40 Hukuman Dari Swat Tocu
Bukanlah Oey Yok Su, kakeknya
itu akan menghukum orang yang lancang datang ke pulaunya?
“Baiklah anak.... kami memang
telah tersesat ke mari, kami terdampar di pulau ini karena kami mengalami
bencana di lautan, dengan demikian, kedatangan kami ini tanpa disengaja. Jika
Suhumu diberitahukan peristiwa yang sebenarnya, tentu diapun akan dapat
memaklumi kesulitan kami......!”
Dan setelah berkata begitu
Kwee Hu menoleh kepada puterinya, Yeh-lu Kie, dia bilang lagi: “Kie, coba kau
ke mari.....!”
Yeh-lu Kie telah menghampiri,
dan dia telah mendekati ibunya. Kwee Hu memegang tangan puterinya, dia bilang
dengan sabar: “Kie nanti kau ajak koko ini untuk bermain-main, sekarang kau
memiliki seorang kawan, sehingga engkau tidak akan kesepian lagi......!”
Setelah berkata begitu, Kwee
Hu menoleh kepada Ko Tie, tanyanya. “Nanti kau bermain dengan puteri kami, si
Kie ini, tentunya kau juga senang memiliki seorang kawan, bukan? Nah, sekarang
kau ajaklah kami pergi menemui gurumu itu, dan nanti di saat kami tengah
bercakap-cakap dengan suhumu itu, kalian berdua boleh bermain dengan
gembira......!”
Lie Ko Tie mengawasi si Kie
itu beberapa saat lamanya, sampai akhirnya Yeh-lu Kie telah mengulurkan
tangannya, dia telah berkata: “Koko....., mari kita bermain.......”
Ko Tie telah menggelengkan
kepalanya, dia bilang: “Tunggu dulu, kalian boleh menanti di sini, aku akan
pergi memberitahukan dulu kepada suhu perihal kedatangan kalian..... Jika Suhu
mengijinkan kalian menemuinya, nanti kalian akan kuajak untuk bertemu dengan
Suhu.”
Setelah berkata begitu, Ko Tie
mengawasi Yeh-lu Chi dan Kwee Hu bergantian, lalu tanyanya: “Jika memang paman
dan bibi tidak keberatan maukah memberitahukan kepadaku siapakah nama paman dan
bibi agar nanti aku bisa memberitahukannya kepada Suhu!”
Ko Tie memanggil Yeh-lu Chi
dengan sebutan Pehhu dan memanggil Kwe Hu Pehbo, paman dan bibi.
Kwee Hu tersenyum anak lelaki
ini memang manis dan juga tampaknya cerdik sekali. Dia telah bilang: “Suamiku
itu bernama Yeh-lu Chi dan bibimu sendiri bernama Kwee Hu. Tolong kau sampaikan
hormat kami kepada Suhumu dan maksud kami yang ingin bertemu dengannya guna
menghunjuk hormat......!”
Ko Tie mengangguk, setelah
menoleh satu kali lagi kepada Yeh-lu Kie, dia telah memutar tubuhnya, berlari-lari
ke arah batu gunung yang mempunyai air terjun itu, dia telah menghilang di
tikungan tempat itu.
Setelah Lie Ko Tie pergi, Kwe
Hu meno¬leh kepada Yeh-lu Chi, suaminya, katanya: “Tampaknya pemilik pulau ini
bukan orang sembarangan.....!”
Yeh-lu Chi mengangguk.
“Ya, tetapi kita harus
berusaha untuk menetap di sini beberapa saat, karena tidak bisa kita tinggalkan
pulau ini sebelum kita memiliki perahu yang baik dan perbekalan selama dalam
pelayaran..... Jika memang pemilik pulau ini tidak mengijinkan, kita harus
berusaha agar kita bisa memaksanya.....! Semua ini demi kebaikan puteri
kita.....!”
Kwee Hu mengangguk.
Waktu itu, tampak Lie Ko Tie
telah berlari-lari mendatangi lagi. Anak itu berlari cukup gesit, membuktikan
bahwa anak itu pun telah mempelajari ginkang atau ilmu meringankan tubuh. Hanya
disebabkan usianya masih terlalu kecil, maka ginkang yang dimiliki itu tidaklah
terlalu tinggi.
Setelah sampai di hadapan Kwee
Hu dan Yeh-lu Chi, Lie Ko Tie menggeleng-gelengkan kepalanya, katanya: “Suhuku
bilang, kalian dipersilakan untuk meninggalkan pulau ini dalam waktu satu jam,
jika dalam satu jam kalian belum juga meninggalkan pulau ini, Suhu tentu akan
menjatuhkan hukuman!”
Muka Kwee Hu jadi berobah.
Memang waktu masa gadisnya dia adalah seorang gadis yang aseran sekali dan
memiliki perangai yang berangasan. Jika sekarang dia bisa bersikap lembut dan
sabar, itulah karena selama jadi nyonya Yeh-lu Chi, banyak hal yang bisa
dipelajarinya ini. Semakin meningkat usianya, perangainya yang berangasan itu jadi
berkurang.
Namun sekarang mendengar
perkataan Ko Tie yang menyatakan bahwa Suhunya menolak maksud mereka yang ingin
menghadap, telah membuat Kwee Hu jadi tidak senang. Dia telah bilang: “Anak,
kami sesungguhnya tidak mau datang ke pulau ini. Inipun kami terpaksa sekali
jika datang ke pulau ini, sebab memang kami tidak berdaya dalam tertimpah
bencana yang tidak kami inginkan, sehingga kami terpaksa terdampar di sini dan
tidak berdaya untuk pergi dalam waktu yang singkat!”
“Tadi akupun telah
memberitahukan Suhu, bahwa Pehhu dan Pehbo tengah dalam kesulitan, karena telah
mengalami bencana di laut, namun Suhu malah bilang: “Hu, manusia she Kwee
itu.......! Hu manusia she Kwee itu.....! lalu Suhu telah perintahkan agar aku
memberitahukan kepada Pehhu dan Pehbo, dalam satu jam harus meninggalkan pulau
ini dan Suhu tidak ingin bertemu dengan kalian.....!”
Mendengar keterangan Lie Ko
Tie, muka Kwee Hu jadi berobah.
“Lalu, apa maksud gurumu
dengan mengatakan: “Hu, manusia she Kwee......!” seperti itu?!” tanyanya.
Ko Tie menggeleng.
“Aku tidak tahu apa
maksudnya.”
“Biar kami yang pergi
menemuinya sendiri!” katanya.
Mendengar perkataan Kwee Hu
seperti itu, Ko Tie jadi kaget.
“Tidak boleh! Jangan!” kata Ko
Tie.
“Kenapa?!” tanya Kwee Hu
dengan suara mengejek.
“Suhu selalu tidak senang
kalau ada orang yang datang ke pulaunya, dan selalu pula menghukumnya dengan
hukuman yang berat. Aku kuatir...... kuatir jika memang Pehhu dan Pehbo
menemuinya. Nanti Suhu menurunkan tangan keras menghukum kalian..... lebih baik
kalian cepat meninggalkan pulau ini......!”
Mendengar perkataan Ko Tie,
Kwee Hu memperdengarkan suara tertawa dingin.
“Hu, hu, sebetulnya manusia
apa sih gurumu itu?!” dia bilang dengan nada mengejek.
Waktu itu Ko Tie telah
mengulap-ulapkan tangannya, dia bilang: “Pehbo jangan marah seperti itu, aku
telah memberitahukan dari hal yang sebenarnya, karena dari itu, janganlah Pehbo
memaksa untuk menemui guruku itu, karena Pehbo juga yang akan celaka nanti.....
Nah, silahkan Pehbo dan Pehhu meninggalkan pulau ini sebelum guruku
datang.....!”
Bukan main mendongkolnya Kwee
Hu, terlebih lagi dia teringat betapa sengsaranya dia bersama puterinya dan
suaminya yang berhari-hari terombang-ambing di lautan. Dengan demikian, tentu
saja dia tidak meninggalkan pulau ini, untuk bersengsara lagi seperti itu.
“Tidak!” kata Kwee Hu
kemudian. “Jika memang Suhumu itu tidak mengijinkan kami berdiam di pulau ini,
kami akan tetap berdiam disini! Hu, hu, kami ingin melihat. Apa sih yang bisa
diperbuatnya?!” Dan setelah berkata begitu, Kwee Hu mendengus beberapa kali,
mendengus mengejek, karena dia memang tengah mendongkol sekali.
Yeh-lu Kie ketika melihat
ibunya bergusar seperti itu, telah menghampiri sambil tangannya menarik ujung
lengan baju ibunya, dia bilang: “Ibu, mengapa kau harus marah seperti itu.
Biarlah aku pergi bersama Koko ini menemui Suhunya, untuk meminta agar kita
diperbolehkan berdiam di pulau ini beberapa saat lamanya.....!”
Kwee Hu mana bisa membiarkan
puterinya pergi menemui gurunya anak lelaki ini, dia telah menggeleng perlahan,
dan menarik lengan puterinya, katanya: “Kau diamlah di sini...... biarlah
Suhunya yang datang ke mari, nanti baru kita bicara lagi dengannya!”
Setelah berkata begitu, Kwee
Hu menoleh kepada Ko Tie, dia bilang: ”Sekarang pergilah kau kembali pada
Suhumu, beritahukan padanya bahwa kami tidak pergi, kami akan berdiam mungkin
satu atau dua bulan di sini. Jika memang dia tidak senang dengan kami, dia
datang ke mari untuk bicara dengan kami!”
Ko Tie jadi memandang Kwee Hu
dengan muka yang tidak senang, dia mendengar gurunya seperti dianggap remeh
seperti itu. Tapi belum lagi dia menyahuti, waktu itu Yeh-lu Chi yang melihat
keadaan seperti itu, di mana isterinya itu telah gusar sekali, dia tertawa
sambil menghampiri Ko Tie, dan menepuk-nepuk pundak anak lelaki itu, dia juga
bilang,
“Anak, sekarang kau ajaklah
aku untuk pergi menemui Suhumu, hanya aku seorang diri saja. Jika memang nanti
aku telah bicara dengannya dan dia benar-benar tidak ingin menemui kami dan
juga tidak mengijinkan kami berlama-lama di pulau ini. Disamping itu diapun
tidak bersedia melayani kedatangan kami, terpaksa kamipun harus meninggalkan
pulau ini!”
Ko Tie tetap gelengkan
kepalanya, dia bilang dengan segera: “Tidak mungkin..... tidak mungkin. Jika
memang Pehhu memaksa seperti itu untuk bertemu dengan Suhu, tentu kau akan
celaka ditangannya, kau tentu akan dihukum berat olehnya.....! Lebih baik
kalian jangan mencari kesulitan untuk diri kalian, cepatlah pergi meninggalkan
pulau ini.....!”
Yeh-lu Chi telah menghela
napas dia bilang kepada Kwee Hu: “Adik Hu, biarlah kita berdiam dulu beberapa
saat di sini nanti juga Suhunya akan keluar memperlihatkan diri...!”
Tetapi baru saja Yeh-lu Chi
bilang begitu tiba-tiba terdengar suara orang tertawa tergelak-gelak, suara itu
sebentar panjang, sebentar pendek, sesaat lagi terdengar di tempat jauh sejenak
lagi terdengar sangat dekat, seperti juga di pinggir telinga mereka. Dengan
demikian Kwee Hu maupun Yeh-lu Chi jadi kaget bukan main, karena mereka
mengetahui itulah suara tertawa yang disertai dengan tenaga lweekang yang
sempurna sekali.
Mendengar suara tertawa yang
disertai dengan lweekang seperti itu, tentunya orang itu memiliki kepandaian
yang tinggi di atas mereka, karena sebagai orang-orang yang memiliki kepandaian
cukup tinggi, tentu saja Yeh-lu Chi dan Kwee Hu sekali dengar saja telah dapat
menilai berapa tinggi tenaga dalam lawan. Dan sekarang yang membuat mereka
kaget, suara tertawa yang disertai lweekang itu merupakan tenaga lweekang dari
tingkat tinggi yang telah mencapai puncak kesempurnaannya. Dengan demikian,
sepasang suami isteri itu jadi bersikap jauh lebih hati-hati.
Waktu itu telah terdengar
suara orang yang menegur di antara suara tertawa yang diselang-seling itu:
“Siapa yang begitu lancang berani menginjakkan kakinya yang bau dan kotor di
pulauku? Siapa dia yang bermulut besar seperti itu? Atau memang mulutnya itu
ingin kurobek?!”
Karena tidak mengetahui siapa
yang telah berkata-kata seperti itu, Yeh-lu Chi telah merangkapkan sepasang
tangannya, dia telah memberi hormat: “Locianpwe, kami suami isteri dan puteri
kami, sungguh tidak beruntung telah tertimpah bencana yang tidak ringan di
lautan, sehingga terdampar di sini, harap Locianpwe mau maafkan kelancangan
kami! Dengan ini, Boanpwe, Yeh-lu Chi dan isteri Boanpwe, Kwee Hu serta puteri
Boanpwe, Yeh-lu Kie, mengunjuk hormat buat Locianpwe......!”
Terdengar suara tertawa dingin
yang mengandung ejekan: “Hemm, Kwee Hu, puterinya Kwee Ceng dan Oey Yong,
cucunya Oey Yok Su, si sesat dari Timur itu? Hemm, hemm, kakekmu telah memiliki
pulau yang cukup luas seperti Tho-hoa-to, mengapa kau sebagai cucunya
berkeliaran di pulauku?!”
Dan kemudian terdengar lagi
suara tertawa yang mengandung ejekan, suara tertawa yang disertai dengan
lweekang yang tinggi sekali. Dan tidak lama kemudian tampak berkelebat sesosok
tubuh dengan gerakan yang gesit sekali, dan telah berdiri di hadapan Yeh-lu Chi
dan Kwee Hu. Dialah seorang lelaki bertubuh tidak begitu tinggi, dengan
pakaiannya yang aneh, terbuat dari kulit binatang buas.
Mukanya yang memerah sehat,
dan juga tubuhnya yang tampak berotot kuat itu, di samping itu sinar matanya
yang memancar berkilauan, benar-benar merupakan sikap seorang Locianpwe yang
angker sekali. Dari sinar matanya itu saja telah terlihat, bahwa dialah seorang
yang memiliki lweekang sangat tinggi sekali.
Yeh-lu Chi yang menduga bahwa
orang ini adalah pemilik pulau ini, telah maju dua langkah, dia telah
merangkapkan sepasang tangannya memberi hormat,
“Boanpwe Yeh-lu Chi menghunjuk
hormat untuk Locianpwe..... Maafkanlah kelancangan kami yang telah terdampar di
pulau Locianpwe..... Dan bolehkah kami mengetahui nama besar Locianpwe, agar
kelak setelah kami meninggalkan pulau ini, kami dapat mengingat baik-baik budi
kebaikan Locianpwe......?!”
“Apa itu nama besar? Apa itu
budi kebaikan!” tanya orang itu, yang ternyata tidak lain dari Swat Tocu. Dia
juga telah mendengus beberapa kali, tampaknya dia tidak senang menerima
hormatnya Yeh-lu Chi, karena tahu-tahu tangan kanannya telah dikebutkannya
dengan hebat sekali, sambil diiringi perkataannya:
“Pergilah menggelinding kau,
aku tidak mengijinkan kalian menginjak pulauku ini..... pergi sebelum aku
menjatuhkan hukumanku pada kalian! Aku mau memandang terangnya muka Oey Lao
Shia. Jika memang aku telah gusar, hemmm, hemmm, biarpun Oey Lao Shia berada
disini, jangan harap kalian bisa terhindar dari hukumanku!”
Yeh-lu Chi melihat Swat Tocu
mengebutkan tangannya, dia tahu tentunya itulah kebutan yang mengandung
kekuatan tenaga yang dahsyat. Tapi sebagai Pangcu dari Kay-pang, tentu saja
Yeh-lu Chi memiliki kepandaian yang tinggi. Terlebih lagi dialah muridnya Ciu
Pek Thong, dengan sendirinya mana bisa dia berdiam diri saja. Cepat dia
mengangkat lebih tinggi ke dua tangannya yang tengah dirangkapnya itu, dia
dengan sikap seperti juga tengah memberi hormat, dia telah menyambuti tenaga
kebutan dari Swat Tocu.
Kebutan itu memang menimbulkan
serangkum angin serangan yang kuat bukan main, dan ketika bentrok dengan
tangkisan Yeh-lu Chi, maka telah terdengar suara benturan yang sangat keras
sekali dan yang membuat Yeh-lu Chi tambah kaget. Dia merasakan tubuhnya
tergetar, kemudian kuda-kuda ke dua kakinya tergempur, tanpa bisa dikendalikan
lagi, tubuhnya telah terhuyung mundur akan kejengkang.
Untung saja Yeh-lu Chi memang
mempunyai tenaga lweekang yang cukup tinggi dan terlatih baik, dia dengan cepat
telah memusatkan tenaga dalamnya pada ke dua kakinya. Setelah mundur terhuyung
tiga langkah ke belakang, dia bisa berdiri tetap lagi, tidak sampai rubuh
terjengkang karenanya.....
Yeh-lu Chi ketika telah
berdiri tetap, mukanya agak pucat. Dia merasakan tenaga dalamnya seperti
bergolak, akibat dari gempuran yang diterimanya dari Swat Tocu.
Tapi, sebagai pangcu Kay-pang
yang telah menerima gembelengan dari gurunya yang memang memiliki kepandaian
luar biasa tingginya, yaitu Ciu Pek Thong, itu si bocah tua yang berandalan,
dengan sendirinya Yeh-lu Chi jadi bisa menguasai diri dengan cepat dan tenaga
dalamnya itu telah dapat dikendalinya lagi dengan baik.
Dalam keadaan seperti itu,
Swat Tocu telah membentak bengis: “Apakah engkau tidak mau cepat-cepat angkat
kaki?!!”
Ditegur seperti itu, tampak
Yeh-lu Chi telah merangkapkan ke dua tangannya, dia memaksakan diri untuk
tersenyum.
“Locianpwe, memang kamipun
tidak bermaksud untuk berdiam di pulaumu ini, tapi inilah terpaksa. Bersama
kami terdapat puteri kami yang masih kecil, dia tentu tidak akan sanggup
bersengsara terus terombang ambing di lautan! Jika memang hanya kami berdua,
pasangan suami isteri saja, tentu hal itu tidak berarti apa-apa buat kami!
Dengan memandang pada puteri kami itu, dan juga dengan menaruh belas kasihan
pada makhluk kecil tidak berdaya itu, maulah Locianpwe mengijinkan kami menetap
beberapa saat di pulaumu ini, guna mengambil baban perbekalan, untuk nanti
dipergunakan dalam perjalanan kami......!”
Setelah kerkata begitu,
kembali dia telah menjura dalam-dalam.
Tapi muka Swat Tocu tetap
dingin, dia telah mengebutkan ke dua tangannya.
Sekali ini Yeh-lu Chi telah
bersiap sedia karenanya dia telah menyambuti serangan itu dengan kelitannya
yang sangat gesit. Dia tidak mau menyambuti seperti tadi, karena Yeh-lu Chi
menyadari jika memang dia menyambutinya seperti tadi yang rusak adalah dirinya,
di mana dia akan terluka di dalam.
Tapi waktu itu, tampak Swat
Tocu bukan hanya satu kali saja mengebut dengan tangannya, karena dia telah
menyusuli lagi dengan kebutan lainnya, di mana dia telah mengebut dengan tenaga
yang jauh lebih kuat lagi. Kebutan itu telah menyambar menyusul pula pada
Yeh-lu Chi.
Tentu saja Yeh-lu Chi jadi
sibuk bukan main, karena dia baru saja berkelit dari satu gempuran, serangan
lainnya dari tenaga yang dahsyat itu telah menyambar lagi, dengan demikian
telah membuat dia harus cepat-cepat menyingkir pula ke samping. Namun sekali
ini gerakannya terlambat, karena itu lengannya telah kena terhajar oleh angin
pukulan itu.
Kwee Hu yang melihat bahaya
mengancam diri suaminya, telah mencabut pedangnya, dia pun melompat ke dekat
Swat Tocu. Dengan gesit sekali dia menyerang mempergunakan pedang itu, yang
berkelebat menyambar ke punggung majikan pulau salju itu. Swat Tocu
menggerakkan ke dua tangannya saling susul, tapi sepasang kakinya tetap berdiam
di tempatnya.
Dengan demikian, waktu Kwee Hu
menikam ke punggungnya pemilik pulau itu sama sekali tidak menggerakkan ke dua
kakinya. Dia hanya menggerakkan ke dua tangannya itu ke arah belakangnya,
membuat Kwee Hu terkejut dan merasakan sambaran angin serangan yang dahsyat
sekali.
Sebelum pedangnya berhasil
mencapai sasaran, di waktu itulah dia telah menarik pulang pedangnya dan
menyingkir ke samping. Gerakannya gesit, namun tidak urung dia telah
terhuyung-huyung beberapa kali.
Swat Tocu telah berkata dengan
suara yang dingin mengandung ejekan: “Hemmm, ayah dan ibumu belum tentu berani
menyerang aku dan berbuat kurang ajar seperti kau! Kakekmu saja mungkin
menghormati aku dengan sepenuh hati dan tidak akan mencari urusan denganku
walaupun dia sebagai si sesat.... Tetapi kau bocah, hemmm, hemmm, engkau berani
demikian lancang telah menyerang diriku, maka tanpa memperdulikan si tua bangka
she Oey itu, aku akan turun tangan menghantam patah ke dua kaki dan
tanganmu......!”
Dan Swat Tocu memang bukan
hanya berkata dan mengancam saja, karena dengan cepat luar biasa dia telah
melompat ke dekat Kwee Hu di samping kanannya di mana tangan kirinya diulur,
dia bermaksud akan menangkap lengan Kwee Hu.
Tapi, Kwee Hu juga tidak
tinggal diam, walaupun dia terkejut tokh dia tidak menjadi gugup, dengan gesit
dia berusaha mengelakkan. Gerakannya itu sangat cepat sekali, di mana dia telah
melompat ke samping kanan.
Hanya saja, untuk kagetnya
lagi, waktu itu tahu-tahu tangan Swat Tocu telah berada di dekat lengannya
lagi, sehingga membuktikan bahwa ginkang Swat Tocu berada di atasnya. Dan untuk
menyelamatkan dirinya hanya ada satu jalan saja, yaitu membuang diri
bergulingan di tanah, di mana dia telah bergulingan untuk menyingkir diri.
Cuma saja, karena dia
menyelamatkan diri seperti itu, di waktu itulah dia merasakan tangannya dingin,
di mana pedangnya telah berpindah tangan, dapat direbut oleh Swat Tocu. Dan
ketika Kwee Hu melompat bangun, dia masih sempat melihat Swat Tocu telah
mematahkan pedangnya itu sampai menjadi lima potongan pendek!
Dengan muka yang sebentar
pucat dan sebentar merah, Kwee Hu telah mendeliki Swat Tocu, tapi Swat Tocu telah
tertawa dingin, dia bilang: “Aku telah bilang, aku tidak akan memperdulikan
kakekmu itu, si tua bangka she Oey yang sesat itu. Aku tetap akan mematahkan
tangan dan kakimu sekarang juga, hukumanmu ditambah lagi, ke dua biji matamu
itu harus dikorek keluar......”
Dan kembali tubuh Swat Tocu
telah bergerak lagi, dia telah melompat dengan gerakan yang benar-benar seperti
gerakan hantu saja, yang tidak terlihat oleh mata biasa, sebab tahu-tahu
tubuhnya telah berada di samping Kwee Hu. Tentu saja hal ini membuat Kwee Hu
kaget sekali dan cepat-cepat menyingkirkan diri. Namun baru saja ke dua kakinya
menginjak tanah, di waktu itu kembali Swat Tocu telah berada di sampingnya.
Melihat isterinya terancam,
Yeh-lu Chi telah mengeluarkan seruan kuatir, dan dia bukan hanya berseru saja,
karena secepat kilat, tampak dia telah menggerakkan sepasang tangannya,
tubuhnya menerjang kepada Swat Tocu.
Tapi buat Swat Tocu, pukulan
itu tidak dipandang sebelah mata. Walaupun dia mengetahui Yeh-lu Chi tengah
menyerang punggungnya, sama sekali Swat Tocu tidak berusaha mengelakkan diri,
sama sekali tidak berusaha untuk menangkis. Dia hanya mengempos semangatnya dan
tenaga dalamnya melindungi punggungnya.
Dan waktu serangan Yeh-lu Chi
telah menghantam punggungnya, sama sekali Swat Tocu tidak terluka. Malah Yeh-lu
Chi sendiri yang telah mengeluarkan suara teriakan kesakitan, karena begitu dia
menghantam punggung Swat Tocu, segera dia merasakan punggung lawannya lunak
seperti kapas dan belum lenyap kagetnya, tenaga pukulannya itu telah membal
balik, menghantam ke dirinya!
Malah hantaman itu hebat luar
biasa, mengandung kekuatan yang berlipat kali lebih dahsyat dari tenaga
pukulannya. Dengan mengeluarkan jerit kesakitan, karena ke dua kepalan
tangannya itu dirasakan nyeri dan pedih sekali, tubuhnya juga telah terpental,
walaupun tidak sampai terjengkang. Namun telah memperlihatkan bahwa tenaga
lweekang yang dimiliki Swat Tocu memang merupakan lweekang yang telah sempurna
sekali.
Kwee Hu melihat keadaan
suaminya, juga jadi kaget. Dia sendiri waktu itu tengah menghadapi bahaya yang
tidak kecil, karena biarpun Yeh-lu Chi telah menyerangnya, tokh kenyataannya
terlihat ke dua tangan Swat Tocu tetap menjulur kepadanya, di mana serangan
Swat Tocu tidak jadi batal karenanya.
Mati-matian Kwee Hu berusaha
untuk menangkisnya, dia memusatkan seluruh kekuatan tenaga lweekangnya, dan
menyalurkan kekuatannya itu, dia telah berusaha menindih kekuatan dari lawan.
Namun bukannya dia berhasil malah telah tergempur hebat. Tubuh Kwee Hu
terpental empat tombak bergulingan di rumput.....
Untung saja Kwee Hu masih
sempat untuk mengempos semangatnya, sehingga ketika dia terbanting dan
bergulingan di rumput, dia telah melindungi tubuhnya dengan tenaga dalamnya.
Dia tidak sampai menderita luka di dalam, hanya dia merasakan tubuhnya
sakit-sakit, terluka di luar, dengan lengannya yang terluka beberapa goresan.
Dengan demikian, Kwee Hu
menyadari. Biarpun dia bersama suaminya mengeroyok Swat Tocu, pemilik pulau
ini, tokh tetap bukan menjadi tandingannya.
Waktu itu Swat Tocu telah
tertawa terbahak-bahak, katanya: “Mana bukti dari perkataan besarmu tadi.....?
Sekarang aku telah datang ke mari, mengapa engkau tidak mau melayani? Ayo, ayo,
mari, mari, aku ingin membuktikan, berapa tinggi kepandaian yang dimiliki cucu
dari si sesat tua she Oey itu..... dan juga suaminya ini, hemmm, hemmm,
tampaknya engkau bukan bangsa Han, tentunya setidak-tidaknya engkau bangsa
Boan.....! Aku heran dan tidak mengerti, mengapa si Oey tua sesat itu bisa
mengijinkan cucunya menikah dengan orang Boan seperti engkau?!”