Legenda Bunga Persik Jilid 07 (Tamat)

 
Namun ia dapat mengucapkannya dengan amat alami.

Sekalipun itu adalah hal yang paling lucu di dunia, tapi kalau keluar dari mulutnya, tak akan menyebabkan orang merasa lucu dan ditertawakan!

Chu Liuxiang tiba-tiba mengetahui bahwa ia bertemu lagi dengan seorang yang aneh, barangkali jauh lebih aneh dari semua orang yang pernah ditemui sepanjang hidupnya.

"Saya kira anda pasti mengenal beberapa nona ini," Bai Yunsheng berkata. "Saya juga tahu bahwa mereka adalah orang-orang yang disukai oleh anda."  Chu Liuxiang tidak dapat tidak mengakuinya.

Bai Yunsheng menatapnya, mata senyumannya bersinar dan berkata: "Saya minta maaf, karena pengenalan saya terhadap anda masih tidak cukup banyak, masih tidak tahu siapa yang paling disukai anda, jadi ya terpaksa mengundang mereka datang semua."

Wajah senyumannya juga amat sopan: "Jikalau anda sudah merasa bosan pada beberapa orang dari nona-nona ini, saya segera bisa mempersilakan mereka pulang. Saya biasa bekerja dengan saksama dan memuaskan, yang tak pernah mengecewakan kawan-kawan."

Chu Liuxiang tersenyum masam.

Orang yang demikian saksama dan memuaskan, ia belum pernah menjumpainya! Ia sudah merasa tidak tahan lagi.

Tapi Bai Yunsheng malah bertanya: "Terserah anda ingin saya mengantar siapa saja untuk pulang, jangan sungkan mengatakannya, saya pasti melaksanakannya."

Chu Liuxiang bisa omong apa?

Tujuh sampai delapan pasang mata semuanya mendelik ke arahnya, dan semuanya kelihatan ingin sekali menggigit dia dengan gemas!

Dengan amat terpaksa Chu Liuxiang berkata: "Mereka semua adalah kawan baik saya. Semuanya saya suka, jadi siapapun yang pergi, saya akan sedih sekali."

Bai Yunsheng berkata seraya tersenyum: "Pendekar Harum memang seorang playboy kelas kakap, saya betul-betul iri!"

Sekarang Chu Liuxiang tidak berani lagi memandang gadis-gadis itu, bahkan tidak berani membayangkan ekspresi wajah mereka!

"Yang paling ditakuti seorang playboy adalah rasa kesepian, hal ini saya pun paham," kata Bai Yunsheng.

"Makanya saya mengundang mereka datang, untuk menemani anda pergi ke suatu tempat dan bertemu seseorang."

"Bertemu siapa?"

"Seorang yang paling ingin anda temui tapi tidak bisa."

"Shi Tianwang?" Chu Liuxiang hampir mau melompat, lalu bertanya: "Apakah yang anda maksudkan itu adalah Shi Tianwang?"

"Ya."

"Apakah anda tahu ia ada dimana?"

Bai Yunsheng menganggukkan kepala dan berkata: "Ya.

Walaupun tempat itu amat jauh, namun sekarang saya sudah merasakannya, bahwa sepanjang perjalanan ini anda tidak akan kesepian!" Tidak peduli siapa, baik itu: Qingqing, Panpan, Ajiao, Jinniang, Chuqing, Daqiao, atau Xiaoyu, semuanya adalah wanita yang luar biasa menyenangkan! Semuanya pernah punya pengalaman yang tidak biasa dengan Chu Liuxiang, dan semuanya pernah melewati sebagian waktu yang indah dan tidak terlupakan bersama- sama dengan dia!

Siapapun di antara mereka, kapanpun dan di manapun ketika bertemu lagi dengan dia, pasti sama seperti dulu, memperlakukan dia dengan lemah lembut dan penuh perhatian!

Namun sekarang situasi dan kondisinya sudah berubah sama sekali!

Jika sekarang ada satu orang yang berlaku agak baik pada Chu Liuxiang, gadis- gadis lain akan memandangnya dengan hina, menganggapnya mencari-cari muka untuk mengambil hati si pria pujaan hati! Ia sendiri juga akan merasa kehilangan muka!

Mereka 'kan bukan perempuan sundal kelas teri, kenapa mau melakukan hal yang memalukan ini?

Chu Liuxiang amat memahami situasi dan kondisi ini, bahkan jauh lebih paham dari kebanyakan orang!

Maka ia sama sekali tidak berharap mereka bisa memberi wajah yang menyenangkan bagi dia, lebih-lebih tidak berharap bahwa mereka akan merangkulnya lalu menanyakan kabar darinya!

"Banyak membagi cinta, banyak kegalauan hati!" Peribahasa ini memang tepat sekali!

Asalkan gadis-gadis ini tidak bersekongkol untuk melawannya, ia sudah berterima kasih pada Tuhan dan dewa!

Apakah mereka akan melakukannya?

Ketika memandang ekspresi wajah mereka, ia benar-benar merasa sedikit gentar!

Selama ini ia "amat mengenal perangai mereka, baik mereka melakukan hal apa saja, ia tidak akan merasa heran.

Maka ia terpaksa melarikan diri, lari ke bagian belakang kapal dan menemukan sebuah kamar kosong, ia masuk dan rebah diranjang, lalu tidur dengan selimut menutupi kepalanya.

Bagaimanapun juga, adalah baik untuk menghindar sementara dari situasi yang tidak mengenakkan ini, dan menunggu sampai amarah mereka jadi reda.

Inilah kecerdikannya Chu Liuxiang, juga kehebatannya. Yang lebih hebat adalah, ternyata ia dapat tidur pulas! 000

Ketika ia bangun, sudah tidak tahu itu waktu apa? Diluar kamar hening sekali, juga tidak tahu sudah sampai di mana?

Mengapa gadis-gadis itu tidak bersuara sedikitpun? Sekarang lagi berbuat apa? Apakah sedang berunding untuk 'mengerjainya'?

Chu Liuxiang menghela napas panjang, tiba-tiba berasa bahwa para pria seharusnya tahu aturan sedikit, seandainya yang ditemui adalah seorang nona cantik yang lemah lembut dan penuh kasih sayang, jika tidak bisa menendangnya keluar, maka ialah yang harus lari terbirit-birit.

Tentu saja ini adalah pertama kalinya ia punya pikiran demikian, tapi tidak tahu apakah juga adalah terakhir kalinya.

Ketika ia sedang duduk termangu-mangu di ranjang, tibatiba dari kamar sebelah terdengar bunyi orang menuang air dengan cerek besar.

Seluruh badan dia jadi gatal.

Paling sedikit dia sudah 2 - 3 hari tidak mandi, alangkah nikmatnya kalau sekarang ia bisa mandi di bak mandi yang besar!

Cuma sayang bahwa ia tidak lupa ini adalah kapal, walaupun kapal berada di atas air, tapi air di kapal nilainya lebih mahal dari apapun!

Apalagi saat ini bagaimana mungkin gadis-gadis itu mau menyiapkan air mandi baginya? Bahkan memikirkannya pun ia tidak berani.

Namun yang aneh adalah, ternyata air mandi sudah disiapkan baginya.

Pintu kamar tiba-tiba terbuka, lalu tampaklah sebuah bak mandi yang besar. Tidak ada orang, hanya ada air mandi.

Tidak saja ada air mandi, masih ada baju-baju untuk ganti, yang dilipat dengan amat rapi dan berada di atas sebuah kursi.

Semua baju adalah baru, dan ukurannya pas sekali dengan badannya, seolah-olah dibuat dengan sambil mengukur badannya!

Airnya tidak dingin juga tidak panas, suhu itu adalah kesukaannya. Bahkan salep kacapiring yang dipakai bersama mandi itu adalah dari jenis yang paling disukainya.

Siapakah yang telah menyiapkan semua ini baginya?

Walaupun gadis-gadis itu mengetahui ukuran badannya, juga tahu apa yang disukainya, namun siapakah di antara mereka yang telah memperhatikannya?

Masa' ini adalah strategi mereka untuk menghadapi dia?

Sengaja memperlakukan dia sedikit lebih baik, agar ia merasa jengah? Baru kemudian 'mengerjai' dia habis-habisan?

000

Ia telah selesai mandi dan merasa nyaman sekali, lalu memakai satu set baju baru yang amat pas di badan, pikiran dalam hatinya berubah lagi.

Memang seharusnya mereka memperlakukan dia sedikit lebih baik, karena pria macam dia ini, memang tidak bisa seumur hidupnya hanya menjagai seorang wanita saja. Mereka seharusnya memahami hal ini! Sekarang barangkali mereka telah paham!

Berpikir sampai disini, Pendekar Harum kita segera merasa gembira lagi, lalu dengan gembira berjalan keluar dari kabin.

Di luar sinar matahari amat terang, karena cuaca cerah sekali. Dari jendela melihat keluar, bisa melihat pantai sungai yang jauhnya beberapa kilometer.

Di dalam kabin besar itu tidak ada orang, bahkan satu pun dari gadis-gadis itu juga tidak kelihatan.

Ketika ia merasa heran, terlihatlah olehnya sebuah kapal yang menuju ke pantai. Ketika melihat kapal itu, jantungnya serasa mau copot!

Qingqing, Panpan, Ajiao, Jinniang, Chuqing, Daqiao, dan Xiaoyu, semuanya ternyata ada di dalam kapal itu, yang

memandangnya dengan semacam pandangan yang aneh, dan melambaikan tangan mereka kepadanya sebagai tanda perpisahan!

000

Langit yang tak terbatas itu berwarna biru yang amat cerah, ketika memandang ke kejauhan, seolah-olah bisa melihat tempat tersambungnya laut dan langit!

Air sungai mengalir dengan kencang, kapal itu-berjalan menuruti arus, sehingga lajunya amat cepat. Orang-orang yang barusan berada di dekatnya, dalam waktu singkat mungkin telah berada di tempat yang amat jauh.

Mengapa mereka pergi? Karena dipaksa? Atau maunya mereka sendiri?

Pertanyaan-pertanyaan ini tak perlu dijawab, sebab dari dalam air sungai yang kuning dan keruh itu muncul beberapa bayangan yang seputih salju, ternyata adalah gadis-gadis cantik yang berenang bagaikan ikan-ikan yang lincah!

Ikan-ikan tidak bisa naik kapal, tapi gadis-gadis itu bisa naik kapal.

Pakaian mereka cuma lebih banyak sedikit dari ikan, sama seperti ketika mereka bertemu Chu Liuxiang pada waktu yang lalu, namun pada saat ini sikap mereka berubah drastis!

Sikap mereka berubah jadi amat hormat dan sopan, dan sepertinya dengan sengaja mempertahankan jarak dengannya.

Keadaan ini sepertinya tidak pernah terjadi di atas dirinya Chu Liuxiang.

Ia berkata sambil tersenyum masam: "Pada kali ini kalian mau apa lagi? Apakah ingin makan orang? Atau ingin orang makan kalian?"

Dilihat dari sikap mereka, sepertinya mereka benar-benar takut bahwa Chu Liuxiang akan makan mereka bagaikan makan ikan! Sikap mereka ini telah membuat ia merasa tidak kuat bertahan.

Yang malcin membuat ia tak kuat bertahan adalah, mereka berkata seraya tersenyum: "Jika Pendekar Harum betul-betul mau makan kami, silahkan anda makan sepuas-puasnya!"

"Benar?" Chu Liuxiang pura-pura menunjukkan sikap yang jahat. "Benarkah aku boleh makan sepuas-puasnya?"

"Tentu saja benar," kata gadis yang berkaki panjang itu. "Anda mau makan siapapun juga boleh!"

Di bawah sinar matahari, sepasang kaki itu kelihatannya lebih gempal, mulus, dan kenyal!

Ia melanjutkan: "Anda mau siapa, mau makan bagian mana, dan mau makan dengan cara apapun juga boleh!"

Kelihatannya mereka semuanya enak dimakan! Semua bagian tubuh mereka pun enak dimakan!

Apalagi di bawah sinar matahari yang cerah!

Namun Chu Liuxiang seolah-olah tidak berani lagi menatap mereka. Mereka adalah orang, bukan ikan.

Mereka semuanya demikian muda, sehat, dan penuh semangat! Maka ia bertanya: "Kapan kalian berubah jadi demikian penurut?"

"Pada kali ini ketika Jenderal Kedua menyuruh kami kemari, memerintahkan kami mesti menuruti kemauan anda!

Jadi anda menyuruh kami melakukan apa saja juga boleh!"

Kata gadis yang bermata besar itu. "Oleh karena itu kami jadi takut." "Takut?" Tanya Chu Liuxiang. "Takut apa?"

 "Takut anda betul-betul memakan kami."

Gadis yang bersikap minta dikasihani itu berkata sambil bersikap minta dikasihani. "Apalagi saya, takutnya setengah mati!"

"Kenapa?"

"Sebab saya tahu bahwa ketika anda memilih seseorang untuk dimakan, orang pertama yang terpilih pastilah saya!"

Chu Liuxiang tidak makan dia, bukan karena ia tidak mau makan, juga bukan karena gadis itu tidak enak dimakan!

Sebab pada saat itu tiba-tiba terdengar bunyi genderang perang dari laut di seberang sungai, bunyinya seperti ada beribu-ribu ekor kuda perang yang datang dengan menerjang badai dan ombak!

Yang datang tentu saja bukan kuda, tapi kapal, sebuah kapal perang yang tinggi! Laut dan angin terbentang luas, cuaca cerah dan tidak berawan, sehingga Chu Liuxiang dapat melihat bayangan kapal meski samar-samar.

'Manusia-manusia ikan' itu segera bersorak-sorai dengan gembira. "Jenderal Kedua sudah datang!"

"Siapakah Jenderal Kedua? Jenderalnya siapa? Mengapa menyuruh kalian mencariku? Jika ia adalah jenderalnya Shi Tianwang, seharusnya kalian pun anak buahnya Shi Tianwang, lalu kenapa kalian tidak membiarkan Hu Tiehua mengantarkan Sang Puteri ke tempatnya Shi Tianwang?

Apakah Jenderal Kedua kalian ini juga tidak menyetujui pernikahan ini?"

Tidak ada orang yang menjawab pertanyaan-pertanyaan ini. Mulut keempat gadis itu seolah-olah telah dijejali segumpal tanah liat yang besar, sampai bernapas pun terasa sulit!

Kapal perang itu datang dengan membelah ombak, dari jauh sudah terlihat bayangan orang berkelebat di atas dek kapal, dan membentuk barisan-barisan yang amat rapi!

Panji-panjinya terang mencolok, sikap para prajuritnya serius dan gagah. Nyata sekali bahwa mereka semua adalah pelaut-pelaut yang pandai bertempur serta banyak pengalaman melawan angin dan ombak!

Satu-satunya hal yang aneh ialah pelaut-pelaut itu ternyata tidak ada seorang pria!

000

Perahu-Perahu nelayan dan kapal-kapal dagang yang biasanya ada di sekitar muara laut, saat ini tidak tahu sembunyi kemana? Bahkan di pantai sungai pun tidak kelihatan bayangan seorang pun.

Dari atas kapal perang itu sebuah tangga tali tampar diturunkan, dan Chu Liuxiang menaikinya selangkah demi selangkah.

Begitu matanya baru keluar dari dek kapal, yang terlihat adalah kaki-kaki yang terjemur sampai berwarna kecoklat-coklatan.

Tumit dan tumit saling merapat, kedua kaki berdiri sejajar, di tengah-tengah hampir tidak ada sedikit selapun.

Setiap kaki begitu gempal tapi indah!

Seumur hidup ia tidak pernah melihat demikian banyaknya kaki wanita!

Di atas betis-betis yang kuat serta punya keindahan garis lengkung, adalah paha- paha yang bulat sekali, di atasnya lagi adalah baju-baju perang yang bergemerlapan cahaya keperak-perakan.

Baju-baju perang itu sangat pendek!

Baju-baju perang itu semuanya terbuka! Tujuannya agar dalam saat-saat pertempuran kaki mereka bisa lebih lincah.

Ia tak melihat ke bagian yang lebih atas lagi, karena ia tidak mau orang lain melihat ia jatuh kedalam laut! Kapal perang itu kembali ke laut.

Pelaut-pelaut yang mengendalikan kemudi dan layar pun semuanya wanita.

Chu Liuxiang tiba-tiba menyadari bahwa satu-satunya pria yang berada di kapal itu adalah ia sendiri!

Tidak ada yang memandangnya, juga tidak ada yang menggubrisnya!

Para pelaut semuanya berkonsentrasi penuh pada pekerjaannya, para prajurit semuanya berdiri bagaikan patung batu!

Pendekar Harum yang biasanya dikejar-kejar dan digila-gilai banyak wanita, ketika berada di kapal ini, ternyata seperti telah berubah jadi barang rongsokan! Wanita-wanita itu seolah-olah semuanya adalah orang buta, memandang sekejap pun tidak kepadanya!

Mereka tentu saja bukan orang buta.

Chu Liuxiang tidak percaya mereka benar-benar tidak dapat melihat, maka ia sengaja berjalan dan lewat di depan mereka, meskipun telah berusaha agar tidak menyentuh dada mereka yang membusung, namun sudah amat dekat dengan mereka.

Tidak disangka bahwa mata mereka sedikitpun tidak berkedip!

Chu Liuxiang mulai sedikit merasa kagum pada Jenderal Kedua itu. Yang mampu menggembleng banyak wanita menjadi begini rupa! Ini bukanlah perkara yang mudah, juga tidak mampu dikerjakan oleh pria manapun!

Tentu saja ia sekarang sudah tahu bahwa Jenderal Kedua itu pasti seorang wanita juga!

Hanyalah wanita yang mampu menggembleng banyak wanita menjadi orang-orang yang penurut, juga hanyalah wanita yang tahu caranya menggembleng banyak wanita!

Cara ini, Chu Liuxiang tidak berani juga tidak sanggup memikirkannya. Wanita yang bagaimanakah Jenderal Kedua itu? Ia tidak bisa menebaknya.

Namun ia tidak perlu berpikir lagi, sebab pada saat itu ada seorang wanita yang mukanya bopeng menanyainya: "Nama anda siapa? Berasal dari mana? Apakah menyimpan senjata tajam atau senjata gelap di badan?"

Chu Liuxiang jadi geli sekali.

Sebenarnya ia tidak mau juga tidak mampu tertawa, namun tidak tahan tidak tertawa.

Sebab selama hidupnya ia tidak pernah mengalami hal ini, juga tak pernah menduga bisa mengalami hal ini.

Siapa yang bisa menduga bahwa di dalam dunia ini ada orang yang berani berkata demikian pada Chu Liuxiang!

Lebih-lebih tidak bisa diduga orang ialah, ternyata ia menjawab dengan sejujur- jujurnya. "Namaku Chu Liuxiang, orang Tiongkok, tidak pernah mencuri, makanya tidak menyimpan senjata tajam atau senjata gelap di badan." "Kalau begitu angkatlah tangan anda." "Mengapa?"

"Sebab saya mau menggeledah anda."

Chu Liuxiang tertawa lagi, lalu bertanya dengan sikap ramah: "Ketika kamu mau menggeledah orang lain, terpikirkah bahwa orang lain mungkin juga mau menggeledahmu?

Mungkin dengan cara yang berbeda?"

"Anda berani?" Air muka wanita itu berubah. "Anda berani menyentuh saya?"

Chu Liuxiang melihat wajahnya, lalu berkata seraya menghela napas panjang. "Aku tidak berani, benar-benar tidak berani, maka aku terpaksa menggunakan cara yang lain."

Begitu kata-katanya selesai, sepasang kaki wanita itu telah diangkat secara terbalik oleh dia, lalu digoncangkan dua sampai tiga kali, sehingga barang- barang di badannya berjatuhan.

Kemudian terdengar bunyi 'byuuur', dan ada satu orang yang dilempar ke dalam laut.

000

Cerita-cerita mitos atau cerita-cerita legenda, baik dari negara manapun, neraka semuanya berwarna merah tua, sebab di sana menyala api yang tidak pernah padam sampai selama-lamanya!

Tempat ini juga demikian.

Di sini walaupun tidak ada api yang menyala, namun empat penjurunya juga berwarna merah tua, persis seperti warna neraka!

Di sini bukan neraka, tapi adalah kabin besarnya sang Jenderal.

Undak-undakan panjang tiga tingkat itu, di atasnya terbentang permadani berwarna merah tua yang berasal dari Persia. Di atas pintu jendela tergantung kain gorden berwarna merah keungu-unguan yang terbuat dari beludru.

Jubah perangnya jenderal juga berwarna merah tua, seolah-olah di jubah perang itu penuh terpercik dengan darah segar dari lawan-lawan!

Dua orang membawa pedang dan berdiri takzim di belakang Jenderal.

Yang seorang adalah nenek yang penuh keriput, tapi berambut hitam seperti gadis, yang satu adalah perempuan

muda berparas ayu, tapi rambut di kedua pelipisnya telah beruban. Di dalam kabin itu hanya ada satu yang berwarna hitam.

Begitu Chu Liuxiang melangkah masuk, pada pandangan pertama ia sudah melihat ada seekor macan kumbang, yang seluruh badannya berwarna hitam mengkilat. Macan kumbang itu berbaring di bawah kakinya Jenderal, ketenangannya seperti seekor kucing yang diberi makan sampai kekenyangan.

Sepasang pedang di belakang badan Jenderal sudah keluar dari sarungnya, lalu dengan gerakan yang amat cepat menusuk ke sepasang matanya Chu Liuxiang!

Tapi Chu Liuxiang sedikitpun tidak mengedipkan matanya.

Ketika dua ujung pedang berhenti kira-kira tiga inchi dari alis matanya, ia tetap saja tidak mengedipkan matanya.

Jenderal menatap dia dengan semacam tatapan mata yang heran, kemudian bertanya: "Apakah anda sudah tahu bahwa kedua pedang mereka tidak akan membutakan mata anda?"

"Betul," kata Chu Liuxiang. "Mereka adalah jago pedang, tenaganya pasti sudah diatur."

"Bagaimana anda bisa tahu bahwa mereka tidak akan membutakan mata anda?"

Chu Liuxiang berkata seraya tersenyum. "Sebab saya adalah tamu yang diundang anda. Andaikata mata tamu jadi buta, si nyonya rumah tentu tidak akan merasa asyik, apalagi nyonya rumah macam anda ini."

"Nyonya rumah macam bagaimanakah saya ini?"

"Sekalipun kewibawaan Jenderal begitu besar, tapi tetap kalah dengan kecantikan Jenderal yang luar biasa! Tetapi jika berhadapan dengan seorang buta yang tidak bisa melihat, apakah itu mengasyikkan?"

000

Dia bukan sedang berbohong, juga bukan sedang sengaja mau 'mengambil hati'. Pada pandangan pertamanya, ia tidak merasa bahwa Jenderal adalah seorang yang cantik.

Ia terlalu tinggi besar, juga terlalu liar!

Pundaknya terlalu lebar, bahkan lebih lebar dari kebanyakan pria. Sorot matanya mengandung semacam keliaran yang mirip binatang!

Meskipun bentuk mulut dan bibirnya indah, tapi agak kebesaran.

Kecuali dua deret giginya yang putih mengkilat, boleh dibilang bahwa sekujur badannya tidak ada satu bagian pun yang mendekati standar seorang yang cantik!

Namun ia benar-benar adalah orang yang cantik! Sekujur badannya penuh dengan semacam kecantikan liar yang menawan hati!

Kecantikan yang membuat orang sukar bernapas normal!

Dibandingkan dengan dia, maka wanita-wanita cantik lainnya seperti orang-orangan porselin yang jatuh langsung pecah!

000

"Saya sudah tahu bahwa anda pasti adalah wanita, tetapi saya tidak pernah mengira bahwa anda adalah seorang wanita semacam ini!" Ujung-ujung pedang tetap dekat sekali dengan matanya, namun Chu Liuxiang sedikitpun tidak memperhatikannya dan berkata: "Jikalau saya tahu, barang kali saya sejak dulu sudah kemari."

Lama sekali Jenderal memelototkan mata ke dia, kemudian berkata seraya menghela napas dengan ringan. "Nyali anda sungguh besar!"

Ia menjentikkan jarinya, kedua pedang segera dan bersamaan waktu masuk ke sarungnya, kedua wanita itu pun mundur.

"Justeru dikarenakan saya tahu anda punya nyali cukup besar, maka saya menginginkan anda kemari." Gaya bicaranya langsung ke inti masalahnya. "Saya yakin anda pasti punya nyali membunuh seorang untuk saya."

"Itu tergantung siapa yang mau saya bunuh untuk anda." "Mau membunuh orang itu tentu saja amat tidak mudah!

Sebab dimana pun ia berada, di sekitarnya akan ada 30 orang jago silat kelas satu yang melindunginya!"

"Siapakah yang menyuruh jago-jago itu melindunginya?" "Tuan Du dan Shi Tianwang."

Tanpa pertimbangan lagi ia segera menyebut nama kedua orang itu, sampai Chu Liuxiang pun mesti mengakui bahwa ia betul-betul seorang yang blak-blakan.

Terhadap orang yang blak-blakan Chu Liuxiang pun berlaku blak-blakan. "Anda mau saya membunuh orang itu, apakah karena takut kalah saingan?"

"Betul. Saat ini orang yang paling disayangi Shi Tianwang adalah saya, sampai menganugerahkan pangkat 'Jenderal Nyonya Macan Kumbang' kepada saya. Tapi jika ada dia, saya akan jadi apa?"

"Jika Shi Tianwang benar-benar suka pada anda, mengapa mau menikah dengan dia?"

"Sebab ia adalah puteri raja, tapi saya bukan. Sekarang saya adalah selirnya Shi Tianwang, dulu juga. Sepertinya saya ditakdirkan menjadi istri muda bagi orang lain!"

Chu Liuxiang tersenyum masam.

Seorang wanita bisa dengan blak-blakan memberitahukan hal semacam ini kepada orang lain, wanita semacam ini ia pun belum pernah menjumpainya!

"Pria yang dulu saya ikuti, adalah seorang Jepang yang tua tapi beruang dan berkuasa, dan jago kendo kelas wahid."

"Shitianzhai Yanzuoweimen?"

"Betul," ia sama sekali tidak menutup-nutupi. "Meskipun dia juga lumayan, tapi kalah jauh jika dibandingkan dengan Shi Tianwang."

"Makanya anda tidak mau kehilangan kasih sayang dia." "Makanya saya tidak dapat membiarkan puteri sialan itu menikah dengan Shi Tianwang, dengan cara apapun juga harus membunuh dia."

"Mengapa anda mau saya melakukan hal ini?"

"Karena pemimpin yang bertanggungjawab mengantarkan dia dengan selamat adalah Hu Tiehua! Dan sahabat yang paling dipercayainya adalah anda! Mau membunuh Putri Pedang Giok, tiada seorang pun yang peluangnya lebih baik dari anda!"

"Mengapa saya mesti melakukan hal ini?" "Demi saya!"

Habis mengucapkan kalimat ini, ia tidak berkata apa-apa lagi. Juga tidak perlu!

Ia sudah berdiri, dan jubah perang berwarna merah tua itu telah melorot dari pundaknya!

Pada saat itu, Chu Liuxiang merasa seolah-olah napasnya hampir mau berhenti!

Ia belum pernah ketemu wanita semacam ini, juga belum pernah melihat tubuh semacam ini! Sepanjang hidupnya, juga belum pernah ada seorang wanita yang dalam waktu sependek ini dapat membangkitkan nafsunya!

Di dalam tubuh berwarna coklat, yang meskipun tinggi besar namun memiliki garis lengkung yang indah sekali itu, setiap bagian badannya seolah-olah menimbun api nafsu yang tiada habis-habisnya, yang setiap saat bisa meledak dan membinasakan setiap pria!

Seorang pria yang normal, asal menyentuh dia, menyentuh tubuh mana pun, akan berubah menjadi tidak kuasa dirinya lagi, bahkan rela membinasakan dirinya!

'Nyonya Macan Kumbang' menatap dia dengan sepasang yang penuh keliaran, sikapnya sangat menggoda dan penuh dengan rasa percaya diri!

Sebab sampai saat ini ia masih belum ketemu seorang yang sanggup menolaknya!

Seraya menghela napas yang panjang Chu Liuxiang berkata: "Sekarang saya baru mengerti kenapa Shitianzhai mau melakukan hal-hal itu. Sebab jika memiliki wanita semacam anda ini, setiap hal adalah berharga untuk dilakukan!"

"Dan anda?"

"Saya juga kepingin, bahkan kepinginnya setengah mati!"

Mata Chu Liuxiang juga menatap dia dalam-dalam dan berkata: "Seandainya saya lebih muda 10 tahun, sejak tadi saya sudah menerkam bagaikan serigala yang lapar! Bahkan beritahu anda bahwa saya pasti melakukan hal itu untuk anda.

Kemudian berasyik-masyuk dulu dengan anda selama tiga sampai lima hari, lalu pergi menghilang tanpa ada beritanya lagi! Sekalipun anda bencinya setengah mati pada saya, bahkan saking bencinya ingin sekali mengiris daging saya untuk makanan anjing, tapi juga tak akan bisa lagi menemukan saya."

Ia melanjutkan dengan serius: "Kalau dulu saya tentu akan melakukan demikian, tapi sayang bahwa saat ini kulit muka saya sudah tidak setebal ini! Maka sekarang mohon anda melakukan satu hal bagi saya."  "Apa itu?"

"Kenakan dulu pakaian anda, lalu suruhlah macan kumbang yang ada di bawah kaki anda itu untuk menggigit mati saya. Jika ia tidak berhasil, anda juga boleh suruh kedua jago pedang itu untuk menusuk buta mata saya. Pokoknya dengan cara apapun anda boleh mencobanya."

Macan kumbang itu masih berbaring di bawah kakinya,

'Nyonya Macan Kumbang' masih menatap dia dengan sepasang mata yang penuh keliaran, lalu berkata dengan mendadak: "Saya tahu anda suka mengucapkan dua kata kepada orang lain."

"Dua kata yang mana?" "Sampai jumpa."

12. Rahasianya Chu Liuxiang

Kapal besar yang lebih dulu dinaiki Chu Liuxiang itu ternyata masih ada, persis seperti seekor kumbang kecil yang kakinya diikat benang oleh anak-anak, ditarik di belakang kapal perang itu dengan seutas tali tambang yang panjang.

Di atas permukaan laut ombak bergemerlapan cahaya emas, di ufuk sudah tampak awan lembayung.

Yang mengantarkan Chu Liuxiang sampai di geladak kapal, masih adalah si gadis yang berkaki panjang itu.

Chu Liuxiang tidak bisa menahan diri, lalu bertanya:

"Apakah Jenderal kalian betul-betul mau melepaskan aku begini saja?" "Tentu saja betul."

Si gadis berkata seraya tersenyum simpul: "Dia tidak mau anda digigit mati oleh macan kumbang itu, juga tidak mau

macan kumbang itu digigit mati oleh anda, lalu apa gunanya menahan kepergian anda?"

Chu Liuxiang termangu-mangu menatap ombak berwarna emas di atas permukaan laut, lama sekali baru berkata seraya menghela napas: "Ia betul-betul adalah wanita yang blak-blakan."

"Ia memang demikian. Bukan saja blak-blakan, juga amat royal. Asal itu adalah tamu undangannya, tidak ada yang pulang dengan tangan kosong."

"Masa' ia telah menyiapkan hadiah yang dapat aku bawa pergi?"

"Bukan saja telah disiapkan sejak dini, bahkan disiapkan tiga macam! Tapi anda hanya bisa pilih satu macam." "Apa saja itu?"

"Yang pertama adalah zamrud dan mutiara yang 800.000 tael!"

"Ia sungguh royal!"

"Yang kedua adalah arak anggur Persia dan dendeng terbaik yang cukup anda makan dalam waktu setengah bulan, serta satu tong besar air bersih."

Chu Liuxiang melihat ke laut yang seolah tidak berbatas berkata sambil menghela napas lagi: "Pikirannya sungguhmenyeluruh!"

Kapal perang sudah jauh melaut, tidak diragukan lagi bahwa hadiah macam inilah yang paling dibutuhkan dia, namun tetap tidak kuat menahan diri dan bertanya: "Hadiah macam ketiga adalah apa?"

"Seorang yang hampir mati, yang dekat sekali dengan ajalnya." Ia tersenyum kecut.

Ia benar-benar tidak menyangka bahwa wanita yang menyenangkan itu bisa memberi pilihan yang tidak menyenangkan ini!

Sekarang ketiga macam hadiah itu sudah dikeluarkan, zamrud dan mutiara yang menyilaukan mata, arak dan makanan yang berbau sedap, dan seorang yang benar- benar sekarat.

Orang yang sekarat itu ternyata adalah Bai Yunsheng, yang menyangka dirinya luar biasa dan congkaknya minta ampun!

Tiba-tiba si gadis merendahkan volume suaranya dan memberitahu Chu Liuxiang dengan diam: "Jenderal tahu bahwa anda pasti akan memilih macam kedua, sebab anda adalah orang yang luar biasa bijak!"

"Oh?"

"Tetapi Jenderal berkata lagi: Jika yang dipilih adalah permata, maka tidak saja anda itu tamak, tapi juga bodoh, dan ia akan merasa amat kecewa pada anda!"

"Kalau aku memilih macam ketiga?"

"Maka anda betul-betul bukan orang, tapi seekor babi yang tolol!" Kemudian si gadis bertanya: "anda pilih yang mana?"

Chu Liuxiang memandang dia, tiba-tiba juga merendahkan volume suaranya: "Maukah kau aku beritahu satu rahasia?" Ia berbisik di sisi telinganya. "Aku memang bukan orang, tapi seekor babi."

000

Jika di sungai, kapal ini sudah termasuk kapal yang berkelas, tapi begitu sampai ke laut ia bukan apa-apa lagi! Di tengah-tengah ombak laut yang tak kenal kasihan, kapal besar ini sama saja dengan seekor kutu busuk di tangannya pengemis, setiap saat bisa hancur lebur! Tentu saja Chu Liuxiang paham hal ini, namun ia sama sekali tidak memikirkannya.

Tentu saja di kapal ini tak akan ada makanan dan air, apalagi arak. Tidak minum arak tidak bisa mati, tapi jika tidak ada air untuk diminum, siapapun juga tidak akan tahan hidup setelah tujuh hari!

Ia pasti paham hal ini juga, tapi berlaku seperti tidak paham sama sekali. Untuk apa memikirkan hal-hal yang tidak ada gunanya?

Untuk apa mengetahui hal-hal yang merisaukan bahkan menyengsarakan?

Sekalipun di dalam situasi dan kondisi yang amat buruk dan bahaya, yang dipikirkannya adalah hal-hal yang dapat membuat dia merasa gembira, yang membangkitkan semangatnya, yang membuat dia merasa bahwa masih banyak harapan dalam hidup!

Oleh sebab itu ia masih bisa hidup sampai saat ini, bahkan melewati hidup lebih gembira dari banyak orang!

000

Wajah Bai Yunsheng memang sudah pucat, sekarang kian pucat saja, sepertinya terkena semacam racun aneh, juga sepertinya terkena semacam luka dalam yang amat parah, sehingga kadang-kadang pingsan. kadang-kadang siuman.

Pada kali ini ketika siuman, ia melihat Chu Liuxiang sedang tersenyum, sepertinya mengingat lagi sebuah hal yang menggembirakan.

Kekuatan Bai Yunsheng yang menipis telah menyebabkan ia tak kuat banyak bicara, tapi terpaksa juga ia berkata:

"Kelihatannya anda gembira sekali." "Sepertinya ya."

"Saya tidak sanggup memahami, saat ini masih adakah sesuatu hal yang membuat anda begitu gembira?"

 "Paling sedikit kita sekarang masih hidup."

Bagi Chu Liuxiang, bisa hidup itu sudah merupakan satu hal yang pantas gembira, tapi Bai Yunsheng berbeda.

"Walaupun kita masih hidup, itu toh cuma tunggu mati saja, ada apa yang perlu digembirakan?"

Baik ditinjau dari sudut manapun, kedua orang ini adalah orang yang tidak sama tipenya, bahkan boleh dibilang beda 180 derajat!

Tapi anehnya, diantara kedua orang ini terdapat semacam persamaan yang amat aneh, boleh dibilang semacam saling pengertian!

Bai Yunsheng tidak pernah bertanya pada Chu Liuxiang:

"Mengapa anda tidak memilih makanan dan air yang anda butuhkan, malahan menyelamatkan saya?" Sebab hal ini tidak perlu penjelasan, juga tidak dapat dijelaskan. Chu Liuxiang pun tidak pernah bertanya pada dia:

"anda dan 'Nyonya Macan Kumbang' sama-sama anak buahnya Shi Tianwang, kenapa ia bisa mempergunakan cara ini untuk mencelakai anda?"

Sebab meskipun hal ini dapat dijelaskan, namun cara penjelasannya terlalu banyak!

Sangat mungkin bahwa Putri Pedang Giok merupakan kunci paling utamanya. Yang satu mau melindunginya, tapi yang satu mau membunuhnya!

Yang satu mau membuat pernikahan dia dengan Shi Tianwang berhasil, tapi yang satu mau menggagalkan dengan pelbagai cara!

Jadi suatu hal yang masuk akal jika 'Nyonya Macan Kumbang' mau membunuh Bai Yunsheng.

 Bagaimanapun juga, kedua orang yang berbeda 180

derajat ini, telah menjadi bersama oleh suatu pengaturan yang tidak bisa dibayangkan.

Jika dia mati, yang satunya pun harus mati. Jika dia hidup, yang satunya pun bisa hidup. Langit makin lama makin gelap.

Siapapun tidak bisa tahu apakah ia bisa hidup sampai matahari terbit pada esok harinya! Dan siapapun tidak bisa tahu besok akan terjadi hal apa!

000

Barangkali di dalam dunia ini amat jarang ada orang yang mengasosiasikan padang pasir dengan samudera.

Samudera adalah luas, hidup, dan indah. Penuh dengan gairah hidup, yang membuat orang merasa darah panasnya mengalir kencang dan pikiran jadi lapang dan cerah!

Banyak sekali orang yang mencintai samudera seperti mencintai hidupnya sendiri! Kalau padang pasir?

Tidak ada orang yang menyukainya.

Orang-orang yang pernah pergi ke padang pasir, tidak ada yang mau pergi untuk kedua kalinya!

Namun jika seseorang dapat sungguh-sungguh mengerti samudera dan padang pasir, akan bisa menemukan bahwa kedua tempat yang kelihatannya sama sekali berbeda ini, sebenarnya memiliki banyak persamaan.

Mereka sama-sama tanpa belas kasihan, sama-sama bisa membuat orang merasakan betapa kecil dan lemahnya nyawa manusia! Sama-sama penuh dengan perubahan- perubahan yang sama sekali tidak bisa ditahan manusia. Di dalam perubahan- perubahan ini, nyawa manusia sama rapuhnya dengan kulit telur yang berada di bawah palu besi!

Jika berbicara dari aspek tertentu, samudera bahkan lebih kejam dan lebih ganas dari padang pasir, dan memiliki semacam ejekan tanpa kasihan kepada umat manusia!

Walaupun air laut berwarna biru yang menyenangkan, tetapi jumlah orang yang mati kehausan di laut mungkin lebih banyak dari orang yang mati kehausan di padang pasir!

Seseorang jika kekurangan air yang bisa diminum, maka baik di padang pasir atau di laut, sama-sama cuma dapat melakukan satu hal saja.

Menunggu, menunggu mati. 000

Kali ini ternyata Chu Liuxiang tidak mati, apakah dikarenakan munculnya keajaiban?

Keajaiban jarang sekali munculnya.

Kali ini ia tidak mati, sebab ada satu orang yang menyelamatkannya. Satu orang yang tak akan terduga oleh siapapun!

000

Beberapa bulan kemudian, di suatu senja musim semi yang hangat dan berangin sepoi-sepoi, di sebuah lereng bukit yang bermekaran bunga sudayah dan bunga azalea, Hu Tiehua mendadak saja teringat hal itu, lalu bertanya pada Chu Liuxiang: "Kali ini kenapa kamu tidak mati?"

"Sebab ada satu orang yang telah menyelamatkan aku."

"Pada waktu dan tempat semacam itu, ada siapa yang bisa menyelamatkanmu?"

"Kamu selama-lamanya pasti tidak bisa menduganya," kata Chu Liuxiang sambil tersenyum misterius. "Bahkan aku sendiri pun tidak bisa menduganya."

"Sebenarnya siapakah orang itu? Kali ini kau jangan suruh aku tebak lagi ya! Aku telah menebaknya selama tiga bulan,

tapi tak temukan jawabannya. Apakah kau betul-betul mau membuat aku mati penasaran?"

"Baiklah kali ini ku beritahu kau. Orang yang telah menyelamatkanku itu adalah si muka bopeng yang mau menggeledahku."

Hu Tiehua terkejut sampai termangu-mangu.

"Ia yang menyelamatkanmu? Kok bisa?" Hu Tiehua bukan saja tidak dapat mengerti, bahkan amat sulit untuk percaya!

"Soal itu sebenarnya sederhana sekali," kata Chu Liuxiang dengan enteng. "Ia telah menyelamatkanku, disebabkan aku melemparkan dia ke dalam laut." Sementara Hu Tiehua makin dengar makin bingung, namun Chu Liuxiang makin berkata makin senang dan bangga!

"Ia mau menggeledahku, tentu saja aku pun mau menggeledahnya, tapi dikarenakan aku benar-benar tidak berminat menyentuh wanita semacam dia, maka aku memakai semacam cara yang istimewa."

"Cara apa?"

"Pertama-tama aku mengangkat kedua kakinya, lalu menggoncang-goncangkan badannya sehingga barang-barang yang ada dibadannya jatuh semua."

"Lalu?"

"Lalu aku dengan gerakan tangan yang cepat untuk mengambil beberapa jenis barang yang agak istimewa, salah satunya adalah sebuah tabung besi bulat yang kecil."

"Masa' benda kecil itulah yang telah-menyelamatkanmu?" "Benar."

"Bagaimana mungkin sebuah tabung bulat yang kecil itu dapat menyelamatkan orang dari laut yang luas?"

"Tabung yang lain tidak dapat, tapi tabung yang ini dapat!"

 "Tabung ini punya kekuatan magis apa?"

"Tidak punya kekuatan magis, benda itu hanyalah sebuah tabung kembang api isyarat."

Chu Liuxiang melanjutkan seraya tersenyum. "Ketika Bai Yunsheng melihat aku mengeluarkan tabung bulat itu, ekspresi wajahnya jauh lebih senang dari kau yang melihat 1200 guci arak lama yang berkualitas bagus! Seseorang jika dapat melihat sahabatnva menunjukkan ekspresi wajah semacam itu, seumur hidup melihat sekali saja sudah cukup!"

Hu Tiehua berkata seraya menghela napas terus: "Aku tahu selama ini nasibmu selalu mujur, tapi tetap tidak mengira bahwa bisa semujur ini!"

"Ini bukan nasib mujur."

"Ini bukan nasib mujur! Masa' kau sejak dulu sudah tahu bahwa tabung bulat itu adalah semacam alat untuk memberikan isyarat minta pertolongan bagi anak buahnya Shi Tianwang?"

"Aku tidak tahu."

"Kalau begitu apa ini bukan nasib mujur?"

"Ini hanyalah sedikit hikmat, sedikit kehati-hatian, sedikit kebiasaan memperhatikan setiap hal, ditambah sedikit teknik dan keterampilan tangan!"

Ia mengelus-elus hidungnya, mengedipkan matanya dan melanjutkan dengan tersenyum. "Selain itu, masih ada satu hal yang tentu saja tidak boleh kekurangan."

"Apa itu?" "Nasib mujur, tentu saja adalah nasib mujur!" Ia berkata dengan wajah diseriuskan lagi. "Kecuali nasib mujur, masak ada hal yang lain?"

Pas ketika Hu Tiehua mau menyemburkan arak yang baru diminumnya karena saking jengkelnya, Chu Liuxiang melanjutkan kisah petualangannya.

"Tidak lama setelah aku melepaskan kembang api isyarat ke angkasa, datang beberapa perahu nelayan yang membawa kami ke sebuah pulau terpencil, di pulau itu cuma ada satu kampung nelayan, semua penduduknya adalah nelayan, tampaknya tidak ada bedanya dengan kampung-kampung nelayan yang lain."

Di wajah Chu Liuxiang muncul ekspresi misterius itu.

"Tetapi aku di kampung itu ketemu beberapa orang yang aneh, yang aku tidak pernah sangka bisa ketemu mereka di tempat seperti itu."

"Siapakah mereka?

"Hu Kaishu - Situ Ping, dan Jin Zhenjia — Li Dun."

Beberapa nama yang disebutkan ini, setiap nama bisa mengejutkan orang!

Hu Tiehua juga terkejut, lalu berkata: "Para pendekar besar itu untuk apa pergi ke kampung nelayan yang kecil itu?"

"Aku kira mereka ke sana barang kali bukan untuk makan ikan," Chu Liuxiang sengaja bertanya. "Apa perkiraanmu?"

Kali ini Hu Tiehua tiba-tiba jadi pintar, dan berkata: "Masa'

kampung nelayan itu adalah salah satu pangkalan Shi Tianwang yang berada di laut? Dan para pendekar besar itu pergi ke sana demi Shi Tianwang?"

Chu Liuxiang berkata seraya menghela napas. "Orang yang sepintar kamu ini, kenapa masih ada orang yang mengatakan kau bodoh?"

Hu Tiehua pun berkata seraya menghela napas: "Selama ini aku agak memandang rendah pada pendekar besar Hu itu, tak disangka bahwa ia boleh juga, ternyata punya nyali untuk pergi mencari Shi Tianwang."

"Tahukah kau kenapa ia mau pergi mencari Shi Tianwang?" "Masak bukan untuk membunuh Shi Tianwang?"

"Memang benar untuk membunuh, tapi bukan membunuh Shi Tianwang," kata Chu Liuxiang seraya tersenyum masam.

"Ia pergi untuk memohon pada Shi Tianwang agar membunuh beberapa orang untuk dia."

"Apakah ia membawa hadiah yang amat mahal?" "Tentu saja tidak boleh kekurangan."

"Aku tidak heran betul-betul tidak heran! Pendekar besar macam begini sudah aku lihat banyak!" Kata Hu Tiehua seraya tersenyum mengejek. "Aku kira ketika ia melihat kau, ekspresi wajahnya pasti 'menarik' sekali."

Chu Liuxiang berkata seraya menghela napas: "Omong jujur ya, ekspresi wajah semacam itu aku tidak mau melihat untuk kedua kalinya."

Pertanyaan paling penting adalah: "Apakah pada kali itu Shi Tianwang juga pergi ke kampung nelayan itu?"

"Ya."

"Apakah kau melihat dia?"

"Aku 'kan tidak buta, kenapa bisa tidak melihat dia?" "Ia adalah orang yang macamnya bagaimana?"

Pertanyaan ini setelah lama sekali dipikirkan, Chu Liuxiang Baru bisa menjawab.

"Aku pun tidak tahu dia adalah orang yang macamnya bagaimana? Yang aku bisa beritahukan adalah, pada saat aku betul-betul melihat dia dengan jelas, aku baru mengerti kenapa orang mengatakan ia tidak dapat dibunuh mati!"

"Mengapa?"

"Karena ia bukan satu orang." 000

Pertama kali ketika Chu Liuxiang melihat Shi Tianwang, ialah pada suatu pagi yang cuacanya bagus sekali.

Tentu saja ia datang dengan naik kapal, tapi bukanlah kapal perang raksasa sebagaimana dibayangkan oleh Chu Liuxiang, tapi adalah sebuah kapal nelayan yang biasa, bahkan kelihatan sedikit tua dan lusuh.

Pagi itu cuaca amat cerah, sehingga Chu Liuxiang bisa melihat kapal itu datang dari jauh.

Bentuk kapal itu kelihatannya tidak ada yang istimewa, tapi kecepatan kapal itu jauh lebih cepat dari yang orang pernah lihat! Di kapal itu ada tujuh orang.

Ketujuh orang ini semuanya memakai pakaian nelayan biasa, baju bagian dadanya terbuka, kaki telanjang, semuanya tinggi besar dan tegap.

Begitu kapal merapat di dermaga, mereka meloncat turun dari kapal, dengan bertelanjang kaki berjalan di pantai berpasir. Semuanya punya gerakan yang tangkas dan gagah!

Saat itu masih belum terpikirkan oleh Chu Liuxiang bahwa satu diantara ke tujuh orang itu adalah Shi Tianwang yang nama dan wibawanya menggemparkan tujuh laut!

Di dalam bayangannya, Shi Tianwang tidak seharusnya berpenampilan begini.

Di dalam bayangannya, seharusnya is memakai mahkota emas, memakai baju zirah emas, yang mengikuti dan mengawal dia jumlahnya tak terhitung!

Pokoknya, penampilan yang luar biasa 'wah!

Tetapi Bai Yunsheng memberitahu dia: "Panglima Besar telah datang." "Panglima Besar?" tanya Chu Liuxiang, masih belum paham. "Panglima Besar yang mana?"

"Di sini hanya ada satu Panglima Besar."

Chu Liuxiang baru terkejut dan bertanya: "Apakah Panglima Besar yang anda katakan ini adalah Shi Tianwang?"

 "Ya."

Namun sampai pada saat ini pun, Chu Liuxiang masih tidak dapat mengetahui siapakah di antara tujuh orang itu yang adalah Shi Tianwang!

Dikarenakan pakaian dan dandanan ketujuh orang ini hampir sama, jika dilihat dari jauh, hampir tidak ada bedanya.

Mereka berjalan dengan langkah-langkah besar di pantai pasir itu, setiap orang menghela jala yang terisi penuh hasil tangkapan dari laut.

Kelihatannya mereka hanyalah nelayan-nelayan cekatan yang biasa-biasa saja, paling-paling ya cuma sedikit lebih gempal dari nelayan-nelayan yang lain.

Tetapi nelayan-nelayan di pulau itu, langsung bersorak-sorai, diiringi sorak- sorai mereka masuk ke sebuah rumah besar yang terbuat dari papan kayu, sambil meninggalkan sebaris jejak kaki di pantai pasir.

Chu Liuxiang segera menemukan satu hal yang aneh.

Jejak-jekak kaki yang ditinggalkan ketujuh orang itu ternyata seperti jejak kaki satu orang saja!

Sebab ketujuh orang itu berjalan satu persatu, setiap orang ketika menurunkan kakinya, secara tepat menginjak jejak kaki dari orang yang di depannya! Dan jarak antara setiap jejak kaki adalah sama!

Pada saat itu juga, Chu Liuxiang segera tahu bahwa lawan yang dihadapi ini merupakan lawan yang teramat menakutkan!

Tapi yang betul-betul membikin dia gentar, adalah ketika ia diundang masuk ke rumah besar itu untuk menemui Shi Tianwang.

Belum pernah ada orang yang bisa membikin dia begitu gentar.

Ia pernah menghadapi Xue Yiren yang dijuluki "Pendekar Pedang Tak Terkalahkan', juga pernah menghadapi Shi

Guanyin yang gerakannya sulit diduga seperti gerakan arwah dan setan!

Ia juga pernah bertempur melawan Shuimu Yinji yang disegani seantero dunia persilatan!

Seumur hidupnya penuh dengan pertarungan-pertarungan bahaya yang kalah menangnya hanya ditentukan dalam waktu sekejap mata!

Tetapi ia belum pernah sedemikian gentarnya! 00000

13. Orang Yang Sulit Dimengerti

Rumah kayu itu tinggi besar dan luas, cahayanya cukup dan terang, jendela- jendelanya selalu terbuka, begitu angkat mata langsung bisa terlihat laut yang diterangi sinar matahari.

Angin laut hangat dan basah, beberapa anak yang telanjang bagian atas tubuhnya sedang bermain kulit kerang di pantai pasir, warna kulit tubuh mereka sama dengan ayah dan kakak mereka, berwarna kecoklatan karena terjemur matahari.

Di pinggir laut ada dua pemuda yang sedang memberesi kapal nelayan; Ada beberapa menantu perempuan berkumpul bersama beberapa mertua perempuan, sambil ngobrol santai sambil menambal jala nelayan.

Di dalam kampung nelayan yang kecil itu penuh dengan suasana damai dan tenteram, siapapun tidak menduga bahwa pada hari itu, setiap peristiwa yang terjadi di dalam rumah kayu itu, semuanya dapat menggoncangkan dunia persilatan!

000

Ketika Chu Liuxiang menginjaki butiran-butiran pasir yang lembut, dari bawah sinar matahari masuk ke dalam rumah

kayu itu, barangkali inilah saat dia paling gentar sekaligus paling kecewa!

Selama ini ia tidak percaya bahwa di dalam dunia ini benar-benar ada hal yang tidak sanggup dikerjakan oleh kemampuan manusia, juga tidak percaya bahwa di dunia ini ada orang yang tidak dapat dikalahkan untuk selama-lamanya!

Tapi sekarang ia percaya.

Sebab Shi Tianwang bukan satu orang, tapi tujuh orang!

Ketujuh orang yang barusan dari kapal nelayan berjalan di pantai pasir itu, bukan saja pakaian dan dandanannya persis sama, bahkan sikap, wajah dan bentuk badannya juga persis sama!

