Legenda Bunga Persik Jilid 06

 
Sebab berhadapan dengan seorang lawan yang tak kelihatan, dan berhadapan dengan sebuah situasi yang setiap saat bisa terjadi namun tidak bisa diprediksi itu, tenaga pikiran dan tenaga fisiknya terkuras lebih banyak dari ketika ia mengayunkan pedang untuk melancarkan serangan!

Yang lebih menakutkan adalah keadaan mentalnya sudah mendekati keruntuhan!

Ia tidak berdaya menahan tekanan ini. Siapapun tidak berdaya, sinar matanya mulai redup, ujung pedangnya tadi menghadap ke bawah, sekarang mendadak diangkat tinggi-tinggi.

Tepat pada saat ini, dari dalam rimba gelap itu tiba-tiba terdengar kata-kata yang disertai keluhan panjang: "Kau mati, kau sudah mati!"

Ada seorang yang berkata dengan penuh kepiluan:

"Seandainya Pendekar Harum Chu sama seperti kau suka membunuh, maka pada saat ini kau sudah menjadi orang mati! Aku betul-betul tidak mengira bahwa Chunlei Yici - ninja nomor satu dari Yihe (catatan: nama tempat di Jepang), yang punya julukan 'tak terkalahkan', kali ini ternyata kalah dengan begitu menyakitkan! Pendekar Harum Chu belum menyerang, tapi kau sudah kalah di tangannya! Sungguh teramat sayang!"

Ketika mengucapkan kalimat yang terakhir, suara orang ini sudah pergi jauh.

Tiba-tiba Chunlei Yici duduk di atas tanah yang becek, tibatiba menghunus sebilah pedang pendek dari ikatan pinggangnya, lalu menikam perutnya sendiri!

Ada seorang gadis yang memakai payung kertas minyak berwarna merah terang, keluar dari dalam rimba gelap itu dengan langkah ringan, dan ternyata gadis yang mengenakan pakaian yang penuh bersulaman bunga sakura ini adalah Yingzi.

Mata pedang mengiris perut dari kiri ke kanan, dan darah menyembur laksana anak panah!

Tetapi nona Yingzi sama sekali tidak melihatnya, malahan tersenyum manis ke arah sebuah pohon yang letaknya agak jauh, dan berkata sambil memberi hormat yang takzim:

"Pendekar Harum Chu, pada malam ini ketika lampu sudah dinyalakan, ada seseorang yang menantikan kehadiran anda di tempatnya nona Qing di Wisma 'Lupa Perasaan', saya pun berharap anda bisa pergi ke sana, tapi tidak tahu apakah Pendekar Harum berani pergi?" (Catatan: nona Qing, nama seorang wanita penghibur kelas tinggi, Wisma 'Lupa Perasaan' nama sebuah tempat penghiburan).

000

Gelas kristal yang mengkilat, kecapi tujuh dawai yang berbentuk indah, di atas dinding yang berwarna merah pink itu tergantung sepasang sajak kuplet yang ditulis seorang ahli. Seorang tua berambut putih yang kurus dan kate, mengangkat gelas sebagai tanda memberi hormat kepada Chu Liuxiang, dengan semacam sikap yang sopan dan anggun sekali.

"Saya adalah Shitian Zhaiyan Zuoweimen, meskipun tinggal lama di negeri Jepang yang kecil, tapi sudah lama mengagumi nama besar dari Pendekar Harum," katanya.

"Pada pagi ini, saya beruntung dapat menyaksikan anda dengan jurus pedang yang tidak berbunyi, tidak berbentuk, tidak berbayangan, dan tidak bergerak, telah mengalahkan ilmu pedangnya Yici yang memiliki kekuatan dahsyat laksana guntur musim semi! Sehingga saya kian memahami taraf tertinggi dari seni silat, yaitu mengalahkan 'gerak' dengan

'diam', menghadapi '10.000 perubahan' dengan 'tanpa perubahan', betul-betul membuat mata saya lebih tercelik lagi!"

Ia sudah tua sekali, badannya juga kelihatan amat ringkih, nada bahasanya cukup kaku, namun bagi seorang tua dari negara asing yang mampu berbicara dengan bahasa Tionghoa yang sebagus ini bukanlah suatu hal yang mudah.

Hanya mendengar kata-katanya saja, sudah bisa tahu bahwa ia telah mencapai taraf yang amat tinggi baik di sinologi maupun di seni silat!

Dari sepasang matanya yang berbinar-binar, juga bisa terlihat bahwa di dalam tubuhnya yang ringkih itu masih terdapat kemauan yang keras, dan semacam rasa percaya diri dan hormat diri yang tak boleh dilanggar!

Chu Liuxiang berkata sambil tersenyum: "Tuan Shitianzhai betul-betul ramah sekali, cuma sayang bahwa saya bukan orang yang

terlalu bisa ramah-ramahan, dan punya semacam penyakit." "Pendekar Harum juga bisa sakit? Sakit apa?"

"Sakit kepala. Begitu saya dengar orang lain mengucapkan kata-kata yang ramah, kepala saya langsung sakitnya bukan main."

Shitianzhai juga tersenyum, lalu berkata: "Jika begitu saya tidak akan berputar- putar lagi. Tahukah anda siapa yang menyuruh Yici untuk membunuh anda?"

"Saya tahu, yaitu anda!"

"Mengapa saya mau menyuruh dia untuk membunuh anda?"

Ia sendiri yang menjawab pertanyaan ini: "Sebab saya mau tahu apakah anda betul- betul memiliki kehebatan yang luar biasa sebagaimana dikatakan oleh orang banyak!"

"Mengapa anda mau membuktikan hal ini?"

"Sebab saya ingin anda pergi membunuh seorang untuk saya." "Membunuh siapa?" "Shi Tianwang."

"Mengapa anda ingin membunuhnya?" Tanya Chu Liuxiang. "Mengapa tidak membiarkan dia untuk melawan kami?"

"Saya mau membunuh dia, itu hanya urusan dendam pribadi di antara kami berdua." Sikap bicara orang tua itu masih begitu lemah lembut: "Saya sudah hidup terlalu lama, dan satu-satunya keinginan saya semasa saya masih hidup, ialah berharap dapat melihat ia lebih dulu mati dari saya."

Dengan sepasang matanya yang berbinar-binar itu ia menatap Chu Liuxiang, lalu berkata: "Tentu saja sangat tidak mudah mau membunuhnya, satu-satunya orang yang sanggup melakukannya mungkin adalah anda! Namun saya pun tahu bahwa sama tidak mudahnya untuk meminta anda pergi membunuhnya."

Tiba-tiba ia bertepuk tangan, dan nona Yingzi segera masuk dengan membawa sebuah peti.

"Saya tahu bahwa ia telah membeli sebuah peti dengan harga 300.000 tael," kata orang tua itu. "Tapi saya percaya bahwa harga peti ini barangkali masih lebih dari 300.000 tael."

Ia membuka peti itu, ternyata dalamnya penuh dengan mutiara dan batu giok yang berkualitas tinggi!

Chu Liuxiang berkata sambil menghela napas panjang:

"Peti ini barangkali paling sedikit juga bernilai 1.500.000 tael!

Sekalipun ini adalah barang haram, jika dijual kepada tukang tadah, juga bisa laku 700.000 sampai 800.000 tael!"

Shitianzhai berkata sambil tepuk tangan: "Pandangan mata anda memang jeli sekali! Namun cara saya menilai agak berbeda dengan anda."

"Berbeda dalam hal apa?"

"Cara saya adalah menilai dengan orang. Saya selalu suka menilai orang. Saya perhitungkan bahwa harga peti ini sudah bisa membeli keperawanan 3.000 anak dara! Juga sudah bisa

membeli jumlah orang gagah berani yang sama, yang rela mempertaruhkan nyawa mereka bagi saya!"

Mutiara-mutiara dan batu-batu giok dalam peti itu kelihatannya makin bergemerlapan di bawah sinar lampu, bahkan Chu Liuxiang sampai termangu-mangu memandangnya!

Shitianzhai memandangnya dengan memicingkan mata, lalu berkata seraya tersenyum: "Sekarang peti ini adalah milik anda! Jikalau anda berhasil melaksanakan hal yang saya minta tadi, masih ada satu peti yang sama yang akan jadi milik anda!"

