BAGIAN 22: LAM SIANG CIN JIN
CEPAT sekali Toan Hongya tiba
didepan orang buruannya, segera ia melihat orang tersebut berpakaian seperti
seorang tosu, yang usianya mungkin telah meacapai enam puluh tahun. Wajahnya
angker dan gagah, ditangannya memegang hudtim, yang gagangnya berkilauan
tertimpah sinar rembulan, rupanya gagang hudtim itu terbuat dari emas !
Toan Hongya jadi terkejut.
Tosu inilah yang tengah
dicarinya.
Cepat-cepat Toan Hongya
menjura memberi hormat, sambil katanya : „Maafkan cin jin...... siapakah cin
jin sebenarnya.......!".
Sedangkan tosu itu ketika
melihat Toan Hongya, telah tersenyum ramah.
„Aku mengetahui bahwa engkau
selama beberapa hari mencari-cari diriku, siapakah engkau sebenarnya wahai anak
muda ?" balik tanya tosu itu.
Melihat wajah yang angker dan
gagah seperti itu, Toan Hongya tahu bahwa tosu itu adalah seorang akhli silat
yang tinggi ilmunya. la tidak berani bersikap lancang dan sembarangan.
Dengan sikap yang sopan dan
ramah, dia telah menyahuti : „Sebenarnya boanpwe she Toan dan bernama
Ceng", ia menjelaskan. „Dan bolehkah boanpwe mengetahui siapakah gelaran
totiang yang mulia ?"
Tojin itu berdiam diri
sejenak, ia telah mengawasi Toan Ceng beberapa saat lamanya, sampai akhirnya ia
bilang juga : „Anak muda, engkau memiliki tubuh yang gagah dan tampaknya engkau
juga seorang pemuda yang cerdas......!"
Toan Ceng cepat-cepat menjura
merendahkan diri, ia mengatakan bahwa pendeta itu terlalu memujinya.
Tetapi tosu itu telah berkata
lagi : „Aku bukan memujimu, selama beberapa hari secara diam-diam justru aku
telah menguntit dirimu, sehingga aku mengetahui bahwa engkau tengah mencari
jejakku. Selama itu aku telah melihat engkau seorang pemuda yang memiliki bakat
sangat, baik sekali mempelajari ilmu silat........asalkan engkau memiliki petun
uk yang benar dan baik........!"
Toan Ceng sendiri jadi malu
mendengar perkataan tosu itu, karena selama beberapa hari ia mencari jejak tosu
tersebut, tetapi siapa tahu justru tosu itu selama itupun telah menguntitnya
tanpa dia sendiri mengetahuinya. Hal ini membuktikan bahwa kepandaian losu
tersebut memang tinggi. Maka Toan Hongya jadi semakin menghormatinya.
Sedangkan tosu itu telah
bertanya lagi dengan suara yang sabar : „Sesungguhnya apa maksudmu hendak
mencariku ?"
Toan Hongya segera memberi
hormat sambil katanya : „Sesungguhnya boanpwe hendak berguru kepada orang yang
memiliki kepandaian tinggi......, maka ketika mendengar bahwa totiang memiliki
kepandaian yang tinggi, boanpwe bermaksud akan berguru pada
totiang.......!"
Muka tojin itu jadi berobah,
„Bagaimana engkau mengetahui bahwa aku memiliki kepandaian silat ?"
tanyanya sambil memandang dengan mata menyelidiki.
Toan Hongya menyahuti :
„Beberapa hari yang lalu bukankah totiang telah menghajar kucar-kacir para
buaya darat dikota tersebut, dimana totiang telah memperlihatkan, kepandaian
yang sangat mengagumkan sekali, yang tidak mungkin dimiliki oleh sembarangan
orang......!"
Tojin itu tersenyum lagi,
iapun telah berkata.
„Hemm......., persoalan
berkelahi tidak bisa diambil sebagai patokan untuk menilai ilmu silat
seseorang, bukankah buaya darat itu hanya mengandalkan tenaga mereka yang kuat
dan tidak memiliki kepandaian apa-apa.......maka dengan mudah dan kebetulan
sekali aku bisa merubuhkan mereka. Tetapi jika seandainya mereka memiliki
kepandaian, tentu aku tidak akan berdaya menghadapi mereka........!"
Mendengar sampai disitu, Toan
Hongya tahu bahwa tosu ini ingin mengelakkan diri.
