Legenda Bunga Persik Jilid 05

Pantaiyang banyak ditumbuhi pohon willow Cahaya rembulan nan lembut.

Zhang Jiejie menggandeng tangan Chu Liuxiang, keduanya berjalan santai di tanggul yang panjang dan lures itu. Deburan ombak menghantam tanggul itu dengan ringan, seringan rambut Zhang Jiejie.

Ia melepaskan pita sutera yang mengikat rambutnya,

membiarkan angin malam menghembusi rambutnya sampai teruraiurai dan mengenai pipi dan leher Chu Liuxiang.

Rambutnya lembut dan ringan, seringan deburan ombak yang berada di bawah tanggul itu!

Malam yang amat cerah, selain rembulan yang terang, tidak ada yang lain.

Di dalam hati Chu Liuxiang juga tidak ada yang lain, yang ada hanyalah, sedikit perasaan murung yang manis.

Seseorang hanyalah pada ketika dia merasa paling bahagia, barulah ada perasaan murung yang aneh semacam ini.

Tetapi ini karena apa?

Tiba-tiba Zhang Jiejie bertanya: "Apakah kau tahu sebuah sajak yang paling kusukai?"

"Tidak tahu'. "Coba terka."

Chu Liuxiang mengangkat kepalanya, lalu terlihatlah biji-biji willow yang menyerupai kapas itu sedang melayang-layang di tengah angin,

Cahaya bulan yang pucat, dan tanggul panjang yang agak remang. Deburan ombak yang ringan itu bagaikan musik yang

mengalun. Chu Liuxiang tidak dapat menahan perasaannya lagi, lalu bersenandung dengan suara yang tidak keras:

"Bilakah dan di manakah bangun dari mabuk arak di malam ini?" Pantai pohon willow

Angin subuh dan rembulan yang sudah hampir terbenam." Tangan Zhang Jiejie tiba-tiba menggenggam erat tangan Chu Liuxiang, dan tubuhnya bersandar di bahu Chu Liuxiang.

Ia tidak berkata apa-apa.

Apa pun sudah tidak perlu dikatakan lagi.

Dua orang jikalau hati dan pikirannya telah menyatu, memang sudah tidak perlu untuk berkata-kata lagi!

"Bilakah dan di manakah bangun dari mabuk arak di malam ini? Pantai pohon willow.

Angin subuh dan rembulan yang sudah hampir terbenam."

Sajak Tiongkok yang kuno ini memiliki konsepsi artistik yang: Amat bebas lepas, amat memilukan, dan amat kesepian!

Chu Liuxiang pernah mengenal banyak gadis, ia pernah mencintai dan mengerti mereka.

Tetapi tidak tahu mengapa, hanyalah ketika ia berada bersama Zhang Jiejie, baru bisa betul-betul menghayati konsepsi artistik ini!

Seseorang ketika berada bersama dengan orang yang paling mengerti hatinya, seringkali merasakan ada semacam rasa kesepian yang memilukan!

Namun itu bukanlah kepiluan yang sejati, atau kesepian yang sejati.

Itu hanyalah semacam perasaan ajaib terhadap kehidupan manusia.

Seseorang hanyalah kalau sudah mencapai serta merasakan taraf kehidupan yang terindah ini, barulah puny-a perasaan demikian. Ini sama dengan konsepsi artistik dari sebuah sajak Tiongkok kuno yang lain, yang berbunyi:

"Memikirkan langit dan bumi yang luasnya tak terhingga, lalumnengucurkan air mata karen sadar dirinya hanyaa seorang diri saja."

Itu bukan kepiluan, bukan kesepian. Itu adalah keindahan.

Keindahan yang dapat menggetarkan sukma! Keindahan yang dapat juga mematahkan semangat!

Seseorang kalau belum pernah merasai konsepsi artistik  semacam maka yang dia miliki benar-benar adalah kehidupan yang sepi!

***

Mereka sudah sampai di ujung tanggul.

Seberapa panjang sebuah jalan pun, suatu ketika pasti selesai menjalaninya.

Jikalau sudah selesai, apakah sudah tiba saatnya untuk berpisah?  Chu Liuxiang menghela nafas dengan lirih, lalu berkata lirih seperti berbisik: "Apakah kau mau pergi lagi?"

Zhang Jiejie merundukkui kepala, dan berkata seraya menggigit bibirnya: "Kau bagaimana?"

"Kau tentu punya tempat yang mesti dituju kan?" "Ya, dan semua orang juga punya,"

"Tetapi kau belum pernah menanyaiku: Kau datang dari mana? Dan mau pergi ke mana?"

"Benar, aku tak pernah menanyai." Selama ini ia jarang menanyai orang.

Dikarenakan ia selalu berasa bahwa: Jikalau orang itu rela mengatakannya, maka sama sekali tidak ada perlunya untuk menanyai. Jikalau tidak, maka menanyai pun tidak ada gunanya. Zhang Jiejie berkata: "Kau cuma pernah menanyaiku: Siapakah pemilik sepasang tangan itu? Dan dia berada di mana?"

Chu Liuxiang mengangguk.

"Tapi.... Tapikenapa hari ini kau tidak bertanya?" tanya Zhang Jiejie. "Dikarenakan aku pernah tanya, lalu buat apa tanya lagi?" "Kau kira aku tidak akan mengatakannya?"

Chu Liuxiang menjawab seraya tersenyum masam: "Jika kau rela mengatakannya, buat apa aku bertanya kan?"

"Itu mungkin karena dulu aku sendiri pun tidak tahu."

Chu Liuxiang berkata setelah tersenyum sejenak: "Bagaimanapun juga, aku sudah tidak ingin tanya lagi."

Zhang Jiejie bertanya seraya mengedipkan matanya: "Mengapa?" "Dulu ketika secara kebetulan aku bertemu denganmu, memang

benar aku mau mengorek sedikit informasi dari dirimu, makanya aku bertanya, tapi sekarang. "

"Sekarang bagaimana?"

"Sekarang.... Sekarang aku berjumpa denganmu, hanyalah ingin bersama-sama denganmu, tidak ada lagi yang lain."

Zhang Jiejie menengadahkan kepalanya dan menatap dia lekatlekat. Pandangan matanya bagaikan orang yang mabuk arak.

Badannya gemetar dengan pelan.

Apakah karena angin malam yang dingin? Atau karena rasa cinta yang membara dalam hatinya?

Tiba-tiba ia jatuh ke dalam pelukan Chu Liuxiang.

***

Pantai pohon willow

Malam hampir berakhir, rembulan hampir terbenam.

Zhang Jiejie bangun dan duduk, lalu membelai rambut di pelipis yang awut-awutan.

Dada Chu Liuxiang lebar sekali.

Di dalam rongga dada ini sebenarnya dapat menampung berapa banyak cinta dan benci?

Zhang Jiejie rebah di dadanya lama sekali, kemudian tiba-tiba berkata: "Bangunlah, aku mau bawa kau ke suatu tempat"

"Kemana?"

"Sebuah tempat bagus." "Untuk apa?"

"Mencari seseorang." "Mencari siapa?"

Mata Zhang Jiejie berkerlingan, lalu berkataperlahan, satu kata demi satu kata: "Pemilik tangan itu."

***

Kaum gadis umumnya aneh dan benar-benar aneh.

Jika anda memaksanya untuk menjawab satu kalimat saja, ia akan berkeras Bahkan mungkin sampai mati pun ---- tak mau mengatakannya.

Tapi jika anda tidak tanya, barangkali ia malahan ngotot mau memberitahukan anda!

Tembok yang amat tinggi.

Tembok yang saking tingginya sampai bunga badam merah pun tak kuasa menjulurkan ujung bunganya!

Seolah-olah bulan yang terang itu tepat berada di ujung tembok itu!

"Inikah tempat yang kau mau bawa aku kemari?" tanya Chu Liuxiang.

"Ini tempat apa?"

Zhang Jiejie tidak menjawab, malahan balas tanya "Apakah kau sanggup naik ke ujung tembok itu?"

Chu Liuxiang menjawab seraya tersenyum sekilas: "Di bawah kolong langit ini masih belum ada tembok yang aku tak sanggup naik ke atasnya" "Jika begitu naiklah."

"Kemudian?"

"Kemudian lompatlah ke bawah." "Kemudian?"

"Di bawah tembok itu ada sebuah jalan kecil, yang dialasi batu¬batu warna-warni yang didatangkan dari Yuhuatai (= nama tempat)." "Jalan yang amat mewah!"

"Jika kau tidak berani berjalan dengan kaki, pakailah tangan atau dengan cara apa pun, setelah sampai di ujungnya, akan terlihat sebuah hutan bunga Mungkim bunga persik, di dalam hutan bunga  itu ada beberapa rumah."

"Kemudian?"

"Masukilah rumah itu, kau akan bertemu dengan orang yang ingin kau cari itu."

"Sedemikian sederhana?" "Sedemikian sederhana."

Zhang Jiejie tersenyum mans, lalu berkata lagi: "Urusan-urusan di dunia ini memang demikian: Urusan yang tampaknya amat ruwet,  pada kenyataannya seringkali amatlah sederhana!"

"Paling tidak kau seharusnya memberitahukanku: Sebenarnya ini tempat apa? Dan orang macam bagaimanakah yang berada di dalam rumah itu?"

"Dikarenakan kau segera akan mengetahuinya tidak perlu kan aku mengatakannya?" "Tetapi kenapa kau bisa mengetahuinya? Dan kenapa bisa tahu bahwa orang itu pasti berada di dalam rumah itu?"

Zhang Jiejie tidak menjawab.

Chu Liuxiang menghela nafas, lalu berkata seraya tersenyum kecut: "Sejak awal aku sudah tahu: Jika aku bertanya, kau pasti tidak mau mengatakannya."

Zhang Jiejie mengangkat kepala dan berkata seraya mendelik: "Apakah sejak awal kau juga sudah tahu: Jika kau sengaja tidak bertanya, aku malahan akan memberitahukanmu?"

Chu Liuxiang mendadak terbatuk-batuk.

Zhang Jiejie terus mendelikinya, tiba-tiba menarik tangan Chu Liuxiang dan menggigitnya keras-keras, kemudian badannya melayang dan berjumpalitan di udara, segera raja sudah berada di jarak kira-kira 40-50 kaki jauhnya.

