42 Masuk Istana Kaisar Mongol
Yeh-lu Chi hanya mengangguk
saja.
Waktu itu, Swat Tocu jadi
sibuk bukan main. Dia telah mempersiapkan segala sesuatunya untuk melakukan
pelayaran. Ko Tie juga telah bantu mempersiapkan barang-barang yang akan dibawa
serta dalam pelayaran mereka. Waktu itu, Yeh-lu Kie telah berbisik kepada Ko
Tie meminta makanan. Ko Tie telah memberikan kepadanya beberapa kati daging
panggang dan juga air minum.....
Sambil duduk mengaso, Yeh-lu
Chi, Kwee Hu dan puterinya telah menangsal perut dengan daging panggang
tersebut.
Tetapi di saat mereka tengah
mengayem daging panggang tersebut, justru di waktu itu terdengar suara erangan
yang aneh sekali, suara erangan yang keras dan panjang. Waktu Yeh-lu Chi, Kwee
Hu dan puterinya menoleh, semangat mereka seperti terbang. Dari balik batu
gunung tampak seekor biruang putih yang tinggi besar, yang tengah melangkah
menghampiri mereka.
Yeh-lu Chi yang kaget dan
berwaspada telah melompat untuk melindungi isteri dan puterinya. Namun biruang
putih itu yang bulunya putih seperti salju, hanya mengerang perlahan sambil
menghampiri, tidak terlihat tanda-tanda bahwa dia akan menyerang.
Di tangannya ternyata membawa
beberapa macam buah-buahan, dan setelah menghampiri Yeh-lu Kie lebih dekat
lagi. Binatang tersebut mengangsurkan ke dua tangannya, mengangsurkan
bua-buahan itu, bagaikan menghadiahkan buah-buahan itu untuk si gadis kecil
tersebut.
Melihat biruang tersebut tidak
mengandung maksud buruk dan tidak akan mengganggu, Yeh-lu Chi dan Kwee Hu jadi
tenang kembali. Demikian juga halnya dengan Yeh-lu Kie, yang tertarik pada
binatang ini, sehingga tak lama kemudian gadis kecil itu telah bermain-main
dengan biruang tersebut.
Itulah biruang salju
peliharaan Swat Tocu, di mana biruang ini memang merupakan seekor biruang yang
jinak sekali, disamping itu diapun telah menerima pendidikan ilmu silat.
Walaupun dia hanya seekor binatang belaka, namun dia bisa bersilat dengan
gerakan yang cukup tangguh. Jika biasanya dia hanya bermain dengan Ko Tie, dan
sekarang dia memperoleh sahabat baru.
Dengan sendirinya biruang
salju inipun jadi gembira sekali. Tampak beberapa kali biruang salju itu telah
melempar-lemparkan Yeh-lu Kie ke tengah udara, dilempar dan ditanggapnya,
begitu berulang kali, sehingga Yeh-lu Kie berulang kali pula telah tertawa
gembira.
Waktu itu, Ko Tie telah muncul
juga, dan ikut bermain, tampaknya Ko Tie maupun Yeh-lu Kie dan biruang salju
itu telah bermain dengan riang. Mereka begitu asyik bermain, tidak
memperhatikan lagi Kwee Hu maupun Yeh-lu Chi.
Begitu juga dengan Swat Tocu,
yang telah duduk di bawah sebatang pohon, duduk termenung mengawasi anak-anak
itu yang tengah bermain-main. Tadi dia telah mempersiapkan kapalnya yang akan
dipergunakan untuk berlayar, sebuah kapal yang ditempatkan di pantai sebelah
barat dari pulau itu, dan berukuran cukup besar.
Setelah lewat beberapa saat
lagi, Swat Tocu telah meneriaki Ko Tie untuk segera berangkat. Kwee Hu dan
Yeh-lu Chi juga cepat-cepat mengajak Yeh-lu Kie untuk berangkat. Inilah
keberangkatan yang akan menggembirakan sekali buat Yeh-lu Chi maupun Kwee Hu,
karena mereka tokh akhirnya akan tiba kembali di Tiong-goan, dan tidak
terpencil terdampar di pulau salju ini.
