong Yang
dan Auw Yang Hong tengah menjura memberi hormat, justru orang bertopeng merah
itu mengibaskan tangannya.
Hebat kesudahannya ......
Tubuh Auwyang Hong dan Ong
Tiong Yang seperti disampaork oleh suau kekuatan yang tidak tampak, tahu2 tubuh
mereka terjungkel sejauh empat tombak.
Untung saja Auwyang Hong dan
Ong Tiong Yang memiliki ginkang yang tinggi dengan sendirinya mareka tidak
sampai terbanting ......!
Saat itu Orang bertopeng
meragh itu tertawa keras, dan berkata :
Dtsaat itu oCang yang pakgi•
topeng merali
„Monyet2-kecil, ternyata
kalian tidak memiliki kepandaian apa2, selain memiliki mulut yang kurang ajar
...... dasar monyet2 kecil.......!
Auwyang Hong melompat berdiri
dan berkata : „Kau :.. kala tadi membantu kami, tetapi sakarang ini mengapa
justru memaki kami?”
Ditanya begitu orang bertopeng
mengeluarkan suara mengejek : „hemm......., tentu saja aku membantu kalian agar
kalian tidak tercelakakan ditangan Bian Kie Liang, sehingga aku bisa membuat
perhitungan decngan kalian......!"
Mendengar perkataan orang
bertopeng merah itu.
Auwyang Hong tertawa dingin.
„Kalau begitu, apa yang kuduoa
ternyata tidak salah !" katanya.
„Tidak salah apanya ?"
bentak orang berrtopeng merah itu dengan sorot matanya bersinar tajam, yang
terlihat dari kedua lobang topengnya itu.
„Tentu tidak akan meleset apa
yang telah kuduga, bahwa engkau...... engkau.......!"
Dan Auwyang Hong tidak
meneruskan ucapannya lagi.
„Aku kenapa ?" tanya
orang bertopeng merah itu sambil menatap tajam sekali.
„Kau seorang banci... .!"
sahut Auw yang -Hong dengan berani.
„Kau. . .?" suara orang
bertopeng merah itu terdengar keras sekali, kemudian ia melancarkan serangan
dengan tangan kanannya.
Auwyang Hong hanya melihat berkelebatnya
tangan orang bertopeng itu, tahu2 muka-nya telah kena dihajar keras sekali oleh
tempilingan telapak tangan orang itu.
Keruan saja Auwyang Hong jadi
kesakitan tubuhnya melayang ketengah udara.
Tetapi Auwyang Hong berhasil
turun ketanah dengan kedua kaki terlebih dulu.
Orang bertopeng merah itu
berkata kepada Ong Tiong Yang, dengan suara yang dingin : „Tadi dan sekarang,
pemuda itu Yang berani bicara kurang-ajar engkau sebagai kawannya tentu juga
seorang tojin yang tidak baik hatinya ....... !"
Dan sambil berkata begitu,
tampak orang bertopeng merah itu menggerakkan tangannya dengan gerakan yang
cepat sekali, akan melancarkan serangan kepada Ong Tiong Yang.
„Tunggu dulu
locianpwe.....!" seru Ong Tiong Yang yang mencegah kehendak orang itu melancarkan
serangan, karena Ong Tiong Yang yakin orang ini, adalah seorang tokoh tua yang
memiliki kepandaian tinggi sekali.
„Apa, yang hendak kau katakan
?" tegur orang bertopeng merah itu dengan dingin.
„Aku hendak mengatakan babwa
Locianpwe telah salah paham, Pinto dan sahabatku ini sesungguhnya bukan
manusia2 rendah"
Tetapi....... orang bertopeng
merah itu berkata dengan suara yang dingin.
„Hemmm.......alasan apapun
yang engkau kemukakan, dalam hal ini janagan harap engkau bisa mengelakkan
hajaranku.....!"
Sambil berkata begitu, tampak
orang bertopeng merah itu mengerahkan tenaga dalamnya, dan ia melancarkan
serangan dengan kuat, Ong Tiong Yang mengetahui hal itu karena angin serangan
tersebut berkesiuran kuat Sekali.
Sebagai seorang yang sejak
kecil selalu berlatih diri dengan sinkang aliran lurus dan bersih, Ong Yang
mengetahui bahwa tenaga Iwekang yang dipergunakan oleh orang itu merupakan ilmu
tenaga dalam aliran lurus.
Dan juga disaat itu, Ong Tiong
Yang melihat cara menyerang orang tersebut mirip2 seperti ilmu silat dari Siauw
Lim Sie.
Tampak Auwyang Hong memaki
dengan suara tidak senang : „Manusia banci hanya berani menghina yang
muda.......!" tepiaknya.
Orang bertopeng merah itu jadi
menahan telapak tangannya yang hendak menyerang Ong Tiong Yang, kemudian ia
memutar tubuhnya menghadapi Auwyang Hong.
„Jika memang demikian, engkau
rupanya hendak minta dihajar lagi ........."
Lalu belum lagi suaranya itu
habis diucapkan tampak ia melompat dan melancarkan serangan pula kepada Auwyang
Hong.
Sebenarnya Auwyang Hong telah
bersiap sedia hendak menghadapi serangan orang bertopeng merah itu, tetapi
gerakan orang tersebut cepat sekali, sehingga tanpa ampun lagi ia telah kena
dihajar pundaknya, tubuhnya berguling-guling diatas.
Begitu cepat cara menyerang
orang tersebut dimana ia melancarkan serangannya dengan gerakan yang sangat
aneh sekali.
Hal ini benar2 membuat Ong
Tiong Yang jadi berpikir dua kali untuk berurusan dengan orang tersebut.
Tetapi Ong Tiong Yang juga
menyadarinya bahwa ia tidak bisa berdiam diri saja menyaksikan Auwyang Hong
disiksa oleh orang bertopeng merah itu.
Maka ia melompat kedekat orang
ber topeng merah tesebut, ia juga menggerakkan hudtimnya menyerang punggung
orang itu,
Angin serangan hudtimnya
berkesiuran kuat orang bertopeng merah tanpa menoleh lagi mengibaskan tangan
kanannya, menyampok hudtim Ong Tiong Yang.
Seketika Ong Tiong Yang
merasakan betapa telapak tangannya itu, seperti pecah dan pedih sekali,
tubuhnya juga tergetar keras.
Waktu itu, orang bertopeng
merah menggerakkan tangannya yang satunya, melancarkan serangan kepada Ong
Tiong Yang dengan tubuh agak dimirngkan.
Serangan itu di lakukannya
sangat cepat sekali, Ong Tiong Yang hanya sempat melihat betapa serangan orang
bertopeng merah itu meluncur kearah dirinya, belum lagi ia keburu berkelit,
saat itu tampak tubuhnya meluncur ketengah udara terkena serangan yang
menyampoknya dengan kuat sekali.
Tetapi disebabkan Ong Tiong
Yang memiliki sinkang yang murni dan lurus bersih, la bisa mengendalikan
tubuhnya tidak sampai terbanting.
„Lain kali jaga mulutmu yang
kurang ajar itu, kali ini aku mengampunimu dengan tidak merobek mulutmu, aku
memandang pada tojin muda itu....!" kata orang bertopeng merah, dan ia
telah menjejakkan kakinya, tubuhnya mencelat dengan gesit, dalam sekejap mata
telah lenyap dari pandangan mata Ong Tiong Yang dan Auwyang Hong.
Setelah orang bertcopeng merah
itu lenyap dari pandangan mereka, Ong Tiong Yang menghela napas.
„Orang itu memiliki kepandaian
yang tinggi sekali......ilmunya sulit dijajaki, entah siapa
dia..........?!" setelah berkata begitu, Ong T i o n g Yang menghela napas
panjang.
---oo0oo---