Cepat-cepat Toan Hongya telah
berkata : „Begini totiang, sebetulnya aku ingin sekali mencari seorang guru
yang bisa mendidikku ilmu silat yang, tinggi, sejak kecil aku telah tertarik
untuk mempelajari ilmu silat, aku gemar sekali mempelajari ilmu silat...
sayangnya sejauh ini aku belum pernah memperoleh seorang guru yang
baik.......maka aku memiliki kepandaian yang tidak berarti apa-apa.......! Jika
memang totiang tidak keberatan, aku ingin mengundang totiang untuk menjadi
guruku.....
Mendengar perkataan Toan
Hongya, tosu itu telah tertawa bergelak-gelak.
„Ha...ha...ha...., engkau ini
lucu !" katanya.
„Kita baru saja bertemu,
bagaimana engkau begitu yakin bahwa aku memiliki kepandaian yang tinggi dan
ingin mengangkat aku menjadi gurumu ?"
Tetapi Toan Hongya telah yakin
dengan pendiriannya, maka ia berkata Iagi : „Walaupun totiang mengatakan apa
saja, tetap aku bertekad untuk berguru pada totiang, aku yakin bahwa totiang
memiliki kepandaian yang tinggi.........!".
„Hemm.......", tertawa
pendeta itu sambil mengawasi tajam pada Toan Ceng.
„Rupanya engkau benar-benar
gemar sekali mempelajari ilmu silat.....
Tetapi mengapa engkau tidak
berusaha untuk merantau saja kedaratan Tionggoan, bukankah disana banyak sekali
akhli-akhli silat yang memiliki kepandaian tinggi, yang bisa kau Angkat menjadi
gurumu ?"
Mendengar perkataan tojin itu,
muka Toan Hongya jadi berobah muram.
„Aku memiliki sedikit
kesulitan, totiang........" katanya kemudian.
„Kesulitan apa ?"
„Sulit untuk aku
jelaskan...!".
„Jika engkau tidak terbuka.
dalam persoalgnmu, bagaimana mungkin ada orang yang bersedia menjadi gurumu
?" tanya pendeta itu.
„Kesulitanku itu benar-benar
sulit dijelaskan totiang.
Tetapi yang pasti, aku ingin
sekali mempelajari ilmu silat sebaik mungkin, maka jika memang totiang tidak
mentertawakan aku, ingin sekali aku mengundang totiang menjadi guruku...!"
Tojin itu berdiam diri
sejenak, kemudian dia baru berkata setelah lewat beberapa saat lamanya :
„Baiklah, siapa namamu ?".
„Seperti tadi telah kukatakan,
aku she Toan dan bernama Ceng..,!"
„Apakah itu bukan nama samaran
?" tanya tojin itu lagi.
„Nama samaran ?" tanya
Toan Hongya agak heran dan tidak mengerti.
Tojin itu telah mengangguk.
„Ya, setahuku, bahwa marga she
Toan itu adalah marga keturunan raja-raja Tailie....., apakah engkau
benar-benar she Toan dan memiliki hubungan kekeluargaan dengan keluarga raja
Tailie...?"
Mendengar pertanyaan tojin
itu, Toan Hongya jadi terkejut juga.
Rupanya tojin ini memang
memiliki pengetahuan yang luas, maka sampai ke-soal she dia mengetahui dengan
jelas.
Tetapi waktu itu Toan Hongya
tidak bisa berdiam diri terlalu lama, ia telah mengangguk: „Benar, justru
memang aku berasal dari kalangan istana Tailie...."
Mendengar, perkataan Toan
Hongya yang terakhir, muka tosu itu jadi berobah.
„Engkau masih ada hubungan
dengan orang istana negeri Tailie ini ?" tanyanya.
Toan Hongya mengaogguk.
„Benar", sahutnya.
„Apakah ada sesuatu yang tidak beres totiang...?":
Muka pendeta itu semakin tidak
enak dipandang, tampaknya ia tengah memikirkan sesuatu, sampai akhirnya ia baru
menyahutinya : „Tahukah engkau, kedatanganku dari Tionggoan yang jaraknya
begitu jauh, merupakan tujuan yang utama untuk mencari beberapa orang she
Toan...! ".
„Siapa totiang...?" tanya
Tuan Hongya terkejut..
„Hemm........", justru
aku tidak bisa menyebutkannya, sebab akupun memiliki kesulitan untuk menjelaskannya...!"
menyahuti pendeta itu.
Sedangkan Toan Hongya telah
berkata dengan suara yang pasti : „Jika memang totiang memiliki kesulitan,
mungkin aku bisa membantu ?" pertanyaan itu merupakan tawaran jasa baik
untuk sitosu.
Tetapi tosu itu telah menggelengkan
kepalanya.
„Engkau tidak mungkin bisa
menolongku... ini menyangkut urusan penasaran...!"
Muka Toan Hongya jadi berobah.
„Urusan penasaran ?"
tanyanya. Tosu itu mengangguk.
„Benar", sahutnya.
„Urusan ini adalah urusan
penasaran, maka tanpa memperdulikan perjalanan yang jauh dari daratan
Tionggoan, aku telah datang kemari...!"
Waktu berkata begitu, nada
suara sitosu terdengar tidak, begitu menyenangkan, tampaknya ia mulai tidak
menyukai Toan Hongya setelah mengetahui bahwa Toan Hongya adalah orang she Toan
dari pihak kerajaan Tailie ini.
Toan Hongya sendiri jadi
diliputi tanda tanya.
Dilihat dari sikapnya seperti
juga tosu itu tengah mengerjakan sesuatu.
Tetapi yang pasti tentu saja
bukan urusan yang menggembirakan.
Sedangkan tosu itu setelah
berpikir sejenak, ia berkata lagi : „Apa kedudukanmu didalam istana Tailie
?".
Toan Hongya ragu-ragu sejenak,
kemudian ia baru menjahuti pertanyaan tosu itu : „Sesungguhnya......,aku Toan
Hongya, kaisar dikerajaan ini......!".
„Apa ?" tanya tosu itu
terkejut, ia sampai mementang kedua matanya lebar-lebar.
„Engkau yang dipermuliakan
dikerajaan ini?"
Toan Hongya mengangguk.
„Benar...!"
Tetapi tosu itu seperti kurang
mempercayainya.
„Usiamu masih demikian
muda...!" katanya.
„Ya, aku baru beberapa tahun
naik takhta...!" sahut Toan Hongya.
„Maka jika totiang tidak
keberatan, justru aku hendak mengundang totiang untuk singgah
diistana...!".
Pendeta itu jadi tidak bisa
berkata-kata lagi, ia tampaknya ragu-ragu.
Tetapi kemudian ia telah
merangkapkan tangannya memberi hormat.
„Tidak kusangka bahwa Pinto
memiliki rejeki yang besar, sehingga bisa bertemu muka dengan junjungan
dinegeri Tailie ini...!".
„Sebetulnya totiang memiliki
kesulitan apakah....... tampaknya totiang kurang begitu tenang. Dan juga orang
she Toan mana yang telah mempersulit totiang...?" tanya Toan Hongya pula.
„Mungkin aku bisa membantu totiang menyelesaikan urusan ini ?".
Tvsu itu meflghela napas,
sambil katanya: „Sesungguhnya urusan ini merupakan urusan yang telah lebih dua
puluh tahun yang lalu... mungkin waktu itu engkau belum dilahirkan...''.
„Jadi waktu itu ayahku yang
berkuasa, karena selama empat puluh dua tahun ayah duduk disinggasana...!"
kata Toan Ceng.
Tosu itu mengangguk.
„Ya, memang waktu itu ayahmu,
Toan Bun Liang, bukankah begitu namanya ?" tanya tosu itu.
Toan Ceng mengangguk.
„Benar memang itulah nama
ayahku...!" menyahuti Toan Hongya.
„Dan justru baru beberapa
tahun ini aku menduduki singgasana setelah ayah wafat...!"
„Usiamu masib terlalu
muda", kata tosu itu.
„Tetapi justru sekarang engkau
telah menjadi orang yang paling mulia dinegeri ini...!".
Toan Ceng segera mengeluarkan
kata-kata merendah, dan dia telah bilang lagi : „Jika memang totiang memiliki
kesulitan dengan orang-orang kami, katakan saja, siapa orang-orang itu, mungkin
aku bisa menolongnya...!".
Tosu itu kembali menghela
napas. Sampai akhirnya dia berkata juga :
„Aku datang kedaratan Tailie
ini karena ingin mencari jejak isteriku...l" akhirnya ia memberitahukan
juga.
„Mencari isteri totiang...?"
tanya Toan Hongya agak heran.
Pendeta itu rupanya mengetahui
perasaan heran Toan Ceng, ia telah mengangguk.
„Ya... justru dua tahun yang
lalu aku belum mensucikan diri, aku belum jadi seorang tojin...!"
mengangguk pendeta itu.
„Hemm.......", siapakah
nama isteri totiang ?" tanya Toan Hongya lagi.
Sipendeta tampak ragu-ragu,
tetapi kemudian dia telah menyahutinya : „Dia she Bian dan bernama Khuang Lie.
Dua puluh tahun yang lalu telah dilarikan ke Tailie...!"
„Oh........ !"
„Dan orang-orang yang melarikan
isteriku itu dua orang she Toan, masing-masing bernama Toan Liang dan Toan Bun.
Mereka merupakan dua orang terdekat dari Kaisar Tailie saat itu..."
„Ohh......., mereka berdua itu
adalah pamanku...!" kata Toan Hongya.
„Justru itu, engkau tidak
mungkin bisa membantuku, malah engkau akan ikut memusuhiku. Tetapi biarlah,
terlanjur aku telah menceritakannya, aku akan mengatakannya semua" kata
tosu itu.
Sedangkan Toan Ceng jadi
sangat tertarik, dia telah menawarkan : „Bagaimana jika kita bercakap-cakap didalam
kamarku saja, totiang.....bukankah lebih tenang dan tidak perlu diterpa oleh
angin malam ?".
Pendeta itu rupanya
menyetujuinya, ia hanya mengangguk.
Keduanya melompat turun dan
masuk kedalam kamar Toan Ceng lewat jendela kamar.
Sedangkan Toan Ceng telah
menyediakan secawan teh kepada pendeta itu
---oo0oo---
PENDETA tersebut mengawasi
Toan Ceng beberapa saat lamanya, akhirnya ia- bilang juga : „Jika dilihat dari
gerak-gerikmu, engkau,tentunya seorang Kaisar yang baik budi......sekarangpun
yang mengherankan justru engkau berpakaian seperti rakyat biasa, tanpa pengawal
dan hanya berseorang diri saja.......! Yang mengherankan aku, sebagai seorang
Kaisar, engkau bisa berkeliaran mencari jejakku........"
Toan Ceng tertawa.
„Sesungguhnya memang telah
sering aku keluar dari istana dengan penyamaran seperti ini, hanya untuk
mengetahui lebih-dekat dan lebih jelas kehidupan rakyatku...!".
„Engkau seorang raja yang
baik...!"
„Tidak bisa aku mempercayai
sepenuhnya begitu saja laporan-laporan yang masuk, karena umumnya manusia ingin
menang sendiri, begitu pula dengan orang-orangku, terlebih lagi mereka memiliki
kekuasaan, dengan sendirinya mereka akan membela kebenaran mereka sendiri, jika
hal itu berhubungan langsung dengan persoalan pribadi mereka. Sedangkan urusan
yang muncul antara rakyat negeri dengan para pembesar negeri, dimana mereka
saling bentrok, bukanlah sedikit. Dengan cara menyamar seperti ini, aku jadi
bisa melihat lebih jelas apa yang terjadi...!"
Setelah berkata begitu, Toan
Ceng juga menjelaskan, bahwa ia telah cukup lama memerintahkan orang-orangnya
untuk mencari orang pandai, karena Toan Hongya mengakui dirinya tertarik sekali
untuk mempelajari ilmu silat yang tinggi, selain memang menggemarinya, juga ia
sangat senang untuk melatih ilmu silat.
„Jika dilihat dari
gerak-gerikmu dan juga sinar matamu, sekarang ini engkau telah memiiiki
kepandaian yang tidak rendah...!" kata tojin itu.
Toan Hongya segera mengakuinya
bahwa ia memang telah cukup banyak mempelajari ilmu silat, tetapi sejauh itu
belum berhasil memperoleh guru yang baik, yang bisa mewarisi kepandaiannya ilmu
yang tinggi.
„Sabarlah, kelak juga engkau
akan memperoleh guru yang baik, terutama adalah keuletanmu untuk berlatih...!
kata pendeta tersebut.
„Dan, bolehkah aku mengetahui
gelaran totiang yang mulia ?" tanya Toan Hongya lagi.
Karena berhadapan dengan
Kaisar, junjungan dari negeri Tailie, maka pendeta itu tidak berani bersikap
sembarangan.
„Pinto bergelar Lam Siang
Cinjin...!" dia menjelaskan.
„Dan persoalan isteri totiang
itu bagaimana urusannya ?" tanya Toan Hongya lagi, tampaknya Kaisar dari
negeri Tailie tertarik sekali ingin mengetahui kesulitan pendeta itu.
Lam Siang Cinjin telah
menghela napas dan berkata dengan suara yang perlahan dan muka yang muram :
„Sesungguhnya dua puluh tahun yang lalu Pinto tidak menjadi seorang pendeta,
pinto merupakan seorang rimba persilataan.
Tetapi sayang, waktu terjadi
peperangan Tailie dengan kerajaan di Tionggoan, dua orang panglimanya telah
merampas isteri pinto. Waktu itu kepandaian pinto belum tinggi, tidak berdaya
melindungi isteri pinto, sehingga isteri pinto itu telah dilarikan oleh kedua
panglima Tailie itu........ pinto hanya mengetahui nama mereka, maka sekarang
disaat pinto telah melatih diri dengan giat, pinto bermaksud untuk mencari
isteri pinto, bukan untuk berumah tangga, tetapi untuk membalas dendam saja
kepada kedua panglima Toan itu, untuk melampiaskan sakit hati pinto
......sekarang pinto telah mensucikan diri dan tidak mungkin kembali hidup
bersama isteri pinto, hanya jika memang pinto berhasil, tentu akan dapat
mengembalikan isteri pinto itu kedaratan Tionggoan, bukan hanya tawanan di
Tailie ini.
Mendengar sampai disitu, Toan
Hongya ikut berduka.
„Baiklah totiang, besok kita
keistana dan kita tanyakan persoalan itu kepada kedua pamanku, semoga saja
mereka bisa diberi pengertian dan isteri totiang bisa dikembalikan.
Inipun belum lagi diketahui,
entah,masih hidup atau telah meninggal isteri totiang itu...! Tetapi totiang
percayalah, aku akan bertindak dengan seadil-adilnya, aku tidak akan
memberatkan totiang..."
Tosu itu mengucapkan terima
kasihnya, ia mau mempercayai perkataan Toan Hongya. Bahkan ia telah berkata :
„Jika memang Toan Hongya bersedia untuk menegakkan keadilan, tentu penasaranku
itu akan lenyap...!"
„Nah totiang, sekarang aku
ingin menanyakan sesuatu kepada totiang, entah totiang mau atau tidak menerima
tawaran yang merupakan undanganku untuk totiang tinggal diistanaku menjadi guru
pribadi dalam urusan ilmu silat ?" tanya Toan Hongya.
Lam Siang Cinjin berdiam diri
sejenak, tampaknya dia ragu-ragu, tetapi akhirnya ia menyahuti juga : „Jika
dilihat dari keadaan Toan Hongte, memang Hongte memiliki bakat dan kecerdasan
yang baik mempela jari ilmu silat. Tetapi sayangnya pinto justru tidak berbakat
untuk men jadi guru. Maka jika meniang Hongte ingin mempelajari ilmu silat yang
balk dari guru yang pandai, nanti pinto akan menunjukkan orangnya...!".
„Tetapi totiang tentu tidak
keberatan untuk berdiam satu atau dua bulan diistanaku, untuk memberikan petunjuk-petunjuk
kepadaku, bukan ?"
Tosu itu akhirnya mengangguk.
Begitulah, Toan Hongya telah
mengajak tosu itu kembali keistananya.
Keesokan paginya, Toan Hongya
segera membuka sidang dan memanggil kedua pamannya, yaitu Toan Liang dan Toan
Bun.
Kedua orang itu merupakan
jenderal angkatan perang dalam kerajaan Tailie dan merupakan dua orang kuat
dikerajaan tersebut. Dan sebagai dua orang yang memiliki kekuasaan besar, apa
lagi memang merupakan dua orang yang masih memiliki hubungan yang intim dengan
raja Tailie tersebut, membuat semua orang menaruh hormat dan segan padanya.
Tetapi ketika persidangan itu
dibuka dan Toan Hongya dengan suara tegas menanyakan perihal urusan yang
terjadi pada diri Lam Siang Cinjin, muka kedua orang itu jadi merah padam.
Mereka berusaha menyangkalnya.
Toan Hongya kemudian
perintahkan Lam Siang Cin jin diundang keluar.
Setelah Lam Siang Cin jin
muncul, kedua orang itu, Toan Bun dan Toan Liang, tidak bisa menyangkal lagi.
Malah mereka mengakui babwa isteri dari Lam Siang Cin jin telah diambil oleh
Toan Liang untuk diperisterinya.
Mendengar itu, Lam Siang Cin
jin meminta isteri Toan Liang dimajukan juga dalam sidang.
Dan ketika nyonya pembesar
negeri tersebut tampil dimuka sidang, yang sebelumnya, adalah isteri Lam Siang
Cinjin, ia telah mengenali bekas suaminya, walaupun kini Lam Siang Cinjin telah
berjenggot dan berkumis panjang.
Waktu Toan Hongya menanyakan
pada nyonya Toan Liang, apakah selama men jadi isteri Toan Liang ia merasa
bahagia, yaitu tanpa dipaksa dan memperoleh tekanan dari Toan Liang.
Nyonya Toan Liang menyatakan
bahwa semuanya telah terjadi dan itu merupakan catatan nasibnya, maka ia
menganggap urusan telah habis dan Toan Liang sebagai suaminya yang cukup
dicintainya.
Lam Siang Cinjin menghela
napas.
lapun kini telah menjadi
pendeta dan mensucikan diri.
Jika tokh sekarang dia datang
ke Tailie, karena ia menduga bahwa isterinya berada dalam tekanan orang she
Toan itu, maka ia ingin memhebaskannya dan kelak mengantarkannya kedaratan
Tionggoan.
Tetapi kenyataannya sekarang
bekas isterinya itu telah menjadi isteri Toan Liang, dengan sendirinya ia
berada dalam posisi yang agak sulit.
Tidak bisa ia memaksa bekas
isterinya itu meninggalkan Toan Liang, bukankah bekas isterinya itu menyatakan
sekarang ia mencintai Toan Liang.
Akhirnya Lam Siang Cinjin yang
mengalah.
la menyatakan, kalau memang
bekas isterinya itu yang kini telah menjadi nyonya Toan Liang, senang pada
suaminya itu dan tanpa tekanan, ia tidak akan mengganggu gugat lagi.
Persoalan dapat diselesaikan
dengan baik.
Malam itu Toan Hongya telah
tnenyelenggarakan pesta untuk menghormati pendeta ini.
Tetapi Lam Siang Cinjin hanya
tinggal beberapa hari diistana kerajaan Tailie, karena ia akan segera
melanjutkan perjalanannya kedaratan Tionggoan.
Ketika Toan Hongya memaksa
agar Lam Siang Cinjin menetap beberapa lama lagi, pendeta itu hanya bersedia
menghabiskan waktunya diistana selama satu minggu.
Dan selama satu minggu itu
cukup banyak yang diturunkan Lam Siang Cinjin kepada Toan Hongya, baik ilmu
tenaga dalam maupun ilmu silat.
Dan yang terpenting lagi,
justru Toan Hongya telah menerima petunjuk bagaimana harus melatih tenaga
sinkang, hawa murni yang dimiliki setiap manusia.
Dengan latihan tenaga sinkang
seperti itu, Toan Hongya bisa membangunkan tenaga dan semangatnya, sehingga ia
bisa mempertinggi Iwekangnya.
Selang seminggu, Lam Siang
Cinjin pamitan dan minta diri untuk kembali kedaratan Tionggoan. Dan diwaktu
itu Toan Hongya menghadiahkan Lam Siang Cinjin berbagai benda dan harta. Namun
semua itu telah ditolak oleh pendeta tersebut.
la menyatakan, hatinya kini
tenang dan senang, karena mengetahui tahwa bekas isterinya ternyata hidup tidak
menderita disisi Toan Liang.
Sedangkan Toan Hongya telah
perintahkan beberapa orang panglima kerajaan untuk mengantarkan tamunya ini
sampai ditapal batas. Namun Lam Siang Cin jin menolaknya, karena pendeta itu
menyatakan bahwa ia lebih bebas melakukan perjalanan seorang diri.
Toan Hongya hanya berpesan,
jika memang Lam Slang Cin jin kebetulan melakukan perjalanan dinegeri Tailie
agar singgah diistananya, dan permintaan raja Tailie tersebut disanggupi oleh
Lam Siang Cin jin, ia menyatakan jika memang kebetulan lewat disekitar daerah
Tailie, ia akan singgah diistana Toan Hongya, untuk bertukar pikiran.
Begitulah, Toan Hongya
dihari-hari selanjutnya telah melatih diri dengan giat.
---oo0oo---