Biruang salju kali ini tidak
diajak oleh majikannya, Swat Tocu hanya mengajak Ko Tie. Dengan hati dan sikap
yang sedih, biruang salju itu telah melambai-lambaikan tangannya ketika kapal
itu mulai berlayar meninggalkan pulau itu.
Gelombang laut tidak seberapa
besar dan kapal itu memang dapat berlayar di lautan dengan tenang. Terlebih
lagi Tocu dari pulau salju itu mengetahui benar bagaimana harus mengemudikan
kapalnya dan mengetahui pula perihal udara baik atau buruk, dan dia pun pandai
sekali untuk menguasai kapalnya jika diterjang oleh gelombang yang mengganas
dan besar......
Begitulah, kapal Swat Tocu
telah berlayar berhari-hari menuju ke daratan Tiong-goan. Sebetulnya, sejak
herhasil membawa Ko Tie ke pulaunya, Swat Tocu sudah memutuskan tidak akan
kembali ke daratan Tiong-goan, di mana dia akan berdiam di pulaunya bersama Ko
Tie dan biruang saljunya, sebab Swat Tocu ingin mendidik Ko Tie sebaik mungkin.
Namun siapa sangka ejekan-ejekan dan pancingan yang dilontarkan Kwee Hu telah
merobah keputusannya itu, sehingga kini dia tengah berlayar untuk datang pula
ke daratan Tiong-goan......
◄Y►
Kotaraja dari pemerintahan
Boan-ciu mengalami perpindahan. Jika semulanya ibukota dari kerajaan Song dan
juga kerajaan sebelumnya, seperti kerajaan Beng, adalah Lam-khia atau Kim-leng,
sebuah tembok batu yang paling besar di kolong langit, maka Kaisar dari kerajaan
Boan justru beranggapan bahwa Kim-leng sudah tidak cocok untuk dijadikan
sebagai kotaraja, maka telah dipindahkan ke Pak-khia. Dengan demikian kotaraja
dari pemerintahan kerajaan Boan tersebut berpusat di Pak-khia.
Sebagai kotaraja, Pak-khia
merupakan kota yang sangat besar dan luas, terutama sekali kerajaan Boan telah
menjadikan Pak-khia sebagai perbentengan dan pusat dari gerakan mereka waktu
ingin merebut daratan Tiong-goan. Dengan demikian Pak-khia merupakan pusat dari
segala keramaian yang ada.
Bicara soal kemegahan,
walaupun Lam-khia merupakan kota yang sangat besar, yang sampai memperoleh
julukan sebagai kota terbesar di kolong langit, namun dibandingkan dengan
Pak-khia jadi tidak nempil. Bukan saja Pak-khia jauh lebih luas dan besar, juga
memang Pak-khia merupakan kota yang tersusun baik sekali.
Sebagai seorang Kaisar yang
pandai, raja Boan itu telah memerintahkan pembentukan kota yang benar-benar
baik dan strategis sekali, di mana Pak-khia merupakan pusat urat nadi yang akan
memiliki hubungan erat dengan kota-kota di sekelilingnya, maupun di sebelah
barat, timur, selatan dan utara. Dan sebagai pusat dari urat nadi lalu lintas,
perdagangan dari berbagai propinsi di timur, barat, selatan dan utara itu,
Pak-khia setiap hari kebanjiran para pelancong dan juga orang-orang yang ingin
pelesiran di kota raja.
Waktu rombongan pangeran
Ghalik tiba di kota raja ini, mereka telah menyamar sebagai penduduk biasa.
Merekapun memecah diri menjadi tiga rombongan, mengambil tempat di sebuah rumah
penginapan dan mengambil sikap seperti orang tidak kenal mengenal.
Pangeran Ghalik dengan Ciu Pek
Thong dan tiga orang pahlawannya menjadi satu rombongan sedangkan ketiga orang
pahlawannya yang lain bergabung dengan Hek Pek Siang-sat menjadi satu rombongan
lainnya. Yo Him dan Sasana merupakan rombongan lainnya. Dengan memecah diri
menjadi tiga rombongan ini, tentu saja untuk menghindarkan perhatian dari pihak
kerajaan dan juga kecurigaan dari penduduk setempat.
Dengan adanya Ciu Pek Thong
yang mengawal ayahnya, Sasana dan Yo Him boleh bertenang hati, karena memang
Ciu Pek Thong merupakan orang yang memiliki kepandaian luar biasa sekali, tentu
boleh dibilang di zamannya ini sudah tidak ada orang yang bisa menandingi lagi.
Dan dengan bersama Ciu Pek Thong, keselamatan pangeran Ghalik boleh terjamin
penuh.
Hek Pek Siang-sat dan ketiga
orang pahlawannya pangeran Ghalik yang lainnya juga mengambil kamar di sebelah
kamar rombongan pangeran tersebut, dengan demikian, di setiap detik jika
terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, mereka bisa segera memberikan
pertolongan. Dan Yo Him bersama Sasana mengambil sebuah kamar juga, mereka
mengatakan pada pemilik rumah penginapan itu bahwa mereka adalah kakak dan
adik.
Memang buat Yo Him tidak
leluasa mengambil sebuah kamar bersama-sama dengan Sasana, demikian juga
sebaliknya. Namun mereka terpaksa, karena jika mereka masing-masing mengambil
sebuah kamar, tentu akan mengandung kecurigaan kuasa rumah penginapan itu.
Sasana juga telah melihat,
bahwa Yo Him seorang lelaki sejati, yang tidak pernah memperlihatkan
sikap-sikap kurang ajar, dialah seorang Kuncu yang bisa dipercaya penuh.
Malam pertama, Yo Him dan
Sasana memperoleh tugas untuk pergi melakukan penyelidikan di sekitar istana
Kaisar. Mereka tidak berani memukul rumput mengejutkan ular, maka dari itu
mereka tidak mau terlalu dekat dengan istana, kuatir dilihat oleh Tiat To
Hoat-ong dan orang-orangnya, yang mungkin saja mengenali mereka. Karena itu,
mereka hanya menyelidiki keadaan di sekitar istana itu saja, tanpa memasuki
istana.
Tetapi pada keesokan malamnya,
ketika giliran jatuh pada Ciu Pek Thong untuk pergi menyelidiki keadaan di
istana Kaisar, si bocah tua yang berandalan ini malah girang bukan main. Dia
telah mengajak Yo Him, dan ketika telah berada dekat dengan istana Kaisar,
Loo-boan-tong pun bilang kepada Yo Him,
“Kita masuk ke dalam istana
Kaisar, aku jamin kau bisa makan santapan yang lezat-lezat..... kau bisa
menikmati santapan yang belum pernah kau makan.....! Kita akan pergi ke dapur
istana dulu, ini yang paling utama, setelah kenyang barulah kita menyelidiki
keadaan di istana.....!”
“Tetapi Ciu Locianpwe.....
jika mungkin..... jika mungkin.....” kata Yo Him ragu-ragu.
“Jika mungkin apa?!” tanya
Loo-boan-tong tidak sabar. “Apakah engkau seorang yang tidak senang makan yang
enak-enak?!”
“Bukan begitu Locianpwe......
tetapi jika mungkin Boanpwe harap kita tidak perlu menimbulkan keonaran dan
jika memang sampai bertemu dengan Tiat To Hoat-ong kita harus berusaha
menghindar. Jangan sampai memukul rumput mengejutkan ular.....!
Ciu Pek Thong tertawa geli,
kemudian katanya: “Oho, oho, rupanya memang aku si Loo-boan-tong selamanya
harus menerima nasehat dari orang tingkatan muda, selalu pula aku dinasehati
seperti itu, dari dulu sampai sekarang..... dan kini engkau memang memberikan
nasihat seperti itu! Aku juga sadar bahwa aku si Loo-boan-tong memang selalu
mencari keonaran dan berandalan, semakin tua keberandalanku itu semakin
menjadi!
“Tetapi engkau tidak perlu
kuatir karena aku berjanji, aku hanya ingin menikmati santapan lezat-lezat,
masakan dari koki istana! Lain dari itu tidak menarik perhatianku, apa lagi
pertempuran. Hu, hu, tanganku sedang baal dan tidak gatal, karenanya aku tidak
tertarik untuk main-main dengan si gundul Tiat To Hoat-ong atau yang lainnya
begundalnya Kaisar itu......” dan setelah berkata begitu Ciu Pek Thong kembali
tertawa bergelak-gelak lagi sambil tubuhnya melesat dengan gesit luar biasa
melompat ke depan.
Yo Him tersenyum girang sambil
mengikutnya, si bocah tua berandalan itu telah berjanji tidak akan menimbulkan
keonaran lagi. Memang dari Oey Yok Su, gurunya Yo Him sendiri telah mendengar
bahwa Ciu Pek Thong memang merupakan manusia yang berandalan dan jenaka, semua
selalu sekehendak hatinya melakukan apa yang disenanginya.
Waktu itu Ciu Pek Thong
menemani Oey Yok Su di pulau Tho-hoa-to, selama itu pula Yo Him telah mengenal
watak dan tabiat dari Loo-boan-tong ini, yang sifatnya seperti anak-anak,
walaupun usianya telah lanjut, di mana kegemarannya selalu bermain. Dan salah
satu lagi kegemarannya selalu melahap santapan yang lezat-lezat juga
Loo-boan-tong ini gemar sekali untuk mendengarkan cerita-cerita dongeng
mengenai kerajaan Langit.....!”
Istana Kaisar Kublai Khan
merupakan istana yang megah dan besar serta luas bukan main. Kaisar ini memang
sejak berhasil merebut Tiong-goan, daerah yang demikian subur dan juga permai
dengan segala keindahan yang terdapat di situ, berbeda sekali dengan keadaan di
Mongolia yang merupakan rumput padang pasir yang tandus, maka telah
memerintahkan ratusan bahkan ribuan pekerjaan yang ahli untuk membangun
istananya ini. Bahkan, walaupun telah bertahun-tahun dia berkuasa di daratan
Tiong-goan, memerintah sebagai seorang Kaisar, tokh pembuatan istananya itu
masih belum rampung keseluruhannya, di mana di bagian sayap kiri dan sayap
kanan dari istana Kaisar tersebut masih dikerjakan dan dibangun terus.
Jika ingin diperbandingkan,
luasnya istana yang di tempati Kaisar Kublai Khan sama luasnya dan besarnya
seperti sebuah kota!
Ciu Pek Thong memang pernah
dulu berkeliaran ke istananya Kaisar Song, namun istana Kaisar itu walaupun
megah dan luas, tidak seluas dan sebesar istana Kublai Khan. Dengan demikian,
telah membuat Ciu Pek Thong terbangun semangatnya, dia telah bilang kepada Yo
Him: “Kita akan bertamasya di istana ini......!”
Yo Him mengangguk. Diapun
telah bilang, “Ya, istana ini sama saja dengan luasnya sebuah kota! Jika kita
berkeliaran satu harian di dalam istana ini, itupun belum tentu kita bisa
mengelilingi habis istana ini.....!”
Ciu Pek Thong tertawa sambil
berjingkrak, dia bilang: “Tidak habis satu hari? Apakah engkau hendak berlomba
adu lari denganku? Ayo, jika memang engkau ingin adu lari denganku mengelilingi
istana ini, aku akan melayaninya!”
Yo Him tersenyum, sedangkan di
hatinya dia bilang: “Hemmm, adu lari di istana ini, apakah kau kira dengan
demikian bukan sama saja kau memperlihatkan dirimu kepada orang-orang istana
akan kehadiran kita di sini?!”
Walaupun berpikir begitu, tokh
telah menyahuti juga: “Mana bisa Boanpwe mengimbangi ginkang Locianpwe, tentu
Boanpwe akan tertinggal jauh.....! Sekarang, disini saja Boanpwa mengaku
kalah!”
Ciu Pek Thong tertawa senang,
pemuda ini tidak berani untuk adu lari dengannya. Dia telah bilang lagi: “Baik,
tetapi sebagai si pecundang, engkau harus menuruti parintahku! Pertama, engkau
harus menemani aku pergi ke dapur istana, untuk mengambil santapan raja yang
paling lezat!”
Yo Him hanya mengangguk.
Begitulah, Yo Him dan Ciu Pek
Thong telah berkeliaran di dalam istana. Mereka memiliki kepandaian yang telah
sempurna. Walaupun Yo Him tidak sehebat Ciu Pek Thong dan mungkin masih berada
satu tingkat di bawah kepandaian Loo-boan-tong, namun dijaman ini sudah sulit
mencari ke duanya pemuda seperti ini, yang memiliki beberapa macam kepandaian
yang hebat-hebat dari beberapa guru yang luar biasa juga!
Begitulah, setelah berkeliaran
di dalam istana Kaisar dan melewati beberapa tempat penjagaan dengan mudah, di
mana para pengawal istana yang mengadakan penjagaan yang ketat tidak berhasil
membendung Ciu Pek Thong dan Yo Him, ke duanya telah tiba di dapur istana.
Mereka menempatkan diri di atas penglari ruangan dapur dan dikala para pelayan
istana tengah keluar dan ada juga sebagian yang tertidur, Ciu Pek Thong telah
menyambar beberapa macam makanan yang akan disajikan kepada Kaisar, dilahapnya
dengan nikmat sekali.
Yo Him juga telah mencoba
beberapa masakan koki istana memang lezat bukan main karena semua makanan yang
dimasak di dalam dapur istana itu merupakan makanan-makanan yang terpilih dan
telah terbukti kelezatannya, yang mungkin juga tidak akan diperoleh di
rumah-rumah makan biasa.
Ciu Pek Thong ternyata gembul
juga, dia telah menghabiskan cukup banyak bermacam-macam makanan yang semula
memang akan disajikan kepada Kaisar, jika memang di setiap waktu Kaisar itu
merasa lapar atau hendak bersantap.
Walaupun gembulnya Ciu Pek
Thong ini tidak sehebat Ang Cit Kong, bekas Pangcu Kay-pang yang senang
menggayem itu, yang senang makan makanan lezat, dan juga sering berkeliaran di
istana Kaisar dan sering mengurung diri di dapur istana sampai berbulan-bulan
lamanya itu. Tokh Ciu Pek Thong, memang memiliki perut yang daya tampungnya
tidak tanggung-tanggung.
Setelah kenyang dan puas, Ciu
Pek Thong baru mengajak Yo Him untuk mengitari dan mengelilingi istana, guna
melakukan penyelidikan. Istana itu benar-benar luas, walaupun Ciu Pek Thong
bersama Yo Him telah mengelilingi lama sekali, tokh mereka masib belum berhasil
untuk menemukan kamarnya Kaisar.
Waktu itu telah larut malam,
telah jam dua malam. Dan Ciu Pek Thong penasaran, dia ingin melihat bagaimana
indahnya kamar dari Kaisar itu dibangun, karena melihat bentuk istananya yang
demikian megah dan istimewa, tentunya kamar raja itupun istimewa dan hebat
sekali. Sebagai orang yang berandalan dan senang bermain, rasa ingin tahunya terhadap
hal-hal yang belum pernah dilihatnya, telah membuat Ciu Pek Thong mengajak Yo
Him untuk tetap menyelidiki keadaan di seputar istana Kaisar ini.
Waktu itu, Yo Him sebetulnya
sudah ingin mengajak Ciu Pek Thong untuk meninggalkan istana dan kembali ke
rumah penginapan. Menurut Yo Him, jika memang terlalu lama keliaran di istana
Kaisar Kublai Khan, niscaya akhirnya tokh mereka akan diketahui oleh pengawal
istana. Walaupun Ciu Pek Thong dan Yo Him tak perlu kuatir untuk menghadapi
para pengawal itu, namun Tiat To Hoat-ong dengan para jago-jagonya itu, yang
semuanya memiliki kepandaian yang tinggi, cukup berbahaya juga.
Bukankah sekarang dengan
berada di istana Kaisar ini sama juga Ciu Pek Thong dan Yo Him tengah berada di
sarang macan? Bukankah juga Tiat To Hoat-ong mengetahui kehadiran mereka di
istana ini, maka mereka akan memperoleh kesulitan tidak kecil?
Untuk menghadapi seorang lawan
seorang, memang Ciu Pek Thong dan Yo Him tidak perlu jeri atau takut. Tetapi
jika Tiat To Hoat-ong dengan orang-orangnya itu, yang umumnya merupakan
jago-jago pilihan, main keroyok dan kepung, inilah merupakan urusan yang tidak
bisa dipandang remeh. Belum lagi pasukan istana Kim-ie-wie, (pasukan Kaisar
berpakaian emas), pasukan khusus Kaisar yang semuanya terdiri dari jago
pilihan, jika mereka ikut mengepung, bukankah akan sulit untuk Yo Him dan Ciu
Pek Thong nanti meloloskan diri?
Telah beberapa kali ajakan Yo
Him agar mereka meninggalkan istana Kaisar tersebut ditolak oleh Ciu Pek Thong,
yang masih senang untuk herkeliaran di istana raja yang megah dan mewah ini.
Yo Him juga tidak berdaya
untuk membujuk Loo-boan-tong, si bocah tua bangka yang berandalan ini. Akhirnya
Yo Him hanya menuruti saja untuk mengelilingi terus istana Kaisar Kublai Khan,
untuk mencari kamar pribadi Kaisar itu......
Tetapi apa yang dikuatirkan
oleh Yo Him memang akhirnya terbukti juga. Karena waktu Yo Him dan Ciu Pek
Thong tengah berindap-indap di sebuah ruangan yang merupakan ruangan luas dan
dibangun dengan mempergunakan batu-batu marmer dan giok itu, dan ruangan
tersebut sangat mewah, tiba-tiba dari arah samping mereka, telah menyambar tiga
batang anak panah tangan yang melesat sangat cepat sekali kepada mereka berdua.
Ciu Pek Thong dan Yo Him tidak
terkejut, mereka hanya mempergunakan kebutan lengan baju. Senjata rahasia itu
telah bisa disampok jatuh. Namun yang membuat mereka terkejut adalah dari
sekeliling ruangan itu, dari segala sudutnya telah muncul orang-orang yang
berpakaian sebagai pengawal istana. Ada juga sebagian dari mereka yang
berpakaian biasa, dan ternyata mereka adalah jago-jago istana yang menjadi
bawahan Tiat To Hoat-ong.
Malah, di saat itu telah
terdengar suara seseorang yang berkata dengan suara yang nyaring: “Bagus!
Rupanya kami menerima kunjungan tamu terhormat, mengapa tidak memberi kabar
terlebih dulu, agar kami bisa mengadakan penyambutan yang selayaknya.....?!”
Ciu Pek Thong menoleh kepada
Yo Him, dia tertawa nyengir, dia bilang: “Aneh orang itu, kita datang ke mari
secara diam-diam, mengapa dia bilang kita harus memberi kabar agar disambut
dengan selayaknya oleh mereka? Hem, sedangkan kita justru jemu dengan sambutan
mereka. Kita datang secara diam-diam karena tak ingin disambut selayaknya oleh
mereka.....!” Dan Ciu Pek Thong tertawa bergelak-gelak.
Di waktu Ciu Pek Thong
tertawa, adalah Yo Him yang tidak tertawa. Dia telah mengenali suara orang yang
bicara itu, tidak lain dari suaranya Tiat To Hoat-ong, yang orangnya memang
telah muncul dengan segera.
Tiat To Hoat-ong muncul dengan
diiringi oleh lima atau enam orang pengikutnya. Sedangkan ratusan orang yang
mengepung ruangan itu, mengurung Ciu Pek Thong dan Yo Him, masih mengambil
posisi semula, tanpa bergerak dan tanpa merobah kedudukan.
Yo Him telah melihat, di
belakang Tiat To Hoat-ong itu adalah jago-jago Mongolia pilihan, juga terdapat
beberapa orang jago bangsa Han. Tiat To Hoat-ong sendiri telah muncul dengan
langkah kaki lebar dan mulut tersenyum, muka berseri-seri, sama sekali dia
tidak memperlihatkan sikap bengis, diapun telah bilang: “Aha, kiranya Yo
kongcu! Selamat datang! Dan kau, Ciu Tayhiap, rupanya engkau pun meringankan
kaki untuk datang berkunjung ke mari!”
Ciu Pek Thong telah beberapa
kali bertempur dengan Tiat To Hoat-ong di waktu-waktu yang lalu. Mengenai
cerita pertempuran Tiat To Hoat-ong dengan Ciu Pek Thong dapat diikuti dalam
cerita Sin-tiauw-thian-lam.
Sekarang mereka bertemu pula.
Walaupun Tiat To Hoat-ong memiliki ilmu yang sangat tinggi, tokh dia masih
kalah seurat jika dibandingkan dengan Ciu Pek Thong, di mana dulu dia telah terdesak
hebat oleh serangan-serangan Loo-boan-tong yang jenaka dan berandalan ini.
“Hemmm, Tiat To Hoat-ong,
sekarang kita bertemu lagi, inilah jodoh namanya!” berseru Ciu Pek Thong dengan
girang. Karena dia sangat girang bisa bertemu dengan Tiat To Hoat-ong, dan
tangannya juga jadi gatal lagi, di mana dia ingin main-main dengan pendeta
Mongolia yang tangguh itu.
Yo Him waktu itu melihat,
bahwa di belakang Koksu Mongolia itu terdapat Gochin Talu jago Mongolia yang
memiliki kepandaian tinggi dan tangguh itu, juga disamping itu, tampak pula
Lengky Lumi. Diam-diam Yo Him jadi berpikir keras, melihat lawan-lawannya yang
terdiri dari jago-jago tangguh itu berkumpul semuanya di situ.
Yo Him pun merasa bahwa sulit
buat dia menyingkir diri dengan gampang. Selain dari Lengky Lumi dan Gochin
Talu, juga tampak jago-jago tangguh lainnya yang semuanya memang memiliki
kepandaian tinggi, begundalnya Tiat To Hoat-ong.
Ciu Pek Thong dasarnya
Loo-boan-tong, karena belum lagi Tiat To Hoat-ong menyahuti justru begitu habis
dengan perkataannya, tubuhnya telah menyusul dengan cepat melompat ke depan
Tiat To Hoat-ong, dia telah mengulurkan tangannya untuk menarik hidungnya si
pendeta.
Tapi Tiat To Hoat-ong sejak
munculnya tadi, karena mengetahui bahwa lawan-lawannya ini adalah dua orang
yang memiliki kepandaian yang sangat tangguh telah berlaku waspada sekali. Dan
di waktu Ciu Pek Thong begitu tiba-tiba sekali menyerang kepadanya, dia telah
mengelakkan diri ke samping.
Gochin Talu yang berdiri tepat
di belakangnya Koksu Mongolia tersebut, telah mewakili Tiat To Hoat-ong
menyambuti uluran tangan Ciu Pek Thong, dia telah menangkis dengan tangan
kanannya untuk menghantam pergelangan tangan Ciu Pek Thong. Ke dua tangan itu
jadi membentur, malah membenturnya juga kuat dan keras sekali, sampai
memperdengarkan suara benturan yang hebat bukan main.
Dalam keadaan seperti itulah,
Ciu Pek Thong menarik pulang tangannya. Loo-boan-tong telah tertawa, “haha
hihi,” dia bilang: “Bagus, engkau yang mau mewakili si gundul itu menerima
tanganku?”
Dan dia tidak tinggal diam,
karena dia telah membarengi dengan pukulan tangannya yang berkelebat-kelebat
dengan cepat sekali. Bukan hanya soal cepat dan gesitnya, tapi yang terpenting
dalam pukulan-pukulan yang dilakukan oleh Ciu Pek Thong adalah soal tenaga
lweekang yang dipergunakannya, demikian hebat luar biasa saja terkena angin
pukulannya itu, tanpa perlu terkena serangan jitu, tentu akan berjumpalitan.
Terlebih lagi jika memang terkena telak pukulan itu, tentu tubuh jago itu akan
jungkir balik dengan tulang rusuknya berantakan!
Namun Cochin Talu ini
merupakan seorang jago yang memiliki kepandaian tidak lemah. Walaupun dia tidak
sehebat Tiat To Hoat-ong dan masih kalah setingkat dengan Ciu Pek Thong, di
dalam kalangan Kangouw dia sudah sulit dicari tandingannya.
Menerima serangan Ciu Pek
Thong seperti itu, Gochin Talu tidak menjadi gugup, malah dia mengempos
semangatnya. Setelah dia mengegos ke samping kanan tahu-tahu telapak tangan
kanannya menyambar akan menepuk jalan darah Bun-cie-hiatnya Ciu Pek Thong.
Ciu Pek Thong adalah seorang
yang memiliki ilmu Khong-beng-kun yang luar biasa, yang memiliki tujuhpuluh dua
jalan.