Tiba-tiba Chu Liuxiang tersenyum, lalu berkata sambil tepuk tangan juga: "Xiaoqing, di manakah kau? Bisakah kau masuk sebentar?" (Catatan: Xiaoqing adalah panggilan kesayangan dari nona Qing).

000

Tentu saja Xiaoqing bisa masuk.

Jikalau ia tidak berada disini, bagaimana bisa tempat ini bernama Wisma 'Lupa Perasaan'? Jikalau ia tidak berada disini, ada siapa yang mau datang ke tempat ini? Sebenarnya Xiaoqing bukanlah wanita yang terlalu cantik, matanya tidaklah besar, mulutnya tidaklah kecil, bahkan badannya agak kurus.

Namun ia sanggup membuat banyak orang tidak bisa melupakannya!

Sebab setiap orang yang melihatnya akan merasa bahwa ia memiliki sesuatu keistimewaan, sesuatu yang berbeda dengan wanita yang lain!

Tentu saja ia pun memiliki persamaan dengan wanita-wanita yang lain, yaitu ketika melihat barang-barang permata, matanya juga bisa bersinar terang!

"Barang-barang di dalam peti ini paling sedikit bernilai 1.500.000 tael," tanya Chu Liuxiang. "Andaikata pak tua ini mau memberikan peti ini padamu, apakah kamu mau menemani dia tidur?"

"Bagaimana aku tidak mau?"

Suaranya Xiaoqing begitu empuk dan begitu lemah lembut:

"Pekerjaanku memanglah demikian, tapi bagi kami orang wanita yang bekerja demikian, seumur hidup pun tak akan bisa memperoleh uang sedemikian banyak! Seandainya itu bisa diperoleh hanya dalam waktu semalam, menyuruh saya melakukan apa saja juga mau!" Ia berkata sambil menghela napas. "Hanya sayang bahwa malam ini saya tidak bisa memperolehnya."

"Mengapa?"

Tubuh Xiaoqing yang empuk itu bersandar di tubuh Chu Liuxiang, memakai jari tangannya yang empuk itu untuk mengeluselus hidung Chu Liuxiang dan berkata: "Sebab malam ini ada anda, saya mau menemani anda!"

Tiba-tiba air muka Shitianzhai berubah jadi pucat, sebab ia telah menangkap maksudnya Chu Liuxiang.

Dengan jari tangannya yang keras Chu Liuxiang mendorong peti itu sampai kedepannya Shitianzhai.

"Kelihatannya malam ini anda telah hilang harapannya, baik itu cari perempuan untuk menemani tidur, maupun cari orang untuk bekerja bagi anda dengan taruhan nyawa."

Wajah senyumannya juga amat ramah dan sopan.

"Karena itu lebih baik anda pergi saja. Cepatlah pergi dengan peti ini, "kata Chu Liuxiang sambil tersenyum. "Sebab saya bisa jamin, besok malam pun barangkali anda juga tidak berpengharapan."

000

Belum sampai tengah malam Chu Liuxiang sudah tidur, bukan tidur di ranjangnya Xiaoqing, tapi tidur di dalam sebuah kereta.

Ia suka tidur di dalam kendaraan, ketika bangun sudah sampai di tempat lain, mungkin suatu tempat yang belum pernah ia datangi. Menurutnya ini semacam perasaan yang menyenangkan juga!

Naik kendaraan dan tidur memang hal-hal yang menjemukan, juga pemborosan waktu, tapi setelah keduanya digabung olehnya, lalu berubah jadi menarik.

Didalam dunia ini ada banyak hal yang memang demikian, di dalam hidup manusia ini memang terdapat banyak hal yang tidak menyenangkan, siapapun tidak kuasa untuk menghindarinya! Namun bagi seorang yang betul-betul mengerti untuk menikmati hidup, ia akan berusaha memikirkan cara untuk memperbaikinya.

Kereta ringan yang ditarik kuda-kuda kuat itu berlari kencang, tetap saja Chu Liuxiang tidur dengan amat pulas.

Tiba-tiba jendela kereta dibuka dengan amat ringan, lalu masuklah seseorang dari ujung kereta seperti seekor ular.

Pinggangnya ramping, lemas dan lincah, sepasang kaki panjangnya gempal dan bisa 'ngeper'.

Ia duduk di depannya Chu Liuxiang dengan gerakan yang teramat ringan, lalu menatap Chu Liuxiang dengan sepasang mata besar nan bening, dan menatapnya lama sekali.

Chu Liuxiang sepertinya tidak tahu sama sekali.

Tidurnya seperti seekor kucing malas, bukanlah hal yang mudah untuk membangunkan kucing malas yang sedang tidur, namun nona Yingzi kita ini selalu saja ada akalnya.

Pertama-pertama ia ingin memberikan sedikit bau amis ikan kepada kucing malas ini.

Seekor kucing ketika mencium bau amis ikan masih tidak bisa bangun, maka itu bukan kucing malas, tapi kucing mati!

Di tempat ini tidak ada ikan, lalu bau amis ikan datang darimana?

Yaitu dengan Yingzi berubah dulu jadi seekor ikan, seekor ikan yang paling disukai kucing malas macam Chu Liuxiang ini!

Dan ternyata Chu Liuxiang segera saja sudah tidak tahan!

Meskipun matanya masih dipejam, tapi tangannya telah menangkap tangan 'ikan' itu dan berkata: "Jangan demikian, jika tidak aku akan pukul pantatmu."

Yingzi berkata sambil tertawa cekikikan: "Saya sudah tahu bahwa anda tidak tidur benaran, tapi jika anda tidak cepat buka mata, mungkin saja saya akan memakan anda!"

Kucing makan ikan, ikan kadang-kadang bisa makan kucing dan manusia!

Chu Liuxiang menghela napas, buka mata, mengelus-elus hidung sambil berkata: "Bisakah memberitahukanku, mengapa mesti membangunkan aku? Mengapa tak biarkan aku tidur?"

"Saya tidak bisa tidur, anda pun tidak boleh tidur." "Kenapa kau tidak bisa tidur?"

"Saya ada beban pikiran." "Kau ada beban pikiran?" Chu Liuxiang seolah-olah merasa heran. "Bagaimana kau bisa ada beban pikiran?"

"Sebab aku telah mendengar sejumlah kata-kata yang tidak semestinya didengar," kata Yingzi. "Sebenarnya anda pun tak akan membiarkan saya mendengar kata-kata itu, hanya sayangnya malam itu ketika anda minum arak di atas atap rumah, minumnya terlalu nikmat, sampai lupa bahwa di dekatnya ada seorang wanita yang pernah belajar ninjutsu selama 17 tahun! Yang sama seperti anda, seorang ahli menguping mendengarkan percakapan orang lain!"

Chu Liuxiang berkata sambil tersenyum masam. "Jadi kau telah mendengar seluruh percakapan kami pada malam itu?"

"Dikarenakan saya telah mendengarnya, maka saya merasa heran. Jelas-jelas bahwa anda telah mengambil keputusan untuk pergi mencari Shi Tianwang, lalu ketika diminta oleh Shitianzhai, mengapa anda malah menolaknya?

Itu adalah 1.500.000 tael uang perak, bukan 150 tael lho!

Kenapa anda tidak menerimanya? Masak anda menduga ia adalah orang yang terlalu baik, sehingga tidak tega mengambil uangnya?"

"Barangkali."

"Lalu kenapa anda memaksa dan mengambil uang 300.000 tael dari saya seorang wanita yang patut dikasihani?"

"Disebabkan kau bukan saja mengintip orang mandi, bahkan memasukkan dia kedalam peti."

Yingzi menatapnya lama sekali, baru berkata seraya menghela napas. "Saya tahu anda tidak berkata sebenarnya.

Anda tidak mau menerima uang Shitianzhai, hanya karena anda sebal kepada orang- orang macam dia, dan tidak sudi bekerja baginya. Jikalau anda sebal pada seseorang, sekalipun ia menumpukkan uang setinggi gunung pun anda juga tak akan meliriknya!"

Chu Liuxiang berkata seraya tersenyum: " jika demikian, kalau aku mau terima uangmu, pasti karena aku suka kamu!"

Yingzi menatapnya lagi, lama sekali baru berkata: "Saya pun suka anda, menyukai anda lebih dari siapapun, tentu saja lebih dari putri raja yang menyukai anda! Saya pun tahu bahwa anda suka saya itu palsu, namun saya suka anda itu sedikitpun tidak palsu!"

Ia menggenggam tangannya Chu Liuxiang dan berkata:

"Tetapi saya betul-betul tidak mengerti anda. Shitianzhai mau melawan Shi Tianwang, sebab Shi Tianwang telah merebut gundik kesayangannya. Lalu anda demi apa? Masa' betulbetul demi putri raja itu?"

Chu Liuxiang tidak menjawab, bahkan balik bertanya: "Gundik kesayangannya Shitianzhai telah direbut Shi Tianwang, maka ia menyuruh kau pergi menculik calon istrinya Shi Tianwang. Tetapi di dalam desa Gunung Pedang Giok banyak sekali pesilat tangguh, kamu kok bisa memasukkan dia ke dalam peti dan dibawa keluar?"

"Tiga bulan yang lalu saya menggantikan pekerjaan Xiang'er." Yingzi memberi penjelasan. "Xiang'er adalah seorang pelayan wanita yang khusus melayani mandinya putri raja itu,"

Ia melanjutkan sambil tersenyum dan mengedipkan matanya: "Barangkali anda tidak tahu bahwa ia adalah orang yang sangat suka bersih, baju yang telah diganti sangat jarang dipakai untuk kedua kalinya, dan sering suruh saya memberikan baju bekas pakaiannya sepeti demi sepeti pada orang lain. Ini sudah bukan pertama kalinya."

"Pada kali itu peti yang kau keluarkan tidak berisi baju bekas pakai, tapi orang yang memakai baju-baju itu," Chu Liuxiang berkata seraya menghela napas. "Mendengar omonganmu, sepertinya urusan ini sederhana sekali."

"Ya memang sederhana sekali. Di dunia ini ada banyak hal yang tampaknya saja rumit dan sulit, sebenarnya begitu sederhana sekali."

Air mukanya tiba-tiba berubah jadi serius. "Tapi jikalau ada orang yang ingin menyelundup masuk ke kapal laut besar milik Shi Tianwang yang bernama 'Raja Langit' itu, tak akan begitu sederhana lagi, sekalipun Pendekar Harum Chu yang katanya serba bisa itu, barangkali juga tidak mampu melakukannya."

"Oh!"

"Di dalam waktu satu bulan, ada 20 hari lebih ia tinggal di kapal itu. Jikalau anda tidak mampu naik ke kapal itu, bagaimana bisa ketemu dia? Jikalau anda tidak tahu sama sekali kapal itu ada dimana, bagaimana bisa naik kapal itu?"

"Masuk akal," aku Chu Liuxiang. "Mau melakukan hal ini betul-betul tidak sederhana."

Yingzi tersenyum lagi, dan senyumannya persis seperti bunga sakura yang sedang mekar.

"Untung masalah itu masih dapat diselesaikan," katanya.

"Masalah yang bagaimgnapun sulitnya pasti ada cara penyelesaiannya." "Bagaimana caranya?"

"Asalkah anda dapat mencari dan menemukan seorang yang mampu untuk membantu anda, masalahnya pasti beres."

"Siapakah orang yang mampu itu?" "Saya!"

Yingzi menunjuk hidungnya yang kecil namun indah itu dengan sebuah jari tangan yang lembut dan mulus, sambil berkata: "Orang yang mampu itu ialah saya."

Chu Liuxiang juga tersenyum, senyumannya lebih gembira dari Yingzi.

"Kalau demikian, sepertinya nasibku masih baik sekali ya, bisa ketemu seorang yang mampu seperti kamu ini." "Saya sudah mendengar bahwa selama ini nasib anda baik sekali." "Tetapi kenapa kamu mau membantu aku?"

"Pertama, karena saya senang, kedua, karena saya mau,"

Yingzi berkata sambil menatap Chu Liuxiang dengan sepasang mata beningnya. "Ketiga, karena saya suka anda."

"Kenapa tiba-tiba kamu berubah jadi demikian suka aku?

Apakah Tuan Shitianzhai menghamburkan uang ratusan ribu tael lagi untuk menyuruh kamu suka aku?"

"Anda kok bisa omong demikian?" Kata Yingzi dengan sedikit marah. "Mengapa anda selalu memandang saya sebagai orang yang tidak punya perasaan?"

"Ya, ya, aku tahu kamu adalah orang yang penuh perasaan, aku tahu juga, jika tidak ada kamu, aku tidak mampu melakukan hal itu," Chu Liuxiang berkata dengan suara lembut. "Tapi tahukah kamu satu hal yang saat ini paling ingin aku lakukan itu apa?"

"Saya tidak tahu," Yingzi berkata sambil mengedipkan matanya, suaranya lebih manis dari madu. "Saya sungguh-sungguh tidak tahu."

"Aku percaya," suara Chu Liuxiang kian lembut. "Aku percaya kau bukan saja tidak tahu, bahkan tidak pernah menduganya!"

Yingzi berkata dengan mata genit. "Mungkin saya tahu? Mungkin saya telah menduganya?"

Ia tidak pernah menduganya!

Sebab begitu kata-katanya selesai diucapkan, Chu Liuxiang telah membuka pintu kereta, lalu melempar dia keluar seperti melempar bola!

10. Seperti Mimpi Musim Semi Yang Tak Berbekas Ini adalah sebuah kapal bertiang tiga yang bentuknya indah, layar yang putih bersih, badan kapal yang panjang, dan bahan kayu yang kuat dan berkilau. Mendatangkan semacam perasaan: mantap, cepat, dan mewah bagi orang yang memandangnya!

Sinar matahari nan cerah, air laut nan biru, burung-burung camar terbang dengan ringannya di antara tiang-tiang kapal, pantai laut nun jauh hanya tersisa bayangan yang samar-samar, dari kabin kapal sering terdengar bunyi tertawa nan merdu dari gadis-gadis.

Ini adalah dunia milik dia, dan tidak akan ada tamu-tamu yang tidak disukainya.

Ia telah kembali, sedang berbaring di geladak dengan nikmatnya, dan sedang minum arak anggur yang telah didinginkan oleh air laut.

Hanya sayangnya kereta tiba-tiba berhenti pada saat itu, dan ia terjaga dari mimpinya.

000 Chu Liuxiang menghela napas panjang, lalu duduk dengan malas-malasan.

Di luar jendela kereta masih gelap gulita, masih lama dari waktu fajar menyingsing.

Mengapa tiba-tiba kereta ini berhenti? Apakah di depannya telah terjadi sesuatu?

Chu Liuxiang sudah merasa ada hal yang tidak beres, dan tiba-tiba pintu dibuka dari luar, lalu tampaklah seorang laki-laki hitam dan tinggi berdiri di luar pintu, bagian atas tubuhnya telanjang, kepalanya botak, di telinga kirinya tergantung anting-anting emas vang berkilauan, daging dan ototnya banyak yang menonjol keluar, di dada hitamnya ada tato bergambar beruang abu-abu yang berdiri bagaikan manusia.

Ketika daging tubuh laki-laki itu bergerak-gerak, tato beruang itu kelihatannya bergaya mau menerkam!

Tengah malam yang gelap, dan di tempat liar di luar kota yang sepi lagi, tiba- tiba melihat seorang laki-laki yang kelihatannya galak dan garang seperti ini, betul-betul bukan hal yang mengasyikkan.

Chu Liuxiang berkata seraya menghela napas: "Hei! Apa maksudmu ini? Jikalau nyaliku kecil sedikit, bukankah akan mati ketakutan karena kau?"

Laki-laki itu tidak bersuara, hanya mendelikkan sepasang mata besarnya.

Chu Liuxiang terpaksa bertanya: "Apakah kamu datang untuk mencariku?" Laki-laki itu menganggukkan kepalanya, tapi tetap saja tak bersuara.

"Kamu tahu aku siapa? Untuk apa mencariku?" Chu Liuxiang bertanya lagi. "Bolehkah buka mulutmu untuk berkata-kata?"

Mendadak laki-laki itu membuka mulut dan bersenyum padanya, ketika buka mulutnya, kelihatan gigi-gigi putihnya seperti gigi-gigi binatang, seolah-olah mau menelan Chu Liuxiang bersama dengan kulit dan tulangnya!

Chu Liuxiang menjadi terperanjat, tapi bukan karena rupanya yang menakutkan itu.

Sekalipun ia sungguh-sungguh mau makan orang, Chu Liuxiang juga bukanlah orang yang bisa dimakan dengan begitu mudah.

Terperanjatnya Chu Liuxiang, karena tiba-tiba ia mengetahui bahwa di dalam mulut laki-laki itu kurang satu benda. Satu benda yang paling tidak bisa kurang!

Ternyata di dalam mulut laki-laki itu hanya ada gigi-gigi, tapi tidak ada lidah. Lidahnya ternyata telah dikerat orang dari akarnya!

Chu Liuxiang berkata sambil tersenyum masam: "Kakak!

Kamu tidak bisa berkata-kata, aku juga tidak mengerti kamu mau melakukan apa? Lalu bagaimana?"

Laki-laki itu membuka mulut dan tersenyum lagi, sepertinya tidak berniat jahat padanya, dan sepertinya berusaha menunjukkan tanda-tanda persahabatan, namun tiba-tiba menjulurkan sepasang tangan yang lebih besar dari kaki beruang itu untuk mencengkeram Chu Liuxiang! Ternyata laki-laki yang badannya kekar ini juga punya otak yang tidak sederhana, ternyata ia juga bisa pakai tipuan.

Namun tentu saja ia tidak akan berhasil, tipuan kecil ini bagaimana mungkin dapat mengelabui Chu Liuxiang yang luar biasa cerdiknya!

Sekalipun tangannya lebih besar sepuluh kali lipat, juga tidak akan bisa menyentuh Chu Liuxiang! Sekalipun ada sepuluh pasang tangan yang sebesar ini untuk menangkapnya, ia pun akan dengan mudah dan santai meloloskan diri!

Tapi yang tidak diduga adalah Pendekar Harum yang memiliki ilmu meringankan tubuh nomor satu di dunia ini ternyata bisa tertangkap dalam, satu gebrakan saja!

Sepasang tangan ini seperti tangannya si iblis yang jahat. Siapapun bisa tertangkap dan tak bisa lolos!

000

Di dalam rimba ada sebuah danau kecil, di pinggir danau ada sebuah paviliun, di dalamnya ada cahaya lampu dan orang. Orang ini ternyata adalah Chu Liuxiang.

000

Paviliun itu tertata rapi dan anggun, yang ada di dalamnya semua adalah barang- barang pilihan. Di luar terdengar suara bunyi air, dari dua buah lentera kain kasa yang berwarna merah pink itu memancarkan sinar yang lembut dan romantis!

Diatas sebuah meja kecil yang barangkali datang dari istana Persia itu, terdapat enam piring masakan yang lezat dan satu guci arak.

Cangkir dan sumpit ada dua pasang, tapi orangnya cuma satu.

Chu Liuxiang sedang duduk di sebuah kursi yang sama eksotisnya dengan meja kecil itu, dan sedang memandang masakan dan arak itu dengan termangu-mangu.

Dalam satu gebrakan saja ia telah tertangkap oleh laki-laki itu, disebabkan ia dapat melihat bahwa laki-laki itu tidak

bermaksud jahat padanya, yang dicengkeram juga bukan bagian tubuh yang mematikan.

Tentu saja ia bisa kapan saja melepaskan diri dari cengkeramannya laki-laki itu.

Yang terpenting adalah ia benar-benar ingin tahu apa yang akan dilakukan laki- laki itu pada dirinya!

Namun sampai sekarang ia masih tidak paham apa maunya laki-laki itu.

Laki-laki itu memanggul Chu Liuxiang di bahunya, lalu membawanya ke tempat ini, merapikan baju Chu Liuxiang, mengambil sebuah kursi dan mempersilahkannya duduk, tersenyum lagi padanya, lalu menepuk-nepuk bahu Chu Liuxiang dengan sikap ramah, kemudian pergi.

Apa maksudnya ini? Siapa yang menyuruhnya untuk mengantar Chu Liuxiang ke tempat ini?

Siapakah tuan rumahnya? Di manakah ia?

Chu Liuxiang betul-betul tidak tahu sama sekali.

Ia membuka jendela, dan tampaklah cahaya bintang yang temaram, dan karena air danau yang bening, sehingga seolah-olah cahaya bintang di langit telah jatuh kedalam danau.

Suasana sekeliling amat hening, tapi tiba-tiba terdengar bunyi langkah kaki yang ringan dari belakang tubuhnya.

Ia menolehkan kepala dan tampaklah 'Bulan Sabit' yang cukup membuat seluruh bintang di langit kehilangan cahayanya!

"Kau?" Chu Liuxiang berusaha agar tidak kelihatan terlalu terkejut dan bertanya: "Bagaimana kau bisa sampai di sini?"

Mata si gadis itu juga mirip bulan sabit.

"Aku sering kemari," ia berkata dengan nada yang sayup-sayup. "Setiap kali ketika perasaan hatiku tidak enak, aku akan kemari."

Tiba-tiba ia tersenyum, dan senyumannya mengandung semacam rasa kesepian yang tak bisa dilukiskan.

"As roda kendaraan mesti sering-sering dikasih sedikit oli, manusia pun sama, sering kali perlu menenangkan diri untuk berpikir. Kadang-kadang rasa kesepian itu seperti oli yang dipoleskan pada as roda, yang dapat membikin pikiran seseorang berputar dengan lebih cepat."

Rupaya kelihatannya agak aneh, kata-kata yang diucapkannya juga agak aneh, sepertinya bukan gadis yang ditemukan Chu Liuxiang dalam peti, dibandingkan dengan Putri Pedang Giok yang anggun tapi dingin itu, lebih-lebih bagaikan dua orang yang berbeda sama sekali.

"Hanya sayang bahwa malam ini kamu tampaknya tidak bisa menenangkan diri," Chu Liuxiang sengaja berkata.

"Sebab aku sementara ini masih belum berniat pergi."

"Sekalipun kau mau pergi, aku juga tak akan melepaskan kau pergi," kata 'Bulan Sabit'. "Dengan tidak mudah aku mengundang kau datang, bagaimana bisa membiarkanmu pergi?"

"Kamu yang mengundang aku datang?" Chu Liuxiang berkata dengan tersenyum masam. "Mengundang tamu dengan cara itu, sepertinya aku tidak pernah dengar."

'Bulan Sabit' mengedipkan matanya, tersenyum dan berkata: "Justeru disebabkan kau adalah orang yang istimewa, maka aku baru memakai cara yang istimewa itu untuk mengundangmu. Seandainya bukan karena kau tergerak rasa ingin tahumu, siapa yang dapat mengundangmu?"

Chu Liuxiang juga tersenyum lalu berkata: "Bagaimanapun juga, bisa menemukan seorang macam itu untuk mengundang tamu bagimu, kau termasuk hebat juga. Ketika aku melihatnya pada pandangan pertama, aku kira ketemu seekor beruang." "Panggilannya memang 'Beruang Tua'."

"Kenapa dengan lidahnya?" Chu Liuxiang tak bisa menahan diri untuk tidak bertanya. "Siapakah yang punya kemampuan demikian besar, dapat mengerat lidahnya laki-laki itu?"

"Dia sendiri."

Chu Liuxiang terkejut dan berkata: "Mengapa dia mau mengerat lidahnya sendiri?"

"Sebab dia takut bisa mengucapkan kata-kata yang tidak pantas diucapkan," kata 'Bulan Sabit' dengan nada datar. "Kau seharusnya tahu kan. Aku orang ini sering punya sejumlah rahasia yang tidak boleh orang lain tahu."

Chu Liuxiang mengelus hidungnya lagi dan berkata: "Hari ini kau mencari aku, ini juga rahasia?"

"Ya," 'Bulan Sabit' menatap Chu Liuxiang dengan semacam sikap yang amat aneh dan berkata: "Sampai saat ini, kecuali kami berdua, tak akan ada orang yang tahu bahwa kau pernah datang kemari."

"Selanjutnya?"

"Selanjutnya?" suara 'Bulan Sabit' juga aneh sekali.

"Barangkali selanjutnya tidak ada seorang pun yang tahu, bahkan kita pun tidak akan tahu."

"Mengapa?"

"Sebab kita pasti akan melupakan hal ini."

Selesai mengucapkan kalimat ini, ia melakukan suatu hal yang lebih aneh lagi.

Tiba-tiba ia melepaskan tali bajunya, sehingga jubah tipisnya melorot dari pundaknya! Dan sinar lampu yang lembut melingkupi dirinya.

Sehingga Chu Liuxiang dapat melihat lagi 'Bulan Sabit' yang berwarna merah tua yang berada di tubuhnya!

000

'Bulan Sabit' berada dalam pelukan!

Tubuh telanjangnya mulus, lembut, dan hangat!

"Aku hanya mau kau ingat," ia berbisik di sisi telinga Chu Liuxiang. "Kau adalah pria pertamaku! Di dalam hatiku, barangkali kemudian hari juga tak akan ada pria kedua lagi."

"Kenapa kau mau melakukan hal ini?"

"Demiku kau mau pergi mencari Shi Tianwang, dan tahu dengan jelas bahwa sangat mungkin tidak bisa kembali lagi." Ia bertanya: "Dulu bisakah kau melakukan hal ini?" "Barangkali tidak."

"Sebenarnya aku juga tidak bisa melakukan hal yang aku lakukan pada hari ini," ia berkata dengan suara lembut. "Tapi kalau kau bisa melakukannya, kenapa aku tidak bisa?"

000

Air danau beriak.

Di atas danau telah muncul dan melayang naik kabut pagi yang tipis, dan menutupi cahaya bintang di danau.

Malam akan pergi, orang juga akan pergi.

"Aku pernah bertemu sekali dengan ayahku." 'Bulan Sabit'

tiba-tiba berkata: "Itu terjadi ketika aku masih amat kecil, ibuku menyuruh seorang inang pengasuh membawaku berjumpa dengannya. Tapi sampai sekarang aku masih bisa mengingat rupanya pada saat itu."

Pada saat ini tiba-tiba ia berbicara tentang ayah ibunya, betul-betul suatu hal yang tidak terduga.

Sebenarnya Chu Liuxiang ingin bertanya banyak hal padanya. Mengapa ibumu sendiri tidak menemuinya?

Mengapa mereka berpisah?

Ia belum bertanya, 'Bulan Sabit' sudah melanjutkan kata-katanya: "Aku masih ingat bahwa ia adalah seorang pria yang amat tampan, dan lebih tampan lagi ketika ia tersenyum, sebenarnya aku ingin sekali digendongnya, tapi tangannya terus menggenggam pedangnya erat-erat, membuat aku takut dan tidak berani buka mulut terus."

"Apakah ia juga tidak pernah menggendongmu?" "Ya."

Chu Liuxiang tidak mau bertanya apa-apa lagi.

Seorang pengembara yang tak punya rumah, ujung pedangnya mungkin masih berlepotan darah musuh-musuhnya, tiba-tiba melihat bahwa anak kandungnya telah tumbuh besar dan menjadi seorang gadis kecil yang suci dan menarik, bagaimana ia bisa mengulurkan tangannya?

Bagaimana ia bisa tega bahwa anaknya akan menderita seumur hidup karena ingat dan rindu padanya?

Ini disebut 'berperasaan' atau 'tidak berperasaan'? Biarlah orang beranggapan ia tidak berperasaan.

Seorang pengembara yang tak punya tempat tinggal tetap, ada siapakah yang bisa memahami rasa kesepian dalam lubuk hatinya? Ia sendiri juga tidak mau orang lain memahaminya!

Kabut pagi seperti asap, peristiwa masa lalu juga seperti asap. "Sejak saat itu aku tidak pernah lagi bertemu dengannya, mungkin kemudian hari juga takkan bertemu dengannya," kata

'Bulan Sabit'. "Aku cuma berharap bahwa kau bisa memberitahukannya. Selama ini aku selalu hidup dengan baik."

Chu Liuxiang berdiam diri lama sekali, lalu berkata:

"Kemudian hari barangkali aku belum tentu bisa bertemu dengannya."

"Betul, barangkali kau belum tentu bisa bertemu dengannya," kata 'Bulan Sabit' dengan suara sayup-sayup.

"Kemudian hari barangkali kau tak akan bisa ketemu aku lagi." 000

Sungai yang panjang, tempat penyeberangan yang sepi.

Chu Liuxiang mau menyeberangi sungai, tapi tidak menemukan perahu, lalu ia berbaring di dekat sungai itu, sambil memandangi sebuah awan nun jauh di langit.

Sebuah awan putih pergi, ada awan putih yang lain yang datang. Tapi kalau manusia?

"Apakah yang tidur di sana adalah Pendekar Harum Chu?"

Sebuah kapal besar datang dari jauh, dan tampaklah seorang anak kecil berpakaian putih yang berdiri di ujung kapal, dan berteriak nyaring dari jauh.

"Di kapal ini ada seorang yang mau bertemu Pendekar Harum, anda tentu juga mau bertemu dengannya," suara anak kecil itu bening dan nyaring. "Silahkan anda naik kapal jika anda mau bertemu dengannya, jika tidak anda akan menyesal!"

Tetapi kapal ini tidak menunjukkan tanda mau berhenti untuk menjemput tamunya, Chu Liuxiang yang sedang berbaring pun tidak bergerak.

Kelihatannya kapal itu akan pergi menjauh dengan disertai ombak.

Chu Liuxiang tiba-tiba terbang dan melewati air sungai yang berjarak belasan meter dari pantai, kemudian dengan satu gerakan salto di udara, ujung kakinya menimbulkan cipratan air yang besar!

Kemudian orangnya sudah turun di ujung kapal itu, dan bersenyum pada anak kecil yang terkejut sampai termangu-mangu itu.

"Akulah Chu Liuxiang, kamu meminta aku naik kapal, maka aku turuti. Namun jika di kapal ini tidak ada orang yang aku mau temui, lebih baik kamu membuka celanamu dan tunggu aku memukuli pantatmu!"

Ia melanjutkan dengan tersenyum 'jahat': "Nona Yingzi, kau seharusnya tahu bahwa aku sama sekali tidak berniat menemuimu."

Di dalam kabin semuanya berwarna putih salju, dan amat bersih, di atas lantai kabin terbentang tikar jerami yang berwarna putih salju. Shitianzhai Yanzuoweimen yang berambut putih itu, sedang duduk bersila di depan sebuah meja kayu angsana yang pendek, sikapnya masih begitu sopan, lemah-lembut, dan anggun.

"Bisa bertemu lagi dengan Pendekar Harum, sungguh suatu keberuntungan bagi saya. Saya secara khusus telah mempersiapkan bagi anda arak terbaik dari negara kami Juzhengzong, berharap dapat mabuk bersama anda."

Arak yang berbau wangi samar-samar, diisi ke dalam cangkir vang berbentuk indah, warna araknya bening dan tidak keruh.

Ia sendiri minum dulu satu cangkir, lalu menyuruh seorang pelayan wanita yang berlutut dan melayani di samping itu untuk mengisi penuh satu cangkir yang lain, kemudian memberikan pada Chu Liuxiang dengan dua tangan.

Ini merupakan cara mereka yang terhormat dalam melayani tamu.

"Saya berharap anda maklum, bahwa bukan saya yang menyuruh Yingzi menemui anda." "Benarkah?"

"Pendekar Harum memiliki wajah tampan dan kepribadian menarik, yang tak ada bandingannya di dunia ini! Ada banyak wanita yang tak terhitung jumlahnya yang rela menyerahkan dirinya, dan itu bukan orang lain yang suruh!" Orang tua itu berkata seraya tersenyum. "Hal ini seharusnya anda juga tahu."

Meskipun sikapnya sopan dan lemah-lembut, tapi sepasang mata senyumannya sepertinya tersirat arti lain yang dalam.

Chu Liuxiang menatapnya dan bertanya: "Bagaimana anda bisa tahu saya ada disini? Bagaimana bisa menemukan saya?"

Mata Shitianzhai berbinar-binar dan berkata: "Berkata dengan jujur ya, saya memang jelas sekali mengetahui keberadaan anda selama dua hari ini."

"Seberapa jelas?"

"Barangkali lebih jelas dari dugaan anda!"

Chu Liuxiang berdiri dengan tiba-tiba, tapi duduk lagi dengan pelan-pelan, dan minum habis secangkir arak itu dengan pelan-pelan, wajahnya juga tersungging senyuman dan berkata: "Arak ini jernih tapi tidak sepet, manisnya pas sekali, tawar tapi tetap bercita rasa, sungguh arak bagus!"

Ia pun menyuruh pelayan wanita itu untuk mengisi penuh cangkir arak, lalu dengan hormat memberikan pada Shitianzhai, tiba-tiba merubah topik pembicaraannya. "Anda tahu siapakah yang ingin saya temui? Apakah pada saat ini ia pun ada di sini?"

Shitianzhai tidak menjawab, hanya dengan tenang memandangi arus sungai yang deras di luar jendela, lama sekali baru berkata sambil menghela napas panjang. "Anda lihat air sungai ini tiap hari mengalir terus tanpa henti, sekalipun ada orang yang melemparkan 10.000 tael emas ke dalamnya, ya cuma mengakibatkan satu cipratan air saja, setelah itu sungai tetap mengalir, seperti tidak pernah terjadi apa-apa. Baik yang anda lemparkan itu 10.000 tael emas, atau 100 kati besi rongsokan, hasilnya ya tetap sama!"

Chu Liuxiang juga memandangi air sungai di luar jendela itu sampai termangu- mangu, lama sekali Shitianzhai baru menyambung kata-katanya. "Dunia memang demikian, penuh dengan hal-hal yang di luar batas kemampuan manusia! Dan begitu berlalu, semuanya lenyap bagaikan mimpi musim semi yang tidak berbekas sama sekali!"

Nadanya penuh dengan perasaan pilu: "Seperti dikatakan oleh puisi Tiongkok yang termasyhur itu. 'Semuanya lenyap bagaikan mimpi musim semi, dan perasaan cinta hanya bisa jadi kenangan'. Betul-betul membuat orang tidak ada pilihan sama sekali!"

Mendadak dari mata senyumannya memancar keluar sinar yang tajam bagaikan pisau, menatap Chu Liuxiang dan berkata: "Namun anda beda! Orang lain tidak punya, tapi anda punya!"

"Saya punya apa?"

"Anda bisa memilih, mau menggenapi kemauan orang lain, dan membuat perasaan cinta hanya jadi kenangan? Atau mau menggenapi kemauan anda sendiri?"

Suaranya berubah jadi tajam bagaikan pisau. "Asal anda mau, saya bisa membantu anda menemukan kembali orang yang ada di dalam mimpi anda itu! Kemudian membawa kalian pergi ke suatu tempat yang mirip dengan Taman Firdaus, supaya kalian berdua dapat saling mencintai seumur hidup! Ini merupakan kesempatan emas yang dicari orang lain dengan susah payah tapi tidak bisa mendapatkannya! Jikalau anda melepaskannya begitu mudah, anda akan menyesal dan menderita seumur hidup!"

Chu Liuxiang mendengarkan dengan tenang dan diam, seolah-olah sedikitpun tidak bereaksi, hanyalah sahabat yang terdekatnya, yang dapat melihat penderitaan yang tersembunyi dalam pandangan matanya!

 Namun sahabat terdekatnya tidak ada disini.

Suara Shitianzhai dari keras berubah lagi jadi lembut. "Ini adalah urusan anda, dan tentu saja pilihan juga terserah anda."

"Pilihan ini terang saja luar biasa penderitaannya, bahkan lebih nenderita dari tidak ada pilihan!

Chu Liuxiang tiba-tiba tersenyum dan berkata: "Saya mengerti maksud anda. Anda gagal dalam penculikan, juga tidak berhasil nembunuh saya, maka terpaksa mempergunakan cara ini, agar saya membantu anda menggagalkan pernikahan itu.

Sebab setelah Shi Tianwang bersekutu dengan Tuan Du, anda makin tak berdaya melawannya, bahkan boleh dibilang tidak punya peluang sedikitpun!"

Air muka Shitianzhai tidak berubah.

"Sekalipun saya memang bermaksud begitu, tapi juga beruntung bagi anda 'kan?"

Shitianzhai berkata: "Jikalau hal ini memang menguntungkan kita semua, kenapa tidak boleh dilakukan?" "Hanya ada satu hal yang tidak boleh."

"Hal apa?"

"Sebetulnya tidak hanya ada satu hal, paling sedikit ada dua hal," Chu Liuxiang berkata dengan santai. "Yang pertama, saya sama sekali tidak ingin pergi ke Firdaus sialan itu.

Tempat hiburan yang banyak arak enak dan wanita cantik, itulah Firdaus saya."

Ia menerima cangkir arak dari pelayan wanita itu, lalu berkata: "Yang kedua, saya sama sekali tidak punya keinginan untuk menikah, seumur hidup pun tak pernah memikirkannya!"

Shitianzhai menjadi diam.

Dengan satu tangan memegang cangkir, satu tangan memegang guci, Chu Liuxiang sambil tuang sambil minum, minum tanpa henti.

Shitianzhai menatapnya terus, biji matanya seolah-olah kian menyusut, tapi suaranya kian lembut. "Banyak pesilat berkata bahwa dulu ilmu pedangnya Xue Yiren, si Jago Pedang Berbaju Darah, disebut sebagai nomor satu di dunia.

Tapi juga pernah kalah ditangannya Pendekar Harum! Saya pernah juga belajar ilmu pedang banyak tahun, ingin juga menjajal ilmu pedang anda, mohon anda banyak beri petunjuk!"

Ia tidak berdiri, di tangannya juga tidak ada pedang.

Orang tua yang berkata bahwa dirinya pernah banyak tahun belajar ilmu pedang ini, hanya menjepit sebuah sumpit dengan dua jari tangannya, lalu diangkat setinggi matanya.

Ini bukanlah gaya menyerang.

Namun bagi seorang yang pernah sungguh-sungguh belajar ilmu pedang, segera bisa tahu bahwa gaya ini jauh lebih bahaya dari jurus-jurus serang manapun, bahkan lebih bahaya dari pedangnya Chunlei dan ranting bunganya Tuan Du!

Justeru di dalam gaya yang sama sekali tidak bergerak ini, terkandung perubahan dan jurus maut yang tak terhitung banyaknya!

Meskipun di tangannya tidak ada pedang yang sedahsyat halilintar seperti pedangnya Chunlei Yici, namun ia telah merenggut semua keunggulan!

Sebab seluruh 'tempat kosong' (catatan: suatu istilah silat Tiongkok yang berarti titik lemah yang bisa diserang oleh musuh) di tubuh Chu Liuxiang telah menjadi nyata!

Sumpit di tangannya walaupun bukan jurus yang merampas inisiatif seperti jurusnya Tuan Du, namun ia juga tidak membiarkan Chu Liuxiang merampas inisiatif!

Merampas adalah tidak merampas, tidak merampas adalah merampas, musuh menyerang dulu, tapi tetap bisa menemukan titik kelemahan yang bisa dimanfaatkan. Dengan

'tenang' menaklukkan 'gerak'. Ini semua adalah inti sarinya ilmu pedang! Apalagi Chu Liuxiang sama sekali tidak bisa merampas, juga tidak bisa gerak! 000 Chu Liuxiang sedang menuangkan arak, satu tangan pegang cangkir, satu tangan pegang guci, menuangkan arak untuk diri sendiri.

Kedua tangannya telah dipakai dalam satu gerakan yang paling santai dan paling tidak ada niat membunuh, jika hatinya ada kewaspadaan dan niat membunuh akan mengalir keluar bersama dari guci!

Bagaimana ia dapat bergerak? Tapi bagaimanapun juga, arak pasti tertuang habis dari guci, dan cangkir pasti akan terisi penuh.

Baik pada ketika arak tertuang habis dari guci, atau pada ketika arak terisi penuh pada cangkir, pada ketika itu ia terpaksa akan bergerak.

Pada ketika itulah jurus maut Shitianzhai akan dilancarkan!

Secangkir arak ini, barangkali akan jadi secangkir arak yang terakhir bagi Chu Liuxiang!

000

Arak berada di dalam cangkir.

Bibi Hua menuangkan secangkir arak secara penuh bagi Hu Tiehua. Sekalipun ini adalah cangkir emas, juga cuma satu cangkir. Satu cangkir ya satu cangkir, bukan tiga cangkir, juga bukan 300 cangkir.

Perbedaannya dengan cangkir-cangkir lain adalah cangkir ini. Cangkir besar yang bahkan Hu Tiehua pun tidak pernah, melihatnya.

Untung ia adalah Hu Tiehua, ia minum arak sudah 20 tahun lebih, pernah mabuk kira-kira 4000 - 5000 kali, ada kalanya arak yang diminumnya dalam sehari jauh lebih banyak dari arak yang diminum sejumlah orang dalam sepanjang hidup mereka!

Tapi ketika ia minum habis secangkir arak ini, tetap saja megap-megap lama sekali baru bisa buka mulut.

"Wah!" Ia berteriak. "Tempat minum arak yang kau berikan ini cangkir arak atau baskom mandi?"

Bibi Hua tertawa cekikikan, mengangkat sebuah guci arak yang besar, seolah-olah mau menuangkan arak lagi bagi dia.

Mata Hu Tiehua langsung mendelik bagaikan kelereng besar. "Apa maksudmu?"

"Aku bisa punya maksud apa? Aku hanya mau menyulangimu dengan secangkir arak lagi, sebab kau mau pergi dan melaksanakan suatu hal besar."

Suara Bibi Hua lemah lembut, senyumannya selain lemah lembut, juga terlihat perasaan sedih karena mau berpisah.

"Minumlah secangkir arak lagi, sebab di pesisir laut Timur tidak ada kenalan lama. Mari! Aku juga menemani kau minum secangkir."

"Sekalipun tidak ada kenalan lama, aku pun akan kembali, apalagi si Kutu Busuk Tua saat ini pasti sudah tiba di sana,"

kata Hu Tiehua sambil tersenyum masam. "Namun jika aku benar-benar minum lagi secangkir arak ini, barangkali akan mati disini." Bibi Hua berkata seraya tersenyum: "Apa kau kira Chu Liuxiang benar-benar akan pergi ke sana?"

"Ia bilang akan pergi ya pasti pergi, sekalipun akan naik ke bukit pisau atau turun ke dalam kuali yang mendidih, ia pasti pergi juga!"

"Kalau ia tidak jadi pergi?"

"Kenapa bisa tidak jadi pergi? Kalau ia sendiri yang mau pergi, ada siapa yang dapat menghalanginya?"

Bibi Hua berkata seraya menghela napas. "Jika tidak ada orang yang tahu ia akan pergi, mungkin saat ini ia benar-benar telah tiba di sana, cuma amat sayang bahwa ia punya seorang sahabat yang mulutnya lebih besar dari baskom mandi."

"Betul, aku adalah 'si Mulut Besar'." (Catatan: 'si Mulut Besar' dalam bahasa Tionghoa sama artinya dengan 'si Mulut Panjang' dalam bahasa Indonesia) Hu Tiehua berkata dengan tanpa merasa dirinya salah: "Ini 'kan bukan hal yang memalukan? Mengapa aku tidak boleh memberitahukan orang lain?"

"Kau tentu boleh memberitahukan orang lain, kau mau memberitahukan siapapun boleh. Cuma makin banyak orang yang tahu hal ini, kerepotan dia makin bertambah!"

Bibi Hua berkata dengan air muka yang serius: "Para anak buah Shi Tianwang bukanlah lawan yang lemah, hanya seorang Bai Yunsheng saja sudah cukup membuat dia tidak berdaya! Aku boleh jamin bahwa ilmu pedangnya Bai Yunsheng tidak kalah dengan ilmu pedangnya Xue Yiren pada waktu yang lalu!"

Hu Tiehua masih tidak terima dan masih mau berdebat, tapi dari luar sudah ada orang yang beritahu bahwa rombongan yang mengantar mempelai akan berangkat.

Tiba-tiba Bibi Hua memeluk Hu Tiehua dan berkata lirih di pinggir telinga: "Perjalanan ini penuh dengan marabahaya, kau harus ekstra hati-hati menjaga dirimu! Meskipun aku bukan ibu kandungmu, namun aku selalu menganggapmu sebagai anak kesayanganku, kau sekali-sekali jangan mati di jalan ya!"

 000

Malam kian larut, di sungai sudah banyak sinar lampu dari kapal-kapal nelayan yang menyala, dan kelihatannya lebih terang dari sinar bintang-bintang di langit.

Di dalam kabin kapal masih tetap gelap gulita, Shitianzhai Yanzuoweimen duduk seorang diri tanpa bersuara di dalam kegelapan, walaupun ada lampu di dekatnya, tapi ia tak ada niat umuk menyalakannya. Sinar lampu dibawa masuk oleh Yingzi.

Yingzi yang berbadan mungil itu tetap memakai baju anak kecil, rambut panjang hitamnya digelung jadi sanggul, mata besar yang berbinar-binar itu penuh dengan keheranan, lalu bertanya: "Hanya tuan seorang diri di sini?"

"Di sini memang hanya saya seorang diri."

Suara Shitianzhai terdengar begitu letih dan murung, kedengarannya seperti seorang musafir yang baru saja menempuh perjalanan yang melelahkan dari tempat nun jauh! "Chu Liuxiang dimana?" "Ia sudah pergi."

"Bagaimana ia bisa pergi?"

"Yang datang ya datang, yang pergi ya pergi, datang dan pergi, siapa yang bisa mengurusnya?"

Yingzi mementang matanya lebar-lebar, nyata bahwa ia makin terkejut.

"Namun tadi saya melihat tuan memakai sumpit sebagai pedang, dan menunjukkan jurus siap serang yang luar biasa dahsyat itu, nyata sekali bahwa ia telah dikendalikan oleh jurus pedang tuan itu, bagaimana ia dapat pergi?" Yingzi bertanya. "Masa' ia dapat menghindarkan diri dari jurus tuan yang pasti menang dan pasti membunuh itu?"

Shitianzhai menatap sinar lampu dari kapal nelayan yang ada di kejauhan, lama sekali baru berkata dengan suara

sayup-sayup: "Ia tidak menghindar, juga tidak perlu menghindar." "Mengapa?"

"Sebab saya sama sekali tidak menyerang."

Yingzi duduk dan bertanya dengan terkesiap: "Mengapa tuan tidak menyerang?"

"Saya tidak bisa menyerang," jawab Shitianzhai. "Sebab saya sama sekali tak punya keyakinan."

Sinar lampu di kejauhan itu berkerlap-kerlip dalam matanya, tapi matanya sudah tidak berbinar-binar seperti dulu.

"Saat itu ia sedang menuang arak, dan saya bermaksud akan menyerang begitu cangkirnya terisi penuh," kata Shitianzhai. "Begitu cangkirnya penuh, gerakan menuang araknya pasti berhenti, jika tidak arak akan tumpah keluar dari cangkir, pada waktu sekejap mata itulah peluang terbaik saya!"

"Saya paham," kata Yingzi. "Dalam situasi itu, sedikit bergerak sudah cukup mendatangkan akibat yang fatal! Baik cangkirnya penuh lalu tumpah, atau sikap dan gerakannya berubah, semuanya akan mempengaruhi semangat dan pikirannya!

Begitu muncul sedikit titik lemahnya, ia akan tertikam oleh pedang Tuan!"

"Betul," Shitianzhai berkata dengan murung. "Situasi pada saat itu seharusnya memang demikian."

"Apakah kemudian ada perubahan yang luar biasa?"

Shitianzhai berkata seraya tersenyum masam: "Chu Liuxiang betul-betul adalah orang yang luar biasa, cara mengatasinya betul-betul di luar dugaan orang!"

"Masa' cangkirnya tidak pernah terisi penuh? Masa' gucinya kebetulan sekali tertuang habis pada saat itu?"

"Pikiranmu ini sudah cukup bagus, namun pikiranmu ini masih salah."  "Oh?"

"Seandainya benar-benar gucinya kebetulan sekali tertuang habis pada saat itu, maka sekarang ia sudah mati di bawah pedang saya!" Kata Shitianzhai. "Sebab begitu tertuang habis araknya, akan mempengaruhi semangatnya, itu pun peluang saya."

"Apakah guci arak itu tidak pernah tertuang habis?" "Ya."

"Apakah cangkir arak itu juga tidak pernah terisi penuh?" "Juga ya."

Yingzi memandang cangkir dan guci yang ada dibawah lampu, lalu bertanya: "Padahal ia terus menuang arak, tapi tidak pernah membuat guci itu habis tertuang, dan tidak pernah membuat arak dalam cangkir itu tumpah keluar?"

"Betul."

"Kalau begitu saya pun tidak habis terpikir," kata Yingzi seraya tersenyum masam juga. "Masa' cangkir ini punya cara magis?"

"Cangkir ini tak punya cara, ia punya." "Apa caranya?"

"Berputar-putar tak kunjung berhenti, itulah cara dia." "Itu adalah cara apa? Saya tidak mengerti."

"Satu tangannya pegang cangkir, satu tangannya pegang guci, ketika arak dari guci masuk kedalam cangkir, tenaga dalam di antara tangan kiri dan tangan kanannya telah tersambung. Tenaga dalamnya begitu tersambung, lalu berputar- putar tak kunjung berhenti, arak di cangkir dan guci juga berputar-putar tak kunjung berhenti!"

"Makanya arak dalam guci tidak pernah tertuang habis, arak dalam cangkir tidak pernah terisi penuh!"

 "Betul."

"Tenaga dalam dan arak berputar-putar tak kunjung berhenti, telah membuat orangnya menjadi suatu bulatan!"

"Ya."

"Bulatan yang tak berujung pangkal, yang sama sekali tak ada titik lemahnya!" "Ya."

"Makanya tuan terus tunggu tapi tidak bisa mendapat peluang untuk menyerang!" Shitianzhai berkata seraya menghela napas panjang:

"Bulatan yang berputar-putar tak kunjung berhenti, bagaimana saya bisa mendapat peluang?" Yingzi juga berkata seraya menghela napas panjang:

"Orang yang tak bekerja dan setiap harinya cuma minum arak dan main perempuan ini, ternyata memiliki kemampuan yang demikian besar! Ada siapa yang bisa percaya? Namun sekarang sepertinya saya harus percaya."

Shitianzhai berdiam diri lama sekali, baru berkata: "Kau percaya, saya juga percaya, tapi selain kau dan saya, paling sedikit masih ada satu orang lagi."

"Siapa?"

"Saya tidak tahu dia siapa, tapi saya tahu bahwa memang ada orang demikian, dan ia pernah kemari."

"Apakah tuan tidak melihat dia?"

"Tidak. Ketika saya dengan Chu Liuxiang saling berhadapan dengan tenaga dalam dan jurus pedang yang bertaraf luar biasa tinggi, tiba-tiba dan tanpa bunyi sedikitpun muncullah orang itu. Dalam situasi itu, saya tidak bisa pecahkan konsentrasi untuk melihat dia."

"Ia tidak bertindak apa-apa 'kan?"

"Ia terus memandangi kami tanpa bersuara, sampai akhirnya baru berkata: 'Tuan Shitianzhai sudah kalah, Pendekar Harum Chu juga boleh pergi. Jikalau masih terus ngotot begini, bagi anda berdua mungkin sama-sama tidak ada untungnya, tapi bagi saya sangat beruntung'."

"Bagi dia sangat beruntung?" Tanya Yingzi. "Dapat untung apa?"

"Dapat untung sebagai pihak ketiga. Jikalau kami masih terus ngotot, ia dapat membunuh kami hanya dalam satu gebrakan!"

'Chu Liuxiang bukan orang yang biasa, ia pasti bisa mengerti rugi dalam situasi demikian!"

"Saya pun bisa mengerti, sebab itu kami berhenti pada waktu yang hampir sama. Pas pada waktu sekejap mata itu orang itu telah lenyap!"

Yingzi menjadi termangu-mangu, lama sekali baru berkata seraya menghela napas panjang: "Orang itu sebenarnya siapa ya? Orang semacam ini, pasti sama dengan Chu Liuxiang, pasti ada banyak wanita yang suka padanya! Tidak peduli ia jangkung atau kate, gemuk atau kurus, jelek atau tampan, tetap ada banyak wanita yang suka padanya! Sebab ada banyak wanita yang suka pada orang vang cerdas semacam ini!"

000

11. Paling Sulit Menikmati Rahmat Dari Wanita Yang Cantik

Wanita, banyak sekali wanita, banyak sekali wanita yang amat cantik! Wanita-wanita itu di ranjang, ranjang ada di dalam kapal.

Kapal ini ada satu ranjang, ranjang yang luar biasa besarnya. Di sungai sudah ada sinar lampu dari kapal nelayan, di langit sudah ada sinar bintang, sinar-sinar ini menerangi sebuah perahu kecil, juga menerangi bayangan orang di perahu kecil itu.

Ketika Chu Liuxiang keluar dari kabin kapal Shitianzhai, ia melihat orang ini, yang berpakaian putih seperti salju.

Air sungai berkerlap-kerlip karena sinar lampu dan sinar bintang, di permukaan ombak yang berwarna kuning keemasan itu terombang-ambing tiga buah papan kayu.

Dengan gerakan seringan dan secepat burung walet, Chu Liuxiang menyentuh papan dengan ringan, lalu terbang ke perahu

itu.

Namun orang berpakaian putih yang ada di perahu itu tibatiba terbang seperti capung dan naik di sebuah kapal besar.

Di kapal besar ini sebenarnya sinar lampu tidak menyala dan gelap sekali, tapi begitu Chu Liuxiang tiba di kapal itu, sinar lampu tiba-tiba menyala dan amat terang bagaikan sinar bulan. Namun orang berpakaian putih itu sudah tidak terlihat.

Yang terlihat oleh Chu Liuxiang adalah seranjang wanita, sekapal wanita! Seranjang wanita tidak menakutkan, sekapal wanita juga tidak menakutkan, yang menakutkan adalah, wanita-wanita itu ternyata ia kenal semua, bahkan kenal sekali dengan setiap orang!

Bukan saja kenal sekali, bahkan punya hubungan yang amat khusus! Chu Liuxiang mau tidak mau mesti mengelus-elus hidungnya.

Panpan yang ia kenal di Suzhou, Ajiao yang ia kenal di Hangzhou, Jinniang yang ia kenal di Datong, Chuqing yang ia kenal di Luoyang, Xiaoyu yang ia kenal di Qinhuaihe, Daqiao yang ia kenal di Mochouhu.

Selain mereka, masih ada Qingqing yang baru saja berpisah dengannya.

Ia tidak bisa melupakan mereka! Mereka lebih-lebih tidak bisa melupakan dia!

Tetapi ia bermimpi pun tidak pernah menduga bahwa tibatiba mereka bisa sama-sama ada di satu tempat!

Seandainya secara kebetulan ia ketemu salah satu orang, di mana saja dan siapa saja, ia pasti akan gembira setengah mati!

Namun jikalau ia sekaligus ketemu semuanya, akan membuat dia jengah setengah mati!

Ini sama saja dengan mimpi yang mengerikan! Pria manapun tidak ada yang mau mengalaminya!

Yang paling gawat adalah, setiap wanita memandang dia dengan pandangan mata yang amat mesra! Semuanya menganggap dirinya adalah kekasih dia satu-satunya! Dan semuanya menganggap dia adalah kekasihnya satu-satunya!

Jikalau anda juga seorang pria, jikalau anda juga mengalami hal ini, anda bilang ngeri atau tidak? Chu Liuxiang bukan saja terus mengelus hidungnya, bahkan terasa ingin sekali mengiris hidungnya!

Seseorang kalau hidungnya teriris, orang lain mungkin tak akan mengenalinya lagi.

Yang tidak beruntung adalah, sudah ada yang berkata:

"Untuk apa anda terus mengelus hidung?" Yang berkata adalah Daqiao. "Sekalipun hidung anda diiris, saya juga bisa mengenali anda."

Daqiao adalah orang yang omongannya paling blak-blakan dan melakukan segala sesuatu paling tidak sungkanan!

Kelihatan bahwa ia sudah siap-siap untuk 'menyeret'

Pendekar Harum yang belum pernah takut kepada orang lain ini ke ranjang!

Chu Liuxiang ingin menghindar pun tidak bisa, sebab tempat kosong di dalam kabin kapal ini - selain ranjang besar -

tidaklah banyak.

Untung pada saat ini tiba-tiba si pria berpakaian putih yang misterius itu muncul lagi. Bajunya putih bersih, berwajah senyum yang amat sopan, sepasang mata senyum terangnya bagaikan bulan dan bintang, di dalam mata senyumnya seolah-olah sering berkelebatan awan putih!

"Saya bermarga Bai, bernama Yunsheng," ia berkata.

"'Pendekar Chu meninggalkan harum lama di Jiangnan, di atas laut ada awan putih yang kian membesar'. Yang dimaksudkan oleh kalimat belakang itu adalah saya."

Chu Liuxiang tersenyum dan berkata: "Yang dimaksudkan oleh kalimat depan itu adalah saya?"

"Ya."

"Siapa yang mengatakannya?"

"Saya sendiri," Bai Yunsheng berkata dengan sikap serius tapi sopan. "Saya menganggap anda setara dengan saya, seharusnya ini adalah keberuntungan dan kebanggaan anda."

Seseorang dapat mengucapkan kata-kata semacam ini dengan sikap yang amat sopan, ini sungguh-sungguh adalah hal yang aneh dan lucu!
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar