"ohya, sebetulnya engkau
mau ke mana?" tanya Kou Hun Bijin sambil memandangnya.
"Aku mencari Tan Li cu,
kini aku sudah tahu tentang dirinya, jadi tidak usah mencarinya lagi"
"Lalu engkau mau ke mana
sekarang?"
"Ke markas pusat Kay
Pang."
"Kalau begitu, kita
berpisah di sini, sebab aku harus segera kembali ke markas Bu Tek Pay."
"ohya" pesan Tio Cie
Hiong. "Setelah Tan Li cu membalas dendamnya, Kakak tolong suruh dia ke
gunung Hong Lay san"
"Baik,"
"Kakak. sampai
jumpa" ucap Tio Cie Hiong, lalu melesat pergi menuju markas pusat Kay
Pang.
Kou Hun Bijin berdiri termangu
di tempat, berselang sesaat barulah ia melesat ke arah markas Bu Tek Pay.
Tio Cie Hiong telah tiba di
markas pusat Kay Pang. Betapa gembiranya Lim Ceng im, dan langsung mendekap di
dadanya. sedangkan Tio cie Hiong membelai-belainya dengan penuh cinta kasih.
"Kakak Hiong...."
"Adik Im...."
"Ha ha ha" sam Gan
sin Kay tertawa terbahak-bahak. "Yang satu mendekap. yang satu lagi
membelai. Asyiiik"
"Kakek..." Lim Ceng
Im membanting-banting kaki. "Kenapa Kakek selalu usil?"
"Lho siapa yang usil?
Kalian berdua atau kami?" sahut sam Gan sin Kay dan tertawa lagi.
"Engkau mendekap di dada Cie Hiong, sedangkan cie Hiong membelaimu.
Padahal kami semua berada di sini, namun kalian.... Nah, siapa yang usil?"
"Kakek sungguh
keterlaluan" wajah Lim Ceng im memerah. "Kakak Hiong, kita duduk
ya" Tio Cie Hiong mengangguk. seketika sam Gan sin Kay tertawa
terbahak-bahak lagi.
"Bukan main Begitu merdu
dan lembut suaranya, bagaikan suara kicauan burung dipagi hari" katanya.
"Kakek" Lim Ceng im
melototinya, lalu duduk di sisi Tio Cie Hiong.
"cie Hiong" Lim Peng
Hang memandangnya seraya bertanya. "Engkau sudah bertemu paman, kakakmu
dan lainnya?"
"Sudah." Tio Cie
Hiong mengangguk. "Kami pun ke Gunung Hong Lay san, hanya saja Tan Li Cu
tidak bersama kami."
"Kenapa?" Lim Peng
Hang heran.
"Paman dan kakak bertemu
Tan Li cu yang bersama Thian Liong Kiam Khek. namun kemudian Tan Li cu pergi
tanpa pamit." Tio Cie Hiong memberitahukan. "Ternyata Tan Li cu tidak
menghendaki timbulnya suatu salah paham, maka pergi tanpa pamit."
"oooh" Lim Peng Hang
manggut-manggut.
"ohya, engkau tidak
berhasil mencarinya?"
"cie Hiong pasti sudah
bertemu Tan Li Cu," sahut Kim siauw suseng. "Kalau tidak, bagaimana
mungkin dia kembali ke sini?"
"Sesungguhnya aku tidak
bertemu Tan Li cu, tapi aku sudah tahu kabar beritanya," ujar Tio Cie
Hiong. "Karena aku bertemu seorang wanita awet muda...."
"Wanita awet muda?"
Kim siauw suseng mengerutkan kening. "siapa wanita itu?"
"Dia Kou Hun Bijin."
"Haaah?" Mulut Kim
siauw suseng ternganga lebar. "Dia masih hidup?"
"Mungkinkah Cie Hiong
bertemu rohnya?" sahut Sam Gan Sin Kay sambil tertawa, namun tampak
terkejut juga. "cie Hiong, engkau bercakap-cakap dengannya?"
"Ya." Tio Cie Hiong
mengangguk. "Bahkan kami pun bertanding."
"Apa?" Kim siauw
suseng terperanjat. "Bagaimana hasil pertandingan itu?"
"Menimbulkan kesan
baik." Tio Cie Hiong tersenyum. "Dia menganggapku sebagai adik, aku
juga menganggapnya sebagai kakak."
"Gila" sam Gan sin
Kay menggaruk-garuk kepala. "Usianya sudah seratus lebih, engkau
menganggapnya sebagai kakak?"
"Ya." Tio Cie Hiong
memberitahukan. "Tapi dia tampak baru berusia empat puluhan."
"Dia memiliki kecantikan
yang membetot sukma, kan?" tanya Kim siauw suseng. "Sukmamu tidak
terbetot olehnya?"
"Tentu tidak." sahut
Tio Cie Hiong sambil tersenyum. "Sebab aku memiliki Ilmu Penakluk
iblis." "ooooh" Kim siauw suseng manggut-manggut.
"Kakak Hiong" tanya
Lim Ceng Im mendadak. "Betulkah Kou Hun Bijin itu cantik sekali?"
"Betul." Tio Cie Hiong mengangguk.
"Kalau engkau tidak
memiliki Ilmu Penakluk iblis, apakah sukmamu akan terbetot oleh kecantikannya?
"
"Pertanyaan yang bagus
dan tepat?" seru sam Gan sin Kay. Tio Cie Hiong tersenyum, lalu memandang
Lim Ceng im seraya menjawab. "Tentu tidak. sebab aku memiliki iman yang
kuat, lagi pula cintaku hanya untukmu, Jadi hatiku tidak gampang tergoda."
"Yang benar?" Lim
Ceng Im tersenyum manis. "ohya, Kou Hun Bijin lebih cantik atau aku yang
lebih cantik?"
"Bagus" seru Sam Gan
Sin Kay lagi sambil tertawa. "Pertanyaan yang jitu sekali?"
"Adik Im" Tio Cie
Hiong tersenyum lembut. "Suatu kecantikan harus disertai kebersihan jiwa.
Kalau hanya cantik tapi berjiwa kotor dan berhati jahat, itu cuma merupakan
suatu kedok seperti yang kupakai ini."
"Bagus Jawaban yang
tepat" seru Sam Gan Sin Kay sambil tertawa lagi.
"Heran?" Lim Ceng Im
cemberut. "Aku yang sedang berbicara dengan Kakak Hiong, namun Kakek yang
berteriak-teriak tidak karuan"
"Ha ha ha" Sam Gan
Sin Kay terus tertawa.
"Sudah cukup belum engkau
tertawa, Pengemis Bau" tegur Kim Siauw Suseng. "Lho? Kenapa?"
Sam Gan Sin Kay melotot. "Punya hak apa engkau menegurku?"
"Dasar Pengemis Bau"
sahut Kim Siauw Suseng, kemudian bertanya kepada Tio Cie Hiong. "Bagaimana
perbandingan itu? Apakah Kou Hun Bijin terluka?"
"Tidak, hanya
saja..." Tio Cie Hiong menggeleng-gelengkan kepala. "Dia nyaris
berubah tua." "Lho? Kenapa?" Kim Siauw Suseng tertegun.
"Karena..." Tio Cie
Hiong menutur tentang itu. "Dia sangat terharu sehingga langsung
memanggilku adik kecil."
"oooh" Kim Siauw
Suseng manggut-manggut. "Cie Hiong, engkau memang berhati mulai. Tidak
heran kalau dia terharu."
"Untung dia bertemu Cie
Hiong, kalau bertemu orang lain..." Sam Gan Sin Kay menggeleng-gelengkan
kepala. "Kini dia pasti sudah berubah tua."
"sastrawan sialan"
ujar Tui Hun Lojin mendadak. "Kou Hun Bijin awet muda, engkau pun awet
muda, maka...."
"Mereka merupakan
pasangan yang serasi," sambung sam Gan sin Kay sambil tertawa gelak.
"Pengemis bau” tegur Kim
siauw suseng. "Jangan omong sembarangan, kalau Kou Hun Bijin mendengarnya,
engkau pasti celaka."
"Dia tidak berada di
sini, maka aku berani omong begitu." sam Gan sin Kay menyengir.
"Kalau dia berada di sini, aku akan berubah gagu."
"Aaakh..." Kim siauw
suseng menghela nafas panjang. "sesungguhnya Kou Hun Bijin adalah kawan
baik guruku, bahkan guruku sangat mencintainya. Tapi.... Kou Hun Bijin justru
menolaknya,
itu membuat guruku jadi
frustasi."
"Dia memang suka menggoda
kaum lelaki hidung belang, lagi pula memiliki daya tarik alami." sam Gan
sin Kay menggeleng-gelengkan kepala. "Lelaki mana yang melihatnya, pasti
tergila-gila. Karena itu, dia dijuluki Kou Hun Bijin."
"Benar." Kim siauw
suseng mengangguk. "Sekitar tujuh puluh lima tahun silam, rimba persilatan
digegerkan oleh munculnya Kou Hun Bijin. Entah berapa banyak kaum pendekar yang
tergila-gila kepadanya, termasuk guruku. setelah itu, barulah muncul Hong Hoang
Leng. Namun, sejak itu Kou Hun Bijin entah menghilang ke mana, dan tiada kabar
beritanya sama sekali. Justru sungguh di luar dugaan, kini dia muncul
lagi."
"Mungkinkah dia punya
hubungan dengan Bu Lim Sam Mo, Thian Gwa Siang Koay dan Lak Kui?" gumam
sam Gan sin Kay.
"Kou Hun Bijin memang ke
markas Bu Tek Pay." Tio Cie Hiong memberitahukan. "Tapi itu bukan
berarti dia punya hubungan dengan mereka, hanya saja kenal guru-guru
mereka."
"oh?" sam Gan sin
Kay menatapnya. "Dia memberitahukan kepadamu?"
"Benar." Tio cie
Hiong mengangguk dan melanjutkan. "sebelum bertemu denganku, dia sudah
bertemu Tan Li cu."
"Dia menangkap Li
Cu?" tanya Lim Peng Hang.
"Tidak." Tio Cie
Hiong menggelengkan kepala. "Sebaliknya Kou Hun Bijin malah bersimpati
kepadanya, maka ingin membantunya."
"Bagaimana caranya
membantu Tan Li Cu?" tanya sam Gan sin Kay.
"Dia akan memancing Liu
siauw Kun keluar, sebab pemuda itu sangat kurang ajar juga terhadapnya,"
jawab Tio Cie Hiong dan menambahkan. "Kou Hun Bijin bukan wanita berhati
jahat. Ketika berusia dua puluhan, dia ditinggal mentah-mentah oleh kekasihnya,
sehingga frustasi dan nyaris membunuh diri Di saat itulah dia bertemu seorang
biarawati tua, yang bersedia menerimanya sebagai murid. Karena pernah mengalami
itu, maka dia sangat membenci kaum lelaki."
"Dia yang menceritakan
riwayat hidupnya kepadamu?" tanya Kim siauw suseng agak tertegun.
"Ya." Tio Cie Hiong
mengangguk. "Aku pun menceritakan tentang diriku, bahkan dia pun telah
menyaksikan wajahku."
"Kakak Hiong..." Lim
Ceng im tersentak. "Dia... dia tidak akan memberitahukan kepada Bu Lim sam
Mo?"
"Tentu tidak." Tio
cie Hiong tersenyum. "sebab kami sudah merupakan kakak adik. oh ya, aku
juga memberitahukan kepadanya tentang dirimu. Apabila ada sempat, dia pasti
menemuimu."
"Kalau aku bertemu dia,
aku harus panggil dia apa?" tanya Lim Ceng im sambil tersenyum.
"Tidak mungkin panggil dia nenek. kan?"
"Panggil dia bibi
saja" sahut Tio Cie Hiong.
"Baik," Lim Ceng im
mengangguk.
"ohya" Tio Cie Hiong
tersenyum. "Thian Liong Kiam Khek Cie Man chiu dan Tio Hong Hoa sudah
dijodohkan."
"Bagus, bagus" sam
Gan sin Kay tertawa gembira. "Itu merupakan kabar yang menggembirakan.
"
"Mereka berdua memang
cocok dan serasi. Aku pun turut gembira," ujar Tio Cie Hiong.
"Kakak Hiong, kapan aku
bisa bertemu Kakak Hong Hoa?" tanya Lim Ceng im mendadak.
"Engkau pasti bertemu
mereka kelak, "jawab Tio Cie Hiong dan menambahkan. "ohya, aku akan
tinggal di sini beberapa hari, setelah itu akan pergi ke gunung Hong Lay san
lagi untuk berunding."
"Kakak Hiong..." Lim
Ceng im menghela nafas. "Cuma beberapa hari engkau tinggal di sini?"
"Ya." Tio Cie Hiong
mengangguk. "Adik im, aku harap engkau maklum dan mengerti"
Lim Ceng Im manggut-manggut,
namun wajahnya tampak agak murung. "Kakak Hiong...."
"cie Hiong" Lim Peng
Hang tersenyum. "Temanilah Ceng im ke halaman belakang, kalian ngobrollah
di sana saja"
"Wuah" sam Gan sin
Kay tertawa gelak. "Ayah yang baik dan tahu perasaan anak Ha ha
ha..."
"Memangnya seperti kakek
yang selalu usil" sahut Lim Ceng im, kemudian menggandeng Tio cie Hiong ke
belakang.
"Asyiiik Berdua di
halaman belakang Ha ha ha..." sam Gan sin Kay terus tertawa gelak.
Bab 75 Mati secara mengenaskan
Kou Hun Bijin telah tiba di
markas Bu Tek Pay. Bu Lim sam Mo, Thian Gwa siang Koay, Lak Kui dan Ang Bin sat
sin menyambutnya dengan penuh kegembiraan. Terutama Liu siauw Kun, yang terus
memandangnya dengan mesra.
"silakan duduk.
Bijin" ucap Bu Lim sam Mo ramah.
"Terima kasih" Kou
Hun Bijin duduk sambil tersenyum-senyum.
Beberapa anggota Bu Tek Pay
langsung menyuguhkan minuman. Bu Lim sam Mo tertawa gelak. "Ha ha ha Mari
kita bersulang dulu"
Mereka bersulang sambil
tertawa gembira, sementara Liu siauw Kun masih terus memandang
Kou Hun Bijin dengan mesra.
Kou Hun Bijin tersenyum manis, sekaligus mengedipkan matanya.
Kedipan mata itu membuat hati
Liu siauw Kun langsung berbunga-bunga.
"Bijin" tanya Kwan
Gwa Siang Koay. "Apakah Bijin telah bertemu lelaki berkepandaian tinggi
itu?"
"Aku memang telah bertemu
dia," sahut Kou Hun Bijin sambil manggut-manggut. "Kepandaiannya
memang tinggi sekali."
"Apakah Bijin kalah
bertanding dengannya?" tanya Tiau Am Kui dengan suara agak rendah.
"omong kosong" bentak Kou Hun Bijin. "Tiau Am Kui Engkau anggap
aku tak berguna ya?" "Maaf, Bijin Maaf...," ucap Tiau Am Kui sambil
menundukkan kepala. "Aku yakin...," ujar siluman Kurus. "Bijin
pasti berhasil melukainya."
"Benar. Hi hi hi"
Kou Hun Bijin tertawa cekikikan. " Walau dia berkepandaian tinggi, aku
masih berhasil melukainya dengan Giok Lisin Kang."
"oh?" Tang Hai Lo Mo
terkejut. Jadi.... Bijin memiliki iweekang itu?"
"Apakah paman gurumu
tidak memberitahukan?" tanya Kou Hun Bijin.
"Paman guruku memang
tidak memberitahukan kepadaku, hanya saja..." Tang Hai Lo Mo
memberitahukan. "Beliau memberiku Kitab Hian Bun Kui Goan Kang Khi, tapi
tidak memberitahukan tentang Bijin memiliki Giok Li sin Kang."
"Hi hi hi" Kou Hun
Bijin tertawa nyaring. "Engkau kira aku tidak tahu, kalian bertiga telah
berhasil mempelajari ilmu itu? Hihihi Pada waktu itu, Thian Gwa sin Mo ingin
memberikan kitab tersebut kepadaku, namun dengan syarat aku harus jadi
istrinya. Aku menolak langsung, sejak itu Thian Gwa sin Mo hilang entah ke
mana."
"Paman guruku pulang ke
Tang Hai." Tang Hai Lo Mo memberitahukan.
"Hi hi hi" Kou Hun
Bijin tertawa cekikikan. "Karena frustasi, dia pulang ke Tang Hai."
"Bijin Setelah lelaki itu
terluka, lalu bagaimana keadaannya?" tanya Siluman Kurus. "Apa-kah
Bijin membunuhnya?"
"Kami cuma
bertanding," sahut Kou Hun Bijin. "Maka setelah dia teriuka, aku
membiarkan dia pergi"
"Kenapa Bijin tidak
membunuhnya?" tanya Tang Hai Lo Mo sambil menggeleng-gelengkan kepala.
"Apa?" Wajah Kou Hun
Bijin langsung berubah. "Jadi engkau ingin memperalat diriku untuk
membunuhnya?"
"Ti... tidak." Tang
Hai Lo Mo menundukkan kepala. "Dia musuh besar Bu Tek Pay...."
"Tapi aku dan dia tidak
punya dendam, maka kami cuma bertanding saja, tidak berniat saling membunuh
Tahu?" bentak Kou Hun Bijin.
"Ya, ya..." Tang Hai
Lo Mo mengangguk.
"Nah" Kou Hun Bijin
bangkit berdiri. "Aku mau ke taman bunga untuk beristirahat sejenak."
Kou Hun Bijin berjalan ke
belakang, Liu siauw Kun segera mengikutinya. Bu Lim Sam Mo, Kwan Gwa Siang
Koay, Lak Kui hanya menghela nafas.
"Sayang sekali" Tang
Hai Lo Mo menggeleng-gelengkan kepala. "Kou Hun Bijin tidak membunuh
lelaki itu"
"Tapi sudah
melukainya," sahut siluman Kurus. "Maka aku yakin lelaki itu tidak
begitu berani lagi menentang kita."
"Benar." ThianMo
manggut-manggut. "Itu boleh dikatakan sebagai pelajaran bagai lelaki itu.
Ha ha ha..."
"Biar
bagaimanapun..." bisik Te Mo. "Kita harus berupaya agar Kou Hun Bijin
selalu membantu kita."
"Ngmm" Tang Hai Lo
Mo manggut-manggut, kemudian tertawa gelak.
Sementara Kou Hun Bijin sudah
sampai di taman bunga, lalu duduk sambil tersenyum-senyum.
"Bijin..." panggil
Liu siauw Kun lembut.
"N g?" Kou Hun Bijin
mengerlingnya. "Duduklah"
"Terimakasih" Liu
siauw Kun langsung duduk di sisinya, sekaligus menggenggam tangannya.
"urusan Bijin sudah beres, kan?"
"Ya, kenapa?"
"Apakah Bijin sudah lupa
akan janji itu?"
"Janji apa?"
"Setelah urusan Bijin
beres, bukankah Bijin akan..:."
"Oh, itu" Kou Hun
Bijin tertawa. "Hi hi Jadi engkau menagih janjiku itu ya?"
"Ya." Liu siauw Kun
mengangguk. "Karena Bijin yang berjanji, maka aku pun boleh
menagihnya."
"Betul, betul." Kou
Hun Bijin manggut-manggut.
"Kalau begitu..."
Liu siauw Kun menatapnya dengan penuh gairah nafsu birahi. "Mari kita ke
kamar bersenang-senang"
"Kok engkau tidak bisa
bersabar? Aku kan baru pulang, lagi pula..." Kou Hun Bijin tersenyum
memikat. "Tidak baik kita bersenang-senang di markas Bu Tek Pay ini."
"Lho? Kenapa?"
"Kalau Bu Lim sam Mo,
Kwan Gwa siang Koay, Lak Kui dan lainnya tahu, mukamu mau ditaruh ke mana? Ya,
kan?"
"Kalau begitu..."
"Aku punya rencana yang
bagus."
"Rencana apa?"
"Kita bersenang-senang di
tempat lain, jadi tiada seorang pun tahu. juga tidak akan terganggu oleh siapa
pun."
"Benar." Liu siauw
Kun tertawa gembira. "Oh, Bijin Engkau memang jantung hatiku."
"Oh, ya?" Kou Hun Bijin tersenyum manis.
"Bijin..." Liu siauw
Kun menciumnya. Jari tangan pemuda itu pun mulai jail meraba-raba sepasang
payudara Kou Hun Bijin yang sangat montok itu.
"Idiiih" Kou Hun
Bijin menggeserkan badannya seraya menegur. "jangan begitu, kalau terlihat
orang, bukankah akan membmtku malu?"
"Tiada seorang pun berani
ke mari. Bijin tenang saja" sahut Liu siauw Kun dan meraba-raba lagi
payudara Kou Hun Bijin.
"Siauw Kun" ujar Kou
Hun Bijin lembut. "Engkau harus sabar dikit, cara begini tidak
mengasyikkan. Lebih baik tunggu nanti, pokoknya engkau akan melihat
semuanya."
"Bijin, kita akan ke
tempat mana?" Kelihatan-nya Liu siauw Kun sudah tidak dapat berlahan lagi,
karena nafsu birahinya terus bergejolak.
"Begini," bisik Kou
Hun Bijin.
"Engkau harus mencari
alasan untuk meninggalkan markas ini di malam hari ini juga. selelah itu,
engkau pergi dan tunggu aku di bawah pohon..."
"Pohon yang mana?"
"Pohon yang paling besar
di luar markas, di situ juga terdapat sebuah batu besar. Engkau tahu kan?"
"Tahu." Liu siauw
Kun mengangguk. "Lalu kapan Bijin menyusulku?"
"Besok pagi."
"Kenapa harus besok pagi?
Bagaimana kalau malam, ini juga?"
"Kalau malam ini aku
menyusulmu, tentu akan menimbulkan kecurigaan guru-gurumu."
"Baiklah. Malam ini aku akan
meninggalkan markas ini. Tapi..." Liu siauw Kun menatapnya mesra.
"Engkau tidak boleh membohongi aku Iho Besok pagi kau harus
menyusulku"
"Pasti." Kou Hun
Bijin mengangguk. "Aku pasti menyusulmu, sebab... aku sangat
membutuhkanmu. "
"Ha ha" Liu siauw
Kun tertawa gembira. "Pokoknya aku akan memuaskanmu."
"Itu yang
kuharapkan," sahut Kou Hun Bijin sambil tertawa cekikikan, kemudian
mendadak mengecup pipi pemuda itu.
"Bijin..." Kecupan
itu membuat Liu siauw Kun nyaris terlena. la memejamkan matanya seraya berkata.
"Kecuplah aku sekali lagi"
Kou Hun-Bijin tersenyum, lalu
mengecup pipi Liu siauw Kun beberapa kali, sehingga Liu siauw Kun langsung
memeluknya erat-erat.
Ketika hari sudah gelap. Liu
siauw Kun pergi ke ruang tengah untuk menemui Bu Lim sam Mo.
Kebetulan hanya ada Bu Lim sam
Mo di situ.
"Guru..." Liu siauw
Kun berdiri di hadapan mereka.
"Ada apa?" tanya
Tang Hai Lo Mo sambil menatapnya, "ingin menyampaikan sesuatu?"
"Guru, aku... aku ingin pergi jalan-jalan," ujar Liu siauw Kun dengan
kepala tertunduk. "Ha ha " Thian Mo tertawa . "Mau pergi bersenang-senang
ya? " "Guru..."
"Aku tahu, sudah sekian
lama engkau tidak pergi ke mana-mana, maka malam ini engkau ingin pergi mencari
hiburan di luar, bukan?" Te Mo juga tertawa. "Tidak apa-apa. Tapi...
jangan sampai lupa pulang"
"Ya, Guru." Liu
siauw Kun mengangguk dengan wajah ceria.
"Siauw Kun" Tang Hai
Lo Mo menatapnya. "Bukankah Kou Hun Bijin sangat baik terhadapmu, kenapa
engkau tidak mau bersenang-senang dengannya di sini?"
"Guru, itu bagaimana
mungkin?" Liu siauw Kun menggelengkan kepala. "Usia Kou Hun Bijin
sudah di atas seratus, sedangkan usiaku..."
"Ha ha" Tang Hai Lo
Mo tertawa. "Tapi dia masih cantik dan montok. Kenapa engkau tidak
mau?"
"Guru, itu tidak baik.
sebab dia tamu agung di sini. Kalau aku berbuat begitu, tentu akan merusak
rencana guru."
"Ngmm" Tang Hai Lo
Mo manggut-manggut. "Baiklah. Engkau boleh pergi mencari hiburan di luar,
namun jangan lupa pulang"
"Ya, Guru." Liu
siauw Kun mengangguk girang. "Guru, aku pergi"
Liu siauw Kun meninggalkan
markas Bu Tek Pay sesuai dengan janji maka ia menunggu di bawah pohon besar di
depan markas.
Pagi harinya, Kou Hun Bijin
duduk di taman bunga. Tak seberapa lama muncullah Bu Lim sam Mo, mereka bertiga
memandangnya sambil tersenyum-senyum.
"Sedang menghirup udara
segar di sini, Bijin?" tanya Tang Hai Lo Mo.
"Ya." Kou Hun Bijin
mengangguk dan tersenyum. "Sungguh indah bunga-bunga yang baru mekar itu
oh ya, kok tidak kelihatan muridmu?"
"Dia pergi semalam,"
jawab Thian Mo. "Biasa anak muda, mencari hiburan di luar karena sudah
lama dia tidak bersenang-senang."
"oh?" Kou Hun Bijin
menghela nafas. "Kenapa dia tidak memberitahukan kepadaku?"
Bu Lim sam Mo saling
memandang, kemudian Tang Hai Lo Mo bertanya sambil tertawa. "Bijin, apakah
engkau tertarik pada murid kami itu?"
"Dia memang ganteng dan
romantis, aku memang tertarik padanya. Namun mengingat akan usiaku..."
"Ha ha Bijin, sebetulnya
usia tidak jadi masalah," ujar Tang Hai Lo Mo sungguh-sungguh . "Yang
penting ... "
"saling mencinta,"
sela Thian Mo sambil tertawa. "Ha ha ha..."
"Benar," sambung Te
Mo. "Kalau sudah saling mencinta, usia tidak jadi masalah."
"Tidak mungkin...,"
Kou Hun Bijin menghela nafas. "ohya, aku juga mau mohon pamit."
"Kok begitu cepat?"
Tang Hai Lo Mo berusaha menahannya. "Tinggal di sini saja?"
"Yah" Kou Hun Bijin
tersenyum. "Aku ingin pergi jalan-jalan."
"Baiklah" Tang Hai
Lo Mo manggut-manggut dan berkata. "Pintu markas ini selalu terbuka
untukmu, Bijin."
"Terimakasih" ucap
Kou Hun Bijin sambil tersenyum manis. "Kita pasti berjumpa kembali."
Kou Hun Bijin melangkah pergi, Bu Lim sam Mo saling memandang dan menghela
nafas pula.
"Apakah kalian tidak
tertarik padanya?" tanya Tang Hai Lo Mo mendadak sambil menatap Thian Mo
dan Te Mo.
"Ha ha" Thian Mo
tersenyum. "Aku yakin engkau pasti tertarik padanya, hanya saja...."
"sama-sama," sahut
Tang Hai Lo Mo. "Namun kita tidak boleh berlaku kurang ajar, sebab dia
mantan kekasih paman guruku. Lagi pula... kepandaiannya sangat tinggi, kalau
dia marah danjadi musuh kita, repotlah kita."
"Benar." Thian Mo
manggut-manggut. "ohya, mungkinkah dia pergi mencari Liu siauw Kun?"
"Mungkin juga,"
sahut Tang Hai Lo Mo. "Itu urusannya, kita tidak usah ikut campur."
"Kelihatannya murid kita
itu telah mabuk kepayang, namun kenapa dia malah mencari wantta lain?"
Thian Mo heran.
"Mungkin Kou Hun Bijin
tidak begitu meladeninya, maka dia pergi mencari wanita lain," ujar Te Mo
sambil tertawa. "Kalau aku masih muda, tentunya aku akan mendekati Kou Hun
Bijin. Ha ha ha..."
Liu siauw Kun terus menunggu
di bawah pohon dengan sabar. Pemuda itu yakin Kou Hun Bijin pasti ke tempat itu
menemuinya. Ketika terbayang wajahnya yang begitu cantik, serta sepasang
payudara yang masih montok. tersenyum-senyum.
"Hi hi hi" Terdengar
suara tawa cekikikan yang sangat, merdu.
"Bijin Bijin..."
seru Liu siauw Kun girang. "Kok begitu lama baru ke mari? setengah mati
aku menunggu di sini Iho"
"Cuma setengah mati,
tidak apa-apa," sahut Kou Hun Bijin sambil melayang ke hadapannya.
"Bagaimana? Apakah engkau kedinginan semalam di sini?" "Tentu
kedinginan."
"Jangan khawatir,
sebentar lagi aku akan menghangatkanmu."
"Bijin..." Liu siauw
Kun memeluknya erat-erat, bahkan juga menciumnya dengan mesra. "Engkau
sungguh jantung hatiku"
"Oh, ya?" Kou Hun
Bijin membelainya.
"Ya." Liu siauw Kun
mengangguk. "Bijin, kita bersenang-senang di mana?"
"Tentunya tidak di sini,"
sahut Kou Hun Bijin sambil tersenyum. "Aku tahu suatu tempat yang sangat
sepi. Di situ pun terdapat sebuah gubuk kosong. Mari kita ke sana saja"
"Baik," Liu siauw
Kun tidak bercuriga sama sekali, maka ketika Kou Hun Bijin melesat pergi, ia
segera mengikutinya.
Berselang beberapa saat
kemudian, mereka sudah sampai di tempat itu. Mereka bisa begitu cepat sampai
karena menggunakan ginkang. Liu siauw Kun gembira bukan main, lantaran tempat
itu memang cocok untuk bersenang-senang.
"Kosongkah gubuk itu?"
tanya Liu siauw Kun sambil menunjuk gubuk tersebut.
"Benar." Kou Hun
Bijin tertawa nyaring.
"Kalau begitu, cepatlah
kita ke dalam..." ucapan Liu siauw Kun terhenti, sebab ia melihat sosok
bayangan melesat ke luar dari gubuk itu.
"Liu siauw Kun"
Terdengar suara bentakan pula.
Dapat dibayangkan, betapa
terkejutnya Liu siauw Kun, karena tidak menyangka Tan Li cu berada di situ.
"Li Cu..." Wajahnya
langsung berubah pucat pias. " Kalian."
"Hi hi hi" Kou Hun
Bijin tertawa cekikikan. "Nah, kini sudah waktunya engkau
bersenang-senang"
"Bijin..." Liu siauw
Kun terbelalak. "Engkau... engkau menipuku ke mari?"
"Benar." Kou Hun
Bijin manggut-manggut. "Engkau begitu jahat, maka hari ini engkau harus
mampus di tangan wanita itu."
"Engkau kenal dia?"
"Aku pernah bertemu dia,
dan metelah mendengar penuturannya, aku pun cari akal untuk menipumu ke mari.
Hi hi hi Bersiap-siaplah menyambut ajalmu" Kou Hun Bijin tertawa nyaring.
"Hm" dengus Liu
siauw Kun. " Kalau guru-guruku tahu...."
"Guru-gurumu tidak akan
tahu. Kalaupun tahu, aku pun tidak takut," sahut Kou Hun Bijin, lalu
berkata kepada Tan Li cu. "Nah, dia sudah berada di sini. Engkau boleh
membunuhnya . "
"Terimakasih, Bijin"
ucap Tan Li Cu, kemudian menatap Liu siauw Kun dengan mata berapi-api sambil
menghunus pedang Loan Kang Pokiamnya.
"Liu siauw KUn Terimalah
kematianmU"
Tan Li cu langsung
menyerangnya. Guguplah Liu siauw Kun karena tidak membawa senjata.
"Curang" bentaknya. "Engkau bersenjata, aku cuma bertangan
kosong...."
"Li Cu, cepat serang dia
Tidak usah banyak bicara dengan dia" seru Kou Hun Bijin.
Tan Li cu segera menyerang Liu
siauw Kun lagi. Pemuda itu terpaksa melawannya dengan tangan kosong,
mengeluarkan Pak Kek sin ciang (Ilmu Pukulan sakti Kutub utara).
Akan tetapi, Liu siauw Kun
kurang latihan, sehingga Ilmu Pukulan sakti itu berkurang kedahsyatannya.
Beberapa jurus kemudian, ia sudah mulai terdesak.
"Bagus" seru Kou Hun
Bijin sambil tertawa. "Li Cu, terus serang dia, gunakan jurus-jurus yang
mematikan"
Mendadak Tan Li cu membentak
keras, lalu menyerang Liu siauw Kun dengan jurus Lui Tian Toh san (Petir Kilat
Merobohkan Gunung). Tampak pedangnya berkelebatan bagaikan kilat menyambar ke
arah Liu siauw Kun, bahkan terdengar suara yang menggelegar.
"Jurus yang hebat"
seru Kou Hun Bijin kagum.
"Aaaakh..."Terdengar
suara jeritan Liu siauw Kun, ternyata lengannya sudah kutung sebelah dan
darahnya terus mengucur.
"Liu Siauw Kun, terimalah
kematianmu" bentak Tan Li cu sekaligus menyerangnya mempergunakan jurus
Lui Tian Liak Te (Petir Kilat Membelah Bumi), yang sangat dahsyat, lihay dan
ganas.
Liu siauw Kun tak sempat
menjerit lagi, sebab badannya telah terbelah dua. sungguh mengerikan cara
kematiannya sedangkan Kou Hun Bijin memandang mayat itu dengan sikap acuh tak
acuh.
Setelah berhasil membunuh Liu
siauw Kun, Tan Li cu menjatuhkan diri berlutut sambil menangis terisak-isak.
"Ayah, suami dan anakku
Aku... aku telah berhasil membalas dendam kalian," ujar Tan Li Cu dengan
air mata berderai-derai. Kemudian ia juga berlutut di hadapan Kou Hun Bijin.
"Terimakasih atas bantuan Bijin" ucap Tan Li cu.
"Bangunlah" Kou Hun
Bijin membangunkannya. "Li Cu, kini Liu siauw Kun lelah mati, lalu apa
rencanamu?"
"Aku... aku akan kembali
ke Gunung Hong Lay san." Tan Li cu memberitahukan. "Aku mau menjadi
biarawati."
"Itu terserah
niatmu." Kou Hun Bijin tersenyum. "oh ya, aku sudah bertemu Tio Cie
Hiong."
"Apa?" Tan Li cu
tersentak. "Bijin kenal dia?"
"Aku tidak kenal dia,
namun Bu Lim sam Mo memberitahukan kepadaku, bahwa di rimba persilatan telah
muncul seorang lelaki yang berkepandaian sangat tinggi, lelaki itu membawa
seekor monyet putih."
"Tempo hari Bijin bilang
mau mencari seseorang, apakah lelaki itu?"
"Ya."
"Kok Bijin tahu kalau dia
Tio Cie Hiong?"
"Li Cu" Kou Hun
Bijin tersenyum dan menutur tentang itu "Dia memang pemuda yang berhati
mulia."
"Syukurlah Bijin dan dia
saling menganggap sebagai kakak adik. ohya, dia sudah punya calon istri."
"Dia telah memberitahukan
kepadaku, dan aku turut gembira mendengarnya."
"Bijin... mau kembali ke
markas Bu Tek Pay?"
"Belurn dapat dipastikan,
yang jelas aku akan ke markas pusat Kay Pang untuk memberitahukan kepada Cie
Hiong tentang ini."
"Tapi..."
"Kenapa?"
"Bijin harus
berhati-hati, jangan sampai terlihat oleh pihak Bu Tek Pay, sebab kalau
kedatangan Bijin terlihat pihak Bu Tek Pay, akan menyusahkan Kay Pang."
"Aku tahu." Kou Hun
Bijin tersenyum, lalu melesat pergi seraya berseri. "Sampai jumpa"
"Sampai jumpa, Bijin" sahut Tan Li Cu, kemudian melesat pergi menuju
Hong Lay san.
Pada malam harinya, di markas
pusat Kay Pang tampak Lim Ceng Im tidak bisa duduk diam di ruang tengah. la
berjalan mondar-mandir di situ dengan wajah murung.
Bu Lim Ji Khie, Lim Peng Hang,
Tui Hun Lojin dan Gouw Han Tiong saling memandang sambil menggeleng-gelengkan
kepala.
"Nak. Cie Hiong harus
pergi ke Gunung Hong Lay San untuk berunding. Engkau tenang saja"
ujar Lim Peng Hang sambil
menghela nafas. "Setelah berunding, dia pasti kembali."
Ternyata tadi pagi Tio Cie
Hiong terangkat ke Gunung Hong Lay san. Lim Ceng Im merasa berat berpisah
dengannya, bahkan merengek-rengek ingin ikut, namun Tio Cie Hiong melarangnya.
setelah Tio Cie Hiong berangkat, gadis itu tampak murung.
"Cuma beberapa hari di
sini, dia pergi lagi pagi ini. Aku..." Mata Lim Ceng Im berkaca-kaca.
"Kenapa kami harus selalu berpisah? Apakah akan terus begini?"
"Tentu tidak," sahut
sam Gan sin Kay dan menambahkan. "Percayalah, tidak lama lagi kalian
berdua pasti selalu berdampingan"
"Aku justru khawatir akan
terjadi sesuatu lagi pada kami." Lim Ceng Im menghela nafas.
"Itu tidak akan
terjadi." Kim siauw suseng tersenyum. "Yang penting engkau harus
tenang dan sabar."
"Benar," sambung Tui
Hun Lojin. " ingat, takkan lari gunung dikejar"
"Tapi aku dan Kakak Hiong
bukan gunung," sahut Lim Ceng Im sambil menggeleng-gelengkan kepala
"Ha ha ha" sam Gan
sin Kay tertawa gelak. "Setan tua, engkau sok mengucapkan pepatah,
akhirnya...."
"Pengemis bau Wajah Tui
Hun Lojin kemerah-merahan. "Itu cuma kiasan, maksudku adalah... takkan
lari kebahagiaan dikejar."
"Buktinya lari
terus," sahut Lim Ceng Im dan menghela nafas lagi. "Aku jadi
pusing."
"HihihiIHihihi..."
Mendadak terdengar suara tawa cekikikan. "Kenapa pusing? Memikirkan cie
Hiong ya?"
Tampak sosok bayangan
berkelebat ke dalam, seorang wanita cantik berdiri di situ sambil
tersenyum-senyum. Begitu
menyaksikan wanita cantik itu, seketika juga Bu Lim Ji Khie, Tui Hun Lojin, Lim
Peng IHang dan Gouw Han Tiong ternganga lebar mulut mereka.
"Idiiih" Ternyata
wanita cantik itu Kou Hun Bijin. "Kenapa kalian jadi begitu?"
"Se... selamat datang,
Bijin" ucap Sam Gan Sin Kay dengan hormat.
"Eeeh?" Kou Hun
Bijin menatapnya. "Kok engkau bertambah dekil? Sudah punya cucu masih
begitu dekil, dasar pengemis bau"
"Ha ha ha" Sam Gan
Sin Kay tertawa terbahak-bahak "Bijin, dari kecil hingga besar, dari besar
hingga tua aku memang bau. Maka engkau jangan dekat-dekat, nanti akan jadi bau
pula."
"Hi hi hi" Kou Hun
Bijin tertawa cekikikan. "Pengemis bau, engkau memang usil dari dulu. Kini
sudah jadi kakek juga masih tetap usil, dasar...."
"Ha ha ha..." Sam
Gan Sin Kay tetap tertawa gelak.
"Eeeh? Kok aku tidak
dipersilahkan duduk? Tidak senang aku ke mari ya?" tanya Kou Hun Bijin
sambil tersenyum-senyum.
"Silakan duduk,
bibi" ucap Lim Ceng Im cepat.
"Gadis cantik" Kou
Hun Bijin memandangnya. "Engkau pasti calon istri Tio Cie Hiong, bukan?"
"Betul, bibi." Lim Ceng Im mengangguk dengan wajah agak
kemerah-merahan.
"Ngmm" Kou Hun Bijin
manggut-manggut. "Engkau dan dia memang merupakan pasangan yang serasi.
ohya, kenapa engkau memanggilku bibi?"
"Kakak Hiong yang
menyuruhku memanggil demikian, jadi aku menurut saja," jawab Lim Ceng Im
memberitahukan.
"Boleh juga engkau
memanggilku bibi, tidak pantas memanggilku Bijin. Lagi pula Cie Hiong
memanggilku kakak." ujar Kou Hun Bijin, lalu memandang Kim Siauw suseng
yang duduk diam dari tadi. "Engkau...."
"Dia Kim siauw
suseng." sam Gan sin Kay memberitahukan sambil tertawa. "Dia pun awet
muda, lho"
"Kim siauw
suseng...," gumam Kou Hun Bijin sambil berpikir. "oooh Aku ingat
sekarang, engkau murid si Tampan suling Emas itu, bukan?"
"Betul, Bijin." Kim
siauw suseng mengangguk.
"Kim siauw suseng, bagaimana
kabarnya gurumu itu?" tanya Kou Hun Bijin mendadak.
"Sudah lama guruku
meninggal," sahut Kim siauw suseng sambil menghela nafas panjang.
"oh?" Kou Hun Bijin
menggeleng-gelengkan kepala. "Tak disangka dia juga sudah meninggal Dia...
berupaya agar bisa awet muda seperti aku, namun gagal, muridnya malah awet
muda"
"Bijin" Tiba-tiba
Kim Siauw suseng menatapnya tajam. "Padahal guruku sangat mencintaimu,
kenapa...."
"Maksudmu aku
mempermainkannya?"
"Ya."
"Sesungguhnya aku tidak
mempermainkannya, aku juga mencintainya. Tapi..." Kou Hun Bijin
menggeleng-gelengkan kepala. "Aku tidak bisa menikah dengannya."
"Kenapa?" tanya Kim
siauw suseng dengan kening berkerut.
"Cobalah pikir, kalau aku
menikah dengannya, apa pula yang akan terjadi pada dirinya?" sahut Keu Hun
Bijin.
"Maaf, Bijin Aku tidak
tahu."
"Kini dia pasti sudah tua
renta, sedangkan aku masih tetap muda. otomatis dia akan hidup tersiksa,
bukan?"
"oooh" Kim siauw
suseng mengangguk. "Kalau begitu, Bijin tidak mempermainkannya"
"Tidak salah." Kou
Hun Bijin menghela nafas. "Pada waktu itu, aku sarankan padanya berusaha
cari semacam buah aneh yang dapat membuat orang awet muda..."
"Guruku memang berhasil
memperoleh buah aneh itu, tapi..." Kim siauw suseng menggeleng-gelengkan
kepala. "Guruku terpagut ular yang sangat berbisa akhirnya mati. sebelum
menghembuskan nafas penghabisan, beliau memberikan buah aneh itu
kepadaku."
"Engkau yang makan buah
aneh itu, maka jadi awet muda?" tanya Kou Hun Bijin.
"Ya." Kim siauw
suseng mengangguk. "Guru yang menyuruhku makan. Kalau tidak. aku tidak
berani makan."
"Kasihan gurumu" Kou
Hun Bijin menghela nafas. "Gara-gara aku menyarankan begitu, dia mati dipagut
ular berbisa"
"Bibi" Lim Ceng Im
menatapnya seraya bertanya. "Bibi ke mari mencari Kakak Hiong?"
"Benar." Kou Hun
Bijin tersenyum. "Aku ingin menyampaikan sesuatu kepadanya. Apakah dia
berada di sini?"
"Dia sudah berangkat ke
Hong Lay san," sahut Lim Ceng Im dan bertanya. "Bibi mau menyampaikan
apa kepadanya?"
"Tentang Tan Li cu."
"Bagaimana kakak Li
Cu?" tanya Lim Ceng Im cepat. "Dia berhasil membunuh Liu siauw
Kun?"
"Ya." Kou Hun Bijin
mengangguk. "Dia telah berhasil membunuh pemuda jahat itu."
"Lalu Kakak Li Cu ke
mana?"
"Ke Gunung Hong Lay san,
cie Hiong pasti bertemu dia di sana. Nah, aku sudah menyampaikan itu. sekarang
aku mau pamit"
"Bibi mau ke mana? Lebih
baik menginap di sini saja" ujar Lim Ceng Im. "Gadis cantik" Kou
Hun Bijin tersenyum. "Aku tidak boleh menginap di sini Iho"
"Kenapa?" Lim Ceng Im heran.
"Akan menyusahkan semua
orang di sini," sahut Kou Hun Bijin. "Nah, sampai jumpa"
"Bibi..." seru Lim Ceng Im memanggilnya.
Namun Kou Hun Bijin telah
melesat pergi, namun sayup-sayup masih terdengar suara sahutannya.
"Ceng Im Cie Hiong pemuda
baik, jujur dan setia, engkau pasti bahagia bersamanya...."
"Bibi...."
"Nak Dia sudah pergi,
percuma engkau memanggilnya lagi," ujar Lim Peng Hang, kemudian bergumam.
"Aku tidak menyangka, Kou Hun Bijin berhati begitu baik."
"Dia memang berhati baik,
berhati baik,.." sahut Kim siauw suseng seperti bergumam.
"Celaka" seru sam
Gan sin Kay mendadak. "Kim siauw suseng jatuh hati kepadanya, sungguh
celaka"
"Itu tidak celaka,"
sahut Tui Hun Lojin. "Kou Hun Bijin awet muda, Kim siauw suseng juga awet
muda. Mereka berdua... sungguh merupakan pasangan yang serasi Ha ha ha"
"setan tua" Kim
siauw suseng melolot. "Kalian jangan omong sembarangan Kalau Kou Hun Bijin
dengar, kalian pasti celaka."
"sastrawan sialan"
ujar sam Gan sin Kay sambil tertawa. "Aku dan setan tua bersedia jadi
perantara. Ha ha ha..."
"Pengemis bau
Engkau..." Wajah Kim siauw suseng memerah. "Jangan bergurau yang
bukan-bukan"
"Ha ha ha" sam Gan
sin Kay dan Tui Hun Lojin terus tertawa, sedangkan Lim Peng Hang dan Gouw Han
Tiong saling memandang sambil tersenyum-senyum.
Bab 76 Bu Tek Pay menyerang
Kay Pang
Sementara itu, Tio Cie Hiong
telah tiba di Hong Lay san. It sim sin Ni memberitahukannya, bahwa Tan Li Cu
berhasil membunuh Liu siauw Kun atas bantuan Kou Hun Bijin.
Mendengar itu, Tio Cie Hiong
manggut-manggut, kemudian memandang It sim sin Ni seraya bertanya.
"Nek, Li cu berada di
mana sekarang?"
"Berada di ruang
meditasi." It Sim sin Ni memberitahukan. "Kini dia telah resmi jadi
biarawati, dan tidak mau bertemu siapa pun."
"Kalau begitu, aku tidak
perlu menemuinya," ujar Tio Cie Hiong. "Aku tidak mau mengganggu
ketenangannya."
"omitohud" ucap
Tayli Lo Ceng. "Aku tidak menyangka engkau bertemu Kou Hun Bijin, bahkan
dia menganggapmu sebagai adik pula. Itu sungguh di luar dugaan"
"Lo Ceng kenal Kou Hun
Bijin?" tanya Tio Cie Hiong.
"Kenal." Tayli Lo
Ceng mengangguk. "Dia memang cantik sekali, dan juga awet muda, hanya saja
tidak mau menikah."
"Lo Ceng tahu mengenai
riwayat hidupnya?"
"Tidak tahu. Engkau
tahu?"
"Dia telah menceritakan
kepadaku..." tutur Tio Cie Hiong kemudian menambahkan. "Kami pun
telah bertanding. Dia memiliki Giok Li Sin Kang."
"Li Cu telah menceritakan
itu omitohud" Tayli Lo Ceng tersenyum. " Engkau memang berhati bajik,
Kalau tidak. kini Kou Hun Bijin pasti sudah berubah tua."
"Lo Ceng, pada waktu itu
aku merasa tidak tega. Karena itu, aku segera menarik kembali Kan Kun Taylo sin
Kang."
"Engkau juga terluka
karenanya?" Tayli Lo Ceng tersenyum lagi. "Namun engkau masih
memiliki Pan Yok Hian Thian sin Kang, bahkan juga dua kali makan buah Kiu Yap
Ling che, maka engkau cuma menderita luka ringan saja."
"Ya." Tio Cie Hiong
mengangguk. lalu memandang Tio Hong Hoa seraya bertanya.
"Bagaimana latihan Kakak.
sudah ada kemajuan?"
"Maksudmu ilmu pedang
Liong Hong Hap It Kiam Hoat?" Tio Hong Hoa balik bertanya. Tio Cie Hiong
mengangguk.
"Adik Cie Hiong" Tio
Hong Hoa tersenyum. "Kami telah berhasil menguasai ilmu pedang itu."
"Bagus" Tio Cie
Hiong manggul-mangguL kemudian memandang Tio Tay seng seraya bertanya.
"Paman sudah punya suatu rencana?"
"Rencana untuk
memberantas Bu Tek Pay?"
"Ya, Paman."
"Menurut paman...,"
Tio Tay seng berpikir sejenak lalu melanjutkan. "Lebih baik kita tunggu
perkembangannya lagi, sebab kita tidak boleh bertindak ceroboh, sebab itu akan
merugikan kita semua."
"Ya, Paman." Tio Cie
Hiong mengangguk. "Kalau begitu, aku akan kembali ke markas pusat Kay
Pang."
"Nak" Tio Tay seng
tersenyum. "Engkau tinggal di sini dulu, lihat bagaimana perkembangan
selanjutnya.Jadi engkau tidak usah ke sana ke mari."
"Tapi...."
"Paman tahu, engkau pasti
merasa berat berpisah dengan Ceng Im. Maka engkau tinggal di sini beberapa
hari, setelah itu barulah engkau kembali ke markas pusat Kay Pang."
"Baik, Paman." Tio
Cie Hiong menurut. la justru tidak tahu sama sekali, akan terjadi sesuatu di
markas pusat Kay Pang.
Bu Lim sam Mo, Kwan Gwa siang
Koay, Lak Kui dan Ang Bin sat sin duduk di ruang tengah dengan wajah serius,
bahkan kening mereka tampak berkerut-kerut.
"Heran" gumam Tang
Hai Lo Mo. " Kenapa Siauw Kun belum pulang?"
"Mungkin Kou Hun Bijin
telah bertemu dia, mereka lalu bersenang-senang sehingga membuat Siauw Kun lupa
pulang," sahut Thian Mo menduga.
"Mungkin dan
tidak,"ujar Te Mo. "Aku malah khawatir telah terjadi sesuatu atas
dirinya."
"Itu yang
dikuatirkan," sela siluman Gemuk dan menambahkan. "Karena Kou Hun
Bijin tidak mungkin akan bersenang-senang dengan dia. Walau Kou Hun Bijin
kelihatan genit, namun tidak pernah berbuat begitu."
"Benar," sahut
siluman Kurus. "Kami tahu jelas tentang itu."
"Memang tidak
salah," sambung Kwan Gwa Lak Kui. "Kami juga tahu jelas mengenai itu,
Kou Hun Bijin tidak pernah berbuat begitu."
"Tapi...." Tang Hai
Lo Mo mengerutkan kening. "Kenapa siauw Kun belum pulang? Benar-kah
telah terjadi sesuatu alas
dirinya?"
"Bagaimana kalau kita
suruh beberapa orang untuk mencarinya?" usul Thian Mo.
"Boleh juga..."
ucapan Tang Hai Lo Mo terputus, karena melihat salah seorang anggotanya masuk.
Ternyata orang yang diutus menyamar sebagai pengemis untuk memata-matai Kay
Pang pusat.
"Lapor pada
Ketua...," ujar orang itu sambil memberi hormat. "Aku telah
memperoleh informasi."
"Informasi apa?"
tanya Tang Hai Lo Mo.
"Dua malam lalu, sai Pi
Lo Kay mabuk sehingga aku berhasil memancingnya. Dia bilang pernah melihat
lelaki yang membawa monyet berada di dalam markas pusat Kay Pang. Kelihatannya
mereka merundingkan sesuatu."
"oh?" Betapa
gusarnya Tang Hai Lo Mo. "Ternyata Kay Pang punya hubungan dengan lelaki
itu Bagus, bagus Itu membuktikan pihak Kay Pang mulai menentang kita"
"Kalau begitu, kita bumi
hanguskan saja markas pusat Kay Pang" ujar Thian Mo.
"Ng" Tang Hai Lo Mo
manggut-manggut. "Kita memang harus memusnahkah markas pusat kay
Pang"
"Benar." Te Mo
mengangguk. kemudian bertanya pada orang itu. "Apakah masih ada informasi
lain?"
"Ada." orang itu
mengangguk sekaligus memberitahukan. "Di belakang markas pusat itu
terdapat sebuah pintu rahasia, kemungkinan besar mereka akan kabur melalui
pintu rahasia itu"
"Bagus" Te Mo
tertawa. "Karena engkau telah berjasa, maka akan kami naikkan kedudukanmu.
sekarang engkau boleh pergi beristirahat dulu."
"Terima kasih,
Ketua" ucap orang itu sambil memberi hormat lalu pergi.
"Bagaimana rencana kita
sekarang?" tanya Tang Hai Lo Mo sambil memandang Kwan Gwa siang Koay dan
Lak Kui.
"Kita serang saja markas
pusat Kay Pang," sahut Kwan Gwa siang Mo.
"Benar," sela Kwan
Gwa Lak Kui. "Mari kita serang mereka sekarang, jangan sampai ada yang
lolos"
"Ngmm" Tang Hai Lo
Mo manggut-manggul. "Kini di markas pusat Kay Pang cuma terdapat Bu Lim Ji
Khie, Lim Peng IHang, Tui Hun Lojin dan Gouw Han Tiong. Kita harus bunuh mereka
semua, tapi Lim Ceng Im harus ditangkap hidup-hidup."
"Kalau begitu, biar kami
yang pergi melaksanakan tugas ini," ujar Kwan Gwa Siang Koay.
"Begini," ujar Thian
Mo serius. "Kwan Gwa Lak Kui dan Ang Bin Sat Sin menyerang dari depan,
sedangkan siang Koay menunggu di belakang markas, agar tiada seorang pun yang
dapat meloloskan diri."
"Bagus, bagus" Tang
Hai Lo Mo tertawa gelak. "Nah, kapan kalian akan berangkat ke sana?"
"Sekarang," sahut Kwan Gwa Siang Koay, Lak Kui dan Ang Bin sat Sin
serentak.
"Baik." Tang Hai Lo
Mo mengangguk^ "Bawa juga lima puluh orang yang berkepandaian tinggi, para
anggota Kay Pang harus dibantai semua"
"Ya." Kwan Gwa Siang
Koay dan Lak Kui mengangguk. lalu tertawa gelak. "Ha ha ha..."
Salah seorang anggota Kay Pang
melesat memasuki markas dengan wajah pucat pias, sudah barang tentu mengejutkan
Bu Lim Ji Khie dan lainnya.
"Ada apa?" tanya Sam
Gan Sin Kay.
"Celaka, Tetua"
sahut anggota Kay Pang itu. "Pihak Bu Tek Pay sedang menuju ke mari."
"Apa?" Betapa
terkejutnya Sam Gan sin Kay. "Jangan-jangan mereka sudah tahu tentang Tio
Cie Hiong?"
"Ayah, kita harus
bagaimana?" tanya Lim Peng Hang cemas.
"Siapa saja yang menuju
ke mari?" tanya sam Gan sin Kay kepada anggota Kay Pang itu.
"Kwan Gwa Lak Kui, Ang
Bin sat sin dan puluhan anggota Bu Tek Pay," sahut Anggota Kay Pang itu
memberitahukan.
"Cepat sampaikan perintah
ku kepada semua anggota yang berada di sini, jangan melawan, harus segera
meninggalkan tempat ini" ujar sam Gan sin Kay.
"Ya, Tetua." Anggota
Kay Pang itu sebera melesat ke luar.
"Ayah, kita harus
bagaimana?" tanya Lim Peng Hang lagi karena sam Gan sin Kay tidak
menjawabnya.
"Peng Hang" sahut
sam Gan sin Kay. "Cepat suruh Ceng Im kabur melalui pintu belakang"
"Ada apa, Kakek?"
tanya Lim Ceng Im yang baru muncul. Gadis itu merasa heran karena mereka tampak
gugup,
"Ceng Im Pihak Bu Tek Pay
menuju ke mari, engkau harus segera pergi melalui pintu belakang" sahut
sam Gan sin Kay.
"Lebih baik kita lawan
saja, Kek," ujar Lim Ceng Im.
"Yang ke mari adalah Kwan
Gwa Lak Kui dan Ang Bin sat sin, jadi kita masih tidak kuat menghadapi mereka.
Engkau harus segera pergi" bentak sam Gan sin Kay.
"Lalu bagaimana dengan
Kakek. ayah dan lainnya?" tanya Lim Ceng Im cemas.
"Kami masih bisa meloloskan
diri," sahut sam Gan sin Kay. "Engkau tidak usah memikirkan
kami"
"Nak Cepatlah engkau
pergi Kalau terlambat, engkau akan celaka" desak Lim Peng Hang. "
Engkau harus langsung menuju
ke Gunung Hong Lay san"
"Ya." Lim Ceng Im
berlari ke dalam, namun siapa pun tidak menyangka kalau Kwan Gwa siang Koay
sudah menunggu di belakang markas.
"Pengemis bau, apakah
kita harus melawan mereka sampai titik darah penghabisan?" tanya Kim siauw
suseng.
"Aku pikir tidak
perlu," sahut sam Gan sin Kay. "Kita harus berusaha meloloskan
diri"
"Pengemis bau" tegur
Tui Hun Lojin. " Kenapa engkau jadi pengecut?"
"Aku bukan pengecut,
hanya tidak menghendaki kita mati sia-sia di sini," ujar sam Gan sin Kay
sungguh-sungguh. "Kita semua harus pergi ke Gunung Hong Lay san, maka
harus menggunakan Kiu Kiong san Tian Pou untuk meloloskan diri"
"Benar." Kim siauw
suseng manggut-manggut. "Kita pun harus berpencar kemudian berkumpul di
Gunung Hong Lay san."
"Baik." sam Gan sin
Kay mengangguk. "Kalau begitu, mari kita ke luar menyambut mereka"
Mereka sebera melesat ke luar.
Di saat itu terdengarlah suara tawa yang terkekeh di luar, ternyata Kwan Gwa
Lak Kui dan Ang Bin sat sin sudah sampai di situ "Ada urusan apa kalian ke
mari?" tanya sam Gan sin Kay.
"Pengemis baur bentak
Tiau Am Kui. "Kau kira kami tidak tahu, kalian di sini punya hubungan
dengan lelaki yang membawa monyet putih? Itu pertanda kalian mulai menentang
kami, maka hari int kalian harus mampus semua"
"Ha ha ha" sam Gan
sin Kay tertawa gelak. " Kalian kira kami begitu gampang mampus di tangan
kalian? Ha ha ha...."
"Mungkin kalian yang akan
mamcus di sini" ujar Kim siauw suseng.
"Benar" sambung Tui
Hun Lojin. "Mereka pasti mati di sini"
"Apa?" Bukan main
gusarnya Kwan Gwa Lak Kui dan Ang Bin sat sin. "Kalau begitu, sambutlah
serangan kami"
Kwan Gwa Lak Kui dan Ang Bin
sat sin mulai menyerang mereka. seketika terjadilah pertarungan yang sangat
seru. Kwan Gwa Lak Kui menggunakan ilmu pukulan Ku Lu Ciang Hoat, Bu Lim Ji
Khie dan lainnya menangkis dengan ilmu pukulan Kan Kun ciang Hoat, sekaligus
berkelit dengan ilmu Kiu Kiong san Tian Pou.
Sementara Ang Bin sat sin
hanya menonton, berselang beberapa saat kemudian mendadak ia melemparkan
sesuatu ke bawah. Daar Terdengar suara ledakan dan asap pun mengebul.
"Awas asap beracun"
seru sam Gan sin Kay. Mereka cepat-cepat menutup pernafasan.
Akan tetapi, di saat bersamaan
Kwan Gwa Lak Kui juga melancarkan serangan dengan gencar sekali.
"Pergunakan Kiu Kiong san
Tian Pou untuk meloloskan diri" seru sam Gan sin Kay lagi.
Sedangkan Ang Bin sat sin
terus melemparkan bom asap beracun. Bu Lim Ji Khie dan lainnya tidak bisa
mengerahkan lweekang, karena sedang menahan nafas. Maka, mereka terpukul oleh
Kwan Gwa Lak Kui, sehingga mengalami luka yang cukup parah.
Oleh karena itu mereka segera
menggunakan Kiu Kiong San Tian Pou untuk meloloskan diri.
"Jangan sampai mereka
lolos" teriak Tiau Am Kui.
Namun Bu Lim Ji Khie dan
lainnya sudah tidak kelihatan. Betapa gusarnya Kwan Gwa Lak Kui. sudah barang
tentu kegusarannya dilampiaskan kepada para anggota Kay Pang yang tidak
cepat-cepat kabur.
Sementara itu di Gunung Hong
Lay san, tampak Tayli Lo Ceng sedang bersemedi, tiba-tiba padri tua meloncat
bangun.
"Lo Ceng," It Sim
sin Ni heran. "Kenapa engkau?"
"Telah terjadi
sesuatu," sahut Tayli Lo Ceng. "Karena mendadak aku tidak bisa
bersemedi dengan tenang. omitohud...."
"Kira-kira apa yang
terjadi?" tanya It sim sin Ni menatapnya.
"omitohud Aku tidak
tahujelas," sahut Tayli Lo Ceng. "Kalau bukan di Tayli, pasti di
markas pusat Kay Pang."
"Oh?" It sim sin Ni
mengerutkan kening. "Kalau begitu, pasti di markas pusat Kay Pang."
"Omitohud" Tayli Lo
Ceng menggeleng-gelengkan kepala. "Mudah-mudahan semuanya bisa
selamat"
Malam harinya, tampak beberapa
sosok bayangan berjalan sempoyongan menuju sebuah biara di Gunung Hong Lay san.
Mereka adalah Bu Lim Ji Khie, Tui Hun Lojin, Lim Peng Hang dan Gouw Han Tiong.
"siapa kalian?"
bentak kedua murid It sim sin Ni, penjaga biara itu
"Kami dari markas pusat
Kay Pang," sahut sam Gan sin Kay. "Tolong beritahukan kepada Cie
Hiong, bahwa markas Kay Pang telah diserang Bu Tek Pay"
"Baik," salah
seorang biarawati itu segera melesat pergi, dan tak lama kemudian ia sudah
kembali bersama Tio Cie Hiong, Tio Tay seng, Tio Lo Toa, Tio Hong Hoa dan Lle
Man chiu.
"Kakek pengemis"
seru Tio cie Hiong.
"Cie Hiong..." sahut
sam Gan sin Kay lalu terkulai.
"Kakek pengemis" Tio
cie Hiong segera memeriksanya, kemudian menarik nafas lega. " Cepat papah
mereka ke dalam biara"
Setelah berseru, Tio Cie Hiong
memapah sam Gan sin Kay. Berselang sesaat, mereka sudah sampai di dalam biara.
"omitohud..." ucap
Tayli Lo Ceng. "Ternyata Bu Tek Pay menyerang Kay Pang...."
"Mereka terkena asap
beracun dan pukulan beracun." Tio Cie Hiong memberitahukan sambil
mengeluarkan sebuah botol, lalu memberikan obat penawar racun kepada mereka.
Berselang beberapa saat
kemudian setelah makan obat penawar racun itu, Bu Lim Ji Khie dan lainnya
tampak membaik,
"Cie Hiong, di mana Ceng
Im?" tanya Lim Peng Hang mendadak.
"Apa?" Tio Cie Hiong
tersentak. "Adik Im juga ke mari?"
"Ya." Lim Peng Hang
mengangguk.
"Dia lebih dulu ke
mari."
"Tapi...." Wajah Tio
Cie Hiong mulai cemas. "Dia... dia belum sampai di sini."
"Ha ah?" Lim Peng
Hang terkejut.
"Mungkinkah dia
kesasar?" Tio Cie, Hiong mengerutkan kening. "sebab dia tidak pernah
ke mari."
"Mungkin." Lim Peng
Hang manggut-manggut.
"omitohud Lebih baik
kalian beristirahat dulu," ujar Tayli Lo Ceng. "Besok kalian pasti
sembuh."
"Lo Ceng" Tio Cie
Hiong memandangnya. "Ceng Im...."
"Tenang" sahut Tayli
Lo Ceng, lalu berkata kepada muridnya. "Man chiu, pergilah kau ke kaki
gunung, cari Lim Ceng Im"
"Ya, Guru."
"Kakak Chiu, aku
ikut" ujar Tio Hong Hoa.
Lie Man chiu tidak berani
langsung bilang boleh, melainkan memandang gurunya. "Man chiu, dia boleh
ikut," Tayli Lo Ceng manggut-manggut. "Terima kasih, Guru"
"Terima kasih, Lo
Ceng"
Lie Man chiu dan Tio Hong Hoa
segera melesat pergi, sedangkan Tio Cic Hiong berdiri termangu-mangu.
"Nak" TioTay Seng
memegang bahunya. "Engkau harus tenang"