63 Pencarian Obat Di Istana Kaisar
Dikala itu tampak Yang Kiong
Sian telah melompat ke belakang sebuah tiang besar, tangannya melambai kepada
Phoa Tiang Ie, yang segera menyusul menempati dirinya di belakang tiang itu di
sisi Yang Kiong Sian.
Tidak lama kemudian waktu
mereka memasang mata, tampak seseorang tengah melangkah dengan tindakan kaki
yang lunglai dan tubuh sempoyongan dan mata setengah terpejamkan. Tampaknya
orang ini berjalan dalam keadaan mengantuk.
Yang Kiong Sian mengedipkan
mata kepada Phoa Tiang Ie, dia ingin memberitahukan bahwa inilah kesempatan
baik mereka untuk menangkap orang itu. Karenanya, waktu orang itu lewat di
dekat tempat mereka bersembunyi, dengan gerakan yang sangat gesit sekali Yang
Kiong Sian telah melesat keluar dari balik tiang besar itu sambil mengulurkan
tangannya.
Sedangkan orang yang
berpakaian sebagai pelayan istana itu merasakan sambaran angin di sisi
tubuhnya, segera dia membuka matanya untuk melihat. Akan tetapi, ketika melihat
seseorang yang tidak dikenalnya berdiri bengis disampingnya, dia jadi kaget.
Dan rasa kaget nya itu terlambat, sebab belum lagi dia bisa bertanya atau
berteriak, justru tangan Yang Kiong Sian telah bekerja menotok beberapa jalan
darahnya, seketika lenyap tenaga orang itu, tubuhnya lunglai dan rubuh di
lantai.
Yang Kiong Sian bekerja cepat
sekali, dia menyeret tubuh orang tersebut. Kemudian dia membuka totokannya,
lalu katanya dengan suara yang bengis sekali: “Jangan menimbulkan keributan.
Jika kau berteriak atau menimbulkan kegaduhan, sekali totok jiwamu akan kukirim
ke Giam-lo-ong.....!”
Orang yang berpakaian sebagai
pelayan istana itu, yang baru berusia antara tigapuluh tahun lebih, ketakutan
bukan main, dia mengangguk berulang kali.
“Aku..... aku akan
menurut.....!” katanya dengan suara yang kaku mempergunakan bahasa Han, karena
tampak jelas dia merupakan seorang pelayan suku bangsa Mongolia, yang mungkin
belum begitu lama dibawa ke daratan Tiong-goan.
“Kau harus menjawab setiap
pertanyaanku dengan benar dan juga jujur. Sekali saja kau berdusta, maka jiwamu
akan kukirim ke neraka! Mengerti kau?”
“Mengerti!?”
“Hemm, di mana letak ruangan
tempat penyimpan obat Kaisar?! Cepat katakan!” bentak Yang Kiong Sian dengan
suara bengis, namun perlahan sekali.
Muka orang itu memang telah
pucat. Waktu ditanya perihal ruangan tempat penyimpanan obat-obatan milik
Kaisar, mukanya jadi semakin pucat dan dia bingung.
“Aku tidak begitu jelas
mengetahui tempat penyimpanan obat itu karena aku bertugas di bagian
dapur.....!” berkata orang tersebut dengan suara gemetar.
“Dusta.....!” bentak Yang
Kiong Sian semakin bengis. “Bagaimana mungkin kau tidak mengetahui ruangan
tempat penyimpanan obat-obatan milik Kaisar, sedangkan kau termasuk sebagai
salah seorang penghuni istana ini!”
Orang itu tambah ketakutan,
katanya: “Aku tidak akan berdusta..... aku mengatakan yang sebenarnya. Memang
aku tidak mengetahui jelas di mana letak ruangan tempat penyimpanan obat-obatan
Kaisar...... Akan tetapi yang kudengar dari cerita-cerita kawanku, katanya
ruangan itu berada di sebelah selatan dari istana ini, di mana berhadap-hadapan
dengan kamar pribadi Kaisar......!”
Yang Kiong Sian merasa cukup
dengan keterangan tersebut, dia mengangguk sambil katanya: “Baiklah, terima
kasih atas keteranganmu itu, dan agar kau tidak menimbulkan kerewelan, lebih
baik kau beristirahat disini dulu...... Jika memang kau tidak berdusta dan
kelak kami telah menemui ruangan tempat penyimpanan obat-obatan Kaisar, kami
akan kembali ke mari. Selain untuk membebaskan kau, juga kami akan
menghadiahkan kepadamu beberapa tail emas sebagai tanda terima kasih kami!”
Berbareng dengan habisnya
perkataan Yang Kiong Sian, tangan pengemis ini telah bekerja dengan cepat
sekali, dia menotok beberapa jalan darah di tubuh pelayan istana tersebut.
Dengan demikian tubuh pelayan istana tersebut jadi kaku tidak bisa bergerak dan
juga tidak bersuara.
Dalam keadaan seperti itu,
tampaknya Yang Kiong Sian ingin bekerja dengan cepat. Dia bersama dengan Phoa
Tiang Ie telah melompat ke arah sebelah selatan dari bagian istana itu, di mana
mereka mencari kamar pribadi Kaisar.
Waktu mereka tiba di sebuah
ruangan yang mewah, ruangan yang merupakan ruangan untuk sidang Kaisar. Tampak
penjagaan di tempat itu tidak ada sama sekali. Akan tetapi begitu melewati
ruangan mewah tempat bersidang Kaisar tersebut, Yang Kiong Sian dan Phoa Tiang
Ie telah melihat di depan sebuah kamar berpintu berukiran emas, tampak berjaga
dua orang Thaykam dengan perlengkapan senjata.
Segera juga Yang Kiong Sian
dan Phoa Tiang Ie menduga bahwa kamar yang dikawal itu tentunya kamar pribadi
Kaisar.
Ke dua pengemis Kay-pang itu
segera bekerja. Mereka berdiam diri di tempat persembunyian mengawasi keadaan
di sekitar tempat itu.
Juga Yang Kiong Sian telah
menduga, tentu ke dua pengawal itu adalah dua orang pengawal yang memiliki
kepandaian yang sangat tinggi. Karena ke dua pengawal itupun bertanggung jawab
jika terjadi sesuatu atas diri kaisar, karenanya mereka harus mengadakan
penjagaan yang ketat. Walaupun setiap hari mereka mengadakan penjagaan dan
tidak pernah terjadi sesuatu yang luar biasa, tidak pernah ada penjahat yang
datang, akan tetapi mereka tidak pernah kenal bosan melakukan penjagaan itu.
Dengan demikian, penjagaan di
depan kamar pribadi Kaisar itu walaupun hanya dikawal dua orang saja, tokh
keadaan ini sulit sekali untuk Yang Kiong Sian dan Phoa Tiang Ie menerobosnya.
Karena ke dua pengawal itu selain memiliki kepandaian yang tinggi sekali
tentunya, juga mereka melakukan dan mengadakan pengawal dengan ketat, dengan
sepasang mata yang selalu terpentang lebar-lebar.
Yang Kiong Sian berbisik di
sisi telinga Phoa Tiang Ie dengan suara yang perlahan sekali: “Sulit buat kita
menerobos masuk, atau memang kita berusaha untuk memasuki kamar di seberang
kamar itu saja, yaitu kamar tempat penyimpanan obat-obatan Kaisar..... Lihatlah
kamar di seberangnya itu tidak dikawal..... berarti kita bisa memasuki jauh
lebih mudah.....!”
Phoa Tiang Ie mengangguk
beberapa kali. Begitulah mereka telah mencari kesempatan yang baik.
Selama itu mereka melihat
bahwa ke dua pengawal itu tidak pernah lengah.
“Jalan satu-satunya kita harus
memasuki kamar obat-obatan itu dari balik jendela yang berada di belakang kamar
tersebut. Jika memang kita berusaha memasukinya dari depan niscaya ke dua
pengawal itu akan mengetahui..... Lihatlah mereka tidak pernah lengah
sedikitpun juga.....!” Phoa Tiang Ie telah memberikan usulnya.
Yang Kiong Sian menyetujui
usul kawannya.
Begitulah mereka berdua telah
jalan memutar untuk mengelilingi ruangan tersebut. Mereka mencari jendela dari
kamar tempat penyimpanan obat-obatan Kaisar. Dan mereka berhasil. Mereka
menemui sebuah jendela.
Seketika itu juga tampak Yang
Kiong Sian tanpa membuang-buang waktu lagi telah bekerja. Ia telah membongkar
jendela terbuka, dan cepat sekali daun jendela dapat dibukanya.
Waktu itu Phoa Tiang Ie
sendiri selama Yang Kiong Sian membongkar jendela telah mengawasi sekeliling
tempat itu, kalau-kalau ada pengawal istana yang lewat. Selama itu mereka dapat
bekerja dengan aman, karena tidak seorangpun yang lewat di tempat itu.
Tidak lama kemudian daun
jendela itu dapat dipentang lebih lebar. Segera juga Yang Kiong Sian melompat
masuk, menyusul Phoa Tiang Ie. Mereka setelah berada di dalam kamar obat-obatan
itu, segera iapun menutup kembali daun jendela, karena jika kebetulan ada
pengawal yang lewat, tentu pengawal istana itu tidak akan menaruh kecurigaan
apa-apa.
Setelah berada di dalam kamar
obat itu, Yang Kiong Sian dan Phoa Tiang Ie melihat banyak sekali obat-obatan
yang tersimpan di situ, juga botol obat beraneka warna dan macamnya memenuhi
kamar tersebut.
Dengan begitu jelas terlihat
bahwa Kaisar Boan-ciu ini memang menyimpan berbagai macam obat-obatan yang
jarang bisa diperoleh di luaran, dan juga merupakan obat-obat mujarab yang
langka sekali di dunia.
Di antara bau obat-obatan
tersebut, Phoa Tiang Ie dan Yang Kiong Sian telah memeriksa setiap botol obat
itu. Menurut keterangan dari Sam-cie-sin-kay bahwa Lian-som merupakan hasil
perkawinan antara Swat-lian dan Jin-som. Dengan demikian mereka mencari obat
atau kembang Lian-som dari baunya, yang mereka duga tentu menyiarkan dua macam
bau harum, yaitu harumnya Swat-lian dan Jin-som.
Akan tetapi mereka mencari ke
sana ke mari, telah ratusan botol yang mereka buka dan ciumi, akan tetapi tetap
saja mereka tidak berhasil menemui obat yang mereka cari itu. Sedang mereka
bergelisah mencari terus tanpa kenal putus asa, tiba-tiba mereka mendengar
suara langkah kaki yang ringan di luar kamar itu, di arah dekat jendela.
Muka Phoa Tiang Ie dan Yang
Kiong Sian jadi berobah, mereka saling pandang. Mereka menduga tentu ada
pengawal istana yang mengendus jejak mereka. Ke duanya segera juga bersiap
siaga.
Yang lebih mengejutkan mereka,
justru waktu itu didengarnya jendela seperti dikorek. Muka Phoa Tiang Ie dan
Yang Kiong Sian berobah semakin pucat. Mereka pun jadi was-was dan bersiap-siap
untuk menghadapi segala kemungkinan, karena jendela itu hanya tertutup daunnya
belaka dan tidak terkunci. Dengan begitu, sekali dikorek, tentu akan terbuka
dan akan diketahuinya bahwa ada orang yang memasuki kamar obat tersebut.
Daun jendela itu memang
terbuka dengan mudah dan di luar melompat dua sosok tubuh dengan gesit. Salah
seorang di antara ke dua sosok tubuh itu telah mengeluarkan seruan tertahan.
Yang Kiong Sian dan Phoa Tiang
Ie yang melihat ke dua sosok tubuh yang melompat masuk, jadi berbalik girang,
karena seketika dia mengenali bahwa ke dua sosok tubuh itu tidak lain dari dua
orang sahabat mereka, yaitu Sun Kiang Lo dan Bo Siang Hong, yang semula
memasuki istana dari sebelah timur.
Cepat-cepat Yang Kiong Sian
dan Phoa Tiang Ie melompat keluar.
Sun Kiang Lo dan Bo Siang Hong
yang melihat dua sosok tubuh melompat keluar dari balik lemari obat-obatan jadi
terkejut bukan main. Tangan mereka dikibaskan untuk bersiap-siap menghadapi
segala kemungkinan karena mereka menduga bahwa ke dua sosok tubuh yang keluar
itu tidak lain dari dua orang pengawal yang berada di kamar obat-obatan Kaisar
ini.
Namun cepat sekali mereka
dapat mengenali ke dua orang tersebut, yaitu Yang Kiong Sian dan Phoa Tiang Ie
“Yang Toako.....!” berseru Bo
Siang Hong dan Sun Kiang Lo dengan suara tertahan. “Kalian berdua telah berada
disini?”
Begitulah mereka telah bertemu
dengan girang, karena berempat mereka telah berhasil berada di kamar
obat-obatan ini. Hanya sekarang yang membuat mereka bingung bagaimana caranya
mencari kembang Lian-som.
Waktu itu Yang Kiong Sian
telah mengemukakan usulnya. “Bagaimana jika kita membawa beberapa macam
obat-obatan yang kita perkirakan sebagai Lian-som? Dengan berempat tentunya
kita akan dapat membawanya cukup banyak dan dengan begitu pula akan membuat
kita akan dapat memperlihatkan kepada Sam-cie Toako, obat manakah yang dicari
itu.....?!”
Usul yang dikemukakan oleh
Yang Kiong Sian ternyata disetujui oleh ke tiga orang kawannya. Karena mereka
seketika telah mengiyakan dan mulai mengantongi sebanyak mungkin obat-obatan
yang mereka perkirakan adalah obat-obat yang mereka cari itu.
Begitulah, dalam waktu sekejap
mata saja, ke empat orang pengemis ini telah mengantongi banyak sekali bermacam-macam
obat-obatan. Mereka memang berpikir, dalam sekian banyak obat yang mereka bawa
itu, tentu salah satu di antaranya terdapat obat yang mereka cari itu.
Waktu itu, Yang Kiong Sian
yang merasa telah cukup mengantongi bermacam-macam obat-obatan telah mengisyaratkan
kepada ke tiga orang adiknya, bahwa mereka harus segera meninggalkan tempat
itu. Begitulah mereka berempat telah keluar dari jendela kamar obat-obatan
tersebut. Dan di saat mereka melompat keluar, keadaan sunyi dan sepi sekali,
tidak terlihat seorangpun juga.
Ke empat pengemis ini dapat
bernapas lega karena walaupun bagaimana mereka bergirang hati, usaha mereka
memasuki istana Kaisar telah berhasil.
Sekarang yang menjadi harapan
mereka adalah bahwa di antara obat yang mereka bawa itu tentu terdapat
Lian-som. Dengan demikian tentu jiwa Wie Liang Tocu akan dapat tertolong.
Akan tetapi, waktu Yang Kiong
Sian tengah menutup daun jendela, agar tampak seperti keadaan semula dan tidak
mendatangkan kecurigaan, mendadak sekali menyambar sesosok bayangan dengan
gerakan yang sangat ringan sekali. Dan sosok bayangan tersebut juga bukan hanya
sekedar melompat menubruk saja, akan tetapi ke dua tangannya telah bekerja
dengan cepat sekali menyerang dengan mempergunakan lweekang yang sangat dahsyat
sekali.
Yang Kiong Sian yang waktu itu
berada paling dekat dengan jendela kamar obat-obatan tersebut merasakan betapa
angin serangan itu menyambar menyesakkan napasnya. Demikian pula halnya dengan
ke tiga orang kawannya, ke tiga pengemis itu merasa dada mereka seperti
ditindih oleh hawa panas yang luar biasa, membuat tubuh mereka bagaikan
disambar oleh lidah api, membuat mereka berempat kaget bukan main.
Seketika itu pula sebagai
seorang yang memiliki kepandaian tinggi, ke empat pengemis Kay-pang itu
menyadarinya bahwa orang yang menyerang mereka itu tentunya memiliki kepandaian
yang sangat tinggi dan istimewa sekali. Sedangkan Yang Kiong Sian tidak mau
berayal lagi, dia telah menyampok tangan orang tersebut dengan tangannya yang
telah disaluri oleh tenaga lweekangnya.
Dan kesudahannya sangat luar
biasa. Dua kekuatan tenaga raksasa telah saling bentur, menggetarkan keadaan di
sekitar tempat itu.
Yang membuat ke tiga pengemis
lainnya terkejut dan hati mereka terkesiap, justru waktu itu tubuh Yang Kiong
Sian telah terhuyung. Itulah benar-benar keadaan yang mengejutkan sekali,
terbukti bahwa lweekang penyerang itu berada di atas lweekang Yang Kiong Sian.
Sedangkan ke tiga orang
pengemis lainnya, yaitu Phoa Tiang Ie, Sun Kiang Lo dan Bo Siang Hong, cepat
sekali menerjang kepada sosok bayangan yang baru datang dan telah menyerang
Yang Kiong Sian itu. Mereka bertiga serentak telah melancarkan serangan ke
bagian yang mematikan di tubuh orang itu.
Sosok tubuh itu
memperdengarkan suara tertawa mengejek. Diapun tidak tinggal diam, karena
dengan sebat sekali ke dua tangannya telah bergerak, menyampok tangan Phoa
Tiang Ie dan juga kaki Bo Siang Hong. Gerakan orang itu benar-benar mengagumkan
sekali, sebab begitu dia menggerakkan tangan dan kakinya, seketika itu tubuh Bo
Siang Hong dan Phoa Tiang Ie telah terpental ke belakang.
Tinggal Sun Kiang Lo yang
menerjang sambil mempergunakan ke dua tangannya. Sun Kiang Lo merupakan
pengemis yang memiliki ilmu cengkeram seperti cakar Garuda.
Menyaksikan cara menyerang Sun
Kiang Lo yang menerjang kepadanya dengan ke sepuluh jari tangan, yang
terpentang dengan demikian, memaksa sosok tubuh itu harus mundur beberapa
langkah. Begitu sepasang tangan Sun Kiang Lo mengenai tempat kosong, sebat
bukan main dia telah membarengi untuk menyerang lagi mempergunakan hantaman
telapak tangannya.
Cara dia menghantam seperti
itu benar-benar sangat kuat. Tenaga dalamnya berkesiuran dan terlihat betapa
tubuh dari Sun Kiang Lo telah terpental.
Namun Sun Kiang Lo yang telah
menyaksikan betapa Bo Siang Hong dan Phoa Tiang Ie tadi, telah dibuat terpental
maka dia bersiap sedia. Sekarang di waktu dirinya sendiri yang terpental, dia
cepat-cepat berjumpalitan dan mengempos semangatnya dan tenaganya guna
memberati tubuhnya.
Di antara berkesiuran angin
serangan lawan dan meluncurnya sang tubuh, Sun Kiang Lo berhasil memperlambat
meluncur tubuhnya, sehingga dia tidak sempat menubruk dan membentur dinding.
Dia telah jatuh dengan ke dua kaki terlebih dulu. Berdiri tegak dan wajahnya
saja yang agak pucat, karena tampak jelas bahwa gempuran yang diterima dari
orang itu telah menimbulkan goncangan-goncangan yang sangat kuat dan dahsyat
sekali pada dadanya, menyebabkan dia terluka di dalam yang tidak ringan.....
Orang itu berdiri tegak dengan
memperdengarkan berulang kali suara tertawa mengejek, wajahnya bengis sekali.
Dialah seorang yang bertubuh tinggi besar dengan kepala yang botak dan juga
memakai jubah kependetaan. Rupanya dia seorang Lhama, yang berusia antara
empatpuluh tahun lebih.
“Hemm, anjing-anjing kurap dan
budukan yang benar mencari mampus berani masuk ke dalam istana Kaisar! Aku
Dalpa Tacin akan membuat kalian jera coba-coba kembali masuk ke dalam istana!”
Setelah berkata bengis seperti
itu, dengan gerakan yang sangat cepat sekali tampak Dalpa Tacin bergerak dengan
sepasang tangan yang menimbulkan angin berkesiuran sangat kuat sekali.
Dalam waktu yang sangat
singkat sekali, segera juga terlihat bahwa Yang Kiong Sian berempat dengan Phoa
Tiang Ie, Sun Kiang Lo dan Bo Siang Hong seperti terkurung oleh angin serangan
ke dua tangan dari Dalpa Tacin.
Akan tetapi Yang Kiong Sian
berempat merupakan Sie-mo-kay-pang yang memiliki kepandaian tidak rendah. Jika
tadi mereka telah dibuat terpental karena mereka sama sekali tidak mengerahkan
tenaga yang kuat. Disamping itu memang mereka tidak menyangka bahwa lawan
demikian liehay. Tadinya mereka hanya menduga seorang pengawal istana biasa
saja.
Sekarang setelah mengetahui
bahwa mereka berhadapan dengan Lhama yang liehay dan tangguh, membuat Yang
Kiong Sian jadi mengeluarkan seluruh kepandaiannya. Berempat pengemis-pengemis
Kay-pang ini telah bergerak dengan lincah, masing-masing mengincar bagian yang
mematikan di tubuh si Lhama.
Dalpa Tacin memiliki semacam
ilmu yang aneh. Setiap kali dia menggerakkan sepasang tangannya, maka dari ke
dua telapak tangannya itu keluar angin yang panas sekali seperti kobaran api.
Dan juga terlihat jelas sekali bahwa Dalpa Tacin bagaikan memiliki ilmu weduk,
yaitu semacam ilma kebal yang tidak mempan oleh senjata tajam atau juga pukulan
tangan kosong dan cengkeraman. Dengan demikian membuat Dalpa Tacin leluasa
sekali untuk bergerak mendesak ke empat orang lawannya.
Sedangkan Yang Kiong Sian
berempat semakin lama jadi semakin terdesak. Walaupun bagaimana memang terlihat
jelas bahwa Sun Kiang Lo dan Phoa Tiang Ie telah terdesak sangat hebat.
Beberapa kali mereka berjumpalitan karena terpaksa harus mengelakkan diri
dengan tergesa dari serangan lawan yang tangguh itu dengan gerakan yang
terpaksa, jika tidak tentu mereka akan bercelaka.
Sedangkan Bo Siang Hong
sendiri telah dua kali memuntahkan darah segar, sebab dadanya telah kena
dihantam dengan hebat sekali oleh tangan Dalpa Tacin.
Dalpa Tacin sendiri yang
memiliki kepandaian sangat tinggi biasanya tidak pernah memandang sebelah mata
kepada lawan-lawannya. Akan tetapi sekarang setelah lewat belasan jurus dan
ternyata dia belum juga berhasil merubuhkan lawan-lawannya itu membuat Dalpa
Tacin penasaran bukan main.
Dengan mengeluarkan suara
teriakan dan bentakan yang keras, Dalpa Tacin telah melompat menerjang sepasang
tangannya telah berobah cara bergeraknya, di mana sepasang tangan itu sebentar
menyilang ke atas dan ke bawah tidak dapat diduga sebelumnya. Hanya yang jelas
dan pasti bahwa dari ke dua telapak tangan Dalpa Tacin mengalir kekuatan tenaga
dalam yang luar biasa hebatnya dan selalu mendesak Yang Kiong Sian berempat
dengan keras.
Yang Kiong Sian selama
bertempur telah memperhatikan cara bertempur Dalpa Tacin. Sesungguhnya hatinya
mulai tidak tenang, karena jika keadaan seperti ini berlangsung beberapa saat
lagi, niscaya akan menyebabkan Dalpa Tacin bisa memanggil pengawal istana
lainnya, atau juga pengawal istana lainnya bisa mendengar suara keributan
tersebut dan berdatangan.
Dengan demikian, tentu Yang
Kiong Sian berempat akan menghadapi ancaman yang cukup hebat. Dan tampak jelas,
betapa Yang Kiong Sian berusaha secepat mungkin untuk mengetahui di mana letak
kelemahan Dalpa Tacin.
Menurut penglihatannya,
mengamati cara bersilat Dalpa Tacin, bahwa Lhama itu selalu mempergunakan telapak
tangannya untuk menyerang dengan tenaga dalamnya. Dan biasanya seseorang yang
telah mahir kepandaian lweekangnya, sehingga setiap kali menyerang mengandalkan
lweekangnya tersebut untuk menyerang, tentu kelemahannya terletak di ke dua
kakinya.
Setiap jago yang memiliki
lweekang yang tinggi dan selalu mengandalkan lweekangnya niscaya jika tengah
bertempur dengan lawannya akan mengerahkan seluruh kepandaiannya pada ke dua
telapak tangannya, dan itu akan membuat dia lengah dan tidak menyalurkan
kekuatan tenaga lweekangnya pada ke dua kakinya.
Dengan begitu, setelah
memperhatikan sejenak lamanya, segera juga tampak Yang Kiong Sian merobah cara
bersilatnya. Jika semula dia bersilat mengandalkan kekerasan untuk keras
dilawan keras. Sekarang ini justru Yang Kiong Sian telah merobah cara
bersilatnya. Dia telah mempergunakan kelunakan, dia lebih banyak mengelakkan
diri dari setiap serangan lawannya, dan jika menyerang Yang Kiong Sian
mengincar bagian bawah dari lawannya, yaitu ke dua kaki dari Dalpa Tacin.
Waktu itu, Yang Kiong Sian pun
telah meneriaki ke tiga orang kawannya dengan mempergunakan kata-kata sandi,
memberitahukan kelemahan dari Dalpa Tacin, agar mereka bertiga juga menyerang
Dalpa Tacin dengan mempergunakan taktik seperti yang dipergunakannya, yaitu
menyerang bagian bawahnya.
Serentak mereka berempat
selalu menyerang bagian bawah penjagaan Dalpa Tacin.