Beruang Salju Bab 31 Koksu, Musuh Dalam Selimut

Beruang Salju Bab 31 Koksu, Musuh Dalam Selimut
31 Koksu, Musuh Dalam Selimut

Jelas bahwa Wie Liang Tocu memang sengaja mengejek Tiat To Hoat-ong.

Waktu itu napas Tiat To Hoat-ong telah memburu keras dan cepat, mukanya pun sebentar pucat sebentar merah. Dia merasa terdesak hebat sekali.

Namun mendengar ejekan Wie Liang Tocu, dia jadi murka bukan main. Dan Koksu negara ini jadi nekad. Dengan mengeluarkan suara bentakan, tahu-tahu dia mementang ke dua tangannya, dia telah mempergunakan seluruh sisa tenaganya, di mana dia bermaksud akan mengadu jiwa dengan Swat Tocu.

Di saat itu Swat Tocu telah mengeluarkan bentakan juga, karena dia telah menyerang dengan hebat sekali, dia pun memang tengah ingin merubuhkan Tiat To Hoat-ong pada jurus ini.

Hebat benturan dua kekuatan raksasa itu, yang satu mengandung hawa dingin bagaikan es juga satunya lagi tenaga dengan hawa panas melebihi api. Dan benturan itu menimbulkan suara yang menggelegar.

Semua orang yang menyaksikan itu jadi memandang tertegun, sebab kesudahannya benar-benar menakjubkan sekali.

Tubuh Tiat To Hoat-ong tidak tergeser dari tempatnya berdiri. Cuma saja di seluruh tubuhnya telah terlapis oleh lapisan es, yang lapisannya retak dan pecah, malah beberapa potong es telah berjatuhan ke lantai menimbulkan suara “ting, ting” yang cukup nyaring.

Swat Tocu sendiri memang masih berdiri di tempatnya. Namun sama sekali tidak bergerak. Sepasang matanya terpejamkan, karena waktu itulah dia merasakan dadanya sesak sekali dan hawa murninya tergoncang sekali sehingga dia menyadari bahwa tenaga dalamnya tergempur hebat.

Yang parah adalah keadaan Tiat To Hoat-ong. Setelah berdiri diam beberapa saat dengan tubuh yang diselubungi lapisan es itu, akhirnya rubuh kejengkang ke belakang dengan mengeluarkan suara keluhan pendek. Pendeta itu merangkak untuk duduk, lalu duduk bersemedhi mengatur pernapasannya.

Pendeta-pendeta Mongolia yang sejak tadi menyaksikan jalannya pertempuran itu dengan hati yang kebat-kebit berkuatir, dan beberapa kali gagal untuk menerjang maju memberikan bantuannya pada Tiat To Hoat-ong, telah melompat ke dekat Tiat To Hoat-ong untuk membantu Koksu itu dengan menempatkan telapak tangan mereka berlima di punggung Tiat To Hoat-ong. Mereka masing-masing telah mengempos lweekang yang mereka salurkan ke dalam tubuh Tiat To Hoat-ong.

Waktu itu sesungguhnya Tiat To Hoat-ong tengah tergempur tenaga dalamnya oleh tenaga inti es yang membuat ratusan jalan darah di tubuhnya membeku. Jika memang terlambat untuk membuka seluruh sumbatan dari jalan-jalan darah yang membeku itu, jika memang tidak menemui kematian tentu Tiat To Hoat-ong akan jadi bercacad seumur hidupnya. Namun berkat ke lima pendeta Mongolia yang menyalurkan lweekang mereka kepada Tiat To Hoat-ong, jalan darah yang membeku itu jadi bisa lancar kembali karena hawa panas dari gabungan para pendeta Mongolia itu banyak membantu semedhinya Tiat To Hoat-ong.

Swat Tocu sendiri setelah berdiri diam dengan sepasang mata terpejamkan itu, telah berhasil mengatur jalan pernapasannya yang menjadi lurus kembali. Dia membuka matanya dan berkata perlahan: “Ternyata memang cukup hebat tenagamu, pendeta gundul!”

Tiat To Hoat-ong tidak melayani perkataan Swat Tocu. Dia tetap duduk diam dengan sepasang mata terpejamkan mengerahkan seluruh sisa tenaganya, untuk mengatur pernapasannya dan mempergunakan tenaga Soboc nya, untuk menghangatkan tubuhnya agar jalan darah di sekujur tubuhnya yang telah membeku itu bisa beredar lancar kembali.

Sedangkan Swat Tocu telah tertawa bergelak-gelak, seakan-akan keadaan di sekitar tempat itu jadi tergetar oleh suara tertawa Swat Tocu, yang tertawa dengan disertai tenaga lweekangnya.

Sedangkan pangeran Ghalik yang melihat keadaan sudah sampai seperti itu, mengerling memberi isyarat kepada ke dua orang pengawalnya itu, yang hitam dan putih itu. Dan juga kepada belasan orang pahlawannya yang lain sehingga mereka yang mengetahui akan arti dari isyarat tersebut, telah melompat mengurung Swat Tocu.

Malah, orang yang bermuka hitam seperti pantat kuali itu, telah berkata dengan dingin: “Kami Hek Pek Siang-sat ingin meminta pengajaran dari kau, orang pandai!”

“Hmmm, Hek Pek Siang-sat? Dua orang jago dari Persia yang banyak disebut-sebut oleh sahabat-sahabat rimba persilatan?! Hem! Hem! Majulah, aku Swat Tocu tentu tidak akan mengecewakan harapan kalian.....!” Dan Swat Tocu walaupun tadi telah mempergunakan tenaga yang banyak sekali dan masih letih. Namun di waktu itu telah bersiap-siap untuk melakukan pertempuran lagi dengan Hek Pek Siang-sat.

Di kala itu Hek Pek Siang-sat telah saling memandang satu dengan yang lainnya, lalu Hek Pek Siang-sat telah berkata kepada belasan pahlawan pangeran Ghalik yang lainnya, “Biarlah kami berdua yang menghadapinya untuk meminta beberapa petunjuknya!”

Belasan orang pahlawan itu telah mengiyakan dan telah melompat mundur ke dekat pangeran Ghalik lagi.

Sedangkan Hek Pek Siang-sat telah bersiap-siap untuk bertempur. Di kala itu tampak Hek Pek Siangsiat mengeluarkan suara erangan, tubuh ke dua tergetar keras sekali, karena mereka tengah memusatkan dan mengempos semangat serta hawa murni mereka. Cepat sekali mereka telah menyalurkan hawa murni kepada telapak tangan masing-masing.

Sesungguhnya semangat Swat Tocu belum lagi terkumpul semua, karena waktu itu dia boleh dibilang belum berhasil untuk mengerahkan dan mempersatukan tenaga dalamnya yang tadi telah tergempur dan dipergunakan untuk merubuhkan Tiat To Hoat-ong. Namun sebagai tokoh persilatan yang memiliki nama sangat disegani setiap jago rimba persilatan, dengan sendirinya Swat Tocu tidak mau memperlihatkan kelemahannya, dia menerima tantangan Hek Pek Siang-sat.

Ke dua jago hitam dan putih itu memang merupakan jago-jago yang hebat sekali, memiliki latihan tenaga Yoga yang digabung dengan ilmu dari Barat, di mana mereka berasal dari Persia. Dan sudah cukup lama membantu pemerintah Mongolia terutama mereka bekerja di bawah perintah pangeran Ghalik. Mengenai Hek Pek Siang-sat ini bisa pembaca jumpai dalam Sin-tiauw-thian-lam.

Tetapi di saat Swat Tocu akan segera bertempur dengan Hek Pek Siang-sat, waktu itulah terdengar seseorang berseru: “Tahan......!”

Lalu tampak dua sosok bayangan yang melompat keluar dari balik batu gunung-gunungan yang tidak lain dari Sasana dan Yo Him. Mereka telah melompat ke dekat pangeran Ghalik.

Semula belasan orang pahlawannya pangeran Ghalik terkejut dan serentak mencabut senjata untuk melindungi pangeran Ghalik ketika ke dua sosok tubuh itu melompat ke dekat junjungan mereka. Namun setelah mengenali ke dua sosok tubuh itu tidak lain dari Sasana dan Yo Him, mereka telah memasukkan senjata tajam mereka ke dalam kerangkanya masing-masing.

“Ayah!” kata Sasana kepada pangeran Ghalik yang memandangi puterinya dengan heran. “Perintahkan Hek Pek Siang-sat Locianpwe agar mundur......!”

“Kenapa?” tanya pangeran Ghalik setelah tersadar dari tertegunnya.

“Swat Tocu secara tidak langsung telah membantu ayah mengapa harus dipersulit oleh ayah. Cepat perintahkan Hek Pek Siang-sat Locianpwe agar mundur. Nanti akan kujelaskan semuanya.....!”

Pangeran Ghalik bimbang sejenak namun akhirnya dia telah perintahkan Hek Pek Siang-sat agar kembali ke dekatnya.

Swat Tocu telah memperdengarkan suara tertawa dingin waktu Hek Pek Siang-sat menarik diri ke dekat pangeran Ghalik pula.

“Ayah! Koksu telah berserikat dengan beberapa orang pahlawan ayah yang berkhianat, mereka adalah......!” tetapi baru saja Sasana berkata sampai di situ telah terdengar seseorang berseru dengan suara yang nyaring, “Dusta! Dusta!”

Itulah suaranya Tiat To Hoat-ong, yang telah membuka ke dua matanya dan melompat berdiri, walaupun mukanya masih pucat namun seluruh jalan darahnya telah terbuka dan darah bisa beredar kembali dengan lancar. “Semua yag dikatakan itu dusta pangeran.....! Dan tadi telah menyusup ke mari Tocu keparat itu. Dia berusaha untuk mencelakai pangeran. Namun telah kepergok denganku, maka niatnya itu jadi gagal, di mana kami jadi bertempur!”

Sasana tertawa dingin.

“Semua rencana busukmu telah siang-siang diketahui oleh ayah!! Mengapa engkau harus pengecut seperti itu. Tak tahu malu, berusaha untuk memungkirinya?”

Mendengar ejekan Sasana, muka Tiat To Hoat-ong jadi berobah merah padam, katanya: “Lalu apa yang diinginkan Kuncu?”

“Tidak banyak, hanya menghendaki pengakuanmu yang jujur, Koksu! Bukankah kau berusaha untuk menindih pengaruh ayah dan juga akan melontarkan finah yang keji kepada ayah? Hmm, tidakkah kau mengakui semua itu?”

Muka Tiat To Hoat-ong tambah merah padam, dan belum lagi dia sempat menyahut, waktu itu Sasana telah berkata lagi: “Dan di kamar rahasia itu terdapat Liong Tie Siang, Lengky Lumi dan Gochin Talu serta beberapa orang pahlawan ayah yang telah berkhianat itu!”

Rupanya Tiat To Hoat-ong terdesak oleh kata-kata Sasana, akhirnya dia jadi nekad. “Kuncu, di sini aku yang memegang kekuasaan keamanan pangeran dan seluruh penghuni istana, tak mungkin aku hendak mencelakai pangeran. Jika memang aku memiliki niat tidak baik, mengapa aku harus milih bertempur dengan manusia keparat itu untuk berusaha membekuknya? Hemm, Kuncu kau telah bicara dengan memutar lidah...... sesungguhnya...... sesungguhnya.....!”

“Sesungguhnya, sesungguhnya apa?” bentak Sasana berani sekali. “Justru waktu Swat Tocu Locianpwe itu tiba di sini, kalian tengah berunding untuk melakukan sesuatu yang bisa mencelakai ayahku! Nah sekarang mari kita mendengar keterangan Swat Tocu. Karena sebelum bertempur dengan kau, kebetulan sekali Swat Tocu juga telah mendengar perihal rencana jahat kalian!”

Muka Tiat To Hoat-ong sebentar merah. Dia gusar bercampur penasaran namun, dia juga tidak berdaya dalam keadaannya seperti itu. Maka dia hanya berdiam diri.

Sasana telah menoleh kepada Swat Tocu, tanyanya dengan suara nyaring disertai senyumnya, “Swat Tocu Locianpwe. Bukankah apa yang kukatakan tadi itu memang benar dan tidak ada sepatah kata yang kutambahi atau kukurangi?”

Swat Tocu mengangguk sambil memperdengarkan tertawa dinginnya. ”Memang benar si gundul itu tengah merencanakan sesuatu bersama kawan-kawannya untuk mencelakai junjungannya! Tetapi aku tak mau mencampuri urusan ini dan aku hanya ingin menguji kepandaian si gundul itu saja!”

Muka pangeran Ghalik berobah walaupun tadi dia telah mendengar segala sesuatunya dari Sasana puterinya tokh pangeran Ghalik masih bertanya, “Koksu benarkah apa yang dikatakan oleh puteriku?”

Tiat To Hoat-ong tidak menyahuti hanya matanya memandang dengan bengis kepada Sasana. Kemudian baru menyahuti pertanyaan Pangeran Ghalik: “Jika memang benar apa yang dikatakan puterimu, mengapa aku harus takut mengakuinya? Hmm, terserah kepadamu. Kau ingin mempercayai perkataannya itu atau tidak terserah kepadamu! Besok aku akan pulang ke kota raja dan akan kulaporkan segala sesuatunya yang terjadi di sini dengan sebenarnya......!”

Pangeran Ghalik menghela napas.

“Koksu, ada sesuatu yang tidak dimengerti olehku,” kata pangeran itu. “Mengapa Koksu bermaksud untuk mencelakaiku, malah menurut laporan-laporan yang masuk padaku menyatakan bahwa Koksu bermaksud melemparkan fitnah kepadaku yang akan meruntuhkan kedudukanku ini, yaitu dengan memberikan laporan-laporan yang tidak benar kepada Kaisar!”

Muka Tiat To Hoat-ong berobah semakin tidak enak dipandang, sampai akhirnya dia berkata, “Jika memang pangeran mempercayai segala omongan kosong dari puterimu itu dan aku tidak bisa bilang sesuatu apapun juga! Terserah kepada pangeran! Jika memang pangeran menuduh aku bermaksud melakukan sesuatu yang tidak baik untuk kedudukanmu, akupun tidak bisa membantahnya, karena percuma saja dan akan sia-sia belaka kalau tokh aku bermaksud untuk membantahnya!”

“Hemm!” mendengus pangeran Ghalik, “Tetapi apa maksud Koksu dengan selalu sering mengadakan perundingan-perundingan dengan beberapa orang tertentu, seperti Lengky Lumi, Gochin Talu dan Liong Tie Siang? Begitu juga dengan beberapa orang pahlawan lainnya yang telah ikut berunding dengan Koksu dan kabarnya mereka telah berdiri di pihak Koksu untuk menentangku! Benarkah itu? Coba Koksu jelaskan agar persoalan menjadi jelas......!”

Tiat To Hoat-ong tampak gusar bukan main namun dalam keadaan seperti itu jelas dia tidak bisa berbuat sesuatu terlebih lagi dengan pangeran Ghalik ada pahlawan-pahlawan pilihan, seperti Hek Pek Siang-sat dan di situ juga terdapat Swat Tocu. Maka akhirnya Tiat To Hoat-ong hanya menyahuti,

“Sesungguhnya aku tengah berunding dengan mereka mengenai keamanan di istana ini, karena setelah aku berangkat ke kota raja bukankah tampuk pimpinan di sini akan dipegang oleh Gochin Talu! Aku tengah memberikan petunjuk-petunjuk pada mereka sepeninggal aku ke kota raja agar mereka dapat mengadakan pengawalan yang ketat dan rapi untuk keselamatan pangeran juga?”

Pangeran Ghalik telah menghela napas beberapa kali. Baru saja dia ingin berkata, saat itu tampak Yo Him telah melompat ke dekat Wie Liang Tocu.

Waktu itu memang Wie Liang Tocu tengah memandang bengong kepada Yo Him.

Sejak Yo Him muncul berdua dengan Sasana dari tempat persembunyian mereka, pengemis tersebut telah mengawasi tertegun seperti juga dia kenal dengan Yo Him, sampai akhirnya Yo Him telah melompat ke dekatnya sambil berseru: “Toako!”

“Ahh benar-benar kau, Yo hiante!” berseru Wie Tocu. Ke duanya telah saling rangkul dan berpelukan melepaskan rindu.

“Telah lama sekali kita berpisah dan tidak bertemu. Ternyata sekarang engkau telah menjadi pemuda yang gagah dan tampan sekali!” Kata Wie Liang Tocu dengan senyum lebarnya. “Bagaimana? Apakah kau telah bertemu dengan ayahmu?”

Yo Him mengangguk.

“Ya, Toako!” sahutnya. “Malah aku telah bertemu dengan mereka berkumpul beberapa lamanya.”

“Mengapa kau berada di sini, Yo Hiante?” tanya Wie Liang Tocu lagi.

“Inilah urusan yang panjang sekali ceritanya, Wie Toako! Nanti setelah persoalan Koksu itu selesai baru kita bicarakan lagi persoalan tersebut. Dan tentunya Toako pun memiliki urusan yang penting datang ke mari?”

“Ya, mencari seseorang sahabat kami....., seorang Kay-pang yang telah lenyap....., kabarnya berada di sini!” menyahuti Toako itu yang mendadak mukanya jadi guram.

“Siapakah orang yang Toako cari itu?” tanya Yo Him ingin mengetahui.

Wie Liang Tocu tidak segera menyahuti. Hanya matanya telah mencilak melirik ke arah pangeran Ghalik: “Sejak dulu waktu kau masih kecil. Orang-orang rimba persilatan di daratan Tiong-goan telah diacak-acak dan diadu domba oleh dia!” Dan tangan Wie Liang Tocu telah menunjuk kepada pangeran Ghalik.

“Dan sampai sekarang diapun masih tetap dengan usahanya yang ingin menimbulkan kekacauan. Dan tak segan-segan satu dengan yang lain juga di daratan Tiong-goan yang tidak berhasil dibujuknya untuk bekerja di bawah kekuasaan Kaisarnya, telah diadu domba, agar jago-jago daratan Tiong-goan menjadi lemah dan di waktu itulah akan ditumpas olehnya......!”

Berkata sampai di situ Wie Liang Tocu telah berhenti sejenak. Kemudian baru meneruskan perkataannya lagi: “Dan Kay-pang juga tidak terlepas dari tipu busuknya itu. Di mana dia mengutus beberapa orang kepercayaan untuk menyusup ke dalam Kay-pang. Menjadi anggota kami, dan akan selalu mengadakan pemberontakan di berbagai Kay-pang cabang daerah, sehingga selama puluhan tahun ini Kay-pang menjadi kacau balau. Ada yang berusaha untuk meruntuhkan perkumpulan kami itu.

“Hemm, semula kami tidak mengetahuinya. Namun setelah menyelidiki dengan seksama, rupanya memang semua itu hasil perbuatan dari dia itu!” Yang dimaksudkan oleh Wi Liang Tocu dengan perkataan “dia” itu adalah pangeran Ghalik.

Pangeran Ghalik mendengar perkataan Wie Liang Tocu telah melirik kepada Hek Pek Siang-sat, maksudnya agar orang-orangnya itu berwaspada.

Sedangkan Wie Liang Tocu telah melanjutkan perkataannya: “Sesungguhnya usiaku telah lanjut, dan akupun tidak lama lagi tentu akan masuk liang kubur. Tapi dalam hal ini, aku tentu harus dapat menyelesaikan persoalan yang terjadi di Kay-pang. Karena itu walaupun hatiku sesunggguhnya berat sekali harus kembali berkecimpung dalam Kang-ouw, tokh keselamatan Kay-pang lebih penting. Terlebih lagi akhir-akhir ini kami menerima laporan bahwa salah seorang anggota kami berada di tangan pangeran busuk itu yang ditawannya......!”

“Siapa orang Kay-pang itu, Toako?” tanya Yo Him tidak sabar.

“Dia Liu Ong Kiang bergelar Sin-bok-koay-kay, Pengemis Aneh Berkayu Sakti!” sahut toako itu.

“Oh, kiranya Liu Ong Kiang Locianpwe!” kata Yo Him Sambil tertawa. “Memang Liu Locianpwe berada bersama-sama denganku, Toako! Jangan kuatir kesehatannya baik dan dia tidak mengalami sesuatu apapun juga!”

Wie Liang Tocu tampak terkejut bercampur girang.

“Benarkah Yo Hiante?” tanyanya kemudian sambil mencekal tangan Yo Him. “Ahh.....! Di mana sekarang adanya Liu Ong Kiang?”

“Dia berada di tempat yang aman, Toako tidak perlu kuatir tentang keselamatannya! Sekarang yang terpenting kita lihat penyelesaian yang bagaimana akan dilakukan pangeran itu terhadap Koksu yang ingin mengkhianatinya?”

Wie Liang Tocu telah mengangguk saja sambil tersenyum. Kemudian melirik kepada pangeran Ghalik dan memperdengarkan suara tertawa dinginnya beberapa kali.

“Hmm Hmm!” waktu itu Tiat To Hoat-ong juga telah mendengus “Bagus! Rupanya pangeran telah mengundang ke istana manusia-manusia berandalan dan pengemis busuk seperti itu!”

“Mereka bukan diundang olehku!” kata pangeran Ghalik cepat.

“Baiklah! Memang bagus juga, dengan berkumpulnya mereka di sini manusia-manusia yang menjadi musuh kerajaan tentu pangeran memang mengandung maksud-maksud tertentu! Tetapi kuharap saja tidak benar dugaanku, bahwa pangeran memiliki maksud tertentu ingin memberontak terhadap kaisar!” Dan setelah berkata begitu, Tiat To Hoat-ong mendengus tertawa dingin beberapa kali lagi.

Muka pangeran Ghalik berobah. Dia memandang mendelik pada Tiat To Hoat-ong dengan sorot mata yang tajam lalu katanya: “Koksu, kau jangan bicara sembarangan! Justru aku datang ke sini karena mendengar keributan di sini sedangkan dengan mereka aku sama sekali tidak memiliki hubungan apapun juga.”

Namun Tiat To Hoat-ong telah tertawa dingin.

“Lihatlah betapa mesranya hubungan Kuncu dengan pemuda she Yo itu. Mungkin juga pangeran memang mengandung maksud untuk berbesan dengan Sin-tiauw-tay-hiap Yo Ko? Syukur jika memang dugaanku tidak benar!”

Mata pangeran Ghalik jadi bertambah semakin merah padam di mana dia telah berkata dengan murka: “Koksu, kau terlalu lancang sekali. Baiklah, perlu kujelaskan di sini bahwa telah lama aku mengawasi gerak-gerikmu Koksu, terutama sekali dengan rencana jahatmu yang ingin meruntuhkan kedudukanku! Mengenai maksudmu yang hendak melontarkan fitnah padaku kepada Kaisar, itupun telah kuketahui......!”

Namun Tiat To Hoat-ong tidak mau kalah bicara, dia telah bilang dengan suara yang nyaring: “Pangeran! Justru menurut apa yang kusaksikan di sini, dan juga menurut laporan-laporan dari orang-orangmu seperti Lengky Lumi, Gochin Talu dan Liong Tie Siang, begitu juga dengan beberapa pahlawanmu yang lainnya di mana mereka bersedia memberikan kesaksian mereka apa yang dilihat dan juga apa yang dilakukan oleh pangeran selama ini yang hendak berserikat dengan para jago-jago Tiong-goan, untuk melakukan sesuatu yang merugikan kedudukan Kaisar......!”

Bukan main gusarnya pangeran Ghalik, karena sudah jelas Tiat To Hoat-ong yang hendak meruntuhkan kedudukannya dan menindih pengaruhnya dengan mempengaruhi pahlawan-pahlawannya. Namun sekarang justru Koksu itu telah melemparkan fitnahnya yang menyatakan pangeran Ghalik ingin memberontak pada Kaisar mereka. Inilah tuduhan tidak bisa diterimanya.

Baru saja dia ingin membentaknya, di saat itulah terdengar Tiat To Hoat-ong telah berteriak dengan suara yang nyaring: “Keluarlah kalian....., mari kita buka kartu di hadapan pangeran!”

Segera dari balik batu gunung-gunung itu telah melangkah keluar beberapa orang ternyata mereka adalah Lengky Lumi, Gochin Talu dan Liong Tie Siang serta beberapa orang pahlawan lainnya.

“Nah, mereka telah berada di sini!” kata Tiat To Hoat-ong dengan suara yang nyaring. “Dan merekapun bersedia untuk memberikan kesaksian mereka mengenai apa yang mereka ketahui perihal maksud dan apa yang telah dilakukan oleh pangeran.”

Kemudian Tiat To Hoat-ong telah menoleh kepada Lengky Lumi, katanya: “Lengky Lumi, sekarang coba kau katakan apa yang telah kau laporkan kepadaku!”

Lengky Lumi, Gochin Talu, Liong Tie Siang dan yang lainnya waktu berdiam di ruangan rahasia itu telah mendengar semua percakapan Tiat To Hoat-ong dengan pangeran Ghalik, maka sekarang Lengky Lumi diperintahkan seperti itu oleh Tiat To Hoat-ong maka segera dia mengerti apa yang diinginkan oleh Koksu tersebut. Dia dengan lancar telah berkata dengan suara yang nyaring,

“Pangeran Ghalik telah berusaha untuk mengadakan kontak dengan jago-jago daratan Tiong-goan yang pernah membantu kerajaan Song melawan raja kita! Dan Pangeran Ghalik juga merencanakan agar semua jago-jago daratan Tiong-goan, yang menjadi musuh kerajaan kita itu untuk mengganggu keagungan dan keangkeran Kaisar kita.....

“Itulah rencana busuk. Kami tidak berani mencegahnya, kamipun tidak berani memberikan saran, karena jika kami mencegahnya, tentu pangeran akan turun tangan bengis pada kami, maka jalan satu-satunya yang ada pada kami karena tidak rela jika pangeran Ghalik dengan maksudnya untuk mengganggu kewibawaan dan keangkeran Kaisar kita, kami hanya bisa memberikan laporan selengkapnya kepada Koksu negara agar bisa disampaikan kepada Kaisar.....!

“Itulah yang telah membuat kamipun meninggalkan pangeran Ghalik. Jadi kami bukan berkhianat atau coba-coba berontak padanya, namun demi kewibawaan dan keangkeran Kaisar, untuk keselamatan Kaisar juga, kami rela dicap sebagai pemberontak oleh pangeran Ghalik! Namun kami yakin bahwa Kaisar kami seorang yang biijaksana, tentu Kaisar lebih mengetahui segalanya dengan baik!”

DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar