Beruang Salju Bab 60 Seorang Tianglo Kay-pang Sejati

Beruang Salju Bab 60 Seorang Tianglo Kay-pang Sejati
60 Seorang Tianglo Kay-pang Sejati

Waktu itu tampak Tiat To Hoat-ong telah mengerahkan tenaga dalamnya lagi, maksudnya ingin membuat Wie Liang Tocu terjengkang. Tiga kali dia mencoba dengan usahanya itu, namum gagal.

Wie Liang Tocu telah berhasil memasang kuda-kuda kakinya sehingga sedikitpun tubuhnya tidak bergeming oleh tenaga hentakan Tiat To Hoat-ong.

Rupanya Koksu negara itu jadi penasaran. Dengan diiringi oleh suara bentakan mengguntur, dia menghentak lagi menarik selendangnya, dengan menambah kekuatan tenaga lweekangnya.

Wie Liang Tocu sendiri merasakan hebatnya tenaga tarikan tersebut. Akan tetapi dia tetap berusaha memberikan perlawanan dengan menahan diri, ke dua kakinya berdiri tegak dengan kuda-kuda yang kokoh dan kuat.

Ketika dia merasakan betapa tenaga Koksu itu membetot semakin kuat, Wie Liang Tocu segera memutuskan untuk mengambil tindakan nekad.

Waktu Tiat To Hoat-ong tengah menarik pula dengan menambah kekuatan tenaga dalamnya, Wie Liang Tocu tiba-tiba menjejakkan ke dua kakinya. Tubuhnya dengan, gesit dan ringan, karena tenaga melompatnya ditambah dengan tenaga tarikan dari Tiat To Hoat-ong, membuat Wie Liang Tocu menerjang kepada Tiat To Hoat-ong dengan kecepatan seperti angin.

Tiat To Hoat-ong tidak menyangka akan kenekadan lawannya. Waktu melihat tubuh Wie Liang Tocu menerjang padanya, dia tercekat hatinya, namun sebagai seorang yang memiliki kepandaian telah tinggi, dia tidak menjadi gugup karenanya. Sepasang tangannya tiba-tiba meluncur memapaki tubuh Wie Liang Tocu.

Waktu ke dua tangannya menyampok tubuh Wie Liang Tocu, selendang putihnya itu telah dilepaskannya. Dan tenaga sampokan itu dahsyat sekali. Itulah kekuatan tenaga dalam dari ilmu Soboc simpanan Koksu negara tersebut.

Wie Liang Tocu terkesiap, hatinya tercekat karena kaget tidak terkira, diapun merasakan sambaran angin serangan yang sangat kuat ke arah dirinya.

Di saat itu Wie Liang Tocu telah kepalang tanggung dan terlanjur mengerahkan tenaga dalamnya menyerang Koksu itu. Dan sekarang dia dipapaki dengan kekuatan tenaga yang demikian hebat, membuat Wie Liang Tocu tidak memiliki pilihan lainnya lagi, sehingga telah terjadi bentrokan yang kuat sekali.

Tubuh Wie Liang Tocu terpental sampai tiga tombak lebih. Hampir saja punggungnya menghantam dinding. Dan juga di saat itu tubuh Tiat To Hoat-ong sendiri tergetar, dia melangkah mundur sampai lima langkah.

Dilihat dari kesudahan mengadu kekuatan tenaga lweekang di antara ke dua orang tersebut, jelas tenaga dalam Wie Liang Tocu masih berada di sebelah bawah tenaga dalam Tiat To Hoat-ong.

Sesungguhnya kekuatan tenaga lweekang Tiat To Hoat-ong tidak menang terlalu banyak dari Wie Liang Tocu. Jika sampai Wie Liang Tocu terpental seperti itu, sedangkan Tiat To Hoat-ong hanya terhuyung melangkah ke belakang lima tombak, itulah disebabkan tenaga dari Soboc memang sangat aneh sekali. Dengan mengandalkan keanehan bawaan sinkangnya itulah menyebabkan Tiat To Hoat-ong menang di atas angin.

Wie Liang Tocu cepat berjumpalitan dan berhasil berdiri tegak kembali, hanya saja muka pengemis tua ini agak pucat.

Tiat To Hoat-ong tertawa dingin, katanya: “Lebih baik kau menyerah secara baik-baik untuk ditawan oleh kami, jika tidak terpaksa kami akan mengambil tindakan kekerasan.....!”

Wie Liang Tocu waktu itu tengah gusar bukan main. Dia mendengus dengan penuh amarah, katanya:

“Jika memang aku sudah tidak bernapas, barulah kalian bisa menangkap diriku! Hemmm, dari pada menyerahkan diri kepada kalian, aku lebih baik mampus dengan membuang jiwa tua ini, asalkan dapat membunuh salah seorang di antara kalian.....!” Setelah berkata begitu, dengan penuh kemarahan Wie Liang Tocu menerjang lagi menyerang Tiat To Hoat-ong.

Memang sebagai seorang Tianglo dari Kay-pang mana mungkin Wie Liang Tocu menyerahkan diri begitu saja. Walaupun dia harus menerima kematian di tangan Tiat To Hoat-ong tidak nantinya dia menyerah. Karena baginya lebih, baik bertempur sampai menemui kematiannya dari pada harus menyerah kepada lawan.

Melihat Wie Liang Tocu begitu nekad dan telah menyerang lagi ingin mengadu jiwa, Tiat To Hoat-ong jadi merasa mendongkol dan murka.

“Hemmm, manusia tidak tahu diri.....!” menggumam Koksu itu, dia memusatkan kekuatan tenaga dalamnya, menyalurkan pada ke dua telapak tangannya kemudian dia mengayunkan tangannya menyerang kepada Wie Liang Tocu yang tengah menerjang kepadanya dengan gerakan nekad dan kalap.

Wie Liang Tocu yang memang sudah nekad tidak mau membiarkan serangannya ditangkis, karenanya begitu melihat lawannya hendak menangkis dan balas menyerang, Wie Liang Tocu tidak menanti sampai serangannya itu kena ditangkis, dia telah merobah arah serangannya.

Jika semula dia menyerang ke arah dada dari Tiat To Hoat-ong, sekarang dia menaikkan sedikit ke dua tangannya merobah arah sasarannya ke arah batok kepala Koksu tersebut.

Tiat To Hoat-ong kembali terkesiap karena dia tidak menyangka sama sekali bahwa lawannya dapat menarik dan merobah kembali tenaga serangannya itu pada sasaran yang lain, yaitu ke arah batok kepalanya.

Waktu Tiat To Hoat-ong menangkis, dia telah memperkirakan titik tempat tangkisan tersebut, dengan demikian tenaga lweekang yang dipergunakannya itu telah diperkirakanya. Jika memang dia menangkis dengan menaikkan ke dua tangannya terlebih tinggi lagi, berarti akan menyebabkan kekuatan tenaga tangkisan itu berkurang banyak dan yang akan tertimpah bencana dan bahaya adalah dirinya, yang akan menderita terluka di dalam.

Sebab itu, tidak ada jalan lain yang bisa diambil Koksu ini selain membatalkan tangkisannya, kemudian dengan cepat menghindarkan dirinya dari serangan Wie Liang Tocu telah dimiringkan. Sambil berbuat seperti itu dengan gerakan yang cepat sekali tampak Tiat To Hoat-ong menyerempang mempergunakan ke dua kakinya.

Wie Liang Tocu semula tengah bergirang hati karena merasa yakin serangan ke arah batok kepala lawannya akan berhasil dengan baik. Akan tetapi dia kembali jadi mendongkol dan terkejut, sebab tahu-tahu pendeta yang menjadi Kok-su negara itu telah menarik pulang tenaga tangkisannya, dan mempergunakan kelicikannya menghindar saja, sehingga tidak ada hasil yang berarti diperoleh Wie Liang Tocu.

Saking gusarnya, Wie Liang Tocu tidak memperdulikan serampangan kaki Koksu tersebut, dia telah memperhebat serangan pada ke dua telapak tangannya.

“Dukkk! Bukkk!” dua kali suara benturan terdengar keras sekali, di mana tendangan kaki Tiat To Hoat-ong mengenai telak sekali perut Wie Liang Tocu, sedangkan telapak tangan kanan Wie Liang Tocu menghantam tepat sekali pundak Koksu itu.

Dengan demikian mereka berdua saling terpental. Namun ketika ke duanya telah dapat berdiri tetap pula, ke duanya tidak saling menerjang atau menyerang lagi, mereka hanya berdiri saling pandang dengan sikap bersiap siaga.

Sebenarnya serangan yang dilakukan olah Wie Liang Tocu bukanlah serangan yang ringan, akan tetapi Tiat To Hoat-ong yang telah berhasil meyakinkan ilmu Soboc nya sampat tingkat ke delapan, menyebabkan dia sanggup menerima serangan Wie Liang Tocu yang dahsyat tanpa mengakibatkan dia terluka di dalam. Walaupun demikian, tidak urung si pendeta merasakan matanya berkunang-kunang.

Wie Liang Tocu sendiri yang menerima tendangan kaki si Koksu menyebabkan perutnya jadi mual. Dia merasakan seluruh isi perutnya seperti terbalik.

Pandangan mata Tianglo dari Kay-pang inipun terasa gelap, menyebabkan tubuhnya agak sedikit membungkuk. Hanya saja disebabkan Wie Liang Tocu mengetahui bahwa keselamatan dirinya terancam, dia tetap memusatkan kekuatan tenaga lweekangnya, dan bersiap siaga menantikan serangan berikutnya dari Koksu negara itu.

Untung saja Tiat To Hoat-ong pun tidak menyerangnya lebih jauh disebabkan hantaman telapak tangan Wie Liang Tocu. Untuk sementara itu Koksu tersebut seperti tengah mengempos semangatnya.

“Baiklah, kukira cukup sampai di sini, lain kali kita bertemu lagi!” berseru Wie Liang Tocu sambil memutar tubuhnya untuk melompat ke atas genting guna pergi meninggalkan tempat itu.

Gochin Talu dan Lengky Lumi sejak tadi telah mengawasi jalannya pertempuran antara Tiat To Hoat-ong dengan Wie Liang Tocu, dan melihat bahwa kepandaian Wie Liang Tocu memang berada di atas kepandaian mereka.

Jika saja di waktu itu tidak muncul Tiat To Hoat-ong, niscaya mereka berdua tidak berdaya menghadapi Wie Liang Tocu. Dengan demikian telah membuat mereka mengakui juga, bahwa kepandaian mereka memang masih berada di bawah kepandaian Tiat To Hoat-ong maupun Wie Liang Tocu.

Mereka telah memandang dengan tatapan mata yang mengandung rasa kagum. Dan di waktu itulah mereka telah menyaksikan Tiat To Hoat-ong terserang pundaknya dan Wie Liang Tocu sebaliknya kena ditendang hebat oleh si Koksu negara, membuat ke dua orang itu untuk sejenak lamanya, telah berdiam diri seperti juga tengah bersiap-siap hendak saling menerjang lagi.

Sebenarnya Gochin Talu dan Lengky Lumi ingin mempergunakan kesempatan itu untuk menyerang Wie Liang Tocu, guna mengeroyoknya. Karena mereka yakin, jika memang mereka mempergunakan kesempatan itu untuk menyerang Wie Liang Tocu, jelas pengemis itu tidak akan sempat untuk menghadapinya dengan baik. Mereka yakin Wie Liang Tocu telah terluka di dalam yang cukup parah.

Hanya saja mereka masih bimbang kalau-kalau Wie Liang Tocu masih memiliki kekuatan tenaga dalam yang hebat, dan kemungkinan mereka berdua yang bercelaka. Karena itu, akhirnya Gochin Talu dan Lengky Lumi hanya berdiam diri mematung saja mengawasi.

Dan di saat itulah Wie Liang Tocu telah berkata seperti itu dengan maksud ingin berlalu meninggalkan tempat tersebut. Gochin Talu dan Lengky Lumi terkejut, mana bisa Wie Liang Tocu dibiarkan berlalu begitu saja.

Sedangkan Tiat To Hoat-ong yang waktu itu telah berhasil menyalurkan pernapasannya dan memulihkan tenaganya serta lenyap perasaan sakit di pundaknya, mendengus memperdengarkan suara tertawa mengejek.

“Hemmm, untuk datang ke mari memang mudah tetapi tidak semudah itu kau hendak angkat kaki..... Tempat ini bukan sebangsa tempat pelacur dan bunga raya yang bisa didatangi dan berlalu begitu saja! Hemmm, terimalah seranganku ini! Jika memang kau bisa menerima, silahkan kau angkat kaki!”

Sambil mengejek seperti itu, Tiat To Hoat-ong menggerakkan ke dua tangannya. Dia telah menyalurkan kekuatan tenaga dalamnya, di mana dia telah mempergunakan tenaga latihan ilmu sobocnya. Dengan cepat sekali ke dua telapak tangannya itu menghantam. Dari ke dua telapak tangannya meluncur angin, serangan yang dahsyat sekali.

Wie Liang Tocu sebenarnya waktu itu ingin berlalu menyudahi pertempuran di antara mereka sampai di situ saja. Akan tetapi dia merasakan sambaran angin yang hebat bukan main di belakangnya. Dengan demikian telah membuat Wie Liang Tocu batal untuk berlalu dan memutar kembali tubuhnya, dia menyambuti angin serangan itu dengan mengulurkan ke dua tangannya, dia menyampok sekuat tenaganya dengan kekerasan pula!

Benturan yang terjadi antara dua kekuatan yang dahsyat bukan main tidak bisa dielakkan lagi, karena itu ruangan tersebut jadi tergetar hebat sekali. Karena dua kekuatan yang saling bentrok menimbulkan getaran bagaikan gunung meletus atau gempa bumi.

Wie Liang Tocu sendiri yang tengah terluka di dalam, merasakan napasnya jadi menyesak waktu kekuatan tenaganya saling bentrok dengan tenaga lweekang Tiat To Hoat-ong.

Berbeda dengan Wie Liang Tocu, justru Tiat To Hoat-ong telah merasakan getaran yang tidak seberapa. Dia membarengi dengan susulan serangan selanjutnya lagi, yang kekuatan tenaga dalamnya tidak kalah dari tenaga serangan yang semula.

Wie Liang Tocu jadi mencelos hatinya. Dia tengah terhuyung karena desakan yang begitu kuat akibat bentrokan tenaga dalam yang terjadi, dan sekarang dia telah diserang seperti itu lagi. Dengan demikian membuat Wie Liang Tocu terdesak hebat sekali, diapun berada dalam keadaan terancam keselamatannya.

Jika dia mempergunakan kekerasan untuk menangkis, niscaya akan menyebabkan dia terluka lebih hebat lagi pada bagian dalam tubuhnya, tetapi jika dia berkelit, hal itupun sudah tidak mungkin dilakukannya.

Dalam beberapa detik yang menentukan itu, Wie Liang Tocu sudah tidak memiliki jalan lainnya. Dia telah mengempos sisa tenaganya dan tahu-tahu ke dua tangannya telah digerakkan, dengan kekerasan dia menangkis.

Tiat To Hoat-ong girang melihat gerakan lawannya, karena Koksu ini telah melihatnya bahwa Wie Liang Tocu dalam keadaan terluka. Jika memang serangannya kali ini ditangkis dengan kekerasan oleh Tianglo pengemis ini, niscaya akan menyebabkan Wie Liang Tocu terluka hebat.

Bcntrokan yang terjadi antara tenaga tangkisan Wie Liang Tocu dengan serangan yang dilakukan Tiat To Hoat-ong menyebabkan Wie Liang Tocu menderita hebat sekali. Dia merasakan matanya gelap, tubuhnya tergetar, karena dia merasakan tubuhnya seperti diterjang oleh ribuan kati tenaga yang tidak tampak, dan Wie Liang Tocu juga hilang keseimbangan tubuhnya, di mana dia telah terhuyung, kemudian mengeluarkan suara keluhan perlahan. Tubuhnya kejengkang rubuh, di mana dia sudah tidak sadarkan diri lagi, pingsan.....

Tiat To Hoat-ong sendiri yang telah mempergunakan ilmu Sobocnya melewati batas, segera duduk bersila untuk mengatur pernapasannya ketika melihat lawannya telah pingsan.

Gochin Talu dan Lengky Lumi yang menyaksikan keadaan Wie Liang Tocu jadi girang bukan main. Segera juga mereka berdua menubruk maju menubruk Wie Liang Tocu.

Akan tetapi, waktu Gochin Talu don Lengky Lumi tengah menubruk atau membekuk Wie Liang Tocu, tiba-tiba sekali tubuh Wie Liang Tocu telah meletik bangun melompat sambil menggerakkan ke dua tangannya menghantam kepada Gochin Talu dengan tangan kiri dan tangan kanannya menghantam Lengky Lumi.

Ke dua kaki tangan Tiat To Hoat-ong ini tidak menyangka akan terjadi urusan seperti itu di mana Wie Liang Tocu ternyata hanya pura-pura terluka belaka, dan sekarang di luar dugaan mereka, telah menyerang dengan cara yang seperti membokong. Hebat tenaga serangan dari Wie Liang Tocu, dilakukannya juga dengan mendadak sekali.

Dengan demikian, Gochin Talu dan Lengky Lumi yang ke duanya tengah berada dalam keadaan terluka di dalam tidak sempat menghindarkan diri dari hantaman itu. Dengan telak mereka terkena serangan Wie Liang Tocu. Tubuh mereka terpental dan ambruk pingsan di lantai didahului oleh suara jeritan mereka......

Tiat To Hoat-ong membuka matanya lebar-lebar dengan hati terkejut. Di waktu itulah dia melihat Wie Liang Tocu tengah melompat naik ke atas genting dan melarikan diri lenyap di dalam kegelapan sang malam yang kian larut juga.

Bukan main gusarnya Tiat To Hoat-ong. Semula dia bermaksud untuk mengejar Wie Liang Tocu, akan tetapi segera juga dia teringat akan keselamatan Gochin Talu dan Lengky Lumi. Ke duanya perlu segera ditolongnya, karena jika terlambat, jelas akan membuat Gochin Talu dan Lengky Lumi yang terluka berat di dalam tubuhnya akan menemui ajalnya......

Wie Liang Tocu sebenarnya telah terluka parah sekali di dalam tubuhnya. Dia memang sengaja pura-pura pingsan sambil menahan sekuat tenaganya agar dia tidak pingsan. Sesungguhnya dia bersikap seperti itu dikarenakan ingin agar Gochin Talu dan Lengky Lumi maju mendekatinya untuk membekuknya. Dan apa yang diinginkannya itu memang terjadi, maka dengan seluruh kekuatan tenaga dalam yang ada padanya, Wie Liang Tocu telah menyerang ke dua lawan itu.

Jika memang serangannya itu gagal, niscaya Wie Liang Tocu sudah tidak memiliki tenaga lagi, karena dia telah mempergunakan seluruh tenaga yang ada padanya untuk menghantam kepada Gochin Talu. Jika memang waktu itu Tiat To Hoat-ong melompat dan menyerangnya niscaya Wie Liang Tocu sudah tidak memiliki sisa tenaga lagi. Dia telah melarikan diri dan tidak ada yang mengejarnya, dengan sendirinya Wie Liang Tocu jadi bisa bernapas lega.....

Malam itu hanya udara dingin sekali, juga dengan menderita luka di dalam yang tidak ringan menyebabkan Wie Liang Tocu merasakan tubuhnya menggigil. Setiap langkah kakinya seperti juga terhuyung dan seakan dia akan terguling rubuh.

Namun Tianglo Kay-pang ini telah menguatkan dan merasakan hatinya. Dia mengempos seluruh sisa tenaga yang masih ada padanya, dan berlari-lari terus di atas genting menuju keluar kota raja......

Y

Waktu berada di luar kota tubuhnya sudah lemah dan langkah kakinya seperti juga sudah tidak bertenaga. Jika memang Wie Liang Tocu tidak mengeraskan hati, mungkin dia sudah rubuh terjungkal di tanah dan pingsan. Akan tetapi sebagai seorang tokoh Kay-pang yang memiliki kepandaian sangat tinggi dan lweekang yang terlatih dengan sempurna, walaupun dalam keadaan terluka parah seperti itu, dia tokh masih bisa mempertahankan diri dan berlari terus.

Ketika tiba di depan permukaan sebuah hutan, tampak Wie Liang Tocu sudah tidak berhasil untuk mempertahankan diri terus. Dia telah terduduk di tanah. Napasnya memburu keras sekali. Bola matanya mencilak ke sana ke mari, seperti juga mencari-cari tempat yang sekiranya baik untuk beristirahat.

Hal itu disebabkan Wie Liang Tocu kuatir kalau Tiat To Hoat-ong perintahkan orang-orangnya untuk melakukan pengejaran. Dan waktu melihat di sebelah kanan dari permukaan hutan itu terdapat sebungkah batu yang berukuran besar sekali, dengan di sisi kiri kanan batu tersebut tumbuh cukup lebat pohon-pohon Yang-liu, maka Wie Liang Tocu mengempos seluruh sisa tenaganya, dia berusaha untuk berdiri.

Namun usaha itu gagal, dia telah terjatuh duduk lagi di tanah. Tiga kali Wie Liang Tocu berusaha untuk berdiri, namun dia selalu gagal.

Sepasang kakinya begitu lemas dan seperti juga tidak memiliki kekuatan lagi. Dan akhirnya terpaksa Wie Liang Tocu telah merangrak menghampiri batu tersebut. Dengan demikian dia bisa menghampiri batu itu lebih dekat.

Tenaga yang dipergunakannya itupun terlalu dipaksakan, dan napasnya memburu keras sekali. Wie Liang Tocu beberapa kali berhenti merangkak, untuk melancarkan pernapasannya.

Setelah beberapa saat lamanya dia merangkak dan berhenti seperti itu, akhirnya Wie Liang Tocu berhasil mencapai belakang batu tersebut. Dengan menyenderkan tubuhnya di batu itu, Wie Liang Tocu duduk menyender sambil mengatur pernapasannya,dia berusaha memulihkan tenaga dalamnya.

Lewat lagi beberapa saat, kesegarannya agak pulih. Namun Wie Liang Tocu masih tetap duduk menyender di tempatnya, sama sekali dia tidak bergerak, karena memang dia ingin memulihkan seluruh tenaga dalamnya tersebut, agar dia tidak terluka di dalam yang bisa membahayakan jiwanya. Diam-diam Wie Liang Tocu juga kagum atas kepandaian yang dimiliki Tiat To Hoat-ong

Memang perihal diri Koksu negara itu telah lama didengar akan ketangguhannya, di mana Tiat To Hoat-ong memiliki kepandaian yang sangat tinggi sekali. Jika memang Wie Liang Tocu tidak memiliki lweekang yang telah terlatih dengan sempurna, niscaya akan menyebabkan dia menemui kematian ditangan Tiat To Hoat-ong. Masih beruntung baginya, karena dia memiliki latihan lweekang yang cukup sempurna sehingga ilmu soboc yang hebat dari Tiat To Hoat-ong tidak berdaya menghabisi jiwanya.

Wie Liang Tocu menghela napas. Sebulan yang lalu dia telah bertemu dengan Yo Ko dan rombongannya, yang terdiri dari Ciu Pek Thong, Swat Tocu, Yeh-lu Chi dan lainnya.

Dari Pangcunya itulah Wie Liang Tocu telah mendengar bahwa pangeran Ghalik telah membunuh diri. Dan urusan dengan Pengeran Ghalik itu pun telah dapat dibikin terang. Dengan adanya penjelasan Yeh-lu Chi, yang perintahkan padanya agar menghabisi urusan Pangeran Ghalik sampai di situ saja, karena tidak ada perlunya Kay-pang memusuhi keturunan Pangeran Ghalik.

Juga Wie Liang Tocu jadi girang mendengar bahwa Sasana, puteri pangeran Ghalik telah menjadi kekasih Yo Him, adik angkatnya itu. Karena memang Wie Liang Tocu menyampaikan juga pada Yeh-lu Chi, bahwa persoalan Kay-pang telah dihabisi sampai di situ saja dengan kematian pangeran Ghalik dan tidak akan ditarik panjang sampai pada puteri pangeran yang malang nasibnya itu.

Hanya saja kepada Yeh-lu Chi, Tianglo dari Kay-pang ini melaporkan juga perihal penghianatan Kan Tianglo, Pheng Tianglo dari Nyo Tianglo. Ke tiga Tianglo itu bermaksud mengadakan kerja sama dengan pihak Tiat To Hoat-ong, di mana ke tiga Tianglo itu bermaksud untuk merebut kekuasaan tertinggi di Kay-pang dengan mempergunakan bantuan tenaga dari jago-jago istana raja penjajah tersebut. Karenanya, Wie Liang Tocu, lebih jauh melaporkan, pihak kerajaan Boan itu terdiri dari Gochin Talu dan Lengky Lumi, yang menjadi penghubung dengan ke tiga Tianglo tersebut.

Perihal diketahuinya pengkhinatan ke tiga Tianglo itu secara kebetulan sekali.

Seorang murid Wie Liang Tocu telah secara kebetulan mendengar percakapan mereka yang bermaksud menghubungi Gochin Talu dan Lengky Lumi, guna meminta bantuannya agar membantu mereka merebut kedudukan Pangcu Kay-pang.

Mendengar laporan muridnya tersebut Wie Liang Tocu terkejut. Segera juga Tianglo yang seorang ini melakukan penyelidikan.

Selama dua bulan Wie Liang Tocu melalukan penyelidikan tanpa kenal putus asa dan lelah, karena dia menyadari bahwa urusan yang tengah dihadapinya ini adalah urusan besar yang menyangkut mati hidupnya dan maju mundurnya Kay-pang sebagai perkumpulan pengemis yang diakui oleh orang-orang gagah dalam rimba persilatan sebagai sebuah perkumpulan yang paling dihormati, karena di dalam Kay-pang banyak sekali terdapat tokoh-tokoh saktinya.

Sekarang terdapat maksud buruk dari ke tiga Tianglo itu yang ingin mengkhianati partai mereka sendiri dengan mengadakan kerja sama bersama orang Boan, tentu saja membuat Wie Liang Tocu jadi murka.

Dan usaha dari Wie Liang Tocu dalam menyelidiki urusan tersebut tidak sia-sia belaka, di mana dia telah berhasil menyelidikinya dengan baik dan juga memperoleh banyak bukti-bukti tentang maksud pengkhianatan ke tiga Tianglo itu.

Dengan demikian, jalan pertama yang dilakukan oleh Wie Liang Tocu adalah berusaha membunuh Gochin Talu dan Lengky Lumi, guna mencegah terjadinya persekutuan antara dua orang Boan itu dengan Kan Tianglo, Pheng Tianglo dan Nyo Tianglo.

Tetapi usaha Wie Liang Tocu untuk membunuh Gochin Talu dan Lengky Lumi ternyata gagal. Sebab di saat dia mulai dapat merubuhkan ke dua orang itu dan bermaksud ingin menghabisi jiwa ke dua orang Boan itu, ternyata telah muncul Tiat To Hoat-ong.

Ternyata Tiat To Hoat-ong berada di gedungnya Gochin Talu pun hanya kebetulan sekali. Waktu Gochin Talu, bersama Lengky Lumi mengundurkan diri setelah memberikan laporan mereka perihal akan adanya kerja sama mereka dengan ke tiga Tianglo Kay-pang itu, Tiat To Hoat-ong tidak mempercayai seluruhnya laporan ke dua orang bawahannya ini.

DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar