28 Bibit Perpecahan Pejabat Mongol
Muka pangeran Ghalik berobah,
dia memandang heran pada Tiat To Hoat-ong beberapa saat lamanya, sampai
akhirnya mengangguk perlahan: “Benar....! Memang semua itu atas ijinku!”
Muka Tiat T’o Hoat-ong berobah
merah, tampaknya dia tidak puas. Lalu katanya: “Tetapi pangeran, bukankah orang
she Yo itu merupakan tawanan penting, dari dia kita bisa memperoleh
keterangan-keterangan penting yang kita butuhkan mengenai keadaan orang-orang
yang pernah membantu kerajaan Song yang telah runtuh itu? Dengan dilepasnya
mereka, jelas hal ini akan mempersulit kita juga......!”
Pangeran Ghalik tidak segera
menyahuti, dia telah bangun dari duduknya, berjalan perlahan-lahan ke arah
jendelanya. Lama dia memandang keluar jendelanya, mengawasi kegelapan malam.
Waktu itu otaknya tengah bekerja keras. Karena sebelum Tiat To Hoat-ong datang
menghadap, sore tadi memang Sasana pernah mengungkapkan pada ayahnya ini, bahwa
Tiat To Hoat-ong tengah menyusun suatu kekuatan untuk menindih pengaruh pangeran
tersebut. Bahkan Sasana telah menceritakan segala apa yang telah dilakukan oleh
Tiat To Hoat-ong.
Hanya saja Sasana waktu itu
mengatakan, dia belum begitu jelas siapa-siapa saja yang benar-benar berada di
pihak Tiat To Hoat-ong, dan belum lagi bisa memastikan pahlawan-pahlawan
pangeran Ghalik yang mana-mana saja yang telah berpihak pada Koksu tersebut.
Sasana hanya meminta perhatian ayahnya, agar lebih waspada menghadapi Koksu
tersebut.
Kini Koksu itu menyampaikan
laporan mengenai sepak terjang puterinya itu. Dan pangeran Ghalik yakin tentu
Sasana memiliki rencana sendiri. Sebab itu, walaupun dia tidak pernah
mengijinkan Sasana untuk membebaskan Yo Him dan yang lainnya, tokh dia telah
mombenarkan pertanyaan Tiat To Hoat-ong itu.
“Pangeran.....!” panggil Tiat
To Hoat-ong tambah tidak senang, tampaknya dia mulai tidak sabar.
“Sesungguhnya, aku memang harus tahu diri, bahwa disini aku hanya bawahan
pangeran, seluruh kekuasaan mutlak berada di tangan pangeran. Aku hanya seorang
Koksu negara, dan hanya dapat memberikan nasehat-nasehat kepada Kaisar kita.
“Namun, disini pula letak
ketidak mengertianku. Jika memang orang she Yo dan kawan-kawannya itu, malah
termasuk juga orang she Wang yang kita duga menyimpan peta tempat penyimpanan
harta karun bekas kaisar Song itu, dilepaskan begitu saja, bukankah pangeran
pun akan mempersulit kedudukanku? Laporan apa yang harus kuberikan kepada
Kaisar? Dan apa yang harus kujelaskan jika memang Kaisar menanyakan perihal
diri orang she Wang itu, yang memang tidak mau mengatakan di mana beradanya
peta tempat penyimpanan harta karunnya bekas raja Song itu?”
Pangeran Ghalik telah menghela
napas, dia memutar tubuhnya, mengawasi Tiat To Hoat-ong dengan sorot mata yang
tajam, katanya, “Koksu, seperti yang telah kupesankan kemarin, di mana sebelum
tertundanya keberangkatan Koksu ke kotaraja untuk memberikan laporan kepada
Kaisar, aku telah menitipkan laporan-laporan yang terperinci mengenai kegiatan
kita paling akhir ini, bukan?!”
Tiat To Hoat-ong hanya
mengangguk.
“Dan kukira dalam laporan
tersebut telah dijelaskan keseluruhannya! Mengenai orang she Yo dan beberapa
orang temannya itu, yang sengaja kubiarkan untuk meninggalkan istana, hanyalah
merupakan pancingan belaka. Itu adalah kebijaksanaanku, untuk melempar umpan
memperoleh hasil yang kita harapkan! Nanti akan kujelaskan kepada Koksu jika
memang Koksu telah kembali dari kotaraja!”
Tetapi Tiat To Hoat-ong tidak
puas, dia masih bertanya juga: “Tentang peraturan yang melarang siapapun
meninggalkan istana tanpa membawa surat ijin keluar, apakah masih berlaku?!”
Pangeran Ghalik mengangguk.
“Ya,” sahutnya, “Memang
peraturan itu masih tetap berlaku, tidak bisa siapapun sembarangan keluar
meninggalkan istana.”
“Tapi pangeran, kukira hal itu
masih kurang sempurna. Ada saran yang hendak kusampaikan kepada pangeran, entah
dapat atau tidak kukatakan?!”
“Katakanlah, apa saran Koksu?”
“Menurut pendapatku, alangkah
lebih baik dan bijaksana jika ijin keluar istana dikeluarkan oleh Gochin Talu
yang akan memegang tugas menggantikan diriku selama pergi ke kota raja. Karena
dengan Gochin Talu yang mengeluarkan surat ijin keluar itu, berarti segalanya
bisa diatur lebih baik dan teliti. Sedangkan pangeran, tidak selamanya berada
di istana, bukankah sewaktu-waktu akan berada di luar istana untuk satu urusan
yang mendadak? Mungkin kesempatan seperti itu akan dipergunakan oleh
orang-orang tertentu untuk melakukan sesuatu yang tidak kita inginkan!”
“Saran yang baik, akan
kupertimbangkan dulu beberapa hari, walaupun nanti Koksu telah berangkat, jika
memang kukira saran itu sempurna dan baik, tentu kekuasaan penuh akan kuberikan
pada Go-chin Talu!” menyahuti pangeran Ghalik.
Tiat To Hoat-ong sesungguhnya
masih ingin menyatakan ketidak puasan hatinya, namun melihat sikap pangeran
Ghalik yang telah memperlihatkan sikap seperti meminta dia meninggalkan
ruangan, Koksu itu telah memberi hormat dengan membungkukkan sedikit tubuhnya,
lalu berlalu.
Seperginya Tiat To Hoat-ong,
pangeran Ghalik telah berjalan mundar-mandir dalam kamarnya dengan sepasang
alis yang mengkerut. Tampaknya banyak sekali persoalan yang belum dapat
dipecahkan. Sampai akhirnya pangeran Ghalik telah memanggil Liong Tie Siang,
yang diperintahkan untuk memanggil Sasana, agar segera menghadap padanya.
Liong Tie Siang segera berlalu
untuk melaksanakan tugasnya. Namun dalam perjalanan ke istananya Sasana, puteri
pangeran tersebut, Liong Tie Siang telah singgah di tempat Tiat To Hoat-ong,
memberitahukan bahwa Kuncu Sasana dipanggil menghadap pangeran Ghalik. Tiat To
Hoat-ong hanya berpesan pada Liong Tie Siang agar benar-benar mengikuti
pembicaraan mereka.
Kuncu Sasana waktu mengetahui
dirinya dipanggil ayahnya, segera bisa menduga bahwa panggilan itu ada
hubungannya dengan peristiwa tadi, di mana dia gagal mengeluarkan “tawanan”
istimewa ayahnya. Tetapi Sasana cepat-cepat menghadap ayahnya.
Pangeran Ghalik telah
memperhatikan puterinya tajam sekali waktu Sasana telah duduk dihadapannya, di
kamarnya. Baru kemudian katanya: “Sasana, segala yang kau lakukan memang demi
kebaikan ayah. Ayahpun yakin, engkau tentu telah menyusun segala sesuatunya
untuk menghadapi maksud jahat Tiat To Hoat-ong, seperti apa yang pernah kau
ceritakan kepadaku. Tapi mengenai maksudmu membebaskan beberapa orang tawanan
kita itu, inilah yang tidak dimengerti olehku.....! Tadi Koksu telah menghadap
padaku, menceritakan segalanya, di mana dia telah melarang tawanan-tawanan itu
meninggalkan istana!”
Sasana tersenyum, katanya:
“Ayah, seperti yang pernah kulaporkan, bahwa Tiat To Hoat-ong memang bukan
manusia baik-baik. Koksu mengandung maksud yang paling buruk untukmu! Seperti
juga ditangguhkannya keberangkatan Koksu ke kota raja, ini merupakan sesuatu
yang mencurigakan sekali.
“Kulihat, dia sehat dan segar
bugar, tidak ada penyakit yang mengendap padanya. Namun dengan alasan sakit dan
kesehatannya itu terganggu, dia menangguhkan keberangkatannya ke kota raja!
Mengenai maksudku yang ingin membebaskan tawanan-tawanan itu, hal itu bukanlah
urusan yang terlalu penting......!”
Pangeran Ghalik telah
memandang puterinya dengan sinar mata yang tajam, sampai akhirnya dia bilang:
“Coba kau jelaskan duduk persoalannya yang sesungguhnya, agar ayah bisa
mengetahuinya dengan jelas dan jika memang perlu, ayah dapat mengambil tindakan
yang seperlunya!”
Sasana mengangguk. Dia segera
menceritakan kepada ayahnya mengenai maksud buruk Tiat To Hoat-ong, yang telah
memupuk suatu kekuatan, yang hendak menindih pengaruh pangeran Ghalik. Bahkan
juga mengenai pahlawan-pahlawan dari pangeran Ghalik yang telah berbalik untuk
tunduk pada Tiat To Hoat-ong, yang sebagian, dari mereka telah bersedia menjadi
kaki tangannya Koksu itu. Karena itu Sasana juga menegaskan, agar ayahnya itu
lebih berhati-hati terhadap para pahlawannya itu, yang kekemungkinan bukannya
semata-mata mengawasi keselamatannya, bahkan akan menjadi duri atau musuh dalam
selimut.
Setelah mendengar jelas cerita
Sasana mengenai maksud Tiat To Hoat-ong, yang juga ingin memfitnahnya pada
Kaisar, pangeran Ghalik jadi murka bukan main. Namun dia seorang pangeran yang
ulung dan cerdik, tidak mau pangeran itu mengambil tindakan yang tergesa-gesa.
Bahkan dalam waktu sesingkat itu, dia ingin segera mengadakan pembersihan dalam
pasukan pahlawannya. Bukankah dalam satu-dua hari lagi Tiat To Hoat-ong akan
pergi ke kota raja, dan dalam kesempatan itulah pangeran Ghalik akan bertindak.
Sasana juga telah menceritakan
tentang jual-beli yang dilakukannya dengan Yo Him. “Kawan-kawan orang she Yo
itu bukanlah manusia-manusia yang berarti, mereka pun tidak terlalu penting,
hanya Wang Put Liong seorang saja yang tetap harus kita perhatikan. Walaupun
anak ingin membebaskan mereka, tokh aku telah memerintahkan beberapa orang
kepercayaanku untuk mengikuti terus orang she Wang itu. Malah jika ada
kesempatan, maka orang she Wang itu akan ditawan lagi, tetapi itulah dilakukan
di tengah perjalanan, kemudian ditahan di suatu tempat, sehingga orang she Yo
tersebut sama sekali tidak mengetahui!
“Kepandaian orang she Yo itu
liehay, dia putera Sin-tiauw-tay-hiap Yo Ko, juga telah mewarisi kepandaian ke
dua orang tuanya, juga tokoh-tokoh persilatan lainnya telah menurunkan ilmunya
padanya. Dengan demikian dia merupakan tenaga yang cukup penting buat kita, di
mana dapat kita pergunakan untuk menghadapi Koksu.
“Memang aku bisa meminta
bantuan guruku, mungkin ilmu guruku itu luar biasa dan di atas dari kepandaian
orang she Yo, namun dia seorang yang luar biasa. Adatnya pun ku-koay sekali.
Sedangkan namanya saja dilarang tidak boleh kusebutkan pada siapapun juga,
begitu juga halnya pada ayah, tidak boleh kuberitahukan perihal dari guruku
itu......! Tetapi ayah, jika memang waktunya telah tiba dan keadaan benar-benar
genting sekali, terpaksa aku akan memohonnya juga, agar guruku itu bersedia
untuk membantu kita......!”
Pangeran Ghalik telah mengelah
napas dalam-dalam, kemudian katanya: “Baiklah Sasana, keteranganmu telah cukup,
kau boleh kembali ke tempatmu!”
Puteri itu memberi hormat pada
ayahnya dan mengundurkan diri. Sedangkan pangeran Ghalik telah berpikir keras
untuk mencari jalan yang tepat menghadapi Tiat To Hoat-ong Koksu, secara yang
di luar tampaknya tunduk padanya, di dalam memiliki maksud busuk yang ingin
menindih pengaruhnya, bahkan hendak memfitnahnya pada Kaisar.
Inilah urusan yang tidak boleh
dipandang remeh, walaupun Kaisar tidak akan begitu saja mempercayai keterangan
Koksu tersebut, namun sedikit banyak akan mempengaruhi juga pandangan Kaisar
terhadapnya. Dan jika memang kebetulan terjadi dia melakukan suatu kesalahan,
ditimpali dengan fitnah dari Koksu tersebut, jelas akan membuat kedudukannya
terjepit.....
Tapi tanpa disadari oleh
pangeran Ghalik bahwa seluruh percakapannya dengan Sasana telah diketahui oleh
Tiat To Hoat-ong yang menerima laporan dari Liong Tie Siang.......
◄Y►
Yo Him waktu itu tengah
berunding dengan Cin Piauw Ho dan yang lainnya. Mereka juga telah mengetahui
bahwa di dalam istana ini terdapat dua kekuatan yang saling bentrok satu dengan
yang lainnya.
Golongan yang pertama adalah
pangeran Ghalik, yang ingin menancapkan kekuasaannya di mana dia ingin membasmi
seluruh jago-jago yang pernah membantu kerajaan Song, dan jika memang tidak mau
tunduk padanya, berarti akan memperoleh kematian. Sedangkan golongan yang
lainnya, yang memiliki kekuasaan tidak kalah besarnya seperti pangeran Ghalik,
adalah Tiat To Hoat-ong si Koksu yang ingin menindih kekuasaan pangeran Ghalik,
dan membasmi semua jago-jago daratan Tiong-goan tanpa pamrih lagi, dia ingin
membabat sampai keakar-akarnya.
Pertentangan yang terdapat
pada ke dua golongan tersebut, yang belum lagi terlihat dengan jelas, hanya
menanti waktu-waktu tertentu untuk meledak.
Yang dibicarakan oleh Yo Him
adalah cara-cara untuk dapat meninggalkan istana pangeran Ghalik. Memang antara
Yo Him dengan puteri pangeran Ghalik tersebut telah terdapat kata sepakat
mengenai maksud “jual-beli'“ yang bisa menguntungkan ke dua belah pihak, antara
Yo Him dengan pangeran Ghalik. Tetapi, justru disamping itu terdapatnya Tiat To
Hoat-ong, yang merupakan golongan yang lainnya, yang menyebabkan “jual-beli”
itu jadi batal dengan sendirinya.
Tetapi Yo Him mengerti, bahwa
diapun tidak dapat mempercayai sepenuhnya keterangan yang diberikan oleh puteri
Sasana, sebab dalam urusan itu terkandung urusan yang lainnya. Jika tokh memang
dia menerima tawaran yang diajukan oleh puteri Sasana, itu hanya disebabkan dia
ingin menyelamatkan Cin Piauw Ho, Wang Put Liong, Liu Ong Kiang dan Ko Tie dari
istana pangeran Ghalik ini.
Karena jika hanya dia seorang
diri, jika kelak menghadapi peristiwa yang bagaimana hebat sekalipun, tentu
bisa dihadapinya dengan baik olehnya. Namun justru usaha untuk meloloskan Wang
Put Liong dan yang lain-lainnya dari istana ini, telah mengalami kegagalan.
“Kita lihat saja perkembangan
selanjutnya!” kata Yo Him akhirnya. “Menurut dugaanku, Tiat To Hoat-ong setelah
mengetahui maksud puteri Sasana yang ingin meloloskan kita dari istana ini
jelas tidak akan dibiarkan olehnya begitu saja.....!”
Yang lainnya hanya menyatakan
setuju.
Begitulah, malam itu mereka
lewati di istana pangeran Ghalik tersebut, tidak ada peristiwa apapun juga.
Keesokan paginya, Yo Him dan
kawan-kawannya melihat banyak sekali tentara yang berpakaian seragam lengkap
dengan senjata mereka, tengah melakukan pemeriksaan dan penjagaan yang ketat
sekali, juga sebagian dari mereka telah mengadakan pemeriksaan di seluruh
istana. Tampak kesibukan yang menguasai istana.
Tiat To Hoat-ong pun tampak
lewat dua kali di depan tempat Yo Him dan kawan-kawannya berada, di mana Koksu
negara tersebut telah melirik dengan sorot mata yang bengis kepada Yo Him dan
kawan-kawannya. Tetapi Tiat To Hoat-ong tidak melakukan sesuatu apapun juga.
Dengan melihat semua itu, Yo
Him dan yang lainnya mengetahui bahwa istana pangeran Ghalik ini tengah
diliputi oleh hawa panas, yang setiap saat bisa melahirkan peristiwa......
Dan dugaan Yo Him memang tidak
meleset, pada malam ke dua itu telah terjadi peristiwa yang cukup hebat......
Malam telah cukup larut, suara
kentongan telah dipukul dua kali, rembulan tergantung di langit memancarkan
sinarnya yang kuning keemas-emasan, menerangi keadaan di sekitar istana
pangeran Ghalik. Waktu itu Yo Him, Cin Piauw Ho, Liu Ong Kiang, Wang Put Liong,
belum lagi tidur, sedangkan Ko Tie telah tertidur.
Tetapi Yo Him tengah
merundingkan cara untuk melarikan diri. Hanya yang membuat mereka tidak bisa
mengambil jalan kekerasan melarikan diri adalah disebabkan kesehatan Cin Piauw
Ho dan Liu Ong Kiang belum lagi sembuh keseluruhannya. Sedangkan Wang Put Liong
boleh dibilang telah terpunahkan seluruh kepandaiannya. Ko Tie pun masih
terlalu kecil dan tidak mengerti apa-apa, setidak-tidaknya hanya merupakan
beban belaka. Jika dalam keadaan biasa, jelas Yo Him dan kawan-kawannya itu
akan mempergunakan ginkang mereka untuk meninggalkan istana pangeran Ghalik.
Yo Him sebetulnya ingin sekali
bertemu dengan Sasana untuk mengajak puteri pangeran Ghalik merundingkan
rencana mereka. Tapi justeru untuk bertemu dengan puteri dari pangeran tersebut
bukanlah pekerjaan yang mudah.
Bahkan Yo Him mengetahui bahwa
Tiat To Hoat-ong telah menempatkan orang-orangnya untuk mengawasi dirinya. Hal
ini membuat Yo Him pun harus berlaku waspada.
Waktu Yo Him tengah berunding
seperti itu, tiba-tiba dia mendengar suara langkah kaki yang ringan sekali di
luar kamarnya. Wang Put Liong dan yang lainnya pun mendengar setelah lewat
beberapa saat. Didengar dari suara langkah kaki itu, bukan hanya satu orang
saja yang tengah mendatangi, sedikitnya tiga atau empat orang.
Yo Him memberi isyarat kepada
kawan-kawannya, agar mereka berwaspada, sedangkan Yo Him sendiri dengan gerakan
yang gesit telah melompat ke dekat meja, memadamkan api penerangan. Lalu dia
melompat ke dekat pintu.
Suara langkah kaki berhenti di
luar kamar. Tidak lama kemudian terdengar pintu diketuk perlahan.
“Orang she Yo, kami mengundang
kau untuk ikut bersama kami!” terdengar suara yang dingin, suara itu menyeramkan,
karena parau dan dalam, terutama sekali dalam suara itu mengandung hawa
pembunuhan.
Yo Him segera mengetahui bahwa
kedatangan orang-orang itu itu tentunya tidak mengandung maksud baik. Setelah
menoleh kepada kawan-kawannya, Yo Him membuka pintu kamarnya dalam keadaan siap
sedia dan berwaspada terhadap serangan bokongan.
Di luar kamar berdiri lima
sosok tubuh yang semuanya berpakaian sebagai pendeta Mongolia. Ternyata mereka
adalah lima orang pendeta Mongolia dari ke tujuh pendeta yang ke marin
bersama-sama Tiat To Hoat-ong mencegah mereka meninggalkan istana. Wajah mereka
dingin tidak memperlihatkan perasaan memandang tajam sekali.
“Yo kongcu, kau bersama
kawan-kawanmu harus ikut bersama kami!” kata salah seorang di antara mereka,
yang rupanya jadi pemimpinnya, suaranya tetap dingin menyeramkan.
“Hari telah larut malam
seperti ini, kukira ada baiknya jika kami besok pagi saja ikut bersama dengan
kalian!” kata Yo Him yang ingin menolak ajakan ke lima pendeta itu.
“Ini perintah dari Koksu dan kalian
harus turut dengan kami!” kata pendeta itu lagi, suaranya keras dan meninggi,
mukanya kian dingin, matanya memancarkan sinar yang tajam menyeramkan.
Yo Him tertawa tawar.
“Maafkan, kami tidak bisa
mematuhkan perintah Koksu kalian. Kami disini hanya tamu, jadi bukan orang
bawahan Koksu, dan jika memang kami perlu dipanggil menghadapnya, tentu hal itu
dilakukannya besok pagi..... Sedangkan sekarang hari telah selarut ini dan
kukira juga tidak ada baiknya jika kami dalam keadaan seperti sekarang harus
menghadap pada Koksu kalian! Lihatlah, bahwa kawan-kawan kami pun sudah
mengantuk......!”
Muka ke lima orang pendeta itu
berobah waktu mendengar perkataan Yo Him, malah yang menjadi pemimpin mereka
telah berkata dengan suara yang tawar: “Kalian jangan memaksa kami
mempergunakan kekerasan pada kalian untuk menyeret kalian menghadap pada Koksu,
lebih baik kalian ikut kami dengan cara baik-baik.....!”
“Hemm, maafkan! Maafkan! Tidak
dapat kami memenuhi undangan Koksu!”
Pendeta yang menjadi pemimpin
dari kawan-kawannya itu rupanya telah habis sabar. Dia mengulurkan tangan
kanannya akan mencengkeram pergelangan tangan Yo Him.
Cengkeraman itu bukan
cengkeraman yang sembarangan, karena itu adalah semacam ilmu mencengkeram dari
ilmu gulat di Mongolia. Siapa yang terkena dicekal, tentu sulit untuk
meloloskan tangannya dari cekalan tersebut. Di Tiong-goan, ilmu seperti itu
memiliki kemiripan dengan ilmu Kin-na-chiu, ilmu mencengkeram dan menangkap.
Yo Him mendengus tertawa
dingin, dia telah menggeser tangannya yang ingin dicengkeram, kemudian cepat
dan gesit sekali, tangan kanannya mendorong ke arah dada si pendeta. Gerakan
yang dilakukannya itu merupakan gerakan yang sangat kuat sekali, karena Yo Him
telah mendorong dengan disertai oleh tenaga lweekangnya.
Pendeta itu yang gagal
mencengkeram pergelangan tangan Yo Him, dan melihat dadanya yang telah diserang
ingin didorong oleh Yo Him cepat menarik pulang tangannya. Tapi tangannya itu
dipergunakan untuk menampar tangan Yo Him, yang ditangkisnya dengan kuat. Malah
cara menangkisnya pendeta ini aneh sekali, begitu tangannya saling bentrok
dengan tangan Yo Him, maka tangan si pendeta seperti juga terbuat dari karet,
bisa melibat.
Yo Him terkejut juga. Dia tadi
mendorong dengan mempergunakan tenaga lweekang yang tidak ringan. Tenaga
dorongannya itupun berkesiuran kuat, tidak sembarangan orang bisa menangkisnya.
Dan sekarang ternyata, selain pendeta itu bisa menangkis, dan juga bisa melibat
pergelangan tangannya.
Semua itu berlangsung hanya
beberapa detik saja. Yo Him juga tidak tinggal diam, karena begitu pergelangan
tangannya dilibat, Yo Him segera mengempos semangatnya.
Jika tadi dia mempergunakan
dua bagian tenaga dalamnya, kini dia mengerahkan lima bagian dari tenaga
dalamnya, maka pergelangan tangannya itu keras dan kuat seperti besi, sehingga
walaupun tangan dari pendeta itu melibatnya dengan kuat, yang ingin meremukkan
tulang pergelangan tangan Yo Him, namun dia gagal dengan maksudnya. Begitu
tangan si pendeta melibat dan seperti ingin meremas pergelangan tangan Yo Him,
dia merasakan pergelangan tangan itu keras sekali.
Di saat si pendeta tengah
mengeluh karena gagal dengan maksudnya itu, tampak Yo Him telah menggerakkan
tangan kirinya, dia telah menotok ke arah jalan Jeng-kian-hiat.
Jalan darah itu merupakan hiat-to
yang penting, karena merupakan jalan darah yang bisa mematikan. Dengan
demikian, segera terlihat si pendeta tidak berani berayal untuk melepaskan
libatannya. Karena pendeta tersebut yakin, jika sampai hiat-tonya tertotok,
berarti dia akan tercelaka hebat, sedikitnya akan bercacad. Begitu melepaskan
libatan tangannya, si pendeta juga telah mundur dua langkah ke belakang.
Memang maksud si pendeta ingin
menyelamatkan kiri dari totokan Yo Him, tapi dengan dilepaskan libatan
tangannya pada tangan kanan Yo Him, dia lebih celaka lagi. Karena Yo Him begitu
merasakan libatan tangan si pendeta mengendor, lalu terlepas, dia membarengi
dengan gerakan tangan kanannya, mendorong ke depan hebat sekali.
“Bukkk!” keras bukan main dada
si pendeta telah terkena hantaman telapak tangannya, maka tubuh si pendeta
telah terhuyung ke belakang beberapa langkah, dan di saat itulah, tampak telah
memuntahkan darah segar. Walaupun totokan tangan kiri Yo Him terloloskan, tokh
gempuran telapak tangan Yo Him bukanlah pukulan yang ringan.
Keempat pendeta lainnya jadi
terkejut, mereka telah mengeluarkan seruan marah dan mengurung Yo Him.
Tapi Yo Him berdiri di
tempatnya tanpa bergeming, dia menantikan serangan.
Sedangkan pendeta yang telah
terluka itu, rupanya telah bisa mengatur jalan pernapasannya dengan cepat. Dia
memandang Yo Him dengan sorot mata yang tajam, katanya sambil menyusut darah di
sudut bibirnya: “Yo kongcu, engkau memaksa kami harus menempuh jalan
kekerasan..... Maafkan, bukan kami tidak berlaku hormat pada tamu..... tapi Yo
kongcu yang mencari kesulitan sendiri!”
Sambil berkata begitu, tampak
si pendeta telah melangkah maju lagi, dia telah menggerakkan ke dua tangannya,
dirangkapkan, bilangnya: “Dari Kong lompat ke Thian, lalu tutup di Beng dan
kemudian ke Liang!” berseru begitu, ke dua tangannya telah mendorong Yo Him.
Rupanya, dia memberikan petunjuk kepada ke empat pendeta lainnya, agar
menduduki “pintu” tertentu, untuk mengepung Yo Him.
Tenaga dorongan dari pendeta
tersebut, walaupun tampaknya dia telah terluka di dalam yang tidak ringan
sampai memuntahkan darah tokh tenaga mendorongnya itu menderu-deru bagaikan
angin topan. Ini membuktikan bahwa tenaga dalam dari pendeta tersebut memang
terlatih baik sekali.
Dan tenaga dalam yang
dipergunakannya itu bukan merupakan latihan lweekang namun merupakan latihan
Yoga. Ilmu yang dilatihnya dengan baik sekali, telah mencapai tingkat ke tujuh
sehingga dorongan ke dua tangannya bisa merubuhkan batu dan menumbangkan pohon!
Yo Him melihat cara orang
menyerang seperti itu telah berkelit ke samping dia menyampok dengan tangannya,
keras dilawan keras. Dua kekuatan telah saling bentur.
Waktu itulah, pendeta yang
menduduki “pintu” Thian telah menyerang ke arah pinggang Yo Him. Pukulannya
tidak kalah hebat dengan pendeta yang seorang itu.