"Kamu sungguh-sungguh bukan manusia! Tapi adalah babi! Babi yang mati! Babi besar hidup yang tak tahu malu!"

Suara caci-makinya masih berada di dalam telinga Chu Liuxiang, narnun orangnya sudah tidak kelihatan!

***

Sebuah tembok yang luar biasa tingginya.

Tetapi di dalam dunia ini mana ada tembok yang Chu Liuxiang tidak sanggup melompatinya?

Chu Liuxiang berdiri di ujung tembok, dan setelah dihembusi angin malam, kesadarannya baru agak pulih, narnun perasaan

hatinya masih kacau balau, dan tak tahu perasaan itu apa rasanya! Ia betul-betul tidak bisa memahami. Sebenarnya Zhang Jiejie adalah macam gadis yang bagaimana?

Namun sekarang bukanlah saatnya untuk memikirkan hal ini, maka is memaksa diri agar bisa jadi tenang.

Ia tahu jika sekarang dirinya tidak bisa tenang, barangkali selamanya tidak bisa tenang lagi!

Pekarangan itu amat dalam, walaupun ada beberapa titik sinar lampu yang menghiasi di antaranya, tetap terlihat gelap gulita. "Setelah naik ke ujung tembok, loncat turunlah."

"Namun macam tempat yang bagaimanakah yang ada di bawah itu?"

Ada hal atau benda apakah yang sedang menunggunya di dalam kegelapan itu?

Ia tidak tahu, namun ia sudah memutuskan untuk mencobanya dengan menerjang bahaya.

Maka ia melompat ke bawah!

***

Bab 6: Malam yang Sedih, Orang yang sedih

Seseorang jika mau mendaki ke atas, mesti mau mengucurkan peluh dan menanggung kesulitan.

Tetapi setelah ia berhasil mendaki ke atas, akan merasa bahwa berapa banyak pun peluh yang dikucurkan, atau berapa banyak pun kesulitan yang ditanggung, semuanya berharga untuk dilakukan!

Tetapi jika melompat ke bawah? Wah! Ini jauh lebih mudah! Bukan saja melompat dari mana pun adalah perkara mudah, bahkan perasaan ketika badan meluncur ke bawah, seringkali itu adalah semacam rasa gembira yang berbaur dengan dosa!

Namun ketika sudah sampai di bawah, ia baru akan menyesal, sebab di bawah mungkin saja adalah: Rawa-rawa, perangkap atau liang api!

Pada saat itu tidak saja ia akan menanggung kesulitan yang lebih besar, mengucurkan peluh yang lebih banyak, kadang-kadang bisa mengucurkan darah!

Sewaktu Chu Liuxiang meloncat ke bawah dari tembok tinggi itu, ia tidak mengucurkan darah, tapi mulai menyesal!

Tadi ketika ia berada di ujung tembok tinggi itu, situasi dan lingkungan dari tempat ini, sebenarnya ia sudah melihatnya sampai jelas sekali.

Namun sekarang ia baru menyadari bahwa dirinya telah berada di suatu tempat yang sama sekali asing baginya!

Tadi ia bisa melihat jauh sekali, setiap bunga dan setiap pohon dari taman ini, semua dalam penglihatannya.

Namun saat ini ia tiba-tiba menyadari bahwa: Bunga dan pohon

yang tadinya kelihatan kecil itu, sebenarnya lebih tinggi sedikit darinya.

Seandainya ada seseorang berdiri di belakang pohon bunga yang ada di depannya itu, belum tentu ia bisa melihatnya!

Seseorang jika berada di tempat tinggi, pada umumnya bisa melihat lebih jauh dan lebih jelas.

Namun ketika ia mulai jatuh di bawah, seringkali berubah menjadi hampir semuanya tidak bisa dilihat dengan jelas! Barangkali inilah sebabnya mengapa ia jatuh ke bawah.

"Rumah kecil yang berada di tengah hutan bunga, dan orang itu ada di sana."

Untung Chu Liuxiang masih ingat akan arah itu, dikarenakari saat

ini ia sudah tiba di sini, mau tidak mau mesti berjalan ke arah itu.

Saat ini yang bisa dilakukan hanyalah: Ekstra hati-hati dalam tiap-tiap langkahnya!

Dikarenakan ia sama sekali tidak dapat memprediksi akhir dari hal ini. Terhadap perkembangan dan perubahan yang mungkin terjadi, ia pun tak mampu menguasainya!

"Tempat ini sebenarnya adalah tempat apa?" "Siapakah orang itu sebenarnya?"

Bahkan sedikit pun ia tak dapat menebaknya!

Angin malam membawa datang harum bunga yang ringan dan anggun.

Chu Liuxiang mengelus-elus hidungnya, tiba-tiba merasa dirinya pantas ditertawai!

Ia memang bukan orang yang gegabah dan ceroboh, tapi kenapa bisa berbuat demikian?

Apakah karena ia terlalu mempercayai Zhang Jiejie? Tapi kenapa ia demikian mempercayai gadis ini?

Ia pun tidak tahu mengapa?

Padahal Zhang Jiejie belum pernah melakukan satu hal yang pantas dia percayai secara mutlak!

Pekarangan itu amat luas dan dalam.

Daun-daun pohon berdesau-desau karena ditiup angin,

menyebab¬kan tempat ini berkesan kian hening clan kian misterius! Meskipun Chu Liuxiang merasa lucu ketika berbuat demikian,

namun pada waktu yang sama di hatinya timbul semacam

perasaan rangsangan yang penuh rasa misterius dan ketegangan!

Itu persis dengan seorang yang tiba-tiba menerima sebuah kado

yang misterius, ketika mau membuka dan melihatnya, ia selain tidak tahu siapa yang memberinya, juga tidak tahu apa isinya.

Oleh sebab itu ia harus membuka dan melihatnya.

Di dalamnya mungkin adalah pedang berbisa yang mematikan,

tapi mungkin juga adalah barang yang paling ingin dia peroleh! Walaupun hal ini penuh resiko, tapi juga adalah semacam pengalaman mendebarkan hati yang asyik!

Chu Liuxiang memang orang yang suka menerjang bahaya.

Apakah karena Zhang Jiejie telah memahami dia secara amat mendalam, makanya sengaja menggunakan cara ini agar dia masuk perangkap?

***

Di tengah-tengah hutan bunga itu memang ada beberapa rumah kecil yang mungil dan indah.

Ada sebuah rumah kecil berada di sebuah jembatan yang berbelok sembilan kali. Jembatan yang terbuat dari batu hijau itu, berkilauan bagaikan batu giok sewaktu dilihat pada malam hari.

Di dalam jendela rumah itu ada lampu yang sinarnya merah ke ungu-unguan.

Apakah orang yang berada di dalam rumah itu sudah menduga

dan yakin Chu Liuxiang akan datang, makanya ia menanti meskipun malam telah selarut ini?

Yang sedang menanti ini, masa adalah seorang wanita lagi? Chu Liuxiang masih belum dapat memastikan hal Mi.

Sekarang ia hanya dapat memastikan bahwa di jembatan ini tidak berperangkap, juga tidak ada penghadang.

Oleh sebab itu ia berjalan dan naik ke jembatan itu. Sampai di depan pintu rumah itu, ia baru berhenti.

Sebetulnya ia tak perlu berhenti.

Dikarenakan sudah sampai di sini, dan sudah sampai pada situasi ini, sebenarnya bisa menendang pintu ini sampai terbuka, lalu menerjang masuk.

Atau satu kaki menendang pintu sampai terbuka, satu kaki lainnya menendang jendela sampai terbuka dan menerjang masuk. Atau terlebih dahulu membasahi kuku jari tangan dengan air ludah, untuk membuat lubang kecil di kertas jendela itu, untuk mengintai keadaan di dalam rumah itu.

Orang lain jika sudah sampai pada situasi ini, tentu akan memakai cara-cara yang tersebut di atas itu.

Tetapi Chu Liuxiang bukanlah orang lain.

Jika melakukan sesuatu, ia selalu punya cara-cara yang unik. Sekalipun ia pun mencuri, mencuri bermacam-macam barang, kadang-kadang mencuri wanita cantik juga, namun ia selalu memakai cara-cara yang paling jujur dan satria!

Oleh sebab itu, ketika ia mencuri barang seseorang, seringkali bahkan hati orang itu pun berhasil dicurinya!

***

Pintu itu tertutup.

Chu Liuxiangmengetuk pintu itu dengan perlahan, layaknya seorang satria ketika berkunjung ke rumah kawannya.

Tidak ada orang menyahut.

Sewaktu ia mau mengetuk lagi, pintu itu tiba-tiba terbuka.

Ia segera saja melihat sebuah wajah yang luar biasa cantiknya! Kecantikan wanita juga bermacam-macam banyaknya. Kecantikan

Zhang Jiejie dari jenis yang ceria dan dinamis, kecantikan Ai Qing dari jenis yang matang dan seksi.

Namun gadis ini berbeda.

Barangkali ia tidak semenarik seperti Zhang Jiejie, juga tidak memiliki pesona seksi seperti Ai Qing, namun ia memiliki kecantikan yang lebih halus dan lebih anggun!

Seandainya kecantikan Zhang Jiejie dan Ai Qing adalah bersifat panas, maka kecantikan dia adalah bersifat dingin!

Dinginnya bagaikan bulan pada malam musim salju, atau bagaikan bunga nusa indah di bawah sinar bulan yang dingin! Bahkan sinar matanya pun terasa dingin dan apatis, sehingga menimbulkan kesan bahwa: Baik menghadapi hal apa pun, tidak akan membuatnya terkejut.

Oleh sebab itu, ketika melihat Chu Liuxiang ia pun tidak merasa terkejut, cuma menatap dia sejenak dengan sikap yang dingin.

Pandangan ini ternyata membuat Chu Liuxiang merasa tidak enak hati, bahkan merasa wajahnya sudah agak merah.

Bagaimanapun juga, pada waktu tengah malam begini datang

dan mengetuk pintu kamar seorang gadis yang belum dikenalnya, tentu saja ini adalah hal yang cukup menjengahkan!

Ketika ia sedang memikirkan kata-kata cerdik apa yang akan diucapkan, agar dirinya tidak merasa terlalu jengah.

Tetapi gadis itu telah membalikkan badannya dan berjalan masuk.

***

Di dalam kamar.

Gadis itu duduk pelan-pelan di sebuah kursi, lalu berkata seraya agak melambai-lambaikan tangan ke sebuah kursi yang lain: "Silahkan duduk."

Ajakan ini bukan saja bersifat mendadak, juga terasa aneh.

Seorang gadis semacam dia ini, kenapa bisa sembarangan dan

mudah sekali mengajak seorang pria yang talc dikenalnya Yang

pada waktu tengah malam datang mengetuk pintu rumahnya masuk dan duduk di dalam kamarnya?

Masa' sejak awal ia sudah tabu siapa yang datang?

***

Walaupun Chu Liuxiang sudah duduk, tetap merasa tidak enak hati dan agak kikuk.

Ia betul-betul tidak punya alasan untuk menerobos masuk begini saja ke dalam kamar seorang gadis yang belum dikenalnya!

Lalu seandainya gadis ini bukanlah orangyang mau dicari, dan

tidak punya kaitan apa-apa dengan urusan ini, maka sekalipun orang lain tidak mengatainya, ia pun akan merasa amat malu!

Tanpa terasa ia mengelus-elus hidungnya lagi.

Ketika ia merasa tidak enak hati, selain mengelus-elus hidung, sepertinya tidak ada hal lain yang dapat dilakukan, bahkan tidak tahu mau meletakkan sepasang tangannya di mana!

Kemudian ia melihat tangan gadis itu terjulur ke arahnya dengan memegang secangkir teh.

Cangkir itu terbuat dari zamrud yang berwarna hijau cerah, teh yang ada di dalamnya juga berwarna hijau cerah, dengan kontras ini tangannya tampak lebih putih cerah, bagaikan batu giok yang

tembus pandang!

Tiba-tiba gadis itu bertanya dengan senyum samar-samar: "Teh

di dalam cangkir ini baru saja aku minum sedikit, apakah kau merasa kotor?" Tiada seorang pun yang bisa merasa kotor pada dia!

Ia bersihnya bagaikan bunga teratai putih yang baru keluar dari air! Namun ajakan ini lebih mendadak dan lebih aneh.

Seorang gadis semacam dia ini, kenapa bisa sembarangan

meminta seorang laki-laki yang belum dikenalnya untuk minum teh bekas minumnya?

Chu Liuxiang menatapnya sejenak, lalu menjawab seraya tersenyum: "Terima kasih."

Ia menerima cawan itu.

Tiba-tiba ia menemukan bahwa gadis itu tidak saja memiliki kecantikan yang bersifat halus dan anggun, bahkan punya semacam kepribadian misterius yang sulit diungkapkan oleh kata-kata, sepertinya memiliki pandangan yang sembarangan dan hambar terhadap semua hal!

Ia minta Chu Liuxiang minum teh dari cangkir ini, bukanlah semacam tindakan keakraban, hanyalah dikarenakan ia menganggap hal ini tidak bermaksud apa-apa, dan menganggap hal ini sesuatuyang remeh.

Bahkan tampaknya ia tidak mernandang sebelah mata pada Chu Liuxiang!

Chu Liuxiang pernah dicintai banyak wanita, pernah juga dibenci beberapa wanita, tapi belum pernah dipandang begitu dingin oleh wanita! Dinginnya bahkan sudah mendekati taraf memandang rendah! Meskipun perasaan ini membuat dia jengkel, tapi juga sekaligus sejenis pengalaman yang baru bagi dia!

Sesuatu yang baru seringkali juga adalah sensasi yang baru! Tidak tahu mengapa, tiba-tiba timbul semacam hasrat mesti menaklukkan wanita ini!

Barangkali setiap laki-laki yang bertemu dan melihat wanita semacam ini, bisa timbul hasrat semacam ini Tanpa bisa ditahan lagi!

Chu Liuxiang meminum habis teh dari cangkir ini sebab ia pun mesti menunjukkan bahwa ia sama sekali tidak mengacuhkan hal ini. Bahkan juga tidak mengacuhkan semua hal yang lain.

Apalagi sejak awal ia sudah memperkirakan bahwa teh itu tidak beracun.

Terhadap segala jenis racun, ia memiliki semacam reaksi misterius yang amat peka Bagaikan seekor anjing pemburu yang sudah digembleng lama, yang selalu bisa mencium dan mengetahui rubah itu bersembunyi di mana!

Gadis itu menatap dia dengan dingin, lalu tiba-tiba berkata: "Di sini cuma ada satu cangkir teh, karena belum pernah ada tame kemari."

Jawaban Chu Liuxiang juga amat dingin: "Aku pun tidak bisa dianggap sebagai tamumu."

"Tetapi kau datang untuk mencariku kan?" "Mungkin."

"Mungkin?"

Chu Liuxiang berkata dengan senyuman yang dingin juga: "Saat

ini aku hanya bisa berkata demikian, sebab aku belum tahu apakah kau adalah orang yang aku mau cari itu?"

"Siapakah yang kau mau cari?"

"Seseorang yang agaknya menginginkan aku harus mati." "Oleh karena itu kau pun menginginkan dia mati?"

Chu Liuxiang menjawab seraya tersenyum sekilas: "Orang yang dirinya sendiri tidak ingin mati, biasanya juga tidak menginginkan orang lain mati."

Sisi lain dari kata-kata ini juga sama tepatnya. "Jika kamu mau membunuh, maka bersiap-siaplah untuk dibunuh!"

Ia masih menatap Chu Liuxiang, dari dalam mata yang indah tapi dingin itu, tiba-tiba menampakkan ekspresi yang mengherankan' "Apakah yang kau inginkan?" tanya gadis itu.

"Aku hanya ingin tahu satu hal." "Apa itu?"

"Siapakah dia? Mengapa mau membunuhku?"

Tiba-tiba gadis itu berciiri, lalu berjalan ke depan jendela dan membukanya, membiarkan hembusan angin malam mengacaukan rambutnya.

Lama sekali, tampaknya ia baru saja membuat keputusan, lalu tiba¬tiba berkata: "Orang yang kau mau cari itu ialah aku!"

***

Di luar luar jendela, malam tampak terang tapi suasananya amat hening, di dalam jendela, pakaian putih gadis itu seperti salju tampaknya.

Ia membelakangi Chu Liuxiang, lama tidak membalikkan kepalanya, yang terlihat hanya pinggang langsing yang dibalut pakaian ringan.

Orang semacam ini, ternyata adalah seorang pembunuh yang licik dan kejam?

Chu Liuxiang tidak bisa percaya, tapi juga tidak bisa tidak percaya!

Tiada seorang pun yang mau mengaku dirinya adalah pembunuh, kecuali dia benar-benar adalah pembunuh, dan sudah tiba saatnya terpaksa mengaku.

Chu Liuxiang memandangi terus belakang punggungnya,

kemudian bertanya karena sudah tidak tahan lagi: "Betulkah kau yang mau membunuhku?"

"Hmmh"

"Apakah orang-orang itu adalah utusanmu untuk membunuhku?" "Kau mengenalku?" "Tidak."

"Tidak kenal mengapa mau membunuhku?" Tidak ada jawaban.

"Apakah Ai Qing dan adiknya diculik orang-orangmu? Sekarang mereka berada di mana?"

Tetap tidak ada jawaban.

Chu Liuxiang menghela nafas, lalu bertanya dengan nada dingin: "Masa' aku mesti memaksa, baru kau mau buka mulut?"

Ia tiba-tiba membalikkan badannya dan menatap Chu Liuxiang. Ekspresi matanya makin menjadi aneh, sepertinya sedang menatapi Chu Liuxiang, juga sepertinya tidak melihat apa-apa.

Lewat waktu yang amat lama, ia baru berkata perlahan, kata demi kata: "Apa saja yang kau mau tanyakan, semuanya aku bisa beritahukan." "Lalu kenapa kau tidak beritahukanku?"

Suara gadis itu makin lirih: "Di sini aku tidak bisa memberitahu¬kanmu."

"Lalu di manakah kau bisa memberitahukanku?"

Suara gadis itu lirih bagai bisikan, dan cuma dua kata: "Di ranjang."

***

Di sudut kamar itu ada sebuah pintu.

Ketika gorden ringan itu tersingkap sedikit oleh hembusan angin, bisa terlihat di dalam pintu ada sebuah ranjang.

Di depan ranjang itu terjuntai kelambu kasa sutera yang bertatahkan mutiara.

Gadis itu telah masuk ke pintu itu, dan masuk ke dalam kelambu kasa sutera itu!

Seolah-olah ia telah berada di dalam kabut!

"Jikalau kau mau tidur, ikutlah aku naik ke ranjang itu." Bermimpi pun Chu Liuxiang tidak pernah menduga, bahwa dari mulut gadis semacam dia ini, bisa terdengar kata-kata semacam ini! Kata-kata ini

betul-betul tidak bisa dianggap sebagai kata-kata yang halus, apalagi anggun!

Gadis dari macam dan rupa apa saja, ketika mengucapkan kata

kata ini di depan anda, sekalipun anda akan merasa senang, namun pada waktu yang sama anda pun akan menilai dia sebagai orang yang hina dina !

Tetapi gadis ini beda.

Ketika ia mengucapkan kata-kata ini di depan Chu Liuxiang,

bukan saja Chu Liuxiang tidak merasa senang, juga tidak menilai dia sebagai orang yang hina-dina!

Sebab ia berkata demikian, bukanlah berarti ia menyukai anda, juga bukanlah berarti ia menginginkan anda!

Ia hanyalah ingin anda berbuat demikian saja!

Sebab ia amat memandang remeh pada hal semacam ini, juga sama sekali tidak anggap peduli!

Barangkali ia tidak benar-benar bermaksud demikian, tapi bagaimanapun juga, ia telah menyebabkan Chu Liuxiang punya perasaan demikian.

Perasaan semacam ini umumnya dapat membuat orang merasa tidak enak hati.

Pakaian yang seputih salju itu ditanggalkannya, dan tubuhnya kelihatan makin putih, mulus dan bercahaya!

Itu bukanlah keindahan manusiawiyang biasa! Itu adalah keindahan yang sudah mendekati kesucian dewi!

Barangkali anda siang malam mengkhayalkan seorang wanita semacam ini, tapi saya berani menjarnin' , bahwa meskipun hanya dalam khayalan, juga tidak akan berani berharap untuk mendapatkan dia!

Dikarenakan dia bukanlah yang bisa didekati atau diperoleh insan biasa!

