27 Kegagalan Untuk Meloloskan Diri
“Mengenai urusan ini,” kata
Sasana lagi. “Ayahku belum lagi mengetahuinya. Ayahku baru dapat menduga-duga
tentang maksud buruk Tiat To Hoat-ong namun belum mengetahui keseluruhnya.
Hanya aku yang secara keseluruhan mengetahui rencana busuk dari koksu itu.
“Lalu apa yang ingin nona
lakukan?” tanya Yo Him.
“Tentu saja, tanpa bukti tidak
bisa aku bertindak,” kata Sasana. “Tiat To Hoat-ong setelah mencelakai kalian
segera akan meninggalkan tempat ini untuk pergi ke kotaraja. Racun yang
dipergunakannya itu adalah racun yang bekerja lambat sekali, di mana baru
bekerja selewatnya lima hari.
“Biarpun bekerja lambat, racun
itupun merupakan racun yang tidak pernah dapat ditarik jiwanya dari genggaman
elmaut! Racun itu diolah dari nyalinya ular berbisa, nyali kelabang, nyali
kalajengking, nyali kodok hitam, dan juga beberapa macam nyali dari
binatang-binatang berbisa lainnya, sehingga merupakan racun yang luar
biasa......!”
Yo Him tercekat hatinya.
Walaupun bagaimana dia tak menyangka bahwa Tiat To Hoat-ong akan mengambil
tindakan sekeji itu.
“Jika memang Tiat To Hoat-ong
telah berangkat ke kotaraja. Lewat beberapa hari racun itu baru bekerja, dengan
demikian pihakmu akan menduga bahwa ayahku yang telah meracuni kalian dan itu
merupakan suatu keuntungan buat Tiat To Hoat-ong, karena dia berhasil mengadu
domba antara pihakmu dengan ayahku? Sedangkan pada Kaisar dia bisa menyampaikan
bahwa itu adalah jasanya dan juga akan melontarkan fitnah yang berat sekalipada
ayahku!”
“Jadi maksud nona?” tanya Yo
Him.
“Seperti yang telah kukatakan
padamu bahwa aku ingin mengadakan jual beli denganmu. Persoalan ini belum
diketahui oleh ayahku maka dari itu, aku yang memberikan janji padamu, bahwa
ketiga orang sahabatmu akan kubebaskan, setelah itu kau sendiri harus membantu
aku untuk melindungi ayahku, menghadapi orang-orangnya Tiat To Hoat-ong!”
Yo Him bimbang, dia berdiam
diri sejenak lamanya, tidak memberikan jawaban terhadap “tawaran” istimewa
gadis tersebut.
Sasana mengawasi Yo Him dengan
sinar mata yang berkilauan. Di bawah sinarnya rembulan yang menerangi tempat
itu, dengan berada di taman bunga yang penuh pohon-pohon bunga beraneka warna,
si gadis demikian cantik. Sinar matanya itupun menggoncangkan perasaan Yo Him.
Tetapi cepat sekali Yo Him bisa mengendalikan perasaannya, dia mengangguk.
“Baiklah, jika memang benar
apa yang dikatakan oleh nona mengenai rencana busuk Tiat To Hoat-ong terhadap
diriku dan kawan-kawan itu, aku bersedia membantumu! Tetapi perlu kutegaskan di
sini, bahwa aku tidak menjanjikan untuk membantu ayahmu.
“Jika sekarang aku menyanggupi
itupun hanya untukmu, dengan adanya jual beli di antara kita! Juga bantuanku
hanya terbatas melindungi ayahmu dari tangan jahat Tiat To Hoat-ong aku tidak
mengatakan akan melindungi keseluruhannya. Sebab di luar dari urusan ayahmu
dengan Tiat To Hoat-ong, bukanlah menjadi urusanku lagi!”
“Itupun telah lebih dari
cukup!” kata Sasana sambil tersenyum dan wajahnya berseri-seri. “Terima kasih
Yo kongcu dengan kesediaanmu untuk membantuku, maka semua urusan tentu dapat
dibereskan dengan baik! Jiwa ayahku tentu bisa terhindar dari bencana!”
Yo Him mengawasi si gadis
beberapa saat lamanya, di mana tampak wajah Sasana berseri-seri dan di bawah
cahaya rembulan begitu cantik, senyumnya pun menawan sekali. Pemuda ini jadi
menghela napas. katanya dengan suara yang agak perlahan:
“Nona, mengenai janjiku itu
memang akan kutepati, tetapi aku tidak berani memastikan akan berhasil
membantumu menghadapi Tiat To Hoat-ong dengan orang-orangnya. Aku hanya
berjanji akan membantumu sekuat tenaga dan engkau juga akan membebaskan
kawan-kawanku, sedangkan mengenai kekuatan Tiat To Hoat-ong dengan
orang-orangnya itu hanya engkau juga yang mengetahuinya.
“Benar, itu adalah urusanku.
Tapi yang kubutuhkan adalah bantuanmu, Yo kongcu, karena hanya engkau yang
pasti dapat menghadapi Tiat To Hoat-ong, sedangkan orang-orangnya itu adalah
urusanku dan ayahku di mana kami akan sanggup menghadapinya. Asal memang kau
sedia membantu kami dan menepati janjimu, semuanya akan beres.”
Setelah berkata begitu, Sasana
telah mengerling sejenak pada Yo Him, lalu melanjutkan lagi perkataannya:
“Besok malam kawan-kawanmu itu akan kubebaskan...... dan Yo Kongcu kau boleh
memberitahukan pada mereka agar bersiap-siap!”
Yo Him mengangguk. Sasana
telah memutar tubuhnya untuk berlalu.
Yo Him pun telah kembali ke
kamarnya. Dia menceritakan semuanya ini pada Cin Piauw Ho dan Liu Ong Kiang.
Sedangkan Wang Put Liong yang waktu itu telah terbangun juga mendengarkan
cerita tersebut. Tampaknya Wang Put Liong jadi gelisah sekali.
“Wang Locianpwe, kau boleh
menungguku di markas Kay-pang bersama dengan Liu Locianpwe!” kata Yo Him.
Kemudian dia menoleh kepada
Cin Piauw Ho, katanya: “Kesehatanmu telah pulih walaupun racun yang mengendap
di tubuhmu belum bisa dilenyapkan, Cin toako! Maka jika memang kau berhasil
meninggalkan tempat ini, tentu kau bisa pergi ke Cia-leng-kwan. Mudah-mudahan
saja kau bisa memperoleh penawar racun yang tepat dalam waktu-waktu yang dekat,
namun disamping itu akupun akan mencari obat untukmu Cin toako. Jika urusan di
sini telah selesai, aku akan segera menyusulmu ke Cia-leng-kwan.”
Cin Piauw Ho menghela napas
dalam-dalam, kemudian katanya: “Baiklah, terima kasih atas bantuan yang selama
ini diberikan Yo Siauwhiap!”
Yo Him juga telah berpesan
kepada Liu Ong Kiang untuk membawa serta Ko Tie meninggalkan tempat itu, di
mana Yo Him menjanjikan dalam beberapa bulan mendatang nanti ia akan
mengunjungi markas Kay-pang untuk menjemput Ko Tie kembali, disamping itu tentu
karena pada orang tersebut terdapat urusan yang penting sekali. Juga Yo Him
telah berkata kepada Liu Ong Kiang, agar setelah nanti keluar dari istana
pangeran Ghalik ini Liu Ong Kiang boleh menyelêsaikan urusan Kay-pang yang
tengah goyah mengalami perpecahan itu.
Liu Ong Kiang tidak membantah,
hanya saja yang memberatkan hatinya ia kuatirkan keselamatan Yo Him. Sebab
dengan berada seorang diri di dalam istananya pangeran Ghalik ini sama saja Yo
Him dengan berada di kandang harimau, yang sewaktu-waktu bisa menerkamnya.
Malah Liu Ong Kiang meragukan
Sasana, yang dikuatirkannya justeru tengah memasang penangkap untuk Yo Him di
mana pangeran Ghalik memang sengaja memperalat puterinya yang jelita itu untuk
menjebak Yo Him. Namun Yo Him telah tetap dengan keputusannya.
Keesokan malamnya, dalam
kesunyian malam yang telah begitu larut dan juga kepekatan di sekitar istananya
pangeran Ghalik, tampak beberapa sosok tubuh tengah bergerak perlahan-lahan
menuju ke pintu istana pintu gerbang yang besar dan megah itu. Dua orang penjaga
yang melihat sosok tubuh itu segera membentak dengan suara yang keras, “Siapa?”
“Aku! Cepat buka pintu!”
menyahuti salah seorang sosok tubuh itu dengan suara yang nyaring, suara
seorang wanita.
Salah seorang penjaga pintu
istana itu mengangkat tinggi-tinggi pelita tengtoleng di tangannya, sehingga
dia dapat melihat jelas orang di depannya. Seorang gadis yang cantik jelita
sedangkan di belakangnya tampak empat orang lelaki yang dikenalnya sebagai
“tamu istimewa” dari pangeran Ghalik, bersama mereka juga tampak seorang anak
lelaki.
“Oh Kuncu?” seru mereka kaget.
Dan tanpa banyak rewel lagi mereka segera membuka pintu gerbang istana.
Ternyata gadis yang cantik
jelita itu tidak lain dari Sasana bersama-sama, dengan Yo Him, Cin Piauw Ho,
Liu Ong Kiang, Wang Put Liong dan Ko Tie. Setelah pintu gerbang terpentang Yo
Him merangkapkan tangannya memberi hormat kepada Cin Piauw Ho, Liu Ong Kiang
dan Wang Put Liong, di mana waktu itu Wang Put Liong yang sepasang tangannya
masih terborgol oleh rantai besi, tengah digendong oleh Cin Piauw Ho, sedangkan
Ko Tie digendong oleh Liu Ong Kiang.
“Cin toako, Wang Locianpwe,
selamat jalan! Juga kau Ko Tie, selama dalam perjalanan, kau tidak boleh nakal,
ya?! Kau tunggu aku di tempatnya Liu Locianpwe. Nanti aku akan datang
menjemputmu!”
Ko Tie mengiyakan, padahal di
hati bocah itu merasa berat untuk berpisah dengan Yo Him, namun dia tidak
berani mengemukakan perasaannya.
Begitulah, Cin Piauw Ho, Wang
Put Liong, Liu Ong Kiang dan Ko Tie telah meninggalkan istana yang mirip
perbentengan tersebut. Namun baru saja mereka melangkah beberapa tindak
tiba-tiba dari arah belakang mereka telah menyambar angin yang berkesiuran
cepat sekali ke punggung Liu Ong Kiang. Ternyata itulah beberapa batang jarum
yang tengah menyambar ke jalandarah-jalandarah yang mematikan di tubuh Liu Ong
Kiang dan Cin Piauw Ho.
Yo Him yang mengetahui itu,
jadi terkejut. Dilihatnya jarum-jarum itu menyambar dengan tenaga timpukan yang
sangat kuat sekali. Maka Yo Him telah mengebut dengan lengan bajunya, di mana
jarum-jarum itu telah runtuh ke tanah sebelum tiba pada sasarannya.
“Mau pergi kemanakah, tuan?”
tegur suara yang dingin, namun bengis sekali. “Apakah pelayanan kami selama ini
kurang baik, sehingga kalian ingin meninggalkan tempat kami secara diam-diam
seperti ini?!”
Semua orang menoleh, tampak
beberapa sosok tubuh berdiri di dekat tembok istana ini, di tempat yang agak
terhindar dari penerangan api tengtonglengnya si penjaga pintu gerbang
tersebut. Salah seorang di antara mereka yang berdiri paling depan, yang
memiliki bentuk tubuh yang tinggi besar, dan juga dilihat dari cara
berpakaiannya itu tidak lain dari Tiat To Hoat-ong.
Muka Sasana jadi berobah
ketika melihat Koksu negaranya itu. Dia telah mengawasi sejenak, namun puteri
pangeran Ghalik ini cepat dapat menguasai perasaannya. Dia telah berkata dengan
disertai senyumnya: “Oh, Koksu? Kebetulan sekali, ada sesuatu yang ingin
kusampaikan?”
Tiat To Hoat-ong melangkah
maju beberapa langkah ke depan, membungkukkan tubuhnya sedikit memberi hormat
lalu dengan muka yang bengis dan dingin. Dia bilang. “Kuncu, kebetulan sekali
aku lewat di tempat ini dan melihat kalian......! Tetapi yang membuatku jadi
heran, mengapa mereka ini, tamu-tamu kita yang terhormat tampaknya ingin
meninggalkan istana ayahmu. Merekapun tampaknya semuanya membawa perbekalan
seperti juga akan melakukan suatu perjalanan yang jauh......!”
Sasana mengerti, itulah
kata-kata sindiran dari Koksu negara. Tetapi Sasana telah tersenyum, katanya
dengan sikap yang tenang. “Mereka telah menemui ayahku, telah meminta ijin
untuk meninggalkan tempat ini!”
“Lalu pangeran telah
mengijinkan mereka pergi?” tanya Tiat To Hoat-ong sambil memperdengarkan suara
tertawa dingin.
“Ya!” Sasana mengangguk,
”Memang ayahku telah memberikan ijin......!”
“Hmmm seperti Kuncu ketahui,
setiap orang di dalam istana ini, kecuali pangeran dan aku, maka yang hendak
keluar dari istana ini harus memiliki “surat jalan” yang ditandatangani oleh
pangeran! Tentu peraturan yang, dikeluarkan oleh ayah Kuncu diketahui jelas
olehmu, bukan?!”
Muka si gadis jadi berobah
merah, ternyata Tiat To Hoat-ong memang mendesaknya terus.
Dan belum lagi si gadis sempat
mencarikan jawaban yang tepat, Tiat To Hoat-ong telah menoleh kepada Yo Him
dengan sorot mata yang tajam bengis sekali, namun ia membungkukkan sedikit
tubuhnya dengan agak memberi hormat, dia bilang dengan suara yang dingin.
“Hawa udara di malam selarut
ini dingin sekali, harap tuan-tuan kembali ke tempat kalian. Karena salah-salah
nanti kesehatan kalian terganggu.”
Yo Him memandang pada Sasana,
dia seperti menantikan keputusan dari puteri pangeran Ghalik tersebut.
Sedangkan Sasana waktu itu
telah mengambil keputusan, diapun berkata dengan suara yang nyaring: “Koksu!
Kau dengarlah! Untuk sekali ayah tergesa-gesa, sehingga ayahku lupa untuk
memberikan surat jalan yang seperti Koksu katakan tadi! Memang merekapun adalah
merupakan tamu-tamu istimewa, sehingga mereka tidak memerlukan segala macam
peraturan seperti itu! Mereka adalah kesatria ternama, maka jika memang harus
ikuti peraturan yang ada itu tentunya kukira kurang begitu menyenangkan untuk
mereka......!”
“Begini saja Kuncu, kita
kembali dulu ke dalam, di mana kita pergi menghadap pada ayah Kuncu, dan nanti
setelah pangeran menyatakan mereka memang tidak perlu surat jalan untuk keluar
dari istana ini, akupun tentu tidak berani untuk merintanginya......!
“Terlebih lagi selama berada
di sini, aku bertugas untuk menjaga keselamatan pangeran dan juga seluruh
istana ini berada dalam penguasaanku, itu semua untuk keselamatan kalian juga!
Tidak bisa aku bersikap sembarangan, setidak-tidaknya setiap peraturan yang
telah diadakan oleh pangeran jelas tidak bisa dilanggar oleh siapapun juga.
Semua ini untuk keselamatan dari seluruh penghuni istana ini juga! Maafkanlah
Kuncu aku hanya sekedar menjalankan tugas......”
Muka Sasana berubah merah.
Biasanya Tiat To Hoat-ong tidak pernah membantah perkataannya.
Sebagai puteri dari pangeran
Ghalik, yang menjadi orang kepercayaan utama dari kaisar dan memiliki kehidupan
yang mutlak, mutlak terhadap angkatan perang kerajaan, tentu saja Sasana
merupakan orang yang agung dan dihormati sekali. Namun malam ini, tampaknya
Tiat To Hoat-ong memang ingin mencegah kepergian dari Cin Piauw Ho dan yang
lain-lain tersebut, tanpa memperdulikan Sasana pula.
“Koksu!” kata Sasana dengan
suara yang nyaring. “Apa yang kukatakan adalah yang sebenarnya! Apakah memang
Koksu tidak mempercayai perkataanku? Jika memang kita pergi menemui ayahku,
akan sama pula jawabannya......!”
Tiat To Hoat-ong tersenyum dengan
sikap tawar.
”Tetapi jika memang aku
mendengarnya langsung dari pangeran, tentu hal itu berarti aku tidak menyalahi
tugasku ini!” menyahuti Tiat To Hoat-ong.
Melihat keadaan semakin runyam
seperti ini, tiba-tiba Sasana teringat sesuatu maka katanya sambil mengawasi
Tiat To Hoat-ong: “Koksu kudengar malam ini seharusnya Koksu sudah berangkat ke
kota raja untuk memberikan laporan kepada Kaisar! Tapi mengapa Koksu belum
berangkat? Lagi pula kekuasaan untuk keamanan istana ini, seluruhnya telah
diserahkan kepada Gochin Talu!”
Koksu negara tersebut
tersenyum.
“Kebetulan sekali kesehatanku
terganggu, memang benar perkataan Kuncu bahwa keberangkatanku ke kota raja
ditunda dua hari lagi sampai kesehatanku pulih!” menyahuti Koksu tersebut.
“Karena itu, walaupun seluruh wewenang mengadakan penjagaan untuk keamanan
istana ini telah diserahkan kepada Gochin Talu, tokh aku tetap bertanggung
jawab penuh akan keamanan di tempat ini selama aku berada di sini? Bukankah
Gocin Talu ini, hanyalah memang merupakan wakilku semata jika aku tidak berada
di tempat?” Tiat To Hoat-ong tersenyum.
Sasana terdesak lagi,
sedangkan Yo Him telah melihat keadaan semakin tidak beres, sedangkan anak buah
Tiat To Hoat-ong, tujuh orang pendeta Mongolia yang berpakaian sama dengan Tiat
To Hoat-ong, hanya usia mereka semuanya mungkin baru tigapuluhan tahun, telah
menghampiri berdiri di belakang Tiat To Hoat-ong, menahan kepergian Cin Piauw
Ho dan yang lainnya mempergunakan jarum rahasianya itu, maka memperlihatkan
bahwa Tiat To Hoat-ong tidak main-main untuk mencegah kepergian mereka. Jelas
walaupun bagaimana koksu negara itu akan berusaha menahan kepergian Cin Piauw
Ho dan lainnya.
“Kuncu,” kata Yo Him kepada
Sasana. “Jika memang urusan yang dikatakan oleh Taysu itu merupakan suatu peraturan
di sini, apa salahnya jika Kuncu tolong pergi mengambilkan “surat jalan” yang
dimaksudkan oleh Taysu? Bukankah Kuncu bisa pergi menemui ayahmu dan meminta
“surat jalan” itu?”
Tiat To Hoat-ong tertawa
menyeringai, katanya, “Ya, jika memang Kuncu bersedia untuk pergi menghadap
pangeran hanya seorang diri, itupun tidak ada halangannya. Tetapi kuharap
tuan-tuan kembali dulu ke tempat kalian! Kukira alangkah baiknya jika kalian
meninggalkan tempat ini besok pagi, dengan melakukan perjalanan di tengah malam
begini bukankah merupakan perjalanan yang menyebalkan?”
Setelah berkata begitu Tiat To
Hoat-ong mengambil sikap seperti mempersilahkan Yo Him dan yang lainnya untuk
kembali ke dalam istana. Sedangkan Sasana mengawasi Koksu itu dengan sepasang
alis yang mengkerut, otaknya bekerja keras sekali, untuk mencari jalan guna
menyingkirkan Koksu tersebut.
Dilihatnya ke tujuh pendeta
muda, yang diketahui oleh Sasana merupakan kawan-kawan Tiat To Hoat-ong, yang
baru datang dari Mongolia belum lama yang lalu, telah memperlihatkan sikap
bersiap-siap untuk menghadapi sesuatu. Merekapun tampaknya memiliki kepandaian
yang tidak rendah.
Diam-diam di hati Sasana juga
telah menimbang-nimbang menakar kekuatan. Yo Him memang bisa menghadapi Tiat To
Hoat-ong. Walaupun belum dapat dipastikan Yo Him bisa merubuhkan Koksu negara
yang sangat lihay itu di mana kepandaiannya tinggi sekali. Namun sedikitnya
Tiat To Hoat-ong juga tidak bisa berbuat banyak pada Yo Him. Sedangkan yang
diragukan Sasana adalah ke tujuh orang anak buah Tiat To Hoat-ong itu. Sasana
mungkin bisa menghadapi dua orang di antara mereka. Lalu yang lima orang lagi
siapa yang menghadapinya?
Cin Piauw Ho baru saja sembuh
dari keracunan itupun belum sembuh keseluruhan, di mana racun yang mengendap di
tubuhnya belum lagi bisa dipunahkan. Dengan demikian, tenaga dalamnya belum
lagi dipergunakan karena tidak bisa dikerahkan.
Sekali saja Cin Piauw Ho
mengempos semangat dan tenaga lweekangnya, sehingga hawa murninya bergolak,
berarti bisa membahayakan keselamatannya, racun yang mengendap dalam darahnya
akan menerjang ke jantung. Begitu pula Liu Ong Kiang, diapun tengah terluka,
walaupun lukanya itu telah mulai pulih tokh semangatnya tidak bisa dipergunakan
penuh keseluruhannya.
Dan yang paling utama Liu Ong
Kiang tidak dapat bergerak dengan leluasa. Wang Put Liong pun dalam keadaan
terborgol. Sedangkan Ko Tie tidak memiliki kepandaian apa-apa. Jika memang
sampai terjadi pertempuran di antara mereka berarti yang akan menderita
kerugian adalah pihaknya.
Maka Sasana akhirnya mengambil
sikap lunak, katanya: “Baiklah, jika memang Taysu menghendakinya begitu,
biarlah nanti aku akan memberitahukan pada ayah. Agar ayah bisa memberikan apa
yang dikehendaki oleh Taysu! Nah Yo kongcu, marilah ajak kawan-kawanmu untuk
kembali......!”
Tiat To Hoat-ong
memperdengarkan tertawa dingin, sikapnya sinis sekali.
“Kuncu, jika memang beberapa
hari mendatang nanti aku telah berangkat ke kota raja, kuharap saja, tidak
terjadi peristiwa seperti sekarang ini, di mana pangeran lupa memberikan “surat
jalan” yang diperlukan para tamu-tamu kita itu. Engkau yang harus
mengingatkannya, karena kukira Gochin Talu tidak akan mengambil sikap seperti
yang kulakukan. Dia seorang yang memiliki sifat yang kasar dan tidak mengenal
kesopanan, dikuatirkan nanti dia melakukan sesuatu yang bisa mendatangkan malu
untuk kita...... di mana dia bertindak kurang hormat pada tamu-tamu kita ini!”
Sasana mengerti, itulah
ancaman yang diberikan oleh Tiat To Hoat-ong. Sama saja arti perkataannya itu
dengan ingin mengatakan bahwa Gochin Talu adalah anak buahnya juga.
Kemungkinan besar jika terjadi
Sasana berusaha meloloskan “tawanan istimewa” tersebut, berarti Gochin Talu
akan mengambil tindakan tegas dengan meperlakukan mereka dengan tindakan yang
agak kasar. Untuk kata-kata itu Sasana telah tertawa tawar. Kemudian
bersama-sama Yo Him serta yang lainnya telah kembali ke dalam.
Sedangkan Tiat To Hoat-ong
telah mengawasi kepergian Sasana bersama dengan tamu-tamu istimewa tersebut.
Setelah mereka lenyap dari pandangan mata, Koksu negara itu telah menoleh
kepada ke tujuh pendeta Mongolia katanya: “Kalian berdiam di sini, larang
setiap orang keluar dari pintu gerbang ini, tidak seorangpun diijinkan untuk
meninggalkan istana ini. Siapa yang bersikeras dan memaksa, kalian boleh menangkapnya
dan menahannya!”
“Kami menerima perintah
Koksu!” menyahuti ke tujuh pendeta itu. Merekapun memperlihatkan sikap yang
menghormat sekali.
Tiat To Hoat-ong bergegas
menuju ke tempat kediaman pangeran Ghalik, yaitu di dekat bagian tengah istana
itu. Di mana penjagaan di istana tersebut ketat sekali. Tetapi karena Koksu
yang masuk, maka tidak ada seorang penjaga yang mencegahnya. Ketika sampai di
ruangan dalam, Tiat To Hoat-ong melihat di muka sebuah kamar, berdiri dua
orang, yang tidak lain dari Liong Tie Siang dan seorang pendeta Mongolia
berusia empatpuluh tahun.
Ke dua orang tersebut yang
melihat Tiat To Hoat-ong segera menghampirinya dengan segera. Malah Liong Tie
Siang telah mengedipkan matanya, tangannya menunjuk ke dalam kamar.
“Pangeran Ghalik berada di
kamarnya, tampaknya ada sesuatu yang tengah menyusahkan hatinya!” bisik Liong
Tie Siang perlahan pada Koksu negara itu.
Tiat To Hoat-ong mengangguk,
dia menoleh kepada pendeta Mongolia yang berusia empatpuluh tahun lebih,
katanya: “Lengky Lumi sejak sekarang kau memiliki tugas baru! Awasi manusia she
Yo itu dan kawan-kawannya. Jika memang mereka melakukan sesuatu yang
mencurigakan, segera laporkan kapadaku. Jika memang terpaksa engkau boleh
segera turun tangan untuk menangkap atau membinasakan mereka!
“Tadi ada seorang kawan kita
yang telah melaporkan maksud mereka yang hendak meninggalkan istana secara
diam-diam, untung aku masih keburu menghalanginya, sehingga mereka tidak sampai
keburu meninggalkan tempat ini. Tampaknya Kuncu Sasana berdiri di pihak mereka,
dan juga putri dari pangeran Ghalik itu telah mengetahui maksud kita. Dia yang
berusaha meloloskan orang-orang itu! Rencana yang telah kita atur sebelumnya
berjalan sebagaimana telah ditetapkan......”
Lengky Lumi telah merangkapkan
tangan memberi hormat, diapun berlalu meninggalkan tempat itu. Lengky Lumi
adalah seorang pendeta Mongolia yang tangguh, ia memiliki latihan Yoga yang
tinggi sekali, terutama sekali ilmu gulatnya.
Memang baru empat bulan lebih
dia datang ke daratan Tiong-goan, untuk diperbantukan pada pangeran Ghalik.
Namun diam-diam, dia pun telah berhasil dipengaruhi oleh Tiat To Hoat-ong, di
mana Lengky Lumi akhirnya bekerja untuk Tiat To Hoat-ong, bukannya mengawal
keselamatan pangeran Ghalik. Malah Lengky Lumi merupakan mata-mata yang selalu
mengawasi pada setiap gerak geriknya pangeran tersebut yang selalu melaporkan
sesuatunya kepada Tiat To Hoat-ong.
Setelah Lengky Lumi pergi,
Tiat To Hoat-ong berkata pada Liong Tie Siang: “Dan kau tetap diam di sini.
Nanti jika ada sesuatu yang penting aku akan segera memanggilmu. Aku hendak
pergi menemui pangeran.....!”
Liong Tie Siang mengangguk,
dilihatnya Tiat To Hoat-ong dengan langkah lebar telah mendekati pintu kamar.
Kamar itu adalah kamar pribadi pangeran Ghalik, di mana pangeran tersebut
memang berada di dalamnya. Tadi pangeran Ghalik telah perintahkan Liong Tie
Siang dan Lengky Lumi untuk mengadakan penjagaan di muka kamarnya, siapapun
dilarang mengganggunya. Tetapi justru sekali yang ingin masuk ke dalam kamar
itu adalah Tiat To Hoat-ong dengan demikian Liong Tie Siang berdiam diri saja.
Tiat To Hoat-ong telah sampai
di depan pintu kamar, Koksu ini telah berdiam sejenak mendengarkan. Dia
mendengar suara langkah kaki yang berat satu-satu. Tampaknya pangeran Ghalik
memang belum tidur. Tengah berjalan mondar-mandir dalam kamarnya.
Setelah mendengarkan sekian
lama akhirnya Tiat To Hoat-ong mengetuk pintu itu.
“Siapa?” terdengar suara
pangeran Ghalik yang bertanya dengan mempergunakan bahasa Mongolia.
“Ada sesuatu yang penting
hendak dilaporkan. Apakah aku boleh mengganggu sebentar?!” menyahuti Tiat To
Hoat-ong.
“Hmm!” terdengar suara
pangeran Ghalik disusul kemudian dengan suara dibukanya pintu, lalu daun pintu
terpentang. Tampak pangeran Ghalik sendiri yang membuka pintu tersebut. “Ada
urusan penting apakah malam selarut ini koksu menghadap?”
Tiat To Hoat-ong membungkukkan
sedikit tubuhnya, katanya: “Baru saja tadi aku dapat menyelesaikan suatu urusan
yang mungkin tidak kecil, dan ingin memperoleh keterangan dari pangeran
mengenai keadaan yang sebenarnya!” kemudian Tiat To Hoat-ong melangkah masuk.
Pangeran Ghalik mempersilahkan
Koksu negara yang memiliki kepandaian tinggi itu untuk duduk di sebuah kursi di
hadapannya. Dipandanginya Tiat To Hoat-ong dengan sorot mata menyelidik,
kemudian tanyanya: “Urusan apa yang ingin dilaporkan Koksu hingga tampak Koksu
begitu tergopoh-gopoh dan hendak melaporkan sendiri?!”
Tiat To Hoat-ong
memperlihatkan senyum tawar. Dia bilang dengan sikap sinis: “Tadi Kuncu Sasana
ingin mengijinkan orang she Yo dan beberapa orang tawanan lainnya, termasuk
orang she Wang yang kita tahan di kamar khusus itu, untuk meninggalkan istana
ini. Menurut Kuncu, semua itu adalah atas persetujuan dari pangeran!
“Tetapi, karena seperti
peraturan,yang telah dikeluarkan oleh pangeran, selain pangeran dan aku berdua,
maka setiap orang yang hendak meninggalkan istana harus membawa surat ijin
keluar dari pangeran. Namun mereka tidak memiliki surat ijin keluar itu, maka
telah kularang mereka meninggalkan istana. Sekarang, yang ingin kuketahui,
apakah semua itu benar atas perintah pangeran?!”