Legenda Bunga Persik Jilid 04

Bola mata Bu Ajuan berputar-putar, lalu berkata dengan dingin: "Hanya sayangnya bahwa panglima besar ini segera akan masuk peti mati!"

Chu Liuxiang berkata seraya tersenyum sekilas: "Hanya sayangnya bahwa yang baru aku ceritakan itu nomor satu, tentu saja masih ada yang nomor dua."

"Yang nomor dua?"

"Yang nomor dua Sisirmu itu tidak terbuat dan 'kayu pria cemburu', yang dioleskan di kepalamu pun bukan 'minyak pacar'." Sesaat ekspresi wajah Bu Ajuan berubah, lalu berkata seraya mendelik: "Siapa yang bilang?"

Chu Liuxiang menjawab seraya tersenyum sekilas: "Aku yang bilang, sebab aku tahu yang dioleskan di rambutmu itu adalah minyak bunga melati dan Toko 'Yuan Huaqi' di ibukota. Minyak itu

hasil buatan dan ramuan rahasia dari toko yang sudah terkenal lama sekali itu, punya bau harum yang amat anggun; Harga minyak itu

selain amat mahal, belinya pun hanya di toko itu, di lain tempat tidak ada!"

Mata Bu Ajuan mendelik kian besar, lalu bertanya: "Kenapa kau bisa tahu?"

"Aku bisa  menciumnya." "Bukankah hidungmu tumpul rasa?"

Chu Liuxiang menjawab sambil senyum: "Hidungku memang

kadang-kadang tumpul rasa, tapi kadang-kadang juga tajam rasa, itu tergantung keadaan."

"Tergantung keadaan apa?"

"Tergantung apa yang aku cium, kalau mencium bau tahi anjing atau obat bius, tentu saja hidungku tumpul rasa; Tetapi kalau mencium bau wangi-wangian yang berasal dari tubuh wanita cantik, hidungku barangkali jauh lebih tajam dari siapa pun!"

Bu Ajuan menggigit gigi keras-keras, lalu berkata dengan amat mendongkol: "Tidak keliru kalau banyak orang mengatakan bahwa kau adalah 'setan maksiat', ternyata memang benar sekali!" "Ah tidak! Kamu terlalu memuji saja!"

"Kamu sudah menceritakan yang nomor dua, apakah masih ada yang nomor tiga?"

"Ya, ada."

Chu Liuxiang melanjutkan kata-katanya seraya tersenyum: "Yang nomor tiga. Tiba-tiba aku teringat siapa yang tinggal di dalam gua itu."

Bu Ajuan bertanya seraya mengedip-ngedipkan matanya "Siapa ya?"

"Sekeluarga orang yang bermarga Ma. Siapa pun yang cari garagara dengan mereka, berarti mencari keberabean."

Bu Ajuan berkata seraya tertawa dingin: "Sungguh tidak disangka ya, bahwa bagi Chu Liuxiang juga ada orang yang ditakuti!"  "Aku semuanya tidak takut, cuma takut berabe saja."

Bu Ajuan berkata dengan sikap dingin: "Hanya sayang bahwa saat ini sudah ada keberabean yang hinggap di atas dirimu!"

Chu Liuxiang berkata seraya menghela nafas panjang: "Makanya saat ini aku hanya ingin menemukan keberabean itu berasal dari mana."

"Masa' kau ingin aku memberitahukanmu?"

"Masa' kau masih bisa tidak memberitahukanku?" "Masa' tidak boleh jika tidak memberitahukanmu!" "Tidak boleh." Bu Ajuan berkata seraya memutar-mutar bola matanya: "Jika aku tidak mau memberitahukanmu, lalu kau mau apa?"

Chu Liuxiang tidak menjawab, namun tiba-tiba menyambar pinggang Bu Ajuan dan memeluknya!

Bu Ajuan berkata dengan suara tertahan: "Kau...kau berani melakukan pelecehan seksual?"

Chu Liuxiang tersenyum seraya memperlihatkan giginya dan berkata: "Jangan lupa ya bahwa aku kan 'setan maksiat'!"

Bu Ajuan mendelik sejenak, tiba-tiba menghela nafas, lalu berkata seraya menutup matanya: "Baiklah! Sekali ini aku biarkan kau melakukan pelecehan seksual!"

Chu Liuxiang malahan menjadi terkesiap, lalu bertanya "Kau tidak takut?"

Bu Ajuan berkata dengan suara lirih: "Aku kan tidak berdaya?

Mau berkelahi tidak bisa menang darimu, mau berlari tidak bisa lari darimu!"

"Masa' kau tidak bisa berteriak?"

Bu Ajuan berkata seraya menghela nafas: "Seorang wanita teriakteriak begini, ke mana wajahku mau 'ditaruh'? Apalagi saat ini

tengah malam, tempat ini pun amat sepi, sekalipun aku teriak-teriak, juga tidak akan ada orang yang mendengarnya"

Ia mendadak merangkul leher Chu Liuxiang, lalu berkata dengan suara lirih di pinggir telinga Chu Liuxiang: "Jikalau kamu mau memperkosaku, sekaranglah saat yang baik! Nanti kalau langit sudah terang, suasana romantisnya akan hilang!"

****

Tengah malam, di tempatyang amat sepi, cahaya bulan yang lemah-lembut.

Seandainya ada seorang perempuan secantik Bu Ajuan, saat ini berada dalam pelukan anda, dan ia mengucapkan kata-kata tersebut diatas di pinggir telinga anda, lalu anda akan berbuat apa?

Saat ini Chu Liuxiang sungguh-sungguh tidak tahu mesti berbuat apa!

Melihat ekspresi wajahnya, seolah-olah yang dia peluk itu bukan perempuan cantik, tapi adalah ubi jalar gunung yang amat panas! Sepasang tangan Bu Ajuan merangkul kian kencang, sambil terus menutup matanya, nafasnya yang mulai memburu itu berhembus pelan ke pinggir telinga Chu Liuxiang!

Ia sedang menunggu!

Tampaknya tidak mudah bagi Chu Liuxiang untuk melepaskan diri dari ubi jalar gunung yang amat panas ini!

Namun ubi panas ini memang amat harum Bahkan harumnya amat mempesona!

Harumnya ini Sekalipun anda baru menikmati makanan yang

paling lezat, dan perut masih terasa penuh sekali tetap membuat anda tidak bisa menahan diri untuk tidak "menggigitnya"!

Chu Liuxiang mulai berasa jantungnya berdetak kencang sekali! Mata Bu Ajuan disipitkan, lalu berkata dengan suara lembut: "Tunggu apa lagi? Apakah kau cuma bisa pakai mulut saja?"

Chu Liuxiang berkata seraya berbatuk kering: "Seperti pepatah yang berbunyi 'Satria hanya pakai mulut, tidak pakai tangan'."

Bu Ajuan berkata dengan senyuman jangak "Tapi kamu kan bukan satria!"

Chu Liuxiang mengaku seraya menghela nafas: "Memang bukan."

Ketika ia sudah siap-siap melepaskan haknya untuk menjadi

satria, tiba-tiba dari belakang pohon-pohon gelap yang ada di sisi jalan itu, terdengar suara ketawa yang merdu dan renyah!

Seorang gadis yang berpakaian kuning, bersandar di sebuah pohon, dan tertawanya tidak berhenti-henti.

Suara tertawanya enak didengar, orangnya sedap dipandang! Tanpa terasa Chu Liuxiang berseru: "Zhang Jiejie."

Gadis itu betul-betul terlalu misterius, selamanya Chu Liuxiangtidak akan bisa menebak kapan saatnya ia akan muncul di hadapannya, dan kapan saatnya ia akan lenyap lagi!

Bu Ajuan bertanya dengan suara keras: "Siapakah kamu?" Zhang Jiejie menjawab seraya tersenyum: "Aku bukan 'siapa', hanya seorang yang kebetulan lewat di sini saja."

Bu Ajuan bertanya seraya mendelik: "Kamu mau berbuat apa?" "Aku tidak mau berbuat apa-apa, baik dia memperkosamu, atau kamu diperkosa dia, semuanya tidak ada hubungan apa-apa denganku."

"Kalau begitu cepatlah kamu pergi!" "Aku juga tidak ingin pergi."

Zhang Jiejie meneruskan kata-katanya seraya tertawa "Teruskan perbuatan kalian, masa' aku tidak boleh menonton dari sini?" "Dengan hak apa kamu mau menonton?"

"Karena aku suka!"

Argumentasi yang terhebat pun tak akan bisa melawan kata "Suka"

Bu Ajuan sudah termasuk orang yang mau menang sendiri, tidak tahunya malahan justru ketemu orang yang lebih mau menang sendiri!

Chu Liuxiang sudah hampir mau ketawa.

Bu Ajuan melepaskan pelukannya, badannya tiba-tiba melesat

dari pelukan Chu Liuxiang, lalu bersalto di udara, dengan kecepatan bagai anak panah ia "menerkam" ke Zhang Jiejie!

Sepuluh jari tangannya yang lentik itu, berkilauan di bawah cahaya rembulan!

Kelihatannya bahwa ia ingin sekali mencabik-cabik wajah Zhang Jiejie!

Baik ia seorang pesilat atau bukan, ketika seorang perempuan berkelahi, sepertinya suka sekali mencakar-cakar wajah lawannya. Malahan Chu Liuxiang merasa sedikit khawatir untuk Zhang Jiejie. Mendadak ia menemukan bahwa tidak saja Bu Ajuan memiliki ilmu meringankan tubuh yang tinggi, bahkan serangannya amat cepat

dan

amat sadis!

Sebelumnya ia tidak pernah menduga bahwa wanita yang cantik seperti Bu Ajuan ini, sanggup melancarkan serangan yang begitu sadis!

"Barangkali ketika perempuan melawan perempuan, mereka akan berobah jadi lebih kejam dan sadis!?"

Zhang Jiejie masih tertawa cekikikan.

Ketika kuku-kuku jari tangan Bu Ajuan sudah hampir mengenai wajahnya, barulah dengan tiba-tiba badannya meluncur ke atas

dengan menyusuri batang pohon, persis seperti seekor kucing, sekejap saja sudah tiba di ujung pohon.

Dengan menjejakkan ujung kakinya, badan Bu Ajuan juga ikut meluncur ke ujung pohon.

Zhang Jiejie berkata seraya tertawa manja: "Galak amat wanita ini! Kakak Xiang, kenapa tidak bergegas datang untuk membantuku?"

Ia sengaja mengucapkan kata "Kakak Xiang" ini dengan nada yang mesra dan genit!

Chu Liuxiang yang mendengar kata-kata itu, tiba-tiba merasa badannya merinding semua.

Bu Ajuan yang mendengar kata-kata itu, api amarahnya kian

berkobar-kobar, lalu berkata seraya tersenyum "Wanita ini benarbenar tidak tahu malu! Ia tidak sadar kalau kata-katanya bisa

membuat orang yang mendengarnya merasa muak dan mau muntah!"

Kata-katanya masih belum selesai diucapkan, ia telah melancarkan 7 jurus serangan!

Zhang Jiejie sambil menghindar, sambil berkata seraya tertawa terus: "Yang tidak tahu malu itu aku atau kamu? Kenapa kamu mesti menginginkan kakak Xiangku untuk memperkosamu?"

Saking marahnya sampai tidak bisa berkata-kata lagi, dengan air muka yang merah padam, Bu Ajuan melancarkan serangan-serangan yang makin aneh dan makin sadis!

Zhang Jiejie terus berceloteh: "Sebenarnya kamu mesti meniru

aku, jika kamu memanggil dia kakak Xiang', mungkin ia akan segera memperkosamu!"

"Kentut!"

Zhang Jiejie menimpali seraya tertawa: "Bau sekali ya!"

Ia terus berkelit dan menghindar, kelihatannya seperti tidak punya tenaga untuk menangkis, tiba-tiba berseru dengan terkejut,

lalu memutar badannya dan berlari pergi, sambil mulutnya berseruTiraikasih Website http://kangzusi.com/

seru "Cakar wanita ini benar-benar mengerikan! Jikalau wajahku benar-benar tersobek oleh

cakarnya, bagaimana di kemudian hari aku masih 'laku' menikah?" Ia berlari di depan, Bu Ajuan mengejar di belakang. Ilmu meringankan tubuh dua orang ini sama-sama hebat, apalagi Zhang Jiejie.

Chu Liuxiang hampir tidak pernah melihat ada wanita yang ilmu meringankan tubuhnya lebih tinggi dari Zhang Jiejie — Bahkan yang pria pun jarang ada yang lebih tinggi dari dia!

Sebenarnya ia ingin menyusul untuk melerai mereka, tapi setelah dipikir-pikir, ia menghentikan langkahnya.

Ketika dua wanita berkelahi, satu-satunya hal yang bisa

dikerjakan si pria adalah: berdiri saja dan tidak bergerak. Jika dapat tiba-tiba berubah menjadi tuli dan buta, itu adalah tindakan yang lebih bijaksana.

Angin terns berhembus ke daun-daun pohon, tetapi suara dua wanita itu sudah tidak terdengar lagi.

Masa' mereka berdua sudah melarikan diri?

Namun, tiba-tiba terdengar ada seorang menyanyi dengan suara lembut di dalam kegelapan.

"Dua wanita berkelahi, cuma ada satu yang bisa kembali...coba tebak, yang kembali itu siapa?"

Chu Liuxiang menjawab tanpa berfikir lagi: "Zhang Jiejie."

Memang benar itu adalah Zhang Jiejie Dengan satu kali

kelebatan, ia telah berada di depan Chu Liuxiang, lalu berkata seraya tersenyum manis: "Adik yang manis! Ada perlu apa kau panggil

kakak lagi?"

Chu Liuxiang berkata sambil menghela nafas panjang: "Omonganmu kok itu-itu saja, apakah kau tidak bosan mengatakannya?"

Zhang Jiejie berkata sambil tersenyum: "Bukan saja tidak bosan mengatakannya, bahkan aku juga tidak bosan mendengarkannya,

sekalipun dalam sehari kau panggil aku kakak 800 kali, tetap saja aku merasa senang."

Ia mengedip-ngedipkan mata dan bertanya: "Apakah kau merasa senang?"

"Ada hal apa yang perlu aku senang?

"Ada dua wanita yang demikian cantik ini yang berkelahi demi kau!"

"Masa' kau tidak merasa senang?"

Chu Liuxiang bertanya seraya mengedip-ngedipkan mata juga "Apakah kau telah membunuhnya?"

"Tenangkanlah hatimu! Wanita yang secantik dia itu, aku pun tidak tega membunuhnya."

"Jika tidak terbunuh, lalu sekarang dia ada di mana?"

Zhang Jiejie mendadak berkata dengan air muka yang tidak senang: "Untuk apa kau menanyakan hal ini? Apakah kau masih memikirkan dia? Ingin memperkosanya?"

"Apakah kau kira aku betul-betul adalah orang yang demikian?" Zhang Jiejie berkata sambil tersenyum dingin: "Masa' sih kau adalah orang yang alim? Jika bukan aku keburu datang, kalian berdua, yang satu mau memperkosa, yang satu malahan minta diperkosa! Maka tempat ini pasti sudah menjadi 'medan tarung' bagi kalian kan!"

Chu Liuxiang menghela nafas lagi, lalu berkata seraya tersenyum masam: "Aku sungguh kagum padamu, ternyata kau juga sanggup mengucapkan kata-kata demikian!"

"Ketika seorang wanita merasa cemburu, maka kata-kata yang lebih tidak sedap pun sanggup diucapkannya!"

"Kau cemburu?"

Zhang Jiejie berkata seraya mendelik: "Kalau cemburu terus bagaimana? Masa' cemburu itu melanggar hukum?"

Tiba-tiba ia tidak bisa menahan dirinya, dan berkata seraya tertawa: "Sebenarnya, sekalipun kau punya keinginan memperkosa, juga tidak usah mencari dia."

Chu Liuxiang mengelus-elus hidung dan bertanya "Aku masih bisa mencari siapa?"

Bola mata Zhang Jiejie berputar-putar, lalu berkata dengan suara halus: "Paling sedikit ada satu orang yang bisa kau cari." "Orang itu ada di mana?"

Zhang Jiejie menjawab seraya menggigit bibir: "Jauh di mata, dekat di hati."

Chu Liuxiang mendadak berobah menjadi seorang pandir kelas

berat, kedua matanya menatap kosong, lama sekali celingukan, baru seraya mengerutkan alis: "Aneh ya! Kenapa aku kok tidak menemukannya. "

Zhang Jiejie mendelik penuh kedongkolan, dengan tiba-tiba ia melayangkan sebuah tamparan!

Tamparan itu cepat sekali, kalau orang lain pasti tidak bisa menghindarinya!

Namun kali ini beda--Tangannya terpegang oleh Chu Liuxiang.  Chu Liuxiang berkata sambil senyum: "Jika kau sungguh ingin menamparku, maka gerakanmu seharusnya lebih cepat sedikit." Zhang Jiejie melirik dia dengan ujung mata, lalu berkata dengan senyum samar-samar: "Apa kau kira aku benar-benar tidak bisa menamparmu? Apa kau kira benar-benar bisa memegang

tanganku?"

"Masa' sih ini bukan tanganmu?"

Zhang Jiejie tiba-tiba menghela nafas dan berkata: "Hai si Pandir! Masa' kau tidak menyadari bahwa aku sengaja membiarkan kau menangkap tanganku?"

"Sengaja? Mengapa?"

Zhang Jiejie menundukkan kepala dan berkata dengan lirih: "Sebab aku suka kau pegang tanganku."

Suaranya lembut dan manis --- Pada malam yang hening ini,

keluar dari mulut seorang gadis secantik dia ini, betul-betul mirip dengan lagu yang termerdu di dunia ini!

Hati Chu Liuxiang mulai "mencair", bagai es dan salju yang mencair karena hembusan angin musim semi!

Tepat pada ketika ini, tangan Zhang Jiejie tiba-tiba berbalik dan mencengkeram pergelangan tangan Chu Liuxiang, sebelah

tangannya bergerak cepat bagaikan kilat, melayangkan sebuah tamparan keras ke pipi kanan Chu Liuxiang!

Sambil berkata dengan tertawa manis: "Kali ini kau pasti tidak dapat menghindarkan. "

Namun kalimat ini tidak bisa selesai diucapkannya.

Hati Chu Liuxiang memang sudah "mencair", tetapi Tangannya belum.

Tahu-tahu tangan Zhang Jiejie sudah terpegang lagi, dan tangan Zhang Jiejie yang mencengkeram pergelangan tangan Chu Liuxiang, malahan sebaliknya tercengkeram oleh Chu Liuxiang! Yang dirasakan Zhang Jiejie adalah: Seolah-olah bahkan setengah buah tulang pun tidak ada pada sepasang tangan Chu Liuxiang!

Kata Chu Liuxiang seraya tersenyum: "Kali ini kau tetap saja tidak berhasil menamparku."

Zhang Jiejie mendeliki dia dengan penuh kedongkolan, lama sekali baru muncul senyuman dari matanya, kemudian berkata seraya tersenyum manis: "Sebenarnya aku sama sekali tidak tega menamparmu, kenapa kau mesti tegang?"

Ini membuktikan suatu hal: Wanita yang jujur belum tentu menyenangkan, wanita yang menyenangkan belum tentu jujur! Asal anda merasa dia menyenangkan, maka anda mesti mempercayai apa yang dia katakan, baik itu benar atau tidak!

Jika tidak, maka anda bukanlah pria yang bijak, juga bukan pria yang hidup dengan bahagia!

****

Namun saat ini Chu Liuxiang tidak bisa merasa bahagia.

Sebab walaupun ia ingin sekali mempercayainya, tapi betul-betul sulit sekali mempercayainya.

Zhang Jiejie terus menatapnya, tiba-tiba berkata "Sepertinya kau tidak terlalu mempercayaiku ya"

Chu Liuxiang berkata seraya tersenyum sekilas: "Bisakah aku mempercayai mu?"

"Pernahkah aku mencelakaimu?" "Tidak pernah."

"Baikkah perlakuanku kepadamu?" "Baik sekali."

"Aku tidak pernah mencelakaimu, perlakuanku pun baik sekali kepadamu, lalu kenapa kau tidak mempercayaiku?"

Chu Liuxiang tidak dapat menjawab pertanyaan ini, maka ia cuma dapat menjawab: "Aku tidak tahu."

Argumentasi yang terhebat pun tidak dapat melawan kalimat ini "Aku tidak tahu"!

Sekalipun anda dapat mengajukan 10.000 macam argumentasi,  tapi kalau dia masih "tidak tahu", lalu anda bisa berbuat apa? Zhang Jiejie menghela nafas panjang, lalu berkata seraya tersenyum kecut: "Ternyata kau juga seorang yang hanya mau menang sendiri."

"Di dalam dunia ini memang banyak sekali orang yang hanya mau menang sendiri, bukan cuma aku saja", kata Chu Liuxiang seraya tersenyum.

Biji mata Zhang jiejie berputar-putar sejenak dan berkata: "Apakah kau merasa kedatanganku kebetulan sekali?"

"Memang betul."

"Apakah kau tidak dapat mengira kenapa aku dapat menemukanmu?"

"Memang tidak dapat"

"Baiklah, aku beritahu! Itu dikarenakan aku terus-menerus menguntitmu secara diam-diam."

"Oh ya?"

"Tentu saja aku pun tidak tahu kau memilih jalan mana, untung ada seorang yang memberitahuku."

"Siapa?"

"Yaitu istri pedagang yang putih dan gemuk itu, yang berada di sisi persimpangan jalan itu lho!"

Ia melirik Chu Liuxiang lagi dengan ujung mata, lalu berkata seraya tersenyum samar-samar: "Kau pasti merasa heran lagi kan kenapa dia bisa ingat padamu? Itu disebabkan ia pun amat menaruh hati padamu! Kata dia: Kau tampan, menyenangkan dan berwibawa, satu-satunya kekuranganmu hanyalah kau kurang royal, hanya memberi dia dua ketip uang saja."

Chu Liuxiang pun menghela nafas lagi, lalu berkata seraya tersenyum kecut: "Sekarang ini saja ia sudah begitu 'menaruh hati', jika aku memberi dia lebih banyak lagi, mana tahan!"

Zhang Jiejie berkata seraya tersenyum dingin: "Kenapa mana tahan? Dia kan putih dan gemuk, punya wajah hoki , pintar berdagang, pintar melahirkan anak, menurutmu, mana lagi yang kurang baik dari dia?"

Chu Liuxiang berkata dengan wajah serius: "Sebenarnya ia masih punya suatu keunggulan yang terbesar, apakah kau tidak tahu?" "Oh! Apa itu?"

"Ia hanya jual arak, tidak jual cuka." "Masa' ini juga terbilang keunggulannya?"

"Seandainya ia menjual cuka, maka tempayan cukanya pasti dirobohkan olehmu, dengan demikian modal dia pun akan Ludes!"(Dalam kesusastraan bahasa Tionghoa: "Makan cuka" adalah suatu kata kiasan yang berarti: Cemburu (karena urusan cinta). "Merobohkan tempayan cuka seseorang" berarti: Melabrak

seseorang yang dianggap sebagai lawan/saingannya dalam urusan cinta.)

****

Bintang kian jarang, malam hampir berakhir.

Entah dari mana Zhang Jiejie telah memetik setangkai bunga kecil, yang sebentar digigit di mulutnya, sebentar dipakai di telinganya, sebentar dimainkan di tangannya, kelihatannya sibuk sekali.

Gadis ini sepertinya tidak bisa berhenti bergerak, tidak saja tangan dan mulut, bahkan seluruh tubuhnya bergerak tanpa henti. Di dalam keadaan nganggur pun ia tetap saja bisa menemukan  satu atau beberapa hal untuk dikerjakan.

Jika menginginkan dia tutup mulut, dan duduk manis hanya untuk sesaat saja, itu sama dengan menginginkan nyawanya! Chu Liuxiang makin lama makin tidak bisa memahami dia.

Terkadang ia kelihatannya seperti seorang anak perempuan kecil yang tidak tahu apa-apa, namun terkadang ia kelihatannya lebih cerdik dari rubah tua yang paling licik!

Chu Liuxiang bertanya seraya menghela nafas: "Sekarang aku sudah tahu dengan cara bagaimana kau datang, tapi apa maksud kedatanganmu mencariku?"

Zhang Jiejie menjawab seraya mendelik: "Orang lain bisa datang mencarimu, kenapa aku tidak bisa?"

"Orang lain datang mencariku kan untuk mencabut nyawaku, kau bagaimana?"

"Aku tidak ingin mencabut nyawamu, malahan ingin kau hidup untuk beradu mulut denganku."

Chu Liuxiang bertanya seraya tersenyum masam: "Kau datang mencariku, apakah cuma untuk beradu mulut denganku?" Zhang Jiejie menjawab seraya tersenyum manis: "Aku masih belum punya kelemahan sebesar ini."

Mendadak air mukanya berubah jadi amat serius, lalu berkata: "Aku datang mencarimu, hanya untuk memberitahumu dua hal yang teramat penting."

"Apa itu?"

"Aku sudah menyelidiki dan tahu siapakah sepasang suami istri yang tua itu."

"Oh ya?"

"Apakah kau masih ingat tangan nenek itu selalu menenteng apa?"

"Batang timbangan!"

Nenek itu memakai batang timbangan itu untuk memukul suaminya.

Sinar mata Chu Liuxiang menjadi terang, lalu berkata dengan terkesiap: "Aku teringat! 'Kakek Sial dan Nenek Gendut, timbangan tak pernah meninggalkan anak timbangan'." Zhang Jiejie menjawab seraya tersenyum "Memang beteu, kakek itu adalah 'timbangan', nenek itu adalah 'anak timbangan', dua

orang itu memang sesuai sekali dengan julukannya! Kau betul-betul tak akan bisa menemukan seorang yang lebih mirip anak timbangan dari nenek itu!"

Tetapi Chu Liuxiang tidak ikut tersenyum.

Dikarenakan ia tahu bahwa meskipun kakek dan nenek itu memiliki nama dan julukan yang lucu, tampang mereka pun amat menggelikan, tapi sebenarnya mereka adalah orang-orang yang menakutkan!

Zhang Jiejie melanjutkan kata-katanya: "Kata orang mereka sebenarnya adalah pesilat kelas wahid dari daerah Lingnan, bahkan mereka memimpin sebuah kekuasaan jahat yang amat besar! Tetapi pada belasan tahun yang lalu, mereka tiba-tiba mengundurkan diri dan hilang dari pandangan orang, sejak saat itu tidak ada lagi orangyang mengetahui berita mereka. Entahlah kenapa kali ini mereka tiba-tiba muncul lagi?"

"Mungkin ada seseorang yang mengundang mereka secara khusus untuk membunuhku."

"Kau pikir siapa yang mengundang mereka? Dapat mengundang

pesilat-pesilat tangguh yang telah lama mengundurkan diri ini, orang itu sungguh-sungguh punya sesuatu yang disegani orang!"

Biji mata Zhang Jiejie berputar-putar, lalu melanjutkan lagi: "Siapa pemilik bagal itu, aku pun telah mengetahuinya." "Siapa?"

"Tuan Keempat Jin." "Siapakah dia?"

"Ia adalah paman keempat Jin Lingzhi, sekaligus orang yang paling berkuasa di Taman Wanfu Wanshou! Karena kau pernah pergi ke tempat itu untuk pengucapan selamat ulang tahun, pasti pernah melihat orang itu."

Chu Liuxiang mengiakannya.

Bukan saja ia pernah melihat orang itu, bahkan punya kesan yang amat dalam.

Tuan Keempat Jin memang seorang yang mudah meninggalkan kesan yang amat dalam bagi setiap orang yang pernah berjumpa dengannya!

Perawakannya tidak terlalu tinggi besar, tapi punya badan yang

sehat dan kuat. Jika berdiri kelihatannya seperti sebuah bukit, yang tidak sanggup direbahkan oleh siapa pun.

Chu Liuxiang bahkan masih ingat akan raut mukanya sepasang

alis yang tebal, sepasang mata yang bersinar, kumis yang rapi....

Sekalipun ia tersenyum, masih tertampak kewibawaannya!

Dilihat dari segi mana pun, tidaklah menimbulkan kesan bahwa ia adalah seorang yang jahat.

Chu Liuxiang berkata dengan sikap ragu-ragu: "Apakah

maksudmu adalah: Suami istri itu diundang oleh dia? Dan orang yang mau membunuhku juga adalah dia?"

Zhang Jiejie berkata dengan sikap yang tawar: "Aku tidak berkata apa-apa, cuma berkata bahwa bagal itu adalah miliknya." "Bagaimana kau bisa tahu?"

Zhang Jiejie menjawab seraya tersenyum: "Tentu saja aku punya caranya."

"Cara apa?"

Zhang Jiejie menjawab seraya mengedipkan matz "Hal itu aku tidak dapat memberitahukanmu."

"Kenapa tidak dapat?" "Sebab aku tidak suka."

****

Fajar telah menyingsing.

Akhirnya mereka telah keluar dari daerah perbukitan itu, dan kuda itu tetap mengikuti dari belakang. Ada orang berkata, bahwa anjing dan kuda adalah sahabat

manusia yang paling setia, sebenarnya itu hanyalah karena mereka telah membentuk suatu sifat ketergantungan pada manusia,

sehingga lebih rela jadi budak manusia, tapi tidak berani berdikari. Biji mata Zhang Jiejie berputar-putar, lalu bertanya seraya tersenyum: "Dengan bersusah-payah aku datang kemari untuk memberitahukanmu hal-hal itu, lalu kau akan berterima-kasih

padaku dengan cara apa?" "Aku tidak tahu."

Sebab ia menyadari bahwa kalimat ini merupakan cara terbaik untuk menghadapi Zhang Jiejie.

Zhang Jiejie berkata seraya tersenyum: "Kau tidak tahu, tapi aku tahu."

"Kau tahu apa?"

"Aku tahu kau orang yang kikir, jika benar-benar menginginkan kau mentraktirku, sekalipun kau dibunuh pun tak akan mau! Tapi

seandainya aku minta kau mentraktirku minum arak, tak akan menolak kan?"

Chu Liuxiang pun berkata seraya tersenyum "Itu pun tergantung keadaannya, tergantung kau minumnya banyak atau tidak, dan tergantung arak di tempat itu mahal atau tidak?"

Zhang Jiejie berkata seraya menghela nafas panjang: "Untung

aku tahu ada satu tempat, bukan saja araknya tidak mahal, bahkan di sana ada seorang istri pedagang yang putih dan gemuk! Ia terus menerus merindukanmu lho! Tampaknya kau tidak membayar pun

tidak masalah deh!"

Tanpa terasa Chu Liuxiang mengelus-elus hidungnya, lalu berkata seraya tersenyum masam: "Apakah kau benar-benar mau ke tempat itu?"

"Harus dong! Sebab aku telah memutuskannya"

****

Walaupun masih pagi, tapi tempat penjualan arak yang berada di persimpangan jalan itu telah mulai usahanya.

Sebab orang-orang yang bepergian di waktu pagi memang lebih banyak.

Si pedagang yang senantiasa bermuram durja itu sedang menyalakan kompornya, mukanya kotor dan berminyak karena terkena asap.

Si istri pedagang yang putih dan gemuk itu sedang mengawasi suaminya dari samping dengan wajah cemberut, tampaknya ia lagi kesal, sampai-sampai anak kecil yang sedang ia gendong pun tidak berani menangis.

Tapi begitu melihat Chu Liuxiang, rasa kesalnya segera sirna, wajah pun penuh senyuman.

Anak kecil yang tadinya baru kena pukul karena merengek mau  makan telur rebus kecap, sekarang ia malahan menjejalkan telur ke mulut anak itu, untuk menunjukkan bahwa ia adalah wanita yang lemah lembut dan ibu yang penuh welas asih.

Zhang Jiejie tertawa cekikikan seraya melirik Chu Liuxiang dengan ujung matanya.

Chu Liuxiang terpaksa pura-pura tidak melihat.

Ketika istri pedagang itu agak menjauh untuk mengiris daging

dan menuangkan arak, Zhang Jiejie tiba-tiba berbisik di sisi telinga Chu Liuxiang: "Aku telah salah omong ya! Sekalipun ia putih sekali, tapi sedikit pun tidak gemuk"

Chu Liuxiang masih pura-pura tidak mendengarnya

"Coba lihat kulitnya Putih-mulus dan amat empuk! Seandainya  aku adalah laki-laki, baik dia punya suami atau tidak, aku akan berikhtiar agar mendapatkan dia!"

Zhang Jiejie makin berkata makin bersemangat, dan sewaktu is mau meneruskan celotehannya, untunglah daging dan arak sudah mulai disajikan. Istri pedagang itu berkata seraya tersenyum manis : "Daging sapi hari ini betul-betul baru saja direbus dengan kecap, tuan muda akan mengetahuinya setelah mencoba."

Zhang Jiejie menyela tiba-tiba: "Anda kok hanya menyilahkan tuan muda untuk mencoba? Bagaimana dengan saya si nona ini?" Istri pedagang itu mendelik sejenak ke dia, lalu berkata dengan senyum yang dipaksakan: "Setelah tuan muda mencobanya, tidaklah terlambat bagi nona untuk mencobanya"

Kalimat ini belum selesai diucapkan, kepalanya sudah diputar ke arah lain; sebelum kepalanya selesai diputar, di wajahnya sudah tertampak kemarahannya.

Zhang Jiejie menjulurkan lidah sejenak, lalu berkata dengan

suara kecil sambil menyeringai: "Ternyata dia melihat aku saja sudah tidak senang! Agaknya lebih baik aku pergi saja, agar tidak disebali orang."

Ia ambil secangkir arak dan meneguk habis, lalu membalikkan badan mau pergi.

Tanpa terasa Chu Liuxiang berseru: "Kau betul-betul mau pergi?"

Zhang Jiejie menjawab: "Aku kan pernah bilang hanya minum secangkir arak traktiranmu, jika minum lebih banyak lagi nanti kau akan merasa sayang dan menyesal!"

Badannya melompat dan duduk di kudanya Chu Liuxiang, lalu menjalankan kuda sambil berkata seraya tertawa cekikikan:

"Kudamu ini aku pinjam dulu ya, lain kali saat kita ketemu lagi akan kukembalikan. Kau pasti tidak sedemikian kikirnya sampai seekor

kuda pun tidak mau dipinjam orang kan?"

Begitu kata-katanya selesai diucapkan, kuda dan orangnya telah pergi amat jauh.

Sebenarnya Chu Liuxiang mau mengejarnya, namun kemudian mengurungkan niatnya.

Ia betul-betul tidak dapat menemukan sesuatu alasan untuk mengejar gadis itu.

"Aku kan tidak pernah mencelakaimu, juga tidak pernah berhutang padamu, lalu dengan dalih apa kau mau mengejarku?" Sekalipun ia dapat mengejar gadis itu, namun dengan sekalimat kata seperti itu saja sudah bisa membuat dia mati kutu!

Oleh sebab itu ia hanya bisa memandangi si gadis yang pergi jauh, yang bisa dilakukan hanyalah termangu-mangu dan tersenyum masam saja.

Lalu terdengar istri pedagang itu berkata "Apakah ada sesuatu yang tidak beres pada diri nona itu? Kok kata-katanya ngelantur tidak karuan?"

Chu Liuxiang menghela nafas, lalu berkata seraya tersenyum masam: "Yang tidak beres itu bukan dia, tapi aku."

Istri pedagang itu sambil menggoyang-goyangkan anak yang digendongnya itu, dengan wajah sumringah, matanya terus melirik

Chu Liuxiang, lalu berkata lirih sambil menggigit bibir pelan-pelanbegitu kau ketemu aku adalah nasibmu yang sedang baik, karena

aku spesialis menyembuhkan ketidakberesan laki-laki semacam kamu ini!"

Chu Liuxiang mengelus-elus hidungnya, lalu tiba-tiba berdiri.

Ia pernah bersumpah pada dirinya:Jika melihat ada seorang

wanita yang tersenyum padanya, ia segera akan pergi sejauhjauhnya. Nampaknya istri pedagang itu terkejut, lalu berkata seraya membelalakkan mata "Seteguk arak pun belum diminum, tuan muda

kok sudah mau pergi?"

Chu Liuxiang menjawab dengan wajah cemberut: "Arak ini kecut."

Ketika ia mau membalikkan badan, terdengar istri pedagang itu berkata dengan suara keras: "Tunggu sebentar! Aku masih punya sesuatu yang mau kuberikan padamu."

Tiba-tiba anak kecil yang digendongnya itu dilemparkan ke Chu Liuxiang!

"Uuwaaah!" Anak itu mulai menangis, dan tanpa terasa Chu Liuxiang mengulurkan tangan untuk menerima anak itu.

Tepat pada saat ini, pedagang yang sejak tadi jongkok di tanah untuk menyalakan api bagi panci itu, tiba-tiba menerjang ke Chu Liuxiang bagai anak panah yang baru dilepaskan dari busur!

Hampir bersamaan, badan istri pedagang itu pun melayang dan menyerang Chu Liuxiang!

Badannya betul-betul tidak gemuk sedikit pun, dari gerakannya ringan dan lincah bagaikan burung terbang!

Tangan Chu Liuxiang menggendong anak orang lain, di bawah ada sebuah bangku yang menghalangi kakinya; Anak kecil itu sedang menangis dengan amat sedih, dan bagaimana mungkin ia tega melepaskan anak yang sedang menangis itu?

Tentu saja ia bukanlah orang type demikian, maka itu kesialan menimpa padanya!

****

Chu Liuxiang sedang berbaring di sebuah ranjang, kelihatannya ia merasa nikmat sekali.

Ranjang itu amat empuk, bantal kepalanya tidak tinggi juga tidak rendah, di sisi dia ada seorang wanita, yang dengan wajah sumringah sedang menyuapi.

Orang lain melihat keadaan dia pada saat ini, pastilah hatinya iri dan kepingin sekali.

Cuma Chu Liuxiang sedikit pun tidak berpendapat demikian, sebab selain sisi mulutnya bisa bergerak, dan hidungnya bisa

bernafas, seluruh tubuhnya kaku bagaikan seonggok kayu layu, dan tidak bisa merasakan apa-apa.

Tangan istri pedagang itu sedang memegang sebuah cangkir arak, yang dituangkan pelan-pelan ke mulut Chu Liuxiang, dan berkata seraya tersenyum menggoda: "Arak ini kecut tidak?" "Tidak kecut."

Wanita itu mengerling, lalu berkata dengan senyum yang kian manis: "Aku cantik tidak?"

"Amat cantik."

Istri pedagang itu berkata seraya menggigit bibir: "Seberapa cantiknya?"

"Lebih cantik dari dewi kayangan."

"Kalau dibandingkan dengan gadis bau kencur yang ugal-ugalan itu?"

"Paling sedikit lebih cantik 38.657 kali lipat"

"Bisa makan daging sapi dan arak yang sedemikian enaknya,

serta ditemani wanita yang sedemikian cantiknya, lalu kenapa kau masih bermuram durja?"

Chu Liuxiang menjawab setelah menghela nafas: "Sebab aku

takut, jika suamimu yang selalu bermuram durja itu kembali, aku akan dimasukkan ke dalam panci daging sapi kecap."

Istri pedagang itu berkata seraya tersenyum mans: "Tenanglah! Ia tidak akan kembali."

"Mengapa?"

"Sebab suamiku itu sebenarnya cuma hasil pinjaman, sekarang sudah terpakai, makanya dikembalikan kepada pemiliknya" "Masa' anak kecil itu pun hasil pinjaman?"

"Tentu saja."

Mendadak is membuka baju atasnya, sehingga menyembul keluar sepasang buah dada yang montok dan membusung! Lalu bertanya:

"Kamu lihat apakah aku mirip seperti wanita yang pernah melahirkan anak!"

Chu Liuxiang mau menutup matanya tapi tidak bisa, sehingga terpaksa menjawab seraya tersenyum kecut: "Sedikit pun tidak mirip."

Perempuan itu berkata sambil senyum: "Pandanganmu sungguh jeli, tidak heran ada begitu banyak wanita menyukaimu!"

Ia mengelus-elus wajah Chu Liuxiang yang kurus, seraya berkata dengan suara lembut: "Kau semuanya baik, cuma sedikit terlalu kurus, jikalau ikut aku, aku pasti akan membuatmu jadi gemuk" Chu Liuxiang menatap buah dadanya, benar-benar tidak berani memikirkan dengan apa perempuan itu akan membuat dia jadi gemuk!

Perempuan itu mengerling lagi dan tiba-tiba bertanya: "Apakah kau tahu sekarang aku akan berbuat apa padamu?"

"Tidak tahu."

Perempuan itu menyipitkan matanya yang menggoda, lalu berkata: "Aku mau menjadikanmu sebagai anakku."

Chu Liuxiang tersenyum.

Anda bisa mengatakan dia sedang tersenyum, juga bisa mengatakan dia sedang menangis.

Memang ada sejenis senyuman yang hampir mirip dengan

tangisan! Seandainya tangannya bisa digerakkan, pasti tidak dapat menahan dirinya untuk mengelus-elus hidung lagi.

Ketika ekspresi wajah Chu Liuxiang terlihat oleh perempuan itu, maka ia berkata seraya tersenyum makin senang: "Apakah kau tabu

bahwa hal yang paling menggembirakan di bawah kolong langit ini, adalah menjadi anak orang lain?"

"Tapi aku ada seorang kawan yang tidak berkata demikian." "Apa yang dia katakan?"

"Ia senantiasa berkata, bahwa hal yang paling menggembirakan di bawah kolong langit ini adalah minum arak."

"Kawanmu itu pasti lebih bodoh dari babi bodoh, ketahuilah bahwa walaupun minum arak itu menggembirakan, akan, tapi hari pertama minumnya makin menggembirakan, akan, hari kedua akan makin menyengsarakan!"

"Setelah sengsara bisa minum lagi kan." "Makin minum makin sengsara."

"Makin sengsara makin minum."

"Bagaimana bisa ada sedemikian banyak arak untuk kau minum?" "Beli."

"Beli dengan apa?" "Beli dengan uang." "Dari mana dapat uang?"

"Banyak sekali cara mendapatkan uang."

"Sekalipun banyak sekali cara mendapat uang, tapi semuanya

kan mesti berusaha dan memutar otak! Sekalipun kau mencuri atau merampok, juga bukan hal yang mudah kan!"

Chu Liuxiang mau tidak mau mengaku bahwa: Cara mendapat

uang tapi tanpa berusaha, sampai sekarang masih belum ditemukan! Perempuan itu berkata lagi: "Tetapi jika kau jadi anak orang lain dulu, maka segala hal tidak usah kau cemas lagi, uang datang tinggal mengulurkan tangan, nasi datang tinggal membuka mulut, mau minta barang apa saja dapat diperoleh dari ayah dan ibumu yang berusaha mati-matian, yang takut anaknya tidak bisa puas dan senang.... Menurut kau: Di bawah kolong langit ini, masih adakah hal lain yang lebih menggembirakan dari hal ini?"

Chu Liuxiang menjawab setelah menghela nafas: "Memang tidak ada."

Perempuan itu berkata sambil tersenyum manis: "Jikalau kau sudah mengerti, lalu mengapa wajahmu bermuram durja? Masa' selama ini tidak ada orang yang menginginkan kau jadi anaknya?" Kata Chu Liuxiang seraya tersenyum kecut: "Ini memang pertama kali dalam hidupku."

Ia memang berkata jujur.

Ada orang yang ingin jadi kawannya, ada orang yang ingin jadi kekasihnya, tapi juga ada orang yang menganggap dia sebagai musuh yang tidak bisa hidup bersamaan! Namun orang yang menginginkan dia sebagai anaknya, memang betul belum ada.

Bermimpipun ia tidak pernah berpikir bahwa di dunia ini ada orang semacam ini!

Perempuan itu bertanya seraya matanya berkerlingan: "Tahukah kau kenapa aku ingin kau jadi anakku?"

"Tidak tahu."

Ia menundukkan kepala, lalu berbisik di sisi telinga Chu Liuxiang: "Aku ingin menyusuimu."

Chu Liuxiang berkata seraya tersenyum masam: "Jikalau kau

tidak memberitahukan sebab ini, maka seumur hidup pun aku tidak sanggup menebaknya"

Perempuan itu berkata seraya menggigit "Bagaimana kau tidak sanggup menebaknya? Setiap orang kalau sampai usia semacam aku ini, pasti ingin punya anak."

Chu Liuxiang bertanya seraya memelototkan mata: "Kau mengeluarkan tenaga dan usaha sebesar ini apakah tujuannya cuma ingin aku jadi anakmu?"

"Pada mulanya bukan"

"Pada mulanya apa tujuanmu?" "Menginginkan nyawamu."

"Yang menginginkan nyawaku itu kau atau orang lain?"

"Tentu saja orang lain, aku dan kau kan tidak bermusuhan, juga tidak punya dendam, untuk apa menginginkan nyawamu?"

Chu Liuxiang berkata sambil menghela nafas: "Ternyata tidak

saja kau bukan istri majikan yang benar, tapi juga adalah pelayan kecilnya orang lain."

Perempuan itu bertanya seraya mendelik: "Siapa bilang aku adalah pelayan kecilnya orang lain?"

"Jika kau bukan pelayan kecilnya orang lain, kenapa bekerja untuk orang lain?"

"Aku hanya membantu dia saja." "Membantu siapa?"

Perempuan itu menjawab seraya memutar-mutarkan biji matanya: "Seorang kawan."

"Kau rela membunuh demi seorang kawan? Membunuh seorang yang tidak bermusuhan denganmu dan seorang yang tidak punya dendam denganmu?"

Ia menghela nafas lagi, lalu bergumam: "Aku kira dia pasti bukan kawanmu, tapi dia ayahmu kan? Memang lumayan juga punya anak perempuan secerdas kamu ini, bahkan aku pun ingin. jadi ayahmu" Perempuan itu berkata dengan wajah marah: "Apakah kau tidak percaya omonganku?"

"Aku sulit percaya" "Mengapa?"

"Tiada seorang pun yang membantu kawannya dengan cara ini. Membunuh orang bukan hal yang main-main."

"Ia tidak suruh aku membunuhmu." "Ia suruh kau berbuat apa?"

"Ia suruh aku menangkapmu, lalu antarkan ke tempatnya — Dalam keadaan hidup."

Mata Chu Liuxiang berkerlingan seraya bertanya: "Mengapa kau tidak antarkan aku ke tempatnya?"

Rasa marah perempuan itu telah sirna, lalu menjawab dengan suara lembut: "Bagaimana aku tidak merasa sayang kalau kau diberikan kepada orang lain?"

"Namun kau telah menyanggupi orang lain kan?"

"Itu hanya dikarenakan aku belum pernah melihatmu, belum tahu kau demikian tampan dan menyenangkan sekali!"

Ia mengulurkan tangan untuk mengusap-usap wajah Chu Liuxiang dengan ringan, seraya berkata dengan suara lembut: "Seorang wanita demi pria yang disukainya, bahkan orang tua kandungnya saja dapat ditinggalkan, apalagi cuma kawan!" Tangannya putih mulus, wajahnya pun termasuk tidak jelek.

Tetapi Chu Liuxiang teringat akan rupanya ketika mengiris daging sapi, dan sepertinya mencium bau daging sapi lagi, sehingga ia merasa kalau bisa mau cepat-cepat pergi mandi saja.

Sekalipun daging sapi berbau harum dan lezat sekali, namun jika di tangan seorang wanita ada bau daging sapi Wah! Mana tahan!

Chu Liuxiang bertanya seraya menghela nafas: "Apakah sekarang kau sudah siap menahanku di sini?"

"Aku mau menahanmu seumur hidup."

"Apakah kau tidak takut kawanmu itu datang mencarimu untuk buat perhitungan?"

"Ia tidak akan bisa mencari sampai ke sini." "Mengapa?"

Perempuan itu menjawab dengan senyuman yang menggoda:

"Ini adalah tempat rahasiaku untuk menyimpan pacar gelap, siapa pun tidak tahu aku punya tempat demikian!"

"Tetapi kita kan tidak bisa seumur hidup berbaring saja di rumah ini kan?"

"siapa bilang tidak bisa? Aku justru ingin kau seumur hidup tingal di rumah ini, agar tidak terlihat oleh wanita lain."

"Kalau aku mau keluar untuk jalan-jalan?" "Kau tidak bisa keluar."

"Kau...kau tak akan membiarkan aku seumur hidup berbaring di ranjang kan?"

"Kenapa tidak? Seorang wanita demi pria yang disukainya, hal apa pun bisa dibuatnya!"

Chu Liuxiang berkata seraya menghela nafas yang panjang: "Tampaknya kau sudah bertekad untuk tidak mengantarkan aku ke sana."

Perempuan itu menjawab seraya tersenyum manis: "Pada pandangan pertama aku melihatmu, maka tekad ini sudah ditetapkan."

Ia menggigit hidung Chu Liuxiang dengan ringan, lalu berkata dengan suara lembut: "Asal kau berbaring di sini dengan patuh, aku jamin kau ada makan ada minum, dan lebih nyaman dari menjadi anaknya siapa saja!"

Chu Liuxiang termangu-mangu sebentar, tiba-tiba bertanya "Dari sini ke tempat tinggal kawanmu itu jauh tidak?"

"Kenapa kau tanya?"

"Aku cuma khawatir ia akan mencari sampai ke sini."  Perempuan itu berkata seraya gigit bibir: "Seandainya ia bisa mencari sampai ke sini, maka aku akan membunuhmu terlebih dahulu."

"Membunuhku? Kenapa?"

"Aku lebih rela membunuhmu, daripada membiarkanmu jatuh ke tangan wanita lain!"

"Jadi kawanmu itu seorang wanita?"

"Wanita yang bagaimana? Bagaimana rupanya?"

Perempuan itu berkata seraya mendelik: "Lebih baik kau jangan tanya sampai terlalu jelas, agar aku tidak cemburu."

"Tetapi ia mau membunuhku dengan berbagai usahanya, paling tidak aku kan mesti tahu dia itu siapa?"

"Kau tidak perlu tahu, sebab sudah tahu pun tidak berfaedah bagimu."

"Apakah kau pasti tidak mau beritahukanku?"

Perempuan itu menjawab setelah memutar-mutarkan biji

matanya "Lewat suatu jangka waktu tertentu, barangkali aku akan beritahu."

"Sampai kapan?"

"Sampai aku senang --- Mungkin tiga sampai lima hari, mungkin setengah sampai satu tahun." Ia melanjutkan kata-katanya seraya tersenyum manja "Kamu kan

bersiap-siap akan berbaring di sini seumur hidup, buat apa tergesagesa?"

Chu Liuxiang termangu-mangu lagi sebentar, kemudian

bergumam: "Tampaknya aku tetap tinggal di sini pun sudah tidak ada gunanya."

"Kau bilang apa?"

"Aku bilang sudah saatnya aku pergi."

Perempuan itu bertanya seraya tersenyum: "Apakah kau sanggup pergi?"

"Akan kucoba."

Tiba-tiba ia bangun dri ranjang itu!

Persis seperti tiba-tiba melihat orang mati bisa bangkit, saking kagetnya perempuan itu sampai termangu-mangu.

Chu Liuxiang berkata sambil tersenyum: "Tampaknya aku masih bisa jalan ya."

Mata perempuan itu membelalak, mulutnya pun terbuka lebar,

lalu berkata dengan terbata-bata: "Kau.... Bukankah jelas-jelas telah kutotok jalan darahmu?"

Chu Liuxiang menjawab dengan santai: "Ini mungkin dikarenakan ilmu menotokmu masih kurang mahir, mungkin juga karena kau tidak tega menotok dengan terlalu keras sih!" "Ternyata....Kau tadi cuma bersandiwara saja ya?"

Chu Liuxiang menjawab seraya tersenyum: "Kau bisa bersandiwara, kenapa aku tidak bisa?"

"Tapi.... Jika tidak tertotok jalan darahmu, kenapa masih ikut aku?"

"Sebab aku suka kamu."

Kali ini ia tidak berkata jujur.

Ia berbuat demikian, tujuannya adalah untuk bisa bertemu dengan orang yang mengutus banyak orang untuk membunuh dia. Sebab dugannya semula adalah perempuan itu akan mengantarkan dia ke tempat orang itu.

Perempuan itu berkata seraya menggigit bibirnya "Jika kau suka aku, kenapa sekarang mau pergi?"

Chu Liuxiang berkata dengan suara hambar; "Sebab kau tidak

cuci tangan setelah mengiris daging sapi, dan aku tidak menyukai wanita yang tangannya ada bau daging sapi."

Perempuan itu merah padam wajahnya, saking marahnya sampai tak mampu berkata-kata.

Chu Liuxiang berkata lagi: "Aku tidak suka berjalan dengan kaki telanjang, di manakah sepatuku? Ambilkanlah untukku."

Mata perempuan itu mendelik, saking marahnya sampai warna mukanya berubah-ubah, namun akhirnya toh mengambilkan sepasang sepatu untuk Chu Liuxiang.

Chu Liuxiang berkata seraya menepuk-nepuk kakinya: "Tolong pakaikan."

Perempuan itu mengertakkan giginya, lalu memakaikan sepatu untuk Chu Liuxiang.

Ada pepatah bahasa Tionghoa yang berbunyi "Seorang laki-laki yang cerdik tidak akan menelan kerugian yang diakibatkan oleh kebodohannya!."

Pepatah ini hanya betul separuh, sebab tidak hanya laki-laki yang cerdas, wanita yang cerdas atau cerdik pun tidak mau menelan kerugian yang diakibatkan oleh kebodohannya!

Bahkan dalam hal ini, wanita umumnya jauh lebih cerdik dari lakilaki!

Chu Liuxiang turun pelan-pelan dari ranjang, memakai pakaian luarnya, dan merapikannya dengan gerakan perlahan.

Perempuan itu tidak bisa menahan dirinya dan bertanya: "Katanya kamu mau pergi, kok tidak cepat pergi?"

Chu Liuxiang bertanya balik seraya tersenyum: "Kenapa sekarang kau malahan mau mengusirku? Kau takut apa?"

Perempuan itu menggigit bibirnya dan tidak menjawab. Chu Liuxiang bertanya lagi: "Apakah kau takut aku memaksamu untuk menyebutkan nama kawanmu itu?"

Wajah perempuan yang putih dan mulus itu, sekarang sudah mulai jadi agak pucat.

Chu Liuxiang tersenyum, lalu berkata: "Tenangkanlah hatimu! Hanyalah seorang laki-laki yang amat bengis, yang akan mempergunakan cara kekerasan kepada wanita yang bantu

memakaikan sepatu baginya ---- Paling tidak aku masih bukan lakilaki tipe demikian!"

Perempuan itu tercenung sejenak, lalu berkata seraya tersenyum manis: "Tak kusangka bahwa kau adalah seorang laki- laki yang demikian baiknya!"

"Memang aku adalah pilihan dari orang-orang yang baik." Perempuan itu tersenyum kian manis dan berkata: "Sekarang jika kau mau jadi anakku, aku masih mau menerima."

Kali ini giliran Chu Liuxiang yang jadi tercenung.

Sebab tiba-tiba ia merasa tidak boleh jadi orang baik, apalagi di depan wanita!

Sebab sejumlah wanita punya kepandaian yang paling dikuasai, yaitu menindas orang-orang yang baik dan jujur!

Ada sejumlah wanita, yang jika anda berlaku makin baik padanya, malahan ia makin ingin menindas anda! Tapi jika anda berlaku agak garang, malahan ia akan menjadi "jinak"!

Perempuan itu berdiri dengan gerakan lemah gemulai, lalu berbuat sepertinya mau mengelus-elus wajah Chu Liuxiang lagi. Kali ini Chu Liuxiang telah memutuskan untuk memberi "pelajaran" bagi dia.

Namun tepat pada saat itu juga, dari luar jendela tiba-tiba terdengar suara jeritan -- Suara jeritan kaget dari tujuh sampai delapan orang laki-laki!

Lalu menyusul bunyi jatuhnya tujuh sampai delapan senjata ke tanah. Dengan gerakan secepat anak panah yang baru lepas dari busur, Chu Liuxiang telah melesat ke luar jendela.

****

Pekarangan yang ada di luar itu amat indah dan amat hening. Tapi pekarangan yang seberapa indahnya pun, jika di dalamnya terbaring tujuh sampai delapan laki-laki kekar yang seluruh wajahnya berlumuran darah, akan sirna keindahannya.

Yang jatuh berserakan di tanah itu ternyata bukan senjata biasa, tapi adalah kotak busur lintang yang garapannya amat halus.

Anak panah yang dilepaskan dari kotak busur lintang sejenis ini, kekuatannya terkadang bahkan lebih dahsyat dari senjata rahasia yang dilepaskan oleh pesilat kelas wahid!

Laki-laki kekar itu datang dari mana? Mau menggunakan senjata itu untuk melawan siapa?

Dengan cara bagaimana orang-orang itu dirobohkan? Siapa yang melakukannya?

Chu Liuxiang jongkok, mendirikan seorang laki-laki lalu menelitinya. Laki-laki ini memiliki wajah yang bengis, sehingga semua orang bisa menduga bahwa dia pasti bukan orang baik.

Sekalipun dia berwajah tampan, tapi jika seluruh wajahnya berlumuran darah, juga tak akan menarik lagi.

Darah mengalir dari jalan darah "chengqi" yang berada di bawah mata orang itu.

Sehingga orang itu bukan saja mengalirkan darah, juga mengalirkan air mata.

Di antara darah dan air mata terlihat ada sinar perak yang berkilauan, benda itu seperti jarum, tapi lebih tipis dan lebih kecil dari jarum.

Ketika Chu Liuxiang meneliti bekas luka dari orang-orang yang lain, ternyata sama semuanya.

Jeritan kaget dan memilukan dari orang-orang itu, ternyata juga bersamaan waktunya.

Terlihat jelas bahwa: Hanya dalam waktu sekejap mata saja, orang-orang itu telah dirobohkan dalam waktu yang sama!

Hanya dalam waktu sekejap mata saja, seseorang telah sanggup merobohkan tujuh sampai delapan orang pada waktu yang sama, hanya dengan senjata rahasia yang sedemikian kecilnya!

Bahkan dengan kejituan luar bisa mengenai jalan darah yang mematikan, sampai tidak meleset sedikit pun!

Chu Liuxiang berdiri, lalu menghembuskan nafas yang panjang. Orang yang memiliki ilmu menimpukkan senjata rahasia yang demikian mahirnya — Mungkin yang termahir di dunia Orang ini siapa ya?

Ia berpikir keras tapi tak bisa mendapat jawabannya.

Sewaktu ia sudah tak ingin lagi memikirkannya, mendadak ia melihat ada sebuah benda jatuh dari kerindangan pohon besar yang berada di depan itu.

Yang jatuh itu ternyata adalah kulit buah leci.

Ia mengangkat kepala dan terlihat ada seorang gadis yang memakai baju ringan yang berwarna kuning, sedang duduk di sebuah ranting pohon yang ternaung dari sinar matahari, dan di tangannya ada segugus buah leci.

Chu Liuxiang tidak usah melihat wajahnya pun sudah tahu siapa gadis itu.

Zhang Jiejie.

Mengapa gadis ini sepertinya setiap saat dan di mana pun bisa muncul di hadapannya?

****

Apakah di atas pohon ada burung kepodang yang sedang berkicau riang?

Bukan burung kepodang, tapi itu adalah suara tertawa Zhang Jiejie. Suara tertawanya renyah dan merdu bagaikan kicauan burung kepodang yang keluar dari lembah.

Sepasang matanya yang mirip dengan bulan sabit itu, ketika

mulai tertawa, seolah-olah ada gumpalan awan yang tipis sekali dan gumpalan kabut yang juga tipis sekali.

Dengan tiba-tiba is muncul lagi di tempat ini.

Chu Liuxiang seharusnya merasa aneh, merasa di luar dugaannya.

Namun anehnya, saat ini hatinya hanya merasa gembira sekali.

Di mana pun dan kapan pun, ketika melihat Zhang Jiejie, hatinya selalu gembira, walaupun sering merasa aneh dan terkejut juga. Zhang Jiejie mengeluarkan sebutir biji buah leci dari mulutnya, lalu berkata seraya tersenyum manis: "Mau makan buah leci? Aku minta seseorang untuk mengantar kemari dengan kuda yang dipacu dengan cepat lho! Dan buah-buah leci ini didatangkan dari kota Jinan yang cukup jauh lho!"

Chu Liuxiang berkata setelah menghela nafas: "Kenapa kau tidak bermarga Yang?"

Zhang Jiejie membulatkan bentuk bibirnya, lalu berkata dengan marah yang dibuat-buat: "Masa' cuma Yang Guifei (Yang Guifei, dalam sejarah Tiongkok kuno, adalah seorang selir kesayangan dari seorang kaisar Dinasti Tang. Selir ini sangat terkenal karena kecantikannya, walaupun badannya sedikit gemuk la gemar makan buah leci.) yang boleh makan buah leci, aku tidak boleh? Di dalam hal apa aku kalah dari dia?"

Chu Liuxiang tertawa tanpa bisa ditahan, lalu berkata "Paling tidak kau sedikit lebih langsing dari dia."

"Juga jauh lebih muda dari dia!"

Ia melayangkan tangannya, lalu ada sebuah benda kecil yang 'berkilauan' terbang menuju ke Chu Liuxiang.

Ternyata itu adalah buah leci yang kulitnya telah dikupas. Chu Liuxiang tidak menjulurkan tangan, hanya membuka mulutnya. Buah leci itu masuk dengan tepat ke dalam mulutnya. Zhang Jiejie bertanya seraya tertawa cekikikan: "Enak tidak?" Chu Liuxiang bergumam seraya mulutnya mengunyah leci: "Ada tangan halus yang mengupaskan leci, tidak enak pun jadi enak." Zhang Jiejie bertanya lagi seraya membelalakkan matanya "Apakah kau tidak takut leci ini beracun?"

"Tidak takut."

Ia mengeluarkan biji leci dari mulut, lalu meneruskan katakatanya seraya tersenyum: "Sekalipun benar-benar beracun,

sekarang pun tidak keburu lagi, sebab aku telah memakannya dan tidak bisa dimuntahkan lagi kan!"

"Apakah kau betul-betul tidak takut?" "Betul."

"Apakah kau mau aku memberitahukanmu satu hal?" "Mau."

"Baik, jika begitu aku memberitahukanmu: Bukan saja leci ini beracun, bahkan adalah racun yang amat ganas!"

Senyuman Zhang Jiejie kian manis dan kian indah, sepasang kaki mungilnya yang memakai sepatu bersulam itu bergoyang-goyang di atas pohon, persis seperti seekor burung flamingo yang berada di tengah-tengah dahan dan ranting-ranting yang hijau.

Ia melanjutkan kata-katanya seraya tersenyum manis: "Jangan lupa bahwa aku pun seorang wanita, lebih-lebih tidak seharusnya kau melupakan 'nasib bunga persik yang dapat merenggut nyawa', yang saat ini masih berjalan di atas dirimu itu!"

Bab 5: Bunga Bukan Bunga, Kabut Bukan Kabut

Seseorang jika mendengar dirinya telah kena racun, reaksi bagaimanakah yang akan muncul?

Orang yang berbeda akan timbul reaksi yang berbeda pula.

Ada orang yang saking takutnya sampai seluruh badannya bergemetaran, wajahnya pucat pasi, sampai berteriak minta tolong pun tidak sanggup.

Ada orang yang segera berlutut minta ampun, serta berteriakteriak minta tolong.

Ada orang yang saking tegangnya sampai muntah-muntah, bahkan makanan tadi malam pun mungkin bisa dimuntahkan.

Ada orang yang sedikit pun tidak tegang, hanya tersenyum dingin dengan rasa curiga, lalu memancing dengan sejumlah kata.

Ada orang yang satu kalimat bahkan satu kata pun malas mengatakannya, tidak peduli dia benar-benar kena racun atau hanya tipuan, segera melabrak lawannya habis-habisan baru ngomong hal yang lain.

Namun juga ada orang yang sama sekali tidak bereaksi, bahkan sedikit reaksi pun tidak ada.

Oleh karena itu orang lain tidak dapat mengerti. Apakah sebenarnya dia percaya? Atau tidak percaya? Takut atau marah?

Orang semacam ini tentu saja adalah orang yang paling sulit dihadapi!

Tentu saja Chu Liuxiang adalah semacam orang yang paling sulit dihadapi itu.

Oleh karena itu ia sama sekali tidak bereaksi, cuma jadi tercenung. Tercenung seraya memandangi sepasang kaki ZhangJiejie yang terus bergoyang-goyang itu.

Di antara wanita, Zhang Jiejie Tanpa diragukan lagi adalah wanita yang pandai sekali mengendalikan dirinya.

Ia telah menunggu lama sekali untuk menantikan reaksi Chu Liuxiang, namun sekarang ia toh tidak bisa mengendalikan dirinya lagi.

Tanpa bisa ditahan, ia bertanya: "Apakah kau telah mendengar kata-¬kataku?"

Chu Liuxiang menganggukkan kepalanya, tapi tampak jelas ia kurang berkonsentrasi. Zhang Jiejie bertanya lagi: "Jika sudah dengar, lalu kau mau apa?" "Aku sedang berfikir. "

"Sedang memikirkan apa?"

"Sedang memikirkan Jika sekarang kau bertelanjang kaki, pasti akan lebih menarik."

Kaki Zhang Jiejie tidak bergoyang lagi.

Tiba-tiba ia bangkit dan berdiri di ranting pohon, lalu loncat ke bawah dan berdiri tepat di depan Chu Liuxiang, seraya matanya mendelik.

Sekalipun ia mendelik, namun sepasang matanya tetap kecil dan bengkok, bagaikan bulan sabit.

Sekalipun sedang marah, di dalam matanya masih terbayang senyurnanyang seolah-olah dibungkus dengan kabut dan bunga, sehingga orang lain tidak dapat takut atau marah kepadanya!

Sekarang Chu Liuxiang tidak memandangi kakinya. Sekarang Chu Liuxiang sedang memandangi matanya Memandang dengan tercenung.

Zhang Jiejie menggigit bibirnya, lalu berkata dengan suara keras: "Aku memberitahukanmu bahwa kau telah kena racun, bahkan itu sejenis racun yang teramat ganas, kau malahan memikirkan kakiku! Kau.... Kau sebenarnya manusia atau babi?"

"Manusia." Ia menjawab dengan cepat, lalu melanjutkan: "Oleh karena itu aku masih memikirkan satu hal yang lain."

***

Perempuan yang menyamar jadi istri pedagang itu, jelas terlihat ia mati karena diracuni orang.

Kena racun apa?

Chu Liuxiang berusaha membuka mulut perempuan itu, lalu ada sebuah benda jatuh dan mulutnya.

Sebuah biji leci.

Dari belakang badannya terdengar bunyi lengan baju dan angin. Ia memutar badannya, dan mendelikkan mata pada Zhang Jiejie yang baru saja melayang masuk dari jendela.

Di wajah Zhang Jiejie pun timbal ekspresi terkejut, lalu bertanya: "Untuk apa kau mendelik padaku? Masa kau mengira aku yang

bunuh dia?"

Chu Liuxiang tetap saja mendelik padanya.

Zhang Jiejie berkata seraya tersenyum dingin: "Wanita macarn ini yang lebih mementingkan pacar gelapnya daripada kawannya, walaupun mati satu kurang satu, tapi bukan aku yang

membunuhnya Ia sama sekali belum layak bagiku untuk membunuhnya!"

Chu Liuxiang tiba-tiba berkata seraya menghela nafas: "Aku tahu kau tidak membunuhnya Ketika dia mati, kau masih bercakap-cakap denganku di luar."

Zhang Jiejie berkata dengan sikap dingin: "Kau mengertiya paling baik, tidak mengerti ya tidak apa-apa, toh aku sama sekali tidak peduli! Sedikit pun tidak peduli!"

Tentu saja ini adalah ucapan emosional.

Seorang gadis selesai mengucapkan ucapan emosional, biasanya cuma ada satu satu tindakan Memutar badannya dan pergi.

Namun sejak awal Chu Liuxiang sudah bersiap-siap.

Baru saja Zhang Jiejie memutar badannya, ia sudah melihat Chu Liuxiang masih berdiri di depannya.

Berdirinya pas di depan matanya.

Namun Zhang Jiejie sengaja tidak melihat matanya, dan berkata seraya tersenyum dingin: "Peribahasa berbunyi: 'Anjing yang baik tidak merintangi jalan'. Untuk apa kau merintangi jalanku?" "Sebab kau tidak peduli, aku yang peduli."

"Kau mempedulikan apa?" "Mempedulikanmu!"

Biji mata Zhang Jiejie berputar-putar, tapi "es" di dalam matanya telah mulai mencair.

Chu Liuxiang berkata lagi: "Sebab aku tahu kau datang demi aku, tapi kenapa kau bisa tahu aku ada di sini? Kau. "

Zhang Jiejie tiba-tiba menyela dengan suara keras: "Ternyata kau bukan benar-benar mempedulikanku, tapi hanyalah mencurigaiku, mencurigai apakah aku telah bersekongkol dengan mereka! Jika demikian, sekalipun aku mati kau pun tak akan peduli!"

Ini pun adalah ucapan emosional.

Maka selesai mengucapkannya, ia segera memutar badannya dan pergi.

Kali ini ia pergi dengan lebih cepat.

Ketika ia betul-betul mau pergi, bahkan Chu Liuxiang pun tak sanggup menghalanginya!

Ketika Chu Liuxiang mengejar sampai di luar, sudah tidak kelihatan lagi orangnya!

Yang kelihatan hanyalah tujuh sampai delapan orangyang berbaring di tanah itu.

Tadi mereka walaupun seluruh wajahnya berlumuran darah, tapi masih hidup. Tetapi sekarang di wajah mereka sepertinya sudah tidak ada darah lagi, dan semuanya pun telah mati.

Saat ini wajah mereka telah berobah jadi warna ungu, sampaisampai warna darah pun tidak bisa dibedakan lagi!

Chu Liuxiang menggenggam sepasang kepalannya erat-erat, air mukanya pun berobah jadi warna ungu.

Ini menunjukkan bahwa kemarahannya sudah sampai puncaknya!

Ia amat benci pada kekerasan, dan amat benci pada pembunuhan!

Saat ini ia amat benci pula pada kelalaian diri sendiri, sebab tadi seharusnya ia membukakan jalan darah mereka yang tertotok,

dengan demikian mungkin saja saat ini mereka tidak mati. Saat ini ia bahkan merasa bahwa orang-orang ini seolah-olah adalah mati di tangannya sendiri.

Bahkan tangannya mulai bergemetaran.

Tiba-tiba sebuah tangan terjulur dari belakang badannya, lalu di pinggir telinganya terdengar suara yang lemah lembut bagaikan kabut: "Tanganmu dingin sekali."

Tangan Chu Liuxiang betul-betul dingin sekali, dan berkeringat. Saat ini, pas lagi membutuhkan tangan seorang wanita yang menggenggam tangannya dengan ringan.

Namun ia justru melepaskan tangan gadis itu dengan cara menghempaskannya!

Barangkali inilah pertama kalinya ia menghempaskan tangan seorang wanita!

Zhang Jiejie menundukkan kepalanya, ternyata ia tidak marah dan tidak pergi, suaranya malahan jadi kian lemah lembut.

"Orang-orang ini hanyalah tukang pukul dari kelas terendah, yang demi sedikit bayaran uang saja sudah mau membunuh orang.

Mengapa kau begitu sedih atas kematian mereka?"

Chu Liuxiang mendadak membalikkan kepalanya dan mendelik padanya, lalu berkata dengan sekata demi sekata: "Memang benar, mereka semuanya hina dina, tapi paling baik kau jangan lupa: Mereka pun adalah manusia!"

"Tapi.... Tapi manusia pun ada bermacam-macam, dan macam mereka Mi. "

"Macam mereka ini, kematiannya tentu saja tidak pantas dikasihani, namun mereka pun punya istri atau orang-orang yang mengasihi mereka kan? Lalu apakah orang-orang itu juga bersalah?" Zhang Jiejie jadi terdiam.

"Makanya lain kali ketika kau mau membunuh orang, sekalipun mereka memang layak dibunuh, tapi cobalah direnungkan sejenak, dan pikirkanlah orang-orangyang tidak bersalah, dan yang menggantungkan hidupnya pada mereka itu! Setelah mereka mati, maka yang masih hidup itu pasti akan merasakan kesedihan yang amat dalam."

Zhang Jiejie menundukkan kepalanya.

Meskipun ia menundukkan kepalanya, tetapi Chu Liuxiang masih bisa melihat matanya.

Sepasang matayang seolah-olah bisa selalu tersenyumitu, sekarang

sudah berkaca-kaca.

Tidak ada air matayang menetes, karena air matanyayang berkilau¬-kilau bagaikan sinar mutiara itu tertahan di dalam matanya.

***

Chu Liuxiang adalah orangyang berprinsip, dan ia pun menghormati orang yang berprinsip.

Ia menghormati prinsip orang lain, sama seperti menghormati prinsipnya sendiri.

Terhadap kaum wanita, tentu saja ia punya prinsipnya.

Ia tidak akan berdebat dengan wanita mana pun, dan tidak akan melukai harga diri wanita mana pun.

Ia tidak suka memberi wejangan pada orang lain dengan wajah

yang serius, lebih-lebih ketika menghadapi gadis-gadis, ia tak akan menunjukkan wajah yang cemberut.

Dikarenakan ia merasa bahwa nasihat yang disertai senyuman itu, jauh lebih efektif dari teguran yang disertai wajah yang cemberut!

Namun pada hari ini ia tiba-tiba menyadari bahwa ia sudah melanggar prinsip diri sendiri.

Bagi dia, ini betul-betul sebuah hal yang sulit dibayangkan! Apakah ini disebabkan ia sudah tidak menganggapnya sebagai gadis biasa, serta menganggapnya sebagai seorang sahabat atau orang yang amat dekat?

Hanyalah di depan seorang sahabat yang paling dekat, seseorang paling mudah membuat kekeliruan.

Karena hanya pada saat itulah, perasaannya baru bisa rileks seluruhnya, bukan saja lupa untuk waspada pada orang lain, bahkan juga lupa untuk waspada pada diri sendiri.

Apalagi di depan kekasihnya sendiri, setiap pria bisa dengan mudah sekali melupakan segalanya, bahkan bisa berubah menjadi seperti kanak kanak!

"Masa' aku betul-betul sudah menganggap dia sebagai sahabatku? Atau kekasihku? Mengapa di depan dia, aku selalu

mudah sekali berkata salah? Berbuat salah? Bahkan bisa menilai salah?"

Zhang Jiejie bertanya "Sedang memikirkan apa?"

"Sedang memikirkan: Apakah kakimu juga seindah matamu?"

Ia menatap mata Zhang Jiejie, lalu melanjutkan kata-katanya dengan wajah serius: "Kau tahu kan? Wanita yang matanya indah, belum tentu kakinya juga indah."

Muka Zhang Jiejie tidak menjadi merah.

Ia memang bukan tipe gadis yang mudah sekali jadi merah mukanya.

Ia pun menatap mata Chu Liuxiang, berkata perlahan dengan wajah serius: "Lain kali aku tak akan bertanya lagi:'Apakah kau manusia atau babi?' "

"Oh ya?"

"Karena aku menemukan bahwa kau bukan manusia! Baik kau adalah makhluk apa saja, tetapi pasti bukan manusia!" "Oh ya?"

Zhang Jiejie berkata dengan nada dongkol: "Di bawah kolong langit ini pasti tidak ada manusia semacam kamu ini! Setelah mendengar diri sendirinya kena racun, malahan masih berani menggoda orang lain!"

Chu Liuxiang tiba-tiba tersenyum dan bertanya "Apakah kau tahu sebabnya?"

"Tidak tahu."

"Karena aku tahu di buah leci itu pasti tidak ada racunnya!" "Yang kau tahu cuma kentut!"

Ia tersenyum dingin, lalu melanjutkan kata-katanya "Apakah kau mengira dirimu sangat ahli dalam hal racun, sehingga racun apa saja, begitu sampai ke mulutmu kau segera dapat merasakannya?" "Bukan."

Jika demikian berdasarkan apa kau berani bilang bahwa di leci itu pasti tidak ada racunnya?"

"Berdasarkan satu hal." "Apa itu?"

Chu Liuxiang memandanginya seraya berkata sambil tersenyum: "Barangkali apa pun aku tidak paham dan tidak tahu, tetapi seseorang berbuat baik atau buruk padaku, aku selalu bisa tahu."

Matanya seolah-olah juga muncul segumpal awan, senyumannya samar-samar seperti kabut, dan suaranya lebih lemah lembut dari awan dan kabut.

Ia melanjutkan kata-katanya dengan lambat: "Cuma berdasarkan

hal inilah aku tahu di leci itu tidak ada racunnya, sebab kau pasti tidak akan membubuhi racun untuk mencelakaiku kan!"

Zhang Jiejie ingin mencemberutkan wajahnya.

Namun matanya mulai menyipit, dan hidungnya berkerut dengan ringan.

Dalam dunia ini jarang ada orang yang bisa mengerti: Alangkah mempesonakannya ketika seorang gadis cantik tersenyum seraya mengerutkan hidungnya!

Andaikata anda pun tidak mengerti, maka kami beri saran: Buruanlah pergi mencari dan menemukan seorang gadis cantik yang bisa tersenyum dengan cara ini, lalu mintalah dia senyum pada anda!

***

Buah-buah leci itu jatuh ke tanah.

Zhang Jiejie merasakan hatinya dan tangannya amat ringan dan mau melayang-layang rasanya, sampai-sampai tak kuasa memegang buah¬buah leci itu!

Ia menundukkan kepalanya pelan-pelan dan berkata dengan suara lembut: "Aku sungguh tidak mengira. "

"Tidak mengira?"

Zhang Jiejie mengangkat kepalanya, menatapnya seraya berkata: "Aku tidak mengira kamu ternyata masih dapat mengerti siapa yang baik dan siapa yang jahat!"

Saat ini matanya tidak seperti bunga, juga tidak seperti kabut, lebih¬lebih tidak seperti bulan sabit.

Sebab di dunia ini tak akan ada: bunga yang begitu cantik, kabut yang begitu indah, dan sinar bulan yang begitu mempesonakan!

Chu Liuxiang berjalan menghampirinya, sampai dekat sekali. Dekatnya sudah hampir bisa membaui nafasnya yang harum!

Seandainya ada seorang gadis semacam ini, yang menatap anda dengan pandangan semacam ini, jikalau anda masih saja tidak berjalan menghampirinya, tentulah kedua kaki anda sudah putus, bahkan tentulah anda adalah seorang pandir dan buta yang kedua kakinya sudah putus!

Sebab jika anda tidak buta dan tidak pandir, sekalipun kaki putus, anda pun akan menghampirinya dengan cara merangkak!

***

Chu Liuxiang berjalan kian mendekat, lalu mengangkat dagu Zhang Jiejie dengan ringan, seraya berkata dengan nada mesra:

"Tentu saja aku tahu bahwa kau kemari, justru adalah membantuku untuk merobohkan orang-orang ini kan? Tujuannya adalah menyelamatkan aku kan? Jikalau ini pun tidak tahu, bukankah aku betul-betul adalah babi?"

Zhang Jiejie menutup matanya pelan-pelan.

Ia tidak berbicara .Karena sudah tidak perlu lagi. Seandainya anda mengangkat dagu seorang gadis, dan is telah menutup matanya, anda seharusnya sudah mengerti artinya!

Chu Liuxiang menundukkan kepalanya, demikian pula bibirnya!

Namun bibirnya tidak mencari bibir Zhang Jiejie, tapi bibirnya menempel di kuping Zhang Jiejie , lalu berkata lirih: "Apalagi aku juga tahu satu hal yang lain!"

"Hmm..."

Kali ini Zhang Jiejie berbicara bukan dengan mata, tapi juga bukan dengan mulut.

Ia memakai hidungnya.

Ketika seorang gadis cantik berbicara dengan hidungnya, ini seringkali lebih mempesonakan daripada berbicara dengan mulut atau mata!

"Aku tahu bahwa gadis semacam kau ini, sekalipun ingin membunuhku, pasti akan memilih satu cara yang agak aneh dan yang agak istimewa! Betul kan?" kata Chu Liuxiang.

Zhang Jiejie membuka mulutnya.

Bukan untuk berbicara, tapi untuk menggigit. Ia menggigit kuping Chu Liuxiang!

***

Di dalam dunia ini ada banyak hal yang mengherankan.

Di badan manusia, yang bisa berbicara, sebenarnya adalah mulut. Tetapi setiap laki-laki yang berpengalaman tahu bahwa: Sewaktu seorang wanita berbicara dengan mata atau hidung atau tangan

atau kaki, itu lebih menyenangkan hati dari berbicara dengan mulut! Mulut sebenarnya dipakai untuk berbicara.

Tetapi juga ada banyak pria yang beranggapan bahwa Sewaktu seorang wanita memakai mulutnya untuk menggigit seorang pria, ini juga lebih menyenangkan hati daripada ia memakai mulutnya untuk berbicara!

Banyak pria yang lebih suka digigit wanita, daripada mendengar seorang wanita bawd berbicara!

Oleh karena itu wanita yang bijak seharusnya memahami satu hal:

Di depan pria lebih baik sedikit buka mulut untuk berbicara.

***

Gigitan Zhang Jiejie tidak mengena.

Ketika ia membuka mulutnya, Chu Liuxiang telah menjauh dari depan badannya.

Ketika ia membuka matanya, Chu Liuxiang telah melayang masuk ke dalam jendela itu.

Agaknya ia masih belum melupakan istri pedagang gadungan itu dan masih ingin melihatnya.

Tetapi perempuan itu sudah tidak bisa melihat dia lagi. Perempuan yang putih mulus itu, saat ini seluruh tub uhnya berubah jadi berwarna hitam keungu-unguan, matanya tertutup rapat, giginya terkatup kencang, dan mulutnya masih mengulum sebuah benda.

***

"Mengapa aku bisa berbuat demikian? Seberapa banyakkah aku mengerti dia?"

Chu Liuxiang menatap Zhang Jiejie, juga menatap ke matanya.

Sepasang mata gadis ini, ketika sedang tersenyum memang menyenangkan hati, tapi ketika bersedih malahan lebih menggerakkan hati!

Itu mirip sekali dengan bulan sabit yang melengkung itu, tiba-tiba tertutup oleh segumpal awan dan kabut yang samar-samar. Namun kecuali hal ini, boleh dibilang ia hampir seluruhnya tidak tahu apa-apa tentang Zhang Jiejie!

"Aku bahkan tidak tahu apakah kakinya indah atau tidak?" Ia mengelus-elus hidungnya seraya tersenyum masam.

Ia pernah melihat Zhang Jiejie menangis. Tapi pada kali itu berbeda.

Pada kali itu Zhang Jiejie menangis, masih tercampur sedikit emosi dan sedikit manja.

Tapi pada kali ini ia bisa melihat bahwa Zhang Jiejie benar-benar sedih dan benar-benar terharu hatinya

Tiba-tiba ia menemukan bahwa gadis yang seperti kuda liar ini, ternyata juga punya nisi yang lemah lembut dan baik hati!

Sampai pada saat ini, barangkali ia mengenal Zhang Jiejie cuma sampai hal ini saja.

Tetapi hal ini saja sudahlah cukup.

***
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar