21 Ahli Waris Ilmu Ho-mo-kang
Yo Him bersenyum sabar,
katanya dengan tenang: “Kau jangan berpikir terlalu panjang seperti itu, karena
dengan adanya Swat Tocu, kau tidak perlu kuatir. Tentu Swat Tocu bersedia
membantuku untuk melindungimu, dan akupun akan segera memanggil ke dua orang
sahabatku itu, yaitu Cin toako dan Liu Lopeh serta Tie-jie......!”
Wang Put Liong mengangguk, dan
ketika Yo Him menggendong, di mana Wang Put Liong didudukan pada pundaknya, dia
juga menurut saja.
Dengan menggendong Wang Put
Liong, tampak Yo Him menghampiri pintu. Dia mementang mata mengawasi keadaan di
luar, karena jika telah tiba kesempatan yang memungkinkan dia membawa lari Wang
Put Liong, barulah pemuda ini akan keluar dari dalam ruangan itu.
Di saat seperti ini memang pertempuran
tengah berlangsung di luar ruangan, terjadi lebih seru. Pemuda bertubuh pendek
itu tengah melompat gesit sekali, sebentar ke kiri dan sebentar lagi tubuhnya
melompat ke kanan, dan ke dua tangannya telah digerakkan dengan lincah, di mana
ke dua tangannya terdapat sebatang pisau yang pendek kecil, yang tersembunyi di
telapak tangannya. Jika tidak diperhatikan dengan benar, tentu tidak akan
terlihat jelas.
Maka setiap kali dia berhasil
menggores lawannya, lawan itu mengeluarkan suara jeritan dan lukanya
mengucurkan darah. Dengan demikian tidak ada lawannya yang berani terlalu
mendesaknya.
Sedangkan si nenek yang
rambutnya masih hitam itu. Juga tidak kalah tangguhnya. Karena telah memberikan
perlawanan yang sangat gigih sekali, setiap lawan mendesaknya tentu akan
dihajarnya, sehingga itu harus mundur dengan menderita kesakitan.
Pangeran Ghalik merupakan
orang kepercayaan kaisar Kublai Khan, ia memiliki banyak sekali jago-jago
pilihan. Dan jago-jagonya yang tengah mengepung si nenek dengan pemuda bertubuh
pendek tersebut semuanya merupakan jago-jago yang memiliki kepandaian tinggi.
Maka aneh sekali, walaupun jumlah mereka begitu banyak. Tokh mereka tidak bisa
berbuat apa-apa pada ke dua lawan mereka itu, yang tangguh bukan main, di mana
mereka hanya bisa mengepung belaka.
Pemuda bertubuh pendek itu
rupanya telah habis sabarnya melihat jumlah lawan demikian banyak dan tetap
saja dia bersama nenek yang terkurung seperti itu. Maka dalam suatu kesempatan
dia telah memasukkan pisau kecil di tangannya itu ke dalam sakunya. Setelah
mendesak mundur dua orang lawannya, tahu-tahu dia telah berjongkok, dan ke dua
tangannya digerakkan perlahan dari mulutnya terdengar suara kodok, suara
“krookk, kroookk” seperti suara kodok, lalu ke dua tangannya didorongkan ke depan
kuat sekali.
Cepat cara menyerang pemuda
bertubuh pendek tersebut, karena seketika itu juga tubuh tiga orang jago dari
pangeran Ghalik terpental keras, rubuh kejengkang dan kemudian rebah tidak
bernapas lagi!
Pemuda bertubuh pendek
tersebut juga bukan hanya satu kali melaksanakan serangannya yang aneh seperti
itu, ia tetap berjongkok, dan waktu mulutnya memperdengarkan suara “Krookk,
krookkk” pula dan ke dua tangannya digerakkan seperti tadi, maka terpentallah
empat orang jago yang menjadi lawannya. Mereka kejengkang rebah pingsan dengan
luka parah, dan yang seorang seketika juga langsung putus jiwanya.
Menyaksikan keadaan seperti
itu, di mana pemuda itu mempergunakan ilmu yang aneh namun hebat itu, semua
lawannya jadi kaget dan memandang ragu-ragu untuk maju menyerang lagi. Pangeran
Ghalik juga telah memandang kaget dan dia sampai mundur dua tindak ke belakang,
mengawasi tegang kepada pemuda yang tangguh itu.
Swat Tocu yang berdiri di
pinggir telah tertawa nyaring, suaranya tinggi, lalu katanya: “Bagus! Bagus!
Memang apa yang pernah kalian katakan ibu dan anak memang benar, bahwa kalian
masih memiliki hubungan erat dengan Auwyang Hong, si bisa bangkotan itu! Itulah
Ha-mo-kang!”
Yo Him kaget mendengar
disebutnya cara serangan yang dilakukan oleh pemuda itu disebut sebagai ilmu
mujijat ini. Sejak kematian Auwyang Hong dan sama sekali Yo Him tidak menyangka
bahwa sekarang ia bisa menyaksikan ilmu mujijat itu, ilmu pukulan kodok Auwyang
Hong yang pernah menggetarkan rimba persilatan.
Memang Yo Him juga sering
mendengar dari ayah dan ibunya, mengenai sepak terjang Auwyang Hong di masa
lalu, di mana sempat juga Yo Ko menjadi “murid” dari Auwyang Hong. Namun karena
ilmu itu terlalu ganas, setelah memiliki kepandaian yang sempurna, Yo Ko jarang
sekali bahkan hampir sama sekali tidak pernah mempergunakannya. Begitu juga
kepada Yo Him dia tidak menurunkan ilmu Ha-mo kang tersebut, hanya memberikan
penjelasan singkat saja.
Begitu halnya juga dengan Oey
Yok Su, waktu Yo Him telah menjadi muridnya, Oey Yok Su menceritakan kepadanya,
bahwa Ha-mo-kang nya Auwyang Hong sesungguhnya merupakan ilmu kodok yang sangat
hebat sekali. Dan Oey Yok Su sendiri mengakui, jika saja Auwyang Hong tidak
sampai terbinasa, tentu akan dapat melatihnya lebih sempurna. Benar ilmu Ha-mo-kang
tersebut tidak bisa merubuhkan Oey Yok Su, tetapi buat Oey Yok Su juga sulit
menghadapi dan merubuhkannya.
Maka dari itu Yo Him telah
mengetahui akan kehebatan ilmu Ha-mo-kang itu. Namun kini yang membuat Yo-him
heran, pemuda berusia muda dan bertubuh pendek itu, dapat menjalankan ilmu
tersebut dengan baik, di mana setiap gerakan dari ke dua tangannya itu, yang
dipergunakan untuk menyerang lawannya, selalu berhasil dengan memuaskan. Dengan
demikian membuat Yo Him memandang tertegun sejenak lamanya.
Sedangkan si nenek telah
tertawa nyaring, katanya: “Untuk apa aku mendustaimu? Justru karena kami pernah
menerima pesan dari Auwyang Hong. Kami juga berani menjelaskan duduk
persoalannya padamu! Kami memang tidak ingin mempergunakan pengaruh dari
Auwyang Hong untuk meminta bantuanmu, itu terserah padamu...... tetapi kukira
tentunya dengan memandang pada Auwyang Hong tentu engkau bersedia untuk
membantu kami menyelesaikan suatu urusan......!”
Dan setelah berkata begitu, si
nenek yang rambutnya masih hitam telah mengeluarkan suara siulan yang nyaring,
di mana dia telah menggerakkan ke dua tangannya, maka telah dua orang lagi
lawannya yang tergempur mundur.
Namun serangan si nenek
berambut hitam itu tidak sehebat seperti pemuda bertubuh pendek tersebut karena
dia masih kalah tenaga. Ilmu yang digunakannya tidak sehebat Ha-mo-kang yang
dipergunakan pemuda bertubuh pendek itu.
Yo Him jadi menduga-duga
siapakah pemuda bertubuh pendek yang liehay ini? Juga siapa nenek itu yang
masih memilik rambut yang hitam, dan sisa-sisa dari kecantikan masih berbekas
di wajahnya walaupun usianya telah lanjut. Dan mereka tampaknya memiliki
hubungan yang cukup akrab dengan Swat Tocu, malah disebut-sebut mereka memiliki
hubungan dengan Auwyang Hong, malah sekarang pemuda bertubuh pendek itu telah
membawakan ilmu Ha-mo-kang, ilmu andalan Auwyang Hong.
Sesungguhnya, si nenek dan
pemuda bertubuh pendek itu adalah ibu dan anak. Mereka adalah Cek Yian dan
Phu-jie, yang pernah kita kenal dalam kisah Sin-tiauw-thian-lam, yang pernah
mengakui sebagai isteri Auwyang Hong, dan putera sebagai puteranya Auwyang
Hong.
Sejak peristiwa di Hoa-san, di
mana mereka mendapatkan kenyataan kuburan Auwyang Hong dan Ang Cit Kong
dibongkar orang, dan Cek Tian telah bertempur dengan Yo Ko, maka akhirnya ia
mengajak Phu-jie untuk mengembara, menyelidiki dan mencari orang yang telah
membongkar kuburan Auwyang Hong. Tetapi tahun demi tahun usaha mereka itu tidak
berhasil sama sekali sampai sekarang, sesudah duapuluh tahun lebih, waktu
Phu-jie, pemuda yang memiliki pertumbuhan tubuh yang pendek itu telah dewasa,
barulah mereka mengendus tentang peristiwa pembongkaran kuburan Auwyang Hong
yang terjadi hampir duapuluh tahun lebih yang silam!
Sesungguhnya Phu-jie memang
putera Auwyang Hong namun putera tidak resmi di mana Phu-jie dianggap merupakan
si anak haram! Pek-to-san di mana ia berdiam di sana sebagai juga seorang raja
dengan pelayan-pelayannya terdiri dari gadis-gadis cantik.
See-tok Auwyang Hong merupakan
seorang jago luar biasa dari keempat jago lainnya, karena See-tok merupakan
tokoh sakti yang kepandaiannya tidak berada di bawah kepandaian Oey Yok Su, Ong
Tiong Yang, Ang Cit Kong maupun It Teng Taysu. Karena sibuk mempersiapkan ilmu
untuk menghadapi keempat jago-jago luar biasa itu maka See-tok telah mencurahkan
seluruh perhatiannya untuk melatih ilmu tersebut perhatiannya dan tidak mau
menikah.
Sebagai seorang manusia, tentu
saja Auwyang Hong tidak bisa terlepas dari kodrat manusia di mana ia sebagai
seorang pria yang dikelilingi oleh para pelayan yang ratusan orang jumlahnya
semua terdiri dari wanita-wanita cantik. Maka dari itu hampir semua pelayan
wanitanya itu memang dijadikan semacam isteri tidak resmi, tidak ada seorangpun
yang diambil secara sah sebagai isterinya.
Dengan demikian, mereka
disamping menjadi “isteri”, juga merangkap sebagai “pelayan” dan juga “murid”
dari Auwyang Hong. Dari seorang “isteri” yang bernama Mie San Lie, diperoleh
seorang anak, hasil hubungan gelap mereka, di mana telah terlahir seorang bayi
laki-laki yang kemudian diberi nama Auwyang Kongcu.
Namun disebabkan malu untuk
mengakui anaknya sebagai puteranya, Auwyang Hong menceriterakan bahwa Auwyang
Kongcu adalah keponakannya. Tetapi Auwyang Hong sangat mencintai Auwyang
Kongcu, di mana seluruh kepandaiannya telah diturunkan pada putera merangkap
keponakan tersebut, sehingga Auwyang Kongcu jadi liehay namun bernasib sial
yang akhirnya harus terbinasa muda......
Jika memang hendak diturutkan,
tentu Auwyang Hong akan memiliki ratusan anak haram atas hubungan gelapnya
dengan para pelayan wanita yang berjumlah ratusan orang itu. Namun setiap kali
pelayannya hamil, tentu Auwyang Hong memberikan semacam obat sehingga kandungan
itu gugur.
Dan setelah Auwyang Kongcu
binasa, saat itulah Auwyang Hong baru berhasrat untuk memiliki seorang anak
lagi. Maka atas hubungannya dengan seorang pelayan wanitanya yang bernama Cek
Tian, ia berhasil memiliki seorang anak pula, diberi nama Auwyang Phu. Hanya
saja disebabkan telah tiba waktunya untuk diselenggarakan pertemuan di Hoa-san
antara Auwyang Hong dengan keempat jago-jago lainnya yaitu Oey Yok Su, Ong
Tiong Yang, Ang Cit Kong dan It Teng Taysu, See-tok telah kembali ke daratan
Tiong-goan, meninggalkan puteranya yang pada saat itu baru berusia sembilan
bulan.
Hanya sebelum berangkat,
See-tok telah meninggalkan sejilid kitab ilmu silat dengan pesan jika memang ia
tidak beruntung memperoleh kemenangan dalam pertemuan di Hoa-san dan terbinasa,
maka Cek Tian harus mendidik Phu-jie sebaik mungkin mendidik ilmu silatnya yang
terdapat di dalam kitab warisannya itu.
Dengan demikian, Cek Tian
telah mematuhi perintah suami tidak resmi yang merangkap menjadi gurunya.
Memang sejak diculik Auwyang
Hong, dan Cek Tian bekerja sebagai pelayan merangkap istri. Dia juga memperoleh
didikan ilmu silat dari Auwyang Hong sehingga memiliki kepandaian yang tinggi
sekali. Sekarang menanti sekian tahun, waktu Phu-jie telah berusia tujuh tahun,
Auwyang Hong belum kembali, Cek Tian mengajak Phu-jie ke daratan Tiong-goan
untuk mencari ayah anaknya itu disamping mengajari ilmu silat yang dimilikinya.
Karena memang Phu-jie putera
See-tok yang licin dan cerdik itu membuat anak itu pula memiliki otak yang
encer pula. Dia bisa mempelajari ilmu warisan See-tok dengan baik.
Namun sayangnya ketika mereka
ibu dan anak melakukan pengembaraan di daratan Tiong-goan. Di mana waktu itu
Cek Tian telah berusia setengah baya, karena See-tok baru mau memiliki anak
darinya setelah ia berusia pertengahan tahun seperti itu. Ibu dan anak ini
mendengar berita atas kematian Auwyang Hong dan Ang Cit Kong. Maka Cek Tian
mengajak Phu-jie ke Hoa-san untuk menyambangi kuburan See-tok. Kejadian yang
ada, kuburan itu telah bongkar orang. Waktu ibu dan anak itu tiba di sana,
malah telah salah paham dengan Yo Ko dan Lo Ban Thong......
Karena hampir duapuluh tahun
lamanya tidak berhasil mencari jejak pembongkar kuburan Auwyang Hong, Cek Tian
bermaksud hendak mengajak Phu-jie kembali ke Pek-to-san. Namun anak itu malah
lebih senang mengembara di daratan Tiong-goan, yang memiliki keindahan alam
yang permai dan indah. Disamping itu, kini Phu-jie telah menjadi seorang pemuda
yang kepandaiannya tangguh sekali. Hanya ada satu kekurangan padanya, bentuk
tubuhnya yang pendek tak bisa membesar, tampaknya seperti anak belasan tahun
belaka.
Sang ibu yang sangat mencintai
anak tunggalnya itu, yang kini telah berusia lanjut, menuruti saja kemauan
Auwyang Phu. Mereka telah mengembara terus dalam daratan Tiong-goan.
Soal penyerbuan tentara
Mongolia, tak menarik perhatian ibu dan anak tersebut, karena mereka lebih
mementingkan pribadi mereka, tanpa memperdulikan keadaan di sekitar mereka.
Waktu peperangan telah usai,
di mana daratan Tiong-goan telah berhasil dikuasai Kublai Khan. Waktu itulah
Cek Tian bersama Auwyang Phu baru memperoleh berita bahwa peristiwa pembongkaran
kuburan ayahnya itu, yang terjadi telah puluhan tahun lalu, memiliki hubungan
dan sangkut paut dengan pangeran Ghalik, keponakan dari Kublai Khan.
Maka mereka ibu dan anak telah
mencari pangeran Ghalik.
Semula mereka mengacau di
istana kaisar Kublai Khan. Namun setelah tidak berhasil menemukan jejak
pangeran Ghalik, dan setelah dikepung oleh perwira istana Kublai Khan yang
umumnya memiliki kepandaian tinggi itu, akhirnya mereka melarikan diri dari
istana dan menyelidiki lagi mencari jejak pangeran Ghalik.
Selama menyelidiki, mereka
juga selalu main bunuh dan membinasakan tentara-tentara Mongol yang mereka
jumpai dan mendesak mereka untuk memberi keterangan. Karena tangan ibu dan anak
yang begitu telengas, maka suatu kali seorang tentara Mongolia yang takut mati,
telah menceritakan bahwa pangeran Ghalik sesungguhnya memiliki istana yang
tersembunyi di sebuah lembah...... Tidak urung setelah memberikan keterangan
tentara yang nasibnya sial ini digempur batok kepalanya sampai lumat oleh
pukulan tangan Auwyang Phu.
Begitulah Cek Tian bersama
puteranya telah berangkat menuju ke lembah Sam-cie-kok di pegunungan Liang-san.
Tempat itu memang tersembunyi letaknya, namun ibu dan anak ini memang memiliki
kepandaian yang tinggi dan juga memang ginkang mereka sempurna, sehingga mereka
bisa menemukannya. Dan waktu tiba di istana yang merupakan perbentengan itu,
ibu dan anak ini juga telah bertemu dengan seseorang yang tengah mengamuk hebat
membinasakan beberapa orang tentara Mongolia yang melakukan penjagaan di luar
istana.
Orang itu tidak lain Swat Tocu
yang ingin masuk ke dalam istana. Namun telah ditahan, sehingga Swat Tocu
bersama biruang saljunya mengamuk di mana setiap kali ada tentara Mongolia yang
tercekal oleh biruang salju Pek-swat-jie, tentara itu akan terbinasa dengan
tubuh yang dirobek-robek oleh binatang buas tersebut!
Juga Swat Tocu sendiri telah
membinasakan belasan tentara penjaga. Sisanya segera melarikan diri ke dalam
istana.
Cek Tian dan Auwyang Phu telah
berkenalan dengan Swat Tocu. Waktu mendengar nyonya itu mengakui sebagai isteri
Auwyang Hong dan Auwyang Phu sebagai putera Auwyang Hong, Swat Tocu jadi tidak
mempercayainya. Tetapi nyonya itu mengatakan, nanti setelah mereka tiba di
dalam istana. Ia akan membuktikan kebenaran dari perkataan mereka. Memang
kedatangan mereka ke istana ini untuk mencari pangeran Ghalik, guna
memperhitungkan sakit hati mereka terhadap pembongkaran kuburan Auwyang Hong.
Nyonya Cek Tian tidak berani
bersikap kurang ajar pada Swat Tocu, karena dari Auwyang Hong ia pernah juga
mendengar terdapat seorang tokoh yang memiliki kepandaian sangat lihay, tidak
berada di bawah kepandaian Auwyang Hong, yaitu Swat Tocu. Dan tidak disangkanya
bahwa kini mereka bisa bertemu. Malah tanpa segan-segan Cek Tian memohon agar
Swat Tocu membantu mereka untuk membalas sakit hati mereka pada pangeran
Ghalik.
Swat Tocu menyatakan dengan
memandang muka See-tok yang telah terbinasa dan diperhina dengan pembongkaran
kuburannya oleh pangeran Ghalik, ia bersedia membantu. Terlebih lagi ia tertarik
melihat Auwyaug Phu merupakan seorang pemuda yang memiliki bakat dan tulang
baik untuk mempelajari ilmu silat, walaupun tubuhnya begitu pendek dan
cebol......
Memang kedatangan Swat Tocu ke
lembah ini kebetulan saja. Setelah berpisahan dengan Yo Him, ia mengajak
biruang saljunya meninggalkan kota itu dan tiba di lembah ini. Tak disangka
mereka juga tiba di lembah Sam-cie-kok tersebut, sehingga Swat Tocu melihat
istana yang megah.
Sebagai seorang tokoh sakti
yang memiliki adat sangat aneh, ia ingin sekali mengetahui, entah apa isinya
istana tersebut dan siapa penghuni istana yang aneh terletak di dalam lembah
tersembunyi itu. Dengan berani dia hendak memasuki istana itu. Siapa tahu ia
ditegur dan dicegat oleh para penjaga di luar istana, membuat Swat Tocu
memaksanya dan setelah dicegah terus, ia mengamuk bersama biruang saljunya.
Begitulah Swat Tocu akhirnya
bersama dengan Tek Cian dan Auwyang Phu telah masuk ke istana tersebut,
sedangkan Pek-swat-jie, menanti di luar istana, untuk berkeliaran di lembah itu
menangkap burung dan binatang kecil lainnya......
Jago-jago yang mengurung Cek
Tian dan Auwyang Phu semakin ganas, mereka melihat banyak kawan mereka yang
telah menjadi korban. Dan karena itu, mereka telah bertekad untuk membinasakan
Auwyang Phu dan Cek Tian. Mereka memperketat kepungan, dengan senjata mereka
bersama meluruk melancarkan serangan yang hebat.
Cek Tian melihat bahwa ia mau
atau tidak harus mempergunakan kekerasan membuka jalan berdarah. Maka wanita
setengah baya itu telah berjongkok dan kemudian mulutnya mengeluarkan suara
“krookk, krook”, di mana kemudian ke dua tangannya digerakkan ke depan
memotong. Sama sikapnya seperti yang dilakukan oleh Auwyang Phu, karena memang
Cek Tian mempergunakan ilmu Ha-mo-kang.
Hebat kesudahannya, sebab
tampak tiga orang lawannya telah terpental keras dan seorang terbinasa, dua
pingsan dengan luka di dalam yang hebat.
Ibu dan anak telah
mempergunakan Ha-mo-kang. Ilmu warisan Auwyang Hong, yang tercatat di dalam
kitab warisannya itu, memang telah diwarisi seluruhnya pada Auwyang Phu,
sehingga Auwyang Phu memiliki kepandaian yang sangat tinggi. Dengan demikian,
Cek Tian dan Auwyang Phu seperti juga dua orang momok yang mengerikan bagi
semua lawannya.
Pangeran Ghalik yang sejak
tadi melihat bahwa ke dua orang ini berbahaya sekali, dan juga belum lagi Swat
Tocu yang tampaknya memiliki kepandaian yang jauh lebih lihai belum turun
tangan, maka diam-diam pangeran Ghallik telah membisiki seorang anak buahnya,
meminta agar memanggil Tiat To Hoat-ong secepatnya. Memang waktu itu Tiat To
Hoat-ong belum lagi meninggalkan istana pangeran ini, belum pulang ke ibu kota.
Dan setelah itu, pangeran
Ghalik sendiri telah melompat kehadapan Cek Tian, bentaknya: “Wanita tua tidak
mengenal mampus, kau berani mengacau di istanaku, heh?”
Dan golok di tangannya, di
punggung goloknya yang bergigi seperti gergaji itu telah digerakkan untuk
membacok Cek Tian.
Namun Cek Tian mempergunakan
ilmu Ha-mo-kangnya menghantam pangeran itu.
Pangeran Ghalik memang pernah
menerima pelajaran ilmu silat dari seorang aneh, yang kosen dan memiliki
kepandaian luar biasa tingginya, ia berkelit cepat dan gesit sekali. Di mana
pukulan Ha-mo-kang yang dilancarkan oleh Cek Tian gagal mengenainya, hanya
menyambar dinding di belakang pangeran Ghalik, sehingga dinding jebol
berlubang.
Pangeran Ghalik jadi terbang
semangatnya. Dia boleh liehay kepandaiannya, tetapi menghadapi wanita kosen
ini, ia jadi menggigil juga.
Sedangkan Swat Tocu telah
tertawa bergelak-gelak dengan suara yang nyaring: “Bagus, bagus, manusia
bertingkah seperti dia memang harus dimampusi!”
Cek Tian juga telah berseru
bengis: “Bukankah engkau pangeran Ghalik?”
Pangeran Ghalik telah berhasil
mengumpulkan semangatnya, dengan melintangkan goloknya di dada, ia telah
menyahuti: “Benar!”
Tetapi di saat itu terdengar
tiga jeritan lagi, tiga sosok tubuh terpental oleh pukulan Ha-mo-kang Auwyang
Phu.
“Bagus! Memang kau yang tengah
kami cari!” kata Cek Tian.
“Ada urusan apa kalian
mencariku dan sekarang mengacau di sini?” bentak pangeran Ghalik ragu-ragu,
lenyap kebengisannya dan keagungannya sebagai seorang pangeran, walaupun ia
masih hendak bersikap keagung-agungan.
“Aku hendak menanyakan soal
pembongkaran kuburan suamiku!” menyahuti Cek Tian.
“Siapa suamimu?”
“Auwyang Hong...... yang
kuburannya di Hoa-san telah kau bongkar!”