"Ide yang bagus"
Kwan Gwa siang Koay tertawa. "Apabila benar Kay Pang punya hu-bungan
dengan mereka, kami pasti pergi membantai mereka"
"Lalu bagaimana dengan
lelaki yang membawa monyet itu?" tanya Tiau Am Kui mendadak.
"Kalau perlu, kami
bertiga akan turun tangan membunuhnya," sahut Tang Hai Lo Mo. "Aku
ingin tahu, berapa tinggi kepandaiannya."
"Hi hi hi" Mendadak
terdengar suara tawa cekikikan yang sangat nyaring sekali, dan tak lama
berkelebat sosok bayangan ramping di tengah-tengah ruang itu.
"Haaah...?" Kwan Gwa
siang Koay dan Lak Kui terkejut bukan main. Air muka mereka pun berubah.
"Kou Hun Bijin"
"Apa?"Bu Lim sam Mo
juga terkejut. " Wanita itu adalah Kou Hun Bijin?"
"Ya." Kwan Gwa siang
Koay mengangguk.
Wanita yang berkelebat ke
dalam itu ternyata Kou Hun Bijin (Wanita Cantik Pembetot sukma). Wanita itu
memang cantik sekali, kelihatannya berusia empat puluhan. Akan tetapi,
sesungguhnya Kou Hun Bijin sudah berusia seratus lebih. Kwan Gwa siang Koay dan
Lak Kui kenal wanita itu, karena guru-guru mereka pernah tergila-gila padanya.
"Hei siang Koay dan Lak
Kui Pantas kalian tidak berada di Kwan Gwa, tidak tahunya kalian hidup senang
di sini"
"Selamat datang,
Bijin" ucap Kwan Gwa siang Koay dan Lak Kui serentak.
"Hi hi hi" Kou Hun
Bijin tertawa cekikikan sambil menatap Bu Lim sam Mo. "Kenapa kalian tidak
mempersilahkan aku duduk? Tidak senang aku ke mari?"
Bu Lim sam Mo diam karena
terpukau oleh kecantikan Kou Hun Bijin. Ketika wanita itu tertawa cekikikan,
pikiran mereka menjadi kacau balau.
"Hi hi hi" Kou Hun
Bijin tertawa cekikikan lagi. "Kenapa kalian bertiga diam saja?"
"Bijin, silakan duduk" ujar Bu Lim sam Mo serentak sambil menarik
nafas dalam-dalam. "Terima kasih" ucap Kou Hun Bijin lalu duduk.
sementara Liu siauw Kun terus
memandangnya dengan mata tak berkedip. Kou Hun Bijin mengetahuinya, maka ia pun
sengaja mengerling ke arahnya. "Anak muda Kenapa engkau terus memandangku
seperti macan melihat anak domba? Hi hi hi Engkau tertarik padaku ya?"
"Bijin..." Liu Siauw
Kun memang sangat tertarik kepadanya. "Aku..."
"Pemuda ganteng, engkau
murid siapa sih?" tanya Kou Hun Bijin dengan suara mengalun merdu.
"Guruku adalah Ang Bin
sat sin dan Bu Lim Sam Mo." Liu Siauw Kun memberitahukan. "oooh"
Kou Hun Bijin tersenyum. "Ternyata engkau murid kesayangan mereka"
"Bijin" ucap Tang Hai LoMo. "Maafkanlah murid kami yang tak tahu
apa-apa itu"
"Hi hi hi" Kou Hun Bijin
tertawa merdu. "Siapa bilang dia tidak tahu apa-apa? Menurutku, dia sudah
berpengalaman lho"
"Bijin, maafkanlah
dia" Tang Hai LoMo menghela nafas panjang. "Siauw Kun, cepatlah
engkau minta maaf kepada Bijin"
"Ya, Guru," sahut
Liu Siauw Kun, kemudian tersenyum-senyum agar Kou Hun Bijin tertarik kepadanya.
"Bijin, aku minta maaf"
"Kuterima maafmu,
sayang," sahut Kou Hun Bijin sambil mengedipkan matanya. Kedipan mata itu
nyaris membuat Liu Siauw Kun pingsan seketika, karena begitu memukau.
"Bijin, angin apa yang
membawamu ke mari?" tanya Siluman Kurus.
"Tentunya angin
sorga." Kou Hun Bijin tersenyum. "Aku dengar kalian sudah hidup
senang di sini, maka aku buru-buru ke mari lantaran ingin hidup senang
pula."
"Bijin" ujar Liu
Siauw Kun mendadak. "Di sini memang merupakan sorga..."
"Siauw Kun" bentak
Tang Hai Lo Mo. Jangan kurang ajar"
"Eeeh Tang Hai Lo Mo,
jangan begitu galak terhadapnya" ujar Kou Hun Bijin sambil mengerling ke
arah Liu siauw Kun. "Dia tidak kurang ajar, bahkan sangat
menyenangkanku."
"Terima kasih,
Bijin" ucap Liu siauw Kun dengan hati berbunga-bunga. Pemuda hidung belang
itu mengira Kou Hun Bijin sungguh-sungguh tertarik kepadanya.
"Bijin" ujar Kwan
Gwa siang Koay. " Kedatanganmu merupakan kehormatan bagi kami, jadi kami
pun harus memberitahukan..."
"Aku sudah tahu,"
potong Kou Hun Bijin. "Kalian berdua dan Lak Kui adalah Tetua Bu Tek Pay,
kan?"
"Betul, Bijin." Kwan
Gwa siang Koay dan Lak Kui mengangguk. "Bu Lim sam Mo adalah ketua."
"oh, sungguh menarik,
sungguh menarik" Kou Hun Bijin tertawa. "Pantas kalian betah di
sini"
"Bijin Maukah engkau
bergabung dengan kami?" tanya siluman Kurus mendadak sambil tersenyum.
"Boleh juga," sahut
Kou Hun Bijin dan bertanya. "Tapi apa kedudukanku di sini?"
"Pokoknya yang
tertinggi," sahut Bu Lim sam Mo girang, sebab apabila Kou Hun Bijin mau
bergabung, tentunya Bu Tek Pay bertambah kuat.
"Jadi para anggota Bu Tek
Pay dan termasuk kalian harus tunduk kepadaku?" tanya Kou Hun Bijin sambil
tertawa cekikikan.
"Tentu Tentu" Bu Lim
sam Mo mengangguk.
"Kalau begitu..."
Kou Hun Bijin berpikir sejenak. kemudian mengangguk. "Baiklah"
"Terimakasih, Bijin"
ucap Tang Hai Lo Mo. "Lalu selanjutnya kami harus memanggil apa kepada
Bijin?"
"Tetap panggil aku Bijin
saja," sahut Kou Hun Bijin sambil tersenyum manis lalu bertanya.
"Tang Hai LoMo, bagaimana keadaan paman gurumu?" "Bijin kenal
paman guruku?" Tang Hai Lo Mo tersentak.
"Betul." Kou Hun
Bijin manggut-manggut. "Dia tidak pernah menceritakan kepadamu tentang
diriku?"
"Pernah berpesan..."
"Dia pesan apa?"
"Paman guruku berpesan,
apabila bertemu Bijin harus menghormatinya."
"Hi hiHi" Kou Hun
Bijin tertawa cekikikan. "Thian Gwa sin Mo paman gurumu itu memang
romantis, pernah memijiti aku sampai tiga hari tiga malam."
"oh?" Tang Hai Lo Mo
menundukkan kepala.
"Hi hi Jangan merasa
malu" Kou Hun Bijin tertawa lagi. "Guru siang Koay dan guru Lak Kui
pun pernah mengipas aku tiga hari tiga malam. Aku cuma bilang udara sangat
panas, mereka berdua langsung mengipas iku."