Dikarenakan anda bisa mengkhayali dia, atau memuja-muja dia, tetapi anda tak akan berani berbuat yang tidak patut padanya! Namun andaikata sekarang ada seorang wanita semacam ini, yang justru sedang menunggu anda, anda juga pasti bisa mendapatkannya! — Bahkan amat mudah mendapatkannya!

Apa yang akan anda pikirkan? Tampaknya Chu Liuxiang tidak berpikir apa-apa.

Memang pada saat-saat demikian, satu tael tindakan itu jauh lebih berharga dari satu ton pikiran!

Ia berjalan pelan-pelan ke sana, lalu menyingkap kelambu itu. Di sini pun terdapat lampu.

Ketika sinar lampu menyinari tubuh gadis itu, maka tubuhnya bercahaya bagaikan sutera satin!

Matanya pun bersinar, tapi ia tidak melihat ke Chu Liuxiang. Kelihatannya sinar matanya masih berhenti di sesuatu tempat nun jauh.

Sebaliknya Chu Liuxiang terus melihatnya, sebab mau tidak mau mesti demikian.

Tentu saja ia tahu Chu Liuxiang terus melihatnya, tapi tetap berdiri diam di sana, tidak bergerak dan tidak berkata-kata. Ia tetap saja bersikap tidak peduli.

Ia menginginkan anda berbuat demikian, namun ia tidak peduli Ia tidak merayu anda, bahkan juga tidak menggoda anda, hanya ingin anda berbuat demikian saja!

Boleh dibilang bahwa "dinginnya" gadis ini sudah mencapai taraf yang mengerikan!

Tetapi es yang paling dingin pun sama dengan lidah api! Ketika anda menjamahnya, pada waktu yang bersamaan akan punya perasaan dibakar oleh lidah api!

Di dalam hati Chu Liuxiang pun sepertinya ada lidah api yang mulai menyala!

Jika itu pria lain, saat ini pasti sudah merenggut rambut gadis itu dengan kuat, dan menarik gadis itu ke dalam pelukannya, agar gadis itu tahu dia adalah pria tulen!

Serta membuktikan bahwa hanyalah dia adalah pria yang kuat! Namun Chu Liuxiang hanya memegang tangan gadis itu dengan ringan.

Tangan gadis itu indah sekali, jari-jari tangannya lentik sekali, telapak tangannya lembut bagaikan muka bayi!

Umumnya muka bayi berwarna seperti apel, dan telapak tangan gadis itu berwarna seperti ini.

Bahkan Chu Liuxiang pun tidak pernah melihat tangan yang demikian indahnya ini!

Sebab wanita-wanitayang pernah dia lihat, setelah belajar ilmu silat, sedikit banyak pasti menimbulkan bekas pada tangan mereka. Tetapi sepasang tangan ini indah dan tidak berbekas.

Chu Liuxiang merundukkan kepalanya, pandangan matanya turun

dari garis lekuk tubuh yang lembut itu, dan berhenti di mata kaki gadis itu.

Mata kaki dan pergelangan kaki gadis itu pun indah sekali. Sekalipun seorang wanita yang paling hati-hati, setelah berlatih ilmu silat, mau tidak mau pergelangan kakinya akan menjadi sedikit besar.

Jelas bahwa ia bukanlah wanita yang pernah berlatih ilmu silat.

Chu Liuxiang menghembuskan nafas dengan ringan, lalu

mengangkat kepalanya pelan-pelan, dan terlihat gadis itu sedang menatapnya.

Di dalam mata gadis itu seolah-olah terpancar senyuman dingin yang mengejek, dan ia berkata dengan nada hambar: "Sepertinya kau pandai sekali melihat wanita ya!"

Memang Chu Liuxiang pandai sekali melihat wanita.

Seorang laki-laki berpengalaman ketika melihat wanita, biasanya dimulai dan melihat tangan dan kaki wanita itu Tetapi ini bukanlah cara pandang seorang satria! Gadis itu berkata lagi dengan senyum sekilas: "Apakah sekarang kau sudah merasa puas?"

Sekalipun seorang laki-laki yang paling pemilih pun, pasti tidak akan tidak merasa puas pada dia!

Oleh sebab itu Chu Liuxiang sama sekali tidak perlu menjawab. Gadis itu masih tersenyum hambar, dan pandangan matanya sepertinya kembali lagi ke tempat jauh.

Lama sekali, ia baru berkata lirih: "Gendonglah aku ke ranjang." Chu Liuxiang menggendongnya.

Ranjang itu tidak terlalu besar, tapi empuk sekali. Sprei yang berwarna putih salju itu pun agaknya baru saja diganti, sampai sedikit kerut pun tidak ada.

Orang laki-laki dari segala jenis pun, pasti akan merasa puas dan tidak dapat mencela sedikit pun pada ranjang ini!

Wanita yang ideal! Ranjang yang ideal!

Pada situasi dan kondisi seperti ini, masih adakah alasan menolak dari orang laki-laki?

Chu Liuxiang menggendong gadis itu dan meletakkannya di ranjang dengan ringan.

Gadis itu sedang menunggu, dan bersiap-sedia untuk menerimanya.

Yang perlu dilakukan Chu Liuxiang hanyalah menghampiri dan "mendapatkannya" Sama sekali tidak ada apa-apa yang patut dirisaukan atau dikuatirkan!

K arena dalam hal ini sama sekali tidak ada pemaksaan!

Di dalam rumah ini tidak ada orang lain, gadis itu tidak bisa ilmu silat, dan di ranjang itu pun tidak ada jebakannya.

Di manakah mau cari keberuntungan semacam ini? Apayang masih ditunggu Chu Liuxiang?

Mengapa ia masih berdiri saja di sana? Dan tampaknya ia malahan lebih berkepala "dingin" daripada tadi?

Masa' ia menemukan lagi sesuatu yang tidak terlihat orang lain? Gadis itu telah menunggu lama, lalu membalikkan wajahnya dan menatapnya, dan bertanya dengan nada hambar: "Apakah kau tidak ingin tahu hal-hal itu?"

"Ingin."

"Apakah kau tidak menginginkanku?" "Ingin."

Akhirnya dari dalam mata gadis itu terlihat senyuman, dan bertanya lagi: "Jika begitu, kenapa masih tidak menghampiriku?" Chu Liuxiang menghela nafas yang amat panjang, lalu bertanya dengan sekata demi sekata: "Siapakah yang suruh kau berbuat demikian? Kau mengapa mau. "

Pertanyaan ini belum habis diucapkan, tiba-tiba terdengar bunyi "Doooang!", kayaknya ada sebuah gong tembaga yang dijatuhkan orang dari tempat tinggi.

Menyusul terdengar suara teriakan dari seorang wanita.

"Ada maling! Cepat datang tangkap coaling! Di sini ada seorang maling cabul!"

Teriakan itu berhenti setelah diulang satu kali lagi.

Namun sekelilingnya tetap sunyi senyap. Sepertinya tidak ada orang yang mendengar teriakan itu.

Di wajah gadis itu sama sekali tidak ada ekspresi heran atau terkejut, bahkan tidak ada ekspresi apa pun.

Di dalam dunia ini agaknya tiada satu hal pun yang dapat menggerakkan hatinya!

Setelah waktu berlalu lama sekali, tiba-tiba ia menanyakan pertanyaan yang aneh: "Kamu seorang satria atau seorang cerdik?" "Dua-duanya bukan."

"Kamu adalah apa?"

Jawab Chu Liuxiang dengan senyum sekilas: "Mungkin aku hanyalah seorang yang bodoh!"

Tiba-tiba gadis itu pun tersenyum sekilas dan berkata: "Mungkin kau sama sekali bukan manusia!"

Barulah saat ini dari dalam matanya sungguh-sungguh terlihat senyumannya, namun itu pun cuma semacam senyuman yang "menerawang" dan sulit dimengerti.

Bahkan ketika tersenyum pun, dapat terlihat ada semacam kepiluan hati yang tak dapat diungkap dengan kata-kata! Chu Liuxiang balas menatapnya, tiba-tiba juga menanyakan pertanyaan yang aneh: "Apakah kau tahu? Bahwa tadinya aku menduga kau pasti akan kecewa?"

Setelah berdiam lama, ia baru menganggukkan kepalanya pelan¬pelan, dan berkatadengan masygul: "Aku tahu. Tadinya aku pun menduga aku pasti akan kecewa."

"Tetapi saat ini sepertinya kau tidak merasa kecewa?"

Ia berfikir sejenak, baru menjawab dengan nada hambar: "Itu mungkin hanya dikarenakan selama ini aku belum pernah benarbenar amat mengharapkan sesuatu."

"Kau pernah mengharapkan apa?"

Ia tersenyum sekilas lagi, lalu menjawab dengan sekata demi sekata: "Tidak ada. Sekarang aku sudah amat puas kok." Apakah ia betul-betul sudah puas?

Chu Liuxiangmau tanya lagi, tapi begitu melihat sepasang

matanya yang penuh dengan rasa kesepian dan kesedihan, tiba-tiba hatinya pun merasakan semacam kesedihan yang sulit diungkapkan! Ia tidak tega bertanya lagi, maka ia diam-diam membalikkan badannya dan pergi keluar.

Sebenarnya apa yang mau ditanyakan Chu Liuxiang? Rahasia apa dari gadis itu yang tidak bisa ditanyakan?

Atau: Hal memilukan apa dari gadis itu yang tidak tega ditanyakan? Dalarn dugaan Chu Liuxiang: Gadis itu mengharapkan apa? Dan kecewa pada hal apa?

Apakah betul ia adalah "otak" dari serentetan peristiwa ini? Siapakah yang dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan ini?

***

Ketika Chu Liuxiang pergi dengan diam-diam, gadis itu cuma melihat saja.

Entah kapan sinar lampu yang ada di luar itu telah padam.

Ia melihat sampai bayangan badan Chu Liuxiang pelan-pelan menjadi lenyap. Kemudian yang bisa terlihat hanya kegelapan! Kegelapan yang tanpa harapan!

Tiba-tiba dari matanya mengucurkan air mata yang mirip dengan untaian mutiara, yang membasahi bantal kepala itu....

***

Bab 7 : Jembatan yang Berkelok Sembilan Kali

Walaupun jendela itu terbuka, tapi tidak bisa melihat sinar bintang dan bulan yang berada di luar jendela.

Chu Liuxiang berdiri bagaikan patung di dalam kegelapan.

Ia datang dengan diam-diam, sekarang pergi pun dengan diam¬- diam.

Tidak meninggalkan apa-apa, juga tidak membawa pergi apaapa. Tapi kenapa ekspresi wajahnya demikian menderita?

Ia menderita untuk hal apa? Ia menderita untuk siapa?

Sewaktu datang ia hanya mengetuk pintu sejenak, lalu masuk dengan begitu saja.

Sewaktu pergi ia tidak mengucapkan: "Jagalah dirimu", lalu pergi dengan begitu saja.

Di sini meskipun tidak memperoleh apa-apa, tapi juga tidak kehilangan apa-apa.

Di dalam sepanjang hidupnyayang penuh dengan bahaya

legendaris itu, hal ini tampaknya cuma sebuah selingan yang biasabiasa saja, selain tidak berharga untuk diingat, juga tidak berharga untuk diceritakan pada orang lain.

Namun' ia sendiri tahu, bahwa selama hidupnya ia akan sulit sekali melupakan hal ini!

Dikarenakan selama ini belum pernah la demikian dekatnya dengan kematian!

"Yang paling mengerikan adalah bahaya yang tidak kelihatan!" Apakah ia benar-benar telah menemukan bahaya itu berada di manea?

Sesungguhnya apa yang telah ia temukan?

Hal-hal ini cuma ia sendiri yang tahu, namun sayangnya mungkin selamanya ia tidak mau mengatakannya.

***

Malam kian hening.

Tadi bunyi gong jatuh, serta teriakan-teriakan wanita itu, sepertinya tidak mengagetkan siapa-siapa.

Masa' di tempat ini tidak ada lagi orang yang lain?

Paling sedikit seharusnya ada satu orang Wanita yang berteriak itu.

Mengapa ia cuma berteriak dua kali?

Dari mama datangnya? Dan mengapa tiba-tiba pergi lagi? Siapa dia?

Pertanyaan-pertanyaan ini mungkin Chu Liuxiang sendiri pun sukar menjawabnya!

Ketika angin berhembus, sayup-sayup ia mendengar bunyi tangisan lirih yang berasal dari rumah itu.

Ia ingin kembali lagi, tapi ditahannya.

Sebab ia tahu: selain tidak bisa menghiburnya, juga tidak bisa membantu menanggung kesedihan dan penderitaan gadis itu Selain merasa simpati, apa pun ia tak bisa berbuat.

la terpaksa menegakan hatinya, inginnya cepat pergi dan cepat menamatkan hal ini.

Seumur hidup hatinya tidak pernah setega kali ini.

Tadi ketika datang, ia merasa dirinya layak ditertawai, sekarang ia merasa dirinya jahat sekali.

Ketika ada angin berhembus lagi, ia mendorong pintu dan melangkah keluar.

Tiba-tiba ia tertegun.

Di dalam tarnan bunga amat hening, sedikit bunyi pun tidak ada, tetapi ada orang!

Sebaris panjang orang, persis seperti sebaris panjang pohon, tanpa suara menunggu di dalam kegelapan, dan tidak bergerak sama sekali.

Chu Liuxiang tidak bisa melihat wajah mereka, juga tidak bisa mengetahui jumlah mereka, yang terlihat hanyalah busur dan golok mereka!

Golok sudah keluar dari sarungnya, busur telab dipentang talinya. Rumah itu berada di jembatan, dan jembatan itu berada di tengah empang teratai.

Empang teratai yang berada di tengah hutan bunga itu, sudah terkepung seluruhriya oleh orang-orang itu!

Namun sewaktu mereka datang, tidak menimbulkan bunyi sedikit pun! Dan bunyi langkah kaki sekian banyak orang, ternyata bisa mengelabui Chu Liuxiang!

Sehingga saat ini ia cuma bisa tersenyurn kecut.

Memang tadi pikirannya terlalu kalut, sebab yang dipikirkannya terlalu banyak.

Namun bunyi langkah kaki orang-orang ini benar-benar terlalu ringan H anya orang-orang yangsudah pernah rnengalarni

gemblengan keraslah, yang bisa punya bunyi langkah kaki demikian! Dan bisa dalam keadaan tanpa bunyi sedikit pun menghunus golok dan mementang busur! Tetapi yang benar-benar menakutkan bukanlah mereka. Yang benar-benar menakutkan adalah orang yang menggembleng mereka!

Tepat pada saat ini, di jembatan yang berkelok-kelok sembilan

kali itu, tiba-tiba terangkat tinggi dua buah obor api yang menyala.

Sinar api yang tiba-tiba menyala di dalam kegelapan, pasti membuat mata jadi silau.

Sinar api yang menyilaukan mata itu menerangi wajah seorang. Akhirnya Chu Liuxiang bisa melihat serta mengenali siapa orang ini. Orang yang paling tidak ingin dia lihat pada saat ini, justru adalah orang ini!

***

Orang yang paling berkuasa di Taman Wanfu Wanshou sudah hampir pasti dia adalah orang yang paling berkuasa di dunia

persilatan Jiangnan! (jiangnan, daerah di sepanjang bagian selatan Bari sungai Yangzi.)

Orang ini bukanlah Nyonya Besar Jin, dia cuma menjadi semacam lambang dan orang yang sekaligus memiliki keberuntungan dan umur panjang, dan semacam idola bagi banyak orang saja.

Orang yang betul-betul rnemegang tampuk kekuasaan adalah Jin Siye! (Tuan Besar Jin Keempat).

Boleh dibilang sebelah tangannya menggenggam kekayaan yang berlimpah ruah, sebelah tangannya menggenggam hidup-mati dan nasib dari kebanyakan orang di dunia persilatan Jiangnan!

Sinar api yang menyilaukan itu menerangi wajah dari seorang yang luar biasa ini.

Sebuah wajah yang penuh dengan keberanian, tekad dan rasa percaya diri yang teguh, seorang paruh-baya yang walaupun wajahnya amat berwibawa narnun berpakaian biasa dan sederhana.

Di ujung jembatan ada sebuah kursi besar dan nyaman yang biasa diduduki para menteri.

Rambut kepala Jin Siye dibalut kain sutera hitam dan dibuat jadi sanggul dengan sembarangan, kakinya juga mengenakan sepasang

kasut rami dengan sembarangan, dan duduk di kursi itu dengan sembarangan.

Namun tidak ada seorangpun yang berani memandang dia

dengan sembarangan, lebih-lebih tiada seorang pun yang berani berkata satu kalimat dengan sembarangan di depan dia!

Ada semacam orang„ baik dia berdiri, duduk maupun berbaring„ selalu menimbulkan kesan kewibawaan yang tidak terkatakan!

Jin Siye adalah orang demikian!

Hal ini pun disadari oleh Chu Liuxiang.

Sebaliknya, apakah Jin Siye juga menyadari bahwa Chu Liuxiang pun adalah orang yang luar biasa?

Chu Liuxiang menghela nafas panjang, lalu berjalan menuju sana, dan ketika sudah sampai di depan Jin Siye, air mukanya telah menjadi tenang sekali.

Tidak banyak orang yang dapat melihat wajah paniknya Chu Liuxiang.

Sepasang mata Jin Siye yang tajam bagaikan mata elang itu menatap wajah Chu Liuxiangcukup lama, tiba-tiba berkata: "Ternyata adalah kau." "Ya, ini saya", jawab Chu Liuxiang. Jin Siye berkata dengan sikap sengit "Kami benar-benar tidak menyangka adalah kau."

Chu Liuxiang tersenyum sekilas dan berkata: "Saya juga tidak menyangka bahwa Jin Siye ternyata masih bisa ingat saya."

Jin Siye berkata dengan wajah serius yang dikerutkan: "Orang semacam kau ini, asal aku melihat sekali saja, tidak akan pernah lupa."

"Oh ya?"

"Kau punya wajah yang istimewa." "Benarkah?" "Siapa pun orangnya, jika punya wajah semacam kau ini, akan sulit sekali menjadi orang yang baik-baik."

Chu Liuxiang tersenyum lagi, lalu mengelus-elus hidungnya. Sebenarnya ia ingin mengelus-elus wajahnya, namun tidak bisa menahan diri untuk mengelus-elus hidungnya.

Dengan sikap dingin Jin Siye meneruskan kata-katanya: "Maka begitu melihat kau, aku segera tahu bahwa kau bukanlah orang baik-¬baik"

"Makanya anda tidak melupakan saya." "Hmmml"

"Tetapi saya pun tidak melupakan anda."

Chu Liuxiangmeneruskan kata-katanya seraya tersenyum "Orang semacam Jin Siye ini, siapa pun yang melihat anda pasti sulit melupakan anda."

Airmuka Jin Siye berubah, lalu berkata dengan suarakeras:

"Jikalau kau bisa mengenaliku, kau tidak seharusnya datang kemari!" Chu Liuxiang menjawab seraya menghela nafas panjang: "Cuma sayangnya saya telah datang."

"Apakah kau tahu tempat ini adalah tempat apa?" "Tidak tahu."

Memang betul ia tidak tahu, namun sekalipun ia tahu sejak awal, ia toh tetap akan datang.

"Apakah kau tahu bahwa selama tigapuluh tahun ini, belum ada seorang pun yang berani menerobos masuk ke tempat ini sesuka hatinya?"

"Tidak tahu."

"Bagaimana kau bisa datang kemari?"

Chu Liuxiang menjawab seraya tersenyum rnasam: "Datang dengan cara blo'on dan menggelikan."

Lama sekali Jin Siye mendeliki dia, lalu bertanya: "Bahkan kau juga tidak tahu siapa yang tadi kau jumpai itu?"

"Betul, tapi saya ingin sekali mengetahuinya."

Jin Siye berkata dengan sekata demi sekata ‘ia adalah anakku." Kali ini Chu Liuxiang betul-betul terkesiap!

Ekspresi wajah Jin Siye berubah jadi aneh sekali, lalu bertanya dengan suara berat "jika kau melihat ada orang pada tengah malam berjalan keluar dari kamar anak perempuanmu, kau akan berbuat apa untuk menghadapi dia?"

Pertanyaaan ini sepertinya juga rada aneh.

Tetapi Chu Liuxiang tetap menggelengkan kepala dan menjawab: "Tidak tahu."

Kali ini ia tidak berkata dengan sebenarnya.

Sebetulnya tentu saja ia tabu, bahwa dalam situasi ini, yang menjadi sulit umumnya cuma ada dua pilihan, yang satunya membunuh orang itu, yang sarunya memaksa orang itu menikahi anaknya.

Wajah jin Siye menunjukkan kegusarannya, lalu bertanya dengan suara keras: "Betulkah kau tidak tahu?"

"Sebab saya tidak punya anak perempuan." "Kau tahu apa?"

"Sampai pada saat ini, saya hanya tahu satu hal." "Apa itu?"

"Saya hanya tahu bahwa sepertinya saya telah jatuh ke dalam sebuah jebakan. Dijebak dengan tiba-tiba dan tanpa tahu apa-apa!" Memang betul ia tidak tahu apa-apa, dan sewaktu ia sadar bahwa ini rnerupakan jebakan, lehernya telah terjerat "tali"!

Air muka Jin Siye berubah lagi, dengan suara keras bertanya: "Jebakan! Jebakan apa?"

"Tidak tahu."

Chu Liuxiang melanjutkan kata-katanya seraya tersenyum kecut: "Seandainya saya tahu itu adalah jebakan macam apa, pasti tak akan jatuh ke dalamnya kan?"

Jin Siye bertanya dengan sikap dingin: "Apakah kau masih mau keluar?"

"Tapi amat sulit kan?"

"Apakah kau tahu dengan cara bagaimana baru bisa keluar?" "Tidak tahu."

Sinar mata Jin Siye tiba-tiba berubah lagi menjadi aneh sekali, lalu berkata: "Jika begitu cuma ada satu cara."

"Mohon beri petunjuk."

Jin Siye berkata dengan suara berat "Asal kau melupakan bahwa ini adalah jebakan, maka kau sudah tidak lagi berada di dalam jebakan ini."

Chu Liuxiang berkata setelah berfikir sejenak: "Saya tidak terlalu mengerti kalimat ini."

"Jika kau melupakan bahwa ini adalah jebakan, mana ada jebakan lagi?"

Chu Liuxiang berfikir sejenak lagi, lalu berkata: “Saya masih tidak mengerti."

Jin Siye bertanya dengan wajah gusar: "Mau bagaimana kau baru dapat mengerti?"

"Tidak tahu"

Jin Siye berkata dengan suara keras: "Baik! Aku beritahukan!"

Dengan gerakan cepat ia tiba-tiba sudah berdiri di depan Chu Liuxiang, telapak tangan kirinya melayang di depan mata Chu Liuxiang, tangan kanannya secepat kilat mencengkeramke arah pergelangan tangan Chu Liuxiang.

Sebenarnya ini tidak bisa dianggap sebagai jurus yang amat istirnewa.

Sewaktu Chu Liuxiang masih berusia 7-8 tahun, sudah belajar serta menguasai cara untuk menghadapi jurus ini.

Sekalipun ia menutup kedua matanya, satu tangan dan satu kaki diikat, tetap saja dapat mengelak jurus ini.

Tetapi jurus Jin Siye sudah berubah. Berubah secara mendadak dan tidak diketahui cara berubahnya!

Chu Liuxiang tiba-tiba menyadari bahwa tangan kanan Jin Siye

sudah berada di dekat matanya, dan tangan kiri yang tadi berada di depan matanya itu, ternyata telah mencengkeram pergelangan tangannya!

Kali ini ia baru benar-benar menjadi kaget!

Dalam waktu satu sampai dua tahun ini, jago-jago silat nomor wahid yang pernah dihadapinya, jumlahnya jauh lebih banyak dari yang diceritakan orang seumur hidup!

Ilmu meringankan tubuh dari Shi Guanyin, tenaga pukulan telapak tangan Bari Shuimu Yu, senjata rahasia dari Tuan Muda Kelelawar, pedang dari Xue. Boleh dibilang semuanya adalah

ilmusilatyang sudah mencapai taraf teramat tinggi! Setiap jurus yang dilancarkan, pasti memiliki perubahan-perubahan yang membuat

orang terkagum-kagum, dan kekuatan dahsyat yang mengerikan!

Tetapi Chu Liuxiang belum pernah melihat ada semacam jurus

yang dilancarkan oleh Jin Siye ini, yang walaupun begitu sederhana, tapi begitu efektif !

Jurus ini seolah-olah disediakan khusus untuk menghadapi Chu Liuxiang!

Jin Siye berseru dengan tidak begitu nyaring, otot jidatnya menonjol semua, tangan dan lengannya diputar balik, lalu seluruh tubuh Chu Liuxiang dibanting jauh jauh!

Ia menepuk-nepuk tangannya dan menghembuskan nafas, tanpa terasa air mukanya menunjukkan kegembiraannya, dan merasa amat puas akan ilmu silatnya.

Siapa pun yang mampu membanting Chu Liuxiang hanya dalam satu jurus, pasti akan merasa amat puas terhadap dirinya!

Ketika melihat kepala Chu Liuxiang sudah hampir menabrak tiang batu yang berada di sisi jembatan itu, Jin Siye membalikkan badan dengan perlahan, melambaikan tangan satu sampai dua kali, artinya adalah menyuruh para anak buahnya untuk menggotong pergi

mayat Chu Liuxiang.

Ia sudah tidak mau lagi melihat Chu Liuxiang — Kepala seseorang jika sudah tertabrak pecah, tentu bukanlah sebuah hal yang enak ditonton.

Tetapi ketika ia baru saja membalikkan badannya, lalu terlihat ada seorang berdiri di depannya sambil memandang dia dengan wajah penuh senyuman.

Orang ini adalah orang yang tidak mau lagi dilihatnya untuk selama-lamanya!

Wajah Jin Siye mendadak jadi mengeras.

Chu Liuxiang sedang berdiri di depannya, sedang memandang dia dengan wajah penuh senyuman, seluruh badannya utuh bagaikan

benda porselin yang baru saja diambil keluar dari peti, sedikit bekas` rusak tabrakan pun tak ada!

Jin Siye memandang dia dari kepala sampai kaki, lalu dari kaki sampai ke kepala, memandang sampai dua kali, kemudian berkata seraya tersenyum dingin: "Bagus! Kungfu yang bagus!"

Chu Liuxiang pun berkata seraya tersenyum: "Kungfu anda pun hebat sekali!"

"Kau coba lagi dengan jurus ini!"

Sambil berkata jurusnya telah dilancarkan.

Setiap kata diucapkan dengan perlahan, jurusnya lebih perlahan, bahkan teramat perlahan.

Chu Liuxiang memandang terus tangan Jin Siye.

Tangannya agak besar dan pendek, tapi terawat baik sekali, kuku-¬kuku tangannya pun tergunting rapi dan bersih, dan tidak seperti tuan-¬tuan besar yang lain yang hidup dalam kemewahan dan kenyamanan, tidak memelihara kuku jari kelingking sampai amat panjang, untuk menunjukkan bahwa semua hal tidak perlu dikerjakan oleh dia!

Sepasang tangan ini sama sekali tidak menimbulkan kesan menjijikkan, namun sekali-kali dapat mencabut nyawa orang!

Jari-jari tangan kirinya tampaknya lebih besar, lebih pendek, tapi lebih kuat.

Walaupun tangan kirinya sekarang sudah terangkat, tapi tidak bergerak, yang bergerak adalah tangan kanannya, yang bergerak perlahan ke Chu Liuxiang, sepertinya mau menggenggam tangan Chu Liuxiang dan bersalaman dengannya.

Saat ini kelihatannya tangan ini sama sekali tidak berbahaya. Namun hanyalah bahaya yang tak kelihatan, adalah bahaya yang sesungguhnya!

Apakah Chu Liuxiang mengerti atas kebenaran ini? Tampaknya ia tidak mengerti.

Maka ketika ia sudah menyadari bahayanya tangan ini, sudahlah terlambat!

Tiba-tiba ia menyadari bahwa kedua tangannya sudah di bawah kekuasaan tangan ini!

Baik tangannya mau cligerakkan dengan cara apa pun, kemungkinan besar pergelangan tangannya akan segera tercekal oleh sepasang tangan Jin Siye!

Chu Liuxiang menghela nafas panjang.

Tepat pada saat ini, pergelangan tangannya telah tercekal tangan Jin Siye — Bukan tangan kanan, tapi tangan kiri!

Ternyata tangan kanan Jilt Siye yang berhenti, tangan kirinya tiba¬-tiba dijulurkan dengan kecepatan bagai kilat, jurus ini sebenarnya tidak terlalu aneh, bahkan boleh dikatakan jurus ini sudah tua dan usang.

Namun di tangan Jin Siye, jurus ini terlalu cepat dan terlalu efektif! Agaknya seluruh perhatian Chu Liuxiang dipusatkan pada tangan kanan dia, dan sama sekali tidak berjaga-jaga terhadap tangan kiri dia. Tangan kiri yang maut!

Sekali lagi Jin Siye berseru dengan tidak begitu nyaring, badan Chu Liuxiang segera dibanting dan dilempar!

Segera saja badan Chu Liuxiang sudah hampir menabrak tiang batu yang berada di sisi jembatan itu!

Kali ini Jin Siye tidak membalikkan badannya, tetapi dengan mata yang tidak berkedip terus menatap badan Chu Liuxiang.

Ada beberapa puluh orang yang berdiri di tempat ini, tapi suasananya amat hening bagaikan tidak ada orang sama sekali! Tidak ada orang yang berseru karena gembira, juga tidak ada orang yang bersorak-sorak.

Orang-orang ini sudah digembleng sampai memiliki ketenangan seperti batu atau besi, ketika Jin Siye berhasil hanya dalam satu jurus saja, tali busur yang sudah dipentang penuh di tangan mereka itu, sekalipun tidak pernah bergetar!

Tetapi mata mereka, mau tak mau, mesti memandang badan Chu Liuxiang yang terlempar itu.

Ketika semua orang menyangka bahwakepala Chu Liuxiang sudah

akan menabrak tiang batu itu, badan dia tiba-tiba berputar balik di udara --- Persis seperti ikan berputar balik di dalam air!

Perputaran balik ini sama sekali tidak menimbulkan kesan kaku, bahkan indah dan anggunnya bagaikan tarian saja!

Menonton ilmu meringankan tubuh Chu Liuxiang, sama seperti menonton seorang penari yang sudah lama digembleng, yang sedang menari bersamaan dengan bunyi musik!

Dengan waktu yang nyaris bersamaan dengan berputar balik ini, badan Chu Liuxiang telah kembali lagi ke depan Jin Siye!

Pandangan mata Jin Siye tidak pernah lepas dari badan Chu Liuxiang, tepat pada waktu sekejap ini, tiba-tiba melancarkan serangan lagi.

Tiada seorang pun yang dapat melihat jelas gerakannya, yang terlihat cuma badan Chu Liuxiang sekali lagi terbanting, terlempar seperti ikan mati, tetapi kali ini posisi badannya tidak sama.

Tetapi cara yang dipergunakan Chu Liuxiang tetap sama seperti tadi.

Ketika ia sudah nyaris menabrak tiang batu itu, badannya tibatiba berputar balik di udara, dan segera kembali lagi ke depan Jin Siye.

Terdengar seruan yang keras bagaikan bunyi geledek.

Badan Jin Siye sepertinya memanjang setengah kaki, sepertinya seluruh tenaganya dicurahkan pada bantingan dan lemparan ini! Badan Chu Liuxiang terlempar ke belakang dengan kecepatan bagaikan anak panah yang baru lepas dan busurnya!

Ini adalah keempat kalinya ia terlempar.

Kekuatan lemparan kali ini sudah melampaui seribu kati, dan agaknya kali ini Chu Liuxiang sudah tidak mampu lagi mengendalikan badannya!

Dengan kekuatan yang maha dahsyat ini, memang tidak mungkin ada orang yang sanggup mengendalikan dirinyal

Kelihatannya pada kali ini ia pasti akan menabrak tiang batu itu, tapi tiba-tiba ia menerobos di antara langkan tiang batu itu.

Terlihat ujung kakinya mengait tiang batu itu, dengan satu jejakan yang kuat, tiba-tiba badannya berputar balik di antara

langkan itu, dengan kecepatan yang lebih kencang, ia telah kembali lagi di depan Jin Siye!

Gerakan badannya amat ringan bagaikan ikan yang berputar

ringan di dalam air, lalu dengan amat ringan pula badannya telah berada di depan Jin Siye, di wajahnya masih tersungging senyuman santai — Persis seperti sejak tadi telah berdiri terus di sana, dan sama sekali tidak pernah bergerak! Tidak ada orang yang bergerak, dan tidak ada orang yang bersuara. Tetapi di dalam pandangan mata mereka, tanpa terasa telah menunjukkan kekagumannya

Meskipun pertarungan ini disaksikan dengan mata kepala mereka sendiri, tapi sampai pada saat ini pun, agaknya mereka masih tidak bisa mempercayai mata mereka sendiri!

***

Manusia mempunyai banyak macam atau jenis.

Tetapi kebanyakan orang masuk dalam jenis ini: Setiap hal yang dilakukan, agaknya semuanya di dalam dugaan — Di dalam dugaan orang lain, juga di dalam dugaan diri sendiri.

Mereka bekerja ketika matahari terbit, dan beristirahat ketika matahari terbenam.

Setelah bekerja, mereka akan menunggu hasilnya.

Pada umumnya mereka tidak punya sukacita yang terlalu besar, juga tidak punya dukacita yang terlalu besar.

Mereka melewati kehidupan ini dengan biasa-biasa saja, jarang yang dapat menimbulkan kckaguman orang lain, juga jarang diiri orang banyak karena prestasi yang amat menonjol.

Tetapi rnereka adalah orang-orang yang tidak boleh kekurangan di dunia ini.

Tetapi Chu Liuxiang bukanlah orang jenis ini!

Setiap hal yang dilakukannya, agaknya semuanya di luar dugaan orang lain, dan semuanya sulit dipercayai, sebab ia adalah tokoh legendaris dari "sono" nya!

***

Sinar api dari obor-obor itu bergoyang terus, dan menerangi wajah Jin Siye.

Di wajahnya tidak tampak ekspresi apa-apa, tapi di jidatnya ada butiran-butiran peluh yang bergoyang-goyang.

Ia sedang menatap Chu Liuxiang, lama sekali masih belum mengalihkan tatapannya.

la tiba-tiba berkata "Bagus! Kungfu yang bagus!"

Chu Liuxiang berkata seraya tersenyum: "Kungfu anda juga hebat sekali!"

Dua kalimat yang sama seperti tadi, tapi ketika saat ini mendengarnya, perasaannya sudah berbeda.

Jin Siye tiba-tiba membalikkan badannya, dan berjalan perlahan

ke kursi itu, lain duduk di kursi yang besar dan nyaman itu. Tetapi Chu Liuxiang hanya berdiri saja.

Ketika Jin Siye melihat dia berdiri saja, air mukanya masih tidak menampakkan ekspresi apa-apa, tetapi peluhnya sudah kering.

Chu Liuxiang tiba-tiba rnemutar badannya dan berjalan kembali ke rumah kecil itu.

Jin Siye hanya memandangi dia saja, tidak menghalangi, juga tidak bersuara.

Tak lama kemudian, terlihat Chu Liuxiang keluar lagi sambil membawa sebuah kursi.

Ia meletakkan kursi itu di hadapan Jin Siye, lalu mendudukinya. Kursi ini pun lebar, besar dan nyaman.

Demikianlah kedua orang ini duduk saling berhadapan dan saling memandang, siapa pun tidak bersuara.

Entah sudah berapa lama waktu berlalu, Jin Siye tiba-tiba menggoyang-goyangkan tangannya.

Hanya dalam waktu sekejap mata saja, semua tali busur telah dikendurkan, semua golok telah disarungkan, dan beberapa puluh orang itu secara bersarnaan mundur ke dalam kegelapan, dengan tidak menimbulkan suara atau bunyi derap kaki sedikit pun!

Yang tersisa hanya dua orang yang terus mengangkat obor api tinggi-tinggi itu, yang terus berdiri bagaikan arca batu di ujung jembatan itu.

Dalam penerangan api yang terus bergoyang-goyang itu, Jin Siye tiba-tiba menggoyang-goyangkan tangan lagi dan berkata: "Bawa arak"

Perkataannya persis seperti sejenis sihir yang gaib. Tiba-tiba muncul sebuah meja yang sudah tersaji arak beserta makanan kecilnya, dan meja itu segera diletakkan di depan mereka.

Makanan kecil terdiri dari delapan macam masakan, yang selain lezat juga indah bagi pandangan mata.

Arak itu berwarna ambar, dan dituangkan sampai penuh di dalam dua buah cangkir yang terbuat dari emas.

Jin Siye mengangkat sebuah cangkir emas pelan-pelan dan berkata: "Mari."

Chu Liuxiang mengangkat cangkir emas yang lain itu dan meneguk arak sampai habis, lalu berkata "Arak bagus!" "Pahlawan semestinya minum arak bagus."

"Saya tidak berani menerima pujian ini."

Jin Siye berkata dengan nada suara yang berat "Pada zaman dahulu, Cao Cao dan Liu Bei, sambil minum arak sambil memperbincangkan para pahlawan pada jaman itu, kisah indah ini

dibicarakan terus turun temurun. Tak tahulah apakah kita berdua ini bisa disejajarkan dengan kedua pahlawan itu?"

Chu Liuxiang tak kuasa menahan dirinya untuk tersenyum clan berkata: "Tidak bisa disejajarkan. Paling tidak saya tidak pantas." "Kok tahu?"

"Seorang pahlawan tidak mungkin duduk di dalam jebakan dan tidak dapat keluar."

Jin Siye mengerutkan wajahnya dan terdiam, lama sekali baru berkata pelan-pelan: "Seseorang jika masih berada di dalam jebakan, masa' masih dapat duduk dengan amat nyaman?" Umumnya orang yang berada di dalam jebakan adalah terbaring.

Sinar mata Chu Liuxiang "berkerlap-kerlip", lalu berkata seraya tersenyum: "Jika demikian, berarti saya telah dapat keluar kan!" "Itu masih tergantung kau."

"Oh ya?"

Jin Siye terdiam lagi, lama sekali baru bertanya setelah menghela nafas panjang: "Apakah kau pernah menjadi ayah?"

"Belum pernah."

"Tetapi sebagai anak orang, seharusnya mengerti kan bahwa tidaklah mudah untuk menjadi ayah?"

"Memang tidaklah mudah."

Tiba-tiba ekspresi wajah Jin Siye menjadi muram durja, lalu menuang arak sampai penuh di cangkir emasnya dan meminumnya sampai habis, menghela nafas panjang dan berkata: "Apalagi menjadi ayah dari seorang anak perempuan yang sudah hampir sekarat, lebih tidak mudah lagi."

Chu Liuxiang pun berkata seraya menghela nafas: " Saya paham."

Jin Siye mengangkat kepala lagi, menatap dia dengan tatapan setajam pisau, kemudian bertanya den gan suara keras: "Kau masih paham apalagi?"

"Yang saya pahami sebetulnya banyak sekali, namun sayangnya sudah banyak yang lupa."

"Apa yang kau lupakan?"

"Apa yang saya lupakan ialah hal-hal yang tidak seharusnya diingat."

Jin Siye menurunkan tatapan mata dan menatap tangannya  sendiri, lama sekata baru berkata pelan: "Apakah kau juga dapat melupakan hal ini?"

Chu Liuxiang menjawab setelah tersenyum sekilas: "Barangkali sekarang saja sudah lupa."

"Selanjutnya tidak akan diingat lagi?" "Tentu."

"Siapa yang mengucapkan kata-kata ini?" "Chu Liuxiang yang mengucapkannya"

Tiba-tiba Jin Siye mengangkat kepala lagi dan menatap dia, lalu mengangkat cangkir emas pelan-pelan dan berkata: "Mari."

Chu Liuxiang meneguk arak sampai habis dan berkata: "Arak bagus!"

"Pahlawan semestinya minurn arak bagus." "Terima kasih."

Jin Siye mendongakkan kepala dan tertawa keras sampai tiga

kali, berdiri tiba-tiba lalu berjalan dengan langkah panjang clan masuk ke dalam kegelapan.

Obor-obor api pun segera padam, dan sekeliling menjadi gelap gulita, dua orang yang berdiri di ujung jembatan bagaikan arca batu pun lenyap dalam kegelapan.

Tiada bunyi langkah kaki, tiada bunyi apa pun!

Chu Liuxiang seorang diri duduk diam di dalam kegelapan, sambil memandangi cangkir emas yang ada pada tangannya. Cangkir emas itu berkilauan di bawah cahaya bintang.

Ia ingin sekali memikirkan ulang hal ini dari awal sampai akhir, tetapi pikirannya amat kalut, sama sekali tidak bisa berkonsentrasi untuk memikirkan semua hal.

Karena hal ini sepertinya bukan hal yang benaran, sepertinya bukan yang benaran pernah terjadi.

Bagaimana mungkin di dalam dunia ini terjadi hal yang aneh dan tak masuk akal semacam ini? Sampai-sampai ia sendiri pun sulit untuk miempercayainya!

Tetapi cangkir emas itu tetap berkilau-kilau. Dan cangkir emas itu sesuatu yang benar.

Chu Liuxiang menghela nafas yang panjang, lalu mengangkat

kepala, di depan adalah kegelapan yang tidak berujung-pangkal, dan

ketika menoleh ke belakang, ternyata lampu di rumah kecil itu juga sudah dipadamkan.

Bagaimana dengan gadis yang berada di rumah itu?

Tiba-tiba ia menemukan bahwa gadis itu sudah berada di tengah jembatan itu, sedang bersandar di langkan dan menatap dia dengan tidak bersuara.

Pakaiannya putih seperti saiju, matanya indah bagaikan bintang

—tapi saat ini sudah redup sinarnya, di dalam matanya terlihat menyimpan duka yang teramat dalam, yang tiada seorang pun dapat memahaminya!

Orang lain cuma dapat melihat ada semacam kekosongan dan keputus-asaan dari dalam matanya!

"Menjadi ayah dari seorang anak perempuan yang sudah hampir sekarat, betul-betul suatu hal yang teramat sulit!"

Tiada seorang ayah pun yang sanggup rnelihat anak

perempuannya yang akan mati. Mati, mati secara pelan-pelan....

Chu Liuxiangtiba-tiba menyadari bahwa Jin Siye adalah orang

yang betul-betul patut dikasihani, sebab derita yang ditanggungnya mungkin lebih banyak dari anaknya!

Gadis itu terus menatapi Chu Liuxiang, matanya sudah berkacakaca, tiba-tiba bertanya: “Apakah sekarang kau sudah paham

sernuanya?”

Chu Liuxiang menganggukkan kepalanya.

Tetapi ia ingin selama-lamamya tidak pernah paham — Di dunia ini ada sejumlah faktayang benar-benar amat jelek dan amat menakutkan! Gadis itu bertanya lagi: "Kau sudah mau pergi?" Chu Liuxiang tidak menjawab, hanya tersenyum getir.

Gadis itu menundukkan kepala dan berkata dengan suara lirih: "Kau tentu amat menyesal kan? Seharusnya benar-benar tidak usah datang."

"Tetapi aku toh telah datang."

Gadis itu menatapi air yang mengalir di bawah jembatan itu, lalu bertanya: "Kenapa kau bisa datang? Kau sendiri tahu atau tidak? Chu Liuxiang menjawab seraya menghela nafas: "Tidak tahu juga baik"

Gadis ini tiba-tiba mengangkat kepala, rnemandang Chu Liuxiang seraya bertanya: "Apakah kau tahu bahwa aku dulu pernah melihatmu?"

Chu Liuxiang menggelengkan kepalanya.

Gadis itu meneruskan kata-katanya dengan perlahan: "Justru karena aku pernah rnelihatmu, makanya aku menginginkan kau datang."

"Apakah kau yang berdaya upaya agar aku datang?"

Ia menganggukkan kepalanya, suaranya selirih bisikan: "Semua orang berkata bahwa penyakit yang aku derita semacam ini, cuma ada semacam cara untuk menyembuhkannya.... Hanya setelah bersamaan dengan laki-laki, baru dapat sembuh, tetapi sejak dulu aku belum pernah mencobanya”

"Mengapa?"

"Aku tidak percaya, juga tidak mau." "Tidak mau mencelakai orang lain?"

"Aku bukanlah seorang wanita yang hatinya begitu baik, tapi aku…”

"Kau kenapa?"

"Aku jemu terhadap kaum pria, begitu berdekatan dengan mereka, segera timbul perasaan mual!"

Dari dalam matanya yang kosong tiba-tiba muncul lagi semacam perasaan yang samar-samar dan terkesan seperti ilusi.

Oleh sebab itu ia segera menghindari tatapan mata Chu Liuxiang, dan berkata dengan amat "Aku menginginkan kau datang, hanya karena aku tidak jemu kepadamu. "

Chu Liuxiang hanya bisa berdiam diri saja. Ia betulbetul tidak tahu dirinya mesti berkata apa?

Bagaimanapun juga, jika ada seorang gadis jelita yang memberitahukan anda, bahwa dia tidak jemu kepada anda, tentulah ini sebuah hal yang layak digembirai!

Namun di dalam situasi sernacam ini, ia betul-betel tidak mampu membuat dirinya merasa gembira.

Gadis itu pun berdiam diri lama sekali, baru berkata lagi: "Seharusnya aku tidak mengatakan kata-kata ini."

"Mengapa kau mau mengatakannya?"

Tangan gadis itu memegang langkan itu erat-erat, seolah-olah dinginnya langkan itu dapat menernbus ke hatinya.

"Aku mengatakannya, hanya karena aku mau memohonmu satu hal"

"Apa itu?"

"Jangan menyalahkan ayahku atau orang lain, sebab dalam hal ini akulah yang salah, kau cuma bisa menyalahkan aku saja." Chu Liuxiang bertanya setelah merenung sejenak: "Kau duga aku bisa menyalahkan siapa?"

"Orang yang menginginkan kau datang itu." "Apakah kau tahu dia itu siapa?"

Gadis itu menggelengkan kepala dan berkata dengan nada hambar:

"Aku cuma tahu ada sejumlah orang, demi memperoleh uang

100.000 tad perak, saudara sendiri pun bisa dijual!"

Chu Liuxiang segera memburu dengan pertanyaan: "Apakah kau tidak kenal Zhang Jiejie?"

"Siapa itu Zhang Jiejie?"

"Lalu Ai Qing? Atau Bu Ajuan? Apakah kau pun talc kenal mereka?"

"Nama-nama ini aku sama sekali tidak pernah mendengarnya."

Chu Liuxiang terdiam lama sekali, lalu berkata seraya menghela nafas: "Sebenarnya engkau pun mesti menyalahkan dirimu sendiri” "Mengapa?"

"Sebab engkau pun dimanfaatkan oleh seseorang....dimanfaaatican sebagai alat untuk membunuhku!" Ia mementang matanya Iebar-lebar, tampaknya amat terkejut: "Siapakah yang telah memanfaatkanku? Dan siapakah yang mau membunuhmu?"

Chu Liuxiang menjawab setelah tersenyum sekilas: "Sekarang aku masih belum tahu, tapi pada suatu hari aku pasti bisa menemukan dia!"

***

Di atas tembok tinggi itu angin lebih dingin.

Chu Liuxiangberdiri di ujung tembok itu, secara samar-samar masih bisa melihat gadis yang berpakaian seputih salju itu. Ia masih bersandar di langkan itu — Langkan yang amat dingin,

namun di dunia ini masih ada apa lagi yang lebih dingin dari hatinya? "Aku hanya memohonmu satu hal, hanya memohon kau jangan

membenci ayahku."

Chu Liuxiang sekali-kali tidak membenci ayah dan anak perempuannya itu, bahkan menaruh rasa iba kepada mereka, serta menganggap mereka sebagai orang-orang yang layak dikasihani!

Mereka dan Chu Liuxiang adalah sama-sama dimanfaatkan oleh orang lain, dan sama-sama adalah korban.

Lalu siapakah sebenarnya yang layak dibenci oleh Chu Liuxiang? "Kau pasti amat menyesal, semestinya tidak usah datang."

la memang amat menyesal, menyesal kenapa terlalu mempercayai Zhang Jiejie.

la hanya berharap bisa bertemu lagi dengan Zhang Jiejie, pada saat itu ia rnungkin akan menjambak rambut gadis itu dan menanyai sampai jelas, kenapa gadis itu demikian mencelakai orang!

Tetapi ia pun sadar bahwa mungkin seumur hidup ia tak akan bertemu lagi dengan dia.

Tentu saja gadis itu tak akan berani lagi menemuinya, dan ia pun tak berdaya untuk mencari gadis itu.

Selain hanya tahu namanya adalah Zhang Jiejie, yang lain

tentang gadis itu boleh dibilang ia sama sekali tidak tahu apa-apa! Bahkan ia juga tidak tahu: nama ini benar atau tidak?

"Sebetulnya jika seumur hidup aku tak ketemu lagi dengan dia pun baik kok! Malahan aku tidak dibikin pusing!"

Gadis semacam ini selain hanya membikin dia pusing dan sakit kepala, apakah masih ada faedah yang lain bagi dia?

Namun entah mengapa, asal memikirkan bahwa kelak mungkin

tidak ketemu lagi untuk selama-lamanya, di dalam hatinya terasa ada semacam rasa nelangsa yang tak terucapkan, semacam rasa tiba-tiba kehilangan sesuatu!

Angin di atas tembok tinggi itu makin dingin saja.

Chu Liuxiang menghela nafas dengan lirih, lalu melompat ke bawah dari ujung tembok itu.

Pada lompatan kali ini ia tidak merasa bimbang, sebab ia merasa amat pasti.

Ia tahu ia akan sampai di tempat apa — Di sana bukan tempat berapi atau yang ada perangkapnya, di sana hanyalah sebuah gang kecil yang sepi dan terpencil.

Ia bisa melegakan hatinya-Tetapi kali ini ia terlalu melegakan hatinya.

Ketika ia sudah hampir mendarat, baru sadar bahwa meskipun dibawah tidak ada tempat berapi, tapi ada sebuah bak air yang besar. Secara amat pas ia jatuh dan masuk ke dalam bak air yang besar itu. Kemudian ia segera mendengar bunyi tertawa seseorang. Bab 8 : Air di bawah Rembulan, Rembulan ditengah Air

Chu Liuxiang sutra tertawa.

la tidak saja suka dirinya sendiri yang tertawa, juga suka melihat orang lain yang tertawa dan suka mendengarkan oranglain yang tertawa.

Sebab ia selalu beranggapan bahwa tertawa itu bukan saja dapat merangsang semangat diri sendiri, juga dapat membuat orang lain gembira dan bersuka-cita!
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar