36 Firman Penangkapan Pangeran Ghalik
Pangeran Ghalik sendiri telah
berpakaian sebagai rakyat jelata untuk menghindarkan perhatian dari orang di
sepanjang jalan. Terlebih lagi perjalanan menuju ke kota raja memang dilakukan
mereka dengan cepat, jika tidak perlu tentu mereka tidak beristirahat. Kalau
memang kuda-kuda mereka telah lelah dan juga para penunggangnya itupun letih
sekali, barulah mereka singgah di suatu tempat untuk beristirahat. Adalah
keinginan pangeran Ghalik, untuk tiba di kotaraja dalam waktu yang
secepat-cepatnya, agar dapat melaporkan segalanya peristiwa yang terjadi pada
Kaisar. Yang terutama sekali pangeran Ghalik kuatir kalau Tiat To Hoat-ong
dapat tiba terlebih dulu di kota raja, sehingga Koksu itu bisa lebih dulu
memberikan laporan palsu memfitnah pangeran Ghalik.
Di kota Kiu-san-kwan mereka
beristirahat di sebuah rumah penginapan yang cukup bagus bertingkat dua. Mereka
mengambil empat buah kamar. Pangeran Ghalik bersama para pengiringnya yang
terdiri dari Hek Pek Siang-sat mengambil sebuah kamar yang besar, sedangkan Yo
Him memperoleh sebuah kamar dan Sasana pun sebuah kamar. Sedangkan ke enam
orang pahlawannya pangeran Ghalik memperoleh sebuah kamar juga. Mereka
bermaksud untuk bermalam satu malaman di kota ini untuk melepaskan lelah karena
besok menjelang fajar mereka segera akan melanjutkan perjalanan mereka.
Namun malam itu telah terjadi
suatu peristiwa. Waktu itu pangeran Ghalik dan Hek Pek Siang-sat belum lagi
tidur, dan mereka tengah merundingkan untuk menghadapi Tiat To Hoat-ong, jika
memang kelak mereka telah berdekatan dengan kota raja, karena pangeran Ghalik
yakin, Tiat To Hoat-ong pasti akan menempatkan orang-orangnya untuk menghadang
mereka di tengah jalan.
Waktu pangeran Ghalik tengah
membicarakan segala sesuatu rencananya itu untuk menghadapi Tiat To Hoat-ong,
di luar rumah penginapan terdengar suara tambur yang dipukul nyaring sekali.
Seorang pelayan telah mengetuk
pintu kamar pangeran Ghalik.
“Apakah toaya bisa
memberitahukan bersama kalian terdapat pangeran Ghalik?” pelayan itu bertanya
waktu Pek Siang-sat membuka pintu kamar.
Muka Pek Siang-sat jadi
berubah, dia terkejut dan heran pelayan itu mengetahui bersamanya ada pangeran
Ghalik.
“Siapa kau?” bentak Pek
Siang-sat sambil menjambak baju di dada si pelayan yang dicengkeramnya dengan
kuat. “Darimana kau mengetahui bersama kami ada pangeran Ghalik?”
“Ampun Toaya..... aku... aku
hanya diperintah oleh taijin di bawah itu...... Taijin itu mengaku dirinya
datang dari istana Kaisar di kotaraja mencari pangeran Ghalik.”
Muka Pek Siang-sat jadi
berubah, dia melepaskan cengkeramannya. Kemudian menutup pintu kamar melaporkan
segalanya pada pangeran Ghalik.
Pangeran Ghalik sendiri jadi
heran dan kaget. Heran karena adanya utusan Kaisar yang datang mencarinya,
sehingga dia ingin menduga apakah Kaisar telah menerima laporan Tiat To
Hoat-ong?
Dan juga dia kaget karena
menduga tentunya utusan Kaisar itu tidak mengandung maksud baik padanya. Jika
memang utusan Kaisar itu datang untuk menyambut dirinya atas perintah Kaisar,
jelas akan membawa pasukan dan penyambutan tidak dilakukan di rumah penginapan
seperti sekarang ini.
“Pergi kau tanyakan dulu siapa
pembesar yang menjadi utusan Kaisar!” kata pangeran Ghalik kemudian pada Pek
Siang-sat.
Pek Siang-sat mengiyakan,
segera dia meninggalkan kamar itu. Sedangkan Hek Siang-sat telah bersiap-siap
berdiri di samping pangeran Ghalik, untuk menjaga segala kemungkinan guna
melindungi junjungannya ini kalau terjadi hal yang tidak diinginkan.
Sedangkañ keenam pahlawannya
pangeran Ghalik telah mendengar ribut-ribut, segera keluar dari kamar mereka.
Dan juga mereka telah bersiap-siap berdiri di samping junjungan mereka. Untuk
menjaga suatu kemungkinan yang tidak mereka inginkan.
Pangeran Ghalik telah menoleh
kepada salah seorang pahlawannya itu, katanya: “Pergi kau memanggil Kuncu dan
Yo kongcu!”
Pahlawan itu mengiyakan, dia
pergi memanggil Sasana dan Yo Him, yang telah datang dengan cepat.
Belum lagi pangeran Ghalik
sampai menceritakan suatu apapun pada Sasana, Pek Siang-sat telah kembali
dengan wajah yang guram.
“Yang datang berkunjung Sim
Thaykam dari istana, pangeran!” melapor Pek Siang-sat.
Muka pangeran Ghalik berubah.
Sim Thaykam atau, orang kebiri she Sim itu, yang biasanya dipanggil dengan
sebutan Sim Kong-kong merupakan Thaykam yang selalu mendampingi kaisar dan juga
orang kepercayaan Kaisar. Sekarang thaykam itu menemuinya di rumah penginapan,
inilah urusan luar biasa dan jarang terjadi.
“Malah..... Sim Thaykam.....
membawa firman!” melapor Hek Siang-sat lebih jauh.
“Hmm membawa firman?” tanya
pangeran Ghalik yang perasaannya semakin tidak tenang.
Pek Siang-sat membenarkan.
“Sim Thaykam perintahkan agar
pangeran segera keluar menyambut firman!” kata Pek Siang-sat lebih jauh.
Pangeran Ghalik menghela
napas, kemudian dia menggumam: “Hmm, jika dilihat demikian, tentunya Tiat To
Hoat-ong telah mendahului kita tiba di kotaraja.....!” Tetapi pangeran Ghalik
dengan langkah lebar telah keluar dari kamar itu.
Ketika dia tiba di ruang
bawah, benar saja dilihatnya Sim Thaykam tengah berdiri megah dengan sikap yang
keagung-agungan, di pinggir kiri kanannya tampak dua orang Thaykam muda yang
masing-masing memegang sebuah tambur berukuran tidak begitu besar.
Pangeran Ghalik segera
menghampiri Thaykam itu, dia telah membungkukkan tubuhnya menjura kepada Sim
Thaykam, katanya: “Ada perintah apakah dari Kaisar sampai Sim Kong-kong
menemuiku ke mari?”
Tetapi muka Sim Thaykam tetap
dingin karena dia hanya memperlihatkan senyuman ketus dan matanya memandang
tajam sekali. Berbeda dengan sebelumnya, di mana Sim Thaykam sangat menghormati
pangeran Ghalik. Karena jika ingin dibanding-bandingkan, pangkat Sim Thaykam
tidak berarti banyak buat seorang pangeran yang memiliki kekuasaan yang sangat
besar terhadap angkatan Perang Mongolia seperti pangeran Ghalik.
“Apakah kau tidak mau segera
berlutut untuk menerima firman Kaisar?!” bentak Sim Thaykam dengan suara yang
dingin.
Tentu saja hal ini tidak
diduga oleh pangeran Ghalik, bahwa Sim Thaykam akan bersikap kurang ajar
seperti itu padanya.
“Hmm, menerima firman
Kaisar?!” tanya pangeran Ghalik dengan suara yang dingin juga tidak senang oleh
sikap Thaykam tersebut. “Baik! Mengenai penerimaan firman aku tentu mengetahui
caranya harus bagaimana, kukira tidak perlu Sim Kong-kong menjelaskan lagi kepadaku.....!
Tapi sekarang yang ingin kutanyakan kepada Sim Kong-kong, apakah demikian sikap
seorang Thaykam yang tengah berhadapan dengan seorang Panglima Terbesar dari
seluruh angkatan perang?”
Sim Thaykam memperdengarkan
suara mendengus dingin, katanya: “Panglima Terbesar dari seluruh angkatan?”
katanya dengan suara yang tawar sekali, dan berulang kali mendengus tertawa
dingin, baru kemudian melanjutkan perkataannya lagi, “Firman kaisar akan segera
dibaca, berlututlah!”
Membarengi dengan perkataan
Sim Thaykam, segera juga ke dua orang Thaykam muda berdiri di sisi kiri dan
kanan Sim Thaykam telah memukul tambur mereka, suaranya bertalu-talu nyaring
sekali.
Sedangkan Sim Thaykam telah
mengeluarkan segulungan kertas, diangkat tinggi-tinggi, teriaknya dengan suara
yang lantang: “Firman Kaisar akan segera dibacakan. Harap diterima sebagaimana
layaknya!”
Walaupun mendongkol dan gusar,
tokh pangeran Ghalik tidak berani main-main dengan firman Kaisar. Dia telah
menekuk ke dua kakinya berlutut untuk menerima Firman.
Segera juga Sim Thaykam telah
membacakan firman itu dengan suara yang nyaring!
“Kaisar telah memutuskan
seluruh kekuasaan yang berada di tangan Pangeran Ghalik diambil alih
keseluruhannya sampai persoalannya dapat diselesaikan. Dan pangeran Ghalik, diperintahkan
untuk segera menghadap ke istana.
Firman ini dikeluarkan untuk
menjaga keamanan negara dan jika pangeran Ghalik menolak firman ini akan segera
diambil tindakan yang jauh lebih tegas lagi.”
Lantang dan nyaring sekali
suara Thaykam itu, sedang tubuh pangeran Ghalik yang tengah berlutut itu
bergemetaran. Walau di dalam firman tersebut tidak disebut-sebut mengenai salah
dan dosanya pangeran tersebut, tapi jelas dengan dicopot seluruh kekuasaannya
oleh Kaisar, untuk selanjutnya dirinya akan mengalami peristiwa yang tidak
menyenangkan......!
Sim Thaykam waktu itu telah
berkala lagi: “Dan kami harap pangeran bersedia untuk ikut bersama kami tanpa
menimbulkan kerusuhan!”
Muka pangeran Ghalik berubah
pucat. Diapun mendongkol dan penasaran bukan main, karena seumur hidup dia
berjuang bersungguh-sungguh untuk negeri dan Kaisar, bahkan atas usahanya,
Mongolia kini pun telah berhasil menduduki Tiong-goan.
Semua itu merupakan jasanya
yang tidak kecil karena pangeran Ghalik berhasil untuk mengadu domba para
jago-jago daratan Tiong-goan disamping itupun berhasil mempengaruhi para
pembesar Kerajaan Song, sehingga mereka bersedia bekerja untuk Mongolia yang
akhirnya membawa keruntuhan untuk kerajaan Song tersebut.
Tapi sekarang, justru pangeran
Ghalik telah difitnah oleh Tiat To Hoat-ong, di mana Kaisar begitu saja
mengambil keputusan mempercayai laporan palsu Tiat To Hoat-ong. Betapa urusan
ini membuat pangeran Ghalik jadi penasaran bukan main.
Sim Thaykam yang melihat
pangeran Ghalik hanya berlutut berdiam diri dengan muka yang pucat, segera
berkata lagi: “Pangeran Ghalik, ini adalah perintah Kaisar engkau benar-benar
hendak membangkang?”
Pangeran Ghalik bangkit dengan
lesu, tanyanya: “Sesungguhnya Sim Kong-kong, apa dosa dan kesalahanku, sehingga
Kaisar mengeluarkan firman seperti itu....?”
“Itu akan kau ketahui jelas
jika telah bertemu dengan Kaisar..... sekarang kau harus ikut bersamaku untuk
kembali ke kotaraja.....!”
“Tunggu dulu Sim Kong-kong,
apakah memang Kong-kong dapat menjelaskan...... semua ini mungkin disebabkan
oleh Koksu yang telah kembali ke kota raja! Bukankah begitu?” kata pangeran
Ghalik lagi.
Sim Thaykam tersenyum tawar,
sikapnya sinis sekali, dia menyahuti, “Untuk urusan ini aku tidak mengetahuinya
dengan jelas, karena aku hanya menerima tugas untuk membawa firman dan untuk
itu harap pangeran mau memberi muka padaku, tidak mempersulit
kedudukanku.....!”
Pangeran Ghalik tersenyum
tawar kemudian tanyanya lagi, “Kalau memang ini menyangkut persoalan Tiat To
Hoat-ong, aku hendak menjelaskan kepada Kaisar semua duduk persoalannya.”
“Ya! Jika memang pangeran
Ghalik telah sampai di kotaraja, tentu kau dapat menjelaskan segala-galanya
kepada kaisar, karena itu sekarang harap bersedia untuk ikut bersama dengan
kami ke kotaraja!”
“Tapi tidak bisa dengan cara
seperti ini, di mana statusku sebagai tawanan!” kata Pangeran Ghalik.
“Pangeran......?”
Pangeran Ghalik menggelengkan
kepalanya perlahan, wajahnya muram sekali.
“Di dalam urusan ini
tersangkut penasaran, karena itu tak dapat aku menuruti begitu saja untuk ikut
ke kota raja bersama dengan Sim Kong-kong.....! Maafkan, bukan aku membangkang
terhadap firman Kaisar, namun aku sekarang tengah menuju ke kotaraja, dan aku
akan menghadap Kaisar, bukan sebagai tawanan! Jika memang Kaisar telah mendengar
seluruh keterangan dan laporanku, tentu Kaisar akan dapat mengambil kesimpulan
lain, bahwa apa yang telah dikeluarkan dalam firmannya adalah tidak
tepat.....!”
Muka Sim Thaykam jadi berubah.
“Pangeran Ghalik, kau berani
mencercah dan mempersalahkan Kaisar?” tanyanya dengan suara yang dingin, “Dan
itu engkau berani mengatakan tidak ingin menerima firman. Apakah engkau
menyadari dosa berat apa yang telah kau lakukan?!”
Pangeran Ghalik tersenyum
tawar, kemudian katanya, “Jika memang aku harus menghadap kepada Kaisar sebagi
tawanan, jelas aku tidak bersedia. Bukan membangkang. Tapi jika memang Kaisar
memerintahkan Sim Kong-kong untuk meñyambutku untuk bersama-sama menghadap
Kaisar, itu lain lagi urusannya! Terlebih lagi, aku tidak pernah melakukan
suatu pekerjaan yang bisa merugikan negeri dan Kaisar, aku merasa tidak dosa
apapun juga, maka dari itu, aku akan menghadap pada Kaisar sebagaimana
biasanya.
Muka Sim Thaykam berubah
merah, dia tertawa bergelak-gelak, kemudian dengan bengis dia bilang: “Pangeran
Ghalik, dengarlah! Dosamu telah bertambah dengan sikap membangkangmu ini!
Ketahuilah, memang Kaisar kita yang maha agung telah menduga akan terjadi hal
seperti ini, maka ketika akan berangkat, aku telah diberikan hak sepenuhnya
serta kekuasaan untuk menghadapi kejadian seperti sekarang ini, kalau memang
terjadi pembangkangan dari kau!”
Pangeran Ghalik telah berdiri
tegak.
“Telah berpuluh tahun aku
menjabat kedudukanku, pangkat dan kebesaran serta kekuasaan yang kumiliki,
kujalankan dengan baik di mana tugas yang diberikan oleh Kaisar selalu
kulaksanakan dengan sebaik mungkin! Tidak pernah satu kalipun aku berusaha
untuk membangkang atau memang memiliki pikiran untuk berkhianat maupun
memberontak! Tapi mengapa aku harus menerima perlakuan seperti ini? Mengapa?!”
Semakin lama suara pangeran Ghalik semakin meninggi.
Melihat ini Sim Kong-kong
telah tertawa dingin, tapi hatinya sesungguhnya jeri karena dia mengetahui
bahwa pangeran Ghalik memiliki kepandaian ilmu silat yang tinggi. Disamping itu
juga memang pangeran Ghalik masih memiliki kekuasaan yang besar dan pengaruh
yang tidak kecil pada angkatan perang Mongolia.
“Jika memang terjadi sesuatu
pada diri pangeran Ghalik, sehingga berita itu tersiar, jelas akan menimbulkan
kerusuhan di antara angkatan perang Mongolia, inilah yang tidak dikehendaki
oleh kaisar. Dan sebelum Sim Thaykam berangkat untuk membawa Firman, memang
telah dipesan agar mengundang pangeran Ghalik secara baik-baik, dan baru
mengambil tindakan kekerasan jika keadaan memaksa sekali.
“Pangeran Ghalik, soal dosa
dan kesalahan apa yang telah kau lakukan semua itu belum lagi jelas, sebab
itulah jika memang kau menghadap Kaisar, kemungkinan besar urusan ini bisa
diselesaikan......! Karena itu, janganlah pangeran menimbulkan kesulitan untuk
dirimu sendiri. Alangkah bijaksananya jika bersedia ikut bersama denganku
secara baik-baik!”
“Sim Kong-kong! Kau kembalilah
ke kotaraja dan sampaikan kepada Kaisar, dalam beberapa hari mendatang, akupun
akan segera menghadap pada Kaisar. Kukira, tidak perlu dengan cara pemanggilan
seperti ini, aku tidak akan menyingkirkan diri! Karena memang akupun memiliki
laporan yang penting untuk kaisar......!”
Muka Sim Thaykam jadi berubah
tak enak dilihat. Kemudian katanya dengan suara yang tawar: “Hmmm, jika memang
demikian, baiklah! Terpaksa aku tidak berani melanggar perintah yang diberikan
oleh kaisar. Aku harus kembali menghadap kaisar bersamamu!”
Waktu itu Sasana telah keluar
dari kamarnya, tanya si gadis dengan wajah berubah pucat ketika melihat Sim Thaykam,
“Ada apa, ayah?!”
Pangeran Ghalik telah
memandang sejenak pada puterinya, kemudian katanya perlahan: “Tiat To Hoat-ong
telah tiba lebih dulu di kotaraja. Inilah utusan Kaisar......”
Muka Sasana jadi berobah
semakin pucat, dia mengerti apa yang telah terjadi. Karenanya dia telah berkata
dengan suara tergagap: “Ayah ini..... ini......!”
“Kau kembalilah ke kamarmu.
Biarlah kuhadapi semua ini!” kata pangeran Ghalik.
“Tidak ayah! Kau harus dapat
menjumpai Kaisar. Jika memang êngkau harus ikut dengan Sim Kong-kong tentulah
perkaramu ini akan di tangani orang lain.....!”
“Akupun bukan hendak ikut
bersama Sim Kong-kong!” kata pangeran Ghalik, “Aku telah meminta pada Sim
Kong-kong, bahwa aku akan pergi sendiri menghadap pada Kaisar.
“Tapi ayah!”
Pangeran Ghalik tersenyum
getir, katanya, “Hemmmmm. engkau ingin mengatakan, begitu aku tiba di kota raja
tentu aku akan disergap dan ditawan oleh orang-orangnya Kaisar. Bukankah
begitu?!”
Sasana mengangguk.
“Ya...... sekarang urusan
telah menjadi lain lagi, ayah! Jika beberapa lama yang lalu, kita memang
bermaksud untuk ke kotaraja guna menghadap Kaisar. Jika memang keadaan telah
berubah jadi demikian, di mana Kaisar telah dipengaruhi Koksu, lalu tidakkah
sangat bahaya jika memang ayah tetap datang ke kotaraja untuk menghadap
Kaisar?”
Sim Kong-kong waktu itu telah
berkata dengan suara yang nyaring: “Pangeran Ghalik, apakah tetap kau tidak mau
turut serta dengan kami? Atau memang aku terpaksa harus memaksamu?!”
Pangeran Ghalik telah
tersenyum pahit, katanya: “Sim Kong-kong, seperti yang telah kukatakan, engkau
kembali ke kotaraja dan aku akan menyusul segera menghadap Kaisar. Percayalah
aku tidak akan melarikan diri.......!”
Namun Sim Thaykam telah telah
menggelengkan kepalanya, dia telah mendengus dingin ke dua tangannya
digerakkan, bertepuk tangan.
Dari luar penginapan tampak
masuk ke dalam puluhan tentara berpakaian lengkap, mereka semua memiliki tubuh
yang tinggi tegap dan juga memang merupakan pasukan istana Kaisar, di mana
mereka diperbantukan pada Sim Kong-kong.
Melihat itu, alis pangeran
Ghalik telah mengkerut dan telah memandang tajam, katanya dengan tawar. “Apakah
Sim Kong-kong memang bersungguh-sungguh hendak menangkapku??”
“Hmm, apakah perintah Kaisar
dapat dilalaikan?” sahut Sim Thaykam.
Waktu itu pangeran Ghalik
menyadari bahwa dirinya tidak mungkin bisa meloloskan diri lagi dari thaykam
ini, karena jika dia mengadakan perlawanan, berarti dirinya bisa dicap sebagai
pemberontak, dan untuk selanjutnya Kaisar lebih mempercayai kepada Koksu negara.
Karena itu dia telah mengawasi Sim Thaykam beberapa saat lamanya.
Sampai akhirnya dia telah
berkata dengan suara yang mengandung kedukaan: “Sim Kong-kong baiklah dari pada
timbul kerusuhan di sini aku ikut bersamamu ke kotaraja.”
Sasana terkejut mendengar
keputusan ayahnya.
“Ayah..... kau tidak boleh
ikut serta dengan mereka, karena engkau bisa dicelakai oleh mereka!” teriak
Sasana.
Pangeran Ghalik telah
merangkul puterinya katanya dengan suara yang perlahan mengandung kedukaan:
“Anakku pergilah kau kembali ke istana kita, kau nantikan aku. Jika memang aku
tidak ke rumah dalam waktu tiga bulan, untuk selanjutnya kau tidak perlu
memikirkan aku pula..... karena telah terjadi sesuatu yang tidak kita
inginkan.....! Tapi jika memang di waktu tiga bulan itu aku telah bisa
memberikan pengertian pada kaisar dengan laporan yang sebenarnya......!”
Sasana jadi menangis, air
matanya mengucur deras sekali. Dan di saat itu Yo Him yang juga telah keluar
dari kamarnya, melihat betapa ayah dan anak itu saling merangkul
bertangis-tangisan.
Pangeran Ghalik telah melirik
kepada Yo Him, lalu katanya: Yo kongcu, kutitipkan puteriku ini agar dapat kau
lindungi dengan baik!”
Sim Thaykam telah mendengarkan
suara tertawa dengan katanya tawar: “Oh, kiranya Yo kongcu yang merupakan
putera dari Sin-tiauw-tay-hiap Yo Ko berada bersama-sama dengan kalian dan
melakukan perjalanan bersama denganmu juga, pangeran Ghalik? Sungguh suatu
persahabatan yang akrab sekali..... sehingga engkaupun mempercayai puterimu
untuk dijaga baik oleh pemuda itu!”
Jelas kata Sim Thaykam itu
memang mengejek Yo Him dan terutama untuk memojokkan pangeran Ghalik.
Waktu itu sebagai seorang
pangeran yang telah lama berkecimpung dan juga memimpin angkatan perang
Mongolia, otak pangeran Ghalik telah bekerja cepat sekali. Segera ia berpikir,
dia telah melakukan suatu kesalahan yang paling besar sekali, karena bukankah
kelak Sim Thaykam bisa saja melaporkan kepada Kaisar bahwa dia menjalin
hubungan yang erat dengan Yo Him, puteranya Sin-tiauw-tay-hiap Yo Ko tapi semua
itu telah terjadi dan pangeran Ghalik hanya menghela napas saja.
“Mari kita berangkat pangeran
Ghalik!” ajak Sim Thaykam dengan suara yang tawar.
Pangeran Ghalik menghela
napas. Dia bersedia untuk ditawan oleh Sim Thaykam dan orang-orangnya untuk
dibawa ke kotaraja karena dia mengetahui, jika sampai terjadi pertempuran
antara Hek Pek Siang-sat dan para pahlawannya tentu akan jatuh korban.
Dan itu akan menambah buruknya
pandangan Kaisar padanya. Karena itulah, akhirnya dia memilih jalan mengalah
untuk ikut serta dengan Sim Thaykam untuk pergi ke kota raja menghadap Kaisar.
Hal itu juga menyangkut akan
keselamatan puterinya, jika sekarang ini pangeran Ghalik memberikan perlawanan,
untuk selanjutnya ia akan dicap sebagai pemberontak, dan tentu saja seluruh
keluarganya akan disapu bersih memperoleh hukuman juga. Dan Sasana pun tentu
tak akan terhindar dari hukuman mati juga.
Hek Pek Siang-sat mendengar
bahwa pangeran Ghalik bersedia untuk ikut bersama Sim Thaykam, segera melompat
ke samping pangeran.
Ke dua jago yang setia pada
pangeran Ghalik ini juga menyadari, memang junjungan mereka sulit sekali untuk
menolak firman Kaisar. Namun disamping itu karena Hek Pek Siang-sat mengetahui
junjungan mereka itu tengah mengalami peristiwa penasaran, mereka bersedia
untuk membela mati-matian pada pangeran ini.
Kala itu Hek Siang-sat telah
berkata dengan dingin pada Sim Thaykam: “Sim Kong-kong jika memang kau
mengetahui urusan yang sesungguhnya, tentu tidak demikian sikapmu......
junjungan kami memang benar-benar menerima urusan penasaran. Koksu telah
memfitnahnya!”
Tapi Sim Kong-kong telah
tertawa dingin katanya: “Aku hanya menjalankan tugas saja!”
“Hmm!” mendengus Pek
Siang-sat, “Jika memang pangeran memerintahkan kami untuk menerjang, jangankan
utusan Kaisar, sekalipun utusan Giam-lo-ong akan kami hadapi!” Setelah berkata
begitu Pek Siang-sat mendengus beberapa kali dengan sikap menantang sekali.
Sasana telah menghampiri Yo
Him katanya: “Yo kongcu, apa yang harus dilakukan?! Ayah tidak boleh dibiarkan
ikut bersama mereka......!”
“Benar nona, mereka adalah
utusan kaisar dan sesungguhnya mereka tentu hanya menjalankan tugas belaka.
Tapi di dalam persoalan ini, Kaisar telah dipengaruhi oleh Koksu sehingga
memiliki pandangan yang salah terhadap ayahmu......! Aku telah berjanji untuk
bantu melindungi ayahmu, dan ini merupakan tugasku...... Bagaimana kalau kita
melarikan ayahmu dengan jalan kekerasan saja?!”
“Tapi...... apakah kekuatan
kita cukup?!” tanya Sasana ragu-ragu. “Dan urusan ini bukan urusan biasa, juga
bukan urusan kecil. Sekali saja kita keliru mengambil langkah, berarti kita
akan bercelaka semua......!”
“Itu adalah urusan belakangan
yang perlu dipikirkan sekarang......! Yang terpenting kita harus memikirkan
bagaimana caranya agar dapat meloloskan diri dari orang-orang itu! Namun ingat,
kita tidak boleh melukai salah seorang di antara mereka, karena jika di antara
mereka ada yang terbinasa, tentu pandangan Kaisar terhadap diri ayahmu akan
tambah buruk lagi!”