Bagi para peminat dan pembaca
cersil (cerita silat) , mereka akan menyebut kisah trilogi Pendekar Rajawali
identik dengan nama Kim Yong (Jin Yong/Chin Yung), juga tidak akan asing
apabila disebutkan nama Ong Touw Louw (Wang Dulu), yang menghanyutkan dengan
cerita pentalogi kisah petualangan pendekar Lie Bouw Pek, maka ketika
disebutkan nama Nio Ie Sheng (Liang Yu Sheng), para pecandu cerita silat akan
serentak menunjuk saga Thian San , sebagai masterpiece dari pengarang cersil
yang satu ini, Saga serial Thian San disebut-sebut oleh para pecandu cersil
sebagai serial terpanjang dalam kisah cerita silat (terjemahan) yang pernah ada.
Dalam HKKT (Sebilah Pedang
Mustika/Hoan Kiam Kie Tjeng) ini, cerita mengambil latar belakang setelah
pertempuran di Sungai Tiangkang yang legendaris, di mana pasukan Thio Soe Seng
akhirnya dapat dipukul dan dikalahkan oleh pasukan dari Tjoe Goan Tjiang. Thio
Soe Seng yang kalah perang akhirnya gugur dan mengakhiri hidupnya di Sungai
Tiangkang. Adapun setelah peristiwa itu pemgaruh Tjoe Goan Tjiang semakin kuat sehingga
berhasil menggulingkan pemerintahan saat itu untuk kemudian mendirikan dinasti
baru yang dikenal dengan dinasti atau kekaisaran Beng, dan sekaligus menjadi raja/kaisar
pertama dari dinasti Beng yang didirikannya itu.
Latar kejadian perseteruan
antara Thio Soe Seng dengan Tjoe Goan Tjiang dan pertempuran Sungai Tiang Kang inilah
yang nantinya akan menjadi menjadi benang merah dari HKKT, peristiwa itu bahkan
masih terus menjadi benang merah bagi cerita Peng Cong Hiap Eng, yang merupakan
sequel dari HKKT.
Selain Thio Soe Seng yang gugur
di Sungai Tiang Kang, ikut gugur juga beberapa pengawal setianya, di antaranya
adalah Peng Hweeshio yang pernah diangkat guru oleh Thio Soe Seng dan Tjoe Goan
Tjiang berdua sewaktu mudanya. Walaupun demikian, di antara yang gugur tentu
ada yang selamat, ialah putra mahkota dari Thio Soe Seng, yang berhasil
diselamatkan oleh salah satu pengawalnya bernama Tjio Thian Tok dan dibawa lari
keluar perbatasan, sampai seterusnya menuntut penghidupan di negeri Watzu
sambil berencana menyusun kekuatan untuk kembali ke Tionggoan. Selain Tjio
Thian Tok, yang berhasil lolos dari pertempuran Sungai Tiang Kang , masih ada
seorang lagi bernama, In Boe Yang, lelakon In Boe Yang inilah yang kemudian
menjadi pemegang kunci cerita dari keseluruhan cerita HKKT.
Meskipun berhasil lolos dari
pertempuran maut sungai Tiangkang, Boe Yang harus rela kehilangan istri setia
yang gugur dalam pertempuran tersebut. Istrinya, Tan Soat Bwee merupakan putri
tunggal dari Tan Teng Hong, pendekar kesohor pada jaman itu yang setingkat
dengan Peng Hweesio. Di jaman itu, Peng Hweesio, Tan Teng Hong dan Bouw Tok It
(ketua Boe Tong Pay) mereka bertiga sudah terkenal sebagai tiga orang tokoh
cabang atas dunia persilatan.
Mengiringi nasib baik Boe Yang
yang berhasil lolos dari pertempuran maut sungai Tiangkang, banyak orang
menduga bahwa Boe Yang adalah seorang penghianat, mereka percaya kalau dia
berhasil lolos dari Sungai Tiang Kang lantaran secara licik telah menjual
junjungannya, Thio Soe Seng ke tangan musuh untuk imbalan keselamatan jiwanya,
maka tak heran apabila setelah lolos dari peristiwa Sungai Tiang Kang itu, ia
lantas lari ke Boe Tong Pay, otaknya yang cerdas menuntun dirinya untuk mencari
perlindungan dari Bouw Tok It yang berilmu tinggi. Dengan keahliannya membawa
diri, Boe Yang berhasil mendapatkan kepercayaan Bouw Tok It, untuk kemudian menetap
di Bu Tong, tidak cukup sampau disitu , Boe Yang malah kemudian berhasil
memikat dan menikahi Bouw Poo Tjoe, puteri semata wayang dari Bouw Tok It.
Otomatis dengan pernikahan itu, jadilah ia menantu dari ketua Bu Tong Pay yang
paling dihormati kalangan dunia persilatan saat itu.
In Boe Yang ini memangnya
seorang yang temaha (sekaker, serakah), mengetahui kalau ayah mertuanya
mempunyai kitab ilmu pedang nomor satu di dunia, otak liciknya mulai bekerja,
dengan memperalat kedudukan istrinya, berbareng mereka berhasil mencuri kitab pusaka
itu dan lari ke Gunung Holan untuk menyembunyikan diri. Dalam cerita
selanjutnya, Bouw Poo Tjoe kemudian melahirkan seorang putri sebagai buah
perkawinannya dengan In Boe Yang, tapi kemudian seumur hidup tak habis-habis ia
menyesali kebodohannya telah berbuat durhaka pada ayahnya.
Tak terasa beberapa puluh
tahun telah lewat, suatu hari muncul seorang pemuda cakap bernama Tan Hian Kie
yang kelihatan sedang mendaki Gunung Holan, ia diceritakan sedang mencari
kediaman Keluarga In. Tidak jelas asal-usul pemuda ini, tapi jelas datang
kesitu untuk membunuh In Boe Yang. Dalam pendakiannya di Gunung Holan ini,
tanpa diharapkannya, Tan Hian Kie musti kebentrok dengan seorang pemuda lainnya
yang bernama Siangkoan Thian Ya, bentrok yang bermula dari salah paham sepele mengenai
asmara yang melibatkan pihak ketiga, nama tokoh gadisnya bernama Siauw Oen Lan.
Thian Ya terang-terangan
mencintai Oen Lan, sedang Oen Lan sendiri kena dipikat hatinya oleh Hian Kie,
sehingga terjadilah cinta segi tiga, sedangkan Hian Kie sendiri sebenarnya
tidak menaruh cinta kepada Oen Lan, urusan sepele tapi menjadi rumit karena
Thian Ya yang tinggi hati tidak mau menerima kenyataan kalau Hian Kie malah
menampik cinta Oen Lan, padahal gadis itu sebelumnyai dengan tegas telah
mendepak cintanya,....sampai kemudian terjadilah bentrokan ! , setelah
bentrokan, Hian Kie mengalami cedera, ia tak kuasa meneruskan perjalanan
mendaki lalu kemudian kesasar, pingsan dan jatuh ke sebuah lembah di Gunung itu.
Siuman, Hian Kie menyadari
kalau dia sudah berada di kediaman keluarga In, malah tanpa diharapkan selama
pingsan ia telah dirawat secara telaten oleh In So So, putri dari orang yang
sedang diincarnya untuk dibunuh !, dalam masa pemulihan, perlahan lahan kedua
insan ini berhubungan makin intim, sampai akhirnya dapat ditebak, Hian Kie dan
So So kemudian saling jatuh cinta walaupun sadar bahwa di balik percintaan
mereka itu terdapat dendam turunan dari leluhur mereka masing-masing.
Untuk Selanjutnya alur cerita
mengalir deras, walaupun tempat kronologisnya hanya di lokasi seputaran Gunung
Holan saja.
Ternyata banyak sekali rahasia
yang disimpan oleh lelakon kita , In Boe Yang ini. gambar lukisan panorama
Souwtjioe yang ada dikamar soso ternyata merupakan peta harta karun peninggalan
mantan junjungannya yaitu Thio Soe Seng. Selain itu, kitab ilmu pedang hasil curian
dari ayah mertuanya ternyata memiliki sejarah panjang terutama yang berhubungan
dengan ahli waris seharusnya, dengan semakin berjalannya cerita, terungkap
kalau hian kie mempunyai hubungan yang amat erat dengan kitab ilmu pedang itu.
Lika-liku dan perjalanan panjang kitab ilmu pedang tersebut hingga sampai
akhirnya jatuh ke tangan Bouw Tok It, diceritakan dengan gaya flash back oleh
salah satu saksi hidup yang juga merupakan salah satu tokoh kunci pemegang
rahasia dari segala kejadian yang terjadi di HKKT ini.
Cerita kemudian diakhiri
dengan klimaks. Seluruh rahasia yang terdapat pertempuran Sungai Tiang Kang,
misteri dari sebuah kitab dan pedang pusaka, serta asal-usul Hian Kie,
Siangkoan Thian Ya, Siauw Oen Lan dan lain-lainnya akan diungkapkan secara
perlahan-lahan, sampai kemudian akhirnya pembaca menjadi jelas .
Semua tokoh yang muncul di
HKKT ini memiliki keterkaitan antara satu dengan yang lainnya, setiap tokoh
tidak langsunt begitu saja dimunculkan hanya untuk meramaikan suasana tanpa
peran, tapi setiap tokoh mempunyai peran dengan membawa cerita dan rahasia
dirinya masing masing sekaligus menjadi kunci akan rahasia dari tokoh cerita
lainnya, terus menerus tokoh baru bermunculan dengan rahasianya masing masing
sambil membawa kunci rahasia orang lain...., bahkan sampai cerita sudah hampir
mencapai klimaks dan mendekati tamat-pun, Liang YuSheng masih saja menampilkan
satu tokoh kunci lainnya di pamungkas cerita, yang berperan sebagai pengantar
untuk menutup cerita.
Sebagian pembaca mungkin akan
merasa miris, kesal atau malah menangis, minimal menitikan air mata sambil
menghela napas panjang ketika membaca akhir cerita HKKT ini, mereka yang
menyukai “happy ending” akan terpaksa terus membaca sampai lembar akhir sembari
menyimpan harapan agar plot cerita berbelok seperti apa yang diharapkan, tapi
diluar itu tidak sedikit juga para pembaca cersil yang justru memuji cara Liang
Ie sheng mengakhiri cerita ini.