"Benar, Bijin." Kwan
Gwa siang Koay mengangguk. "Guru kami pernah memberitahukan, bahkan juga
berpesan kepada kami," sambung Kwan Gwa Lak Kui.
"Bagus Bagus" Kou
Hun Bijin tertawa gembira. "Ternyata mereka masih begitu baik kepadaku
ohya, Tang Hai Lo Mo Bagaimana kabarnya paman gurumu?"
"Sudah meninggal."
Kou Hun Bijin
menggeleng-gelengkan kepala. "sungguh kasihan Guru siang Koay dan Lak Kui
juga sudah meninggal, kini aku sungguh merana"
"Aku bersedia menemani
Bijin," ujar Liu siauw Kun mendadak.
"Anak muda Engkau boleh
menjadi cucuku lho" Kou Hun Bijin memberitahukan sambil tertawa, kemudian
menambahkan. "Lumayan juga kalau engkau bersedia menemaniku"
"Terimakasih, Bijin"
Liu siauw Kun girang bukang main.
Bu Lim sam Mo, Ang Bin sat sin
dan Kwan Gwa siang Koay Lak Kui hanya menggeleng-gelengkan kemala.
"Eeeeh?" Mendadak
Kou Hun Bijin mengerutkan kening. "Bagaimana nih?"
"Ada apa, Bijin?"
tanya Tang Hai Lo Mo heran.
"Sudah sekian lama aku
duduk di sini, tapi kenapa tidak disajikan makanan dan disugguhkan
minuman?" Kou Hun Bijin melotot.
"Maaf, maaf" ucap
Tang Hai Lo Mo. "Kami belum tahu, Bijin suka makanan dan minuman
apa?"
"Pokoknya makanan yang
lezat dan arak istimewa," sahut Kou Hun Bijin. "ohya Di sini tidak
ada pemain musik dan penari?"
"Ada, ada," sahut Bu
Lim sam Mo cepat. Kemudian Tang Hai Lo Mo berseru. "Sajikan makanan yang
lezat dan suguhkan arak istimewa setelah itu, suruh para pemain musik dan para
penari ke mari"
"Ya." sahut beberapa
anggota Bu Tek Pay lalu menyajikan makanan lezat dan arak istimewa.
"Mari kita makan"
ujar Tang Hai Lo Mo.
"Hi hi hi" Kou Hun
Bijin tertawa nyaring dan mulai makan.
Seusai makan, mereka bersulang
sambil tertawa gembira. setelah itu terdengarlah alunan musik, kemudian para
penari mulai menari lemah gemulai.
Kou Hun Bijin bertambah cantik
sesudah minum. Wajahnya tampak bersemu merah. Arak yang diminumnya sangat
keras. Kou Hun Bijin menghabiskan beberapa cangkir, sehingga membuatnya
setengah mabuk.
"Hi hi H i" suara
tawanya sungguh menggetarkan kalbu dan membetot sukma, membuat Liu siauw Kun
terus memandangnya dengan mesra. "Aku... aku juga ingin menari."
Kou Hun Bijin melangkah
gemulai ke tengah-tengah ruangan, membaurkan diri dengan para penari, lalu
mulai menari sambil tersenyum-senyum. Bukan main indah dan gemulai tariannya.
Bu Lim sam Mo, Kwan Gwa siang Koay, Lak Kui, Ang Bin sat sin dan Liu siauw Kun menonton
dengan mulut ternganga lebar.
"Pantas..." gumam
Tang Hai Lo Mo. "Paman guruku begitu tergila-gila kepadanya"
"Begitu pula guru
kami," sambung Kwan Gwa siang Koay dan Lak Kui. "Murid kita
itu..." Thian Mo menggeleng-gelengkan kepala. "Kelihatannya dia sudah
mabuk kepayang."
"Biarkan saja." Te
Mo tertawa. "Kalau siauw Kun bisa menyenangkan Kou Hun Bijin, berarti
menguntungkan kita."
"Benar." Tang Hai Lo
Mo manggut-manggut. Tapi...," Mendadak Thian Mo mengeluh. "Aku mulai
tidak tahan."
"Sama," sahut Kwan
Gwa siang Koay dan Lak Kui. "Rasanya ingin mendekatinya."
"ohya, siang Koay"
bisik Tang Hai Lo Mo. "Kalian berdua sangat kuat, kenapa..."
"Tang Hai LoMo, hati-hati
bicara Kou Hun Bijin tidak pernah berbuat yang bukan-bukan. Melainkan guru kami
dan paman gurumu yang tergila-gila kepadanya. Dia dipuja bagaikan bidadari dari
kahyangan. Kami... kami tidak berani berlaku kurang ajar terhadapnya, lagi pula
kepandaiannya tinggi sekali."
"oooh" Tang Hai Lo
Mo manggut-manggut dan menambahkan. "Kalau dia terus menari. kita bakal
celaka..."
"Yang celaka duluan
muridmu," sela siluman Kurus. "Lihatlah Murid mu sudah melangkah
mendekatinya "
"Mungkin dia ingin ikut
menari." sahut Tang Hai Lo Mo sambil menggeleng-gelengkan kepala.
Memang benar apa yang
dikatakan Tang Hai Lo Mo, Liu siauw Kun ingin menari bersama Kou Hun Bijin.
"Bijin, bolehkah aku
menari bersamamu?" tanya Liu siauw Kun lembut sambit tersenyum menawan.
"Tentu boleh." Kou
Hun Bijin tersenyum manis. "Ayolah, kita menari bersama"
"Terima kasih" ucap
Liu siauw Kun lalu mulai menari bersama Kou Hun Bijin. Penari-penari lain
segera mundur jadi penonton, sedangkan musik terus mengarun.
"Wuah, bukan main"
ujar Tang Hai Lo Mo sambil menghela nafas. "Mereka berdua kelihatan
seperti sepasang kekasih."
"Aku tidak
menyangka..." Kwan Gwa Siang Koay menggeleng-gelengkan kepala. "Siauw
Kun begitu pandai menari."
"ohya" bisik Thian
Mo. "Bagaimana kalau kita minta bantuan Kou Hun Bijin untuk melenyapkan
lelaki yang membawa monyet itu?"
"Ngmm" Tang Hai Lo
Mo manggut-manggut.
"Bagus," katanya.
"Kami yakin Kou Hun Bijin dapat membunuh lelaki itu," ujar Kwan Gwa
siang Koay.
"Tapi ingat, kita harus
bicara baik-baik dengan dia, jangan bernada memaksanya, sebab kalau memaksanya,
kita pula yang akan celaka" Tiau Am Kui mengingatkan.
Bu Lim sam Mo dan Kwan Gwa
siang Koay manggut-manggut. sementara Liu siauw Kun terus menari bersama Kou
Hun Bijin dengan wajah ceria, tampaknya gembira sekali. "Anak muda, engkau
pandai sekali menari," puji Kou Hun Bijin.
"Bijin, aku bersedia
terus menemanimu menari "sahut Liu siauw Kun sambil merangkulnya .
"oh, ya?" Kou Hun Bijin tersenyum mesra. "Sungguh senang
hatiku"
"Aku pasti menyenangkanmu
dalam hal apa pun," bisik Liu siauw Kun. "Pokoknya memuaskan."
"oh?" Ucapan
tersebut membuat Kou Hun Bijin gusar, tapi tetap tersenyum dan menari.
"Terima kasih"
Berselang beberapa saat,
barulah mereka berhenti menari. Musik pun berhenti mengalun, kemudian kembali
ke tempat duduk masing-masing.
"Bu Lim sam Mo" ujar
Kou Hun Bijin sambil tertawa. "Murid kalian sungguh menyenangkan"
"Oh, ya?" Bu Lim sam
Mo tertawa gembira. "Bijin, mari kita bersulang lagi"
"Mari" sahut Kou Hun
Bijin sambil mengangkat minumannya.
Mereka semua bersulang sambil
tertawa-tawa, kemudian Tang Hai Lo Mo memandangnya seraya menghela nafas
panjang.
"Eh? Tang Hai Lo Mo"
Kou Hun Bijin tercengang. "Kenapa mendadak engkau menghela nafas?"
"Bijin" Tang Hai Lo
Mo menggeleng-gelengkan kepala. "Sebetulnya kami sedang menghadapi seorang
musuh tangguh."
"Kalian sedang menghadapi
seorang musuh tangguh?" Kou Hun Bijin terbelalak. "Siapa orang
itu?"
"Kami tidak kenal dia,
namun dibahunya terdapat seekor monyet berbulu putih." Tang Hai Lo Mo memberitahukan.
"Eh? Kalian bergurau
ya?" Kou Hun Bijin tampak tidak senang. "Kalian bilang tidak kenal
orang itu, tapi kenapa bisa bermusuhan?"
"Dia selalu menentang Bu
Tek Pay, bahkan..." Tang Hai Lo Mo memandang Kwan Gwa Lak Kui.
"Bijin, kami berenam
pernah menyerang orang itu." TiauAm Kui memberitahukan. "Ketika kami
berada di markas cabang."
"oh? Bagaimana hasilnya
setelah kalian menyerangnya?" tanya Kou Hun Bijin sambil menatap Tiau Am
Kui.
"Dia cuma mengibaskan
lengan bajunya, tapi membuat kami berenam termundur-mundur beberapa
langkah." Tiau Am Kui memberitahukan dengan kepala tertunduk.
"Apa?" mata Kou Hun
Bijin terbeliak. "Dia begitu lihay?"
"Ya." Tiau Am Kui
mengangguk.
"Kenapa kalian
menyerangnya?" tanya Kou Hun Bijin sambil mengerutkan kening. "
Kalian bermusuhan dengan orang itu?"
"Pada waktu itu..."
Tiau Am Kui menjelaskan." "Kami sedang bertarung dengan musuh-musuh
Bu Tek Pay, mendadak muncul orang itu setelah membuat kami termundur-mundur,
dia pun segera membawa pergi musuh-musuh Bu Tek Pay itu."
"oooh" Kou Hun Bijin
manggut-manggut. "Bagus Bagus sudah lama aku tidak bertemu orang
berkepandaian tinggi, aku ingin bertanding dengan dia. ohya, dia berada di
mana?"
"Kami tidak tahu,"
sahut Kwan Gwa Lak Kui.
"Kalau begitu, aku akan
mencarinya," ujar Kou Hun Bijin sambil tertawa. "Aku akan membuatnya
berlutut di hadapanku."
"Bijin" ujar Tiau Am
Kui. "orang itu berusia empat puluhan, di bahunya terdapat seekor monyet
bulu putih."
"Aku sudah ingat
itu."
"Kapan Bijin akan pergi
mencari orang itu?" tanya Tang Hai Lo Mo.
"Besok pagi," sahut
Kou Hun Bijin. "ohya, di sini terdapat taman bunga? Aku paling suka duduk
di taman bunga."
"Ada," sahut Te Mo.
"Di halaman belakang terdapat sebuah taman bunga yang sangat indah."
"Bagus" Kou Hun
Bijin tertawa gembira. "Sekarang aku ingin duduk beristirahat di
sana."
Kou Hun Bijin bangkit berdiri.
Liu Siauw Kun pun segera berdiri pula seraya berkata. "Biar aku yang
mengantar Bijin ke sana."
"Baik." Kou Hun
Bijin mengangguk.
"Mari ikut aku ke
dalam" ajak Liu Siauw Kun sambil tersenyum.
Kou Hun BUin manggut-manggut
lalu mengikuti Liu Siauw Kun ke dalam menuju halaman belakang.
"Ha ha ha" Tang Hai
Lo Mo tertawa gelak. "Kita berhasil memperalat Kou Hun Bijin untuk
menghadapi orang itu, aku yakin Kou Hun Bijin dapat membunuhnya."
"Benar." Thian Mo
tertawa gembira.
"Bu Lim Sam Mo"
tegur Kwan Gwa Siang Koay. "Tidak baik mengatakan begitu, sebab Kou Hun
Bijin teman baik guru kami."
"Maaf" ucap Tang Hai
Lo Mo sambil tertawa. "Aku telah salah omong, karena saking
gembiranya."
"ohya" ujar Tiau Am
Kui. " Kalian harus memperingatkan Liu siauw Kun, agar dia tidak berlaku
kurang ajar terhadap Kou Hun Bijin. sebab Kou Hun Bijin tingkatan tua."
"Tiau Am Kui " Tang
Hai Lo Mo tersenyum. "Itu urusan mereka, kita tidak bisa campur."
"Benar," sela Ang
Bin sat sin. " Kalian pun telah menyaksikannya, betapa gembiranya Kou Hun
Bijin menari bersama Liu siauw Kun."
"Memang." Tiau Am
Kui mengangguk. "Tapi usia Kou Hun Bijin sudah di atas seratus lho"
"Kalau mereka saling
menyukai, biarkan saja" sahut Ang Bin sat sin sambil tertawa. "Aku
yakin Kou Hun Bijin sangat tertarik pada siauw Kun."
Kwan Gwa siang Koay dan Lak
Kui saling memandang, kemudian mereka menggeleng-gelengkan kepala.
Benarkah Kou Hun Bijin sangat
tertarik kepada Lui siauw Kun? sesungguhnya tidak, sebaliknya malah merasa
sebal. sebab Kou Hun Bijin paling membenci kaum lelaki hidung belang, karena
itu, ia ingin menggodanya. Kou Hun Bijin bukan wanita jahat, namun ia memiliki
daya tarik luar biasa, sehingga kaum lelaki yang melihatnya, pasti tergila-gila
kepadanya. Begitu pula Liu siauw Kun.
Ketika melihat Kou Hun Bijin,
dia sudah tertarik, dan setelah menari bersama, mulai tergila-gila kepadanya.
Perlu diketahui, Liu siauw Kun memang pemuda pengganggu kaum wanita.
Sementara Kou Hun Bijin sudah
duduk sambil menikmati keindahan bunga-bunga yang beraneka warna, sedangkan Liu
siauw Kun yang berdiri di sisinya terus memandangnya dengan mata
berbinar-binar.
"Bijin, bolehkah aku
duduk di sisimu?" tanya Liu siauw Kun lembut sambil tersenyum manis.
"Tentu boleh," sahut Kou Hun Bijin sambil tertawa merdu.
"Duduklah" "Terimakasih" Liu siauw Kun segera duduk dengan
wajah berseri-seri.
"ohya, kenapa engkau mau
menemaniku duduk di sini?" tanya Kou Hun Bijin mendadak.
"Terus terang..."
Liu siauw Kun menjulurkan tangannya memegang lengan Kou Hun Bijin. "Sejak
melihatmu, aku..."
"Jatuh hati padaku?"
"Betul."
"Tapi engkau harus
tahu," ujar Kou Hun Bijin memberitahukan. "Usiaku sudah seratus lebih
lho"
"Aku tahu." Liu
siauw Kun tersenyum. "Namun wajahmu sungguh cantik, aku..."
"Wuah" Kou Hun Bijin
tertawa. "Engkau memang romantis sekali."
"Selain romantis, aku pun
dapat menyenangkan kaum wanita."
"Oh?Jadi engkau sering
menyenangkan kaum wanita?"
"Ya." Liu siauw Kun
mengangguk dengan bangga. "Dan sekaligus memuaskan mereka pula."
"Bagus, bagus" Kou
Hun Bijin manggut-manggut. "Pantas engkau begitu berani terhadapku"
"Berani lantaran ingin
memuaskan," sahut Liu siauw Kun sambil tersenyum, kemudian tangannya mulai
meraba-raba paha Kou Hun Bijin.
"Kok tanganmu sudah mulai
usil?" sesungguhnya Kou Hun Bijin sudah gusar sekali, hanya saja tidak
diperlihatkan pada wajahnya. 'Hm Dasar pemuda bajingan' cacinya dalam hati.
"Aku yakin, engkau pasti
senang."
"Benar. Aku memang senang
sekali." Apabila di saat ini Kou Hun Bijin mengayunkan tangannya, Liu
siauw Kun pasti mati. Namun Kou Hun Bijin tidak melakukannya, sebab ia tidak
mau sembarangan membunuh orang.
"Bijin..." Nafas Liu
siauw Kun sudah mulai memburu, karena nafsu birahi telah terbangkit.
"Kenapa?"
"Aku..." Liu siauw
Kun mulai meraba-raba bagian dadanya, jari tangannya yang usil itu menyentuh-
nyentuh payudara Kou Hun Bijin.
"Anak muda" Wajah
Kou Hun Bijin merah padam. " Engkau jangan keterlaluan ingat, usiaku sudah
di atas seratus..."
"Itu tidak jadi
masalah," sahut Liu siauw Kun dan mulai meremas-remas payudaranya.
"siauw Kun" panggil Kou Hun Bijin lembut. "Engkau sudah tidak
bisa tahan ya?" "Ya, Bijin."
"Engkau jangan terburu
nafsu, karena waktu kita masih banyak Kalau tahu kelakuanmu begini, guru-gurumu
pasti marah besar."
"Jangan khawatir
Bijin" Liu siauw Kun semakin berani, tangannya mulai menyelonong ke
selangkangan Kou Hun Bijin. "Guru-guruku tidak akan marah."
"Siauw Kun" Kou Hun
Bijin tersenyum. "Engkau harus sabar, kalau tidak, aku tidak akan
melayanimu."
"Bijin, aku... aku sudah
tidak tahan."
"Aku tahu, namun biar
bagaimana pun engkau harus sabar." Kou Hun Bijin membelai rambulnya.
"Setelah aku mengalahkan lelaki yang membawa monyet itu, barulah kita
bersenang-senang. "
"Bijin, aku mau sekarang.
"Jari tangan Liu siauw Kun mulai main di selangkangan Kou Hun Bijin.
Itu membuat kening Kou Hun
Bijin berkerut-kerut, bahkan matanya membara, namun ia tetap berkata dengan
lembut.
"siauw Kun, kalau engkau
terus begini, aku tidak akan memperdulikanmu."
"Bijin..."
"Bersabarlah sayang"
Kou Hun Bijin mengecup pipinya. "Tunggu waktu yang tepat, barulah kita
bersenang-senang Pokoknya aku pasti melayanimu sepuas-puasnya, asal engkau
jangan mati lemas saja."
"Ha ha" Liu siauw
Kun tertawa. "Aku sudah berpengalaman, pokoknya engkau pasti merasa puas."
"Baiklah." Kou Hun
Bijin bangkit berdiri "Kalau sudah waktunya kita bersenang-senang, aku
pasti menemuimu."
"Jangan bohong ya"
Liu siauw Kun berdiri, kemudian menciumnya dengan mesra. "Aku sangat
membutuhkanmu..."
Tan Li cu terus berjalan tanpa
arah tujuan dengan hati duka. Kenapa ia tidak mau bersama Tio Tay seng dan
lainnya? Ternyata ketika menyaksikan kegembiraan mereka, hatinya seperti
tertusuk-tusuk duri. Bukan karena iri, melainkan karena teringat akan nasibnya.
la tahu, apabila dirinya terus bersama mereka, tentunya akan merusak suasana.
oleh karena itu, ia mengambil keputusan untuk pergi tanpa pamit dengan mereka,
la terus berjalan, akhirnya duduk beristirahat di bawah sebuah pohon untuk
melepaskan lelah.
la termenung dengan mata
memandang lurus ke depan. Wajah suaminya terbayang di depan matanya, kemudian
ayah dan anaknya. Ketika terbayang akan kematian anaknya yang begitu
mengenaskan, ia mulai menangis sedih. Mendadak melayang turun sosok bayangan di
hadapannya, namun Tan Li cu seakan tidak melihatnya. siapa orang yang baru
melayang turun itu? Ternyata Kou Hun Bijin, yang telah meninggalkan markas Bu
Tek Pny, tujuannya mencari lelaki yang membawa monyet bulu putih.
"Eh? Kenapa engkau
menangis sedih seorang diri di sini? Siapa yang menghinamu?" tanya Kou Hun
Bijin lembut, lalu duduk di sisinya. Tan Li cu diam saja, tapi air matanya
terus berderai.
"Engkau masih muda dan
cantik, kenapa harus begini?" Kou Hun Bijin menggeleng-gelengkan kepala.
"Ditinggal kekasih ya?"
Tan Li cu menoleh
perlahan-lahan. setelah melihat jelas wanita yang duduk di sisinya, ia tertegun
karena tidak menyangka wanita itu begitu cantik,
"siapa Kakak?"
tanyanya.
"Hi hi hi?" Kou Hun
Bijin tertawa. "Tadi kukira engkau gagu, ternyata tidak. ohya, aku Kou Hun
Bijin. Engkau panggil aku Bijin saja"
"Kou Hun Bijin?" Tan
Li cu terperangah.
"Ya." Kou Hun Bijin
mengangguk. "Nah, bolehkah aku tahu siapa engkau?"
"Namaku Tan Li cu,
julukanku Tui Beng Li."
"Wanita Pengejar
Nyawa?" Kou Hun Bijin tertegun. " Engkau masih muda, kenapa mau jadi
Wanita Pengejar Nyawa? Nyawa siapa yang engkau kejar?"
"Aaaakh..." Tan Li
cu menghela nafas panjang. "Aku harus balas dendam, aku harus
membunuhnya."
"Engkau harus membunuh
siapa?"
"orang itu..." Tan
Li cu mulai menangis sedih lagi. "Dia membunuh suamiku, kemudian membunuh
ayahku dan... anakku yang belum berusia setahun. Dia... dia menghempas anakku
sampai mati."
"Haaah...?" Mulut
Kou Hun Bijin ternganga lebar. "Begitu kejam orang itu?"
"Selain kejam, dia juga
sering memperkosa anak gadis dan isteri orang." Tan Li cu memberitahukan.
"Apa?" Mata Kou Hun
Bijin langsung berapi-api. "Aku paling benci kaum lelaki yang begitu
macam. Beritahukan pada ku, siapa orang itu?"
"Aaakh..." Tan Li Cu
menghela nafas panjang. "Percuma kuberitahukan, sebab sulit mencari
dia."
"Beritahukan saja"
desak Kou Hun Bijin.
"Dia berada di markas Bu
Tek Pay."
"Apa? orang itu berada di
markas Bu Tek Pay?"
"Ya."
"Namanya?"
"Liu siauw Kun."
"Ternyata pemuda bajingan
itu Hi Hi Dia memang harus mampus" Kou Hun Bijin tertawa nyaring.
"Bijin..." Tan Li cu
menatapnya. "Engkau kenal dia?"
"Hi hi hi" Kou Hun
Bijin tertawa nyaring lagi. "Bukan cuma kenal, bahkan dia juga berani
berlaku kurang ajar terhadapku. Terus terang, aku memang dari markas Bu Tek
Pay"
"Hah?" Tan Li cu
terkejut bukan main. "Jadi... engkau punya hubungan dengan pihak Bu Tek
Pay?"
"Jangan takut" Kou
Hun Bijin tersenyum lembut. "Aku tidak punya hubungan dengan partai Bu Tek
Pay, hanya merupakan tamu terhormat di sana."
"Oooh" Tan Li cu
menarik nafas lega.
"Kalau begitu.."
tanya Kou Hun Bijin. " sudah lama engkau kenal Liu siauw Kun?"
"Sudah lama aku kenal
dia...," jawab Tan Li cu menutur.
"Oooh" Kou Hun Bijin
manggut-manggut. "Ternyata begitu Engkau memang harus membunuhnya "
"Tapi dia tidak pernah
meninggalkan markas itu." Tan Li cu menggeleng-gelengkan kepala.
"Jangan khawatir Aku bisa
memancingnya keluar." ujar Kou Hun Bijin. "Tapi harus menunggu
urusanku selesai dulu"
"Engkau punya urusan
apa?"
"Aku sedang mencari
seseorang untuk bertanding."
"oooh" Tan Li cu
manggut-manggut, namun tidak bertanya siapa yang di cari Kou Hun Bijin.
"ohya" Mendadak Kou
Hun Bijin menatapnya dalam-dalam. "Liu siauw Kun adalah murid Ang Bin sat
sin dan Bu Lim sam Mo, kepandaiannya pasti tinggi. engkau mampu mengalahkannya?
"
"Kukira mampu."
"Kalau begitu.." Kou
Hun Bijin berpikir sejenak lalu melanjutkan. "Aku pun bisa memancingnya
keluar, tapi..."
"Kenapa?"
"Engkau harus menunggu di
mana?"
"ohya" Tan Li cu
teringat sesuatu. "Tak jauh dari sini terdapat sebuah gubuk kosong, aku
menunggu di gubuk kosong itu saja."
"Baiklah. Tapi engkau
jangan ke mana-mana Aku pasti membawanya ke gubuk kosong itu."
"Ya." Tan Li cu
mengangguk. kemudian menatap ,Kou Hun Bijin dengan heran. "Kenapa...
engkau bersedia
membantuku?"
"Karena kita sama-sama
wanita," sahut Kou Hun Bijin sambil tertawa nyaring. "Tentunya wanita
harus membantu wanita."
"Terimakasih, Bijin"
ucap Tan Li cu setulus hati.
"ohya" Kou Hun Bijin
tersenyum. " Engkau pasti mengira aku berusia empat puluhan, bukan?"
"Ya. Kenapa?"
"Kalau kuberitahukan
usiaku, engkau pasti tidak percaya."
"Sesungguhnya berapa
usiamu?"
"Di atas seratus."
"Apa?" Tan Li cu
terbelalak. " Engkau tidak membohong iku?"
"Nyatanya memang begitu.
Kalau tidak, bagaimana mungkin Bu Lim sam Mo, Kwan Gwa siang Koay dan Lak Kui
begitu menghormatiku? Itu dikarenakan aku kenal guru mereka."
"oh? Tapi..." Tan Li
cu terus menatapnya dengan mata tak berkedip.
"Aku tidak bohong."
Kou Hun Bijin tersenyum. " Ketika aku sampai di markas Bu Tek Pay, Liu
siauw Kun sudah mulai
mengincarku. Bahkan kemudian dia berani begitu kurang ajar, meraba-raba diriku.
Padahal sudah kukatakan usiaku sudah seratus lebih, namun dia masih tetap
kurang ajar. Hm Dia memang cari mati"
"Itu tidak heran, Liu
siauw Kun memang pemuda pengganggu kaum wanita. Lagi pula... lo cianpwee sangat
cantik sekali."
"Hi hi hi" Kou Hun
Bijin tertawa geli. "Aduh Jangan panggil aku lo cianpwee, cukup panggil
aku Bijin saja"
"Baiklah." Tan Li cu
mengangguk.
"Kalau begitu, aku mau
pergi dulu." Kou Hun Bijin bangkit berdiri dan berpesan. "Tunggulah
di gubuk kosong itu jangan ke mana-mana"
"Ya." Tan Li cu
mengangguk pasti.
"Sampai jumpa nanti"
ucap Kou Hun Bijin lalu melesat pergi. Tan Li cu terbelalak menyaksikannya,
karena ginkang Kou Hun Bijin tinggi sekali.
Bab 74 Pertandingan yang
memberi kesan baik
Telah beberapa hari lamanya
Tio Cie Hiong terus mencari Tan Li cu, namun sia-sia karena tiada jejaknya sama
sekali.
Hari ini udara sangat panas,
Tio Cie Hiong berjalan di bawah terik matahari. Kebetulan di pinggir jalan
terdapat sebuah kedai teh. Tio cie Hiong segera ke kedai teh itu untuk
melepaskan dahaga.
Pelayan kedai itu langsung
menyuguhkan secangkir teh. Tapi Tio Cie Hiong berpesan secangkir lagi, untuk
monyet bulu putih yang duduk di bahunya. "Kauw heng, tentunya engkau
sudah, haus. Di sini tiada arak. kita minum teh saja." Monyet bulu putih
manggut-manggut.
Pelayan itu menaruh secangkir
teh lagi ke atas meja. Tio Cie Hiong mengangkat cangkir itu lalu diberikan
kepada monyet bulu putih. "Kauw heng, mari kita minum"
Ketika mereka sedang meneguk.
tiba-tiba muncul pula seorang wanita yang sangat cantik ke dalam kedai itu,
bahkan langsung menuju meja Tio Cie Hiong dan duduk di hadapannya. Padahal
masih ada tempat lain yang kosong. Itu pertanda wanita itu memang sengaja duduk
di hadapan Tio cie Hiong. Monyet bulu putih menatap wanita tersebut, tapi diam
saja.
Tio Cie Hiong mengambil
cangkir yang di tangan monyet bulu putih, kemudian di taruh di atas meja.
Walau ada wanita cantik duduk
di hadapannya, sikap Tio Cie Hiong tetap biasa-biasa saja.
Wanita cantik itu memandang
tangan Tio Cie Hiong, lalu memandang wajahnya dan tersenyum.
setelah itu, barulah memandang
monyet bulu putih.
"Monyet cakap. kau tidak
mau minum teh lagi?" tanya wanita cantik itu. Monyet bulu putih diam saja.
"Aku tidak
menyangka..." gumam wanita cantik itu. "Akan berhadapan dengan orang
yang memakai kedok kulit."
Mendengar ucapan itu, Tio Cie
Hiong hanya tersenyum. sedangkan monyet bulu putih bercuit beberapa kali.
"Hei Lelaki
berkedok" ujar wanita cantik itu sambil tertawa kecil. "Pasti engkau
yang membuat Kwan Gwa Lak Kui tor mundur-mundur dengan kibasan lengan
bajumu"
"Betul." Tio Cie
Hiong mengangguk, "Dari mana engkau tahu?"
"Hi h Hi" Wanita
cantik itu tertawa nyaring lalu memperkenalkan dirinya. "Aku Kou Hun
Bijin, guru-guru Kwan Gwa siang Koay dan Lak Kui adalah teman baikku."
"Kou Hun Bijin?" Tio
Cie Hiong tertegun.
"Bclul." Ternyata
wanita cantik itu Kou Hun Bijin.
"Engkau memang cantik
sekali," ujar Tio Cie Hiong tersenyum dan menambahkan. "suara tawamu
dapat membetot sukma kaum lelaki."
"Tidak salah." Kou
Hun Bijin tertawa lagi. "Apakah sukmamu terbetot oleh suara tawaku?"
"Sama sekali tidak.
sebaliknya malah membuatku merinding."
"oh, ya?"
"Memang ya." Tio Cie
Hiong manggut-manggut. " engkau teman baik guru-guru Kwan Gwa siang Koay
dan Lak Kui, itu membuktikan engkau sudah tua sekali. Namun engkau awet muda,
dan tampak baru berusia empat puluhan."
"Betul." Kou Hun
Bijin mengangguk. "Engkau pakai kedok kulit sehingga tampak berusia empat
puluhan, padahal engkau masih muda."
"Sungguh tajam
matamu"
"Terimakasih atas
pujianmu"
"Aku yakin, engkau bukan
kebetulan ke mari, melainkan sengaja menemuiku. Ya kan?"
"Ya. Aku dengar engkau
berkepandaian tinggi, maka sungguh menarik hatiku."
"sesungguhnya,
kepandaianku tidak begitu tinggi." Tio Cie Hiong menatapnya dan
melanjutkan. "Aku pun yakin, engkau bukan wanita jahat. Tapi... kenapa mau
membaurkan diri dengan Kwan Gwa siang Koay, Lak Kui dan Bu Lim sam Mo?"
"Hi h H i" Kou Hun
Bijin tertawa cekikikan. "Kek engkau begitu yakin aku bukan wanita
jahat?"
"sebab Kauw heng diam saja."
Tio cie Hiong memberitahukan. " itu pertanda engkau bukan wanita
jahat."
"oh, ya?" Kou Hun
Bijin menatap monyet bulu putih. "Maksudmu monyet itu monyet sakti?"
"Kira-kira
begitulah."
"Engkau panggil dia Kauw
heng, lalu aku harus panggil dia apa?"
"Usianya sudah hampir
tiga ratus, jadi engkau harus panggil dia apa?"
"Apa?" Kou Hun Bijin
terbelalak. kemudian tertawa geli. "Aku tidak menyangka engkau juga pandai
membual...."
Mendadak monyet bulu putih itu
bercuit-cuit, tentunya membuat Kou Hun Bijin terheran-heran. "Eh? Kenapa
dia?"
"Dia bilang aku tidak
membual."
"oh?" Kou Hun Bijin
terbelalak. "Monyet itu mengerti bahasa manusia?"
"selain mengerti bahasa
manusia, dia juga berkepandaian tinggi sekali." Tio Cie Hiong
memberitahukan dengan jujur. "Kou Hun Bijin, aku berkata sesungguhnya
Jangan kau anggap aku bohong"
"Baik," Kou Hun
Bijin mengangguk. "Aku percaya. ohya, engkau panggil aku Bijin saja"
Tio Cie Hiong manggut-manggut.
"Sebetulnya ada urusan
apa Bijin menemuiku di sini?" tanyanya kemudian.
"Aku tertarik akan
kepandaianmu. oleh karena itu, aku ingin menjajal kepandaianmu itu."
"Bijin" Tio cie
Hiong tersenyum. "Bagaimana kalau aku mengaku kalah padamu? Jadi kita
tidak perlu bertanding."
"Lho? Kenapa
begitu?"
"Untuk apa kita harus
bertanding?"
"Terus terang," ujar
Kou Hun Bijin sungguh-sungguh. "Sudah puluhan tahun aku tidak bertemu
orang yang berkepandaian tinggi, maka ketika aku mendengar engkau berkepandaian
begitu tinggi, tanganku langsung gatal."
"Bijin" Tio Cie
Hiong menatapnya. "Secara pribadi atau membela Bu Lim sam Mo, Kwan Gwa
siang Koay dan Lak Kui untuk bertanding denganku?"
"Tentunya secara pribadi,
jangan dikaitkan dengan mereka" sahut Kou Hun Bijin. "Nah, bagaimana?
Engkau bersedia bertanding denganku?"
"Yaah..." Tio Cie
Hiong menghela nafas panjang. "Untuk apa engkau terus mendesakku untuk
bertanding?"
"Hanya ingin tahu
bagaimana kepandaianmu. Nah, engkau tidak akan menolak. bukan?"
"Padahal usiamu sudah di
atas seratus, tapi kenapa masih bersifat seperti anak kecil?"
"Engkau masih muda, namun
malah bersifat seperti orang tua. Hi hi hi" Kou Hun Bijin tertawa geli.
"ohya, bolehkah engkau perlihatkan wajah aslimu?"
"Boleh. Tapi... engkau
harus memenuhi sebuah syaratku," sahut Tio cie Hiong sungguh-sungguh
"oh?" Kou Hun Bijin tersenyum. "Apa syaratmu?"
"Urungkan niatmu untuk
bertanding denganku" Ternyata Tio cie Hiong mengajukan syarat tersebut.
"Aku ingin menyaksikan
wajah aslimu, juga ingin bertanding denganmu pula." Tegas Kou Hun Bijin.
" Kalau tidak. aku pasti penasaran sekali."
"Bijin..." Tio cie
Hiong menggeleng-gelengkan kepala. " Kenapa engkau terus mendesakku?"
"Kalau tidak bertanding
denganmu, aku pasti merasa penasaran selama-lamanya."
"Jadi engkau tidak akan
puas kalau belum bertanding denganku?"
"Ya." Kou Hun Bijin
mengangguk dan menambahkan. "Bahkan aku juga akan penasaran apabila tidak
menyaksikan wajahmu yang di balik kedok kulit itu."
"Kenapa engkau
menyulitkan diriku, Bijin?" Tio Cie Hiong menghela nafas panjang.
"Aku tahu, engkau pasti menjaga suatu rahasia, maka memakai kedok kulit
itu, bukan?" "Agar tidak terjadi hal-hal yang tak diinginkan."
"Oooh" Kou Hun Bijin
manggut-manggut. "Ayohlah, kita ke tempat yang sepi untuk bertanding"
Tio Cie Hiong berpikir lama
sekali, akhirnya mengangguk pula. "Baiklah."
"Bagus" Kou Hun
Bijin tertawa gembira. "Bagus..."
Mereka sudah sampai di tempat
yang amat sepi, bahkan berdiri berhadapan pula. Kou Hun Bijin terus menatapnya,
kemudian tersenyum sambil berkata. "Nah, lepaskanlah kedok kulit itu"
"Bijin..." Tio Cie Hiong
menggeleng-gelengkan kepala, lalu perlahan-lahan melepaskan kedok kulitnya.
"Haah...?" Mulut Kou
Hun Bijin ternganga lebar dan matanya terbeliak. "Aku tidak menyangka,
engkau begitu tampan."
"Bijin, bolehkah aku
pakai kembali kedok kulit ini?"
"Jangan dulu" Kou
Hun Bijin menggelengkan kepala. "Aku lebih senang bertanding denganmu
tanpa memakai kedok kulit itu."
"Bijin..." Tio Cie
Hiong menghela nafas panjang. "Usia mu sudah seratus lebih, tapi
sifatmu...."
"Tapi wajahku masih
tampak muda, maka sifatku juga seperti anak kecil."Kou Hun Bijin tertawa
nyaring tak berhenti-henti.
Tio Cie Hiong mengerutkan
kening, tahu kalau Kou Hun Bijin sedang mengerahkan semacam ilmu untuk
mempengaruhinya. Karena itu, ia segera mengerahkan ilmu Penakluk iblis.
Kou Hun Bijin terus tertawa,
kemudian ia mulai menari-nari di hadapan Tio Cie Hiong. Akan tetapi, Tio cie
Hiong hanya tersenyum, tidak terpengaruh sama sekali.
Berselang beberapa saat, Kou
Hun Bijin berhenti menari lalu menatap Tio Cie Hiong dengan mata terbeliak
lebar.
"Eeeh? Kenapa engkau
tidak terpengaruh oleh suara tawa dan tarianku?" tanyanya heran.
"Sebab aku memiliki Ilmu Penakluk iblis." Tio Cie Hiong
memberitahukan dengan jujur. "Apa?" Kou Hun Bijin tertegun. "
Engkau masih sedemikian muda, tapi... memiliki ilmu itu?" "Ya."
Tio cie Hiong mengangguk.
"Engkau memang hebat
sekali" Kou Hun Bijin manggut-manggut. "Nah, sekarang mari kita
bertanding"
"Kita bertanding dengan
tangan kosong saja Bagaimana?"
"Baik."
"Kauw heng,
turunlah" ujar Tio Cie Hiong kepada monyet bulu putih, dan monyet itu
segera meloncat turun.
"Nah, hati-hati"
ujar Kou Hun Bijin. "Aku akan mulai menyerangmu."
Tio Cie Hiong mengangguk
sambil mengerahkan Pan Yok Hian Thian sin Kang untuk melindungi
diri
Mendadak Kou Hun Bijin
menyerangnya. Tio Cie Hiong berkelit dengan ilmu Kiu Kiong san Tian Pou.
Kou Hun Bijin terkejut, karena
Tio Cie Hiong telah menghilang dari hadapannya.
"Hebat" seru Kou Hun
Bijin memujinya, lalu menyerang lagi ke belakang tanpa melihat. "Aku tahu
engkau menggunakan semacam ilmu langkah aneh, tapi engkau tidak bisa terus berkelit"
Memang benar apa yang
dikatakan Kou Hun Bijin. Ketika Tio Cie Hiong baru mau berkelit, Kou Hun Bijin
sudah berputar-putar mengelilingi Tio Cie Hiong.
Apa boleh buat, Tio Cie Hiong
tarpaksa menangkis dan sekaligus balas menyerang dengan ilmu Bit ciat sin ci.
"Hi hi Hi Hebat
sekali" Kou Hun Bijin tertawa nyaring, namun merasa penasaran. oleh karena
itu, ia mulai mengerahkan Giok Lin sin Kang (Tenaga sakti Gadis Murni).
"Hati-hati Kali ini aku tidak main-main lagi"
Ketika mengerahkan Iweekang
tersebut, wajah Kou Hun Bijin memancarkan cahaya putih. Tio Cie Hiong terkejut
menyaksikannya. la tahu bahwa Kou Hun Bijin sedang mengerahkan iweekang tingkat
tinggi, maka ia mengerahkan Kan Kun Taylo sin Kang.
Tiba-tiba Kou Hun Bijin
berseru keras, lalu menyerang Tio Cie Hiong. Betapa dahsyatnya serangan yang
penuh mengandung Giok Li sin Kang. Karena itu, Tio Cie Hiong terpaksa menangkis
dengan Kan Kun Taylo Ciang Hoat, menggunakan jurus Kan Kun Taylo Bu Pien (Alam
semesta Tiada Batas).
"Haaah...?" Kou Hun
Bijin terkejut bukan main, karena mendadak lweekangnya berbalik menyerang
dirinya sendiri seketika juga ia teringat akan pesan gurunya, Giok Lisin Kang
memang tergolong Iweekang yang tanpa tanding di kolong langit. Namun harus
berhati-hati, jangan sampai membentur Kan Kun Taylo sin Kang, sebab Iweekang
itu akan membalikkan Giok Li sin Kang
menyerang diri sendiri Kalau
terjadi itu, maka Giok Li sin Kang akan buyar dan wajahmu langsung berubah tua.
Gugup dan panik Kou Hun Bijin
teringat akan pesan tersebut. la ingin menarik kembali lweekangnya, tapi sudah
terlambat.
Pada saat bersamaan, Tio Cie
Hiong juga melihat wajah Kou Hun Bijin berubah agak keriput. Tersadarlah ia
akan iweekang yang dimiliki Kou Hun Bijin, ternyata Iweekang itu yang
membuatnya awet muda. Namun apabila Kou Hun Bijin terserang oleh lweekangnya
sendiri, maka akan menyebabkannya jadi tua sesuai dengan usianya.
Timbullah rasa tidak tega
dalam hati Tio Cie Hiong, sehingga ia cepat-cepat menarik kembali Kan Kun Taylo
Sin Kang.
Seketika juga Kou Hun Bijin
merasa lweekangnya menyerang lagi ke arah Tio Cie Hiong, ia tahu pemuda itu
menarik kembali lweekangnya. Daaar Terdengar suara yang amat keras.
Tio Cie Hiong terpental
belasan depa jatuh duduk dengan mulut mengeluarkan darah.
Monyet bulu putih memekik
marah, tapi ketika baru mau menyerang Kou Hun Bijin, Tio Cie Hiong berseru
lemah. "Kauw heng, jangan kurang ajar"
Monyet bulu putih itu langsung
diam, kemudian melesat ke arah Tio Cie Hiong, sekaligus memegang tubuhnya
seakan sedang memeriksanya. Setelah itu, monyet bulu putih tersebut bercuit
perlahan, sepertinya menarik nafas lega.
"Adik kecil" teriak
Kou Hun Bijin sambil mendekatinya. "Bagaimana keadaanmu?"
"Aku... aku tidak
apa-apa." Tio Cie Hiong tersenyum, lalu duduk bersila. Kou Hun Bijin duduk
di sisinya, matanya tampak basah, sedangkan monyet bulu putih itu terus
melototinya.
Berselang beberapa saat
kemudian, barulah Tio Cie Hiong membuka matanya, ketika melihat mata Kou Hun
Bijin basah, ia tersenyum. "Kakak tidak usah sedih, aku tidak
apa-apa"
"Adik kecil..." Kou
Hun Bijin terisak-isak. "Sungguh mulia hatimu, aku... aku terharu
sekali."
"Kakak" Tio Cie
Hiong memandang wajahnya. "Syukurlah wajahmu masih tetap cantik"
"Adik kecil..."
Mendadak Kou Hun Bijin menggenggam tangannya erat-erat. "Engkau... engkau
tidak terluka?"
"Tidak." Tio cie
Hiong tersenyum. "Aku sama sekali tidak terluka."
"Adik kecil, Kauw heng,
maafkanlah aku" ucap Kou Hun Bijin setulus hati.
Monyet bulu putih itu bercuit
beberapa kali sambil manggut-manggut, Tio Cie Hiong tersenyum lagi dan
memberitahukan. "Kauw heng telah memaafkanmu."
"Terima kasih, Kauw heng
Tapi... engkau bersedia memaafkan aku?"
"Engkau tidak bersalah
terhadapku, kenapa harus minta maaf?"
"Adik kecil, aku kagum
sekali kepadamu. Sungguh mulia hatimu Aku pun merasa senang, karena engkau
memanggil kakak kepadaku."
"Kakak. lweekangmu
sungguh hebat"
"Ohya" Kou Hun Bijin
menatapnya dalam-dalam. "Engkau memiliki Kan Kun Taylo sin Kang?"
"Ya." Tio Cie Hiong
mengangguk. "Kok Kakak tahu?"
"Guruku pernah
memberitahukan, apabila Giok Lisin Kang bertemu Kan Kun Taylo sin Kang, aku
pasti celaka."
"Oooh" Tio Cie Hiong
manggut-manggut.
"Aku ingin menarik
kembali Iweekangku itu, tapi sudah terlambat," ujar Kou Hun Bijin.
"Tapi...
kenapa mendadak engkau menarik
kembali lweekangmu itu?"
"Karena aku melihat... wajahmu
berubah agak keriput, maka aku tahu lweekang itu membuatmu awet muda. Kalau
lweekangmu itu buyar, otomatis engkau akan berubah tua sekali. Aku... aku
merasa tidak tega, sehingga cepat-cepat menarik kembali Kan Kun Taylo sin
Kang."
"oooh" Kou Hun Bijin
menatapnya dengan terharu. "Tapi... kenapa engkau sama sekali tidak
terluka dalam?"
"Karena aku masih
memiliki Pan Yok Hian Thian sin Kang yang melindungi diriku." Tio Cie
Hiong memberitahukan. "Bahkan aku juga sudah dua kali makan buah Kiu Yap
Lie Che."
"Syukurlah" Kou Hun
Bijin tersenyum. "oh-ya, adik kecil Kini maukah engkau memberitahukan
namamu?"
"Namaku Tio Cie
Hiong."
"Apa?" Terbelalak
Kou Hun Bijin. "Aku pernah dengar tentang Tio Cie Hiong itu. Bukankah dua
tahun lalu dia sudah mati? Kek engkau juga bernama Tio Cie Hiong?"
"Tio Cie Hiong adalah
aku, aku adalah Tio Cie Hiong itu," sahut Tio Cie Hiong sambil tersenyum.
"Lho?" Kou Hun Bijin terheran-heran. "Kok begitu?"
"Sebab..," ujar Tlo
Cie Hiong dan menutur tentang itu, kemudian menambahkan. "Maka aku harap
Kakak menjaga rahasia itu Kalau tidak. pihak Kay Pang pasti celaka."
"Jangan khawatir"
Kou Hun Bijin tersenyum. "Kita sudah jadi kakak adik, tentunya aku harus
menjaga rahasia ini."
"Kalau begitu, aku sudah
boleh pakai kedok kulit itu?"
"Boleh."
Kemudian Tio cie Hiong memakai
kedok itu, monyet bulu putih segera meloncat ke atas bahunya.
"Jadi... kauw heng ini
yang mengobatimu hingga sembuh?" tanya Kou Hun Bijin sambil memandang
kagum monyet bulu putih.
"Benar." Tio Cie
Hiong manggut-manggut. "Kalau tidak ada Kauw heng ini, aku sudah cacat
seumur hidup."
"Kauw heng" Mendadak
Kou Hun Bijin memberi hormat kepadanya. "Terimalah hormatku"
Monyet bulu putih itu bercuit
beberapa kali, kemudian balas memberi hormat kepada Kou Hun Bijin, sudah barang
tentu Kou Hun Bijin tertawa geli karenanya.
"Hi hi hi Kauw heng,
engkau sungguh lucu dan baik"
"Kakak" Tio Cie
Hiong menatapnya. "Jangan membaurkan diri dengan mereka, itu tidak
baik."
"MaksudmuBu Lim sam Mo,
Kwan Gwa Siang Koay dan Lak Km?"
"Ya."
"Adik kecil" Kou Hun
Bijin menghela nafas. "Biar bagaimanapun, aku masih harus kembali ke
markas Bu Tek Pay."
"Kenapa?" Tio Cie
Hiong menatapnya. "Maukah kakak menjelaskan?"
"Tentu mau." Kou Hun
Bijin manggut-manggut. "Karena aku telah berjanji pada seorang wanita muda
yang bernasib malang, akan kembali ke markas itu untuk memancing keluar
seseorang."
"Siapa orang itu?"
"Dia masih muda,
namun..." Kou Hun Bijin menggeleng-gelengkan kepala. "Dia membunuh
suami, ayah dan anak wanita itu."
"Apakah Liu siauw
Kun?"
"Kok engkau tahu?"
"Wanita muda yang
bernasib malang itu tentunya Tan Li Cu, bukan?"
"Lho?" Kou Hun Bijin
tercengang. "Kok engkau tahu tentang itu?"
"Sebab aku kenal Tan Li
Cu..." ujar Tio Cie Hiong dan menutur, kemudian menambahkan. "Tan Li
cu dan Thian Liong Kiam Khek terkena asap beracun, aku yang menolong mereka.
sejak itu, Liu siauw Kun tidak pernah muncul."
"oooh" Kou Hun Bijin
manggut-manggut. "Liu siauw Kun itu sungguh kejam, aku merasa kasihan pada
Tan Li Cu, maka berjanji akan membantunya untuk memancing Liu siauw Kun
keluar."
"Kakak..." Tio Cie
Hiong tersenyum. "Hatimu cukup baik, hanya saja...."
"Sifatku buruk.
kan?" Kou Hun Bijin tersenyum, lalu menghela nafas panjang sambil
memandang jauh ke depan. "Adik kecil, sesungguhnya aku sangat membenci
kaum lelaki. Karena itu, aku sering membuat kaum lelaki tergila-gila kepadaku.
setelah tergila-gila, mereka kutinggalkan, sehingga frustasi. Bahkan ada yang
bunuh diri minum racun, gantung diri dan lain sebagainya."
"Kenapa Kakak melakukan
itu?"
"Adik kecil, ketika aku
berusia dua puluhan, aku pernah dikecewakan sekaligus hatiku disakiti oleh
kekasihku sendiri."
"Kok begitu?"
"Yaahh" Kou Hun
Bijin menghela nafas panjang. "Aku berasal dari keluarga miskin, begitu
pula kekasihku itu. Tapi kemudian dia berkenalan dengan seorang gadis dari
keluarga kaya raya."
"Bagaimana dia bisa
berkenalan dengan gadis orang kaya itu?"
"Dia bekerja di rumah
gadis orang kaya itu, kebetulan gadis itu melihat sekaligus jatuh hati
kepadanya. oleh karena itu, orang tua gadis itu menikahkan mereka. Coba
bayangkan, betapa kecewa dan sakitnya hatiku"
"Kak" Tio Cie Hiong
tersenyum. "sebetulnya Kakak tidak usah merasa kecewa maupun sakit hati,
relakan saja dia menikah dengan gadis itu"
"Adik kecil, kekasihku
itu..." Kou Hun Bijin menggeleng-gelengkan kepala. "Aku... aku telah
menyerahkan kesucianku kepadanya."
"Kak" Tio Cie Hiong
menghela nafas panjang. "Itu salah Kakak, kenapa mau menyerahkan kesucian
kepadanya?"
"Karena aku... aku
mencintainya, dan dia juga sangat mencintaiku. Kemudian dia terus merayuku
untuk berbuat, aku percaya dia akan bertanggung jawab, maka...."
"Setelah itu
bagaimana?"
"Aku mau bunuh diri, tapi
di saat itulah aku bertemu seorang biarawati tua. Beliau merasa iba kepadaku,
maka menerimaku sebagai murid." Kou Hun Bijin memberitahukan. "Hampir
dua puluh tahun aku belajar silat tingkat tinggi kepadanya. Pada suatu hari
guruku memberiku tiga butir pil, dan aku disuruh memakannya. setelah aku makan
pil itu, guruku mengajarku Giok Li sin Kang.
Guruku mengatakan bahwa Giok
Li sin Kang tergolong iweekang yang sulit dicari tandingannya dalam rimba
persilatan. selain itu, aku pun akan awet muda karena telah makan pemberiannya
itu juga pengaruh dari Giok Lisin Kang. Betapa gembiranya aku mendengar itu .
Namun ketika guruku sakit, guruku berpesan agar aku berhati-hati, jangan sampai
Giok Li sin Kang membentur Kang Kun Taylo sin Kang. sebab apabila terbentur,
Giok Li sin Kang akan berbalik menyerang diriku. Kalau Giok Li sin Kangku
buyar, aku akan berubah tua."
"ooooh" Tio Cie
Hiong manggut-manggut. " Untung aku melihat perubahan wajahmu, dan sempat
menarik kembali Kan Kun Taylo sin Kangku. Kalau tidak..."
"Aku sudah berubah
menjadi nenek." Kou Hun Bijin tersenyum. "Adik kecil, sekali lagi aku
mengucapkan terima kasih kepadamu"
"Itu tidak perlu,
Kak." Tio Cie Hiong tersenyum.