26 Jual Beli Kuncu Mongolia
Yo Him tertawa tawar, katanya:
“Memang nona memiliki kepandaian yang mengagumkan sekali! Tapi maafkanlah, aku
orang she Yo terpaksa harus mengiringi kemauan nona......!”
Setelah berkata begitu, Yo Him
kembali bersiap-siap, dia menantikan serangan lagi.
Sasana tidak segera menyerang.
Tadi dia telah menyerang dengan mempergunakan jurus yang sesungguhnya merupakan
jurus yang berbahaya sekali. Jarang orang bisa menghindarkan serangan seperti
itu, jika memang kepandaiannya tanggung.
Tapi Yo Him, dengan mudah bisa
menyelamatkan dirinya. Ini memperlihatkan bahwa Yo Him pun bukan lawan yang
ringan.
“Yo kongcu, ayahku bermaksud
baik, dan engkau diperlakukan baik pula!” kata Sasana. “Apakah engkau tidak mau
melihat sebelah mata terhadap semua itu......?”
“Sayang sekali kami memiliki
pandangan yang berlainan, terlebih lagi yang harus di ingat, ayah nona seorang
pangeran yang memiliki kedudukan mulia dan agung..... sedangkan aku ini? Hmm,
tentu aku tidak pantas menerima kebaikan-kebaikannya itu”!”
“Tetapi bicara soal bangsa,
banyak juga jago-jago dari daratan Tiong-goan yang bersedia bekerja pada
ayahku!” menyahuti si gadis. “Janganlah Yo kongcu berpandangan bahwa ayah
seorang pangeran Mongolia, maka terputus hubungan antara kalian! Tidakkah jika
memang Yo kongcu menerima uluran tangannya, maka di antara kita ini akan
terikat pula hubungan tali persahabatan yang menggembirakan.”
Yo Him menghela napas.
“Satu tawaran yang
menarik......!” katanya.
“Apakah Yo Kongcu bersedia
untuk mengambil sikap baik-baik dalam memutuskan persoalan ini?' tanya Sasana
lagi sambil menatap tajam sekali.
“Nona......” menyahuti Yo Him.
“Nona adalah puteri dari pangeran Ghalik, jelas engkau akan berdiri di pihak
ayahmu. Kepandaianmu juga tidak rendah! Engkau seorang wanita yang luar biasa,
memiliki segala-galanya! Wajahmu cantik, kepandaianmu tinggi benar-benar
mengagumkan sekali, jarang ada seorang wanita yang sehebat engkau!
“Tapi sekarang aku ingin
bertanya padamu, jika saja aku menawarkan padamu nona bahwa engkau akan
diberikan kedudukan yang tinggi dalam suatu pemerintahan di daratan Tiong-goan,
oleh bangsa Han kami, apakah kau akan menerimanya dengan meninggalkan ayah dan
juga bangsamu?”
Disanggapi seperti itu, muka
Sasana telah berobah jadi merah, dia telah berkata dengan tawar. “Jika memang
kedudukan yang ditawarkan itu memang menggembirakan dan menguntungkan, mengapa
harus ditolak? Tetapi sayang, sayang sekali..... justru untuk kedudukan mulia
telah kumiliki, ingat, aku adalah puteri dari seorang pangeran. Pangeran Ghalik
yang merupakan tangan kanan dari Kaisar kami, dan memiliki kekuasaan yang besar
tidak terbatas! Jadi kau salah alamat jika bertanya seperti itu padaku......!”
dan setelah berkata begitu, si gadis tertawa dengan sikapnya yang angkuh sekali,
keagung-agungan.
Yo Him tertawa tawar, katanya:
“Tetapi pertanyaanku tadi adalah jawaban yang hendak kuberikan! Jika nona
menjawab dengan jujur hati atas pertanyaan itu, maka demikian pula jawabanku!”
“Jadi benar-benar Yo Kongcu
memang tidak bersedia bekerja sama dengan ayahku?” tanya Sasana.
“Kita bicara ke sana ke mari
mutar-mutar, tetapi akhirnya tujuannya satu, yaitu nona berusaha untuk mendesak
agar aku menerima tawaran ayah nona bukan?”
Sasana tidak menyahuti, dia
mengawasi Yo Him beberapa saat lamanya, sampai akhirnya mukanya berohah guram,
dia menunduk sejenak.
Wang Put Liong yang berada
dalam gendongan Yo Him telah berbisik: “Yo Siauwhiap, biarlah kau kembalikan
aku ke dalam ruang kamar tahanan itu, tapi kau ambillah dulu peta harta karun
di dadaku. Setelah itu kau berusaha untuk meloloskan diri dari tempat
ini......!”
Yo Him tidak menyahuti, dia
hanya menggelengkan kepalanya. Dan matanya mengawasi Sasana dengan tajam.
Waktu itu Sasana telah
mengangkat kepalanya, dia menghela napas,
“Sesungguhnya Yo kongcu,” kata
Sasana kemudian. “Kau masih belum mengerti duduknya hal......!”
“Jika memang boleh kutahui,
persoalan apakah itu nona?” tanya Yo Him dengan sikap yang tenang.
Sasana menghela napas,
wajahnja tetap muram, seperti juga ada sesuatu yang mengganjel hatinya.
“Kau tentu menduga, bahwa
ayahku bekerja dengan setia menyerahkan jiwa dan raganya untuk Kaisar, bukankah
begitu?”
Yo Him mengangguk.
“Memang seorang pangeran yang
telah menerima kekuasaan dan kepercayaan dari Kaisarnya tentu akan melakukan
tugasnya sebaik mungkin......!”
“Memang benar, tapi ayahku
tengah menghadapi kesulitan yang tidak kecil.....!”
“Apakah nona ingin mengatakan
bahwa ayah nona akan berhadapan dengan kami, para kesatria daratan Tiong-goan?”
tanya Yo Him dengan sikap mengejek.
“Bukan!” menggeleng si gadis.
“Lalu?” tanya Yo Him.
“Justru ayahku tengah
mengalami gangguan dalam dari orang-orangnya sendiri!” kata Sasana.
Yo Him mengerutkan alisnya,
kemudian tertawa tawar.
“Kukira itu tidak ada perlunya
diceritakan nona!” katanya kemudian.
“Tetapi, tahukah Yo kongcu,
bahwa sekarang ayahku dalam keadaan terancam? Bukan kami ayah dan anak
memberatkan kedudukan kami, tetapi justru keselamatan kami......! Di mana orang
kepercayaan ayah, yang sangat diandalkan, ternyata merupakan musuh dalam
selimut......”
Yo Him diam saja.
“Kongcu tentu kenal dengan
Koksu kami, yaitu Tiat To Hoat-ong bukan?” tanya Sasana.
Yo Him mengangguk.
“Dialah Koksu negara kalian
yang tangguh berkepandaian tinggi sekali. Ayahpun telah beberapa kali beradu
tangan dengannya......?!” menyahuti Yo Him.
Sasana menghela napas lagi,
diapun telah memperlihatkan wajah yang murung.
“Justru Tiat To Hoat-ong
sekarang ini tengah berusaha menghimpun suatu kekuatan, untuk menggeser
pengaruh ayahku!” kata Sasana.
Yo Him memandang tertegun pada
si gadis tetapi kemudian katanya tawar: “Itulah urusan di antara kalian. Tentu
tidak dapat aku memberikan komentar......!”
“Benar!” mengangguk si gadis.
“Ayahkupun tidak mengetahui maksud buruk dari Tiat To Hoat-ong. Baru aku
seorang yang telah berhasil mengetahui dengan jelas maksud Koksu kami itu yang
ingin menggeser dan meruntuhkan ayahku, menindih pengaruhnya, mempengaruhi
Kaisar kami agar ayah terpojokkan......
“Sejauh itu...... Koksu kami
itu telah berhasil menghimpun banyak sekali jago-jago silat di daratan
Tiong-goan, diapun telah mendatangkan beberapa orang jago liehay dari negeri
kami yaitu Mongolia......! Aku yang mengetahui kedudukan ayahku terancam,
sebagai puterinya, apakah tidak layak jika memang akupun berusaha untuk
menghimpun suatu kekuatan, yang akan membantu dan melindungi ayahku?”
Yo Him tertawa tawar.
“Memang di kalangan atas,
sering terjadi permainan saling caplok seperti itu, saling makan satu dengan
yang lainnya!” menyahuti Yo Him. “Aku sebagai rakyat jelata, tentunya tidak
mengetahui dan tidak mengerti dengan persoalan seperti itu!”
Sasana telah menghela napas
waktu wajahnya memperlihatkan kesungguhan, waktu dia berkata lagi: “Tetapi Yo
Kongcu adalah maksud dan tujuanku agar kau bersedia mau membantu ayah, dengan
adanya kau yang kuketahui memiliki kepandaian tinggi serta sempurna, tentu
keselamatan ayahku bisa terjamin! Dalam hal ini yang memberatkan hatiku,
bukanlah kedudukan ayah! Walaupun ayah dicopot gelar kebangsawanannya dan menjadi
rakyat jelata biasa, aku rela......! Namun justru dari golongan Tiat To
Hoat-ong terkandung maksud buruk yang ingin membasmi kami sekeluarga......!”
Yo Him jadi memandang tertegun
pada si gadis. Dia tidak mengerti, mengapa puteri dari pangeran Ghalik, yang
baru pertama kali ini bertemu. Telah dapat membuka urusan yang penting tersebut
padanya.
“Cukup jika memang Yo Kongcu
menyanggupi untuk membantu melindungi ayahku, maka budi Yo Kongcu tidak akan
kulupakan. Mengenai Wang Put Liong, juga persoalan lainnya, di mana mengenai
sahabat Yo Kongcu aku tentu tidak akan mempersulit mereka, akan kuusahakan agar
mereka bisa meninggalkan tempat ini dengan aman tanpa memperoleh gangguan
apapun juga......!”
Yo Him memandang tajam pada si
gadis.
“Apa maksud nona?” tanyanya.
“Begini saja, kita adakan jual
beli!” menyahuti si gadis. “Untuk sekarang ini Yo Kongcu membantu kami, untuk
menghadapi Tiat To Hoat-ong dan orang-orangnya itu. Dan kawan-kawan Yo Kongcu
akan kami lepaskan......!”
Yo Him ragu-ragu.
Itulah tawaran yang menarik.
Memang bisa saja Yo Him segera menyanggupi permintaan si gadis, agar Wang Put
Liong serta Liu Ong Kiang dan Cin Piauw Ho bisa meninggalkan perbentengan ini
tanpa memperoleh gangguan suatu apapun juga. Tetapi tentu saja Yo Him tidak mau
berdusta, karena itu dia tidak dapat mengiyakan tawaran itu. Dia hanya bilang.
“Jika memang nona telah
menawarkan bantuan seperti itu padaku, inilah hal yang menggembirakan sekali!
Begini saja, bebaskan dulu sahabat-sahabatku, jika mereka telah meninggalkan
perbentengan ini, barulah nanti kita bicarakan pula persoalan ini. Bagaimana
pendapatmu?”
Sasana telah mengawasi
bimbang, namun akhirnya mengangguk.
“Baiklah, mereka akan
dibebaskan dua hari lagi. Jika besok, tentu akan mendatangkan kecurigaan pada Tiat
To Hoat-ong, Koksu negara kami. Maka, mereka harus meninggalkan perbentengan
ini secara diam-diam, sedangkan Koksu kami itu besok akan menerima perintah
dari ayah untuk pergi memberikan laporan pada Kaisar, sehingga terbuka
kesempatan yang luas.
Yo Him mengangguk.
“Tetapi Yo Kongcu,” kata
Sasana lagi. “Kuharap saja kau tidak merubah pikiranmu lagi......!”
Setelah berkata begitu. puteri
pangeran Ghalik telah bersenyum, manis sekali.
Yo Him hanya mengawasi
kepergian puteri dari pangeran Ghalik. Lama sekali Yo Him berdiri di tempatnya
itu. Sama sekali dia tidak menyangka bahwa pangeran Ghalik memiliki seorang
puteri selain demikian cantik rupawan, juga memiliki kepandaian yang demikian
tinggi. Entah siapa gurunya, yang dirahasiakannya itu?
Setelah bayangan si gadis
lenyap dari pandangannya, Yo Him menghela napas.
Di saat itulah Wang Put Liong
telah berkata menyadarkan Yo Him dari lamunannya. “Gadis itu memiliki
kepandaian yang begitu tinggi. Dia juga puteri dari pangeran Ghalik, kau harus
waspada menghadapinya, Yo Siauwhiap!”
Yo Him mengangguk.
“Jangan sampai kau terkena
tipu dayanya......!” kata Wang Put Liong lagi.
“Entah yang diceritakannya itu
mengenai Tiat To Hoat-ong benar atau memang hanya merupakan karangannya
belaka?” menggumam Yo Him.
Dengan menggendong Wang Put
Liong, Yo Him telah kembali ke kamarnya. Dilihatnya Cin Piauw Ho dan Liu Ong
Kiang tengah menantikannya. Ko Tie juga tampak bergelisah sekali.
Satu hari telah lewat, tidak
terjadi suatu apapun juga. Hanya mendekati sore terlihat beberapa orang
pahlawan pangeran Ghalik yang lewat dengan sikap tergesa-gesa. Merekapun
seperti tengah membicarakan sesuatu, namun Yo Him tidak mengerti bahasa mereka.
Malam itu keadaan di
perbentengan tersebut sunyi sekali. Yo Him bulak-balik di pembaringan dengan
pikiran yang agak resah. Dilihatnya kesehatan Cin Piauw Ho dan Liu Ong Kiang
telah mengalami kemajuan yang pesat. Malah Cin Piauw Ho, walaupun tidak bisa
disembuhkan keseluruhannya dari lukanya, dan racun yang mengendap di tubuhnya
itu tidak bisa dilenyapkan, namun Cin Piauw Ho telah dapat berjalan dengan
langkah perlahan-lahan.
Yang diperlukan oleh Cin Piauw
Ho adalah obat penawar racun yang bisa memunahkan seluruh racun yang mengendap
di tubuhnya itu. Tapi dengan memperoleh pengobatan dari tabib-tabibnya pangeran
Ghalik, racun itu untuk sementara bisa dibendung daya kerjanya sehingga Cin
Piauw Ho mungkin bisa hidup tiga-empat bulan selama belum memperoleh obat
penawar racun yang tepat.
Dalam kesunyian malam seperti
itu, Yo Him memikir keras. Banyak teka-teki yang dihadapinya di perbentengannya
pangeran Ghalik. Karena segala yang dialaminya demikian beruntun dan belum bisa
dipecahkan rahasianya.
Seperti munculnya Swat Tocu,
Cek Tian dan puteranya, yaitu Auwyang Phu, dan juga putri dari pangeran Ghalik,
yaitu Sasana, yang memiliki kepandaian tinggi serta sempurna itu. Juga Yo Him
jadi teringat akan cerita Sasana mengenai niat busuk Tiat To Hoat-ong yang
ingin menindih pengaruh dari pangeran Ghalik.
Memang urusan itu bukan
menjadi urusannya, karena itu persoalan dari orang-orang Mongolia tersebut.
Malah membawa suatu keuntungan yang tidak kecil untuk orang-orang Han, yaitu
dari kerajaan Song yang telah musnah, namun masih tersebar di seluruh daratan
Tiong-goan, dengan harapan suatu saat bisa membangun negeri mereka lagi.
Jika terjadi perpecahan di
dalam pemerintahan penjajah itu, niscaya akan menyebabkan mereka lemah dan
kelak mudah untuk dirubuhkan dan diusir dari tanah air mereka. Namun Yo Him
kini menghadapi persoalan yang tidak ringan, karena selain Tiat To Hoat-ong
sendiri memiliki kepandaian yang tinggi bukan main, juga pangeran Ghalik
bersama dengan para pahlawannya itu bukan lawan yang enteng. Apa lagi dibantu
oleh Sasana, puterinya pangeran tersebut, yang memang memiliki kepandaian sangat
tinggi.
Yo Him juga mengetahui maksud
pangeran Ghalik membujuknya agar mau tunduk dan bekerja di bawah perintahnya.
Hanyalah ingin dimanfaatkan untuk mengorek keterangannya di mana adanya para
jago-jago yang membantu kerajaan Song, yang hendak ditumpas oleh pangeran
Ghalik ini.
Sedang Yo Him rebah gulak
gulik di pembaringannya itu, tiba-tiba dia mendengar suara yang ringan sekali
di luar jendela kamarnya dibarengi kemudian dengan ketukan perlahan.
“Yo kongcu, mari kau ikut
aku......!” terdengar suara yang halus di luar jendela.
Yo Him terkejut, dia telah
melompat turun dari pembaringan. Liu Ong Kiang dan Cin Piauw Ho pun telah
terbangun dari tidur mereka. Rupanya ke dua orang inipun telah mendengar suara
ketukan di jendela itu, dan ke duanya sedang memandang pada Yo Him dengan sorot
mata tanda tanya. Ko Tie dan Wang Put Liong waktu itu tengah tertidur nyenyak.
Yo Him mengangguk pada Liu Ong
Kiang dan Cin Piauw Ho, dia mendekati jendela. Dia mengenali bahwa suara orang
di luar jendela itu adalah suaranya Sasana puteri dari pangeran Ghalik yang
telah bertemu dengannya malam ke marin.
Didorongnya daun jendela itu
dengan waspada karena dia kuatir nanti Sasana berlaku licik membokongnya.
Tetapi hanya angin malam menghembus. Tampak sesosok bayangan tengah berlari-lari
dengan tangan dilambaikan padanya.
Yo Him hanya bimbang sejenak,
kemudian katanya pada Cin Piauw Ho dan Liu Ong Kiang. “Aku akan pergi sebentar,
segera aku kembali!” dan tubuh Yo Him gesit sekali melompat keluar dari jendela
itu.
Sosok tubuh yang tengah
berlari-lari itu yang tidak lain dari Sasana, berlari gesit dan cepat sekali.
Di bawah sinar cahaya rembulan, tampak tubuh yang langsing itu bagaikan
selembar daun yang melayang-layang di tengah udara. Yo Him mengejarnya.
Tetapi Sasana tidak menghentikan
larinya. Dia berlari terus menuju ke arah timur, dan akhirnya tiba di suatu
tempat yang banyak sekali ditumbuhi pohon-pohon bunga beraneka warna. Itulah
taman dari istana atau perbentengan pangeran Ghalik tersebut. Yo Him pun telah
tiba dengan cepat.
Sasana sudah tidak berlari
lagi, dia berdiri agung dan cantik sekali. Pakaiannya yang reboh, dengan paras
mukanya yang cantik dan rambutnya yang disanggul dua, tampak dia bagaikan
seorang dewi yang baru turun dari kahyangan, yang tengah menantikan Yo Him
dengan bibir tersungging senyuman yang manis.
Yo Him telah merangkapkan
tangannya, tanyanya, “Ada urusan apakah di malam larut seperti ini nona
mengundangku datang ke tempat ini?”
Sasana mengawasi Yo Him
sejenak, kemudian dia menyahut: “Ada sesuatu yang penting ingin kubicarakan
denganmu Yo kongcu!”
“Urusan apakah itu?” tanya Yo
Him heran. “Apakah tidak lebih baik jika memang besok siang saja nona
menyampaikannya?”
Sasana menggeleng perlahan.
“Inilah untuk keselamatanmu
juga Yo kongcu juga kawan-kawanmu itu......!” menjelaskan Sasana.
Yo Him heran, diapun terkejut,
hatinya tercekat, tanyanya: “Apakah itu nona? Apa maksudmu dengan mengatakan
untuk keselamatan kami?”
Sasana menghela napas.
“Sesungguhnya aku sebagai
puteri dari ayahku, tidak dapat aku memberitahukan rahasia ini kepadamu, tetapi
kemarin malam aku telah menjanjikan padamu akan bantu membebaskan kawanmu
itu...... karena itu aku terpaksa harus memberitahukan juga urusan ini
padamu......!”
Yo Him berdiam saja
mendengarkan dengan penuh perhatian, dan diam-diam hatinyapun memuji akan
kecantikan gadis di hadapannya ini, yang memang memiliki kecantikan yang luar
biasa.
”Sesungguhnya, Tiat To
Hoat-ong telah diperintahkan ayah untuk pergi ke kotaraja guna memberikan
laporan kepada Kaisar mengenai perkembangan dunia Kang-ouw belakangan ini dan
dia memang menerima tugas itu, namun mêminta pengunduran waktu keberangkatannya
itu selama tiga hari!” menjelaskan Sasana.
“Kukira urusan Koksu negara
kalian itu tidak ada hubungannya dengan kami!” kata Yo Him.
Sasana mengangguk.
“Seharusnya memang begitu!”
menyahuti Sasana. “Tetapi sekarang ini lain urusannya. Tiat To Hoat-ong rupanya
mengajukan permintaan untuk pengunduran hari keberangkatannya itu, rupanya
memang memiliki rencana sendiri, yang ingin dilakukannya di luar tahu ayahku!”
“Urusan apakah yang nona
maksudkan?” tanya Yo Him akhirnya.
“Rupanya Tiat To Hoat-ong
tidak puas atas sikap ayahku yang berusaha untuk memperlakukan kau dengan baik,
juga telah perintahkan tabib-tabib ayah untuk mengobati penyakit dan luka dari
kawan-kawanmu itu..... Dia memiliki maksud yang terkandung di hatinya, maksud
yang jahat dan buruk sekali...... di mana Koksu negara kami itu ingin
membinasakan kalian semua, yang telah diatur sedemikian rupa agar tampaknya
kalian terbinasa karena kecelakaan......!”
Muka Yo Him berobah.
Sedangkan Sasana telah
meneruskan ceritanya.
“Kebetulan sekali sore itu aku
tengah berada di ruangan belakang istana ayah. Aku melihat sesosok bayangan
yang berkelebat gesit sekali. Aku mengejarnya secara diam-diam untuk
membuntutinya. Dia adalah Lonang Shing, orang kepercayaan Tiat To Hoat-ong,
yang baru sebulan lebih tiba di Tiong-goan ini datang dari Mongolia atas
undangan Koksu......!
“Aku mengikuti terus, di mana
Lonang Shing menuju ke kamarnya Tiat To Hoat-ong, mereka bicara kasak-kusuk.
Aku tidak berani menghampiri terlalu dekat jendela kamar Koksu karena itu aku
tidak bisa mendengar jelas percakapan mereka, hanya tidak lama kemudian kulihat
Lonang Shing telah keluar pula dari kamar Koksu dan menuju ke tempat
berkumpulnya para pahlawan ayah......!
“Lonang Shing telah menemui
beberapa orang pahlawan secara diam-diam, aku telah berhasil pula mendengar
percakapan mereka. Ternyata mereka mengandung maksud buruk terhadap kalian.
Yang akan dibinasakan besok menjelang magrib, di mana kalian akan diundang
untuk menghadiri jamuan perpisahan atas keberangkatan Tiat To Hoat-ong dalam
perjamuan itu, kalian akan diracuni......!”
“Ah!” berseru Yo Him kaget.
Sasana menghela napas dan
katanya lagi.
“Inilah memang kebetulan
sekali, kuketahui maksud buruk mereka! Itu belum hebat, ternyata rencana mereka
bukan hanya sekedar membinasakan kalian berempat yaitu kau bersama she Cin dan
Liu beserta si bocah kecil yang bersama kalian. Tetapi urusan ini memiliki ekor
yang tidak singkat buat ayahku, karena Tiat To Hoat-ong pun telah mempersiapkan
laporan yang akan disampaikan kepada Kaisar, bahwa ayahku telah berserikat
dengan kau untuk melakukan pemberontakan! Itulah fitnahan yang dilontarkan
kepada ayahku!”
Yo Him jadi heran berbareng
kaget.
“Bukankah pangeran Ghalik itu
merupakan orang kepercayaan Kaisar kalian? Ayahmu memiliki kekuasaan penuh
untuk seluruh angkatan perang Mongolia......”
Sasana mengangguk mengiyakan,
namun dia menerangkan.
“Benar apa yang kau katakan
itu, Yo kongcu. Tapi Tiat To Hoat-ong pun bukan manusia tolol. Dia mengerti dan
yakin bahwa Kaisar tentu tidak akan mempercayai begitu saja laporannya. Tentu
Kaisar kami akan mengirim orang-orangnya untuk melakukan penyelidikan.
“Tetapi Tiat To Hoat-ong telah
memiliki bahan yang cukup kuat untuk fitnahnya itu, di mana dia jika berhasil
membinasakan kau bersama ketiga orang kawanmu itu. Bukankah dia dapat saja
meyakinkan Kaisar bahwa memiliki hubungan dengan Sin-tiauw-tay-hiap Yo Ko dan
para pendekar bekas kerajaan Song kalian? Bukankah kau terbunuh di dalam
istananya ayahku?
“Dan engkaupun telah
diperlakukan demikian manis oleh ayahku, yang telah mengundang dan menjamu
kalian, di mana hampir seluruh penghuni istana ini melihatnya? Jika memang
utusan Kaisar datang melakukan penyelidikan, tentu Tiat To Hoat-ong menang
angin, sedikit banyak cerita dari penghuni istana ini akan memperkuat fitnahnya
itu......!”
Yo Him hanya berdiam diri saja
dengan mengerutkan sapasang alisnya. Dia tidak menyangka sama sekali di antara
pangeran Ghalik dengan Koksu negara Mongolia tersebut terdapat bentrokan
seperti ini, saling cakar demikian rupa. Padahal, Yo Him pernah melihat bahwa
Tiat To Hoat-ong merupakan jago andalan dari pangeran Ghalik. Maka agak luar
biasa jika terjadi pangeran Ghalik dengan Tiat To Hoat-ong cakar-cakaran
merebut pengaruh.