"Wuah" Kim Siauw
Suseng tersenyum. "Sungguh besar jiwa kalian Sungguh di luar dugaan sekali
lagi kami ucapkan terima kasih" "He he h e" Kwan Gwa siang Koay
tertawa terkekeh-kekeh.
"Bu Lim Ji Khie dan para
ketua" seru Tang Hai Lo Mo lantang. "Dengar baik-baik Tidak lama lagi
kalian akan dibebaskan, tapi partai kalian di bawah perintah Bu Tek Pay Partai
mana yang berani menentang Bu Tek Pay pasti kami basmi"
"Bu Tek Pay adalah partai
nomor satu dalam rimba persilatan, maka partai lain harus mematuhi perintah Bu
Tek Pay," ujar Thian Mo.
"Partai mana dan siapa
pun berani menentang, pasti kami bantai," sambung Te Mo sambil tertawa.
Kalian semua sudah dengar,
kan?" siluman Kurus memandang mereka. "Jadi kalian harus ingat apa
yang dikatakan ketiga ketua Bu Tek Pay"
"Kami sudah
mendengar," sahut sam Gan sin Kay. "Tapi bolehkah aku mengajukan satu
pertanyaan?"
"Pengemis bau
Tanyalah" siluman Kurus tertawa.
Kenapa kalian bersedia
membebaskan kami?" Ternyata itulah yang ditanyakan sam Gan sin Kay.
"Ha ha ha" siluman
Gemuk tertawa gelak. "Pertanyaan yang bagus Pertanyaan yang
bagus...."
"Pengemis bau Kami
bersedia membebaskan kalian tentunya ada sebab-sebabnya," sambung siluman
Kurus.
"Apa sebabnya?"
tanya Kim siauw suseng.
"sebab akan kami tukar
Tio Cie Hiong dengan kalian," sahut Tang Hai Lo Mo sambil tertawa gelak.
"Apabila dia menyerahkan diri maka kami akan membebaskan kalian
semua."
"Tidak" teriak Lim
Ceng Im.
"Eh? Gadis cantik siapa
kau?" tanya siluman Kurus. " Kenapa engkau berteriak-teriak?"
"Dia bernama Lim Ceng Im,
putri kesayangan ketua Kay Pang." Tang Hai Lo Mo memberitahukan.
"oooh" siluman Kurus
manggut-manggut, kemudian menatap Lim Ceng Im seraya berkata. " Untung
kami tidak selera terhadap anak gadis yang belum matang. Kalau kami berselera,
kami pasti menyuruhmu melayani kami."
"Jangan menyahut,
Nak" bisik Lim Peng Hang. Lim Ceng Im terpaksa diam. Padahal gadis itu
sudah gusar sekali.
"siang Koay Bagaimana
cara kalian akan membuat Tio Cie Hiong menyerah?" tanyanya sam Gan sin Kay
sambil tertawa.
"Kami mempunyai
akal," sahut siluman Kurus. "sampai waktunya kalian akan
mengetahuinya. He he he..."
"Pokoknya pasti sangat
memuaskan kalian semua," sambung siluman Gemuk dan menambahkan. "
jadi kalian semua boleh tenang, karena tidak lama lagi kalian semua akan
bebas."
"Terima kasih" ucap
sam Gan sin Kay dengan hati mendongkol.
"siauw Kun" Tang Hai
LoMo memberi perintah kepadanya. "Bawa mereka ke penjara lagi"
"Ya, Guru" Liu Siauw
Kun segera membawa mereka kembali ke dalam penjara. Setelah pintu penjara itu
ditutup, Lim Ceng Im menangis ter-isak-isak dengan air mata berderai-derai.
"Mereka akan menggunakan
akal apa menghadapi Kakak Hiong?"
"Tenang saja, Nak"
ujar Lim Peng Hang. "Tentu cie Hiong tidak akan terjebak oleh akal busuk
mereka."
"Menurutku...." Kim
siauw suseng menghela nafas. "Tio Cie Hiong pasti menyerah kepada
mereka."
Kenapa?" tanya sam Gan
sin Kay sambil mengerutkan kening.
Karena dia pasti mementingkan
kita. Mungkin...." Kim siauw suseng menggeleng-gelengkan kepala dan
melanjutkan. "Dia akan mengorbankan dirinya demi kita semua."
"Tidak Tidak..."
jerit Lim Ceng Im.
"Tenanglah, Nak" Lim
Peng Hang memegang bahu gadis itu. "Kita lihat saja bagaimana perkembangan
selanjutnya."
"Aaaakh..." TUi Hun
Lojin menarik nafas panjang. "Tidak disangka rimba persilatan akan
dikuasai oleh kaum iblis"
"omitohud" ucap Hui
Khong Taysu dan menambahkan. "Itu pertanda kaum iblis akan musnah."
"Musnah kepalamu yang
gundul" sahut sam Gan sin Kay. "Buktinya kita semua dikurung di sini.
Bahkan mereka akan menggunakan akal busuk menghadapi Tio Cie Hiong. Engkau
kepala gundul malah bilang yang tak masuk akal. Dasar kepala gundul"
"omitohud...." Hui
Khong Taysu menghela nafas.
"omitohud kepalamu
gundul" sahut sam Gan sin Kay lagi. "Kita semua boleh dikatakan telah
kehilangan Iweekang, tapi engkau...."
"Pengemis bau" tegur
Kim siauw suseng. "sudahlah jangan terus berdebat dengan kepala gundul itu
Kita harus memikirkan cie Hiong"
"seandainya mereka
menyuruh Tio Cie Hiong bunuh diri, apakah dia akan menurut?" tanya Lam
Kiong Hujin mendadak.
"Haaah..." Bu Lim Ji
Khie tersentak. "Celaka"
" Kakak Hiong...."
Lim Ceng Im mulai menangis lagi.
"Itu... itu...."
Wajah sam Gan sin Kay memucat, sebab ia tahujelas bagaimana sifat Tio Cie
Hiong. Apabila Bu Lim sam Mo
menyuruh Tio Cie Hiong membunuh diri, ia yakin Tio Cie Hiong pasti menurut
karena demi mereka semua.
"Pengemis bau" Kim
siauw suseng mengerutkan kening. "Kita harus bagaimana agar cie Hiong
tidak menyerah kepada mereka?"
"Tiada jalan lain
kecuali...." sam Gan sin Kay menghela nafas. "Kecuali kita semua
bunuh diri
lebih dulu."
"Benar." Kim siauw
suseng tertawa. "Mari kita bunuh diri bersama, agar cie Hiong tidak
menyerah kepada mereka"
"Gunakanlah akal
sehat" sela Tui Hun Lojin. "Kalau Toan wie Kie dan Toan pit Lian juga
ikut bunuh diri, apa pula yang akan terjadi atas diri Toan Hong Ya? Dan juga
kalau Lim Ceng Im mati, tentu Cie Hiong pun tidak akan hidup lagi, bukan?"
"Ha ha" sam Gan sin
Kay tertawa. "sastrawan sialan, kenapa pikiran kita menjadi tidak
karuan?"
Engkau yang memulai, aku cuma
ikut-ikutan saja," sahut Kim siauw suseng sambil tersenyum. "sungguh
tak disangka, Bu Lim Ji Khie yang sangat terkenal menjadi begini"
"Takdir Memang sudah
merupakan takdir" sam Gan sin Kay menggeleng-gelengkan kepala. "Ada
benarnya juga apa yang dikatakan Hui Khong kepala gundul itu."
"omitohud Mudah-mudahan
ini merupakan takdir yang baik" ucap Hui Khong Taysu.
"Kepala gundul Apakah
takdir ada yang baik dan ada yang buruk?" tanya sam Gan sin Kay.
"Ya." Hui Khong
Taysu mengangguk. " Itu tergantung dari perbuatan kita. Kalau kita tidak
pernah berbuat dosa, tentu akan memperoleh takdir yang baik."
sam Gan sin Kay
manggut-manggut. "Kalau begitu, apa yang akan terjadi atas diri Cie Hiong,
kita semua harus bersabar."
"Bagaimana kalau Kakak
Hiong mati? Apakah aku juga harus bersabar?" tanya Lim Ceng Im mendadak.
"Itu... itu...." sam
Gan sin Kay tergagap.
omitohud" ucap Hui Khong
Taysu. "Tio Cie Hiong tidak pernah membunuh orang, tentunya dia tidak akan
mati. Karena Thian (Tuhan) pasti melindunginya."
sementara itu, Bu Lim sam Mo,
Kwan Gwa siang Koay dan lainnya sedang berunding serius, merundingkan bagaimana
caranya menghadapi Tio Cie Hiong.
"siang Koay, kita harus
menggunakan akal apa untuk menghadapi Tio Cie Hiong?" tanya Tang Hai Lo
Mo.
"Kita utus seseorang ke
markas pusat Kay Pang menemui Tio Cie Hiong," sahut siluman Kurus.
"Memberitahukan kepadanya bahwa kita akan melepaskan Bu Lim Ji Khie dan
lain-lainnya, tapi dia harus menyerah pada kita tanpa melawan. Apabila dia
berani melawan, maka kita akan membunuh Bu Lim Ji Khie dan lain-lainnya. Nah
sudah barang tentu dia tidak akan berani melawan, karena kekasihnya berada di
tangan kita."
"Benar." Tang Hai Lo
Mo tertawa gembira. "Kita suruh dia ke lembah seribu bunga, kita bawa Bu
Lim Ji Khie dan lain-lainnya ke sana."
"setelah itu, kita
memusnahkan kepandaiannya," sambung Thian Mo sambil tertawa.
"Benar." Te Mo
manggut-manggut dan menambahkan. " Jangan lupa kita harus mematahkan
tulang punggungnya, agar dia hidup tersiksa selama-lamanya. Ha ha..."
"Kami berdua akan menjaga
Bu Lim Ji Khie dan lain-lainnya," ujar siluman Kurus. "Apabila Tio
Cie Hiong berani melawan, kami berdua pasti turun tangan membunuh mereka
semua."
"Memang harus
begitu," sela siluman Gemuk sambil tertawa, kemudian bertanya setengah
berbisik, "Apakah sudah ada wanita cantik menunggu di dalam kamar
kami?"
"sudah," Tang Hai Lo
Mo tertawa. "Apakah kalian berdua sudah mau bersenang-senang?" "
Kami perlu istirahat," sahut siluman Kurus.
"Baiklah." Tang Hai
Lo Mo manggut-manggut. "siauw Kun, antar kedua Tetua ke kamar
masing-masing "
"Ya, Guru." Liu
siauw Kun mengangguk. lalu mengantar Kwan Gwa siang Koay ke kamar.
"Dua buah kamar ini untuk
Tetua." Liu siauw Kun memberitahukan sambil tersenyum. "Kalau wanita
yang di dalam kurang memuaskan, akan diganti dengan wanita lain."
"Ha ha" Kwan Gwa
siang Koay tertawa, lalu memasuki kamar masing-masing dengan wajah berseri.
Liu siauw Kun segera kembali
kc ruang depan untuk melapor kepada guru-gurunya, sedangkan Kwan Gwa siang Koay
sudah tertawa gembira di dalam kamar masing-masing.
"He h e h e" siluman
Kurus memandang wanita cantik yang duduk di pinggir ranjang. "sayang-ku,
sudah lamakah engkau menunggu?"
"Tua bangka" sahut
wanita cantik itu sambil tersenyum genit. "Engkau sudah tua renta, apakah
masih kuat?"
"Ha ha" siluman Kurus
tertawa. "Pokoknya aku masih mampu membuatmu merem melek."
"Jangan cuma omong
kosong, tapi buktikan" ujar wanita cantik itu sambil tertawa cekikikan.
"Aku akan melayanimu sampai beberapa ronde."
"oh?" siluman Kurus
duduk di sisi wanita cantik itu "Percayalah Cukup satu ronde engkau sudah
terengah-engah."
"oh, ya? Kalau begitu
mari kita mulai, tua bangka"
"Tua tapi memuaskan
lho" siluman Kurus tertawa sambil menggerayangi sekujur tubuh wanita
cantik itu.
"Hi h H i" Wanita
cantik itu tertawa geli, lalu balas menggerayangi tubuh siluman Kurus.
sesaat kemudian terdengarlah
suara mendesis-desis dan rintihan yang tercetus dari mulut wanita cantik itu.
"Auuh Tua bangka Engkau
memang hebat.... ouuuh Tapi aku masih kuat beberapa ronde lagi."
"Engkau juga hebat
sekali. Aku... aku merasa puas sekali. Ha ha ha..."
sementara di kamar sebelah
juga terdengar suara yang sama. Bu Lim Sam Mo memang pintar. Mereka mencari
wanita yang berpengalaman dalam bidang tersebut. Tentunya Kwan Gwa siang Koay
sangat puas sehingga mereka berdua betah tinggal di markas Bu Tek Pay.
Bab 57 Utusan Bu Tek Pay
Tio Cie Hiong berjalan
mondar-mandir di ruang depan markas pusat Kay Pang. la sedang memikirkan Lim
Ceng Im dan lain-Iainnya berada di mana. setelah Yasuki Nichiba dan Michiko
membawa kelima Ninja kembali keJepang, para anggota Kay Pang terus menerus
mencari jejak Lim Ceng Im dan lain-Iainnya, tetapi, tiada hasilnya sama sekali.
Itu sungguh membingungkan dan
mencemas Tio Cie Hiong. Di saat bersamaan, muncul sai Pi Lo Kay dengan wajah
serius.
"Cie Hiong..."
panggilnya sambil mengerutkan kening.
"Ada apa, Lo Kay?"
sahut Tio Cie Hiong.
"Utusan Bu Tek Pay ke
mari ingin bertemu. Apakah engkau bersedia menemui mereka?" sai Pi Lo Kay
memberitahukan.
"Utusan Bu Tek Pay?"
Tio Cie Hiong mengerutkan kening.
"Ya." sai Pi Lo Kay
mengangguk. "Mereka bilang ada urusan penting yang harus disampaikan
kepadamu."
"Baik," Tio Cie
Hiong manggut-manggut. "undang mereka masuk"
sai Pi Lo Kay segera ke luar.
Berselang beberapa saat kemudian, pengemis tua itu sudah kembali bersama
seorang pemuda dan seorang tua bermuka merah.
"Engkau...." Tio Cie
Hiong tersentak ketika melihat pemuda itu, karena pemuda itu Liu siauw
Kun.
"selamat bertemu, Tio Cie
Hiong" sahut Liu siauw Kun sambil tersenyum. " Engkau tidak sangka,
kan?"
"Jadi engkau utusan dari
Bu Tek Pay?" Tio Cie Hiong menatapnya tajam sekali.
"Benar." Liu siauw
Kun manggut-manggut. "Ini Ang Bin sat sin, guruku. Ketua Bu Tek Pay
mengutus kami ke mari untuk menyampaikan sesuatu kepadamu."
"Apa yang akan
disampaikan kepadaku?"
"Mengenai Lim Ceng Im, Bu
Lim Ji Khie dan lain-lainnya."
"Lim Ceng Im dan
lain-lainnya berada di mana sekarang?"
"Berada di markas Bu Tek
Pay." Ang Bin sat sin memberitahukan. "Keadaan mereka baik-baik saja,
engkau tidak perlu mencemaskan mereka."
"Terima kasih" ucap
Tio Cie Hiong. "Lalu apa yang harus kulakukan?"
"Ketua Bu Tek Pay
menghendaki agar engkau menyerahkan diri," sahut Ang Bin sat sin.
"se-telah itu, ketua Bu Tek Pay akan melepaskan Lim Ceng Im dan
lain-lainnya."
"Bagaimana cara aku
menyerahkan diri?" tanya Tio Cie Hiong.
"Engkau harus ke Lembah
seribu Bunga." Liu siauw Kun memberitahukan. " Ketua Bu Tek Pay juga
akan membawa Lim Ceng Im dan lain-lainnya ke sana."
"Jadi mereka akan
ditukarkan dengan diriku?"
"Ha ha ha" Ang Bin
sat sin tertawa. " Kira- kira begitulah."
Karena engkau pernah
memusnahkan kepandaian mereka, maka mereka pun ingin memusnahkan
kepandaianmu." tambah Liu siauw Kun.
"Jadi ketua Bu Tek Pay
adalah Bu Lim sam Mo?"
"Tidak salah. Ketiga
ketua Bu Tek Pay memang Bu Lim sam Mo," sahut Liu siauw Kun dan
melanjutkan. "juga guru-guruku."
Tio Cie Hiong manggut-manggut.
"Kapan aku akan bertemu mereka di Lembah seribu Bunga?"
"Hari ketiga terhitung
hari ini," ujar Ang Bin sat sin. "Kalau engkau tidak ke sana, Lim
Ceng Im dan lain-lainnya pasti mati."
"Baik," Tio Cie
Hiong mengangguk. "Aku pasti ke sana."
" Kalau begitu, kami
mohon diri," ucap Ang Bin sat sin, lalu mengajak Liu siauw Kun pergi.
sai Pi Lo Kay mengantar mereka
sampai di luar, kemudian kembali ke ruang itu la melihat Tio cie Hiong duduk
dengan kening berkerut-kerut.
"cie Hiong"
panggilnya sambil duduk di hadapan Tio Cie Hiong.
"Bagaimana menurutmu, Lo
Kay?" tanya Tio Cie Hiong.
"Memang serba
salah." SaiPi Lo Kay menggeleng- gelengkan kepala. "Mereka
menggunakan akal busuk."
"Kalau aku tidak
menyerahkan diri kepada Bu Lim sam Mo, Lim Ceng Im dan lain-lainnya pasti
mati," ujar Tio Cie Hiong. "sebab Bu Lim sam Mo tidak akan
mengeluarkan ancaman kosong."
"Benar." sai Pi Lo
Kay manggut-manggut. "TapiBu Lim sam Mo pasti memusnahkan kepandaianmu.
"
"Tidak jadi
masalah," ujar Tio cie Hiong sambil tersenyum. "Sebab dari kecil aku
memang tidak mau belajar ilmu silat, maka apabila kepandaianku dimusnahkan,
berarti aku akan menjadi orang biasa. Tidak akan pusing lagi memikirkan urusan
rimba persilatan."
"Tapi...."
"Lusa aku akan ke
sana."
"Bagaimana kalau kami
menyertaimu?"
"Tidak usah." Tio
cie Hiong menggelengkan kepala. "Bu Lim sam Mo menghendaki diriku saja.
Kalau kalian ikut, urusan malah akan menjadi runyam."
"Tapi...." Kening
sai Pi Lo Kay berkerut-kerut. "Itu... itu...."
"Asal bisa menyelamatkan
mereka semua, apa pun yang akan terjadi atas diriku sudah tidak jadi masalah
lagi." Tio cie Hiong tersenyum.
"Cie Hiong...." sai
Pi Lo Kay menatapnya dengan wajah murung. "Engkau memang pendekar
sejati."
"Semua itu akan
berlalu." Tio Cie Hiong tersenyum lagi. "Yang penting aku harus
menyelamatkan mereka semua...."
Tanpa diketahui sai Pi Lo Kay
dan para anggota Kay Pang, pagi-pagi sekali Tio Cie Hiong sudah berangkat ke
Lembah seribu Bunga, dan sore harinya sudah tiba di tempat itu. Tampak Bu Lim
sam Mo dan lain-lainnya sudah berada di situ. "Ha ha ha" Tang Hai Lo
Mo tertawa gelak.
"Tio Cie Hiong, kita bertemu
lagi Apa kabar?"
"Baik-baik saja,"
sahut Tio Cie Hiong sambil memandang Lim Ceng Im. "sam Mo, bolehkah aku
menemui Ceng Im?"
"Silakan silakan"
sahut Thian Mo sambil tertawa.
sebelum Tio cie Hiong
mendekati Lim Ceng Im, gadis itu sudah berseru-seru dengan air mata bercucuran.
"Kakak Hiong Kakak Hiong...."
"Adik Im" Tio Cie
Hiong tersenyum. "Akhirnya kita bertemu kembali. Aku... aku girang
sekali."
"Kakak Hiong...."
Lim Ceng Im langsung mendekap di dadanya. "Kakak Hiong...."
"Adik Im" Tio Cie
Hiong membelainya lembut. "Tenanglah Jangan mencemaskan diriku"
"Cie Hiong" Lim Peng Hang mendekatinya. "Mereka menyuruhmu
menyerahkan diri?" "Ya." Tio Cie Hiong mengangguk.
"Cie Hiong" sam Gan
sin Kay juga mendekatinya, begitu pula yang lainnya, mereka mengerumuninya .
" Kakek pengemis"
Tio cie Hiong tersenyum. "syukurlah semuanya baik-baik saja"
"cie Hiong...." Kim
siauw suseng menggeleng- gelengkan kemala. "Bu Lim sam Mo akan
memusnahkan
kepandaianmu?"
"Ya." Tio Cie Hiong
mengangguk.
"Engkau setuju?"
tanya Tui Hun Lojin.
"Tentu." Tio Cie
Hiong manggut-manggut. "Aku seorang diri bisa menyelamatkan belasan orang,
itu memang berharga...."
"cie Hiong" bisik
Toan wie Kie. "Bagaimana kalau kita mengadakan perlawanan?"
"Percuma." Tio Cie
Hiong menggeleng-gelengkan kepala. "Karena kalian semua telah terkena
racun sehingga kalian kehilangan Iweekang. Lagi cula kedua orang tua renta itu
berkepandaian tinggi sekali, kalian semua akan mati di tangannya."
"Mereka berdua adalah
Kwan Gwa siang Koay." sam Gan sin Kay memberitahukan. "Kepandaian
mereka memang tinggi sekali."
"Cie Hiong...." Kim
siauw suseng menatapnya haru. "Demi kami semua, engkau yang jadi
korban."
"Paman sastrawan"
Tio Cie Hiong tersenyum dan kelihatan tenang sekali. "Dari dulu aku memang
tidak mau belajar ilmu silat, maka tidak menjadi masalah apabila Bu Lim sam Mo
memusnahkan kepandaianku."
"Kakak Hiong...."
Lim Ceng Im mulai menangis sedih.
"Adik Hiong" Lam
Kiong Bic Liong memegang bahunya, kemudian menghela nafas panjang.
"Aaaakh..."
"Jangan berduka" Tio
Cie Hiong tersenyum lagi. "Yang penting kalian semua selamat. oh ya,
saudara Kie setelah Bu Lim sam Mo melepaskan kalian semua, lebih baik kalian
kembali ke Tayli"
"cie Hiong...." Toan
wie Kie menggeleng-gelengkan kepala.
"Kakak Hiong...."
Gouw sian Eng menatapnya dengan rasa iba. "Engkau... akan mengorbankan
dirimu demi kami semua?"
"Jangan berkata begitu,
Adik sian Eng" ujar Tio Cie Hiong. "Aku cuma akan menjadi orang
biasa, dan itu lebih menyenangkan daripada memiliki kepandaian tinggi.
selanjutnya aku tidak akan memusingkan urusan rimba persilatan lagi."
Cukup Cukup, seru Tang Hai Lo
Mo. "Kini sudah waktunya kami memusnahkan kepa ndaianmu"
"Baik." Tio Cie
Hiong mengangguk lalu berjalan menghampiri Bu Lim sam Mo dan berkata. "Aku
harap kalian bertiga harus menepati janji. setelah memusnahkan kepandaianku,
kalian haruslah melepaskan mereka"
"Jangan khawatir"
Tang Hai LoMo tertawa. " Kami pasti menepati janji, bahkan juga akan
melepaskanmu."
"Tapi..." sela Thian
Mo dingin. "Apabila engkau berani mengerahkan lweekang untuk melawan, Lim
Ceng Im dan lain-lainnya pasti mati di tangan Kwan Gwa siang Koay. Maka engkau
jangan coba-coba melawan"
"Ya." Tio Cie Hiong
mengangguk. "Nah, lakukanlah"
Bu Lim sam Mo saling
memandang, kemudian mendadak mereka bergerak menotok jalan darah Tio Cie Hiong,
dan seketika juga Tio Cie Hiong terkulai lemas
Kakak Hiong..." teriak
Lim Ceng Im dengan air mata berderai-derai. "Tenang, Nak" Lim Peng
Hang memegang bahunya.
"Ha ha ha" Bu Lim
sam Mo tertawa gembira. Mereka bertiga lalu memukul Tio Cie Hiong dengan pak
Kek sin ciang. Buuk Buuuk Buuuk
"Aaaakh..." jerit
Tio cie Hiong. Badannya terpental belasan depa dengan mulut menyemburkan darah
segar.
" Kakak Hiong Kakak
Hiong..." teriak Lim Ceng Im histeris. " Kakak Hiong"
"He h e he" BU Lim
sam Mo tertawa terkekeh-kekeh, karena semua urat di tubuh Tio cie Hiong telah
putus, dan Tio Cie Hiong terkapar pingsan.
"omitohud
omitohud..." ucap Hui Khong Taysu sambil menundukkan kepala.
"Diam" bentak sam Gan sin Kay. "itukah yang disebut
takdir?" "omitohud...." Hui Khong Taysu menghela nafas panjang.
"Adik Hiong...." Lam
Kiong Bie Liong terisak-isak. Begitu pula Gouw sian Eng, ia menangis sedih
dengan air mata bercucuran.
sementara Bu Lim sam Mo
mendekati Tio Cie Hiong yang terkapar pingsan itu, lalu mendadak mereka memukul
tulang punggungnya. Plak Plak Plaak
"Kakak Hiong Kakak
Hiong...." Lim Ceng Im langsung jatuh pingsan.
Kejam sungguh kejam Aku akan
mengadu nyawa dengan kalian" teriak Tok Pie sin Wan sambil berlari
menghampiri Bu Lim sam Mo.
sekonyong-konyong Kwan Gwa siang
Koay mengayunkan tangan, dan seketika terdengarlah suara jeritan Tok Pie sin
wan yang menyayat hati. "Aaaakh..." Tok Pie sin wan terkapar dan
nyawanya pun sudah melayang.
"Jahanam" bentak sam
Gan sin Kay.
"Pengemis bau" Kim
siauw suseng sebera memegang lengannya. " Jangan membuang nyawa
sia-sia"
"cie Hiong..." keluh
sam Gan sin Kay dengan air mata meleleh. "Habis Habislah sudah"
"He he he" Bu Lim
sam Mo tertawa terkekeh dan puas. "Nah, kami melepaskan kalian semua
termasuk Tio Cie Hiong Kalian boleh bawa dia pergi"
Lam Kiong Bie Liong dan Toan
wie Kie segera mendekati Tio Cie Hiong. Ketika menyaksikan keadaan pemuda itu,
air mata mereka meleleh.
sementara Bu Lim sam Mo, Kwan
Gwa siang Koa dan lain-lainnya meninggalkan tempat itu sambil tertawa
terbahak-bahak.
setelah mereka pergi, para
ketua tujuh partai pun berpamit kepada Bu Lim Ji Khie. "omttohud Kami
mohon diri"
" Kalian cepat pergi
Cepat pergi" bentak Sam Gan sin Kay. "Cepaaat"
"omitohud...." Hui
Khong Tays u segera meninggalkan tempat itu, begitu pula ketua-ketua partai
lain.
Lim Ceng Im yang pingsan itu
masih belum siuman. Lim Peng Hang menggendongnya dengan penuh kecemasan.
"Jangan disadarkan
dulu" ujar Kim Siauw Suseng. "Setelah sampai di markas, barulah kita
menyadarkannya."
Lim Peng Hang mengangguk lalu
bertanya. "Bagaimana keadaan Tio Cie Hiong?"
"Mudah-mudahan masih
hidup, sahut Kim siauw suseng dengan mata basah. "Mudah-mudahan dia masih
bisa hidup,"
Lam Kiong Bie Liong dan Toan
wie Kie membaringkan Tio Cie Hiong ke tempat tidur dengan hati-hati sekali.
Badan Tio Cie Hiong lemas seperti tak bertulang dan masih dalam keadaan
pingsan.
"Mari kita menyadarkan
Ceng Im" ujar sam Gan sin Kay, lalu memijit-mijit urat di leher gadis itu.
Berselang beberapa saat
kemudian, Lim Ceng Im mulai membuka mata dan kemudian berteriak-teriak.
Kakak Hiong Di mana Kakak
Hiong? Di mana Kakak Hiong...?" "Tenang, Nak Dia berada di
kamarnya," sahut Lim Peng Hang.
"Aku mau pergi
menengoknya" Lim Ceng Im langsung berlari ke kamar Tio Cie Hiong. Bu Lim
Ji Khie dan Lim Peng Hang segera mengikutinya.
Tio Cie Hiong terbaring di
tempat tidur dengan wajah pucat pias, sama sekali masih belum siuman, bahkan
nafasnya lemah sekali.
"Kakak Hiong Kakak
Hiong...." Lim Ceng Im menangis meraung-raung dengan air mata berderai-
derai.
"Adik Ceng Im" Toan
pit Lian memegang bahunya. "Tenang dan tabahlah Kakak Hiong masih
hidup,"
"Pengemis bau Kita harus
memberinya obat," ujar Kim siauw suseng.
"Ya." sam Gan sin
Kay mengangguk. "Pakailah obat penyembuh luka dalam"
"Di mana obat itu?"
tanya Kim siauw suseng.
"Di...." sam Gan sin
Kay bertanya kepada Lim Peng Hang. "Di mana obat itu?" Lim Peng Hang
cepat-cepat mengambil obat
tersebut, lalu diberikan kepada putrinya. "Beri dia minum obat ini"
katanya.
"Ya." Lim Ceng Im
mengangguk dengan air mata berlinang-linang, kemudian memasukkan dua butir obat
ke mulut Tio cie Hiong.
"sastrawan sialan"
bisik sam Gan sin Kay. "Cie Hiong tidak mengerahkan lweekangnya untuk
melindungi diri, apakah dia... dia akan hidup?"
"Dia akan hidup,"
sahut Kim siauw suseng. "Bu Lim sam Mo tahu dia tidak mengerahkan
Iweckang, maka mereka tidak menggunakan tenaga sepenuhnya untuk memukul Cie
Hiong, hanya memutuskan semua urat di tubuhnya agar kepandaiannya musnah. Lagi pula....
Cie Hiong pernah
makan buah Kiu Yap Ling cEh
dan memiliki Pan Yok Hian Thian sin Kang, yang dapat melindungi dirinya."
"Tapi tulang punggungnya
telah patah, itu...." sam Gan sin Kay menghela nafas panjang,
"Dia akan cacat seumur
hidup dan tidak bisa pulih lagi kepandaiannya." Kim siauw suseng
menggeleng-gelengkan kemala.
"Itu tidak jadi masalah,
yang penting dia masih hidup," ujar Lim Peng Hang sungguh-sungguh.
"jadi Ceng Im bisa tenang."
"Aaakh..." sam Gan
sin Kay menarik nafas. "Kita tidak bisa berbuat apa-apa, karena di dalam
tubuh kita masih mengidap racun, sehingga kita tidak bisa menyadarkan cie Hiong
dengan Iwee-kang."
"Kalau Cie Hiong sudah
sadar, dia pasti akan memberitahukan tentang obat pemunah racun itu." ujar
Kim siauw suseng.
"Mudah-mudahan dia cepat
sadar" ucap Lim Peng Hang dan menambahkan. "Yang kita sayangkan
adalah kematian Tok Pie sin Wan, yang sia-sia... "
Dua hari kemudian barulah Tio
Cie Hiong siuman dari pingsannya, namun sekujur badannya belum bisa bergerak.
Walau demikian, Lim Ceng Im dan lainnya tampak berlega hati.
" Kakak Hiong..."
panggil Lim Ceng Im dengan air mata bercucuran.
"Adik.... Adik Im Apakah
aku tidak mati?" tanya Tio Cie Hiong sambil tersenyum.
"Kakak Hiong" Lim
Ceng Im terisak-isak. "Engkau masih hidup, aku... aku girang sekali."
"syukurlah Kalian semua selamat" ucap Tio Cie Hiong.
Kakak Hiong, Tok Pie Sin wan...."
Lim Ceng Im menggeleng-gelengkan kepala. "Kenapa dia? Apakah telah dibunuh
oleh Kwan Gwa siang Koay?" tanya Tio Cie Hiong. "Ya." Lim Ceng
Im mengangguk.
"Aaakh..." Tio cie
Hiong menghela nafas. " Kenapa Kwan Gwa siang Koay membunuhnya?"
Ketika melihat Bu Lim sam Mo
menyiksamu, dia tidak tahan dan langsung menyerbu ke arah mereka. Namun Kwan
Gwa siang Koay segera turun tangan membunuhnya."
"sungguh kejam Kwan Gwa
siang Koay itu...."
"cie Hiong Jangan banyak
bicara, lebih baik engkau beristirahat saja" sela sam Gan sin Kay.
"Tidak apa-apa, Kakek pengemis"
"cie Hiong...." Kim
siauw suseng menatapnya sambil menggeleng-gelengkan kepala. "
Kepandaian- mu telah musnah,
bahkan...."
"Tulang punggungku juga
sudah patah, kan?" Tio Cie Hiong tersenyum getir. "Aku pasti cacat
seumur hidup,..."
"Kakak Hiong...."
Lim Ceng Im membelainya. "Walaupun engkau cacat, aku tetap
mencintaimu"
"Benar, ceng Im tetap
mencintaimu." sela Lim Peng Hang.
Bu Lim Ji Khie dan lainnya
juga ikut menghibur Tio Cie Hiong, betapa terharunya Tio Cie Hiong, sehingga
matanya menjadi basah.
"Aaaakh..." la
menghela nafas panjang. "Karena aku berkepandaian tinggi, akhirnya menjadi
begini...."
"Kakak Hiong, jangan
berkata begitu" Lim Ceng Im terisak-isak lagi.
"Adik Im, bagaimana para
ketua tujuh partai?" tanya Tio Cie Hiong.
"Mereka sudah pulang ke
tempat masing-masing," jawab Lim Ceng Im memberitahukan.
"Syukurlah" Tio cie
Hiong tampak terhibur. Keadaan dirinya sudah begitu, namun masih memikirkan
para ketua tujuh partai. Hal itu membuat Bu Lim Ji Khie menggeleng-gelengkan
kepala.
sejak Tio cie Hiong siuman
dari pingsannya, Lim Ceng Im merawatnya dengan penuh perhatian.
walau sudah lewat beberapa
hari, sekujur badan Tio cie Hiong tetap tidak bisa bergerak.
Bu Lim Ji Khie, TUi Hun Lojin,
Lim Peng Hang dan Lam Kiong Hujin tahu bahwa badan Tio Cie Hiong selamanya
tidak akan bisa bergerak. Namun mereka tetap menghibur Tio Cie Hiong dan Lim
Ceng Im, agar mereka berdua tidak putus asa.
Bab 58 Lenyap mendadak
Pagi ini di markas pusat Kay
Pang digemparkan oleh suara teriakan-teriakan Lim Ceng Im.
Bahkan gadis itu berlari ke
sana ke mari.
"Kakak Hiong Kakak Hiong
Kakak Hiong..." Lim ceng Im terus berteriak bagaikan orang gila.
Tentunya kejadian itu sangat
mengejutkan semua orang, Bu Lim Ji Khie, TUi Hun Lojin, Lam Kiong Hujin dan
lainnya berhambur ke luar dari kamar menghampiri Lim Ceng Im dengan wajah pucat
pias.
"Ceng Im Apa yang
terjadi? Kenapa Cie Hiong?" tanya sam Gan sin Kay.
"Kakak Hiong lenyap.
Kakak Hiong lenyap." jawab Lim Ceng Im dengan air mata berderai.
"Bagaimana mungkin bisa lenyap?" Kim siauw suseng bingung. "Mari
kita periksa kamarnya"
Mereka sebera memeriksa kamar
Tio cie Hiong. Memang Tio cie Hiong tidak tampak berbaring di tempat tidur.
"Ceng Im Apa yang telah
terjadi?" tanya Lim Peng Hang sambil mengerutkan kening.
"Aku memasuki kamar ini
ingin menengok Kakak Hiong, tapi..." Lim Ceng Im terisak-isak.
"Dia...
dia sudah lenyap."
" Heran?" gumam Kim
siauw suseng. "Tidak mungkin dia bisa pergi begitu saja. Pasti...."
"Mungkinkah dia
diculik?" tanya Tui Hun Lojin.
"Mungkin." sam Gan
sin Kay manggut-mang-gut sambil mendekati tempat tidur itu. Tiba-tiba ia
terbelalak karena melihat secarik kertas di sisi dalam tempat tidur itu.
Cepat-cepat ia mengambil kertas tersebut lalu dibacanya dengan suara lantang. "
Kalian jangan cemas, aku yang membawa pergi Tio Cie Hiong, mudah-mudahan dia
akan sembuh Kalian harus sabar menunggunya pulang, jangan panik maupun cemas.
siarkan berita bahwa Tio Cie Hiong telah mati, dan ingat Jangan menentang Bu
Tek Pay, sebab akan mencelakai diri sendiri Bersabarlah"
Heran siapa yang membawa pergi
Cie Hiong?" gumam Lim Peng Hang setelah mendengar itu.
Yang jelas orang itu bermaksud
baik," sahut Kim siauw suseng. Jadi kita boleh berlega hati."
"Tapi..." Lim Ceng Im terisak-isak. "Keadaan kakak
Hiong...."
"Nak. tenanglah"
ujar Lim Peng Hang. " orang yang membawa pergi Cie Hiong itu bertujuan
baik, dia ingin menolongnya."
" Kalau begilu..."
Air mata Lim Ceng Im berderai. " Kenapa orang itu tidak mau menemui
kita?"
"Engkau harus tahu,
Nak" sahut Lim Peng Hang. "Banyak orang aneh dalam rimba persilatan,
mungkin dia tidak menghendaki kita tahu siapa dirinya."
"Ceng Im, Biar bagaimana
pun, engkau harus tenang dan sabar Percayalah Tio Cie Hiong pasti muncul kelak
dalam keadaan seperti sedia kala."
"Tapi kapan Kakak Hiong
akan muncul?" Lim Ceng Im tampak berduka sekali dan masih terisak-isak.
Lukanya begitu parah, tentu
tidak akan begitu cepat sembuh," ujar Kim siauw suseng. "Mungkin satu
dua tahun dia baru bisa sembuh. Mudah-mudahan kepandaiannya bisa pulih"
"Aaakh..." Lim Ceng
Im menghela nafas panjang, kelihatan mulai tenang.
"Ayoh Kita duduk di ruang
depan saja" ajak sam Gan sin Kay.
Mereka menuju ruang depan lalu
duduk. Ber-selang beberapa saat kemudian, barulah sam Gan sin Kay membuka
mulut.
"Kita harus menuruti
pesan orang itu, yakni menyiarkan berita bahwa Tio Cie Hiong telah mati.
Tentang Tio cie Hiong dibawa pergi oleh orang misterius itu, jangan sampai para
anggota kita mengetahuinya."
"Ya." Lim Peng Hang
mengangguk.
"Kitapun harus mengadakan
suatu upacara, agar pihak Bu Tek Pay bertambah yakin, bahwa Tio Cie Hiong telah
mati," ujar Kim siauw suseng.
"Benar." Tui Hun
Lojin manggut-manggut. "Ini adalah rahasia, kita semua harus menjaga
mulut."
"seusai upacara
itu..." sam Gan sin Kay memandang Toan Wie Kie dan Lam Kiong Bie Liong.
"Kalian harus segera kembali ke Tayli, agar Toan Hong Ya bisa
tenang."
"Tapi..." Lam Kiong
Bie Liong mengerutkan kening.
"Memang lebih baik kalian
kembali ke Tayli," ujar Kim siauw suseng sungguh-sungguh dan menambahkan.
"Lam Kiong hujinpun harus ikut."
"Itu..." Lam Kiong
hujin tampak ragu.
"Kalian harus tahu, kini
rimba persilatan telah dikuasai Bu Tek Pay.Jadi lebih aman Lam Kiong hujin ke
Tayli saja."
"Itu..." Kening Lam
Kiong hujin berkerut-kerut.
"Ibu" ujar Lam Kiong
Bie Liong. "Lebih baik ibu ikut ke Tayli, tidak baik hidup seorang diri di
sini."
"Baiklah." Lam Kiong
hujin manggut-manggut.
"Nah" sam Gan sin
Kay memandang Tui Hun Lojin. "setan tua, bagaimana engkau? Masih mau
tinggal di sini atau ikut ke Tayli?"
"Ha ha ha" Tui Hun
Lojin tertawa gelak. "Tentu aku akan tinggal di sini hingga Cie Hiong
muncul."
"Jadi kakek akan tetap di
sini?" tanya Gouw sian Eng.
"Ya." Tui Hun Lojin
mengangguk pasti.
" Kalau begitu..."
Gouw sian Eng memandang Gouw Han Tiong. "Ayah akan ikut ke Tayli?"
"Nak" Gouw Han Tiong
tersenyum. "Ayah juga akan tetap tinggal di sini. engkau adalah isteri
Toan wie Kie, tentu harus pulang ke Tayli."
"Ayah..." Mata Gouw
sian Eng mulai basah.
"Nak" Gouw Han Tiong
tersenyum lagi. "Ayah akan aman di sini, percayalah"
"Adik sian Eng" ujar
Toan wie Kie lembut. "Jangan mendesak ayahmu, tidak mungkin ayahmu mau
ikut ke Tayli"
"Aaakh..." keluh
Gouw sian Eng. "Kapan Ayah dan Kakek akan ke Tayli?"
"Kalau Cie Hiong sudah
muncul, ayah dan kakekmu pasti ke Tayli memberitahu kalian," sahut Gouw
Han Tiong dan menambahkan, "ingat, kalian jangan ke mari sebelum rimba
persilatan di sini aman"
"Ya, Ayah." Gouw
sian Eng mengangguk.
Mendadak muncul sai Pi Lo Kay.
la memberi hormat kepada Lim Peng Hang, Bu Lim Ji Khie dan lainnya lalu
melapor.
"Lapar pada ketua dan
Tetua, Kiu ci Cui Kay telah mati...."
"Apa?" Lim Peng Hang
terkejut. " Kapan dia mati?"
sanpi Lo Kay memberitahukan.
Lim Peng Hang memandang Lim Ceng Im seraya bertanya. " Kenapa engkau tidak
memberitahukan kepada ayah?"
"Ketika itu kita dikurung
di markas Bu Tek Pay, maka kalau aku beritahukan, bukankah ayah akan bertambah
berduka?" sahut Lim Ceng Im.
Lim Peng Hang diam saja dengan
wajah murung, sedangkan sai Pi Lo Kay memberitahukan lagi.
"Tio Cie Hiong pernah
bertemu dengan sepasang pendekar dari Jepang, kemudian muncul beberapa Ninja
dari Jepang..." tutur sai Pi Lo Kay tentang itu. Lim Peng Hang
manggut-manggut, tidak berkomentar apa pun.
setelah melapor, sai Pi Lo Kay
segera pergi dan suasana di ruang itujadi hening sekali.
"Aku masih tidak habis
pikir, sebenarnya siapa yang membawa pergi Tio Cie Hiong?" gumam Kim siauw
suseng. "Aku yakin orang itu pasti kenal Tio Cie Hiong."
"siapa orang itu tidak
usah dipikirkan" tandas sam Gan sin Kay. "Kita akan mengetahuinya
kelak."
" Entah kapan Kakak Hiong
akan muncul...?"
Lim Ceng Im terisak-isak.
" Kakak Hiong begitu baik hati, tapi kenapa...."-t
"Nak" sahut Lim Peng
Hang sambil menghela nafas panjang. "orang yang baik hati, memang banyak
percobaan. oleh karena itu, engkau harus tabah dan tenang. Percayalah Dia pasti
kembali ke sini kelak."
"Kakak Hiong..." Air
mata Lim Ceng Im berderai-derai lagi.
sebetulnya siapa yang membawa
pergi Tio Cie Hiong, dan benarkah orang itu bermaksud menolongnya?
seorang padri tua menggendong
Tio Cie Hiong melesat ke puncak -Gunung Thian san. Padri tua itu tidak lain
Tayli Lo ceng. Ternyata orang yang membawa pergi Tio Cie Hiong adalah padri tua
itu.
Ketika hampir mencapai puncak
Gunung Thian San, mendadak dari kejauhan tampak sosok bayangan putih berkelebat
ke arahnya, dan terdengariah suara cuit-cuitan yang sangat nyaring.
"omitohud" Tayli Lo
Ceng tersenyum. "Monyet sakti itu sudah muncul"
Tak seberapa lama, muncullah
monyet berbulu putih di hadapan Tayli Lo Ceng, dan menatapnya dengan tajam.
"Monyet sakti Majikanmu
teriuka parah. Aku membawanya ke mari agar engkau mengobatinya .
"
Monyet putih memandang Tio Cie
Hiong yang masih di punggung Tayli Lo Ceng, kemudian bercuit-cuit lemah seakan
mengeluh menyaksikan keadaan pemuda itu.
"Kauw heng..."
panggil Tio Cie Hiong.
Monyet berbulu putih itu
bercuit-cuit lagi di hadapan Tayli Lo Ceng. Sikapnya membuat padri tua
berpikir.
Tayli Lo Ceng manggut-manggut.
"Engkau menyuruhku menaruh Tio Cie Hiong ke bawah?"
Monyet putih mengangguk. Tayli
Lo Ceng tersenyum lembut seraya berkata. "Monyet sakti, engkau harus
baik-baik merawat majikanmu ini Mudah-mudahan dia akan sembuh"
Monyet putih bercuit-cuit
lagi, kemudian Tay-li Lo Ceng menaruh Tio Cie Hiong kebawah.
"Monyet sakti, kuserahkan
Tio Cie Hiong kepadamu, rawatlah baik-baik" pesan Tayli Lo Ceng.
Monyet putih manggut-manggut,
lalu memegang tangan Tio Cie Hiong erat-erat.
"Kauw heng, engkau mau
membawaku ke goa itu?" tanya Tio Cie Hiong. Monyet putih mengangguk sambil
bercuit-cuit dan, Tio Cie Hiong cuma tersenyum getir. "Lo Ceng-."
"Tenanglah Dua tahun
kemudian engkau pasti akan bertemu kembali dengan Lim Ceng Im," ujar Tayli
Lo Ceng dan menambahkan. "Aku yakin monyet sakti ini dapat mengobati
sakitmu."
"Terima kasih, Lo
Ceng" ucap Tio Cie Hiong.
"Cie Hiong" Tayli Lo
Ceng tersenyum. "Kita akan berjumpa lagi kelak." Tayli Lo Ceng
melesat pergi, menuju Gunung Hong Lay san.
Tio Cie Hiong memandang monyet
putih, kemudian menggeleng-gelengkan kepala seraya berkata dengan suara lemah.
"Kauw heng, sekujur
badanku tidak bisa bergerak. bagaimana mungkin bisa ke goa itu?" Monyet
putih bercuit-cuit sambil mengangkat tangannya. Tio Cie Hiong manggut-manggut.
" Engkau ingin menarikku ke goa itu?"
Monyet putih mengangguk. lalu
menarik Tio Cie Hiong. Bukan main, monyet itu mampu menarik Tio Cie Hiong,
bahkan sangat cepat larinya. Tak berapa lama kemudian, mereka sampai di goa
tersebut. Monyet bulu putih membaringkan Tio Cie Hiong, lalu melesat pergi
lagi.
Beberapa saat kemudian, monyet
itu sudah kembali dengan membawa buah-buahan aneh.
Buah-buahan itu sebesar jempol
jari, bentuknya bulat tapi dalamnya berisi cairan.
Monyet bulu putih memasukkan
sebiji buah itu ke mulut Tio Cie Hiong. Kemudian Tio Cie Hiong mengunyahnya dan
cairan yang di dalam buah itu mengalir ke dalam tenggorokan.
Rasanya pahit sekali, sehingga
kening Tio Cie Hiong berkerut-kerut.
Monyet putih bercuit-cuit
kelihatan gembira, lalu menaruh sisa-sisa buah tersebut di atas batu.
Tak lama setelah cairan itu
masuk ke dalam tenggorokannya, sekujur badan Tio Cie Hiong terasa panas.
Tiba-tiba monyet bulu putih
menarik Tio Cie Hiong ke atas batu yang sangat dingin, dan Tio cie Hiong lalu
telentang di situ.
Berselang sesaat, tubuh Tio
Cie Hiong mulai menggigil. Cepat-cepat monyet bulu putih memasukkan sebiji buah
tersebut ke mulutnya lagi, lalu bercuit-cuit seakan memberilahukan kepada Tio
Cie Hiong, bahwa ia sedang mengobatinya. "Terima kasih, Kauw heng"
ucap Tio Cie Hiong terharu.
Tayli Lo Ceng. It Sim sin Ni
dan Tan Li cu duduk berhadap-hadapan. sepasang mata Tan Li Cu agak membengkak
sepertinya habis menangis.
"Lo Ceng" It sim Sin
NI menatapnya. "Engkau yakin monyet sakti itu dapat mengobati Tio Cie
Hiong?"
"Sin Ni" Tayli Lo
Ceng tersenyum. " Kalau aku tidak yakin, bagaimana mungkin aku membawanya
ke sana?"
"Tapi..." It Sim Sin
NI menghela nafas. "Monyet sakti itu adalah hewan...."
"Walau hewan, dia jauh
lebih pintar daripada kita," sahut Tayli Lo Ceng.
"semua urat dalam tubuh
Tio Cie Hiong telah putus, bahkan tulang punggungnya juga telah patah.
Bagaimana mungkin cie Hiong akan sembuh?" It Sim Sin Ni
menggeleng-gelengkan kepala.
"Terus terang, aku
berharap dia bisa sembuh dan tidak cacat seumur hidup, tapi tidak berharap
kepandaiannya bisa pulih." ujar Tayli Lo Ceng sungguh-sungguh.
"Lho? Kenapa?"
Karena tulang punggungnya
telah patah, jadi bagaimana mungkin kepandaiannya bisa pulih?" It Sim Sin
Ni manggut-manggut. " Kalau pun sembuh, dia tetap cacat, kan?"
"Kira-kira
begitulah." Tayli Lo Ceng menghela nafas. "Kecuali...."
Kecuali apa?"
Kecuali dia berjodoh makan
buah Kiu Yap Ling che lagi." Tayli Lo Ceng memberitahukan. "Tapi...
itu tidak mungkin."
"Lo Ceng Kakak Hiong
berhati bajik dan selalu berbuat kebaikan, maka aku percaya dia akan berjodoh
makan buah Ling che lagi." seru Tan Li cu.
"omitohud Mudah-mudahan
masih ada pohon itu yang berbuah" sahut padri tua dan menambahkan.
"Apabila dia berjodoh makan buah Kiu Yap Ling che lagi, kepandaiannya
pasti pulih."
"Lo ceng Jadi kini rimba
persilatan telah dikuasai Bu Tek Pay yang dipimpin Bu Lim Sam Mo?" tanya
It Sim Sin Ni.
"Ya." Tayli Lo ceng
mengangguk. "Bahkan Kwan Gwa Siang Koay juga telah diangkat sebagai Tetua
di sana."
"Apakah sepasang siluman
itu masih hidup?" It Sim Sin Ni tersentak.
"Kita masih hidup,
tentunya mereka pun hidup." Tayli Lo ceng tertawa. "Memang cuma kita
yang panjang umur?"
"Lo ceng Bagaimana
kepandaian Kwan Gwa Siang Koay?" tanya Tan Li cu.
"Tinggi sekali,"
jawab Tayli Lo ceng memberitahukan. "Mereka berdua memiliki ilmu Tok Im
ciang yang sangat beracun."
"Kalau begitu..."
Tan Li cu menggeleng-gelengkan kepala. "Siapa yang mampu melawan Bu Lim
Sam Mo dan Kwan Gwa Siang Koay?"
"Makanya engkau harus
tekun belajar Kiu Yang Sin Kang," ujar Tayli Lo ceng sambil memandang It
Sim Sin N i. "Apakah engkau telah memberikannya Kim Yang Tan (Pil Emas Ya
Mujarab)?"
"Tentu." It Sim Sin
Ni mengangguk. " Kalau tidak, bagaimana mungkin dia akan berhasil
mempelajari Kiu Yang sin Kang?"
"Bagus" Tayli Lo
Ceng manggut-manggut. "Kalau begitu, dua tahun lagi dia sudah boleh
memuncul di rimba persilatan."
"Benar" It sim sin
Ni tersenyum. "oh ya, kapan muridmu akan memuncul di rimba
persilatan?"
"juga harus menunggu dua
tahun lagi."
"Tapi..." It sim sin
Ni menggeleng-gelengkan kepala. "seandainya muridku bergabung dengan
muridmu pun belum tentu mampu melawan Bu Lim sam Mo."
"Muridmu cuma melawan Liu
siauw Kun, sedangkan kita terpaksa melawan Bu Lim sam Mo."
"Lalu siapa yang akan
melawan Kwan Gwa siang Koay?"
"sin Ni" Tayli Lo
Ceng tersenyum. "Itu urusan nanti, jadi tidak perlu dibicarakan sekarang.
Apabila kepandaian Tio Cie Hiong pulih, semuanya pasti akan beres."
"Tapi..." It sim sin
Ni menggeleng-gelengkan kepala. "Mungkinkah kepandaian Tio Cie Hiong akan
pulih?"
"omitohud" ucap
Tayli Lo Ceng. "Mudah-mudahan"
Berita tentang kematian Tio
Cie Hiong sungguh mendukakan para ketua tujuh partai dan kaum Bu Lim lainnya.
sebaliknya malah sangat menggembirakan golongan hitam.
Para ketua tujuh partai menghadiri
upacara pemakaman, dan hadir pula kaum Bu Lim lainnya. seusai upacara itu, para
ketua tujuh partai menuju markas pusat Kay Pang, kemudian duduk di ruang depan.
"omitohud" wajah Hui
Khong Taysu tampak murung sekali. "Tak disangka Tio Cie Hiong akan
mati...."
"Kepala gundul"
sahut sam Gan sin Kay. "Mungkin itu merupakan takdir."
"omitohud...."
"Aku sama sekali tidak
menyangka, Tio Cie Hiong..." it Hian Tojin menghela nafas panjang.
"Yaah" Kim siauw suseng menggeleng-gelengkan kepala. "Memang
sudah nasibnya"
"omitohud" Hui Khong
Taysu memandang sam Gan sin Kay. "Jaga baik-baik Ceng Im, jangan sampai
dia mengambil jalan pendek"
"Tentu." sam Gan sin
Kay manggut-manggut. "ohya, apakah racun yang mengidap dalam tubuh kalian
telah punah?"
"Belum." Hui Khong
Taysu menghela nafas. "Mungkin selamanya kita akan kehilangan
lweekang."
"sungguh keterlaluan Bu
Lim sam Mo itu" ujar Hui Liong sin Kiam, ketua partai Hwa san.
"Mereka melepaskan kita, tapi tidak memberikan obat pemunah racun
itu."
"Bukan hanya keterlaluan,
bahkanBu Lim sam Mo pun kejam sekali." Wie Hian cinjin menghela nafas.
"Mereka bilang hanya memusnahkan kepandaian Tio Cie Hiong, namun buktinya
Tio cie Hiong telah mati."
Mereka bercakap-cakap dengan
wajah murung, setelah itu para ketua tujuh partai berpamit.