BAGIAN 04: AUWYANG HONG
PAGI itu Auwyang Hong sedang
bermain dimuka halaman rumahnya ditemani Hek Lotoa. Mereka sedang bermain
kelereng, walaupun Lotoa telah berusia tiga puluh tahun lebih, dia selalu
dikalahkan oleh Auwyang Hong, yang selalu tepat menyentil kelerengnya.
Sedang asyik-asyiknya mereka
bermain, tiba-tiba dari kejauhan terdengar suara orang berteriak-teriak :
„Tangkap kuda liar..... ! Kuda liar mengamuk...... ! Tangkap kuda
itu.......!" dan serombongan orang terdiri dua puluh orang lebih penduduk
daerah itu tengah mengejar seekor kuda yang sebentar-sebentar mengamuk dengan
tendangan dan amukannya. Ada salah seorang diantara rombongan orang itu yang
cukup berani mendekati kuda itu, namun nasibnya sial, perutnya kena ditendang
kaki belakang kuda itu, sehingga orang itu terpelanting sambil meringkuk
17:memegangi perutnya dengan kedua tangannya.
Auwyang Bun dan isterinya yang
mendengar suara ribut-ribut seperti itu telah keluar untuk melihat. Betapa
terkejut kedua suami isteri ini waktu melihat seekor kuda liar tengah mengamuk
dan mendekati kerumah mereka.
„Hong-jie...., anakku
.......ooh.......cepat masuk Hongjie......!" teriak nyonya Auwyang dengan
suara berkuatir bukan main waktu melihat Auwyang Hong sedang berdiri
dipelataran rumah mereka memandangi kuda yang tengah mengamuk itu.
„Jangan kuatir Ma, kuda itu
tidak bisa mencelakai aku !" kata Auwyang Hong, dia bahkan telah melompat
keluar dari halaman pelataran rumahnya menantikan kuiia liar itu.
Auwyang Bun kaget tidak
terhingga, sampai mukanya menjadi pucat pias.
„Hongjie,...... engkau jangan
dekati kuda itu, ayo cepat masuk !" teriak sang ayah berkuatir sekali,
sedangkan isterinya telah menangis.
Auwyang Hong melihat kuda liar
itu mendatangi dekat padanya, maka anak ini telah menekuk kedua kakinya
berjongkok, membuat semua orang jadi berkuatir sekali.
Hek Lotoaa telah
berteriak-teriak memanggil-manggil majikan kecilnya tanpa berani mendekati.
Kuda liar itu melihat anak
kecil tersebut, telah berlari Iebih cepat lagi, dia akan menerjang dengan
sepakan kedua kaki dimukanya.
Tetapi waktu kuda liar itu
berlari Iebih dekat lagi, disaat itu Auwyang Hong telah meluruskan kedua
tangannya mendorong kedepan, dia tetap dalam posisi berjongkok.
aAneh sekali!
Dengan mengeluarkan suara
"Bukk......!" yang cukup keras, kuda itu meringkik terpelanting jatuh
ditanah, dan tidak bergerak lagi, karena kuda itu seketika mati terkena angin
serangan Ha-mo-kang yang dilancarkan Auwyang Hong !
Semua orang jadi memandang
takjub dan heran, segera juga para penduduk telah memuji-muji Auwyang Hong
sebagai anak yang ajaib.
Sedangkan ayah dan ibu Auwyang
Hong berdiri tertegun dengan napas tertahan, mereka heran Auwyang Hong bisa
memukul kuda liar itu dengan dorongan kedua tangannya dan kuda itu terbinasa.
Sedangkan Hek Lotoa melihat
kuda itu terguling, telah cepat-cepat mendekati majikan kecilnya itu, sambil
menarik tangannya.
„Kongcu, ayo masuk, nanti kuda
itu bangun lagi kita bisa celaka...
Tetapi Auwyang Hong telah
tertawa.
„Kuda itu telah mati...!"
„Mati ? "
"Ya, aku telah
membinasakannya !"
Hek Lotoa mengawasi Auwyang
Hong dengan tatapan mata tidak mempercayai.
Sedangkan Auwyang Hu-jin
(nyonya Auwyang) telah berlari-lari merangkul anaknya.
„Hongjie, lain kali engkau
tidak boleh melakukan perbuatan nakal seperti tadi...... engkau tahu betapa
berkuatirnya kami akan keselamatanmu.........!"
Sedangkan Lo Sin yang telah
keluar juga, hanya tersenyum-senyum saja.
Memang Lo-Sin mengetahui bahwa
Auwyang Hong dalam waktu dua tahun dididik olehnya telah memiliki kepandaian
yang tinggi sekali, kepandaian yang sulit ditandingi jika hanya oleh jago2 yang
tanggung memiliki kepandaiannya.
Auwyang Bun menghampiri
anaknya.
„Hong-jie, engkau katakan
terus terang, dari siapa engkau mempelajari ilmu itu ?" tanyanya dengan
muka yang keren dan mata menatap tajam.
Semula Auwyang Hong ingin
berdusta, tetapi melihat sikap ayahnya seperti itu, dia tidak berani. Maka
ditunjuknya Lo Sin, sambil katanya : „Lo Sin suhu yang telah mengajari
aku......."
Lo Sin cepat-cepat maju, dia
telah bilang : "Benar, Loya (tuan besar), aku yang telah lancang
mengajarinya ilmu silat ! Tetapi aku telah berpesan kepadanya, ilmu silat yang
kuturunkan ini bukan untuk berkelahi, hanya untuk mensehatkan tubuh saja......!
"
Sambil berkata begitu, Lo Sin
telah menjura.
Muka Auwyang Bun telah berobah
biasa lagi, dia bilang kepada Lo Sin : „Aku tidak akan memarahi kalian, justru
aku girang si Hong telah memiliki kepandaian yang tinggi seperti itu diluar
tahuku, sehingga seekor kuda yang ganas tengah mengamuk itu bisa dihadapinya
dengan sekali pukul saja......!"
„Ya, ilmu yang dipelajari
Hong-jie hanya untuk membela diri jika diperlukan.... " kata Lo Sin.
Begitulah sejak hari itu,
Auwyang Hong tidak perlu sembunyi-sembunyi mempelajari ilmu silat dari Lo Sin.
Hanya satu pesan Lo Sin bahwa Auwyang Hong tidak boleh memberitahukan para
pelayan dirumahnya dan tidak boleh memperlihatkan lagi ilmu silatnya.
Auwyang Hong telah memberikan
janjinya dan meminta maaf kepada gurunya, karena tadi dia sangat tertarik
melihat kuda liar yang tengah mengamuk itu, maka dia ingin coba-coba tenaga
dalam yarig telah dimilikinya. Sang guru juga tidak menegurnya, hanya dia
dipesan wanti-wanti tidak boleh sembarangan mempergunakan ilmunya jika tengah
main-main bersama anak-anak sebaya dengannya, karena bisa bahaya, dimana jika
Auwyang Hong terlup dan dia menggerakkan tangannya, bukankah kawan sebayanya
itu akan binasa seperti yang dialami kuda liar itu ? -
Telah dua tahun lagi lewat
dengan cepat, dan kepandaian Auwyang Hong kian bertambah tinggi saja, karena Lo
Sin memang mraewarikan seluruh kepandaiannya. Dalam usia Iima-belas tahun
Auwyang Hong sudah merupakan seorang jago muda yang jarang sekali tandingannya.
---oo0oo---