57 Gambar Lukisan Kepala Serigala
Yang mengherankan Yo Him,
gerakan sepasang tangan Sam laote mirip dengan gerakan sepasang tangan seekor
kera yang hendak menyerang lawannya, yaitu dengan ke sepuluh jari tangan yang
terbuka lebar bagaikan ingin mencakar.
Yo Him tertegun sejenak,
setelah itu waktu serangan lawannya yang istimewa ini hampir tiba pada
sasarannya, Yo Him baru bergerak menghindarkan diri. Karena Sam laote ini
bertangan kosong, dengan sendirinya Yo Him tidak mau mempergunakan pedangnya,
senjatanya itu dimasukkan kembali ke dalam sarungnya, waktu tubuhnya miring ke
kanan mengelakkan sambaran tangan lawannya.
Namun kembali Yo Him terkejut,
baru saja dia meloloskan diri dari sambaran ke dua tangan lawannya, tahu-tahu
Sam laote itu telah mengeluarkan pekik yang sangat nyaring memekakkan anak
telinga, tubuhnya telah melambung tinggi, dan ke dua tangannya ingin
mencengkeram lagi.
Yo Him melihat cara menyerang
dari Sam laote itu memang mirip dengan gerakan seekor kera dan Yo Him telah
merasakan sambaran angin yang kuat sekali dari ke dua tangan lawannya itu.
Angin serangan itu bukan angin serangan biasa saja, karena begitu menyentuh
kulit tubuhnya mendatangkan rasa nyeri dan pedih.
Yo Him menghindar lagi.
Serangan Sam laote itu jatuh di tempat kosong. Sebagai gantinya justru sebatang
batang pohon di dekat tempat tadi, Yo Him berada telah kena dicengkeramnya,
tampak asap mengepul dan batang pohon itu telah hangus. Ternyata telapak tangan
dari Sam laote itu mengandung hawa yang panas seperti api, apa yang kena
dicekalnya tentu akan terbakar!
Kembali Yo Him kaget. Sasana
yang menyaksikan dari samping juga memandang tercengang.
Jika memang lweekang dari Sam
laote itu telah sempurna, belum tentu dia bisa sekali cekal menghanguskan benda
yang dipegangnya. Tetapi sekarang justru begitu batang pohon itu kena
dicekalnya telah menyebabkan batang pohon itu hangus dan juga berasap! Betapa
tinggikah kepandaian dan tenaga dalam dari Sam laote yang memiliki muka seperti
monyet itu?!
Sedang Yo Him memandang
tertegun kepada batang pohon itu, Thang Suko, orang yang bersenjata busur besi
itu, telah tertawa nyaring sambil serunya: “Sam laote, kau habisi jiwa pemuda
angkuh itu, biar dia mengetahui bahwa di dalam Lang-kauw masih terdapat banyak
orang-orang yang memiliki kepandaian tinggi.....!”
“Ya, aku akan membunuhnya!”
menyahuti Sam laote itu. Kemudian dengan diiringi oleh suara pekiknya yang
nyaring, tubuhnya mencelat gesit sekali. Sepasang tangannya telah menyambar
lagi menyerang Yo Him.
Kali ini Yo Him tidak main berkelit
seperti tadi karena dilihatnya bahwa dia memang tidak bisa membiarkan Sam laote
itu menyerang terus menerus. Ketika melihat lawannya telah menubruk ke arahnya
lagi. Yo Him telah menggerakkan tangan kanannya, dia mendorong dengan telapak
tangan yang terpentang. Dengan demikian Yo Him ingin menyambut serangan
lawannya dengan kekerasan.
Sasana yang memyaksikan hal
itu terkejut bukan main, hatinya tercekat.
“Hati-hati engko Him.....!”
berseru si gadis dengan kekuatiran yang sangat.
Yo Him tidak sempat
memperhatikan peringatan Sasana, karena waktu itu serangan Sam laote telah
tiba. Dan telapak tangan kanan Yo Him menangkisnya dengan kuat. Diapun telah
mempergunakan lweekang yang tinggi. Dan bentrokan yang terjadi itu luar biasa
sekali.
Telapak tangan Sam laote itu
mengandung hawa panas, demikian juga dengan Yo Him, telapak tangan pemuda itu
dipenuhi oleh kekuatan Yang dari lweekangnya. Panas bertemu panas, maka
seketika itu terlihat asap mengepul naik dari ke dua telapak tangan yang saling
menempel itu.
Sam laote mengeluarkan seruan
kaget bercampur kesakitan, karena dia merasakan betapa telapak tangannya
seperti pecah kulitya akibat terlalu panasnya telapak tangan Yo Him.
Rupanya Yo Him telah
mempergunakan dan mengempos enam bagian tenaga dalamnya. Dengan demikian
telapak tangannya itu diselubungi oleh kekuatan tenaga dalamnya, yang panasnya
melebihi panasnya api.
Ketika telapak tangan Sam
laote itu bersentuhan dengan telapak tangan Yo Him, telah menyebabkan hawa
panas di telapak tangan Sam laote itu kalah, karena telapak tangan Yo Him, jauh
lebih panas. Itulah sebabnya Sam laote itu telah melompat mundur sambil
mengeluarkan suara seruan kaget bercampur kesakitan.
Yo Him juga tidak tinggal
diam, begitu melihat lawannya mundur, tubuhnya telah berkelebat seperti
bayangan dengan telapak tangan masih diliputi oleh hawa lweekangnya yang enam
bagian itu, dia telah menyerang lagi. Angin serangannya berkesiuran sangat
kuat. Dan gerakan yang dilakukan oleh Yo Him itu tidak memungkinkan lawannya
itu menghindar dengan jalan melompat mundur atau ke samping kiri kanannya.
Sam laote dengan mengeluarkan
seruan tertahan karena dirinya terdesak seperti itu, terpaksa harus menyambut
serangan Yo Him dengan kekerasan juga. Tangan kanannya disilangkan dengan
tangan kiri di sebelah atas, dia telah menangkisnya. Kali ini dia tidak
mempergunakan telapak tangannya sebab begitu dia menangkis, berarti dia akan
menderita kesakitan oleh hawa panas telapak tangan Yo Him.
Akan tetapi cara menangkis
yang dilakukan oleh Sam laote, itupun tidak menolong banyak padanya. Begitu
telapak tangan Yo Him ditangkis oleh tangan kirinya, maka terdengar suara
benturan yang keras. Dan tubuh Sam laote telah terhuyung mundur dua langkah.
Yang membuat hati Sam laote
jadi terkesiap waktu itulah dia melihat Yo Him menyusuli dengan serangan
berikutnya. Dan tenaga serangan yang kali ini dipergunakan Yo Him jauh lebih
kuat dibandingkan dengan tenaga serangannya tadi.
Terpaksa Sam laote tidak
memiliki jalan lain. Dia telah mengeluarkan suara bentakan nekad, dan mendorong
dengan ke dua tangannya, dia mengerahkan seluruh kekuatan tenaga lweekangnya.
Kesudahannya justru membawa
kerugian buat Sam laote sendiri. Dia mempergunakan seluruh kekuatan lweekangnya
dengan tujuan untuk memaksa Yo Him mundur.
Namun siapa sangka, bukannya
mundur justru Yo Him telah menggerakkan tangannya terus dengan menambah
kekuatan tenaga dalamnya. Dengan demikian terlihat bahwa kekuatan tenaga
lweekang yang dipergunakan Sam laote tidak berarti apa-apa, di mana tubuhnya
sendiri yang terpental akibat kuatnya tenaga lweekang yang berasal dari telapak
tangan Yo Him.
Bicara soal kekuatan tenaga
lweekang, Yo Him masih menang beberapa tingkat dari lawannya.
Jika dari Sam laote dapat
menyerang dengan kekuatan lweekangnya dan Yo Him mengelakkannya dengan tergesa
itulah karena Yo Him belum mau turun tangan sungguh-sungguh. Karena diapun
merasa tidak memiliki permusuhan apapun dengan Sam laote.
Sekarang di saat lawannya
mempergunakan lweekangnya sekuat tenaga, membuat Yo Him memutuskannya tidak
bisa membiarkannya. Diapun mengempos delapan bagian tenaga dalamnya. Begitu
kekuatan mereka saling bentrok di tengah udara, tidak ampun lagi tubuh Sam
laote yang terpental melayang di tengah udara, sehingga tubuhnya itu bagaikan
sehelai daun yang terhembus angin. Kemudian terbanting di tanah dalam jarak
beberapa tombak bergulingan di tanah......
Thang Suko yang menyaksikan
keadaan kawannya kaget bukan main dan dia melompat ke dekat Yo Him, dengan
mempergunakan busur besinya, dia menyerang. Cara menyerang yang dilakukan Thang
suko itu, hanya sekedar menolongi kawannya, agar Yo Him tidak meneruskan
serangannya mendesak Sam laote itu.
Thang suko juga menyadari
serangan yang dilancarkan olehnya itu hanya merupakan ancaman baginya. Jika
tidak dihindarkan oleh Yo Him, tentu akan disampok dengan angin pukulannya dan
dia tidak akan kuat menghampiri kekuatan tenaga lweekang Yo Him. Tadi dia telah
merasakannya, betapa tenaga lweekang Yo Him berada di atas lweekangnya.
Yo Him memang hanya mendongkol
menghindarkan diri dari serangan busur besi lawannya. Kemudian dengan kaki
kanannya menendang kuat sekali.
Cara menendang Yo Him berada
di luar dugaan Thang Suko, karenanya dia tanpa bisa berkelit tertendang telak
sekali, tubuhnya melambung ke tengah udara dengan mengeluarkan suara jeritan
tertahan, dan ketika tubuhnya terbanting di tanah, dia tidak bisa segera
bangkit berdiri lagi.
Yo Him hanya tersenyum sinis,
katanya: “Sekarang aku bersedia memberikan kelonggaran pada kalian. Tetapi jika
di lain saat kita bertemu dan kalian tetap memiliki tangan telengas hendak
mendesakku, maka di waktu itu akupun tidak akan segan-segan lagi membunuh
kalian!” Setelah berkata begitu, Yo Him memutar tubuh, dan dia mengajak Sasana
untuk berlalu meninggalkan tempat tersebut.
Thang Suko dan Sam Loate tidak
menahan kepergian mereka, karena ke duanya menyadari bahwa mereka bukan
tandingan Yo Him.
Begitulah Yo Him dan Sasana
telah melanjutkan perjalanan mereka dengan menjalankan kuda mereka tidak
terlalu cepat. Sepanjang jalan mereka bercerita mengenai kelakuan ke dua orang
itu, yang merupakan anak buahnya Lang-kauw.
“Dilihat demikian, memang
Lang-kauw memiliki banyak sekali anggota yang berkepandaian tinggi, dan yang
kudengar jumlah mereka seribuan orang..... maka jika semuanya memiliki kepandaian
seperti Thang Suko maupun Sam laote, jelas hal itu hanya akan membuat
orang-orang rimba persilatan menghadapi ancaman tidak kecil, mereka dapat saja
dengan mengandalkan jumlah banyak untuk melakukan keonaran.....!” Setelah
berkata begitu. Yo Him menghela napas dalam.
Sasana telah memperlihatkan
wajah yang muram, menunjukkan bahwa diapun tengah berpikir keras. Sampai suatu
kali dia menepuk pahanya, katanya: “Engko Him..... apakah kau melihat sesuatu
yang aneh kepada diri ke dua orang anggota Lang-kauw itu?!”
“Sesuatu yang aneh? Apa itu?!”
tanya Yo Him heran.
“Itulah tanda Serigala yang
berada di atas telapak tangan mereka! Serigala itu digambar dengan
mempergunakan warna merah! Tadi waktu orang yang dipanggil dengan sebutan Sam
laote itu mempergunakan telapak tangannya untuk menyerangmu, aku telah
melihatnya di telapak tangannya terdapat gambar lukisan kepala serigala yang
menakutkan sekali, lengkap dengan taringnya.....!”
Yo Him mengerutkan alisnya.
“Jadi..... apa anehnya?
Bukankah itu gambar yang memperlihatkan bahwa mereka adalah anggota dari
Lang-kauw.....?!”
“Kukira bukan begitu.....!”
menyahuti Sasana.
“Lalu, apa yang telah kau duga
tentang gambar serigala itu?!” tanya Yo Him.
“Kukira setiap anggota
Lang-kauw yang memiliki kepandaian cukup tinggi, mereka akan memiliki gambar
lukisan kepala serigala di telapak tangannya. Sedangkan anggota biasa tidak
memiliki gambar lukisan kepala serigala tersebut! Nah, coba kau ingat-ingat,
bukankah ketika, belasan anak buah Lang-kauw bertempur dengan kau beberapa
waktu yang lalu, sama sekali tidak ada gambar lukisan kepala serigala di
telapak tangan mereka?!”
Yo Him mengangguk, dia
menjalankan kudanya terus dengan pikiran yang bekerja. Sampai akhirnya dia
bertanya: “Jadi..... apakah kau ingin maksudkan, jika memang kelak kita bertemu
dengan seorang anggota Lang-kauw dan melihat di telapak tangannya terdapat
gambar lukisan kepala serigala, berarti orang itu memiliki kepandaian yang
lumayan tingginya?!'
Sasana mengangguk.
“Benar!” dia bilang dengan
segera. “Karena itu, jika memang kita berhadapan dengan orang-orang Lang-kauw
yang telapak tangannya terdapat lukisan kepala serigala, kita harus lebih
waspada!”
Yo Him tersenyum.
“Memang Lang-kauw merupakan
perkumpulan yang baru saja lahir dalam rimba persilatan, akan tetapi
perkumpulan itu dipimpin oleh seorang yang berambisi untuk merajai dan menjagoi
rimba persilatan seperti Sun Cie Siang. Karenanya, jika memang orang-orang
gagah rimba persilatan tidak segera mengambil tindakan, bahaya dan kerusuhan
yang akan ditimbulkan oleh orang-orang Lang-kauw tidak kecil.....!
“Hem, menurutmu, adikku,
apakah yang harus kita lakukan, setidaknya untuk membendung perbuatan-perbuatan
dan tindakan-tindakan mereka? Atau memang kita perlu segera kembali untuk
memberitahukan kepada ayahku dan para orang gagah lainnya perihal Lang-kauw
ini?!”
Sasana menghela napas. dia
mengerutkan alisnya berpikir keras. Sampai akhirnya katanya: “Aku hanya akan
menurutmu saja, engko Him. Menurutmu, tindakan apa sebaik-baiknya yang kita
lakukan?!”
“Menurutku, lebih baik kita
kembali saja untuk memberitahukan kepada ayahku dan orang-orang gagah
lainnya.....!” menyahut Yo Him.
Sasana mengangguk mengiyakan,
menunjukkan bahwa ia setuju saja dengan apa yang ingin dilakukan oleh Yo Him.
Dan diputuskan oleh mereka, untuk segera menemui Yo Ko dan para orang gagah
lainnya, guna memberitahukan perihal Lang-kauw dengan segala tindak tanduk
perkumpulan itu.
Demikanlah, ke dua muda-mudi
itu telah merubah arah tujuan mereka, dan ke duanya telah memutar kudanya,
mengambil ke jurusan Selatan.
Urusan sakit hati Sasana
memang cukup penting, di mana Yo Him bermaksud membantu Sasana sekuat tenaganya
agar Sasana berhasil membalas dendam. Akan tetapi melihat perkembangan yang
terjadi dalam rimba persilatan, dan juga tindak tanduk dari anak buah
Lang-kauw, yang tampaknya merajalela, membuat Yo Him beranggapan urusan
orang-orang Lang-kauw jauh lebih penting dibandingkan dengan persoalan Sasana.
Apalagi Sun Cie Siang memang salah seorang murid Lam-hay-sie-nie yang memiliki
hubungan dekat dengan ayahnya.
◄Y►
Tiat To Hoat-ong tengah gusar
bukan main, berulang kali dikepraknya meja di hadapannya. Sedangkan di sisi
kiri dan kanan tampak berdiri Lengky Lumi dan Gochin Talu. Ke dua orang
tersebut menundukkan kepala mereka dalam-dalam, tampaknya mereka bergelisah.
“Walaupun bagaimana, kita
harus berhasil dengan urusan ini!” berseru Tiat To Hoat-ong dengan mata
berapi-api memandang bergantian pada Gochin Talu dam Lengky Lumi. “Kalian tentu
mengerti..... walaupun bagaimana memang kita harus berhasil, dengan keturunan
dari Ghalik harus kita tumpas, agar kelak tidak menimbulkan kesulitan
baru.....!”
Lengky Lumi mengangguk.
“Koksu perintahkan saja, kami
akan segera melaksanakan perintah Koksu sebaik mungkin,” menyahuti Lengky Lumi
dengan kepala masih tertunduk, karena dia tidak berani menentang mata Tiat To
Hoat-ong yang memancarkan sinar berapi-api akibat kemarahannya itu.
“Hemmm!” mendengus Tiat To
Hoat-ong dengan suara masih mengandung kemendongkolannya. “Baiklah, sekarang kita
harus bertindak seperti rencana kita yang semula!
“Kalian berdua tentu telah
mengetahui, beberapa orang panglima perang yang mengetahui pangeran Ghalik
telah menjadi buronan pemerintah, sekarang tengah kasak kusuk untuk berserikat
mengadakan pemberontakan! Hal inilah yang perlu kita selidiki sampai
keakar-akarnya untuk menumpas mereka! Jika sampai meletus pemberontakan, tentu
Khan akan menduga kita yang menerbitkan semua itu, yang merupakan ekor dari
peristiwa pangeran Ghalik, dan kita akan disesalkan.....!”
Lengky Lumi dan Gochin Talu
telah mengiyakan. Dan malah kemudian Gochin Talu berkata: “Koksu tentu telah
mengetahui siapa-siapa yang bermaksud memberontak dan merupakan
pengikut-pengikut setia pangeran Ghalik?”
“Cukup banyak nama-nama yang
telah kuketahui..... namun kita belum dapat bertindak sebelum memiliki alasan
yang kuat! Jika saja kita bergerak terlalu ceroboh, niscaya pemberontakan akan
menjalar dengan hebat! Jika dapat kita harus mempengaruhi mereka, agar
maksud-maksud memberontak itu batal dengan sendirinya. Dalam hal mempengaruhi
mereka, kita juga boleh mengambil dua cara, yaitu dengan cara lunak ataupun
dengan cara kekerasan!”
Setelah berkata begitu Tiat To
Hoat-ong memandang bergantian kepada Lengky Lumi dan Gochin Talu. Kemudian baru
melanjutkan perkataannya: “Tentu kalian berdua mengerti apa tugas kalian
masing-masing.....!”
Lengky Lumi dan Gochin Talu
mengiyakan cepat sekali. Merekapun memberi hormat kepada Tiat To Hoat-ong.
“Nah, sekarang kalian boleh
mengundurkan diri!” kata Tiat To Hoat-ong.
“Koksu, ada sesuatu yang ingin
kulaporkan.....!” kata Gochin Talu cepat.
“Katakanlah..... apakah kau
memperoleh sesuatu yang penting dalam penyelidikanmu?” tanya Tiat To Hoat-ong.
Gochin Talu mengangguk.
“Ya.....!” katanya. “Menurut
hasil penyelidikan terakhir memperlihatkan tanda-tanda bahwa Kay-pang tampaknya
bermaksud mengganggu keagungan dan kewibawaan dari Khan kita yang agung.....!”
“Hemm, apakah kau telah
mengetahui pasti, tokoh-tokoh Kay-pang mana saja yang terlibat dalam urusan itu?!”
tanya Tiat To Hoat-ong.
“Ada dua orang tokoh Kay-pang
yang menemuiku beberapa hari yang lalu dan telah menceritakan dan membongkar
rencana dari Pangcu mereka, yang bermaksud ingin memberontak dan mengganggu
keamanan di ibu kota. Kay-pang merupakan perkumpulan pengemis yang memiliki
anggota tidak sedikit, dan karena itu, jika memang mereka memberontak, inilah
yang lebih sulit dihadapi, dibandingkan dengan maksud beberapa panglima perang
yang bermaksud untuk memberontak, karena kay- pang jika bergerak serentak,
mereka dapat bergerak sekali gus dari lima propinsi!”
Tiat To Hoat-ong mengerutkan
alisnya, tampaknya tercekat juga.
“Urusan yang menyangkut dengan
maksud Kay-pang yang memberontak itu, hal ini harus segera dilaporkan kepada
Khan, karena Kay-pang memang merupakan sebuah perkumpulan yang sangat besar dan
kuat, disamping itu memiliki banyak sekali tokoh-tokoh pandai! Jika terjadi
Kay-pang memberontak, niscaya kita dari pihak kerajaan akan menghadapi
persoalan yang tidak ringan.....!”
“Menurut laporan terakhir yang
sampai menyatakan bahwa Kay-pang akan mengadakan pertemuan besar di Hou-ciu!”
melapor Gochin Talu lebih jauh.
Tiat To Hoat-ong mengerutkan
alisnya beberapa saat tanpa berkata-kata sampai akhirnya menghela napas.
“Dilihat demikian, memang
tampaknya untuk menundukkan orang-orang Han bukan pekerjaan yang mudah!”
menggumam Koksu tersebut. “Walaupun kita telah berhasil menundukkan kerajaan
Song ini dan telah berhasil untuk berkuasa di daratan Tiong-goan, akan tetapi
pemberontakan demi pemberontakan selalu muncul di mana-mana.....! Hemmm,
dilihat demikian, kita harus mempergunakan tangan besi juga!”
Waktu berkata seperti itu muka
Tiat To Hoat-ong merah padam, rupanya dia gusar sekali.
Gochin Talu telah mengangguk
mengiyakan.
“Kaisar tentu akan
mendengarkan baik-baik petunjuk Koksu!” kata Gochin Talu. “Karena Khan tentu
akan berusaha membuat negeri menjadi aman dan seluruh kewibawaan dan
keagungannya Kaisar yang berkuasa penuh di daratan Tiong-goan. Khan akan
berusaha untuk menindas golongan-golongan yang ingin menggoyahkan kedudukannya
itu..... Karena dari itu, jika saja Koksu memberikan berbagai pendapat kepada
Khan, niscaya akan memperoleh tanggapan yang sangat baik sekali dari
Khan.....!”
Tiat To Hoat-ong menggeleng
perlahan.
“Sulit.....!' menggumam Koksu
negara tersebut.
“Mengapa sulit?” tanya Lengky
Lumi menyelak.
“Akibat adanya urusan dengan
pangeran Ghalik, akupun tengah disorot oleh Khan..... Walaupun Khan memang
mempercayai penuh padaku, akan tetapi Khan pun ragu-ragu akan maksud buruk
pangeran Ghalik, karena Khan mengetahui benar bagaimana sifat dan tabiat dari
pangeran Ghalik. Karena dari itu, Khan kurang dapat mempercayai bahwa pangeran
Ghalik ingin mengadakan pemberontakan untuk merubuhkannya dari takhta
kerajaan......
“Karena dari itu, selama
persoalan pangeran Ghalik belum dapat kita selesaikan, sehingga Ghalik hancur
luluh berikut pengikut-pengikut setianya, setiap laporanku yang ditujukan untuk
persoalan lainnya masih diragukan oleh Khan......!”
Setelah berkata begitu, Tiat
To Hoat-ong menghela napas berulang kali, tampak wajahnya berubah muram,
rupanya ada sesuatu yang menyusahkan hatinya. Koksu ini sesungguhnya seorang
yang terpenting dalam pemerintah kerajaan yang paling berkuasa di daratan
Tiong-goan untuk masa itu, karena dia merupakan Koksu negara yang memiliki
kekuasaan tidak kecil dan hanya satu tingkat di bawah kekuasaan Kaisar.
Dengan begitu, jika Koksu ini
bisa dipusingi oleh persoalan pangeran Ghalik, inilah persoalan yang tidak
ringan. Koksu ini telah dapat melihatnya bahwa menghancurkan pangeran Ghalik
bukan urusan yang mudah, karena pangeran ini memiliki banyak sekali
pengikut-pengikut setia.
Jika saja waktu itu Tiat To
Hoat-ong mengetahui bahwa pangeran Ghalik telah menghabisi jiwanya sendiri,
tentu Koksu ini tidak akan sepusing seperti itu. Namun berita kematian pangeran
Ghalik tidak pernah didengarnya, para orang gagah merahasiakan kematian
pangeran Ghalik.
Kebijaksanaan seperti itu
diambil oleh para orang gagah. Mereka tidak menghendaki adanya pergolakan di
dalam negeri. Jika saja para panglima perang muda dan jenderalnya yang menjadi
pengikut setia pangeran Ghalik mendengar perihal bunuh dirinya pangeran yang
seorang itu, niscaya akan membuat mereka marah dan akhirnya memberontak.
Jika terjadi pemberontakan,
Kaisar tentu akan mengirim pasukannya untuk menindas dan terjadi peperangan.
Kalau sudah berkobar peperangan, yang celaka dan menjadi korban adalah rakyat
juga. Karena dari itu, perihal kematian pangeran Ghalik dirahasiakan benar.
Gochin Talu dan Lengky Lumi
juga melihat wajah Koksu yang murung, mereka tidak berani bicara terlalu
banyak. Didiaminya Tiat To Hoat-ong termenung, tenggelam dalam kemasgulan
hatinya.
Sampai akhirnya Tiat To
Hoat-ong mengangkat kepalanya menatap kepada Gochin Talu dan Lengky Lumi
bergantian tanyanya: “Apakah kalian telah memperoleh berita yang pasti kapan
akan diselenggarakannya pertemuan besar di kalangan Kay-pang?!”
Gochin Talu mengangguk.
“Ya, bertepatan dengan malaman
Cap-go bulan depan!!” menjelaskan Gochin Talu.
“Jika demikian, kita harus
pergi ke sana, guna mengacau dan menggagalkan pertemuan tersebut! Jika saja
Kay-pang bisa menghimpun kekuatan, dan tokoh-tokoh Kay-pang seluruh wilayah
hadir di situ, niscaya kerajaan akan menghadapi gangguan-gangguan yang tidak kecil!”
berkata Tiat To Hoat-ong. “Akan tetapi, jika persoalan ini ku laporkan kepada
Khan, tentu akan menambah kesan kurang baik dari Khan kepadaku, di mana seperti
juga aku selalu melaporkan hal-hal yang belum dapat teratasi olehku.....!”
Gochin Talu telah memberi
hormat, sambil katanya: “Koksu, percaya kepadaku dan saudara Lengky, kami
berdua akan bertindak sebaik mungkin, di mana kami akan memimpin beberapa orang
sahabat untuk menimbulkan keonaran dalam pertemuan para pengemis itu di
Hou-ciu. Jika memang kami berhasil menggagalkan pertemuan mereka itu, jelas
akan terjadi urusan yang menggembirakan!