Sekalipun orang yang terjelek parasnya, jika di wajahnya rnuncul senyum dan tawa yang keluar dari sanubarinya, rnaka wajahnya akan berseri-seri dan terlihat lebih menarik!
Sekalipun musik yang termerdu di dunia, juga tak bisa menyaingi bunyi tertawa yang halus dalam hal memotivasi dan membangkitkan semangat!
Bunyi tertawa yang saat ini terdengar oleh Chu Liuxiang, sebenarnya lebih merdu serta lebih menarik dari musik!
Tetapi sekarang ketika ia mendengar bunyi tertawa ini, rasanya seperti tiba-tiba dipecut orang!
Sebab ia dapat mengenali bahwa ini benar-benar adalah bunyi tertawanya Zhang Jiejie!
****
Chu Liuxiang sekali-kali tak akan bisa terjatuh ke dalam sebuah bak air yang besar, kecuali pada walau mandi.
Hal itu sekali-kali talc akan terjadi, baik ia melompat turun dari posisi apa saja. Sekalipun melompat turun dari tempat yang tinggi, sekalipun tidak tahu bahwa di bawah ada sebuah bak air yang menunggu¬nya, ia juga tak mungkin terjatuh ke dalamnya.
"Ilmu meringankan tubuh Pendekar Harum adalah nomor satu di dunia." Perkataan ini bukanlah isapan jempol!
Tetapi sekarang, dengan menimbullcan bunyi "Byurr yang cukup
keras, ia betul-betul telah tercebur ke dalam air dari bak besar itu!
Itu disebabkan ketika ia akan mengganti nafas untuk mengangkat tubuhnya naik lagi, tiba-tiba mendengar bunyi ketawanya Zhang Jiejie, dan begitu terdengar, nafas yang mau diganti itu sepertinya tiba-tiba dipompa habis oleh orang!
***
Air di bak besar itu dingin sekali, bahkan tercium ada bau wangi dari bunga kaca piring.
Namun api amarah Chu Liuxiang berkobar-kobar, dan panasnya seolah-olah sudah cukup membuat air dari bak itu jadi mendidih! Ia bukanlah seorang yang tak tahan akan gurauan atau ledekan,
jika pada saat-saat biasa mengalami hal semacam ini, ia pasti akan tertawa lebih lepas dari siapa pun.
Tetapi suasana hatinya saat ini betul-betul tidak bisa tahan akan gurauan atau ledekan ini.
Siapa pun kalau baru saja hampir menjadi setan penasaran karena diperdayai seseorang dengan cara menggelikan, kemudian gara-gara orang yang sama tercebur ke dalam sebuah bak air yang amat dingin, jikalau dia masih tidak naik pitam, itu baru aneh!
Zhang Jiejie tertawa dengan amat bersuka-cita.
Mau tidak mau Chu Liuxiang duduk di dalam air yang dingin itu. Setelah duduk, ia baru menolehkan kepalanya untuk melihat Zhang Jiejie, seolah-olah takut dirinya akan "meledak" saking rnarahnya ketika melihat gadis itu.
Namun ketika melihat gadis itu, ia tidak "meledak." Mendadak ia pun tertawa dengan amat kerasnya.
***
Di mana saja dan kapan saja, ketika ia bertemu dengan Zhang Jiejie, gadis itu selalu berpakaian amat rapi dan bersih, layaknya seperti sebutir buah berkulit keras yang baru dikupas kulitnya.
Tetapi saat ini ia seperti seekor ayam yang baru saja tercebur ke air! Dari kepala sampai kaki, seluruh badannya basah kuyup, sebab ia pun duduk di dalam sebuah bak air yang lain.
Ia sambil menciduk air dengan tangannya untuk menyirami kepalanya, sambil berkata seraya tertawa cekikikan: "Segar sekali! Segar sekali! Jikalau kau sanggup di radius sekitar 400 km ini, menemukan sebuah tempat yang lebih segar dari tempat ini, aku akan benar-benar kagum padamu."
Chu Liuxiang berkata seraya tertawa nyaring: "Aku tak sanggup menemukan tempat demikian."
Sebetulnya ia tidak ingin tertawa, bahkan sedikit niat untuk tertawa pun tidak ada.
Tetapi saat ini tarnpaknya iatertawalebih gembira dan Zhangjiejie.
Zhang Jiejie berkata lagi seraya tertawa: "Jikalau kau dapat menebak dengan cara bagairnana kedua bak air ini bisa berada di sini, aku pun akan kagum padarnu."
"Aku tak bisa menebaknya."
Ia sama sekali tak ada niat untuk menebaknya.
Hal-hal yang dilakukan Zhang Jiejie, memang siapa pun tak akan sanggup menebaknya sampai kepala menjadi botak pun tak akan sanggup menebaknya!
Zhangjiejie membelalakkan matanya, dan tertawa terus sampai air rnatanya hampir mau keluar, sehingga kedua mata kecil yang
berbentuk seperti bulan sabit itu, makin terlihat kian menarik! Chu Liuxiang memandangi terus mata Zhang Jiejie, lalu tiba-tiba melompat keluar dan baknya sendiri, dan melompat masuk ke baknya gadis itu!
Gadis itu mendorong-dorong tubuh Chu Liuxiang seraya tertawa manja, dan berkata dengan nafas tersengal-sengal: "Tidak boleh! Kau tidak boleh ke sini! Kita satu orang satu bak, siapa pun tidak boleh merebut milik orang lain!”
Chu Liuxiang berkata seraya tertawa: "Aku sengaja mau ke sini! Sebab bakku tidak sebagus bakmu."
"Kata siapa?"
"Kataku, Air di bakmu ini lebih wangi dari bakku."
Zhang Jiejie berkata seraya tertawa cekikikan: Aku baru saja cuci kaki di sini, apakah kau suka menggunakan air bekas cuci kakiku?" Ia terus mendorong tubuh Chu Liuxiang dengan kuat
Namun Chu Liuxiang ngotot tidak mau pergi, dan ia tak kuat mendorongnya.
Tiba-tiba tangannya beserta seluruh tubuhnya menjadi lemas dan lunglai!
Ia harum sekali, bahkan lebih harum dari bunga kacapiring! Chu Liuxiang tak kuasa menahan dirinya, memeluk gadis itu dan "menusuk" muka gadis itu dengan kumisnyayang baru tumbuh
keluar! Seluruh tubuh Zhangjiejie mengerut, dan bertanya seraya menggigit bibir: "Sejak kapan kumismu menjadi sekasar ini?"
"Barusan." "Barusan?"
"Ketika seseorang sedang naik pitam, maka kumisnya bisa bertumbuh luar biasa cepatnya."
Zhang Jiejie bertanya dengan memelototkan mata: "Kau sedang marah kepada siapa?"
"Sedang marah kepadamu."
"Jika marah kepadaku, kenapa tidak memukulku? Sebaliknya malah memelukku erat-erat?"
Ia memandangi Chu Liuxiang, pandangan matanya lemah lembut bagaikan rembulan yang berada di tengah air, air di bawah rembulan!
Mendadak Chu Liuxiang membalikkan badan Zhang Jiejie, dan menekannya ke badannya sendiri, kemudian memukuli pantat gadis itu dengan keras!
Sebenarnya ia tidak terlalu keras memukulnya, tapi Zhang Jiejie justru berteriak keras sekali.
Ia samba tertawa sambil teriak, sambil menendang dengan kakinya, menendangi Chu Liuxiang, air dan bak itu.
Ujung celana panjangnya yang lebar itu menjadi tergulung, sehingga memperlihatkan pergelangan kaki yang berbentuk indah, betis mulus yang seputih salju, dan telapak kakinya.
***
Akhirnya Chu Liuxiang bisa melihat kaki gadis itu.
Kaki itu telanjang, tidak memakai kaos kaki, dan kelihatannya memang baru saja mencuci kakinya, sehingga terlihat bersih, mulus dan indah!
Chu Liuxiang pernah melihat kaki dari banyak wanita, tetapi saat ini lagaknya seperti baru pertama kali melihat kaki wanita.
Entah kapan tangan dia telah berhenti bergerak.
Nafas Zhang jiejie agak tersengal, lalu menoleh dan menatap mata Chu Liuxiang, dan bertanya seraya menggigit bibir sendiri: "Kau sedang melihat apa?"
Agaknya Chu Liuxiang tidak mendengar.
Lama sekali, baru bergumam setelah menghela nafas panjang: "Sekarang aku boleh dibilang sudah memahami satu hal." "Apa itu?"
"Wanita yang matanya indah, pasti kakinya pun tak akan terlalu jelek."
Zhang jiejie segera mengerutkan kakinya, dan berkata dengan muka memerah: "Sepasang mata malingmu ini, kenapa selalu tidak melihat kebagian yang baik?"
Chu Liuxiang sengaja berkata dengan wajah cemberut "Siapa
bilang aku selalu tidak melihat ke bagian yang baik? Jikalau kau bisa dalam radius 400 km ini, menemukan bagian yang lebih baik
dipandang ini, maka aku akan kagum padamu."
Dengan wajah merah Zhang Jiejie mendeliki dia, dengan tiba-tiba ia menggigit hidung Chu Liuxiang.
Gigitannya mengena, tapi tidak terdengar bunyi, bahkan bunyi tertawa pun tidak terdengar.
Kedua orang itu bersembunyi di dalam bak air itu, seolah-olah takut bintang-bintang di langit akan datang mengintip!
Airnya dingin sekali, tetapi dalam perasaan mereka, telah menjadi hangat bagaikan cahaya surya di musim semi!
Padahal sekarang bukan musim semi, juga tidak ada cahaya surya. Musim semi berada di dalam hati mereka.
Cahaya surya berada di dalam mata mereka.
Entah sudah berapa lama waktu berlalu, Zhang Jiejie baru berdesah ringan dan berkata lirih: "Kau jahat! Pukulanmu mernbuatku terasa sakit sekali."
"Seharusnya aku tak memukul lebih keras lagi." "Mengapa? Masa' kau duga aku sengaja menipumu dan bermaksud mencelakaimu?"
"Masa' bukan?"
Zhang jiejie menjawab seraya menggigit bibirnya sendiri lagi: "Jika aku benar-benar ingin mencelakaimu, kenapa mesti sengaja mengagetkanmu dengan gong besar itu? Kenapa mesti
menunggumu di sini bagaikan orang yang dungu?"
Lingkaran matanya memerah, suaranya sudah tercampur bunyi tangis yang tertahan, tampaknya ia merasa telah dipersalahkan dengan sernena-mena, lalu tiba-tiba dengan kuat mendorong tubuh Chu Liuxiang, dan mau meloncat untuk berdiri.
Tentu saja Chu Liuxiang tak akan membiarkan dia berdiri.
Zhang jiejie mendelik dan berkata dengan nada gusar: "Kalau aku adalah wanita yang begitu jahat dan keji, lalu untuk apa kau terus menarikku?"
"Jika aku tidak menarikmu, lalu mau menarik siapa?" "Terserah kau mau menarik siapa! Tak ada sangkut paut dengan aku kok!"
"Jika tak ada sangkut paut denganmu, lalu bagaimana bisa guci cukamu itu tertumpah?"
Zhang Jiejie berkata seraya tersenyum dingin: "Siapa yang telah menumpahkan guci cukanya? Jangan ngaco belo ah!"
Chu Liuxiang berkata dengan santai: "Sekalipun cukanya tidak sebanyak satu guci, tapi pastilah cuka yang ada di dalam gong sebesar itu, tak akan terlalu sedikit!"
Zhang Jiejie berkata dengan gusar: "Aku lihat bahwa saat itu kepalamu sudah pening, jika bukan dengan gong yang sebesar itu, bagaimana mungkin arwahmu dapat dipanggil kembali?"
la ngomong, tapi akhirnya tak kuasa menahan dirinya dan mulai tertawa lagi, jari tangannya menotol hidung Chu Liuxiang cukup keras, menggigit bibirnya sendiri dan berkata seraya tersenyum: "Kau lihatlah dirimu sendiri, tampaknya sampai sekarang arwahmu masih belum kembali!"
Chu Liuxiang menatapi dia, lama sekali baru bergumam setelah menghela nafas: "Aku kira kepalaku seharusnya dibenamkan dalam air yang dingin."
Zhang Jiejie mendeliki dia, lalu bertanya seraya tertawa: "Apakah kau betul-betul mau minum air bekas cuci kakiku?"
la tertawa hingga seluruh tubuhnya menjadi lemas, dan bersandar lemas dalam pelukan Chu Liuxiang.
Chu Liuxiang memeluknya dengan dua tangan, dan berkata
seraya menghela nafas: "Beberapa hari ini, agaknya otakku selalu dalam keadaan pening, bahkan kian lama kian pening, jika tidak mencari sebuah cara untuk menghilangkannya, mungkin tak lama lagi akan jatuh pingsan dan mati!"
"Mati karena pening juga baik kan? Orang macam kau ini, mati satu ya kurang satu."
Chu Liuxiang bertanya seraya memandangnya lekat-lekat "Kau benar-benar menginginkan aku mati?"
Zhang Jiejie pun memandangnya lekat-lekat, tiba-tiba kedua tangannya pun memeluk erat-erat leher Chu Liuxiang, seraya berkata dengan suara lembut: "Aku tidak menginginkan kau, Aku lebih rela aku sendiri yang mati, tak mau kau yang mati!" "Sungguh?"
Zhang Jiejie tidak berkata apa-apa lagi, hanya makiin mengeratkan pelukannya.
Tidak peduli kata-katanya itu benar atau palsu, tapi pelukan semacam ini pasti bukanlah yang palsu!
Chu Liuxiang memahaminya.
Ia pun punya saat-saat di mana ia tak dapat menguasai dirinya sendiri, ketika menampakkan perasaan yang sebenarnya!
Waktu berlalu lama sekali, Zhang Jiejie baru menghela nafas panjang dengan pedih, dan bergumam: "Aku tidak tahu, betul-betul tidak tahu! Aku pun sudah pening."
"Apakah kau tidak tahu bahwa Nona Jin itu adalah....orang yang berpenyakitan?"
"Jika aku tahu, bagaimana bisa membiarkan kau pergi?" "Tapi sekarang kau sudah tahu kan?"
Hmm. "
"Kapan tahunya? Bagaimana tahunya?"
"Setelah kau masuk, hatiku tak bisa tenang, makanya aku ikut masuk."
"Apa saja yang kau lihat dan dengar?"
"Aku dengar dari seseorang, bahwa nona keluarga mereka itu adalah...seorang pasien yang amat menakutkan, yang penyakitnya sudah tidak ada harapan lagi, tapi untunglah sekarang sudah mendapatkan seorang yang akan menggantikan nona itu untuk mati."
Tiada seorang pun yang mengatakan penyakit apa yang diderita oleh Nona Jin itu.
Disebabkan penyakit ini memang betul-betul menakutkan!
Sebab siapa pun tahu bahwa di dalam dunia ini, (pada jaman dahulu), tidak ada sejenis penyakit yang lebih menakutkan dari penyakit kusta!
Pada jaman itu, kusta sudah tidak dianggap lagi sebagai semacam penyakit, tapi dianggap sebagai semacam bencanadan semacam kutukan! Sehingga orang-orang tidak berani, juga tidak tega hati untuk menyebutnya!
Zhang Jiejie berkata dengan murung: "Pada awalnya Jin Siye pun tidak setuju untuk berbuat demikian, tapi mau tidak mau harus berbuat demikian, makanya hatinya tidak tenteram dan amat menderita, makanya ia mau membunuhmu untuk membungkam mulutmu."
Seseorang jika hatinya tidak tenteram dan merasa malu kepada diri sendiri, pada umumnya ingin melukai atau mencelakai orang lain.
Chu Liuxiang berkata setelah menghela nafas: "Aku sekali-kali tidak menyalahkan dia. Seorang ayah, demi anak perempuannya sendiri, sekalipun berbuat hal yang keliru pun masih pantas dimaafkan, apalagi aku pun tahu bahwa ini bukanlah gagasannya." "Apakah kau tahu ini gagasan siapa?"
"Tentu saja adalah orangyang begitu getol mau mencabut nyawaku itu"
"Tidak salah. Aku pun tertipu olehnya sehingga menyuruh kau pergi ke sana. Pada awalnya aku menduga dia yang berada di sana, sebab dia memberitahuku bahwa dia akan menunggumu di sana."
"Ia sendiri yang memberitahumu?" Zhang Jiejie mengangguk,
"Kau kenal dia?"
Zhang Jiejie mengangguk lagi.
"Jikalau kau tahu dia itu siapa, kenapa tidak mau beritahukanku?"
Zhang Jiejie menatap ke kejauhan yang gelap pekat itu, dan
dalam matanya tiba-tiba muncul semacam rasa ketakutan yang sulit terlukiskan, tiba-tiba memeluk lagi tubuh Chu Liuxiang erat-erat dan berkata: "Saat ini aku hanya berpikir untuk melarikan diri saja!
Kau.... Kau mau menemaniku untuk melarikan diri bersama-sama?"
"Melarikan diri ke mana?"
Zhang Jiejie bergumam bagaikan sedang mengigau: "Terserah tempatnya, asal di tempat itu tiada orang lain, hanya ada aku dan kau, di sana selain tidak ada orang yang dapat menemukanku, juga tidak ada orang yang dapat menemukanmu."
Ia menutup matanya, bulu matanyayang indah itu telah bergantung air matayang mirip dengan mutiarayang bening, dan
melanjutkan kata-¬katanya bagaikan igauan: "Saat ini apa pun tidak aku inginkan, aku hanya inginkan dapat berdua denganmu, dengan tenteram melewati hidup bersama!"
Chu Liuxiang tidak berkata apa-apa, lama sekali ia berdiam Dan dalam matanya terlihat semacam ekspresi yang aneh, entah ia sedang berpikir, atau sedang bermimpi?
Zhang Jiejie tiba-tiba membuka mata, menatap dia seraya bertanya:
"Kau tidak percaya omonganku?"
Chu Liuxiang menganggukkan kepala perlahan dan menjawab: "Aku percaya."
"Kau...kau tidak mau?"
Wajah Zhang Jiejie memucat, tubuhnya sepertinya mulai ber¬gemetaran.
Chu Liuxiang berkata setelah menghela nafas yang panjang: "Aku percaya, aku pun mau, cuma sayang. "
"Cuma sayang apa?"
Dengan kedua tangannya Chu Liuxiang memegang kepala dan
muka gadis yang pucat itu, dan berkata dengan suara nan lembut: "Cuma sayang bahwa di dunia ini sekali-kali tidak ada tempat semacam itu!"
"Sekali-kali tidak ada tempat apa?" Chu Liuxiang berkata dengan murung: "Sekali-kali tidak ada tempat di mana orang tidak bisa menemukan kita — Baik kita melarikan diri dan bersembunyi di mana saja, cepat atau larnbat, pasti akan ditemukan orang."
Wajah Zhang Jiejie menjadi makin pucat.
Ia sebenarnya adalah gadis periang, namun saat ini tampaknya ia tiba-tiba mempunyai banyak masalah yang memberatkan hati, dan banyak ketakutan!
Apakah sebabnya? Apakah karena cinta?
Cinta memang adalah sesuatu yang paling tidak dapat dipegang! Cinta kadang-kadang membuat orang menderita, kadang-kadang membuat orang bersukacita, kadang-kadang membuat orang berdukacita, tapi kadang-kadang membuat orang berbahagia!
Orang yang paling menderita, mungkin akan menjadi berbahagia setelah memiliki cinta!
Sebaliknya, orang yang paling bahagia pun mungkin akan menderita amat sangat setelah memiliki cintal
Justru inilah misteri cinta!
Tetapi hanyalah cinta sejati yang selalu bertahan, dan selalu mendatangkan kebahagiaan!
***
Zhang Jiejie menundukkan kepala dan terdiam lama sekali, air matanya bercucuran dan jatuh ke dalam air dingin tapi bersih itu.
Di dalam air terpantul cahaya bintang. Cahaya bintang yang remang-¬remang.
Kemudian ia mengangkat kepalanya, dan cahaya bintang
gemintang nan remang-remang itu, sepertinya telah disembunyikan ke dalam biji matanya!
Ia menatap lekat-lekat Chu Liuxiang serta berkata dengan penuh perasaan- "Aku pun tahu bahwa di dalam dunia ini sekali-kali tidak
ada tempat yang selama-lamanya tak akan ditemukan orang,
tapi...asal kita di sana dapat berdua selama satu tahun, satu bulan, atau bahkan satu hari pun aku sudah amat berbahagia, amat puas."
**.*
Chu Liuxiang tidak berkata apa-apa lagi.
Seandainya anda adalah dia, pada suatu malam nan dingin yang cahaya bintangnya remang-remang, ada seorang gadis yang anda sukai itu berbaring di dalam pelukan anda, menyatakan cinta pada anda dan minta anda membawanya pergi.
Anda masih bisa berkata apa lagi?
Setiap orang pasti punya saat-saat di mana perasaannya bergelora dan tak mampu menguasai diri, pada saat itu, kecuali "jantung hati"-nya, semua hal ia dapat mengesampingkannya dan bahkan melupakannya!
Setiap orang dalam hidupnya, pasti paling sedikit melakukan sekali atau dua kali hal yang bodoh tapi manis ini!
Barangkali hal semacam ini tidak memberi faedah apa-apa bagi dia, namun paling tidak bisa meninggalkan sebuah kenangan nan
indah, yang bisa dikenang terus ketika ia telah memasuki masa tua yang penuh kesepian itu.
Seseorang jika pada masa tuanya, di malam-malam musim salju
yang teramat dingin itu, jikalau tidak punya satu atau dua kenangan manis semacam ini yang terus diingat, bagaimana bisa bertahan
untuk melewati musim dingin yang begitu lama itu?
Mungkin pada saat itulah ia akan menyadari dan merasakan, bahwa ia telah melawati sepanjang hidupnya dengan sia-sia!
***
Matahari baru terbit, dan sinar matahari yang menembusi daun¬daun pohon, menebarkan bayang-bayang sinar yang berberkas-berkas, persis seperti intan-intan.
Zhang Jiejie menggandeng tangan Chu Liuxiang, berjalan tanpa suara di sebuah jalan kecil nan hening.
Hati pun penuh dengan rasa bahagia nan hening, dan merasa bahwa hatinya belum pernah sebahagia sekarang !
Lalu Chu Liuxiang?
Walaupun kelihatannya ia pun merasa bahagia, tetapi juga kelihatannya sedikit bingung.
Disebabkan ia tidak tahu: Apakah berbuat demikian adalah benar? Ada banyak hal, ia betul-betul sulit mengesampingkannya Ada banyak orang, ia betul-betul sulit melupakannya!
"Setiap orang tentu punya saat-saat perasaan bergejolak." Chu Liuxiang juga adalah orang, sehingga ia pun tidak terkecuali. Angin sepoi-sepoi berhembus dari penghujung jalan, dan di pedalaman daun-daun pohon nan hijau ada sepasang burung pipit yang sedang berkicau dengan mesra.
Zhang Jiejie tiba-tiba mengangkat kepala dan bertanya seraya tersenyum manis: "Tahukah kau apa yang sedang mereka bicarakan?" Chu Liuxiang menggelengkan kepala.
Dari dalam mata Zhang Jiejie muncul kepolosan bocah kecil, lalu berkata dengan suara lembut: "Kau dengar, Nona Pipit itu sedang meminta pada kekasihnya untuk membawa dia terbang ke timur dan terbang ke lautan, tetapi Tuan Pipit itu tidak mengabulkan permintaannya."
"Mengapa tidak mengabulkannya?'
Zhang Jiejie menjawab seraya mendelikkan mata: "Disebabkan ia amat bodoh, yang mengira bahwa kehidupan yang tenteram itu
lebih penting dari mencari kebahagiaan! Selain takut kepada angin dan salju di perjalanan, juga takut kepada kelaparan dan kedinginan.
Namun ia lupa bahwa seseorang yang tidak rela menderita pada awal-awalnya, selama¬-lamanya tak akan bisa memperoleh kebahagiaan sejati!"
Chu Liuxiang berkata dengan lamban: "Dalam pandangan sejumlah orang, kehidupan yang tenteram juga adalah semacam kebahagiaan!"
"Tapi, ia begini bersembunyi di pohon rumah orang lain, setiap
hari mesti berjaga-jaga terharlap bidikan batu dari anak-anak nakal, apakah ini pun bisa termasuk kehidupan yang tenteram?"
Ia menghela nafas dengan pelan, lalu melanjutkan kata-katanya dengan murung. "Makanya aku beranggapan bahwa ia seharusmya membawa Nona Pipit itu pergi, jika tidak kelak akan menyesal! Jikalau tidak melalui ujian dan perbandingan, bagaimana dapat memahami apa itu kebahagiaan yang sejati?"
Ketika mereka berjalan lewat di bawah pohon itu, sepasang
burung pipit yang berada di pohon itu, tiba-tiba terbang dan menuju ke timur.
Zhang Jiejie bertepuk tangan, berkata seraya tertawa manis: "Kau lihat mereka toh akhirnya pergi juga kan? Tampaknya Tuan Pipit ini boleh dibilang masih tidak terlalu bodoh."
Chu Liuxiang pun berkata seraya tertawa: "Apakah aku pun boleh dibilang tidak terlalu bodoh?"
Zhang Jiejie berjinjit, lalu mencium sekilas di pipi Chu Liuxiang, seraya berkata dengan suara halus: "Sebaliknya, kau betul-betul cerdas sekali”
"Kau ingin ke mana?" "Terserah kau."
"Kau tidak capek?" "Tidak."
"Kalau begitu kita berjalan terus saja bagaimana? Tidak peduli sampai ke mana."
"Baik."
"Asal kau mau, sekalipun berjalan sampai ke ujung laut dan tepi langit, aku akan mengikutimu selama-lamanya." ***
Senja hari.
Di sebuah kota kecil, senja hari di sana tampaknya begitu damai dan tenteram!
Ada sepasang suami istri yang berusia "senja", sedang berjalan bersama di bawah cahaya senja nan indah itu.
Si suami yang tua itu memakai sebuah topi rami kuning di kepalanya, topi itu tinggi dan kelihatan lucu, namun pria tua itu malah kelihatan serius dan berwibawa.
Istrinya berjalan tanpa suara di sisinya, kelihatannya begitu penurut dan puas, dikarenakan ia telah menyerahkan seumur hidupnya kepada sang suami, dan memperoleh ketenterarnan dan kebahagiaan seumur hidup!
Mereka berjalan dan lewat dengan begitu tenang dan tenteram, tidak mau diganggu orang, juga tidak mau mengganggu orang lain. Chu Liuxiang menghela nafas panjang dengan ringan.
Setiap kali ketika ia melihat pasangan suami istri tua semacam ini, di dalam hatinya selalu muncul semacam perasaan yang tak bisa dilukiskan dengan kata-kata!
Disebabkan ia tidak pernah tahu bahwa ketika ia sendiri sudah memasuki usia senja, apakah akan ada seorang pasangan hidup yang dapat berdampingan seumur hidup dengan dia!
Tetapi pada kali inilah, di dalam hatinya, perasaan bahagianya lebih baik dari perasaan murungnya, sebab Zhang Jiejie sedang menemani di sisinya!
Tanpa kuasa menahan dirinya, ia menggenggam erat tangan Zhang Jiejie.
Namun tangan Zhang Jiejie dinginnya seperti es.
Zhang Jiejie menundukkan kepala dan menatap ujung kakinya sendiri, lama sekali baru mengangkat kepala dan berkata seraya
tersenyum manis "Aku tidak begitu kedinginan, cuma kelaparan, bahkan sudah hampir gila karena kelaparan!"
Chu Liuxiang bertanya: "Kau mau makan apa?"
Biji mata Zhang Jiejie berputar-putar sejenak, lalu menjawab: "Aku mau makan sirip ikan."
"Bagaimana mungkin tempat semacam ini ada sirip ikan?" "Berjalan lagi kira-kira 1 km, akan sampai di sebuah kota yang cukup besar, dan aku tahu di sana ada sirip ikan."
"Katanya sekarang kau sudah hampir gila karena kelaparan, apakah masih bisa bertahan sampai ke sana?"
Zhang Jiejie menjawab seraya tersenyum: "Ketika aku makin lapar, makin kepingin makan yang enak-enak!"
Chu Liuxiang menimpalinya seraya tersenyum juga: "Ternyata kamu dan aku adalah sama, sama-sama rakus makan."
Zhang Jiejie terus tersenyum manis dan berkata: "Makanya kita adalah pasangan sejati sejak dari `sono' nya!"
"Baiklah, mari kita buruan pergi."
Zhang Jiejie membulatkan bentuk bibirnya dan berkata: "Saking laparnya aku sudah tidak bisa berjalan, apakah kau masih punya uang untuk menyewa kereta?"
Lalu mereka menyewa sebuah kereta.
***
Kereta itu melaju dengan amat kencang, sebab didesak terus¬ menerus oleh Zhang Jiejie.
Saat ini ketika memandang kereta itu, sudah kelihatan sinar lampu dari kota kecil yang berada di depan itu.
Chu Liuxiang sedang termangu-mangu memandang ke kejauhan.
Tiba-tiba Zhang Jiejie bertanya: "Apakah kau sekarang ini masih memikirkan orang itu?"
" Siapa?"
"Orang yang terus-menerus mau mencelakaimu itu."
Chu Liuxiang tersenyum sejenak, lalu berkata: "Kadang-kadang mau tak mau masih bisa memikirkan dia." "Tahukah kau kenapa sejak dulu aku tidak mau memberitahukanmu siapa dia?"
"Tidak tahu."
Zhang Jiejie berkata dengan suara halus: "Sebab aku tidak ingin kau pergi menyelidikinya, karena itu aku mau memohon kau satu hal."
"Apa itu?"
Zhang Jiejie menatapnya lekat-lekat, lalu berkata sehuruf demi sehuruf: "Aku mau kau menyanggupiku, bahwa lain kali tidak akan memikirkan dia, juga tidak akan mencari dia lagi."
Chu Liuxiang berkata seraya tersenyum sekilas: "Kapan aku pernah mencari dia? Selalu dia yang mencariku."
"Jikalau lain kali dia tidak mencarimu lagi?" "Tentu saja aku pun tak akan mencarinya" "Sungguh?"
Chu Liuxiang menjawab dengan suara halus: "Asal kau di sisiku, siapa pun aku sudah tidak mau mencarinya lagi. Aku sudah pernah menyanggupimu kan?"
Zhang Jiejie tersenyum dengan luar biasa lemah-lembutnya dan berkata: "Aku pasti akan selama-lamanya menemani di sisimu!"
Pada saat inilah terdengar ringkikan panjang dari kuda yang menghela kereta itu, dan kereta itu berhenti di depan sebuah rumah makan bertingkat yang sinar lampunya terang benderang.
Zhang Jiejie menggandeng tangan Chu Liuxiang dan berkata:
"Mari kita turun dan pergi mencari sirip ikan, asal uang cukup, aku sanggup melahap habis semua sirip ikan yang ada di tempat ini!"
***
Sirip ikan sudah terletak di meja — Sepiring besar penuh, panas dan harum.
Tetapi Zhang Jiejie belum kembali.
Tadi sewaktu dia barusan duduk, tiba-tiba berdiri lagi dan berkata: "Aku mau keluar sebentar."
Chu Liuxiang bertanya tanpa bisa menahan dirinya: "Mau ke mana?"
Zhang Jiejie membungkukkan pinggang, wajahnya menenipel ke
wajah Chu Liuxiang, dan berkata lirih di telinga Chu Liuxiang: "Aku pergi untuk membersihkan `stok barang' yang ada di dalam perutku, agar nanti bisa mengisi lebih banyak sirip ikan."
Di dalam rumah makan itu ada banyak orang, wajah dia menempel begini dekat, sampai-sampai Chu Liuxiang pun terasa agak jengah. Sampai sekarang pun, ia masih merasa sepertinya semua orang sedang memandangi dia.
Tetapi ia merasa hatinya sedang berbunga-bunga!
Seorang gadis, jika bukan sudah mencintai anda dengan segenap hati, bagaimana mungkin bisa berasyik-masyuk dengan anda di depan begitu banyak orang?
Kecuali Chu Liuxiang, mata Zhang Jiejie sepertinya sudah tidak bisa melihat pria kedua lagi!
Chu Liuxiang pun sudah tidak pernah lagi memerhatikan gadis lain!
Tetapi saat ini sirip ikan sudah hampir dingin, kenapa ia masih belum kembali?
Mengapa kaum gadis kalau melakukan sesuatu, selalu lebih pelandari kaum laki-laki?
Chu Liuxiang menghela nafas, mengangkat kepala, dan tiba-tiba terlihat ada dua orang yang sedang masuk dan luar pintu.
Dua orang tua: satu kakek, satu nenek.
Si kakek memakai sebuah topi rami kuning di kepalanya, topi itu berbentuk tinggi dan kelihatan lucu, namun ekspresi wajahnya amat berwibawa.
Chu Liuxiang tiba-tiba menyadari bahwa kedua orang ini adalah pasangan swami istri yang tadi terlihat di kota kecil itu.
Tadi mereka masih berjalan-jalan santai di kota kecil itu, tapi sekarang tiba-tiba juga sudah tiba di sini.
Mereka datang naik apa? Dan datang untuk apa?
Semula Chu Liuxiang merasa heran, tapi segera terpikirkan: "Kereta kuda di kota kecil itu kan bukan cuma sebuah saja? Jika kami bisa datang dengan kereta kemari untuk makan sirip ikan, orang lain kan juga bisa?"
Ia tersenyum pada diri sendiri, serta memutuskan untuk tidak iseng mengurusi urusan orang lain.
Tetapi siapa sangka bahwa pasangan suami istri itu sepertinya telah memutuskan untuk mencari dia, ternyata langsung berjalan ke depan dia, dan duduk di kursi yang berada di depan dia.
Chu Liuxiang menjadi terkesiap.
Tiba-tiba ia menyadari bahwa si kakek terus menatap dia, bukan saja ekspresi wajahnya amat serius, tatapan matanya pun amat dingin, bahkan seperti menatap seorang musuh besar saja!
Chu Liuxiang memaksa diri untuk tersenyum, dan bertanya: "Apakah anda berdua mencari seseorang?"
"Hmm"
"Anda mencari siapa?" "Hmm."
"Sepertinya saya belum pernah melihat anda berdua?" "Hmm."
Chu Liuxiang tidak bertanya lagi, sebab sudah paham apa yang sedang dicari kedua orang itu.
Mereka datang untuk mencari gara-gara!
Chu Liuxiang berpikir seraya menghela nafas: "Sekalipun aku
tidak pergi mencari orang lain, tapi larnbat atau cepat orang lain juga akan mencariku."
Sebenarnya sejak awal ia sudah dapat menduga hal ini, hanya tidak menduga bahwa datangnya secepat ini!
Saat ini ia cuma berharap Zhang Jiejie bisa cepat kembali, agar Zhang Jiejie bisa melihat dengan mata kepala sendiri, bahwa bukanlah dia yang yang mau pergi mencari orang lain, tapi orang lainlah yang mau datang mencari dia.
Dulu sepertinya ia tidak demikian.
Dulu sewaktu melakukan sesuatu, ia hanya bertanya apakah hal
itu layak dan sanggup dikerjakan? Selalu tidak ingin terlihat orang lain, juga tidak ingin diketahui orang lain.
Kedudukan Zhang Jiejie di dalam hatinya, sejak kapan sudah menjadi demikian pentingnya?
--Pada saat ini hatinya terasa kalut sekali.
Sejak dulu sampai sekarang, ia selalu melewati hari-harinya secara bebas dan tidak terikat, tapi sekarang hatinya sudah ada "beban", yang tidak mampu dilepaskannya sekalipun mampu, juga amat berat hati untuk melepaskannya!
Si kakek terus menatapinya dengan dingin, tiba-tiba berkata: "Kamu tidak perlu menunggu lagi."
"Tidak perlu menunggu apa?"
"Tidak perlu menunggu orang itu kembali." "Apakah anda tahu siapa yang saya tunggu?"
"Baik kamu sedang menunggu siapa pun, ia sudah tak akan kembali lagi!"
Jantung Chu Liuxiang sepertinya "dipelintir", lalu bertanya:` "Anda tahu bahwa ia tak akan kembali lagi?"
"Aku tahu."
Chu Liuxiang menuang secangkir arak meminumnya pelan-pelan, tiba-tiba tersenyum dan berkata: "Hal yang anda ketahui agaknya tidak sedikit."
"Hal yang aku tidak ketahui memang sedikit sekali." "Paling sedikit ada satu hal yang anda belum tahu." "Apa itu?" "Perangaiku" "Oh ya?"
Chu Liuxiang minum secangkir arak lagi, kemudian berkata
dengan suara hambar: "Perangaiku agak luar biasa, jika ada orang yang menyuruhku tidak melakukan suatu hal, aku justru rnaumelakukannya."
Air muka si kakek menjadi dingin dia berkata: "Kamu pasti akan menunggunya?"
"Pasti."
"Jika ia tidak kembali, kamu akan pergi mencarinya?" "Pasti."
Si kakek mendadak berdiri dan berkata dengan nada dingin: "Keluar!"
Chu Liuxiang berkata dengan sikap hambar: "Saya duduk manis di sini untuk menunggu orang, kenapa mesti keluar?"
"Sebab aku menyuruhmu keluar."
Chu Liuxiang tersenyum lagi dan berkata: "Jika begitu aku justru tidak mau keluar."
Bola mata si kakek seolah-olah mengerut, menganggukkan
kepala pelan-pelan, lalu berkata seraya tersenyum "Bagus! Kamu bagus sekali!"
"Memang aku lumayan kok"
"Tapi kali ini kamu keliru besar!" Mendadak si kakek menjulurkan tangannya,
Tangan ini kurus kering dan berwarna kuning gelap, persis seperti tangannya orang mati yang sudah lama dikuburkan! Dilihat dari arah mana pun, tangan ini tidak mirip tangan orang hidup!
Kemudian air mukanya timbul semacam warna abu-abu gelap. Bahkan Chu Liuxiang pun tidak pernah melihat ada seorang yang hidup yang air mukanya berwarna demikian!
Sampai-sampai topi rami kuning yang terpakai di kepalanya itu
pun, jika dilihat sekarang, sedikit pun sudah tidak kelihatan lucu lagi.
Si nenek masih duduk dengan diam, kelihatannya amat sabar dan penurut, tapi jika dilihat dengan teliti, akan tahu bahwa sepasang matanya ternyata berwarna hijau pucat, persis seperti jerambangyang bermunculan di antara makam-makam pada malam
yang dingin!
Sampai saat inilah Chu Liuxiang baru benar-benar melihat dengan jelas kedua orang ini.
Seharusnya ia lebih dini melihat dengan jelas, dikarenakan matanya memang tidak kalah dengan siapa pun yang ada di dunia ini!
Namun kali ini adalah pengecualian.
Paling sedikit ada tujuh sampai delapan orangyang lehih dini
melihat jelas dari Chu Liuxiang tentang kemisteriusan dan "kelainan" dari pasangan suami istri itu!
Sehingga begitu kedua orang ini masuk ke rumah makan ini, ketujuh sampai kedelapan orang ini segera berdiri, bayar uang makan dengan diam-diam, lalu pergi dengan diam-diam juga, lagaknya seperti kedua orang tua itu dapat mendatangkan musibah yang mengerikan, atau penyakit menular yang mematikan bagi ban yak orang!
Walaupun tiada seorang pun yang tahu: Siapa mereka? Dan datang dari mana?
Barangkali kedua orang itu bukan berasal ciari tempat mana pun di dunia ini!
Apakah anda pernah mendengar cerita orang mati yang bangkit dan hidup lagi dari dalam kuburan?
Tangan kering yang kekuning-kuningan itu keluar pelan-pelan dari lengan baju, lalu menjulur pelan-pelan ke Chu Liuxiang. Barangkali ini bukan tangan, tapi cakar setan!
Ternyata Chu Liuxiang masih tersenyum seraya bertanya "Anda ingin minum arak?"
Cangkir arak yang berada di tangannya itu tiba-tiba disodorkan ke depan.
Dengan berusaha keras, ia telah berhasil membuat dirinya tenang, maka gerakan ini dilihat dan diperhitungkan dengan amat tepat.
Maka cangkir itu dengan amat tepat telah berada di tangan si kakek. Cangkir itu kosong -- Cangkir arak di tangan Chu Liuxiang, umumnya adalah kosong.
Tangan si kakek tiba-tiba ada sebuah cangkir, mau tidak mau hal ini cukup mengejutkan dia!
Pada saat inilahterdengar bunyi"Praaak!", dan cangkir itu — Bukan pecah berkeping-keping -- pecah menjadi bedak!
Cangkir yang terbuat dari porselen putih itu segera menjadi setumpukan bedak, yang jatuh berguguran dari celah telapak tangan
si kakek, dan jatuh ke dalam piring yang berisi sirip ikan angsio yang merah dan terang itu.
Tangan si kakek ternyata penuh dengan tenaga dalam yang teramat menakutkan!
Tulang seseorang jika tercengkeram tangan ini, bukankah juga akan sama menjadi bedak?
Tangan itu tidak berhenti, dan dijulurkan terus untuk mencengkeram tulang Chu Liuxiang — Tulang mana pun juga boleh. Namun tulang mana pun juga tidak boleh tercengkeram!
Chu Liuxiang mendadak angkat sumpitnya dan disodorkan ke depan, dan berhasil menyumpit dua jari tangan si kakek.
Gerakan mereka betul-betul cepat sekali, tapi patahnya sumpit itu juga tidak lambat
"Taaak! Taaak! Taaak!" Sumpit ini telah patah tiga bagian.
Benda apa pun, asal kena tangan ini, semuanya akan segera
patah! Si kakek memandang dia dengan dingin dan berkata: "Berdiri! Keluar!"
Tetapi Chu Liuxiang justru tidak mau berdiri dan keluar. Jika begitu tulangnya akan segera patah!
Tangan itu sudah berada di depannya, dengan tulang dia hanya berjarak beberapa inci saja!
Ia sebenarnya dapat berkelit atau bahkan lari.
Baik si kakek itu setan atau manusia, jangan berharap dapat menyusulnya!
Tapi tidak tahu kenapa, ia justru tidak mau pergi, seolah-olah ia takut Zhang Jiejie dapat melihat kepengecutannya!
Ia sudah bersiap-siap untuk mengadu tenaga dalam dengan si kakek. Tenaga badan orang muda tentu saja lebih kuat dari orang tua, tapi tenaga dalam bukanlah tenaga badan,
tenaga dalam itu, mesti melatihnya makin lama baru bisa makin kuat.
Untuk hal ini ia betul-betul tidak punya keyakinan, dan biasanya ia tak akan melakukan sesuatu jika tidak punya keyakinan.
Namun pada kali ini tiba-tiba sifat membandelnya muncul. Dalam hitungan detik, dua pasang tangan telah saling menempel. Chu Liuxiang segera merasa tangannya seolah-olah sedang memegang besi soderan!
Kemudian kursi yang didudukinya itu berbunyi terus: "Kretaaak! Kretaaak!"
Si nenek tiba-tiba menggelengkan kepala, menghela nafas dan bergumam: "Kursi ini kelihatannya paling sedikit berharga dua tael uang perak, sayang sekali!"
Samba bergumam, dia mengeluarkan sebuah dompet bersulam
yang sudah luntur warnanya, mengambil keluar dua tael uang perak, menoleh dan melambaikan tangan pada si pelayan, serta berkata: "Ini uang untuk ganti rugi kursi kalian, ambillah."
Menyaksikan kejadian itu, air muka pelayan itu telah pucat pasi, dan ia tidak tahu apakah mesti pergi menerima uang itu atau tidak. Tepat pada saat ini, terdengar bunyi "Braaak!", dan kursi yang diduduki Chu Liuxiang itu telah pecah berkeping-keping.
Meskipun ia memaksakan diri untuk duduk "di udara", namun kekuatan tekanan di tangannya itu makin lama makin besar, sehinga ia sudah menjadi kewalahan, dan ia pun sudah tidak mampu berdiri.
Kekuatan tekanan tangan kakek ini, ternyata lebih menakutkan dari yang dibayangkan!
Ketika badannya tertekan makin lama menjadi kian rendah, tiba-
¬tiba tenaga tangan si kakek lenyap sama sekali, sehingga tak dapat
menguasai dirinya Chu Liuxiang menjadi terduduk, bukan duduk di lantai, tapi duduk di sebuah kursi.
Seolah-olah kursi ini muncul tiba-tiba dari dalam lantai! Ia menoleh dan terlihatlah Zhang Jiejie.
Akhirnya gadis itu telah kembali, berdiri di belakang Chu Liuxiang, dan berkata seraya tersenyum: "Bapak tua ini kenapa tidak mau duduk? Masa' takut bahwa kursi di tempat ini kurang kuat?"
Air muka si kakek menjadi makin tidak enak dipandang, tapi toh duduk dengan lambat-lambat.
Tangan Zhang Jiejie memegangi bahu Chu Liuxiang, lalu berkata seraya tersenyum: "Aku tidak tahu kalau di tempat ini ada teman yang kau kenal."
Chu Liuxiang sedang berusaha keras agar air mukanya menjadi sedikit lebih enak dipandang, sebab ia sungguh-sungguh tidak ingin or¬ang lain juga menganggap dia adalah setan hidup yang baru merangkak keluar dari dalam peti mati.
Kemudian ia baru menggelengkan kepalanya.
"Apakah artinya kau menggelengkan kepalamu?" tanya Zhang Jiejie.
Chu Liuxiang tersenyum sekilas dan menjawab: "Artinya adalah: Dahulu aku belum pernah bertemu mereka, kelak tidak mau bertemu mereka lagi."
Zhang Jiejie menunjukkan ekspresi wajah terkejut, dan bertanya "Kau tidak kenal mereka?"
"Tidak kenal."
Sebetulnya ia ingin mengucapkan kata-kata sejenis: "Sialan! Persetan!", tapi akltirnya ditahan kuat-kuat.
Zhang Jiejie mendelikkan mata, dan bertanya kepada kedua
orang itu: "Jika begitu kalian datang untuk apa? Masa' datang untuk mencariku?"
Si kakek menatap dia, akhirnya menggelengkan kepalanya pelan-
¬pelan dan menjawab: "Bukan, aku datang bukan untuk mencarimu."
Kemudian ia memutar badannya pelan-pelan, dan berjalan pergi dengan pelan-pelan.
Ketika si nenek mau menyusul pergi, Zhang Jiejie tiba-tiba berkata: "Tunggu."
Kakek dan nenek itu segera berhenti.
Zhang Jiejie berkata: "Siapakah yang telah menabur begitu banyak garam di sirip ikanku? Pasti asinnya minta ampun! Cepat ganti rugi untukku!"
Si kakek tidak berkata apa-apa, tapi si nenek mengambil keluar lagi dua tael uang perak dari dalam dompetnya, meletakkannya di meja, menggandeng tangan si kakek, dan berjalan keluar pelanpelan.
Hanya sekejap mata saja, mereka telah lenyap dalam arus orang
di luar pintu rumah makan, persis seperti tidak pernah muncul saja. Zhang Jiejie tertawa dan berkata dengan nyaring: "Minta lagi sepiring sirip ikan angsio, minta sirip rusuk yang terbaik ya! Aku sudah hampir gila karena kelaparan!"
*** Dilihat dari mana pun, tak akan terlihat bahwa Zhang Jiejie mirip seperti orang yang sudah hampir gila karena kelaparan.
Bukan saja ia tertawa dengan gembira sekali, bahkan wajahnya pun berseri-seri, persis seperti buah segar yang baru dikupas kulitnya.
Ini mungkin karena ia telah mengganti pakaiannya .Pakaian yang halus dan lembut, dan berwarna putih salju.
Chu Liuxiang menatap dia, dan menatap pakaian putihnya, lagaknya persis orang yang belum pernah melihat seorang gadis yang berpakaian putih.
Zhang Jiejie bertanya seraya tersenyum manis lagi: "Kau tidak menyangka kan bahwa aku pergi untuk berganti pakaian?"
Mulut Chu Liuxiang bergumam, namun siapa pun tidak mengerti apa yang digumamkannya.
Zhang Jiejie tersenyum manis terus, dan bertanya lagi dengan suara lembut: "Sebuah pepatah berbunyi:'wanita berias untuk yang menyukai dirinya', kau paham kan?"
Chu Liuxiang mengelus-elus hidung sendiri.
Zhang Jiejie bertanya lagi: "Pakaian ini bagus tidak? Kau suka?" Chu Liuxiang tiba-tiba berkata: "Aku sungguh-sungguh sukanya minta ampun!"
Zhang Jiejie membelalakkan mata, nampaknya terkejut, lalu berkata: "Kau lagi marah? Marah kepada siapa?"
Chu Liuxiang mulai cari cangkir mau minum arak
Zhang Jiejie tiba-tiba tersenyum manis lagi dan berkata: "Oh aku ngerti, kau pasti mengira aku kabur lagi, takut aku tidak kembali, maka kau jadi ngambek kan? Tetapi sekarang aku kan sudah
kembali, buat apa ngambek lagi?" "Hmmm"
Zhang Jiejie berkata seraya menundukkankepala: "Jika kau sungguh tidak menyukai pakaianku ini, aku akan menanggalkannya, menanggalkannya dengan segera."
Chu Liuxiang tiba-tiba meletakkan cangkir araknya, kemudian memeluk gadis itu dan mengangkatnya!
Zhang Jiejie terkejut bercampur girang, dan berkata: "Kau...kau sudah gila ya? Cepat turunkan aku, masa' kau tidak takut dilihat dan ditertawai banyak orang?"
Chu Liuxiang sama sekali tidak menggubris, menggendong dia dan berjalan keluar.
Zhang Jiejie berkata seraya tertawa cekikikan: "Sirip ikanku...sirip ikanku telah tiba nih!"
Sirip ikan memang sedang diantar kemari.
Pelayan yang mengantar sirip ikan itu, ketika melihat macamnya mereka ini, matanya mendelik, mulutnya ternganga, bahkan dagunya sepertinya mau lepas!
Tentu saja dagunya tidak bisa lepas, tetapi piring yang berisi sirip ikan itu benar-benar lepas dari tangannya.
"Praaang!", pining itu terjatuh dan pecah berkeping-keping. Zhang Jiejie menghela nafas, menutup mata seraya bergumam: "Tampaknya hari ini aku telah ditakdirkan tidak bisa menyantap sirip ikan ya!"
Ia memutar-mutar biji matanya, lalu berkata seraya tersenyum: "Meskipun tidak berhasil menyantap sirip ikan, tapi untung ada sebuah telinga babi yang sudah tersedia, yang dapat dimakan sebagai makanan ringan."
la menggigit dengan ringan, ringan sekali....
Chu Liuxiang sering mengelus-elus hidung, tapi jarang mengelus¬-elus telinga.
Pada kenyataannya, kecuali barusan telinganya digigit, ia talc akan mengelus-elus telinganya.
Sekarang ia sedang mengelus-elus telinganya.
Di telinganya ada dua tangan ---- Yang satu tentu saja adalah tangan Zhang Jiejie.
Ia pun mengelus-elus telinga Chu Liuxiang dengan ringan, dan bertanya dengan suara lembut: "Tadi gigitanku membuat kau sakit tidak?"
"Tidak sakit, tapi ditambah dua kata lagi." "Tambah dua kata?"
"Tidak sakit --- Baru aneh."
Zhang Jiejie tertawa nyaring, sambil tertawa manja tubuhnya menekan tubuh Chu Liuxiang, dan meniup-niup di telinga Chu Liuxiang.
Pada mulanya Chu Liuxiang pura-pura masih bisa bertahan, tapi akhirnya tidak tahan lagi dan tertawa terbahak-bahak, sampaisampai seluruh tubuhnya mengkeret dan melengkung, sehingga
nyaris terguling dan terjatuh dari bangku.
Nafas Zhang Jiejie tersengal-sengal, lalu berkata seraya tertawa cekikikan: "Jika kau berani sengaja membuatku marah, maka aku benar¬benar akan memotong-motong telingamu jadi abon babi, setelah ditaburi sedikit merica dan minyak wijen, aku akan menyantapnya”
Chu Liuxinag tertawa keras seraya pegang perut, tiba-tiba menjulurkan tangan dan menarik Zhang Jiejie turun dari bangku. Keduanya bergulingan bersama di tanah, dan tertawa cekikikan bersama.
Tetapi tiba-tiba, keduanya sama-sama tidak tertawa lagi. Itu dikarenakan mulut mereka telah "tersumpal"!
Tetapi suasana di dalam kamar itu lama sekali tidak "tenang", dan ketika suasananya betul-betul "tenang", tubuh mereka telah kembali ke bangku itu.
***
Angin musim panas sepoi-sepoi meniupi pintu dan jendela kamar
itu, cahaya bintang melewati kertas jendela dan menyinari pinggang Zhang Jiejie yang bagaikan terbuat dari giok pintu itu!
Di pinggang ini kenapa bisa ada butiran-butiran keringatyang bening bagaikan mutiara?
Entah sudah berapa lama waktu berlalu, Zhang Jiejie menghela nafas panjang dengan ringan dan berkata: "Jikalau aku beritahukanmu, bahwa kau adalah pria pertamaku sekaligus pria terakhirku, kau percaya tidak?"
"Aku percaya."
"Jika begitu kenapa tadi kau masih mencurigaiku, dan mengira aku tak akan kembali lagi?"
"Aku tidak mencurigaimu. Tapi itu kata mereka." "Mereka?"
"Yaitu pasangan suami istri yang mengerikan bagaikan titisan setan hidup itu!"
"Mengapa kau mau percaya omongan kosong mereka?"
Chu Liuxiang menjawab setelah menghela nafas: "Aku tidak percaya omongan mereka.... Cuma sedikit tegang." "Kenapa tegang?"
"Sekalipun aku tahu pasti kau akan kembali, tapi masih juga takut kau tidak kembali, karena. "
Tiba-tiha ia memeluk lagi Zhang Jiejie erat-erat dan berkata
pelan¬-pelan: "K arena jika kau benar-benar tidak kembali lagi, aku betul-betui tidak tahu mesti ke mana untuk mencarirnu!"
Zhang Jiejie menatapnya dengan tatapan yang lemah-lembut bagaikan aliran air di musim semi, lalu bertanya: "Benarkah kau menganggapku begitu penting?"
"Benar, benar!Benar! "
Zhang Jiejie tiba-tiba membenamkan kepala di dalam pelukan
Chu Liuxiang, menggigiti dan memaki-maki dia: "Kau si Tolol! Kau si Pandir! Kebodohanmu sudah tidak tertolong lagi! Masa' tidak dapat merasakan betapa baiknya aku kepadamu? Sekarang sekalipun kau mengusirku dengan pentung, juga tak akan berhasil!"
Kata-kata makiannya "berat", tapi gigitannya ringan sekali. Ia tertawa-tawa dan memaki-maki, sehingga tak jelas ini cinta atau benci? Tertawa atau menangis?
Hati Chu Liuxiang telah "mencair", dan berubah jadi "air yang mengalir", berubah jadi "asap yang ringan", berubah jadi "angin musim semi"!
Kemudian Zhang Jiejie berkata pelan: "Sebenarnya yang takut mestinya adalah aku, bukan kau."
"Kau takut apa?"
"Takut kau berubah hati! Takut kau menyesal!"
Zhang Jiejie tiba-tiba berdiri dan berkata seraya menggigit bibir sendiri: "Aku tahu kau bukan saja punya banyak wanita, juga punya banyalc sahabat, mereka semuanya merupakan orang-orang yang
tak bisa kau tinggalkan begitu saja kan? Walaupun sekarang kau pergi denganku, suatu saat pasti akan menyesal!"
Chu Liuxiang tidak berkata apa-apa lagi, hanya memandangnya dengan termangu-mangu.
Yang dipandang bukan matanya yang indah, juga bukan hidung dan mulutnya yang menawan itu.
Bagian tubuh manakah yang ia pandang?
Wajah Zhang Jiejie tiba-tiba memerah, tubuhnya mengkeret lagi, lalu berkata seraya mendorong tubuh dia dengan kuat: "Kau keluarlah, aku mau...aku mau. "
Chu Liuxiang bertanya seraya mendelikkan mata: "Kau mau apa?"
Zhang Jiejie menjawab dengan air muka kian memerah: "Kau
setan nakal ini! Jelas-jelas kau tahu kan? Cepat-cepatlah pergi dengan membawa serta mata keranjangmu itu!"
"Malam selarut ini, kau mau menyuruhku pergi ke mana?"
Bola mata Zhang Jiejie berputar-putar sejenak, lalu berkata
seraya tersenyum manis: "Tolong belikan sirip ikan untkku, sekarang aku betul¬betul nyaris gila karena kelaparan!"
Chu Liuxiang berkata seraya tersenyum masam: "Malam selarut ini, kau suruh aku pergi ke mana untuk beli sirip ikan?"
Zhang Jiejie sengaja mencemberutkan wajah dan berkata: "Aku
tidak peduli! Asal kau berani pulang tanpa membawa sirip ikan, hatihatilah telingamu akan berubah jadi abon telinga campur minyak
wijen!"
***
Ini adalah perkataan terakhirnya yang didengar Chu Liuxiang. Ia selamanya tak pernah menduga setelah mendengar perkataan ini, harus berapa lama lagi baru bisa mendengar suaranya lagi!
***
Bab 9 : Dimanakah Jantung Hatiku?
Ketika Chu Liuxiang pulang dengan membawa sirip ikan, Zhang Jiejie sudah tidak ada.
Meskipun orangnya telah pergi, tapi keanggunannya —
perasaannya dan wanginya, seolah-olah masih tertinggal di bantal, tertinggal di celah baju, dan tertinggal di setiap sudut dari rumah ini. Di dal am hati - mata dan pikiran Chu Liuxiang, tetap masih bisa merasakan keberadaannya!
"Ia segera akan kembali! Pasti tidak lama!" duga Chu Liuxiang. Ia membalikkan badan di ranjang, seluruh badan dirilekskan, serta menikmati sisa-sisa wangi yang ada di bantal kepala.
Hatinya penuh dengan suka cita dan kepuasan.
Karena ia masih bisa "menghirup dan merasakan" gadis itu. Karena ia mengira Zhang Jiejie segera akan kembali.
Makapenantian yang penuh dengan kesepian ini berubah menjadi kenikmatan yang terasa manis.
Di bantal kepala itu ada sehelai rambut. Rambutnya Zhang Jiejie panjang-halus dan terang, persis seperti "benang cinta" nya gadis itu.
Ia menggulung erat-erat rambut itu di jari tangannya Sama
seperti ia telah menggulung erat-erat "benang cinta" itu di hatinya! Namun Zhang Jiejie tidak kembali.
Bantal kepala dan baju telah jadi dingin, ia masih belum kembali. Malam yang panjang sudah hampir berlalu, fajar pun sudah menyingsing, ia masih belum kembali.
Chu Liuxiang telah tertidur, lalu bangun, dan menggeliat dengan resah di ranjang, tetapi ia belum kembali.
"Ia pergi ke mana? Kenapa masih belum kembali?" "Mengapa? Mengapa?. "
Chu Liuxiang tidak bisa menjelaskan, juga tidak bisa membayangkannya! "Masa' sejak saat itu ia telah lenyap dari dunia ini? Masa' selama lamanya aku sudah tidak bisa bertemu lagi dengannya?"
Ia tidak bisa percaya, tidak berani percaya, juga menolak untuk percaya!
"Aku pasti bisa menunggu sampai dia kembali, pasti bisa!" Tetapi ia telah menunggu dengan sia-sia.
Waktu berjalan begitu lambat, dan lambatnya dapat membuat or¬ang jadi gila!
Setiap kali angin menghembusi jendela dan pintu, ia selalu mengira gadis itu sudah kembali.
Tetapi sampai kegelapan malam tiba sekali lagi, tetap saja tidak nampak bayangan gadis itu.
"Masa' ia benar-benar telah pergi tanpa pamit?"
"Masa' kata-kata manisnya dan janji setianya itu, hanyalah mau meninggalkan penderitaan yang sulit terlupakan selama-lamanya untukku?"
"Mengapa ia mau berbuat demilu.an?Mengapa ia mau menipuku?"
Sebenarnya ia bukanlah orang yang sentimentil, dan biasanya ia selalu tidak memasukkan dalam hati untuk hal-hal yang tidak menyenangkan hatinya.
Baik itu berkumpul maupun berpisah dengan seseorang, biasanya ia tidak terlalu menganggap serius.
Dikarenakan hidup manusia begitu pendek, berapa lama sih bisa berkumpul maupun berpisah?
Dikarenakan seseorang atau sesuatu itu datangnya buru-buru, perginya pun buru-buru, Jalu mengapa mesti terlalu menganggap serius? Tetapi sekarang ia tahu dirinya salah.
Ada sejumlah hubungan yang sama seperti meteor, yang sekalipun pertemuannya cuma sekejap mata, tapi dapat
menimbulkan percikan "bunga" api yang begitu menyilaukan mata! Meskipun percikan "bunga" api itu bisa padam, tapi dampak dan goncangan yang terjadi dalam waktu sekejap mata itu, sulit terlupakan untuk selama-lamanya, bahkan kadang-kadang itu menimbulkan penderitaan seumur hidup!
Bahkan kadang-kadang itu dapat menghancurkan seseorang!
Meskipun Chu Liuxiang tidak memasukkan hal-hal yang tidak menyenangkan hati ke dalam hatinya, tetapi ia bukanlah orang yang tanpa perasaan.
Justru mungkin dikarenakan perasaannya terlalu banyak dan terlalu dalam, sedikit lepas kendali akan meluber!
Oleh karena itu biasanya ia selalu berlagak layaknya ia adalah orang tanpa perasaan.
Tetapi di dunia ini, siapakah yang benar-benar tanpa perasaan? Chu Liuxiangberdiri pelan-pelan, dan berjalan pelan-pelan ke depan jendela.
Mendorong jendela dan melihat ke luar, dan terlihatlah awan yang bercahaya, yang memenuhi langit senja.
Seolah-olah semua itu tiba-tiba masuk dan memenuhi hatinya, seluruh badannya terguncang hebat karena emosi yang bergelora! "Biar pun kau berada di mana saja, aku pasti mencari dan menemukanmu!"
Ia bersumpah akan mencari dan menemukan gadis itu untuk bertanya sampai jelas!
***
Tetapi mau pergi ke mana untuk mencari Zhang Jiejie?
Apakah ia berada di sisi langit? Atau di ujung laut? Atau berada di puncak gunung yang senantiasa tertutup awan?
Tiada seorang pun yang tahu ia datang dari mana? Juga tiada seorang pun yang tahu ia telah pergi ke mana?
Barangkali ia memang bukan penduduk bumi ini!
Chu Liuxiang mencari dia dengan amat bersusah payah.
Setiap tempat yang dia pernah muncul, Chu Liuxiang sudah pergi mencarinya.
Ada kalanya Zhang Jiejie muncul di sebuah bukit, ada kalanya ia muncul di antara pohon-pohon, bahkan ada kalanya muncul di sebuah bak mandi!
Boleh dibilang Chu Liuxiang sudah kehabisan akal dan daya!
Ia telah jadi kurus, juga telah kecapekan, di wajahnya telah kehilangan daya pesona yang cukup membuat para gadis tergilagila, serta membuat para musuhnya menjadi gentar itu!
Namun ia tidak peduli.
K arena penderitaan yang sebenarnya ada di dalam hatinya! Sebelumnya ia tidak benar-benar memahami bahwa di dunia ini, ternyata ada penderitaan yang demikian dalam!
"Masa' di dalam dunia ini benar-benar tiada seorang pun yang mengetahui keberadaannya.
Mendadak ia teringat pada Jin Siye.
Ia segera pergi mencarinya, dan pada senja berikutnya, ia tiba lagi di depan tembok tinggi itu.
Suasana malamnya sama, cahaya bulannya sama, tetapi suasana hatinya berbeda sekali.
Ketika mengenang pada malam itu, Zhang Jiejie menggandeng tangannya dan berjalan kemari, tiba-tiba hatinya seolah-olah berubah menjadi kosong melompong, keseluruhan dirinya juga seolah-olah berubah menjadi kosong dan melayang-layang tanpa ada pijakan!
Ia tidak melayang ke ujung tembok itu, tapi berjalan pelan-pelan menyusuri sudut tembok itu.
Setelah melewati sudut tembok itu, terlihatlah pintu depan keluarga
Jin.
Juga terlihat ada serombongan bhiksu berpakaian abu-abu dan berlengan baju putih, yang menundukkan kepala dan berjalan pelan-
¬pelan masuk ke pintu depan keluarga Jin.
Ada tujuh sampai delapan orang calon bhiksu yang membawa peralatan-peralatan untuk upacara perkabungan, juga menundukkan kepala dan berjalan di belakang rombongan bhiksu itu.
Yang menyambut di pinggir pintu depan itu adalah seorang tua yang ekspresi wajahnya penuh dengan kedukaan yang mendalam, dan rambutnya telah beruban semua.
Orang tua itu ternyata adalah Jin Siye.
Hanya berselang beberapa hari, mengapa ia telah menua begitu banyak?
Semangatnya yang dulu menggebu-gebu, dan kepongahannya itu, sekarang telah sirna ke mana?
Sebenarnya di tempat ini telah terjadi peristiwa apa yang mengerikan?
Chu Liuxiang berdiri dan memandang dari jauh, tiba-tiba mengerti.
Yang meninggal itu pasti adalah Nona Jin, yaitu si gadis yang cantiknya bagaikan dewi, tapi yang hidupnya bagaikan berada di neraka itu!
Akhirnya ia menemukan pelepasan untuk dirinya. Hanya kematianlah yang merupakan pelepasan bagi dirinya.
Barangkali setelah mati ia akan lebih bersukacita dibanding ketika masih hidup.
Namun, bagaimana dengan ayahnya?
Pemirnpin . dunia persilatan daerah Jiangnan, pahlawan yang memiliki
kekuasaan dan kepongahan yang luar biasa ini, walaupun tangannya menggenggam kekayaan dan kuasa yang sanggup
merubah nasib orang banyak, tapi tetap saja tidak berdaya merubah nasib anaknya!
Sekalipun ia menghabiskan semua kekayaan dan kuasanya, tetap saja tidak sanggup membuat anak perempuan tunggalnya untuk terus hidup!
Ini bukan saja merupakan tragedi bagi Jin Siye, juga merupakan tragedi bagi seluruh umat manusia!
Hai Chu Liuxiang jadi "tenggelam", bahkan "tenggelamnya" makin dalam.
Semula ia bermaksud datang untuk mencari Jin Siye.
Tetapi sekarang ketika sudah melihat Jin Siye, dengan diam-diam ia memutar badannya dan pergi.
Ia berjalan terus.
Tiba-tiba ia sadar bahwa di depan ada sebuah aliran air yang jernih menghalangi jalan majunya.
Di atas langit ada bulan, di dalam air juga ada bulan Chu Liuxiangberdiri ter mangu-mangu di sana, merundukkan
kepala dan memandang ke bayangan bulan terang yang berada di dalam air itu.
Tiba-tiba ia merasa bahwa di dunia ini ada sebuah hal, yang mirip sekali dengan bayangan bulan di dalam air!
Di dalam air seolah-olah ada bulan, dan anda telah melihat
dengan jelas, tapi ketika anda ingin menangkapnya, bukan saja anda pasti sia-sia, bahkan ada kemungkinan terjatuh ke dalam air.
Bahkan ada kemungkinan mati tenggelam!
Chu Liuxiang tidak mau menangkap lagi bulan yang berada di dalam air, karena ia pernah melakukannya, dan memperoleh suatu pelajaran yang amat mengenaskan!
Tetapi sekarang di dalam air tetap ada bulan, dan ia masih dapat melihatnya.
Bagaimana dengan Zhang Jiejie?
Apakah selama-lamanya sudah tidak bisa bertemu lagi dengan
dia? Masa' ia persis seperti bulan yang berada di dalam air, yang keberadaannya tidak pernah benar-benar terjadi?
Bab 10: Perempuan tua nan misterius Malam kian dingin, air pun kian dingin.
Chu Liuxiang menengkurap di tanah, dan membenamkan kepala ke dalam air yang dingin itu.
Ia mau membuat dirinya sedikit berkepala dingin Ia betul-betul mernbutuhkannya!
Ketika air mengalir melewati wajah dan rambutnya, mendadak ia teringat pada sebuah kalimat yang pernah diucapkan Hu Tiehua. "Satu-satunya kelebihan arak dibanding air ialah: selama-lamanya arak tak akan membuat orang jadi terlalu sadar."
Perkataan-perkataan Hu Tiehua, selamanya adalah demikian: Sepertinya tidak logis, tapi sepertinya juga masuk akal
Yang aneh ialah, pada saat seperti itu yang teringat oleh dia bukan gadis yang baru meninggal itu, bukan juga Zhang Jiejie, tapi adalah Hu Tiehua.
Dikarenakan hanyalah di depan Hu Tiehua, ia dapat menceritakan semua penderitaan dirinya! Dikarenakan hanyalah Hu Tiehua yang sanggup memahami penderitaannya!
Dikarenakan Hu Tiehua adalah sahabatnya.
"Kenapa aku tidak pergi mencari dia?"
Sewaktu ia mengangkat kepala, tiba-tiba menyadari bahwa bulan di dalam air itu sudah tidak kelihatan.
Di atas aliran air yang jernih itu, entah kapan sudah muncul kabut tipis yang mirip asap.
Air sedang mengalir, kabut juga sedang mengalir.
Tiba-tiba ia menyadari bahwa di antara air dan kabut yang sedang mengalir itu, entah kapan sudah muncul sebuah bayangan gelap.
Bayangan itu seolah-olah munculnya berbarengan dengan kabut misterius itu.
Ketika ia mau menoleh tiba-tiba dari belakang badannyaterdengar suara seorang.
Suara itu serak-rendah dan terdengar tua, tapi memiliki semacam kekuatan sihir,yang berkata sekata demi sekata: "Dilarang menoleh! Kalau tidak selama-lamanya tidak bisa menemukan dia!"
Kata-kata ini benar-benar lebih ampuh dari semua ilmu sihir yang terdapat di dunia ini!
Jika Chu Liuxiang mau menoleh, tiada seorang pun yang dapat melarangnya, namun saat ini, seluruh kekuatan di dunia ini digabung pun takkan dapat menolehkan kepalanya!
Bayangan di dalam air itu sedikit menjadi jelas, samar-samar terlihat itu adalah seorang perempuan tua yang semua rambutnya telah putih, dan tangannya memegang sebuah tongkat panjang.
Chu Liuxiang bertanya tanpa bisa menahan diri: "Apakah anda tahu siapa yang sedang saya cari?"
Perempuan tua yang berpakaian hitam itu menjawab: "Yang
kamu cari itu sebenarnya adalah orang yang selama-lamanya tidak bisa kamu temukan!"
"Anda...siapa anda?"
"Aku adalah satu-satunya orang yang dapat membantumu untuk menemukannya!"
Seluruh tubuh Chu Liuxiang dingin bagaikan es, namun di dalam hatinya seperti ada api yang mulai menyala lalu bertanya: "Apakah anda tahu dia ada di mana?"
"Hanya aku yang tahu."
"Apakah anda bisa memberitahukanku?"
"Tidak bisa, aku cuma bisa membantumu untuk mencari dia, tetapi itu pun bukan suatu hal yang mudah."
Chu Liuxiang menggenggam erat-erat kedua kepalan tangannya, sampai nyaris saja tidak bisa mengeluarkan suara.
Perempuan tua yang berpakaian hitam itu bertanya "Apakah kamu takut menderita?"
"Tidak takut."
"Apakah kamu takut mati?" "Kadang-kadang takut. "
"Tetapi demi menemukan dia, mati pun kamu tidak takut?" "Ya."
Perempuan tua itu tiba-tiba berkata seraya menghela nafas
pelan: "Aku memang tidak keliru menilaimu, kamu betul-betul adalah orang yang pantas kubantu."
"Anda. "
Perempuan tua itu tiba-tiba menyela dengan berkata: "Tujuanku bertanya hanyalah supaya kamu paham: Hanyalah orang yang tidak takut menderita serta tidak takut mati, yang dapat menemukan dia." "Saya...saya sudah paham."
Kelihatannya perempuan tua itu menganggukkan kepala pelan¬- pelan, dan berkata pelan-pelan setelah berdiam lama sekali: "Di dunia ini ada sebuah keluarga yang amat misterius, ada yang mengatakan bahwa mereka datang dari sisi langit, ada yang mengatakan bahwa mereka dari ujung laut, ada yang mengatakan bahwa mereka dari padang salju yang semua tetesan air telah menjadi es, ada yang mengatakan bahwa mereka dari padang belantara yang seekor burung pun tidak kelihatan, sebenarnya. "
Suaranya kian rendah: "Sebenarnya di dalam dunia ini sama sekali tidak ada orang yang tahu mereka datang dari mana?” "Apakah yang anda maksud itu adalah keluarga yang bermarga Ma itu?"
"Ada yang berkata bahwa mereka bermarga Ma, ada yang berkata bahwa mereka tidak bermarga Ma, sebenarnya. "
"Sebenarnya di dalam dunia ini sama sekali tidak ada orang yang tahu sesungguhnya mereka bermarga apa?"!
"Betul."
"Masa' mereka punya sesuatu hubungan dengan Zhang Jiejie?" Perempuan tua itu tidak menjawab pertanyaan ini, melainkan membisu lama sekali, baru berkata pelan: "Dikarenakan kamu sudah tahu tentang keluarga ini, barangkali tahu juga merekatinggal di mana?"
Chu Liuxiang mengangguk dan berkata: "Menurut legenda kuno, mereka tinggal di atas gunung besar nun jauh di sana, dalam sebuah gua yang misterius, tetapi belum pernah ada orang yang ketemu mereka, juga belum pernah ada orang yang berani pergi ke sana untuk mencarinya."
Perempuan tua itu berkata dengan dingin: "Ada orang yang pernah mencari, tetapi tidak pernah ada yang kembali!"
Chu Liuxiang berkata setelah menghembus nafas yang panjang: "Apakah anda mau aku sekarang pergi untuk mencari mereka?" "Kamu tidak berani pergi?"
"Asal bisa menemukan dia, tempat apa saja akan aku datangi!." "Jikalau kamu tidak bisa kembali, apakah tidak menyesal?" "Pada saat itu apa gunanya lagi untuk menyesal?"
"Yang kutanyakan bukan ada gunanya atau tidak, melainkan adalah: kamu menyesal atau tidak?"
Chu Liuxianginenghela nafas dan menjawab: "Sekali-kali takkan menyesal!"
"Jika tak akan menyesal, kenapa mesti menghela nafas?" Chu Liuxiang tidak mampu menjawabnya.
Tentu saja tidak bisa memberitahukan dia, bahwa ia menghela nafas, hanya disebabkan ia merasa perempuan tua itu terlalu bawel dalam bertanya ---- Ada yang tidak usah ditanyakan, malahan ditanyakan, bahkan sekali masih belum cukup, masih mau tanya lagi!
Sebenarnya ia tidak bisa memastikan bayangan orang di air itu apa benar sudah tua sekali, tapi sekarang sedikit pun ia tidak meragukannya.
Yang paling bawel di antara manusia, pasti adalah perempuan; Dan yang paling bawel di antara perempuan, pasti adalah perempuan yang tua sekali.
Azas kebenaran ini juga tidak perlu diragukan lagi.
Baik dia orang macam apa saja, baik dia punya status yang amat tinggi, baik dia betapa misterius dan amat mengerikan!
Tetapi perempuan tua ya tetap perempuan tua!
Ketidak-beruntungan terbesar seorang pria adalah: Ketika jelas¬jelas ia sudah berada di dalam kegelisahan yang amat sangat, malahan ketemu seorang perempuan tua, yang berulang-ulang menanyakan kat a-¬kata yang lucu dan mengherankan, dan
memaksa dia harus menjawab!
Dalam situasi demikian, selain menghela nafas, ia bisa berkata apa lagi?
Namun kali ini perempuan tua itu ternyata tidak memaksanya menjawab.
Sepertinya ia pun menghela nafas dengan pelan, dan berkata pelan: "Mungkin saat ini kau merasa aku bertanya terlalu banyak, namun kelak kau akan paham bahwa pertanyaanku ini tidaklah berlebihan."
Chu Liuxiang hanya mendengarkan saja.
Perempuan ma itu berkata: "Sekarang aku bertanya terakhir kalinya. Jikalau kau sudah tahu bahwa setelah pergi tidak akan kembali untuk selama-lamanya, apakah kau masih mau pergi?" "Tetap pergi."
"Baik! Kalau begitu pergilah mencari keluarga Ma."
Chu Liuxiang berkata tanpa bisa menahan dirinya "Tetapi yang saya mau cari itu bukanlah mereka, yang saya mau can itu adalah Zhang Jiejie."
"Aku tahu."
"Namun sampai saat ini pun pernahkah anda beritahukanku, ada hubungan apa Zhang Jiejie dengan mereka?"
"Tidak pernah."
"Pernahkan anda beritahukanku, di manakah ia berada?" "Tidak pernah juga."
Chu Liuxiang bertanya seraya tersenyum masam: "Jika begitu, apa sebenarnya yang anda beritahukanku?"
Bayangan perempuan tua itu bergoyang-goyang di dalam air, dan berkata pelan-pelan: "Aku tidak memberitahukan apa-apa padamu, cuma ingin kau pergi ke tempat mereka, dan menemukan altar suci mereka."
"Altar suci?"
"Altar suci itu berada di dalam gua gunung yang kau tahu itu." "Itu tempat apa?"
"Tiada seorang pun yang tahu; selain mereka, belum pernah ada yang pergi ke sana."
Suara perempuan tua itu terdengar makin jauh dan sayup-sayup: "Mereka mempercayai semacam agama yang amat misterius, dewa
mereka berada di dalam altar suci itu, bagi mereka, itu bukan saja adalah tempat suci, juga adalah tempat terlarang, yang tidak mengijinkan orang luar masuk walau satu langkah saja!"
"Tapi sekarang anda malahan menyuruhku pergi ke sana?" "Kamu harus pergi ke sana, disebabkan hanyalah dewa mereka, yang dapat memberitahukanmu kabar Zhang Jiejie!"
"Dewa mereka?"
"Kau tidak percaya dewa mereka?"
"Saya mau percaya, tapi saya kan manusia fana, bagaimana bisa dewa berkomunikasi dengan manusia fana?"
"Sebab dewa mereka berbeda dengan dewa-dewa yang lain." "Apa bedanya?"
"Dewa mereka bukan patung, juga bukan dukun sakti, tapi adalah dewa yang hidup. Bukan saja kau dapat melihat rupanya, juga dapat mendengar suaranya!"
"Dapatkah aku mencari dan menemukan dewa itu?"
"Itu tergantung kepadamu, apakah dapat sampai di altar suci mereka?"
"Dengan cara bagaimana baru dapat sampai di altar suci itu?" "Harus pakai hikmatmu serta keberanianmu, tapiyang terpenting adalah tekad yang bersedia mengorbankan apa saja! Sebelum kau
pergi, kau harus bersiap-siap untuk mencampakkan semua yang kau miliki di dunia fana ini, kemudian. "
Suaranya dingin bagaikan salju dan es yang berada di ujung langit, dinginnya dapat membuat darah orang jadi membeku! Chu Liuxiang bertanya seraya mengertakkan gigi: "Kemudian bagaimana?"
"Kemudian kamu boleh tidak peduli apa pun, bahkan boleh Tujuan menghalalkan segala cara'. " Suaranya tiba-tiba berubah jadi panas bagaikan lidah api neraka: "Kau boleh menggunakan segala cara, bahkan dengan cara
terkeji dan terhina sekalipun, asal kau dapat sampai di altar suci mereka, dan dapat melihat dewa mereka, mereka pasti tidak bisa lagi mencelakaimu!"
"Tapi. "
Tiba-tiba perempuan tua itu memotong perkataannya dan
berkata: "Tapi masih ada satu hal yang harus benar-benar diingat" "Apa itu?"
"Kau boleh pakai akal untuk memperdayai mereka, pakai pentung untuk merobohkan mereka, bahkan mau pakai senjata rahasia atau obat bius pun tidak apa-apa, tapi sekali-kali jangan menyebabkan siapa pun dari mereka mengucurkan darah!"
Ia meneruskan dengan kata demi kata: "Asalkan badanmu terkena setetes darah mereka, kau pasti akan menyesal seumur
hidup...sekarang kau sudah tahu semuanya, jika tidak pergi ke sana, juga pasti akan menyesal seumur hidup!"