Setiap orang dari ketujuh orang itu mungkin saja adalah Shi Tianwang, tetapi siapapun tidak dapat membedakan manakah yang asli!

Sama seperti Makam Naga dari Kaisar Qin Shihuangdi (catatan: kaisar pertama dalam sejarah kuno Tiongkok dan kaisar inilah yang telah mengerahkan ratusan ribu rakyatnya untuk membangun Tembok Raksasa Cina!), Shi Tianwang juga telah mempersiapkan enam orang pengganti dirinya.

Jikalau siapapun tidak dapat membedakan yang manakah Shi Tianwang yang asli, bagaimana mungkin dalam waktu sekejap mata itu bisa membunuh dia!

Jika seseorang tidak dapat memanfaatkan kesempatan dalam waktu sekejap mata itu, maka ia akan kehilangan kesempatan untuk selama-lamanya.

000 Keempat pendekar besar yang lebih dulu sampai di kampung nelayan itu dari Chu Liuxiang, saat itu semuanya juga berada di dalam rumah kayu itu.

Orang yang pertama ditemui Shi Tianwang, adalah seorang usia pertengahan yang berbahu lebar dan berdada tebal, warna wajahnya merah dan kelihatannya amat sehat dan kuat.

Nyata sekali bahwa ia adalah orang yang melatih ilmu kebal sejenis "tiebushan" atau "jinzhongzhao", dan tarafnya cukup tinggi, sehingga keseluruhan orangnya kelihatannya seperti perisai yang terbuat dari besi!

"Kamu adalah Li Dun?" "Betul."

Sikapnya tenang dan penuh rasa percaya diri, ilmu silat dan tenaga luarnya hampir tidak ada tandingannya di daerah sekitar Manchuria, sebab itu walaupun saat itu berhadapan dengan Shi Tianwang yang wibawanya menggetarkan dunia, ia tetap mempertahankan kehormatannya.

"Barang ekspedisi yang aku lindungi itu telah dirampok di daerah kekuasaan Panglima Besar Shi, maka kedatanganku ini hanya minta keadilan dari anda."

"Kamu minta keadilan dari aku?" Shi Tianwang bertanya dingin sambil bersandar di dinding. "Apa yang kau dapat berikan padaku?"

"Aku Li Dun selamanya tak punya apa-apa, cuma punya satu nyawa!" Ia membawa sebuah golok, sebuah golok tajam bikinan ahli!

Orang-orang yang berkenan ditemui Shi Tianwang, bukan saja boleh bawa golok, bahkan senjata apa saja boleh dibawa masuk.

Orang apa saja, senjata apa saja, ia tidak pernah mengindahkannya!

Li Dun mendadak mencabut goloknya, lalu merobek baju depannya, kemudian golok itu dibacokkan ke dadanya.

Ia membacok dengan tenaga besar, namun golok tajam itu hanya meninggalkan sebuah bekas yang nyaris tak kelihatan!

"Bagus! Kamu telah melatih ilmu kebal 'shisan taibao' sampai ke taraf yang lumayan tinggi."

Lalu Shi Tianwang duduk di sebuah kursi kayu yang besar dan lebar.

"Cuma sayangnya aku tidak menginginkan nyawamu." Ia berkata seraya mengibaskan tangan: "Mengingat bahwa kaupun seorang pria gagah, kali ini aku biarkan kau pergi, lain kali jangan datang lagi."

"Aku tidak bisa pergi." Li Dun berkata dengan suara keras. "Barang ekspedisi itu tidak kembali, aku tak akan pergi!" "Apakah kamu mesti minta keadilan dariku?" "Ya!"

Tiba-tiba Shi Tianwang berkata sambil menghela napas:

"Kalau begitu aku tanya, bilamanakah kau pernah melihat ada keadilan di dunia persilatan?"

Li Dun berteriak dengan marah, lalu menubruk dengan membacokkan goloknya, bunyinya seperti guruh, sinar goloknya seperti kilat!

Yang ia serang adalah Shi Tianwang yang lain, tapi Shi Tianwang ini hanya memakai dua jari tangan saja sudah menjepit golok itu! Terdengar bunyi "taaang", patahlah golok itu!

Kemudian golok patah itu menggores dengan ringan, menggores bekas di dada Li Dun hasil bacokan ia sendiri, darah segar segera muncrat dari dadanya!

"Tadi kau membacok dengan tenaga besar pun tidak bisa melukai kau, namun aku menggores dengan ringan saja sudah cukup!" Shi Tianwang berkata dengan suara sayup-sayup: "Menurutmu ini adil atau tidak?"

"Sekarang kau mestinya sudah paham, di dalam dunia ini memang tidak ada keadilan yang mutlak!"

Kata Shi Tianwang yang lainnya. "Kau masih mau minta keadilan apa lagi?"

Wajah Li Dun pucat pasi, lalu mundur ke belakang selangkah demi selangkah, sampai langkah kelima, setengah bagian golok patah yang tersisa di tangannya telah menusuk masuk jantungnya sendiri.

0000

Tapi Jin Zhengjia pergi dalam keadaan hidup-hidup.

"Aku menerima hadiah yang kau bawa, aku juga mau mengerjakan apa yang kau minta." Shi Tianwang berkata:

"Meskipun abangmu Jin Zhengtian adalah kenalan lamaku, tapi dalam hatinya tak pernah menghargaiku, ini pun aku tabu, maka kali ini kau mau datang dan mohon padaku, aku amat senang."

Sewaktu ia berkata demikian, enam orang Shi Tianwang yang lain pun menunjukkan ekspresi yang amat senang!

Tuan muda kedua dari keluarga Jin yang amat terkenal di kalangan persilatan Minnan (Propinsi Hokkian Selatan), ternyata juga datang untuk memohon pada dia, hal ini membuat dia merasa amat tersanjung.

Shi Tianwang yang malang melintang di tujuh laut, ternyata amat memandang tinggi latar belakang keluarga seseorang, barangkali inilah sebabnya mengapa ia ingin sekali menikah dengan seorang putri raja!

Hu Kaishu segera memahami hal ini.

Ia pun anak dari keluarga ternama, ayah dan kakeknya adalah pendekar-pendekar yang ternama, ia pun punya nama yang besar.

"Saya Hu Kaishu, almarhum kakek saya Hu Yuesou, almarhum ayah saya Hu Xing; kami tinggal di kota Youzhou; kali ini saya mempersiapkan sebuah hadiah yang mahal, lalu datang secara khusus untuk menemui Panglima Besar Shi."

"Aku tahu, kamu tidak usah membacakan silsilah kamu, aku tahu semua hal tentang kamu." Shi Tianwang duduk di sebuah dipan pendek dengan membuka kakinya, dan berkata seraya tersenyum: "Aku juga sudah melihat hadiah yang kau bawa itu."

"Apakah Panglima Besar Shi berkenan menerimanya?"

"Tentu saja aku mau terima." Kata Shi Tianwang seraya tertawa: "Hadiah yang demikian mahal ini, jika ada orang yang tidak mau terima, bukankah ia pantas dipukul pantatnya?"

Hu Kaishu ikut-ikutan tertawa, tiba-tiba Shi Tianwang bertanya: "Apakah kau sudah melihat kapal itu? Yaitu kapal yang tadi kami naiki."

"Sudah."

"Itu adalah sebuah kapal bagus." Suara Shi Tianwang penuh dengan pujian dan rasa syukur: "Aku bisa jamin bahwa kapal itu jauh lebih bagus dari fisiknya yang kelihatan, bukan saja ringan dan cepat, bahkan dapat tahan terhadap angin dan ombak yang besar, persediaan air dan makanan di kapal itu pun amat cukup, dan aku akap memberimu dua pelaut yang paling berpengalaman."

"Memberikan padaku?" Hu Kaishu sudah mulai merasa sedikit aneh: "Mengapa?" "Apakah kamu ingin pulang ke Youzhou dalam keadaan hidup?"

"Ingin."

"Kalau begitu kamu hanya bisa pulang dengan kapal itu."

Kata Shi Tianwang: "Asal kau bisa naik ke kapal itu dalam keadaan hidup, kau bisa pulang dalam keadaan hidup."

"Bagaimana dengan hal yang disanggupi Panglima Besar?"

"Hal apa? Aku menyanggupi hal apa?" Air muka Shi Tianwang berubah dan berkata: "Aku hanyalah menyanggupi: memberi 'muka' padamu dan menerima hadiahmu itu."

Hu Kaishu tidak bisa tertawa lagi.

Shi Tianwang berkata dengan tertawa nyaring: "Kau kira aku ini siapa? Dapat mengerjakan hal yang tidak berbudi dan menjual kawan untukmu? Jika aku mengerjakannya, itu pun hanya untukku saja, bagaimana mungkin untuk kamu yang culas dan tak tahu malu?"

Shi Tianwang yang lain yang duduk di dipan pendek itu tibatiba berteriak bagaikan harimau mengaum: "Enyahlah cepat!"

000

Hu Kaishu mundur dan keluar dengan perlahan-lahan.

Sebab ia tahu bahwa seberapa cepatnya dia pun tak akan bisa menandingi cepatnya Shi Tianwang dan Bai Yunsheng.

Dari rumah besar yang sudah ada bau darah itu ia keluar dan masuk ke bawah sinar matahari.

Di luar sinar matahari amat cerah, air laut berwarna biru tua.

Mertua-mertua perempuan dan menantu-menantu perempuan itu masih menambal pakaian robek dan jala bocornya anak-anak dan suami-suami mereka, dengan gerakan yang teratur dan perlahan.

Anak-anak kecil yang tidak memakai baju atas itu, masih bermain dengan kulit kerang yang berwarna-warni di pantai pasir dekat dengan perempuan-perempuan itu.

Dua orang pemuda yang tadinya memberesi kapal nelayan itu, sekarang sudah pergi entah kemana.

Para Shi Tianwang beserta Bai Yunsheng yang terus mengawal di sisi mereka, tetap tinggal di dalam rumah kayu,

tidak menunjukkan tanda-tanda mau mengejar dan menghalangi dia. Semangat Hu Kaishu timbul lagi.

Asal kau bisa naik ke kapal itu dalam keadaan hidup, kau bisa pulang dalam keadaan hidup.

Hal ini tidaklah sulit.

Kapal itu tetap berlabuh di pantai yang dangkal, jaraknya paling banyak belasan meter.

Dalam jarak sedekat ini, sudah tidak ada siapa-siapa yang dapat merintanginya. Bagaimana ia mau melewatkan peluang ini?

Air pasang pagi sudah lama surut, butiran-butiran pasir di pantai sudah terjemur sampai kering, sudah dapat dirasakan kekerasannya ketika diinjak kaki.

Hu Kaishu menjejakkan kakinya dengan kuat, kaki kiri memakai tumit, kaki kanan memakai ujung kaki, dan ketika kedua arus tenaga itu digabungkan, badannya melayang bagai terbang.

Dengan ilmu ringan tubuhnya, dengan tiga sampai lima kali turun naik, ia sudah akan mencapai kapal itu.

Tidak disangka bahwa barusan badannya naik, tiba-tiba ada banyak sekali kulit kerang yang berwarna-warni menyerang ke arahnya bagaikan hujan yang lebat!

Ternyata "hujan kulit kerang" itu berasal dari tangannya anak-anak yang bertelanjang dada itu, angin dan bunyi desingannya bagaikan panah-panah yang dilepaskan oleh busur-busur berpegas kuat!

Karena tenaganya belum habis, Hu Kaishu bersalto di udara untuk menghindar dari "hujan" itu.

Namun tiba-tiba langit seolah-olah jadi gelap, sepertinya tiba-tiba ada awan gelap menutupi sinar matahari. Langit berwarna biru yang amat terang, mana ada awan gelap? Ternyata yang menutupi sinar matahari depan matanya adalah jala-jala ikan yang banyak sekali! Ternyata jala-jala itu ditebar dari Langan mertua-mertua dan menantu-menantu itu, dan kelihatannya persis awan gelap yang bergulung-gulung, dan jalan-jalan mundur di depan belakang dan kiri kanannya Hu Kaishu telah tertutup oleh awan- awan itu!

Tenaganya sudah habis.

Ia sama sekali sudah tidak ada kekuatan untuk menghindar atau menangkis, dan kapal yang dekat di mata itu, sekarang seolah-olah berada jauh di ufuk langit!

Pas pada saat ini, tiba-tiba sebuah kilat terbang kemari, lalu menembusi awan- awan itu dan mengoyakkan jala-jala itu!

Langit berwarna biru yang amat terang, bagaimana kok ada kilat? Ternyata kilat itu adalah sinar terang dari sebuah pedang!

Sinar yang amat terang, pedang yang amat cepat!

Ternyata pedang itu ditikam dari tangannya Situ Ping, yang sejak tadi duduk diam di sana.

Ketika ia duduk diam, bagaikan bukit yang diam, tapi begitu menyerang, pedangnya bagaikan kilat cepatnya!

Siapapun tidak menduga bahwa ia tiba-tiba bisa menyerang, Hu Kaishu pun tidak.

Jala-jala terkoyak, Hu Kaishu berkelebat keluar, dan kapal yang tadinya berada jauh di ufuk langit sudah berada dekat di mata lagi.

Tetapi mendadak Situ Ping juga muncul di depan matanya.

Sebuah wajah yang pucat, sepasang mata yang "dingin", dan sebuah pedang yang tajam.

Dalam saat mati hidupnya di antara satu tarikan napas, Hu Kaishu bisa berkata apa padanya? Paling banyak cuma bisa

berkata satu huruf: "Xie..." (catatan: Xie atau Xiexie artinya: terima kasih)

Lebih-lebih membuat orang tidak menduga ialah, ternyata huruf ini salah diucapkan! Sebab tepat pada saat ia mengucapkan huruf ini, Situ Ping yang memandangnya dengan mata "dingin" itu, pedangnya telah menikam dan menembusi jantungnya!

Kemudian Situ Ping duduk kembali, duduk diam di kursi yang tadi ia duduki, seolah-olah tidak terjadi apapun.

Sayangnya siapapun tidak dapat menyangkal bahwa telah terjadi sesuatu, bahkan sesuatu yang tak dapat dipahami dan dijelaskan oleh siapapun.

Ia telah menyelamatkan Hu Kaishu, tapi mengapa lalu membunuhnya? 000

"Situ Ping." Shi Tianwang yang berkata-kata ini, sejak tadi berdiri bagaikan arca di sebuah pojok yang paling dalam dari rumah kayu ini, dari sini bukan saja bisa melihat setiap gerak-gerik dari setiap orang, juga bisa melihat laut.

"Kau Situ Ping yang disebut orang sebagai: Jago Pedang nomor satu dari generasi muda?"

"Tidak bisa dikatakan nomor satu, tetapi juga tidak bisa dikatakan nomor dua." Kata Situ Ping.

"Bedanya nomor satu dan nomor dua, cuma ditentukan oleh waktu sekejap mata saja."

"Perkataan yang bagus."

"Perkataanku tidak bagus, tapi jujur." "Kamu datang mau mengabdi padaku?"

"Saya datang bukan mengabdi pada anda, tapi pada laut."

  "Laut lebih kejam dan tanpa belas kasihan dariku."

"Saya tabu." Kata Situ Ping. "Justru sebab saya tahu, maka saya baru berbuat demikian."

"Mengapa?"

"Sebab laut tidak ada belas kasihan, dan angin serta ombak di laut berubah-rubah dalam waktu singkat, seperti pedang. Hanya di lautlah ilmu pedang saya bisa maju pesat."

"Pikiranmu ini tidak salah, tapi tadi tindakanmu salah." Shi Tianwang berkata dengan sikap dingin: "Sebab jika seseorang sudah mati, maka ilmu pedangnya tidak bisa maju pesat."

"Saya tahu."

"Di laut, orang yang membangkang padaku adalah orang yang akan mati." "Saya tahu."

"Kamu juga tahu bahwa aku mau membunuh Hu Kaishu, kenapa kamu menyelamatkannya?"

"Ia juga belajar ilmu pedang, saya tidak dapat melihat ia mati di tangannya wanita dan anak-anak. Saya membunuhnya, karena ia pasti akan mati, jika begitu, lebih baik mati di bawah pedang saya saja."

"Kalau kamu?" Tanya Shi Tianwang: "Jika kamu mati, mau mati di tangan siapa?"

Situ Ping dengan dingin memandang dia dan lain-lain, lama sekali baru berkata sambil tersenyum dingin. "anda tidak layak menanyakan kalimat ini, anda semua tidak layak!"

"Mengapa?"

"Sebab siapapun kalian tidak berani mengakui dirinya adalah Shi Tianwang."

Chu Liuxiang sudah mulai menguatirkan keselamatannya pemuda yang berani dan keras hati ini. Ia percaya bahwa belum pernah ada orang yang berani berbuat kurang ajar di depannya Shi Tianwang! "Di laut, orang yang berani membangkang pada Shi Tianwang adalah orang yang akan mati!" Kalimat ini sedikitpun tidak salah!

Tidak disangka Shi Tianwang malahan tertawa terbahak-bahak dan berkata: "Bogus! Bocah, kau sungguh pemberani!

Di antara para anak buahku, orang yang seberani kau sungguh tidak banyak."

Ia menatap Situ Ping dan berkata: "Orang yang semacam kau datang mengabdi padaku, kalau aku bunuh kau, aku tidak pantas dipanggil "Panglima Besar" lagi, dan siapakah yang masih rela berjuang dengan menyabung nyawa bagiku?"

Ternyata Shi Tianwang dengan begitu mudah melepaskan pemuda itu serta menerimanya.

Dalam hati Chu Liuxiang tiba-tiba mulai merasa ragu-ragu.

Apa benar Shi Tianwang adalah orang yang kejam dan ganas sebagaimana cerita orang?

Di dalam dunia ini barangkali tiada orang yang benar-benar dapat memahami dia, sama dengan tiada orang yang dapat membedakan yang mana Shi Tianwang yang sesungguhnya.

"Pendek Harum Chu."

Tiba-tiba Shi Tianwang berhadapan dengan Chu Liuxiang dengan sikap yang amat sopan, kata-katanya juga amat halus, seolah-olah berubah lagi menjadi orang yang lain.

"Kepandaian anda, nomor satu di dunia, dan semua orang tahu ketenaran nama anda! Namun bolehkah tahu maksud kedatangan anda?"

"Kata-kata Panglima Besar Shi betul-betul teramat ramah."

Chu Liuxiang berkata seraya tersenyum masam: "Sebenarnya saya juga seharusnya mengucapkan kata-kata yang enak didengar, cuma sayangnya tidak bisa."

"Mengapa?"

"Karena maksud kedatangan saya betul-betul tidak terlalu bagus." "Oh?"

"Sebenarnya saya datang untuk membunuh anda." Kata Chu Liuxiang sambil menghela napas: "Cuma sayangnya sekarang saya mau tidak mau mesti merubah niat semula."

"Mengapa?"

"Karena saya sama sekali tidak bisa membedakan siapa yang saya mesti bunuh?"

Ternyata Shi Tianwang juga berkata seraya menghela napas. "Saya paham maksud anda, ini benar-benar hal yang menyakitkan kepala, saya percaya masih ada banyak orang yang sama seperti anda, yang kepalanya sakit sekali karena hal ini." "Panglima Besar Shi berbuat begini, apakah memang untuk membuat orang sakit kepala?"

Shi Tianwang tertawa terbahak-bahak lagi, lalu berkata:

"Kepala sakit itu urusan kecil, tapi kepala dipenggal itu urusan besar! Demi melindungi kepala saya, ya saya cuma bisa berbuat demikian. Apakah Pendekar Harum juga setuju hal ini?"

"Saya setuju. Di dalam situasi dan kondisi anda ini, siapapun tidak dapat mengatakan bahwa tindakan anda tidak betul."

Shi Tianwang berkata dengan mata berbinar-binar: "Kalau begitu sekarang anda mau melakukan apa?"

Tiada seorang pun yang tahu sekarang Chu Liuxiang seharusnya melakukan apa, bahkan Chu Liuxiang sendiri pun tidak tahu.

Banyak kali ia terjebak ke dalam situasi sulit dan berbahaya, namun tiap kali ia dapat berusaha untuk melepaskan diri.

 Tetapi kali ini beda.

Kali ini ia berada di sebuah pulau terpencil yang empat jurusannya dikelilingi laut, pada kali ini ia bahkan tidak tahu siapakah lawannya yang sesungguhnya!

Chu Liuxiang mulai mengelus-elus hidung lagi.

"Saya bisa berusaha menerobos keluar, saya juga bisa bertempur melawan kalian." Ia berkata seraya tersenyum kecut: "Namun sayang semua cara ini tidab baik."

"Apakah anda masih ada gagasan baik yang lain?" "Tidak ada."

"Saya ada." Shi Tianwang berkata seraya tersenyum. "Apa itu?"

"Kenapa kita tidak menyuruh orang membawa datang beberapa puluh guci arak bagus, minum sampai puas baru ngomong yang lain?"

Chu Liuxiang juga tersenyum: "Gagasan ini kedengarannya bagus juga." Lalu mereka mulai minum, dan terus minum.

Arak yang mereka minum sungguh tidak sedikit.

Ketika sudah hampir mabuk, Chu Liuxiang sepertinya mendengar Shi Tianwang sedang berkata pada dia: "Anda mesti mnum lebih banyak lagi, anggaplah minum arak pernikahan saya."

Saat ini ia hanya ingin mencari sesuatu tempat untuk makan sesuatu serta minum sedikit arak.

Tiba-tiba ia menemukan bahwa "Galah Bambu Hitam" dan Xue Chuanxin berbaur di antara orang-orang itu.

Ia mau pergi menyapa mereka, namun mereka seolah-olah sudah tidak mengenali ia lagi. Seorang anak perempuan kecil yang ia belum pernah ketemu, sedang menarik-narik ujung bajunya dan memohon ia mau membeli barang di rumahnya.

"Rumah kami bukan saja ada nasi, mie dan arak, juga ada kepiting yang amat besar dan ikan yang masih hidup."

Anak kecil itu memiliki rupa yang mengundang rasa belaskasihan, dan sepasang tangan kecilnya menarik-narik baju Chu Liuxiang hingga mau sobek, tampaknya rumahnya memang betul-betul butuh tamu atau pelanggan yang kaya macam Chu Liuxiang.

Xue Chuanxin dan "Galah Bambu Hitam" sudah tidak kelihatan lagi, entah bersembunyi dimana?

Chu Liuxiang menuruti saja dibawa pergi oleh anak kecil itu, dan dibawa sampai ke sebuah depot kecil yang terbuat secara sementara dari rumah nelayan.

Rumah ini memang betul-betul butuh pembeli untuk beli barang mereka, dikarenakan depot-depot yang lain usahanya ramai, tapi di dalam depot ini seorang pembeli pun tidak ada.

Chu Liuxiang menghela sebuah napas yang panjang.

Depot maupun restoran yang sepi pembeli, makanannya umumnya tidak akan terlalu enak.

Sayang ia telah tiba disini.

"Di tempat kalian ada ikan apa? Aku minta seekor ikan dimasak dengan kuah, seekor ikan dimasak angsio, dan seekor ikan digoreng."

Anak kecil perempuan itu menggoyangkan kepalanya dan berkata: "Di tempat kami ini tidak ada ikan dan arak." Ia tertawa cekikikan: "Tadi itu saya membohongi anda."

000

Matahari pada senja, hari merahnya bagai api, dan sinarnya membuat air laut seolahlolah menjadi berwarna merah, kelihatannya seperti arak anggur yang merah menyala.

Chu Liuxiang sudah bangun. Meskipun ia bukan bangun di tepi sungai yang penuh dengan pohon willow, tetapi pemandangan di pantai pasir jauh lebih luas dan menakjubkan.

Bai Yunsheng datang pada saat tidak diketahui. "Anda sudah bangun?"

"Seberapa mabuknya seseorang pun pasti akan bangun juga."

Kata Chu Liuxiang. "Saya pernah mabuk, maka saya bisa bangun." "Kalau begitu bagaimana dengan orang yang tidak mabuk?"

Bai Yunsheng bertanya sambil tersenyum. "Apakah orang yang tidak pernah mabuk tidak bisa bangun?"

"Betul." Chu Liuxiang berkata dengan sikap sungguh-sungguh: "Di dalam dunia ini memang ada banyak hal yang demikian."

Sikap Bai Yunsheng juga berubah jadi serius dan berkata: "Betul, memang demikian."

"Apakah Shi Tianwang sudah pergi?" Chu Liuxiang mendadak bertanya. "Apakah Putri Pedang Giok sudah diantar ke tempat dia?"

"Ya. Dua hari lagi adalah pernikahan mereka."

Chu Liuxiang memandang awan teja yang kian redup di ufuk langit, lama sekali baru berkata dengan pelan-pelan.

"Saya tidak bisa menghalangi Putri Pedang Giok, juga tidak bisa membunuh Shi Tianwang, kali ini saya gagal total!"

Ia bertanya: "Apakah anda tahu bahwa ini adalah kegagalan saya yang pertama kali?"

"Saya bisa menduganya."

Chu Liuxiang menatap dia lama sekali, lalu berkata seraya tersenyum: "Kalau begitu saya beritahu anda: Seseorang sekali-kali menyicipi rasa kegagalan, juga bukan sesuatu yang jelek."

"Saya tahu."

"Apakah anda betul-betul tahu?"

"Orang yang tidak pernah kalah, bagaimana bisa menang? Bukankah di dalam dunia ini ada banyak hal yang demikian?" Kapal telah disiapkan.

"Berapapun jauhnya mengantar anda, tetap harus berpisah.

Hari ini kita berpisah, tidak tahu kapan lagi baru dapat bertemu lagi?" Bai Yunsheng meriggenggam erat tangannya Chu Liuxiang dan berkata: "Anda mesti menjaga diri dengan baik!"

Chu Liuxiang berkata seraya tersenyum: "Tenang! Saya tidak akan karena gagal sekali, saking sedihnya lalu meloncat ke laut."

000

Tempat berlabuhnya kapal laut itu, asalnya juga sebuah kampung nelayan yang miskin, tetapi hari ini kelihatannya jauh lebih ramai dari biasanya, di dalam kampung penuh dengan warung-warung makanan kecil, dan setiap warung usahanya cukup ramai. Meskipun orang-orang yang makan di warung-warung itu berpakaian nelayan, namun Chu Liuxiang segera bisa tahu bahwa sebagian besar dari mereka bukan mencari nafkah hidupnya dari menangkap ikan.

Tidak diragukan lagi bahwa di tempat ini sudah terjadi lagi sebuah peristiwa yang aneh, namun saat ini Chu Liuxiang sudah kehilangan sama sekali minat untuk mencampuri urusan orang lain. Ia tersenyum masam.

Seseorang kalau lagi sial, hal-hal yang seaneh apapun juga bisa dijumpai.

Di balik tirai dari sebuh kamar yang ada di belakang sebuah warung, ada seorang perempuan yang berkata sambil tertawa:

"Belakangan ini anda pasti makan ikan tiap hari, apa belum bosan? Apakah anda tidak ingin makan sedikit bebek bakar, ham, dan ayam tim jamur?"

Ia terkesiap.

Ia pernah mendengar suara perempuan ini; yang setelah dengar lalu tak pernah dilupakannya!

"Tuan Du! Andakah itu?"

Rumah sederhana itu telah disapu bersih sekali, sebab Tuan Du adalah orang yang amat memperhatikan kebersihan.

Di atas sebuah meja kayu tetap ada sebotol bunga kamelia putih yang berkuntum- delapan, dan Tuan Du masih tetap begitu anggun!

"Pendekar Harum pasti tidak menduga bahwa saya bisa berada di sini." Ia berkata seraya tersenyum, dan senyumannya bagai bunga kamelia. "Tetapi saya terus berharap anda bisa datang kemari."

"Sebenarnya saya mestinya sudah bisa menduganya, yaitu pada saat saya melihat Xue Chuanxin."

Orang-orang asing yang ada di kampung ini, tentu saja dibawa datang oleh Tuan Du. Kampung ini bisa jadi ramai, karena kedatangan banyak pembeli ini.

"Boleh tahu untuk apa Tuan Du datang kesini?" "Kami sedang menunggu berita."

"Berita apa?"

Tuan Du mengelak pertanyaan ini, tapi berkata seraya menghela napas: "Sayang Hu Tiehua sudah pergi, tidak tahu apakah karena mau buru-buru pergi mencari arak, atau karena mau buru-buru pergi mencari anda, baru saja mengantar si Putri Raja naik ke kapal, ia segera kehilangan bayangannya."

Putri Raja sudah naik ke kapal, saat ini mungkin sudah berada di dalam pelukannya Shi Tianwang.

Shi Tianwang yang mana ya?

Chu Liuxiang tidak mau menyinggung lagi hal ini, hatinya sedang sakit bagai ditikam pisau, satu-satunya hal yang agak memberi dia penghiburan ialah: "Desas- desus di dunia persilatan, ada yang tidak benar, Shi Tianwang bukanlah orang yang kasar, kejam dan jahat sebagaimana katanya orang."

"Oh?" "Ini saya lihat dengan mata kepala sendiri, saya mesti beritahu anda." Tuan Du tersenyum samar-samar.

"Namun apakah anda pernah berpikir, bahwa ini mungkin saja ia sengaja berpura- pura untuk dilihat anda?" Nada suaranya makin dingin. "Jelas-jelas ia dapat membunuh anda, tapi malahan melepaskan anda, sangat mungkin karena ia menginginkan anda mengucapkan kata-kata semacam ini bagi dia di depan orang- orang dari dunia persilatan."

Ia bertanya lagi sambil tersenyum dingin: "Di dalam dunia persilatan, siapakah yang mempunyai kawan yang lebih banyak dari Pendekar Harum Chu? Perkataan siapakah yang lebih bisa dipercayai dari Pendekar Harum? Shi Tianwang dapat menemukan orang semacam anda untuk berkata yang baik-baik tentang dia, ini betul-betul rejekinya!"

Ketika Chu Liuxiang merasa hatinya kian risau, tiba-tiba dari luar kampung terdengar gemuruh bunyi sorak-sorai, yang datang dari pantai laut seberang.

Mata Tuan Du mulai berbinar-binar.

Si anak perempuan kecil yang memiliki wajah yang mengundang rasa kasihan itu, masuk bagaikan burung kecil yang terbang, lalu berkata sambil terengah-engah: "Berita

sudah tiba! Putri Raja telah berhasil! Dua malam yang lalu ia berhasil memenggal kepalanya Shi Tianwang!"

Pada waktu sekejap ini, semua hal tiba-tiba seperti kembang api meletus di dalam hati Chu Liuxiang.

Siapakah yang dapat membunuh Shi Tianwang? Siapakah yang dapat membedakan Shi Tianwang yang sebenarnya?

Hanya istrinya!

Tidak ada seorang pria, pada malam pengantin, menyuruh pria lain menggantikannya!

Inilah tujuan sebenarnya mengapa Putri Pedang Giok harus menikah dengan Shi Tianwang.

Oleh sebab itu, semalam menjelang keberangkatannya, ia bisa dan mau menyerahkan dirinya kepada orang yang sungguh ia cintai!

Rumah kecil di sisi danau, cahaya rembulan di atas danau, malam asyik-masyuk yang tak akan dilupakan itu, gadis yang menahan kepedihan hatinya dan mengorbankan dirinya untuk orang lain, dan bulan sabit berwarna merah darah yang melengkung itu, sekarang semuanya sudah lenyap bagaikan meteor!

Hati Chu Liuxiang juga mau meletus bagaikan kembang api, namun Tuan Du menggenggam erat-erat tangannya Chu Liuxiang.

"Kita berhasil! Akhirnya kita berhasil! Pengorbanan kita semua tidak sia-sia!" Ia berkata seraya tersenyum manis.

"Saya tahu anda sudah mengira kali ini anda gagal total, namun kali ini pun anda tidak gagal, yang gagal adalah Shi Tianwang." Dengan dingin Chu Liuxiang menatapnya, menatapnya lama sekali, baru berkata dengan semacam nada suara yang hampir tidak ada perasaan: "Ya."

"00 TAMAT 00"
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar