25 Kecerdasan Kuncu Mongolia
“Aku bisa jaga diri
baik-baik!” kata Sasana.
“Tapi...... kepandaianmu
itu...... siapa yang telah mewarisinya? Siapa gurumu?” tanya pangeran Ghalik.
Sasana tersenyum.
“Tidak ada orang yang
mengajari, akupun tidak memiliki kepandaian apa-apa, ayah!” menyahuti Sasana
sambil tertawa lebar, sehingga terlihat jelas betapa barisan giginya yang putih
berkilauan itu.
Tiat To Hoat-ong telah
menghapus keringat di kening dan mukanya, lalu dia membungkukkan sedikit
tubuhnya. Sambil tangan kanannya diletakkan di dada, katanya: “Terima kasih
atas pertolongan Kuncu (puteri)! Hebat sekali tenaga lweekangmu itu, hampir
saja aku tidak sanggup menerima tolakan tanganmu itu!”
Sasana tersenyum.
“Koksu, itu hanya kebetulan
saja, kau telah letih, maka mudah saja aku mendorong untuk memisahkan kalian,
bukan?” menyahuti Sasana.
Sedangkan Swat Tocu berbeda
dengan Tiat To Hoat-ong. Dia gusar sekali, penasaran bukan main. Dialah seorang
tokoh yang memiliki kepandaian luar biasa. Tak sembarang orang menerima
tangannya dan serangannya.
Tetapi kêtika di waktu dia
tengah memusatkan kekuatan hebat untuk menindih Tiat To Hoat-ong, si gadis yang
muda usia itu, didengarnya telah dipanggilnya oleh Tiat To Hoat-ong sebagai
Kuncu (Puteri), dengan sekali gerakan tangannya berhasil mendorongnya sampai
mundur satu langkah ke belakang, kuda-kuda ke dua kakinya juga tergempur.
Inilah pengalaman pertama yang pernah dialaminya.
“Siapa kau?” tanyanya bengis.
“Atau kau memang ingin menggantikan orang Mongolia si gundul itu untuk
berurusan denganku?”
Sasana tersenyum manis.
“Maaf, maaf paman!” katanya
cepat dengan sikap yang jenaka. “Jangan paman marah! Aku hanya ingin memisahkan
kalian saja! Mana berani aku bersikap kurang ajar padamu?”
Swat Tocu mengetahui jika memang
dia tadi bisa mengerahkan tenaganya seperminuman teh lagi kemungkinan besar dia
bisa merubuhkan Tiat To Hoat-ong. Karena dia merasakan tenaga dalam Koksu itu
telah terguncang tidak karuan, daya lawan dan daya bendungnya tidak sekuat
semula.
Dalam keadaan seperti itu Tiat
To Hoat-ong memang telah jatuh di bawah angin. Tapi siapa sangka, gadis ini
telah memisahkan mereka. Dengan demikian, jelas si gadis bukan memisahkan
mereka, hanya sengaja menolongi Tiat To Hoat-ong. Rupanya Sasana juga mengetahui,
jika pertempuran itu berlangsung beberapa saat lagi lamanya. Tentu Tiat To
Hoat-ong akan bercelaka......
Swat Tocu mendengus dingin.
Dia merupakan golongan tua, tidak bisa dia turun tangan terhadap gadis muda
jelita itu yang termasuk golongan muda. Namun hatinya mendongkol dan penasaran
sekali, maka dia menggerakkan tangan kanannya, “plakk” batu gunung yang ada
disampingnya telah ditamparnya semplak besar sekali, meluruk jadi abu! Itulah
tamparan yang mengandung tenaga yang luar biasa kuatnya.
“Hem, beritahukan siapa
gurumu?” kata Swat Tocu dingin. “Suruh dia keluar untuk bertemu denganku!”
Karena melihat gadis ini memiliki lweekang yang luar biasa, jelas gurunya itu
seorang liehay yang memiliki kepandaian sangat tinggi sekali.
Sasana telah bersenyum.
“Maafkan aku telah berlaku
kurang hormat, guruku itu jarang sekali muncul dalam Kang-ouw, maka itu jarang
sekali orang mengetahui namanya dan diapun tidak ingin namanya
disebut-sebut..... maafkan!” dan Sasana telah merangkapkan sepasang tangannya,
dia telah menjura memberi hormat.
Sedangkan Swat Tocu telah
mengawasi dengan mata mencilak, tahu-tahu dia mengebut dengan tangan kanannya.
Dari mana muncul angin yang menerjang kuat sekali kepada Sasana.
Sasana menundukkan tubuhnya
sedikit, yang membungkuk ke depan, maka lewatlah serangan Swat Tocu. Dia hanya
merasakan hawa dingin yang mempengaruhi punggungnya, tetapi itu tidak lama,
kemudian lenyap.
“Hebat kepandaianmu, usiamu
masih muda namun engkau bisa memunahkan serangan itu dengan mudah! Baiklah,
suatu saat kelak, aku ingin sekali berkenalan dengan gurumu itu!” Setelah
berkata begitu, dengan masih mendongkol, Swat Tocu telah bersiul nyaring.
Dari luar istana yang mirip
perbentengan itu telah terdengar suara mengerang aneh sekali, kemudian
berkelebat sesosok bayangan putih yang melompat masuk. Ternyata itulah seekor
biruang, yang tak lain dari biruang salju peliharaan Swat Tocu. Kemudian dengan
gerakan yang ringan sekali, Swat Tocu telah melompat ke punggung biruang itu.
Dia duduk di punggung biruang tersebut yang membawanya melompat dinding yang
tinggi itu, meninggalkan tempat tersebut!
Sedangkan Pangeran Ghalik
telah menghela napas dalam-dalam kemudian menoleh kepada Auwyang Phu dan Cek
Tian, tanyanya: “Kalian telah menimbulkan kekacauan di tempat ini, dosa kalian
tidak ringan! Tangkap ke dua orang itu!” Dan perintah yang terakhir itu
ditujukan kepada anak buahnya.
Cek Tian telah tertawa dingin,
sama sekali dia tidak takut. Malah katanya: “Hmmm. kami berani datang ke mari
berarti kami memang bersedia untuk menerima apa yang akan terjadi pada diri
kami! Kami akan mempertaruhkan jiwa kami untuk kebinasaanmu ini.....!”
Tetapi Auwyang Phu mengambil
sikap lain dengan ibunya. Walaupun tubuhnya bercacad, ukurannya yang pendek
seperti anak kecil itu, namun otaknya tidak demikian dangkal, dia cerdik
sekali.
Dilihatnya, disamping pangeran
Ghalik yang memang memiliki kepandaian yang tidak rendah, juga terdapat
pahlawan-pahlawannya pangeran itu yang semuanya memiliki kepandaian sangat
tinggi dan terutama sekali juga terdapat Tiat To Hoat-ong yang lihay dan puteri
pangeran itu yang tampaknya memiliki kepandaian yang luar biasa, maka Auwvang
Phu tidak berlaku nekad, dia menarik tangan ibunya, katanya; “Ibu mari kita
pergi......!”
Ibunya telah menoleh kepada
anaknya itu dengan sorot mata yang tajam.
“Apa kau bilang?” tanyanya,
diapun telah melihat pahlawan-pahlawannya pangeran Ghalik telah mengurung
mereka.
“Kita pergi meninggalkan
tempat ini, jika memang kelak kita memiliki kesempatan lagi tentu kita akan
berkunjung lagi untuk bertemu dengan si Ghalik itu!”
“Hm, apakah kau takut
menghadapi mereka?” tegur Cek Tian jadi gusar bukan main.
Auwyang Phu menggeleng.
“Tidak ada gunanya menghadapi
mereka dalam keadaan seperti sekarang......!” menyahut Auwyang Phu.
“Kalian menyerahlah untuk kami
ringkus......,” bentak salah seorang pahlawan pangeran Ghalik sambil
melintangkan goloknya dan mengeluarkan rantai borgolan. “Jangan kalian
mempersulit diri kalian sendiri......”
Dan pahlawan yang seorang ini
melangkah maju untuk memborgol ke dua tangan Auwyang Phu.
Mendongkol Auwyang Phu oleh
sikap pahlawan pangeran yang seorang tersebut tahu-tahu dia angkat kaki
kanannya dan mendupak.
Pahlawan yang seorang ini
merupakan pahlawan yang memiliki kepandaian cukup tinggi, tidak mudah dia
didupak seperti itu. Dia telah mengelakkan diri dari tendangan si pemuda
bertubuh pendek bulat kecil itu.
Tetapi dia jadi kaget, karena
Auwyang Phu begitu gagal menendang ,justru dia telah menekuk ke dua kakinya
setengah berjongkok dan tahu-tahu tangannya mendorong ke arah si pahlawan
tersebut. “Bukk!” tubuh pahlawan itu terpental seperti daun kering, kemudian
terbanting dikejauhan tiga tombak lebih.
Auwyang Phu tanpa
memperdulikan korbannya itu telah menarik tangan ibunya. “Mari kita berangkat
bu!”
Cek Tian tidak membantah lagi,
hanya matanya mendelik bengis mengawasi selintas pada pangeran Ghalik penuh
dendam, kemudian melangkah akan ikut puteranya meninggalkan tempat itu dengan
jalan melompati tembok yang tinggi itu.
Namun belasan orang pahlawannya
pangeran Ghalik telah melompat untuk mengurung. Tiat To Hoat-ong juga telah
melompat untuk membekuk pemuda bertubuh pendek she Auwyang tersebut.
Sasana menoleh kepada ayahnya.
“Biarkan mereka pergi,
ayah......!” kata gadis itu.
Pangeran Ghalik bimbang, namun
akhirnya dia berseru: “Biarkan mereka pergi! Jangan diganggu!?”
Perintah Pangeran Ghalik tidak
berani dibantah oleh para pahlawannya itu, yang segera mengundurkan diri
membuka kepungan mereka. Demikian juga Tiat To Hoat-ong, yang sebetulnya waktu
itu baru saja mengulurkan tangan kanannya guna menjambak punggung Auwyang Phu
namun mendengar teriakan Pangeran Ghalik, ia telah menarik pulang tangannya.
Namun dari mukanya terlihat dia tidak puas.
“Hmm, mereka hendak
mencelakaimu, mereka mengandung maksud buruk padamu, tetapi kau seenaknya
membiarkan mereka pergi!” berpikir Tiat To Hoat-ong di dalam hatinya. Tetapi
Koksu negara ini tidak mengutarakan pikirannya itu, dia hanya berdiam diri.
Namun hatinya semakin tidak puas kepada pangeran ini.
Auwyang Phu bersama ibunya
telah melompat dengan ringan, dan mereka telah berlalu lenyap dari pandangan
mata semua orang.
Sedangkan pangeran Ghalik
telah menoleh kepada puterinya, tanyanya: “Mengapa kau minta agar mereka
dibebaskan begitu saja? Tentunya kau mempunyai alasan tertentu, Sasana?”
Sasana tersenyum.
“Mereka merupakan orang-orang
Kang-ouw yang memiliki kepandaian yang tidak rendah juga. Tadi aku telah
melihat pemuda pendek itu mempergunakan jurus ilmu silat Ha-mo-kang ilmu silat
kodok yang merupakan kepandaian tunggal Auwyang Hong yang terkenal, yang
kuburannya pernah dibongkar oleh ayah belasan tahun yang lalu!
“Kita sementara ini tidak
boleh mencari bentrokan dengan orang-orang Kang-ouw karena bukankah baru
beberapa tahun kita menancapkan kaki di daratan Tiong-goan dan Kaisar kita
berkuasa belum lagi mantap. Jika memang kita mencari urusan dengan orang-orang
Kang-ouw, sehingga mereka selalu mengganggu pihak kita, bukankah kita
memperoleh kesulitan yang tidak kecil? Hmm, bukankah ayahpun menerima tugas
untuk menghimpun para jago-jago untuk tunduk bekerja di bawah perintah ayah
untuk memusuhi mereka?!”
Ayah itu telah menepuk
keningnya.
“Ai, kau benar! Memang ayah
telah melupakan hal yang penting itu! Mereka telah datang untuk memusuhi ayah,
tanpa pikir panjang lagi ayah ingin mempergunakan tangan besi. Tetapi memang
itu keliru, suatu kekeliruan yaug tidak kecil! Seharusnya ayah menyambutnya
dengan baik-baik, merangkulnya agar mereka tunduk di bawah perintah ayah,
karena tampaknya mereka anak dan ibu memang memiliki kepandaian yang tidak
rendah......!”
Puteri itu telah tersenyum.
“Namun belum lagi terlambat,
biarlah nanti puterimu yang pergi mempengaruhinya! Yang menarik sekali,
tampaknya mereka ibu dan anak itu memiliki hubungan yang dekat dengan Auwyang
Hong. Jelas warisan dari Auwyang Hong telah diperoleh mereka, karena ilmu
tunggal yang sakti dari Auwyang Hong tampaknya dikuasai dengan baik oleh pemuda
itu!”
“Tetapi Sasana......” pangeran
Ghalik tampaknya ragu-ragu sekali.
“Apakah ayah ingin menyatakan
kekuatiranmu terhadap keselamatan diriku?” tanya puterinya sambil tetap
tersenyum.
Pangeran Ghalik telah tertawa.
“Tidak, justru kulihat engkau
memiliki kepandaian yang luar biasa, dan tidak pernah kuduga sebelumnya! Sama
sekali ayah tidak mengetahui bahwa engkau memiliki kepandaian yang begitu
hebat. Anak, siapakah sebenarnya gurumu, mengapa kau tidak memperkenalkan
kepada ayah?''
“Dia seorang tokoh rimba
persilatan yang memiliki kepandaian luar biasa! Yang bisa menandinginya bisa
dihitung dengan jari tangan. Tetapi maaf ayah, seperti pesan yang diberikan
oleh guru, maka sementara ini anakmu belum bisa memberitahukan siapa adanya
guruku itu!”
“Apakah dia berada dalam
istana ini bersama-sama kita?” tanya pangeran Ghalik lagi.
Puterinya mengangguk.
“Ya, tetapi ayah jangan
sekali-kali coba menyelidikinya, karena jika guruku itu tersinggung dan pergi,
bukankah anak yang akan menderita rugi, karena untuk selanjutnya tidak
memperoleh bimbingannya lagi? Itu masih belum seberapa, karena jika sampai guruku
gusar dan menegur aku, jelas aku bisa celaka, karena telah melanggar
pesannya......”
Pangeran Ghalik mengangguk,
dia mengerti kesulitan puterinya ini. Walaupun masih diliputi keheranan yang
bukan main, namun pangeran Ghalik tidak banyak bertanya lagi. Dia hanya girang
mengetahui bahwa puterinya ternyata telah memiliki kepandaian yang luar biasa
hebatnya. Walaupun menghadapi Tiat To Hoat-ong, belum tentu puterinya itu
dengan mudah dirubuhkan oleh Koksu negara itu.
Tiat To Hoat-ong sendiri sejak
tadi hanya mendengarkan saja percakapan antara anak dan ayahnya. Dia pun ikut
heran dan menduga-duga, entah siapa guru puteri dari pangeran Ghalik ini.
Tetapi Tiat To Hoat-ong tidak
menanyakan hal ini hanya dalam hati dia berpikir: “Kelak aku akan menyelidikinya.....!”
Waktu itu pangeran Ghalik
telah mengibaskan tangannya. Semua pahlawannya segera mengundurkan diri. Begitu
juga halnya dengan Liong Tie Siang dan yang lainnya telah meninggalkan tempat
itu. Tiat To Hoat-ong telah membungkukkan tubuhnya sedikit, diapun telah
mengundurkan diri.
Waktu pangeran Ghalik mengajak
puterinya untuk kembali ke istana mereka. Puteri itu mengatakan bahwa, dia
ingin berangin-angin di tempat ini dulu. Ayahnya tidak mencegah, dan pangeran
Ghalik telah melangkah pergi meninggalkan puterinya.
Sasana melangkah
perlahan-lahan ke sana ke mari dengan sepasang alis mengkerut. Tampaknya ada
sesuatu yang tengah dipikirkannya.
Kemudian dia telah melangkah
ke arah barat, ke arah tempat di mana Yo Him dan Wang Put Liong berada. Gadis
itu telah mengawasi tajam sekali, karena dia melihat tidak ada pengawal di
depan pintu ruang tahanan itu. Kemudian terdengar dia tertawa dingin.
“Apakah kau ingin berdiam
terus di situ sampai tua?” tegurnya dengan suara tawar. “Mengapa tidak keluar memperlihatkan
diri!”
Yo Him memang sejak tadi telah
merasa kagum akan kepandaian nona itu, terutama kecantikan si puteri itu yang
begitu menawan hati. Sekarang melihat bahwa Sasana mengetahui mereka berdua
bersembunyi di dalam ruang tahanan itu, dia tambah kagum lagi.
“Ternyata matanya tajam
sekali!” pikir Yo Him. Namun pemuda ini sama sekali tidak jeri, dia telah
menarik tangan Wang Put Liong, lalu digendongnya untuk dibawa keluar.
Sasana mengawasi mereka,
kemudian katanya dengan tawar: “Apakah kau anggap mudah untuk keluar dari
perbentengan ini?”
Yo Him tersenyum, sabar
sekali.
“Nona...... rupanya memang
nona señgaja ingin membiarkan kami pergi tanpa memperoleh gangguan, karena nona
sama sekali tidak memberitahukan kepada ayahmu perihal kami walaupun nona
rupanya telah mengetahui sejak tadi......!”
“Yo kongcu!” kata Sasana
kemudian dengan sikap bersungguh-sungguh, “Ayahku telah demikian baik padamu,
mengundang ke mari. Untuk dijamu dan diberikan kedudukan yang baik buatmu,
namun engkau seperti mencari kesulitan untuk dirimu sendiri! Sesungguhnya,
apakah kau memang tidak mau menerima kebaikan ayahku itu? Atau memang
pertolongan yang telah diberikannya menyembuhkan luka yang diderita oleh
kawanmu itu dianggap oleh kau sebagai perbuatan yang tiada artinya?”
Yo Him tersenyum tawar.
“Nona, tentu saja aku si orang
she Yo tidak akan melupakan budi kebaikan dari pangeran Ghalik, tetapi......
jelas dalam persoalan ini, aku pun tidak bisa bekerja di bawah perintahnya!”
“Jika memang engkau tidak
bersedia menerima tawaran ayahku guna memegang pangkat dan kedudukan, mengapa
kau menerima dan menyanggupi? Apakah itu perbuatan seorang laki-laki gagah?
Hmm, ucapan seorang gagah tidak akan ditarik pula, walaupun apa yang terjadi!
Apakah demikian rendah harga derajat dan dirimu?”
Muka Yo Him berubah merah,
diapun mendongkol. Sebetulnya dia hendak mengatakan bahwa dia jelas tidak bisa
tunduk pada Pangeran Ghalik, karena pangeran itu hanyalah bermanis budi untuk
merangkul guna mencapai maksud dan tujuannya. Jadi bukan sesungguhnya berbaik
hati padanya. Tetapi akhirnya Yo Him batal untuk mengutarakannya, dia hanya
bilang: “Aku memiliki suatu kesulitan yang sukar sekali kujelaskan
padamu......!”
“Hm!” tertawa dingin gadis
itu. “Lalu apa maksudkan kau dengan membawa-bawa orang she Wang yang menjadi
tawanan kami itu!”
“Kami adalah sahabat-sahabat,
dan kulihat dia menerima perlakuan demikian macam, perlakuan yang demikian
manis dari ayahmu. Hmm, jelas tidak dapat aku melihat saja tanpa berbuat
sesuatu pada keadaannya ini.......!”
Sasana telah tertawa dingin
lagi.
“Apakah kau yakin bisa membawa
pergi orang she Wang itu?” tanyanya.
“Akan kuusahakan......!”
menyahut Yo Him berani.
Tiba-tiba Sasana telah tertawa
keras dan nyaring, namun suara sangat merdu.
“Kau memandang rendah pada
kami, kau meremehkan kami. Tahukah kau, jangankan untuk membawa keluar dari
perbentengan ini, sesungguhnya untuk membawanya keluar dari pintu ruang tahanan
itu saja tidak mudah, jika memang aku tidak sengaja membiarkannya! Tidak perlu
aku atau guruku yang mencegah. Cukup jika Koksu kami atau beberapa orang
pahlawan ayahku yang merintangi, seumur hidup kau jangan harap bisa keluar dan
meninggalkan kamar tahanan itu!”
Setelah berkata begitu, Sasana
memandang dengan sorot mata yang tajam. Kemudian dia berkata lagi dengan sikap
yang dingin waktu melihat Yo Him berdiam diri saja,
“Sesungguhnya seluruh perihal
keadaanmu telah “kuketahui', begitu kau menjejakkan kaki di tempat ini. Telah
kuperhatikan gerak gerikmu. Hanya saja Yo kongcu, karena aku memandang muka
terang ayahmu yaitu Yo Tayhiap yang masih memiliki hubungan dengan guruku, maka
aku berlaku lunak padamu. Tidak kulakukan hal-hal yang sama merugikan kau!”
Yo Him tidak jeri, walaupun
gadis itu telah menggertaknya secara halus, malah ia telah tertawa sambil tetap
menggendong Wang Put Liong, tanyanya dengan suara yang tetap sabar walaupun
hatinya mendongkol sekali.
“Bolehkah aku mengetahui nama
dan gelaran guru nona yang mulia?”
“Hmmmmmm, jangankan kau,
sedangkan ayahku saja tidak akan kuberitahukan! Cuma di sini dapat kutegaskan
bahwa guruku memiliki hubungan yang cukup dekat ayahmu! Karena itu jika memang
kau berbuat sesuatu yang bisa merugikan kedudukan ayahku, hmmm, hmmm, tentu
akupun tidak bisa selalu berpegang pada memberi muka terang pada ayahmu, jelas
aku akan bertindak! Maaf, bukan aku bermaksud hendak mempersulit dirimu, tetapi
janganlah engkau mencari kesulitan untuk dirimu sendiri!”
Setelah berkata sampai di
sini, Sasana berdiam diri sejenak, mukanya jadi bersungguh-sungguh waktu dia
meneruskan lagi berkata dengan suara yang tegas: “Kembalikan Wang Put Liong ke
ruang tahanan itu!”
Yo Him tertawa dingin,
katanya: “Maafkan nona, bukan aku orang she Yo tidak mau mematuhi perintah
seorang puteri agung seperti kau...... Wang Put Liong harus kubawa pergi dari
tempat ini.....! Dia telah disiksa demikian mengenaskan sekali. Maka harus
diselamatkan dari tangan-tangan manusia biadab seperti ayahmu nona......!”
Muka si gadis telah berubah
merah padam, tetapi itu hanya sejenak. Kemudian dia telah tertawa dingin dengan
sikap tidak acuh, dan memandang remeh pada Yo Him, tanyanya: “Apakah engkau
telah memikirkan dua kali akan maksud hatimu itu, Yo kongcu?”
“Ya, apapun yang terjadi, Wang
Put Liong harus dibawa keluar dari perbentengan ini! Dan perihal maksud ayahmu
nona yang ingin menarik menjadi orangnya, itu bisa dibicarakan nanti di
belakang hari!”
Sasana tiba-tiba tertawa keras
lagi bergelak-gelak lalu katanya: “Baiklah! Baiklah Yo kongcu! Yo Tayhiap
merupakan tokoh rimba persilatan yang memliki kepandain tinggi sekali! Aku
memang telah banyak dengar dari keterangan guruku......! Kebetulan di sini ada
kau sebagai puteranya, maka ingin meminta petunjukmu!” dan puteri pangeran
Ghalik yang nampaknya begitu lincah dan gesit, telah bersiap-siap untuk
mengirimkan satu serangan kepada Yo Him.
Tapi Yo Him tidak jeri, ketika
dia mendengar Sasana berkata: “Bersiaplah, Yo kongcu, aku akan segera meminta
petunjukmu.....!”
Yo Him juga telah memusatkan
kekuatan lweekangnya pada ke dua tangannya. Dia telah menggendong Wang Put
Liong di tangan kiri, sedangkan tangan kanannya telah diluruskan turun ke
bawah, setiap detik bisa dipergunakan untuk menghadapi segala kemungkinan.
Sasana melangkah dua tindak
mendekati Yo Him, dan tangan kanannya tahu-tahu bergerak menotok ke arah ketiak
Yo Him. Gerakan yang dilakukannya itu lambat dan perlahan sekali, bagaikan
gadis itu memang bermaksud hanya menunjuk belaka, tetapi dari ujung jari
telunjuknya itu telah meluncur keluar angin yang tajam sekali.
Yo Him terkejut. Semula
melihat cara menyerang gadis itu, dia menduga bahwa Sasana itu mempergunakan
ilmu It-yang-cie, ilmu turunan raja raja Tayli, yang dimiliki oleh Toan Hong It
Teng Taysu. Namun setelah memperhatikan dengan seksama, walaupun memang
sama-sama menyerang dengan mempergunakan jari telunjuk, namun ilmu yang
dipergunakan oleh Sasana bukanlah It-yang-cie.
Angin yang tajam itu seperti
juga mata pedang yang menerobos pertahanan Yo Him. Sebagai seorang pemuda yang
memiliki kepandaian yang tinggi sekali, Yo Him cepat mengelak ke samping. Tapi
untuk kagetnya, jari telunjuk gadis itu bergerak cepat sekali, tahu-tahu ujung
jarinya itu telah ikut miring ke samping dan menempel di baju Yo Him!
Itulah gerakan yang luar biasa
cepat dan gesitnya. Tapi memang Yo Him telah menyaksikan, betapa Sasana
berhasil memisahkan Tiat To Hoat-ong yang tengah bertempur hebat dengan Swat
Tocu, hal itu membuktikan bahwa tenaga dan kepandaian gadis ini memang luar
biasa. Karena itu, Yo Him pun berlaku hati-hati.
Menghadapi keadaan seperti ini,
Yo Him sama sekali tidak gugup. Cepat sekali dia telah menggerakkan tangan
kanannya. Dia bukan ingin menangkis, hanya akan mencengkeram muka si gadis.
Terpaksa Sasana menarik pulang
serangannya, gadis itu mundur dua langkah, menghindarkan mukanya dari cengkeraman
Yo Him, kemudian tanyanya: “Bagaimana, apakah dalam satu jurus ini kau telah
bisa berpikir dengan baik untuk maksudmu membawa pergi orang she Wang itu?”