Legenda Bunga Persik Jilid 08 (Tamat)

Topeng yang dipegang tangannya itu, seolah-olah beratnya ada seribu kati!

Seluruh tangannya penuh dengan keringat dingin.

Mendadak ada sebuah tangan terjulur dari samping mengambil

alih topeng itu Ini adalah sebuah tangan yang tua-kurus dan kering.

Chu Liuxiang menoleh, dan terlihatlah seorang perempuan tua

yang berpakaian hitam dan wajahnya tertutup oleh kerudung hitam. Masa' dia adalah perempuan seperti iblis yang muncul di antara kabut, di tengah-tengah air pada malam berbulan itu?

Sekarang Chu Liuxiang masih tidak bisa melihat wajahnya, yang terlihat cuma sepasang matayang berbinar-binar di balik kerudung hitam itu.

Ia menatap Chu Liuxiang dan berkata pelan-pelan: "Bukankah

aku telah memberitahukanmu bahwa: Asal kamu dapat tiba di sini, bukan saja semua rahasia dapat dijelaskan, bahkan pasti dapat menemukan dia?"

Suaranya begitu lemah lembut dan penuh welas asih. Berbeda sama sekali dengan malam itu!

Kemudian ia melanjutkan kata-katanya dengan pelan: "Aku tidak menipumu kan?"

Chu Liuxiang mengangguk dengan bingung — Pada kenyataannya ia masih belum paham, bahkan makin bingung.

Kesimpulan-kesimpulan yang tadi ia ambil, sekarang ternyata keliru semua!

Tidak saja Ai Qing bukan orang yang mau membunuh dia bahkan terus-terusan membantu dia secara gelap.

Tadi Ai Qing sengaja menotok titik jalan darah dia, tujuannya hanyalah demi membantu dia bisa masuk ke altar suci ini.

Barangkali inilah satu-satunya jalan agar ia dapat tiba di sini!

Tenaga totokannya sudah diatur begitu rupa, perhitungan waktunya pun akurat sekali, sehingga kekuatan totokan itu, pas

pada waktu sekejap mata yang paling penting itu bisa hilang dengan sendirinya!

Jika tidak, bagairnana mungkin Chu Liuxiang dapat "terbang" dengan kekuatan supernya?

Jelas sekali bahwa Ai Hong pun sejak awal sudah bersekongkol dengan Ai Qing, untuk bersama-sama memainkan "sandiwara" ini. Oleh karena itu, terhadap tuduhan apa pun ia tidak menyangkalnya.

Orang yang mau membunuh Chu Liuxiang itu, jika bukan mereka, lalu siapa?

Masa' adalah Zhang Jiejie?

Itu juga tidak mungkin — kalau ia mau membunuh Chu Liuxiang, kesempatannya terlalu banyak.

Semua rahasia, yang masih belum dapat dijelaskan!

Tetapi bagaimanapun juga, ia toh sudah bertemu lagi dengan Zhang Jiejie Bagi dia, inilah yang terpenting!

Baik tempat ini adalah altar suci atau liang harimau, baik Zhang Jiejie adalah dewa atau manusia biasa, ini semua tidak penting. Yang penting adalah: ia masih amat mencintai Zhang Jiejie, dan saat ini sudah bertemu kembali!

Ia menatap dia dan membuka kedua lengannya. Zhang Jiejie pun masuk ke dalam pelukannya

Pada waktu ini, mereka telah melupakan segalanya. Bukan saja telah melupakan mereka berada di mana, juga telah melupakan semua orang yang berada di tempat ini!

***

Air mata terasa asin, tapi terasa juga rasa manis dan bau harum yang lapat-lapat.

Dengan ringan Chu Liuxiang menciumi bekas air mata yang

terdapat di wajah Zhang Jiejie, seraya bergumam: "Kau setan kecil dan siluman kecil ini! Coba lihat kali ini kau masih mau lari ke mana?"

Zhang Jiejie pun dengan ringan menggigiti lehernya dan bergumam: "Kau setan tua dan kutu busuk tua ini! Bagaimana bisa mencari sampai ke sini?"

"Jelas-jelas kau tahu aku bisa mencari sampai ke sini kan? Sekalipun kau terbang ke langit atau masuk ke perut bumi, tetap saja aku bisa menemukanmu!"

Zhang Jiejie bertanya seraya mendelikkan mata: "Untuk apa kau mencariku? Menginginkan aku menggigitmu sampai matikah?" Gigitannya makin lama makin keras, bukan saja menggigit leher, juga menggigit mulut Chu Liuxiang — Cintanyayang panas seperti api itu sudah cukup untuk membuat keduanya "terbakar"!

Tetapi mengapa tadi dia bersikap begitu dingin?

Chu Liuxiang mendadak teringat kepada orang - orang serta peristiwa yang barusan terjadi — Di tempat ini kan bukan cuma mereka berdua saja!

Tak dapat menguasai dirinya, ia mengintip sekilas ke bawah undak¬-undakan itu, dan menemukan bahwa setiap orang masih dalam posisi bersembah sujud yang lutut-sikut dan kepala sampai menyentuh ke tanah, dan tiada seorang pun yang berani mengangkat kepalanya untuk melihat mereka walau hanya sejenak! Masa' Zhang Jiejie benar-benar adalah dewa?

Jika tidak, kenapa orang-orang ini demikian hormat dan takzim padanya?

Tiba-tiba Zhang Jiejie bertanya: "Kapan kau telah berubah jadi orang-orangan yang terbuat dari kayu?"

Chu Liuxiang pun tersenyum dan menjawab: "Tadi." "Tadi?"

"Tadi ketika kau melihatku, tapi pura-pura tidak kenal aku, pada saat itu bukankah kau juga adalah orang-orangan kayu?"

"Bukan orang-orangan kayu, tapi dewa!" "Dewa?"

"Kau tidak percaya?"

Chu Liuxiang menghela nafas dan menjawab: "Sungguh aku tidak dapat melihat di bagian manakah kau mirip dewa?"

Wajah Zhang Jiejie jadi merah, lalu berkata seraya menggigit bibirnya sendiri: "Itu hanya dikarenakan aku sekarang sudah bukan dewa lagi."

"Mulai kapan kau telah berubah lagi jadi manusia?" "Tadi."

"Tadi?"

"Tadi ketika kau mencopot topengku, aku telah berubah lagi jadi manusia."

Ia lagi menggigiti leher Chu Liuxiang, seraya bergumam: "Bukan saja telah berubah lagi jadi manusia, bahkan adalah wanita yang hidup, wanita yang bisa menggigit serta bisa bermanja-manjaan!" Tiada orang yang dapat menyangkal kalimat ini — Dalam hal menggigit orang serta bermanja-manjaan ini, boleh dibilang ia adalah pakarnya!

Chu Liuxiang menghela nafas panjang lagi, lalu berkata seraya tersenyum masam: "Aku masih belum paham, bukan saja tidak paham, bahkan makin lama makin bingung!"

Sekonyong-konyong terdengar seorang berkata: "Pelan-pelan kamu akan paham kok!"

Ternyata perempuan tua yang berpakaian hitam itu telah muncul kembali, berdiri di samping mereka, dan memandang mereka seraya tersenyum.

Wajah Chu Liuxiang jadi agak "panas" karena jengah, ingin melepaskan pelukan pada Zhang Jiejie, namun merasa agak berat hati -

Dapat memeluknyakembali, sungguh-sungguh bukan suatu hal yang mudah! Apalagi Zhang Jiejie pun memeluknya dengan erat sekali.

Perempuan tua itu berkata seraya tersenyum: "Tak usah malumalu.

Dia sudah jadi milikmu, kapan pun dan di mana pun kamu memeluk dia, tiada seorang pun yang berani melarangmu."

Ia tiba-tiba mengangkat tinggi kedua tangannya, dan dengan suara keras mengucapkan beberapa kalimat kata-kata, ucapannya terdengar aneh dan rumit, satu kata pun Chu Liuxiang tak dapat memahami artinya.

Di bawah altar suci itu segera terdengar seruan-seruan yang penuh kegembiraan. Ketika Chu Liuxiang sedang bingung apa yang terjadi, altar suci itu tiba-tiba turun dengan cepat!

Dengan cepat mereka telah tiba di sebuah ruang bawah tanah yang berbentuk segi enam, di tengahnya ada meja yang berbentuk segi enam, yang di atasnya penuh dengan arak dan masakan.

Perempuan tua itu berkata seraya tersenyum "Itu adalah arak

buah anggur yang datang dari Persia, serta beberapa jenis masakan kesukaanmu!"

Zhang Jiejie bertepuk tangan dan berkata sambil tertawa: "Sepertinya masih ada sirip ikan yang jadi kesukaanku!" Ia tertawa persis seperti anak kecil saja.

Tapi Chu Liuxiang tak sanggup ikut tertawa, kemudian bertanya tanpa bisa menahan diri lagi: "Jadi kalian sejak awal sudah mem¬perhitungkan bahwa aku pasti akan datang kemari?"

Ternyata perempuan tua itu mengedipkan mata dua sampai tiga kali, baru berkata seraya tersenyum: "Saya cuma tahu bahwa asal Pendekar Harum Chu mau pergi, selama ini tidak ada orang maupun tempat yang dapat menghalanginya!"

***

Rahasia apa pun juga, akhirnya toh pasti akan ada penjelasannya.

Akhirnya perempuan tua itu menjelaskan semua rahasia ini.

Di antaranya terdapat dua hal yang membuat Chu Liuxiang paling terkejut:

Kesatu: ternyata Zhang Jiejie adalah anak perempuan dari perempuan tua ini;

Kedua: Orang yang mau membunuh Chu Liuxiang, ternyata juga adalah perempuan tua ini!

Jikalau ia mau membunuh Chu Liuxiang, lalu kenapa ia memberikan petunjuk yang cukup jelas kepada Chu Liuxiang? Segala sebab-musabab yang terdapat di dalam ini, memang betul¬ betul aneh dan rumit! Seandainya Chu Liuxiang bukan mengalami sendiri, mungkin ia sendiri pun tak dapat mempercayainya!

Kami memang adalah sebuah keluarga besar yang misterius,

tiada seorang pun yang pernah tahu kami datang dari mana, bahkan kami sendiri pun juga sudah tidak mampu lagi menemukan kampung halaman kami yang dulu itu!

Yang kami anut dan percayai, juga adalah semacam agama yang

aneh nan misterius, agama ini berasal dari tempat nun jauh di sana, dan ada sedikit kemiripan dengan Agama Penyembah Api yang

berasal dari Persia, dan Agama Budha yang dibawa masuk ke Tiongkok dari luar negeri.

Dewa atau dewi yang kami hormati adalah Perawan Suci.

Perawan Suci itu terpilih dari antara perawan-perawan dari keluarga besar kami itu.

Perawan Suci kami yang sebelumnya itu telah menentukan penerusnya, yaitu dia anak perempuanku.

Siapa pun juga, asal terpilih menjadi Perawan Suci, maka seumur hidupnya harus berkorban untuk agama dan keluarga besar kami,

selain tidak boleh punya lagi kehidupan orang biasa, juga tidak boleh punya lagi perasaan dan urusan cinta dan dicintai!

Siapa pun juga, asal terpilih menjadi Perawan Suci, maka tiada seorang pun yang dapat merubah lagi fakta ini, lebih-lebih tiada seorang pun yang berani menentangnya!

Kecuali ada orang asing yang berasal dari luar tempat ini, dapat menerobos masuk ke altar suci ini, serta mencopot topeng yang melambangkan kedewian dan kekuatan gaib, yang selalu terpakai di wajah dewi itu!

Namun tempat ini bukan saja amat dirahasiakan, selama ini juga tidak pernah mengijinkan orang luar masuk, siapa pun yang mau masuk ke tempat ini, sulitnya bahkan melebihi jika seseorang mau terbang ke langit!

Oleh sebab itu, peraturan ini sama seperti tidak ada, dan selama belasan generasi ini, tiada satu Perawan Suci pun yang dapat meloloskan dirinya dari nasib malangnya Yaitu seumur hidupnya dilewati dalam kesendirian dan kesepian!

Dalam pandangan orang lain , ini adalah semacam kebanggaan, tapi aku tahu bahwa setelah seorang perawan menjadi Perawan Suci, hari¬harinya penuh dengan sengsaral

Sebab semenjak aku melahh-kan Zhang Jiejie, aku telah menjabat sebagai Pelindung Agama, sehingga tiada seorang pun yang lebih berdekatan dengan Perawan Suci yang sebelumnya

daripada aku, juga hanyalah aku yang pernah melihat, ketika dia terbangun di tengah malam, lalu menunjukkan rupanya yang hampir gila karena menderita kesepian yang amat sangat!

Bahkan pada saat-saat dia paling menderita, dia sering menyuruhku untuk menusuki badannya dengan jarum runcing, sampai darahnya mengucur terus!

Sudah tentu aku tidak tega melihat anak perempuanku  menanggung lagi kesengsaraan semacam ini, aku harus memikirkan sebuah cara pelepasan bagi dia.

Tetapi meskipun aku adalah Pelindung Agama, aku pun tak berdaya merubah nasibnya, kecuali Tuhan yang sejati bisa memberiku seorang asing, yang melalui dia mencopot topeng yang mengerikan itu untuk anak perempuanku.

Oleh karena itu aku teringat padamu.

Asap dupa berkepul-kepul, perempuan man itu duduk bersila di tengah-tengah asap, sambil menuturkan kisah yang cukup panjang ini.

Persis seperti ketika mendengarkan cerita mitos, Chu Liuxiang sampai menjadi termangu-mangu.

Ketika mendengar sampai bagian ini, tanpa kuasa menahan diri ia memotong dengan berkata: "Oleh karena itu anda menyuruh dia pergi mencariku?"

"Betul."

Tanpa terasa Chu Liuxiang mengelus-elus hidung, lalu bertanya seraya tersenyum kecut: "Tapi kenapa anda menyuruh lagi dia pergi untuk membunuhku?"

"Ada dua sebab. "

"Aku sedang mendengar."

"Aku tahu kamu adalah seorang yang punya rasa ingin tahu yang amat besar, dan orang yang gemar menerjang bahaya, tapi jika dengan alasan ini menyuruhmu datang, kamu pasti tidak mau, karena kamu dengan dia belum saling mencintai."

Chu Liuxiang mengakuinya.

Perempuan tua itu berkata: "Oleh sebab itu aku lebih dahulu menggunakan berbagai cara, untuk menimbulkan rasa ingin tahumu serta rasa tak mau kalahmu, kemudian menciptakan kesempatan bertemu bagi kalian, supaya kalian dapat saling mencintai secara alami." 

Chu Liuxiang tak tahan lalu bertanya "Bagaimana anda bisa tahu bahwa kami pasti akan saling mencintai?"

Perempuan ma itu membuka matanya yang sejak tadi dipejamkan, memandang sebentar pada dia, lalu memandang

sebentar pada anaknya, baru bertanya seraya tersenyum: "Gadis yang seperti anak perempuanku ini, adakah pria yang dapat tidak menyukainya?"

Chu Liuxiang menjawab seraya menghela nafas: "Pria semacam ini memang sulit ditemukan!"

Zhang Jiejie tertawa manis dan berkata: "Pria yang seperti kau ini, gadis dan perempuan yang tidak menyukaimu, juga sama-sama sulit ditemukan!"

Dengan sumpit Chu Liuxiang menjepit sepotong sirip ikan, dijejalkan ke mulut Zhang Jiejie seraya berkata "Sanjunganmu bagus sekali! Ini, hadiahmu adalah sepotong sirip ikan."

Perempuan tua itu berkata seraya tersenyurn: "Omongannya benar, seandainya aku lebih muda 30 tahun, barangkali aku juga akan menyukainu!"

Zhang Jiejie berkata seraya tertawa cekikikan: "Bukankah sekarang pun Ibu masih menyukainya? Seperti sebuah peribahasa

yang berbunyi `Ibu mertua melihat menantu laki-laki — Makin dilihat makin menarik'."

Di antara ibu dan anak ini, betul-betul memiliki semacam rasa keakraban yang berbeda dengan orang lain, ini mungkin dikarenakan mereka tinggal dan hidup di sebuah lingkungan yang amat berbeda.( Di Tiongkok zaman dulu, antara orangtua dengan anak, tidak umum

bahkan di banyak daerah, tidak dibolehkan — menunjukkan rasa keakraban maupun rasa sayang dan disayangi di depan orang lain, disebabkan pendidikan dan tradisi kolot yang berlaku pada masa itu.)

Mendengar percakapan mereka, wajah Chu Liuxiang memerah karena jengah.

Perempuan tua itu memandang mereka dan berkata seraya tersenyum: "Ada orang-orang tertentu, jika sudah bertemu sulit

dipisahkan, seperti batu sembrani dan besi Barangkali inilah yang disebut `berjodoh' oleh kebanyakan orang."

"Tadi anda mengatakan ada dua sebab?" tanya Chu Liuxiang.

Perempuan itu menganggukkan kepala dan menjawab: "Tadi aku

juga berkata kan bahwa siapa pun yang mau datang ke tempat ini, sulitnya bagaikan mau terbang ke langit? Meskipun aku pernah dengar nama besarmu, tapi aku kan belum pernah bertemu denganmu."

"Oleh sebab itu anda mau mangujiku?"

Perempuan tua itu tersenyum sekilas, baru menjawab: "Aku memang mau mengujimu, untuk melihat apakah ilmu silatmu serta hikmatmu itu memang setinggi seperti kata orang, dan untuk mengetahui apakah kamu layak jadi menantuku atau tidak!?"  Chu Liuxiang bertanya seraya tersenyum kecut: "Bagaimana jika aku mati karena pengujian anda?"

Perempuan ma itu menjawab dengan suara datar: "Setiap orang, pada suatu saat pasti akan mati, ya tidak?"

Ia berkata dengan begitu ringan dan santai — Dalam pandangan hidupnya, nyawa orang lain sepertinya tidak berharga sepeser pun! Ini mungkin dikarenakan ia hidup dalam suatu lingkungan yang dingin dan kejam, yang dianut pun adalah agama yang aneh, sehingga semua orang acuh tak acuh kepada orang lain, dan ia

sama sekali tak pernah benar-benar berhubungan dengan orang normal yang berperasaan, oleh sebab itu kecuali naluri alamiah

antara ibu dan anak, terhadap orang lain ia tidak ada perhatian, juga tidak menghargai.

Namun Chu Liuxiang mendengarnya sampai punggungnya terus mengucurkan peluh dingin.

Sebenarnya ia masih mau bertanya, kenapa dia mengerat tangan Ai Hong? Tapi sekarang ia tahu bahwa pertanyaan ini merupakan sesuatu yang berlebihan.

Jikalau seseorang, nyawa orang lain pun tidak dihargai, bagaimana mungkin dapat menghargai atau mempedulikan sebuah tangan orang lain" ?

Perempuan tua itu terus melanjutkan kata-katanya: "Semua

peristiwa yang kalian alami itu, semuanya diatur oleh aku sendiri, dan kamu memang tidak membuatku kecewa, makanya pada malam

itu aku pergi menemuimu, kemudian menyuruh Ai Qing dan Ai Hong menjemputmu di luar, oleh sebab itu aku memperhitungkan dan yakin bahwa kamu akan sanggup sampai di sini."

Chu Liuxiang menghembuskan nafas yang panjang, lalu bertanya: "Saat inii aku masih punya satu hal yang tidak paham, boleh tanya?"

"Boleh."

"Kenapa anda tidak cari orang lain, dan hanya memilih aku saja?'

Perempuan tua itu menjawab setelah tersenyum sekilas: "Aku

tahu kau adalah pria yang amat tampan, mudah sekali disukai kaum perempuan, juga tahu bahwa ilmu silat dan hikmatmu itu, dalam dunia persilatan jarang ada orang yang dapat menandingimu, lagi pula sampai saat ini kau masih bujangan. Aku percaya ada banyak sekali ibu-ibu, ketika mau memilih menantu, pasti akan memilihmu!" Tidak tahan Chu Liuxiang lalu mengelus-elus lagi hidungnya.

Perempuan ma itu berkata lagi: "Tetapi ini masih bukanlah sebab yang paling penting."

"Oh ya?"

"Aku memilihmu, sebab yang paling penting adalah kau telah berbuat satu hal yang paling menggembirakanku, maka sejak dulu aku selalu mernikirkan sesuatu cara untuk membalas budi padamu." Chu Liuxiang bertanya dengan heran: "Aku telah berbuat apa?" Perempuan tua itu menjawab: "Kau telah membunuh Shi Guanyin untukku."

"Apakah anda punya dendam dengan dia?"

Dan mata perempuan tua itu inuncul ekspresi kebencian yang

amat sangat, dan berkata dengan nada benci: "Ia betul-betul bukan manusia! Tapi siluman pemakan orang! Siluman yang khusus

memakan orang laki¬-laki!"

Chu Liuxiang sudah tidak perlu bertanya lagi karena sudah dapat membayangkannya

Kegembiraan terbesar Shi Guanyin memang adalah merebut kekasih atmu suami orang lain!

Maka setelah ia membunuh Shi Guanyin, ada banyak orang

wanita yang mau membalas budi pada dia, untuk menyatakan rasa terima kasih mereka.

Namun Chu Liuxiang berharap ia adalah yang terakhir kalinya, dikarenakan ia betul-betul tidak bisa tahan untuk menerima cara berbalas budi semacam ini!

Meskipun "Ibu mertua memandang menantu laki-laki — makin dipandang makin menarik", namun "Menantu laki-laki memandang ibu mertua makin dipandang makin jengkel."

Untunglah ibu mertua ini termasuk orang yang "tahu diri", maka ia pergi setelah berpamitan.

"Kalian kan sudah lama tidak bertemu, pasti ada banyak hal yang mau dibicarakan, aku kira aku mesti tahu diri!"

Ketika Chu Liuxiang mengantar perempuan tua itu keluar, baru pertarna kali merasa bahwa dia sedikit banyak juga memiliki perasaan insani.

Dari belakang Zhang Jiejie memeluk pinggang Chu Liuxiang, dengan ringan menggigit lagi leher dia.

Chu Liuxiang menghela nafas panjang, lalu berkata seraya tersenyurn masam: "Apakah kau tahu: selain menggigit orang dan menyantap sirip ikan, mulut masih memiliki kegunaan yang lain?" Zhang Jiejie bertanya seraya mengedip-ngedipkan mata: "Oh ya?

Masih memiliki kegunaan apa yang lain?"

"Berbicara. Bukankah ibumu tadi menyuruh kita ngobrol sepuas-

¬puasnya?"

"Aku tidak mau ngobrol, aku mau. "

Ia menggigit leher Chu Liuxiang sekali lagi, baru berkata seraya tertawa cekikikan: "Aku mau apa, masa' kau tidak tahu?"

Chu Liuxiang menunjukkan ekspresi terkejut, bertanya tanpa terasa: "Masa' di tempat ini?"

"Kalau tidak di sini, mau di mana lagi?" "Di sini tidak bisa."

"Kenapa tidak bisa?" "Aku akan membawamu pulang ke rumah milik kita sendiri — Bahkan makin cepat makin baik."

"Tidak bisa!" "Kenapa tidak bisa?"

"Tidak bisa ya tidak bisa!"

Chu Liuxiang bertanya seraya tersenyum "Apakah kau masih kuatir, takut aku digoda wanita lain?"

Zhang Jiejie berkata seraya tersenyum dingin: "Apakah kau beranggapan bahwa kau benar-benar: setiap wanita yang melihatmu pasti akan jatuh cinta padamu? Apakah kau beranggapan bahwa orang lain sungguh-sungguh tidak dapat kehilanganmu?"

Matanya tiba-tiba mendelik, air mukanya berubah, dan berkata dengan suara keras: "Jika kau sungguh-sungguh mau pergi, pergilah seorang diri! Lihatlah apakah aku dapat kehilanganmu atau tidak? Kau sekarang mau pergi masih sempat kok!"

Ia persis seperti seekor kucing yang telah dibuat marah besar,yang setiap saat siap-siap menjulurkan cakarnya untuk menyerang!

Chu Liuxiang memandang dia seraya tersenyum, dan berkata dengan suara lemah lembut: "Kau dapat kehilanganku, tapi aku

sudah tidak dapat kehilanganmu! Jika pergi, ya kita pergi bersama, jika tidak, ya kita tinggal bersama di tempat ini."

"Sungguh? Kau sungguh-sungguh mau menemaniku tinggal bersama di sini?"

Chu Liuxiang membentangkan kedua lengannya, merangkul dia seraya berkata: "Tentu saja benar! Masa' kau kira aku masih sanggup meninggalkanmu?"

Sekonyong-konyong terdengar suara isak Zhang Jiejie di pelukan Chu Liuxiang.

Chu Liuxiang mengangkat wajah Zhang Jiejie dengan ringan, melihat bahwa di wajahnya yang cantik namun pucat itu penuh lagi dengan air mata, lalu bertanya dengan tanpa terasa: "Kau sedang menangis? Mengapa menangis? Masa' kau masih belum mempercayaiku?"

Zhang Jiejie menjawab seraya menggigit bibir: "Aku mempercayai¬mu, dan aku pun tahu seperti pepatah yang berbunyi: 'Menikah dengan ayam ya ikut dengan ayam', sekarang aku sudah adalah istrimu, jadi ke mana pun kau pergi, seharusnya aku mengikutimu barulah benar."

Air matanya mengucur makin deras, lalu melanjutkan katakatanya seraya menundukkan kepala: "Tapi justru karena aku adalah istrimu, maka telah menjerumuskanmu, bahkan telah mencelakaimu!"

"Kok bisa?"

"Apakah tadi kau sudah mendengar seruan-seruan kegembiraan mereka untukmu?"

Chu Liuxiang mengangguk

"Tahukah kau apa artinya itu?" tanya Zhang Jiejie. Chu Liuxiang menggeleng.

Zhang Jiejie berkata pelan-pelan: "Arti dari seruan-seruan kegembiraan itu adalah: Mereka telah mengakui kita adalah suami istri, dan telah menerimamu sebagai salah satu anggota keluarga besar kami, maka. "

"Maka kenapa?"

"Asal sudah menjadi salah satu anggota keluarga besar ini, maka selama-lamanya tidak bisa lepas lagi!"

"Apakah maksudmu adalah: Selama-lamanya kita sudah tidak bisa meninggalkan tempat ini?"

"Selama-lamanya tidak bisa!"

Tanpa bisa menguasai diri, air muka Chu Liuxiang telah berubah. Bagi dia, sungguh-sungguh satu hal yang tak dapat dibayangkan,  jika mau tinggal seumur hidup di tempat tertutup yang tak kelihatan matahari dan langit!

Zhang Jiejie menatap lekat-lekat padanya, lalu berkata perlahan: "Aku pun tahu bahwa sekali-kali kau tak akan mau tinggal di sini selama-¬lamanya, jika kau sungguh-sungguh ingin pergi dari sini, juga bukan berarti sudah tidak ada lagi cara yang dapat dipikirkan."

Chu Liuxiang segera bertanya "Masih ada cara apa lagi?" Zhang Jiejie memutar badan pelan-pelan untuk membelakangi

Chu Liuxiang, lalu berkata sekata demi sekata: "Disebabkan kau adalah suamiku, baru bisa jadi orangnya keluarga besar ini, maka menurutku. "

Chu Liuxiang tiba-tiba memegang erat-erat pundak Zhang Jiejie, memutar balik tubuhnya dan merangkulnya dengan kuat, seraya berkata "Kau tak usah berkata lagi, aku telah paham maksudmu!" "Aku.... Aku. "

Chu Liuxiang memotong lagi perkataannya "Jikalau kau mati,

maka aku bukan lagi orangnya keluarga besar ini, karena itu mereka terpaksa melepaskan aku pergi, benarkah demikian?"

Zhang Jiejie berkata seraya tersenyum sedih: "Asal kau hidup bahagia, aku rela mati!"

Maya Chu Liuxiang pun agak basah karena air mata, merangkul  dia erat-erat seraya berkata dengan suara lembut: "Sekarang aku hanya berharap kau dapat memahami satu hal!"

"Katakanlah."

"Masa-masa aku bahagia, hanyalah ketika aku bersamamu! Oleh sebab itu, jika kau sungguh-sungguh ingin aku hidup bahagia, selama¬-lamanya janganlah meninggalkan aku!"

Zhang Jiejie tersenyum.

Senyumannya itu,seperti meteor pertama di malam gelap, atau berkas sinar surya pertama di pagi yang mendung!

Ia pun merangkul Chu Liuxiang erat-erat seraya berkata dengan suara lembut: "Bagaimana mungkin aku tega meninggalkanmu?

Sampai mati pun aku takkan meninggalkanmu lagi!"

Di dalam dunia ini memang tidak hal yang mutlak, tapi apakah "waktu" termasuk pengecualian?

Di dalam perasaan sebagian orang, waktu dalam sehari,

kayaknya berlalu dengan cepat sekali, dikarenakan mereka hidupnya bahagia, rajin bekerja dan mengerti untuk menikmati kesukacitaan dalam bekerja, juga tahu bagaimana mempergunakan waktu luang, sehingga mereka tidak pernah merasa waktu-waktu itu berlalu begitu lambat dan menyengsara¬kan.

Tapi di dalam perasaan sebagian orang yang lain, waktu dalam sehari, kayaknya begitu lambat seperti merangkak saja! Itu dikarenakan hidup mereka penuh dengan kesedihan, dan sering nganggur, makanya baru bisa merasa bahwa satu hari lamanya seperti satu tahun saja!

Namun apa pun perasaan orang, satu hari ya satu hari, satu bulan ya satu bulan.

Di dalam dunia ini, hanyalah waktu yang tidak berubah karena siapa pun atau apa pun!

Tetapi waktu dapat merubah banyak hal, bahkan dapat dikatakan dapat merubah segala-galanya!

***

Satu bulan sudah berlalu, apakah Chu Liuxiang sudah berubah? Zhang Jiejie menatapnya lekat-lekat, kemudian dengan ringan mengelus-elus wajah dia yang telah jadi kurus, seraya berkata dengan suara halus: "Sepertinya kau agak kurusan ya!"

Chu Liuxiang menjawab setelah tersenyum sekilas: "Agak kurusan kan bagus! Aku memang terus kuatir bisa jadi gemuk!"

"Sepertinya perkataanmu juga lebih sedikit dari waktu yang lalu?" "Masa' kau suka aku berubah jadi orang bawel yang banyak

mulut?"

"Kau datang kemari sudah satu bulan." "Hm?"

"Apakah kau merasa bahwa bulan ini luar biasa lama?"

Chu Liuxiang tidak segera menjawab, menggenggam tangan

Zhang Jiejie dulu, baru bertanya batik: "Sebenarnya apa yang ingin kau katakana padaku?"

Zhang Jiejie menundukkan kepala dan berdiam diri lama sekali, baru berkata seraya perlahan: "Aku tahu kau tidak betah melewati kehidupan semacam ini, rnakanya bisa berubah! Tapi jika demikian terus, suatu hari kau pasti tidak tahan lagi!"

"Siapa yang bilang?"

Zhang Jiejie menjawab setelah tersenyum sejenak: "Di dalam

dunia ini, siapa lagi yang lebih dekat denganmu? Dan siapa lagi yang lebih mengertimu dariku? Bagaimana mungkin aku tidak melihat

serta memahaminya?"

Senyumannya begitu memilukan, lalu meneruskan kata-katanya: "Tentu saja aku pun menyadari bahwa kau amat mencintaiku, sama seperti aku pun amat mencintaimu, oleh sebab itu aku berharap dapat menahan¬mu di sini, dan berharap ketika kau berada di sini juga dapat berbahagia seperti waktu-waktu yang lalu."

"Pikiranmu ini kan tidak keliru?"

Zhang Jiejie menggelengkan kepala dan berkata seraya

tersenyum pilu: "Mulanya aku pun mengira bahwa pikiran ini tidak keliru, sekarang baru tahu ini keliru, bahkan kelirunya amat sangat!" "Mengapa?"

"Karena kau...kau memang bukan milik siapa-siapa, dan tiada seorang pun yang dapat memilikimu!"

"Aku tidak mengerti."

"Kau seharusnya mengerti."

Zhang Jiejie menyambung kata-katanya setelah menghela nafas panjang: "Dikarenakan selain aku, di dalam dunia ini masih terdapat banyak orang membutuhkanmu sama seperti aku! Meskipun aku

tidak rela meninggalkanmu, sama halnya mereka pun tidak dapat meninggalkanmu!"

"Maksudmu adalah sahabat-sahabatku itu?"

"Bukan hanya sahabat-sahabatmu itu, masih ada banyak sekali orang lain."

"Siapa saja?"

"Orang-orang yang membutuhkan pertolonganmu, yang membutuhkan kau pergi untuk menyelesaikan kesulitan dan penderitaan mereka."

"Apakah kau beranggapan aku seharusnya hidup untuk orang lain?"

"Maksudku bukan itu."

Zhang Jiejie menyambung kata-katanya setelah merenung sebentar: "Siapa pun yang hidup di dalam dunia ini, seharusnya hidup dengan bersuka-cita serta bermakna, betul?"

"Betul!"

"Terdapat sejenis orang, hanyalah ketika ia mau membantu

orang lain, ia baru bisa bersukacita dan merasa hidupnya bermakna, jika tidak maka hidupnya akan berubah jadi tidak berharga sama sekali!"

"Kau kira aku adalah orang sejenis itu?" "Masa' kau bukan?"

Chu Liuxiang tidak dapat berkata apa-apa lagi.

Zhang Jiejie berkata dengan sedih: "Kaum wanita semuanya egois, tadinya aku pun berharap dapat seorang diri memilikimu

secara utuh! Tapi jika kau terus murung begini, lambat laun akan berubah jadi seorang yang lain...akan berubah jadi bukan lagi Chu Liuxiang! Sampai saat itu, barangkali aku tak akan mencintaimu lagi."

Ia berkata lagi seraya tersenyum sedih: "Jika demikian, kenapa kita mesti menunggu sampai hari itu tiba?" "Maka.... Maka maksudmu?”

"Maka aku merasa seharusnya aku membiarkanmu pergi dari sini,

sebab kau punya kehidupanmu sendiri. Aku tidak boleh terlalu egois, tidak boleh memakai penderitaan seumur hidupmu, untuk ditukar

jadi kebahagiaanku!"

Dengan ringan ia mengelus-elus wajah Chu Liuxiang, seraya berkata dengan suara lembut: "Barangkali ini dikarenakan aku sekarang sudah dewasa, yang sudah mengerti bahwa cinta sejati tidak boleh terlalu egois!"

Chu Liuxiang menatapnya erat-erat, perasaan di dalam hatinya bercampur-aduk tidak tahu itu perasaan pilu, penderitaan ataukah perasaan terima kasih?

Mendadak ia menyadari bahwa Zhang Jiejie telah tumbuh jadi

jauh lebih dewasa dan jauh lebih matang, juga seolah-olah telah sama sekali berubah menjadi orang lain!

Apakah yang telah menyebabkan ia berubah?

"Bagaimanapun juga, aku tidak dapat meninggalkanmu seorang diri berada di sini", kata Chu Liuxiang.

"Kenapa tidak dapat? Bukankah banyak sekali istri yang tinggal di rumah seorang diri? Seandainya mereka sama egoisnya seperti aku, di dalam dunia ini bagaimana bisa terdapat begitu banyak pahlawan dan jenderal ternama?"

"Tapi kau berbeda."

"Apa bedanya? Mengapa aku tidak bisa meneladani istri-istri yang agung itu? Mengapa aku tidak bisa membiarkan suamiku pergi ke luar untuk membantu orang lain?"

"Tapi kau akan terlalu kesepian dan menderital Jika aku pergi. "

Mendadak Zhang Jiejie memotong kata-katanya: "Tahukah kau kenapa sekarang aku tiba-tiba mengijinkanmu pergi dari sini?" "Mengapa?"

"Sebab aku tahu di kemudian hari aku takkan merasa kesepian lagi! Setelah kau pergi, aku tahu bahwa masih ada seseorang yang akan menemaniku!"

Sinar matanya mendadak berubah lagi jadi begitu lemah lembut, juga begitu terang.

Tak kuasa menahan dirinya, Chu Litudang bertanya: "Siapakah dia?" Zhang Jiejie menunduk dan menjawab dengan lirih: "Anakmu." Hampir saja Chu Liuxiang berdiri sambil melompat, seraya berseru:

"Kau telah mengandung anakku?"

Zhang Jiejie mengangguk dengan perlahan.

Chu Liuxiang menggenggam, tangan Zhang Jiejie dengan kuat, seraya berkata dengan suara keras: "Kau telah mengandung anakku, masih mau aku pergi dan sini?"

Zhang Jiejie berkata dengan suara halus: "Justru dikarenakan aku telah mengandung anakmu, rnakanya baru mengijinkan kau pergi.

Juga dikarenakan aku telah mengandung anakmu, kau baru dapat pergi dengan tenang.... Seharusnya kau dapat memahami maksudku ini kan?"

"Mengapa kita tidak bisa melarikan diri bersama-sama untuk keluar dari tempat ini?"

"Beberapa hari ini kau terus menyelidiki secara diam-diam, untuk menemukan apakah ada sebuah jalan untuk keluar, betul kan?"

Chu Liuxiang terpaksa mengakuinya.

"Apakah kau sudah menemukannya?" tanya Zhang Jiejie. "Belum."

Zhang Jiejie berkata setelah menghela nafas: "Tentu saja kau tak dapat menemukannya, sebab di tempat ini cuma terdapat dua jalan keluar saja!"

"Di mana?"

"Yang satu berada di dalam ruang rapat, jalan ini semua orang tahu, tapi tidak ada orang yang boleh keluar masuk dengan sembarangan, sebab di sana ada sepuluh orang penatua dari keluarga besar ini yang menjaganya siang malam. Sekalipun kau memiliki kemampuan setinggi langit, juga jangan berharap bisa melarikan diri dari orang-orang tua yang semuanya amat perkasa itu!"

Chu Liuxiang pun terpaksa mengakuinya, tapi bertanya lagi karena

tidak tahan: "Jalan kedua bagaimana?"

"Cuma ada satu orang yang tahu jalan kedua itu!" "Siapa?"

"Pelindung agama ini."

Mata Chu Liuxiang berbinar-binar dan bertanya: "Ibumu?"

Zhang Jiejie mengangguk seraya berkata: "Oleh sebab itu jika aku yang memohon agar dia melepaskanmu pergi, barangkali ia mau mengijinkannya."

Sinar mata Chu Liuxiang penuh dengan harapan, lalu berkata: "Barangkali ia dapat mengijinkan kita pergi bersama."

Zhang Jiejie berkata seraya menghela nafas: "Tentu saja aku pun berharap demikian, tapi. "

"Bagaimanapun juga, seharusnya kita tanyakan dulu padan-ya. Jangan lupa ia kan ibu kandungmu Tiada seorang ibu pun yang tidak mengharapkan anak perempuannya bisa hidup bahagia kan?"

***

Setiap ibu tentu saja mengharapkan anak perempuannya bisa hidup bahagia, tapi masalahnya ialah: Apayang dapat dianggap sebagai bahagia yang sejati?

Bahagia juga bukanlah sesuatuyang mutlak! Bahagiayang menurut

pandangan anda, dalam pandangan orang lain mungkin suatu kemalangan!

***

Di tempat ini, setiap rumah gelap dan seram, tidak kelihatan sinar matahari, juga tidak terasa ada angin.

Rumah ini sepertinya ada angin, namun lebih gelap dan lebih seram,

sehingga tidak dapat tahu angin itu berasal dari mana.  Perempuan tua yang berpakaian hitam itu sedang duduk diam di sebuah alas duduk asiwung yang berada di depan ceruk tempat berhala, badannya tidak bergerak sama sekali, seolah-olah sudah duduk sejak jaman purbakala, sehingga sepertinya sudah mati rasa sama sekali.

Sehinggga ketika Zhang Jiejie berjalan masuk lalu berlutut di depannya, ia tetap tidak bergerak, dan tidak membuka matanya. Zhang Jiejie berlutut dengan tenang dan diam, tampaknya tibatiba juga tertelan oleh keheningan yang seolah-olah sudah ada sejak jaman purbakala itu!

Dengan kedua tangan diturunkan di sisi badan, Chu Liuxiang berdiri di belakang badan Zhang Jiejie.

Ia tahu inilah saat-saat untuk menentukan kebahagian seumur hidup mereka berdua, oleh karena itu ia terpaksa bersabar dan menahan diri.

Entah sudah lewat berapa lama, perempuan tua itu baru tiba-tiba membuka matanya.

Di dalam matanya seolah-olah terdapat semacam kekuatan yang menakutkan, yang dapat menembus ke hati mereka berdua!

Ia menatap mereka lekat-lekat, lama sekali baru berkata sehuruf demi sehuruf: "Apakah kalian mau pegi dari sini?"

Zhang Jiejie makin menundukkan kepalanya, bahkan nafasnya seolah-olah sudah berhenti.

K arena tidak tahan Chu Liuxiang lalu berkata "Ya, kami mau pergi dari sini, mohon ibu dapat memberikan sebuah jalan hidup bagi kami!"

Seumur hidup ia tidak pernah memohon sesuatu dari siapapun, tidak pernah mengucapkan kata-kata permohonan dengan sikap dan nada yang begitu merendahkan diri semacam ini!

Tetapi demi si dia, dan demi anak mereka, ia rela mengorbankan apa saja!

Perempuan tua itu menatapnya lekat-lekat, lalu bertanya

perlahan: "Apakah kamu sudah tidak bisa tinggal terus lagi di tempat ini?"

Perempuan tua itu berkata dengan sikap dingin: "Ya katakan ya, tidak katakan tidak, jika berbicara di depanku, tak usah ragu-ragu atau tidak terus terang!"

Chu Liuxiang berkata setelah menghela nafas yang amat

panjang: "Betul, aku sudah tidak mau lagi tinggal terus di tempat ini” "Demi dia, kamu pun tidak mau lagi tinggal terus?"

"Aku ingin membawa dia pergi bersama."

"Apakah kamu sudah menetapkan hati keputusan ini?" "Ya"

Lama sekali perempuan tua itu menatap dia, mendadak berkata: "Baik, aku ijinkan kamu pergi."

Tapi ia segera menyambungnya: "Hanya dengan satu syarat!" "Syarat apa?"

"Bunuh aku terlebih dahulu!"

Chu Liuxiang menjadi tertegun.

Perempuan tua itu berkata lagi: "Jika kau tidak membunuhku, aku tetap akan membunuhmu; setelah membunuhmu, baru mengijinkanmu keluar dari tempat ini!"

Ia berdiri pelan-pelan, lalu menyambungkata-katanya dengan

sikap dingin: "Masa' istrimu tidak memberitahukanmu? Dikarenakan kau telah menjadi suami dari Perawan Suci keluarga besar ini, jika mau pergi dari tempat ini, maka harus mati!"

Dengan terkejut Chu Liuxiang memandang Zhang Jiejie dan bertanya: "Apakah ini pun peraturan kalian?"

Zhang Jiejie mengangguk, tapi air mukanya tetap tenang. "Kau...kenapa kau tidak memberitahukanku?" tanya Chu Liuxiang. Zhang Jiejie menjawab perlahan: "Disebabkan sekarang sudah tidak ada orang yang boleh membunuhmu!"

Perempuan tua itu berebutan bertanya: "Mengapa?" "Dikarenakan aku telah mengandung anaknya, dan aku telah

memutuskan agar anak ini kelak menjadi Perawan Suci kita, oleh karena itu ia sekarang telah menjadi ayah dari Perawan Suci!" jawab Zhang Jiejie. Mata Zhang Jiejie bersinar di dalam kegelapan, lalu menyambungnya sekata demi sekata: "Si apa pun juga tidak boleh membunuh ayah dari Perawan Suci!"

Perempuan tua itu seolah-olah mendadak ditinju keras oleh seseorang, sampai hampir tidak kuat berdiri lagi. Terdiam lama sekali baru kemudian berkata seraya tersenyum dingin: "Apakah kamu tahu yang berada di dalam perutmu itu anak laki-laki atau perempuan?"

"Aku tidak tahu — sekarang siapa pun tidak tahu, maka...." jawab Zhang Jiejie.

Perempuan tua itu memotong dengan suara keras: "Maka masih boleh bunuh dia, sebab anakmu belum tentu adalah anak perempuan!"

"Seandainya adalah anak perempuan, bagaimana?" tanya Zhang Jiejie.

Bab 14: Pernah Datang, pernah hidup pernah Cinta Siapakah yang tahu di manakah surga?

Siapakah yang tahu tempat yang bagaimanakah surga itu? Siapakah yang tahu bagaimana baru biaa berjalan di jalan yang menuju ke surga?

Tiada seorang pun!! Tapi asalkan hati anda damai dan sukacita, di dalam dunia ini pun terdapat juga surga, bahkan surga itu berada di depan mata anda dan juga berada di dalam hati anda.

Tentu saja tempat ini bukan surga.

Orang yang hatinya penuh dendam, selama-lamanya tak akan dapat melihat surga!

Mata perempuan tua itu penuh dendam dan amarah, sarnpai nafasnya mulai memburu.

Air muka Zhang Jiejie kian tenang, lalu meneruskan kata-katanya dengan perlahan: "Aku sudah tidak suci lagi, juga sudah bukan Perawan Suci lagi, tapi tetap punya hak untuk memilih dan menetapkan siapa yang akan menggantikanku, betul?"

Perempuan tua itu membisu cukup lama, tapi akhirnya mengangguk dengan terpaksa.

Zhang Jiejie bertanya lagi: "Peraturan-peraturan dan ketetapan ketetapan dari agama kita ini, hanya ibu seorang yang berhak menafsir dan menjelaskan, betul?"

"Betul."

"Maka begitu anakku dilahirkan, ia sudah adalah Perawan Suci dari agama ini, betul?"

"Betul."

"Oleh sebab itu Chu Liuxiang juga segera menjadi ayah Perawan Suci, betul?"

"Betul."

"Ayah Perawan Suci juga memiliki hak keilahian yang sama, yang

juga tidak boleh dilanggar oleh siapa pun kan? Siapa saja yang telah melukainya, akan dihukum mati oleh Tuhan dan rohnya akan

dijebloskan ke dalam neraka! Ini adalah ketetapan yang tercatat di kitab suci agama ini, betul?"

"Betul."

Zhang Jiejie menghembus nafas panjang, lalu berkata seraya tersenyum "Ibu lihat kan? Betapa mengerti dan hafalnya aku kepada peraturan-peraturan dan ketetapan-ketetapan ciari agama kita ini kan?"

Perempuan tua itu menatapnya erat-erat, lalu berkata perlahan: "Makanya kamu baru biaa menemukan kelemahan-kelemahan yang tersirat di dalamnya, kemudian memanfaatkan kelemahankelemahan itu untuk kepentinganmu!"

Zhang Jiejie berkata setelah menghela nafas panjang: "Aku sebenarnya tidak ingin berbuat demikian, cuma sayangnya aku betul-¬betul tidak sanggup menemukan cara yang lain." Perempuan tua itu berkata dengan sikap dingin: "Cara ini memang betul-betul hebat, tapi orang yang pertama kalinya menemukan cara ini bukanlah kamu!"

Zhang Jiejie terkejut, lalu bertanya "Bukan aku? Lalu siapa?" Perempuan tua itu berkata dengan keras: "Aku!"

Dendam dan amarah dalam matanya makin membara, lalu menyambungnya sekata demi sekata: "Justru dikarenakan aku yang menemukan cara ini, makanya ayahmu baru bisa pergi dari sini." Berdiam sejenak lalu meneruskan kata-katanya: "Pada saat itu yang menjadi Perawan Suci, adalah seorang saudari yang memiliki hubungan paling baik denganku, aku memohon dia agar memilihmu jadi penerusnya, justru dikarenakan ayahmu mau pergi dari sini!"

K arena tidak tahan Zhang Jiejie bertanya lagi: "Mengapa dia mau pergi?"

Perempuan tua itu menjawab seraya menggenggam erateratkedua tangannya sendiri: "Sebab ia merasa bahwa tempat ini

seperti penjara, dan mau pergi ke luar untuk mencari kehidupan yang lebih baik."

"Ibu telah menyanggupi permintaannya?" tanya Zhang Jiejie. Perempuan tua itu menjawab serentak mengertak gigi:

"Disebabkan ia telah berjanji padaku, bahwa asalkan ia menemukan kehidupan yang lumayan di luar, pasti akan berusaha pulang untuk menjemputku!"

"Tapi dia. "

Perempuan tua itu berseru dengan suara serak: "Tapi dia tidak pulang — Tidak pulang untuk selama-lamanya!"

Mendadak wajahnya berubah jadi begitu seram dan menakutkan

-hanyalah dendam yang dapat membuat wajah seseorang berubah jadi begitu menakutkan! . .

Lama sekali baru ia meneruskan kata-katanya dengan suara

parau: "Aku terus menunggunya dengan susah dan derita, dan terus menguatir¬kannya, tapi kemudian aku baru tahu: Begitu keluar dari tempat ini ia langsung ketemu seorang wanita yang bagaikan seekor ular berbisa, sehingga melupakanku!"

K arena tidak tahan Chu Liuxiang pun bertanya: "Wanita yang ibu sebut itu, apakah adalah Shi Guanyin?"

Perempuan tua itu mengangguk perlahan, lalu berkata seraya tersenyum dingin: "Meskipun ia telah mencampakkanku, tapi akhirnya ia pun mati di tangan wanita itu!"

"Apakah ibu tidak pergi membalaskan dendam baginya?" tanya Zhang Jiejie.

"Aku tidak ingin juga tidak boleh pergi", jawab perempuan tua itu. "Mengapa tidak boleh pergi?" tanya Zhang Jiejie.

"Sebab begitu ia keluar, berarti telah keluar dari keluarga besar ini, sehingga apa pun yang terjadi, sudah tidak punya sangkut-paut apa-apa lagi dengan keluarga besar ini, sehingga sekalipun ia mati di tengah¬-tengah jalan, kita pun tidak boleh mengurusi mayatnya!"  jawab perempuan tua itu.

Nada suaranya yang penuh dendam itu terdengar menakutkan, bahkan Chu Liuxiang pun merasa bulu kuduknya sudah mau berdiri! Sesudah lewat waktu yang amat lama, Zhang Jiejie baru berkata tergagap-gagap: "Bagaimanapun juga, ayah toh telah pergi dari tempat ini"

"Oleh sebab itu kamu memintaku juga melepaskan Chu Liuxiang pergi?" tanya perempuan tua itu.

Zhang Jiejie menundukkan kepala dan menjawab: "Aku mohon bu!"

Perempuan tua itu berkata dengan suara keras: "Masa' kamu pun mau hidup menderita seperti aku ini? Apakah kamu tahu bagaimanakah aku melewati hari-hari dalam waktu puluhan tahun itu?"

Zhang Jiejie tidak berani menjawab.

Perempuan tua itu tanya lagi: "Apakah kamu tahu sekarang aku berusia berapa?"

Pertanyaan tiba-tiba ini tidak mampu dijawab oleh Zhang Jiejie dan Chu Liuxiang.

Sekonyong-konyong wajahnya menampak semacam ekspresi

yang amat aneh. Entah itu semacam penyindiran? Atau kepiluan yang teramat dalam?

Kemudian ia berkata dengan amat lambat, sekata demi sekata: "Tabun ini aku baru berusia 41 tahun!"

Tangan Chu Liuxiang mendadak terasa amat dingin bagaikan es!

Ia melihat ke wajah tua yang kering kisut dan penuh keriput dari perempuan tua itu, lalu melihat ke tubuhnya yang kurus kering dan telah bungkuk ke depan, lalu melihatke rambutnyayang sudah

ubanan semua....

Ia sungguh-sungguh tidak bisa percaya, bahwa perempuan tua yang kering kisut dan badan sudah bungkuk ini, ternyata baru berusia 41 tahun!

"Bagaimana aku melewati hari-hari dalam waktu puluhan tahun itu!"

Sudah tidak perlu lagi bertanya pada dia!

Siapa pun yang telah melihat saat ini, segera dapat bayangkan: "Penderitaan-penderitaan dan rasa kesepian yang ia derita selama tahun tahun itu adalah begitu mengerikan!

Rasa kesepian-marah-dendam dan iri hati Salah satu dari rasarasa tersebut ini, sudah cukup membuat penderitanya menderita

amat sangat!

Zhang Jiejie tetap menundukkan kepala, air matanya telah turun menetes.

Perempuan tua itu berdiam diri lama sekali, baru berkata perlahan:

"Aku tidak tahu mengapa kamu membiarkan dia pergi dari sini?

Tapi aku tahu bahwa, setelah dia pergi, suatu hari kamu pasti akan menyesal.”

Zhang Jiejie tiba-tiba mengangkat kepala dan berkata dengan suara keras: "Tidak akan! Pasti tidak akan”

Perempuan tua itu tersenyum dingin saja.

Zhang Jiejie memandang dia, ekspresi wajahnya begitu ceria tapi tegas, dan berkata: "Sebab aku membiarkan dia pergi dari sini, bukan karena dia mau pergi, tapi aku yang berkehendak untuk membiarkan dia pergi!"

"Mengapa?" tanya perempuan tua itu.

"Sebab aku tahu di luaran ada banyak sekali orang yang membutuhkan dia! Aku juga tahu bahwa di luaran ia akan lebih berbahagia daripada tetap di sini", jawab Zhang Jiejie. "Tapi kamu sendiri...", kata perempuan tua itu.

"Jikalau aku menahan dia tetap di sini, barangkali aku lebih berbahagia, namun jika aku membiarkan dia pergi, barangkali akan ada seribu orang, atau bahkan sepuluh ribu orang yang akan berbahagia" kata Zhang Jiejie.

Matanya bercahaya, semacam cahaya nan suci dan agung, lalu meneruskan kata-katanya; "Lebih baik seribu atau sepuluh ribu orang yang berbahagia, dari pada satu orang yang berbahagia! Setujukah ibu?"

"Tapi kamu.... Masa' kamu tidak pernah mau berfikir untuk diri sendiri?" kata perempuan tua itu.

"Pernah bu!"

Seolah-olah ada cinta yang sedalam laut terdapat di dalam mata Zhang Jiejie, ketika ia menatap Chu Liuxiang seraya berkata

"Hanyalah ketika ia berbahagia, aku baru bisa berbahagia! Jika tidak, meskipun aku dapat menahan dia tetap berada di sisiku, aku pun

akan sama-sama menderita!"

***

"Cinta sejati rela berkorban, bukan memilikir

Wanita yang memahami azas kebenaran ini, barulah layak disebut sebagai wanita yang sejati!

Dikarenakan ini memang adalah bagian yang paling lemah lembut sekaligus yang paling agung dari sifat kewanitaan!

Justru dikarenakan di dunia ini terdapat wanita-wanita semacam ini, umat manusia baru bisa mempunyai kemajuan yang terusmenerus, dan bisa eksis selama-lamanya!

Sinar mata Zhang Jiejie kian lembut ketika ia meneruskan kata¬katanya: "Apo lagi aku telah mengandung anaknya, aku akan memelihara dan membesarkannya dengan segenap hati dan kekuatanku, dengan demikian aku takkan merasa kesepian!"

Ujung-ujung jari tangan perempuan tua itu mulai bergemetaran, lalu bertanya: "Apakah maksudmu adalah: Aku tidak memelihara dan membesarkanmu dengan sebaik-baiknya?"

Zhang Jiejie menunduk dan menjawab: "Ibu.... Ibu sebenarnya dapat berbuat lebih baik lagi, cuma sayang. "

Perempuan tua itu bertanya dengan suarakeras: "Cuma sayang apa?"

Zhang Jiejie menjawab setelah menghela nafas panjang: "Cuma sayang bahwa derita dan dendam di dalam hati ibu terlalu dalam! Seandainya ibu benar-benar mengharapkan aku bahagia, ijinkanlah dia pergi dari sini! Dia kan bukan ayahku, dia adalah seorang yang lain, ibu.... Mengapa ibu mesti membenci dia?"

Perempuan tua itu menggenggam erat-erat kedua tangannya sendiri, badannya masih bergemetaran terus, lama sekali barn

mendadak berkata dengan suara keras: "Baik! Aku ijinkan dia pergi!" Zhang Jiejie luar biasa suka-citanya!

Tapi ketika wajah senyumnya baru muncul, perempuan tua itu segera menyambung kata-katanya: "Tetapi ia pun mesti menempuh

jalan yang dulu ditempuh oleh ayahmu itu, tidak ada pilihan lain!" "Jalan apa?"

"Tangga Surga!" "Tangga Surga!"

Apa itu? Apakah itu sebuah jalan menuju ke surga?

Begitu mendengar dua kata ini, air muka Zhang Jiejie menjadi pucat pasi, lalu berseru tanpa terasa: "Mengapa mesti menempuh jalan ini?"

"Sebab ini pun peraturan yang tercatat di kitab suci, yang tidak boleh dilanggar oleh siapa pun!" kata perempuan tua itu.

"Tapi dia. "

Dengan suara keras perempuan tua itu memotong perkataan

Zhang Jiejie: "Masa' kamu tidak tahu: orang dari keluarga besar ini, siapa pun juga jika ingin meninggalkan tempat ini selama-lamanya, mesti menempuh jalan satu-satunya itu!? Bukankah sekarang ia

sudah menjadi bagian keluarga besar ini?"

Zhang Jiejie menunduk dan berkata lirih: "Ya aku tahu." Perempuan ma itu berkata dengan suarayang tidak keras:

"Baiklah! Sekarang kalian boleh pergi. Besok pagi, aku sendiri yang akan melepas kepergiannya."

Malam yang amat tenang dan hening.

Walaupun di tempat ini tidak bisa melihat sinar bintang, juga tidak biaa melihat kegelapan malam, namun seolah-olah malam memiliki bermacam-macam perasaan misterius nan aneh, sehingga seseorang bisa merasakan kehadirannya.

Chu Liuxiang berbaring dengan telentang, tapi matanya ditutup

—Apakah karena takut airmatanya mengalir keluar?

Dengan ringan Zhang Jiejie mengelus-elus wajah dia, entah sudah berapa banyak kelemah-lembutan dan cinta mendalam yang telah terpancar dari sinar matanya!?

Tapi apakah Chu Liuxiang mau buka mata untuk memandangnya?

Akhirnya Zhang Jiejie berkata setelah menghela nafas yang amat panjang: "Kenapa kau tidak melihatku? Masa' tidak ingin melihatku lebih lama lagi?"

Urat dan daging sisi mulut Chu Liuxiang bergetar-getar, lama sekali baru berkata tiba-tiba: "Betul."

"Mengapa?"

"Karena pada dasarnya kau pun tak ingin aku melihatmu lebih lama."

"Siapa yang bilang?" "Kau sendiri."

Zhang Jiejie bertanya dengan senyum yang dipaksakan: "Apa yang telah aku bilang?"

Chu Liuxiang menjawab seraya tersenyum dingin: "Benar, kau tidak bilang apa-apa! Tapi aku tanya Mengapa tidak berkata pada ibumu, bahwa kau juga mau pergi bersamaku?"

Zhang Jiejie menjawab seraya menundukkan kepala: "Sebab aku tahu dikatakan juga tidak ada gunanya."

Chu Liuxiang bertanya dengan suara keras: "Mengapa?"

Zhang Jiejie menjawab seraya tersenyum sedih: "Perawan Suci generasi berikutnya masih berada dalam kandunganku, bagaimana aku dapat pergi?" "Makanya.... Makanya kau menyuruhku pergi dari sini seorang diri!"

"Betul."

Sekonyong-konyong Chu Liuxiang meloncat lalu berdiri, dan bertanya dengan suara keras: "Apakah kau kira aku biaa bahagia jika aku pergi seorang din? Apakah kau kira aku biaa membiarkan kau dan anak kita, tinggal seumur hidup di tempat sialan ini?" "Kau keliru!"

"Aku keliru dalam hal apa?" "Dalam banyak hal."

Ia terlebih dulu menutup mulut Chu Liuxiang dengan tangan,

agar dia tidak berteriak lagi, kemudian baru berkata dengan suara halus: "Kami tidak akan tinggal di tempat ini untuk selama-lamanya, lewat suatu jangka waktu tertentu lagi, meskipun kami masih ingin tinggal di sini, barangkali tempat ini sudah tidak ada lagi." "Mengapa?"

"Nenek moyang kami biaa tinggal di tempat ini, cuma dikarenakan mengalami terlalu banyak kesengsaraan dan kekecewaan, sehingga mereka berubah jadi orang-orang sinis dan orang-orang yang aneh serta suka menyendiri. Mereka tahu masyarakat umum tidak dapat mentolerir mereka, demikian juga mereka pun tidak dapat mentolerir masyarakat umum, maka mereka

lebih rela hidup terisolasi dengan dunia ini, seumur hidup tidak mau bergaul dengan dunia ini."

Chu Liuxiang terus mendengar.

Zhang Jiejie berkata lagi,: "Tetapi dunia ini setiap hari kan berubah terus, pikiran manusia setiap hari juga berubah terus; pikiran dari orang-¬orang generasi sebelumnya, selalu punya kesenjangan yang besar sekali dengan orang-orang generasi selanjutnya!"

Chu Liuxiang masih terus mendengar.

Zhang Jiejie berkata pula: "Sekarang orang-orang generasi sebelumnya banyak yang sudah meninggal dunia, jika orang-orang generasi selanjutnya masih tinggal di sini, cuma dikarenakan mereka

memiliki semacam ketakutan pada dunia luar, takut kalau sudah berada di luar, tidak dapat menyesuaikan diri di dalam lingkungan itu, sehingga tidak dapat bertahan hidup."

Tentu saja Chu Liuxiang tidak biaa setuju dalam hal ini, maka segera berkata: "Mereka keliru! Seseorang asal mau berusaha, pasti punya cara untuk bertahan hidup!"

Zhang Jiejie mengangguk dan berkata: "Tentu saja mereka

keliru, tetapi anggapan mereka ini, pasti akan berubah pelan-pelan. Sampai suatu saat ketika pikiran mereka sudah terbuka, maka sudah tidak ada lagi kitab suci dan peraturan apa pun yang terdapat di dunia ini yang masih dapat membelenggu mereka, dan tidak 

terdapat hal apa lagi yang dapat membuat mereka tetap tinggal di tempat yang seperti penjara ini!"

Ia tersenyum sejenak, lalu meneruskannya: "Jika telah tiba hari itu, bukankah tempat ini sudah tidak ada lagi?"

"Tetapi, harus tunggu sampai kapan hari itu baru bisa tiba?" "Tak akan terlalu lama, aku jamin, kau pasti bisa melihat hari itu!"

"Kau jamin?"

Zhang Jiejie mengangguk dan menjawab: "Sebab aku akan berusaha sekuat tenaga untuk memberitahu mereka, bahwa dunia luar tidaklah begitu kejam dan menakutkan seperti yang dibayangkan mereka. Aku akan berusaha agar mereka mengerti:

Seseorang jika ingin hidup senang, haruslah memiliki keberanian!"

Matanya berbinar-binar lagi, lalu melanjutkan kata-katanya dengan perlahan: "Ini bukan saja adalah kewajibanku, juga adalah tanggung jawabku! Karena mereka pun adalah saudara dan saudariku!" "Oleh karena itu.... Kau harus tetap tinggal di sini?"  Zhang Jiejie berkata dengan suara halus: "Setiap orang harus hidup bertujuan dan berarti kan! Sekalipun aku dapat pergi

bersamamu, toh belum tentu aku bisa berbahagia, dikarenakan aku tidak menunaikan kewajiban dan tanggung jawabku, maka seluruh hidupku akan menjadi tidak bermakna dan tidak bernilai sama sekali!"

"Tapi sepengetahuanku, banyak sekali wanita yang hidup demi suami dan anak-anak mereka, bahkan hidup dengan penuh arti!" Zhang Jiejie berkata seraya tersenyum "Aku tahu, juga amat iri pada mereka, cuma amat disayangkan bahwa takdir telah menetapkan aku bukanlah wanita macam mereka, juga tidak seberuntung mereka!"

"Mengapa?"

"Masa' kau tidak paham? Benar tidak paham?" Chu Liuxiang tidak mampu berkata-kata lagi.

Zhang Jiejie berkata seraya tersenyum: "Justru dikarenakan kau sama dengan aku, kau pun tak dapat melupakan kewajiban dan tanggung¬jawabmu yang harus dilaksanakan, sehingga kau mau

pergi dari sini --- Bahkan ini adalah suatu keharusan! Dikarenakan sekalipun kau dapat memaksakan diri untuk tetap tinggal, tapi lambat-laun akan menjadi barang rongsokan, bahkan akhirnya akan menjadi `mayat hidup'!"

Perkataannya memang tidak salah seseorang jika hidup di suatu tempat yang sama sekali tidak dapat mengembangkan bakat dan kemampuannya, lambat laun ia akan begitu depresinya, sehingga walaupun masih hidup, tapi hampir sama dengan sudah mati!

Tentu saja Chu Liuxiang juga memahami hal ini.

Dengan ringan Zhang Jiejie mengelus-elus dia seraya berkata dengan suara halus: "Yang kucintai adalah kau, bukan `mayat

hidup', oleh karena itu aku sekali-kali tidak berharap kau berubah; Makanya demi aku, kau pun harus pergi!"

Akhirnya Chu Liuxiang berkata seraya menghela nafas yang amat panjang: "Sampai sekarang aku baru menyadari, bahwa aku selama belum pernah betul-betul mengertimu!"

"Di dalam dunia ini memang tidak ada orang yang mampu

memahami seseorang dengan sempurna, entah itu suami-istri, atau antara saudara dan sahabat pun sama! Apalagi, wanita memang

telah ditakdirkan bukan untuk dimengerti, tapi untuk dicintai kan!?" "Tapi sekarang aku telah merasa pasti pada satu hal."

"Apa itu?"

Chu Liuxiang menatapnya lekat-lekat, dari sinar matanya terpancar rasa hormat yang amat dalam, berkata setelah menghela nafas panjang lagi: "Dahulu aku tidak pernah berjumpa dengan wanita semacam kau ini, kelak mungkin selama-lamanya tidak akan berjumpa lagi!"

"Tetapi kau selama-lamanya akan memikirkan dan mengenangku kan?"

"Tentu!"

"Ini saja sudah cukup."

Sinar main Zhang Jiejie kian lembut, lalu menyenandungkan sebuah puisi cinta, yang artinya demikian:

"Jikalau kedua orang yang saling mencintai itu sama-sama

memiliki cinta sejati yang tahan uji, maka jarak dan waktu tak akan jadi halangan bagi mereka!"

Tak kuat menahan dirinya, Chu Liuxiang menggenggam erat-erat tangan Zhang Jiejie seraya berkata: "Aku berharap kau menyanggupi satu hal dariku!"

"K atakanlah."

"Hiduplah dengan sebaik-baiknya agar kelak aku masih dapat bertemu lagi!"

"Pasti!" Nada suaranya tegas tapi ceria, namun tubuhnya dengan lemah lembut telah masuk ke pelukan Chu Liuxiang.

Malam kian hening.

Desahan nafas pun sudah berhenti.

Zhang Jiejie mengangkat tangan untuk membetulkan rambut di atas jidatnya yang awut-awutan, mendadak berkata: "Aku mau pergi."

"Pergi? Sekarang?"

Zhang Jiejie mengangguk.

"Mau pergi ke mana?" tanya Chu Liuxiang.

Pada mulanya Zhang Jiejie ragu-ragu, tapi akhirnya telah mengambil keputusan, lalu berkata: "Siapa pun juga dari anggota keluarga besar ini, jika ingin putus hubungan dan mau keluar dari tempat ini, cuma ada satu jalan yang harus ditempuh!"

"Maksudmu Tangga Surga?" "Tidak salah. Tangga Surga!"

"Tangga Surga itu sebenarnya adalah sebuah jalan yang bagaimana?"

Ekspresi wajah Zhang Jiejie menjadi amat serius, seraya berkata dengan perlahan: "Barangkali itu adalah sebuah jalan yang paling berbahaya di dalam dunia ini! Orang yang tak memiliki keberanian, sekali¬kali takkan berani menempuhnya! Ibu menyuruhmu

menempuh jalan itu, tujuannya adalah mengujimu apakah memiliki keberanian semacam ini?"

"Keberanian yang macam bagaimana?"

"Keberanian yang mengambil keputusan sendiri yang menentukan hidup-mati dan nasib sendiri!"

"Wah ini memang sulit sekali! Orang yang tak memiliki

keberanian besar, sekali-kali tak akan berani mengambil keputusan semacam ini!"

"Betul! Seseorang ketika darahnya mendidih dan emosinya bergejolak, umumnya memang bisa tidak peduli apa pun, bahkan biaa rela mati! Namun jikalau ia diharuskan dengan kepala dingin untuk menentukan sendiri hidup dan matinya, ini merupakan dua persoalan yang sama sekali berbeda! Maka. "

Zhang Jiejie menghela nafas panjang sebelum meneruskannya:  "Aku tahu ada beberapa orang yang sudah bertekad untuk meninggalkan tempat ini, tapi ketika sudah naik ke Tangga Surga itu, semuanya berubah pikiran dan memutuskan untuk mundur dan batal! Sekalipun resikonya adalah dipandang rendah oleh orang lain."

"Sebenarnya ada apa di Tangga Surga itu?"

"Ada dua pintu. Pintu yang satunya menuju ke dunia luar Jalan yang hidup."

"Pintu yang satunya adalah jalan kematian?"

Wajah Zhang Jiejie memucat ketika menjawab: "Bukan jalan kematian, sama sekali tidak ada jalan — Di luar pintu itu adalah jurang teramat dalam yang tak kelihatan dasarnya, sekali jatuh terperosok tubuh akan hancur berkeping-keping!"

Ia meneruskan kata-katanya setelah menghembuskan nafas panjang: "Tiada seorang pun yang tahu di luar pintu yang mana adalah jalan yang hidup! Kau harus pilih salah satunya dan

membuka pintu itu, tapi begitu pintu terbuka, kau harus keluar dari pintu itu!"

Wajah Chu Liuxiang pun sedikit memucat, lalu berkata seraya tersenyum masam: "Tampaknya itu bukan hanya mesti memiliki keberanian, juga mesti memiliki kemujuran!"

Zhang Jiejie berkata dengan senyum yang dipaksakan: "Aku sebenarnya tidak ingin kau menempuh bahaya itu, tapi....tempat ini pun mirip dengan jurang dalam yang tak kelihatan dasarnya, jika

kau tetap tinggal di sini, juga sama-sama akan tenggelam, cuma tenggelamnya agak pelan sedikit." "Aku paham."

Zhang Jiejie menatapnya lekat-lekat seraya berkata: "Kau suamiku, orang yang paling dekat denganku, tentu saja aku tidak mengharapkan kau adalah pengecut yang mundur sebelum

bertempur, lebih-lebih tidak mau ada orang yang memandang rendah padamu, tapi aku pun tidak mau melihat kau pergi untuk mati, maka. "

"Maka sekarang kau mau pergi demiku untuk mencari tahu di luar pintu manakah yang adalah jalan yang hidup?"

Zhang jiejie mengangguk dan berkata: "Tangga Surga itu terletak di dekat altar suci, dari sekarang sampai fajar menyingsing masih ada dua sampai tiga jam lagi. "

"Tapi aku lebih ingin kau tetap di sini, menemaniku lebih banyak satu jam pun bolehlah!"

Zhang Jiejie tersenyum manis dan berkata dengan suara halus: "Aku pun berharap dapat menemanimu di sini, tapi lebih berharap kelak dapat bertemu lagi denganmu!"

Ia membungkukkan badan untuk mencium sejenak di wajah Chu Liuxiang, kemudian berkata dengan suara yang lebih halus: "Aku segera akan kembali."

Ini merupakan kata-kata terakhirnya yang terdengar Chu Liuxiang Kata-kata ini persis sama dengan yang diucapkannya ketika ia dulu meninggalkan Chu Liuxiang.

"Aku segera akan kembali."

Mengapa ketika ia mau meninggalkan Chu Liuxiang untuk waktu  yang lama, malahan selalu berkata bahwa ia akan segera kembali ?

***

Zhang Jiejie tidak kembali.

Ketika Chu Liuxiang melihat dia, sudah berada di bawah Tangga Surga.

Wajah Zhang Jiejie pucat pasi, dan bekas air mata di wajahnya belum kering.

Dari dalam matanya seolah-olah terdapat ribuan kata yang mau diucapkan, tapi satu kata pun tak mampu diucapkannya!

Ketika Chu Liuxiang mau menerjang ke sana, ia telah pergi dipaksa pergi oleh orang lain.

Tampaknya ia telah kehilangan sama sekali kekuatan untuk melawan, tetapi sebelum pergi ia tiba-tiba mengedipkan sebuah mata pada Chu Liuxiang.

Mata kiri!

Bukankah mata juga merupakan sejenia alat komunikasi antar manusia?

Dengan sekuat tenaga Chu Liuxiang berusaha untuk

mengendalikan dirinya, ia tidak mau karena marah besar lalu lepas kontrol di depan siapa pun.

Namun disebabkan hatinya memang dipenuhi amarah yang

besar, maka ia berkata tanpa bisa ditahan lagi: "Mengapa kalian mesti memaksanya pergi?"

Perempuan tua yang berpakaian hitam itu berkata dengan sikap dingin: "Tidak ada orang yang memaksa dia pergi, sama seperti tidak ada orang yang memaksamu pergi."

"Paling tidak ibu kan seharusnya membiarkan kami berbincang bincang beberapa kalimat lagi."

"Dikarenakan kamu sudah mau pergi, masih mau omong apa lagi?"

"Tapi. "

Perempuan tua itu memotong kata-katanya: "Tapi jikalau kamu sungguh-sungguh mau omong sesuatu, sekarang masih boleh tinggal di sini."

"Tinggal di sini untuk selama-lamanya?" "Betul! Tinggal di sini untuk selama-lamanya!" Chu Liuxiang menghembuskan nafas panjang dan berkata: "Ibu jelas tahu bahwa aku tidak bisa tinggal kan!"

"Mengapa tidak bisa? Jikalau kau sungguh-sungguh mencintainya, mengapa tidak bisa berkorban?" "Sebab ia pun tidak mau aku berbuat demikian!"

"Apakah kau kira ia benar-benar menginginkanmu pergi?" "Masa' bukan?"

Perempuan tua itu berkata seraya tersenyum dingin: "Apakah kamu sungguh mempercayai kata-kata seorang wanita?"

Ia meneruskan kata-katanya seraya tersenyum dingin terus: "Aku adalah ibunya, aku pun adalah wanita, tentu saja aku lebih memahami dia darimu kan? Ia membiarkanmu pergi, Cuma

dikarenakan hatinya sudah terluka begitu parahnya, sehingga ia tak mau lagi bertemu kamu untuk selama-lamanya!"

Dengan perlahan Chu Liuxiang mengangguk dan berkata "Aku sudah paham maksud ibu."

"Baguslah kalau kau paham."

Ekspresi Chu Liuxiang malahan jadi tenang kembali, lalu berkata dengan nada hambar: "Ibu bukan saja berharap dia membenciku, juga berharap aku membencinya kan? Juga berharap yang kami

alami itu persis sama dengan yang kalian alami kan?" Ekspresi wajah perempuan tua itu berubah.

Tentu saja ia tahu bahwa "kalian" dalam kata-kata Chu Liuxiang itu adalah menunjuk dia dan suaminya. Dan bukankah mereka berdua saling membenci?

Suara Chu Liuxiang makin tenang dan tegas: "Tetapi aku

sanggup memberi jaminan pada ibu, bahwa yang dialami putri ibu takkan sama dengan ibu, sebab aku pasti akan hidup sebaik-baiknya demi dia, sama halnya ia pun akan hidup sebaik-baiknya demiku.

Apa pun yang ibu pikirkan, kami sekali-kali tak akan berubah!"

Perempuan tua itu bertanya dengan sinar matanya berbinarbinar: "Apakah kau sungguh mempercayai kata-kata yang kau

ucapkan sendiri ini?" "Yap"

Perempuan tua itu mendadak tersenyum dan berkata: "Jikalau kau sungguh mempercayai, apa perlunya untuk dikatakannya? Dan apa perlunya untuk memberitahukanku?"

Senyumannya seperti sebuah jarum runcing, yang seolah-olah mau ditusukkan ke jantung Chu Liuxiang!

Tangga Surga itu tingginya empatratus kaki. Ketika seseorang berada di atas tangga itu, sama saja sudah berada di atas langit! Kedua pintu itu bentuknya nyaris sama, sehingga tidak ada orang yang dapat melihat perbedaannya Perbedaan antara hidup dan mati! Chu Liuxiang berdiri di depan kedua pintu itu, tanpa terasa keringat dinginnya sudah mengucur keluar.

Ia pernah banyak sekali mengalami bahaya maut yang amat genting, pernah lebih dekat ke kematian dibanding dengan siapa pun, bahkan ada kalanya sudah hampir putus asa!

Tetapi ia tidak pernah sengeri sekarang! Dikarenakan pada kali

ini, hidup atau mati ditentukan oleh ia sendiri, namun ia sendiri sama sekali tidak memiliki keyakinan dan kepastian!

Di dalam dunia ini, memang tidak terdapat suatu hal yang lebih menakutkan lagi dari dipaksa orang untuk mengambil keputusan, yang ia sendiri pun tidak yakin!

Seseorang jika tidak mengalami sendiri, sulit membayangkan bahwa betapa mengerikannya hal itu!

Mata kiri! Ya, mata kiri!

Apakah Zhang Jiejie ingin memberitahu dia, bahwa jalan yang

hidup itu terdapat di luar dari pintu yang berada di sebelah kiri?

Chu Liuxiang sudah hampir mau berjalan menuju ke pintu ini,

tapi sepasang kakinya seolah-olah dibelenggu oleh rantai besi yang tak terlihat! "Apakah kau kira ia benar-benar menginginkanmu pergi?"

"Ia mau kau pergi hanyalah karena hatinya sudah terluka begitu parahnya, sehingga tidak mau lagi melihatmu!"

Tidak bisa tidak Chu Liuxiang mesti bertanya pada diri sendiri: "Apakah aku memang telah melukai hatinya? Haruskah aku pergi?" Ia tidak pernah merasa bahwa ia telah melakukan kesalahan --- Tempat ini memang adalah penjara, orang semacam dia ini, tentu saja tak dapat tinggal terus di sini!

Tetapi mau tidak mau ia mesti bertanya pada diri sendiri: "Jika aku sungguh-sungguh mencintainya, haruskah aku berkorban demi dia dan tetap tinggal di sini?"

"Apakah aku terlalu egois? Terlalu tanpa perasaan?" "Seandainya aku adalah Zhang Jiejie, jika tahu Chu Liuxiang mau meninggalkanku, apakah aku juga akan sedih sekali?"

"Jikalau kamu benar-benar melukai hati seorang wanita, maka bukan saja selama-lamanya ia tidak mau melihatmu lagi, bahkan saking bencinya ia mengharapkan kamu mati saja!"

Tentu saja ia memahami azas kebenaran ini.

"Ia sengaja mengedipkan matanya, apakah berharap aku jatuh terperosok ke dalam jurang maut itu?"

Hampir tak kuasa menahan dirinya, ia sudah mau melangkah

menuju pintu yang berada di sebelah kanan itu, tetapi di pinggir telinganya seolah-olah terngiang-ngiang lagi suara Zhang Jiejie yang lemah-lembut itu!

"Yang kucintai adalah kau, bukan `mayat hidup', maka demi aku, kau pun harus pergi!"

"Asal kau bahagia, aku pun sama-sama bahagia! Kau harus hidup sebaik-baiknya demi aku!"

Teringat akan kelemah-lembutannya dan cintanya yang amat mendalam, maka ia merasa adalah berdosa kalau dirinya bisa dan sempat mencurigainya!

"Aku harusnya mempercayai dia, sekali-kali dia tak akan menipuku!"

"Tapi petunjuk yang dia berikan dengan mengedipkan mata kirinya, sebenarnya mau memberitahukan hal apa kepadaku?" "Apakah mau memberitahukanku, bahwa pintu yang di sebelah  kiri itulah jalan yang hidup? Atau mau memberitahukanku, bahwa pintu yang di sebelah kiri itu tidak boleh dibuka?"

***

Seluruh pertanyaan-pertanyaan ini, harus menunggu sampai pintu terbuka baru bisa dapat jawabannya!

Harus buka pintu yang mana? Keputusan ini memang terlalu sulk dan terlalu menyengsarakan!

Chu Liuxiang merasakan bahwa semua pakaian yang dikenakan badannya telah basah kuyup oleh keringat dingin.

Perempuan tua yang berpakaian hitam itu berdiri di dekatnya, dengan sikap dingin memandangi pakaian dia yang basah kuyup oleh keringat itu, mendadak bertanya seraya tersenyum dingin: "Apakah sekarang kamu sudah menyesal?"

"Menyesal karena apa?" tanya Chu Liuxiang.

"Menyesal karena kau sebetulnya tidak perlu sampai berada di sini. Tidak ada orang yang memaksamu datang ke sini, juga tidak ada orang yang memaksamu pergi dari sini."

Chu Liuxiang menjawab dengan tegas: "Oleh karena itu aku sekali¬kali tidak menyesal! Apa pun akibatnya sekali-kali tidak menyesal, dikarenakan aku sudah pernah datang kemari!"

***

Ia sudah pernah datang, sudah pernah hidup dan sudah pernah mencintai”

Ia sudah melakukan semua hal yang ia rasa wajib dilakukan — Apakah ini tidak cukup?

Sinar mata perempuan tua itu berkedip-kedip, lalu berkata: "Tampaknya pikiranmu sudah terbuka ya!" Chu Liuxiang menganggukkan kepala.

"Jika begitu kau masih tunggu apa lagi?" tanya perempuan tua itu. Tiba-tiba Chu Liuxiang tersenyum, lalu membuka salah satu pintu. Tangannya tiba-tiba berubah lagi jadi begitu mantap dan pasti! Hanya dalam waktu sekejap mata, ia telah kembali lagi menjadi 

Chu Liuxiang yang seperti dulu lagi!

Dengan langkah kaki yang lebar, ia melangkah ke luar dari pintu itu.

Pintu yang manakah yang ia buka? Tiada orang yang tahu.

Tapi ini sudah tidak penting, sebab ia sudah pernah datang, sudah pernah hidup dan sudah pernah mencintai Terhadap siapa pun juga, ini sudah cukup.

TAMAT
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar