"Kami semua lelaki baik.
Karena engkau merasa kesepian, maka kami bersedia menemanimu. "
"Oh, ya?"
"Ya, ya. Kami siap
menemanimu"
"Kalian berlima,
sedangkan aku cuma seorang diri...."
"Tidak menjadi masalah.
Itu bisa diatur." Anggota Bu Tek Pay itu tertawa gelak. "Ha ha ha
Pokoknya kami akan memuaskanmu, aku jamin."
"Terus terang, aku
sanggup melayani kalian berlima. Aku tidak omong kosong lho"
"oh?" Kelima anggota
Bu Tek Pay itu saling memandang.
"Benarkah itu?"
"sudah ada
buktinya."
"Ada buktinya?"
"Aku telah bertemu
kawan-kawan kalian berjumlah belasan, tetapi mereka semua tak berdaya
melayaniku. Maka hingga saat ini mereka masih belum bisa bangun."
"Oh, ya? Mereka berada di
mana?"
"Mereka mengajakku
bersenang-senang di sebuah rumah kosong." Tan Li cu memberitahukan sambil
tersenyum. "cuma sekejap mereka sudah tak berdaya sama sekali. Sungguh
mengecewakan"
"Ha ha ha" Kelima
anggota Bu Tek Pay itu tertawa terbahak-bahak. "Mereka memang tak berguna,
namun kami berlima kuat-kuat semua lho Pokoknya...."
"Tentunya kalian berlima
juga akan mengecewakanku." Tan Li cu menggelengkan kepala.
"Kami pasti dapat
memuaskanmu Ayoh, mari kita ke rumah kosong itu" Kelima anggota Bu Tek Pay
bangkit berdiri.
"Ng" Tan Li cu
mengangguk sambil berdiri. "Tapi kalian harus membayar hidangan-hidangan
itu"
"Ha ha Kami makan di sini
tidak pernah membayar."
"Kalau begitu, kalian
bukan lelaki baik, aku tidak mau ikut kalian ke rumah kosong itu."
Kelima anggota Bu Tek Pay itu
saling memandang, kemudian tertawa sekaligus mengeluarkan uang perak
masing-masing.
"Kami akan membayar lebih
dari itu," ujar salah seorang Bu Tek Pay, lalu mengambil uang perak
kawan-kawannya dan diserahkan kepada pemilik kedai. "Kami membayar, tapi
nanti kami ke mari lagi, engkau harus mengembalikan uang kami"
"Baik." Pemilik
kedai manggut-manggut dan membatin. " Kalian tidak akan kembali
lagi."
Kelima anggota Bu Tek Pay
melangkah ke luar. Tan Li cu mengikuti mereka dan menoleh ke belakang memberi
isyarat kepada pemilik kedai.
Pemilik kedai mengangguk
perlahan, kelihatannya tahu akan arti isyarat itu, bahwa Tan Li cu akan
membunuh kelima anggota Bu Tek Pay. Mereka sudah sampai di depan rumah kosong
itu, namun Tan Li cu tidak masuk. hanya berdiri di situ.
"Eh? Kenapa berdiri di
situ? Mari kita masuk untuk bersenang-senang"
"Kalian masuklah Coba
lihat kawan-kawan kalian sudah bangun atau belum?" sahut Tan Li Cu sambil
tersenyum.
"Baik," Kelima
anggota Bu Tek Pay melangkah ke dalam, namun mendadak berhambur ke luar lagi
dengan wajah pucat pias. "Mereka... mereka...."
"Mereka belum bangun,
kan?" tanya Tan Li cu tersenyum.
"Siapa... siapa yang
membunuh mereka?" Kelima anggota Bu Tek Pay balik bertanya.
"Aku yang membunuh
mereka," sahut Tan Li cu dingin.
"Si... siapa kau?"
"Aku Tui Beng Li, namaku
Tan Li cu."
"Wanita Pengejar
Nyawa?"
"Betul." Tan Li cu
tertawa dingin. "Hari ini kalian harus mati di tanganku"
Tan Li cu mengeluarkan Loan
Rang Po Kiam, lalu mengerahkan Kiu Yang sin Rang. Kelima anggota Bu Tek Pay pun
menghunus pedang masing-masing, kemudian mendadak menyerang Tan Li Cu.
Kalian harus mati" bentak
Tan Li cu sambil menangkis, lalu balas menyerang dengan jurus Lui Ming Tiah soh
(Petir Menggelegar Kilat Menyambar). Pedang pusaka baja lemasnya mengeluarkan
suara menggelegar dan menyambar ke sana ke mari. "Aaaakh..."
"Aaaakh... Aaaakh..."
Tampak empat anggota Bu Tek
Pay terkulai berlumuran darah. Yang satu hanya terpotong sepasang telinganya
sehingga darahnya mengucur.
"Engkau...." Anggota
Bu Tek Pay itu mundur-mundur dengan wajah pucat pias. la ketakutan
sekali karena melihat
kawan-kawannya telah mati.
"Aku sengaja melepaskanmu,
agar engkau bisa melapor kepada ketua Bu Tek Pay bahwa aku sedang mengejar
nyawa Liu siauw Kun" ujar Tan Li cu dingin lalu membentak. "Ayoh,
cepat enyah" Anggota Bu Tek Pay itu kabur terbirit-birit, sedangkan Tan Li
cu tertawa dingin, kemudian melesat pergi.
Bu Lim sam Mo, Kwan Gwa siang
Koay, Ang Bin sat sin dan Liu siauw Kun mendengar laporan-laporan itu dengan
kening berkerut-kerut. "Tui Beng Li?" tanya Tang Hai Lo Mo. "Dia
memberitahukan namanya?"
"Namanya Tan Li cu,"
sahut anggota Bu Tek Pay yang terpotong sepasang telinganya. "Dia pun
menyuruh aku melapor, bahwa dia sedang mengejar nyawa Tuan Muda."
"Oh?" Tang Hai Lo Mo
tampak gusar sekali, kemudian bertanya kepada Liu Siauw Kun. "Engkau kenal
wanita itu?"
"Kenal, Guru," jawab
Liu siauw KunjujUr. "Dua tahun lalu...."
Liu siauw Kun menutur tentang
kejadian ketika ia ingin memperkosa wanita itu, namun terdengar suara orang
menegurnya.
Kalau begitu...." Tang
Hai Lo Mo setelah berpikir sejenak. "Dia pasti ditolong oleh orang yang
berkepandaian tinggi."
"Siapa yang berkepandaian
begitu tinggi?" gumam Thian Mo sambil mengerutkan kening.
"Hanya dalam satu jurus
dia mampu membunuh empat orang dan menguntungkan sepasang telinganya...."
"Itu tidak mengherankan.
Anggota-anggota kita itu berkepandaian rendah, maka wanita tersebut gampang
membunuh mereka."
"Ang Bin sat sin Engkau
dan Liu siauw Kun harus menangkap wanita itu"
"Tunggu" cegah
siluman Kurus. "Jangan menyuruh mereka berdua menangkap Tui Beng Li"
"Kenapa?" tanya Tang Hai Lo Mo.
"Kelihatannya Tui Beng Li
sengaja memancing Liu siauw Kun keluar markas. Karena itu, jangan sampai dia
terpancing" sahut siluman Kurus.
"Kalau begitu, kita harus
membiarkannya membunuh para anggota kita?" tanya Tang Hai Lo Mo.
"Kita lihat bagaimana
perkembangan selanjutnya, setelah itu barulah kita mengambil tindakan,"
sahut siluman Kurus.
"Benar." Thian Mo
manggut-manggut. "Kita lihat saja perkembangan selanjutnya. Itu Cuma
gangguan kecil, tidak perlu kita pusingkan"
"Menurutku...."
Kening TeMo berkerut. " Kalau Tui Beng Li tidak yakin dirinya mampu
membunuh Liu siauw Kuo,
tentunya dia pun tidak akan berani menantang. Dia berani menantang, pertanda
dia berkepandaian tinggi."
"Tidak salah. Tapi memang
ada baiknya kita menunggu perkembangan selanjutnya." sahut Ang Bin sat
sin.
"Baiklah." Tang Hai Lo
Mo manggut-manggut.
Sementara itu, pihak Kay Pang
juga telah mendengar tentang kejadian tersebut, namun hanya tahu bahwa wanita
itu adalah Tui Beng Li (Wanita Pengejar Nyawa), tidak tahu namanya.
Heran" gumam sam Gan sin
Kay. "Siapa wanita itu, kenapa dia begitu berani membunuh para anggota Bu
Tek Pay?"
"Aaakh..." Kim siauw
suseng menghela nafas panjang. "Kita semua mirip kura-kura yang
menyembunyikan kepala."
"Kita harus memikirkan
ratusan nyawa. Apabila kita sembarangan bertindak akan mencelakai
kita semua. Lagipula kita
harus bersabar menunggu Tio Cie Hiong, bukan?" sahut sam Gan sin Kay.
"Belum juga Cie Hiong
muncul, malah muncul Tui Beng Li. Itu pertanda Bu Tek Pay sudah mendekati
keruntuhan." ujar Tui Hun Lojin.
"Ha ha ha" sam Gan
sin Kay tertawa gelak. "Bu Lim sam Mo pasti terpukul oleh kejadian
itu."
"Benar. Itu memang
merupakan tamparan berat bagi Bu Tek Pay," sahut Kim siauw suseng dan
menambahkan. "Apabila Cie Hiong sudah muncul, aku juga ingin membantai para
anggota Bu Tek Pay."
"Tapi...." Kening
Lim Ceng Im berkerut. "Kenapa Kakak Hiong masih belum pulang?"
"Tenanglah, Nak Mungkin
tidak lama lagi dia akan pulang, engkau harus sabar" ujar Lim Peng Hang.
"Ya, Ayah." Lim Ceng
Im mengangguk.
"Ohya, Ceng Im" sam
Gan sin Kay menatapnya seraya bertanya. "Bagaimana gadis Jepang itu?
Betahkah dia terus bersembunyi di ruang bawah tanah itu?"
"Kakek" Lim Ceng Im
menghela nafas. "Tidak betah pun harus betah, sebab kalau dia keluar
sekarang, sama juga mencari mati, bukan?"
Sam Gan sin Kay
manggut-manggut. "Kasihan juga nasib gadis itu"
"Dia gadis yang baik, aku
tahu dia sangat mencintai Kakak Hiong." ujar Lim Ceng Im memberitahukan.
"Tapi cintanya ditolak oleh Kakak Hiong. Dia tidak merasa sakit hati,
sebaliknya malah makin kagum kepada Kakak Hiong yang sangat setia kepadaku. Dia
bilang, sulit mencari pemuda seperti Kakak Hiong...."
"Ceng Im" Kim siauw
suseng menatapnya dalam-dalam. "Tidakkah engkau merasa cemburu?"
"Kenapa aku harus merasa
cemburu? Kakak Hiong sangat setia kepadaku. Kalau aku cemburu karena itu,
bukankah aku berhati picik?"
"Benar." Kim siauw
suseng manggut-manggut.
"Walau begitu banyak anak
gadis jatuh cinta kepada cie Hiong, tapi dia tidak tergoda sama sekali."
"Tentu." Lim Peng
Hang tertawa mendadak. "sebab putriku pernah melihat dia telanjang mandi
di sungai...."
"Ayah" Wajah Lim
Ceng Im langsung memerah. " Kenapa berkata yang bukan-bukan?"
"Wuah? Ha ha ha" Kim
siauw suseng terbahak-bahak. "sungguh luar biasa, belum apa-apa sudah
melihat...."
Kakek sastrawan" Lim Ceng
Im melotot. " Waktu itu kami masih kecil, lagipula aku tidak sengaja
melihatnya, dan dia pun tidak tahu kalau aku anak gadis."
"Ha ha ha" Kim siauw
suseng tertawa. "Tidak sengaja tapi sudah melihat, kan? Maka... teringat
terus."
"Iiih" Lim Ceng Im
membanting-banting kaki. "Aku sedang pusing, malah digoda Kakek sastrawan
sungguh keterlaluan"
"Ha ha ha" Kim siauw
suseng, saman sin Kay dan lainnya terus tertawa, akhirnya Lim Ceng Im berlari
ke dalam....
Bab 63 Hong Hoang Leng (Tanda
Perintah Phoenix)
Di dalam sebuah kamar
penginapan, tampak seorang tua dan seorang gadis duduk berhadapan dengan wajah
serius. Mereka adalah Tio Lo Toa dan Tio Hong Hoa. Ternyata mereka telah
meninggalkan Pulau Hong Hoang To, dan kini bermalam di sebuah penginapan.
"Hoa ji Kita tidak boleh
bertindak sembarangan, juga tidak boleh datang di markas Bu Tek Pay," ujar
Tio Lo Toa sungguh-sungguh.
"Kalau begitu...."
Tio Hong Hoa mengerutkan kening. "Apa rencana kita, Paman Lo Toa?"
Tio Lo Toa menyahut dengan
suara rendah. "Lebih baik kita turun tangan memusnahkan markas cabang Bu
Tek Pay Itu pasti sangat mengejutkan Bu Lim sam Mo dan Kwan Gwa siang
Koay."
"Benar." Tio Hong
Hoa tertawa gembira. "Kita juga harus bergerak secara misterius membuat
bingung pihak Bu Tek Pay."
"Ha ha" Tio Lo Toa
tertawa gembira. "Malam ini kita hancurkan salah satu markas cabang Bu Tek
Pay, beberapa malam kemudian kita bertindak lagi."
"Setuju," sahut Tio
Hong Hoa. "Kita tinggalkan sebuah Hong Hoang Leng, agar Bu Lim sam Mo tahu
tentang Hong Hoang Leng dan pasti terkejut."
"Kita ke markas cabang
itu tengah malam," ujar Tio Lo Toa dan menambahkan. "Alangkah baiknya
kita menutup muka dengan kain, agar mereka tidak mengenali kita."
"Baik." Tio Hong Hoa
manggut-manggut.
Setelah tengah malam, tampak
dua sosok bayangan melesat ke arah markas cabang Bu Tek Pay, Beberapa penjaga
terkejut bukan main ketika melihat dua sosok bayangan melayang turun.
"Siapa kalian?"
bentak mereka.
"Kami datang untuk
menghabisi nyawa kalian" sahut Tio Hong Hoa sambil menggerakkan pedangnya.
"Aaaakh Aaakh..."
Beberapa penjaga itu roboh
seketika berlumuran darah, dan putus pula nafas mereka.
"Hoa ji...." Tio Lo
Toa menggeleng-gelengkan kepala.
"Mereka sering membunuh
orang dan memperkosa anak gadis serta isteri orang, maka mereka harus
mati." sahut Tio Hong Hoa.
Tio Lo Toa menghela nafas.
Mereka lalu melangkah memasuki markas cabang Bu Tek Pay itu.
Mendadak muncul belasan orang
bersenjata tajam, dan salah seorang menatap mereka dengan tajam.
"Siapa kalian? Mau cari
mati di sini?" bentaknya.
"Kami ke mari bukan untuk
cari mati, melainkan ingin membasmi kalian" sahut Tio Hong Hoa dingin.
"Apa?" orang itu
tertegun. "Siapa berani menentang Bu Tek Pay, harus mati Apakah kalian
tidak tahu?"
"Tahu oleh karena itu,
kami harus membasmi kalian" Tio Hong Hoa tertawa dingin sekaligus
menghunus Hong Hoang Po Kiam.
"Hm" dengus orang
itu lalu memberi aba-aba. "Serang dia"
Belasan anggota Bu Tek Pay
langsung menyerang Tio Hong Hoa. Gadis itu tertawa nyaring, lalu menggerakkan
pedangnya untuk menangkis.
"Trang Trang Trang"
senjata para anggota Bu Tek Pay terkutung semua, sehingga membuat mereka
tertegun.
"Kalian bersiap-siaplah
untuk mati, karena kalian telah banyak melakukan kejahatan" bentak Tio
Hong Hoa sambil menyerang.
Badan gadis itu
berputar-putar, Hong Hoan Po Kiampun berkelebatan. Ternyata ia mengeluarkan
jurus Hong Hoang Coanshin (Burung Phoenix memutarkan badan).
"Aaaakh Aaaakh
Aaaaakh..." jerit belasan anggota Bu Tek Pay itu. Tubuh mereka berlumuran
darah, kemudian roboh dan tak bernyawa lagi.
Pada waktu bersamaan, muncul
lagi belasan orang, salah seorang diantaranya adalah pemimpin markas cabang
itu.
"Siapa kalian?"
bentaknya sambil memandang mayat-mayat yang bergelimpangan itu. "Kalian
berani membunuh anggota Bu Tek Pay?"
"Tentu berani" sahut
Tio Hong Hoa. "Bukankah aku telah membunuh mereka? Kenapa masih
bertanya?"
"Serang dia" seru
pemimpin markas cabang Bu Tek Pay itu.
Para anak buahnya langsung
menyerang. Tio Hong Hoa menangkis dan sekaligus balas menyerang dengan jurus
Hong Hoang Seng Thian (Burung Phoenix Terbang Ke Langit).
Badan gadis itu melambung ke
atas, dan pedang pusakanya berkelebatan. seketika terdengarlah suara yang
menyayat hati.
"Aaakh Aaakh..."
Belasan anggota Bu Tek Pay itu roboh mandi darah.
Betapa terkejutnya pemimpin
itu. seketika ia mengambil langkah seribu, tetapi, Tio Lo Toa sudah melesat ke
hadapannya sekaligus mengayunkan tangannya. "Aaakh..." jerit pemimpin
itu lalu terkulai, dan nyawanya pun melayang.
"Hoa ji Mari kita
memeriksa ke dalam, apakah masih ada anggota Bu Tek Pay yang tersisa apa
tidak" ujar Tio Lo Toa.
Tio Hong Hoa mengangguk.
mereka berdua lalu berjalan ke dalam. Namun di dalam tidak terdapat anggota Bu
Tek Pay, hanya ditemukan belasan wanita yang sedang menangis.
" Cepatlah kalian pulang
sekarang sudah aman" ujar Tio Hong Hoa kepada mereka.
"Terima kasih, Lihiap
(Pendekar Wanita)" ucap wanita-wanita itu, lalu segera meninggalkan markas
cabang Bu Tek Pay.
"Hoaji Taruhlah sebuah
Hong Hoang Leng di badan pemimpin itu" ujar Tio Lo Toa dan menambahkan.
"Kita harus segera pergi."
"Ya." Tio Hong Hoa
segera melempar sebuah Hong Hoang Leng ke atas badang pemimpin itu. "Paman
Lo Toa, mari kita pergi"
Tio Lo Toa mengangguk. mereka
berdua lalu melesat pergi. Tak seberapa lama kemudian, mereka sudah sampai di
penginapan. Setelah berada di dalam kamar, Tio Hong Hoa tertawa sambil duduk
dan Tio Lo Toa duduk di hadapannya.
"Hong Hoang Leng sudah
muncul dalam rimba persilatan, pertanda hari kematian para penjahat." ujar
Tio Hong Hoa.
"Para anggota Bu Tek Pay
memang kelewat jahat, mereka sering membunuh orang dan
memperkosa pula" Tio Lo
Toa menggeleng-gelengkan kepala. "Kita memang harus membasmi mereka."
"Paman Lo Toa, bagaimana
kalau Bu Lim sam Mo dan Kwan Gwa siang Koay muncul?" tanya Tio Hong Hoa
mendadak.
"Tidak mungkin. Bu Lim
Sam Mo adalah ketua, sedangkan Kwan Gwa Siang Koay adalah Tetua, tentunya
mereka tidak akan muncul. Mungkin mereka akan mengutus Ang Bin sat sin dan Liu
siauw Kun menghadapi kita," sahut Tio Lo Toa.
"Paman Lo Toa menghadapi
Ang Bin sat sin, aku akan menghadapi Liu siauw Kun. setelah kita membunuh
mereka, mungkin Bu Lim sam Mo dan Kwan Gwa siang Koay akan muncul."
"Itu memang mungkin.
Karena itu, kita harus berhati-hati." pesan Tio Lo Toa. " Karena itu
kita tidak mampu menghadapi mereka."
"Paman Lo Toa" Tio
Hong Hoa tersenyum. "Itu urusan nanti, mungkin ayahku sudah datang di
Tionggoan."
"Hoa ji," Tio Lo Toa
menghela nafas. "Ayahmu juga tak mampu menghadapi Bu Lim sam Mo dan Kwan
Gwa siang Koay. Kalau satu lawan satu, mungkin ayahmu masih kuat
menghadapinya."
Tio Hong Hoa mengerutkan
kening. "Kalau begitu...."
"Lebih baik kita
beristirahat dulu, Hoa-ji." Tio Lo Toa tersenyum. " Engkau tidur di
tempat tidur, aku duduk di sini saja."
"Ohya Kita telah
mendengar tentang Tui Beng Li yang membunuh para anggota Bu Tek Pay. Apakah
Paman Lo Toa tahu kira-kira siapa wanita itu?"
"Tidak tahu." Tio Lo
Toa menggelengkan kepala. "Tapi... yang jelas, wanita itu mempunyai dendam
terhadap pihak Bu Tek Pay."
"Paman Lo Toa, alangkah
baiknya kita bisa bertemu dia." ujar Tio Hong Hoa dan menambahkan.
"Jadi dia dan kita bergabung."
"Hoa ji Tidurlah"
"Ya." Tio Hong Hoa
mengangguk. lalu membaringkan dirinya di atas tempat tidur, dan memejamkan
matanya.
Bu Lim sam Mo, Kwan Gwa siang
Koay dan Ang Bin sat sin tampak terkejut ketika menerima berita tentang
pembunuhan di markas cabang. Kening Tang Hai Lo Mo terus berkerut, lama sekali
barulah membuka mulut.
"Hong Hoang Leng pernah
muncul kira-kira tujuh puluh lima tahun yang lampau. Tiada seorang pun tahu
siapa pemilik Hong Hoang Leng itu, dan dari mana asalnya. Yang jelas pemilik
Hong Hoang Leng sangat memusuhi kaum golongan hitam, membunuh kaum golongan
hitam tanpa ampun. Tapi sudah sekian puluh tahun tidak muncul, kenapa kini Hong
Hoang Leng itu muncul lagi, bahkan membunuh para anggota kita?"
"Memang
mengherankan," sahut Thian Mo dengan kening berkerut dan melanjutkan.
"Kita harus bersiap-siap. karena setelah muncul Tui Beng Li, kini muncul
pula Hong Hoang Leng."
"Bahkan..." tambah
Te Mo. " Kelihatannya Tui Beng Li dan pemilik Hong Hoang Leng sehaluan,
terbukti mereka sama-sama membunuh anggota-anggota kita."
"Tetua" Tang Hai Lo
Mo memandang Kwan Gwa siang Koay. "Perlukah kka yang turun tangan?"
"Menurutku...."
siluman Gemuk berpikir sejenak. "Belum waktunya kita turun tangan. Namun
kita harus menyuruh para
anggota kita untuk menyelidiki tentang Hong Hoang Leng itu"
"Ya." Tang Hai Lo Mo
mengangguk. "Kini ada orang tertentu mulai mengusik kita, maka setelah
kita tahu siapa pemilik Hong Hoang Leng, kita harus turun tangan
membunuhnya."
"Hm" dengus siluman
Kurus. "Kalau sudah tahu siapa dia, aku pasti menyuruhnya merasakan
kelihayanku"
"Jadi...." Thian Mo
mengerutkan kening. "Un-tuk sementara ini kita diam saja?"
"Ya." Kwan Gwa siang
Koay mengangguk. "Kalau ada orang yang mencurigakan, harus dilaporkan
kepada kita."
"Siauw Kun Perintahkan
para anggota kita, agar menyelidiki Hong Hoang Leng itu siapa yang
mencurigakan, harus segera lapor" ujar Tang Hai Lo Mo.
"Ya." Liu siauw Kun
memberi hormat, lalu melangkah pergi.
"Oh ya, di mana Takara
Yahatsu?" tanya Tang Hai Lo Mo mendadak sambil memandang Thian mo.
"Dia sedang melatih ilmu
pedang di halaman belakang," sahut Thian Mo memberitahukan.
"Heran" gumam Te Mo. "Aku tidak habis pikir, gadis Jepang itu
bersembunyi di mana?" "Mungkinkah dia sudah mati?" tanya Tang Hai
Lo Mo.
"Tidak mungkin Aku yakin
pasti ada pihak tertentu menyembunyikannya," sahut Te Mo.
"Tidak mungkin Kay Pang.
Mungkin salah satu partai besar yang menyembunyikannya?" ujar Thian Mo.
"Itu juga tidak mungkin.
Tujuh partai besar tidak mungkin berani mencari urusan dengan kita." sela
siluman Gemuk.
"Kalau begitu gadis itu
hilang ke mana?" Tang Hai Lo Mo mengerutkan kening.
"Padahal anggota-anggota
kita telah menyelidikinya, namun tidak menemukan jejaknya."
"Itu bukan urusan
kita," tandas Siluman Kurus. "Jadi kita tidak perlu memikirkan itu,
yang jadi masalah kita sekarang adalah Tui Beng Li dan munculnya Hong Hoang
Leng itu."
"Benar." Bu Lim Sam
Mo manggut-manggut. "Setelah Tio Cie Hiong mati, kini malah muncul Tui
Beng Li dan Hong Hoang Leng. Hm Kita harus membunuh mereka"
"Apabila masih terjadi
pembunuhan terhadap anggota-anggota kita, berarti sudah waktunya kita turun
tangan. Sebab kalau tidak, kita pasti ditertawakan oleh Kay Pang dan tujuh
partai besar." ujar Siluman Kurus.
"Benar." Siluman
Gemuk manggut-manggut. "Kita harus segera memberantas mereka, agar tidak
ditertawakan oleh Kay Pang dan tujuh partai besar."
Memang benar apa yang
dikatakan Kwan Gwa Siang Koay, saat ini Bu Lim Ji Khie, Tui Hun Lojin, Lim Peng
Hang dan Gouw Han Tiong sedang tertawa, namun wajah mereka pun tampak serius.
"Aku sama sekali tidak
menduga, kalau Hong Hoang Leng itu bisa muncul lagi dalam rimba
persilatan." Sam Gan Sin Kay mengerutkan kening. "Padahal sudah
sekian puluh tahun tidak pernah muncul."
"Memang
mengherankan," sahut Kim Siauw Suseng. "Tapi kemunculan Hong Hoang
Leng justru membunuh para anggota Bu Tek Pay. Keli-hatannya pemilik Hong Hoang
Leng mempunyai dendam dengan Bu Lim Sam Mo dan Kwan Gwa siang Koay."
"Belum tentu," sela
Tui Hun Lojin sambil menggeleng-gelengkan kepala. "Sebab pemilik Hong Hoang
Leng khususnya memang membunuh kaum golongan hitam."
"Apakah Ayah tahu jelas
tentang Hong Hoang Leng itu?" tanya Lim Peng Hang.
"Tidak begitu
jelas," sahut sam Gan sin Kay.
"Kira-kira tujuh puluh
lima tahun silam, Hong Hoang Leng pernah muncul dan membunuh orang-orang
golongan hitam. Namun beberapa tahun kemudian, Hong Hoang Leng hilang begitu
saja. Tiada seorang pun tahu siapa pemilik Hong Hoang Leng itu. Guruku pun
tidak tahu sama sekali."
"Pada waktu itu, kita
masih kecil," sela Kim siauw suseng. "Tapi kini Hong Hoang Leng
muncul lagi, bukankah sungguh mengherankan?"
"Kelihatannya pemilik
Hong Hoang memusuhi Bu Tek Pay, sebab pemimpin markas cabang Bu Tek Pay telah
dibunuh, para anggota di situ pun mati semua," ujar Lim Peng Hang.
"Itu merupakan berita
yang menggembirakan," Gouw Han Tiong tertawa. "Dan merupakan pukulan
kedua bagi Bu Lim sam Mo dan Kwan Gwa siang Koay."
"Mungkin sudah waktunya
Bu Tek Pay runtuh. setelah muncul Tui Beng Li, kini muncul lagi Hong Hoang
Leng, dan tidak lama lagi akan muncul Cie Hiong. Bu Tek Pay pasti runtuh."
ujar Tui Hun Lojin.
"Aku masih tidak habis
pikir..." gumam sam Gan sin Kay. "Karena kemuncullan Tui Beng Li dan
Hong Hoang Leng, sepertinya menuntut balas terhadap Bu Lim sam Mo."
"Kalau begitu, mungkinkah
Tui Beng Li dan pemilik Hong Hoang Leng mempunyai hubungan dengan Tio cie
Hiong?" ujar Kim siauw suseng menduga.
"Tidak mungkin, sebab Tio
cie Hiong baru berusia dua puluhan, sedangkan Hong Hoang
Leng...." sam Gan sin Kay
menggeleng-gelengkan kepala dan menambahkan. "Tapi wanita Pengejar
Nyawa itu mungkin kenal Tio
Cie Hiong, maka dia membunuh anggota-anggota Bu Tek Pay."
"Kenapa pemilik Hong
Hoang Leng juga membunuh anggota-anggota Bu Tek Pay?" tanya Gouw Han
Tiong.
"Para anggota Bu Tek Pay
selalu membunuh orang dan memperkosa anak gadis. Mungkin karena itulah maka
pemilik Hong Hoang Leng membunuh mereka." sahut Kim siauw suseng.
"Apakah Ayah tahu
asal-usul pemilik Hong Hoang Leng?" tanya Lim Peng Hang mendadak.
"Aku sama sekali tidak
tahu. Tapi... konon di laut Utara terdapat sebuah pulau misterius, yakni Pulau
Hong Hoang To. Mungkin pemilik Hong Hoang Leng berasal dari pulau itu."
sahut sam Gan sin Kay.
"Hong Hoang To?" Lim
Peng Hang dan Gouw Han Tiong terbelalak.
"Menurut cerita
guruku..." ujar Kim siauw Suseng. "Dua ratus tahun lalu Hong Hoang
Leng pernah muncul di rimba persilatan, namun kemudian menghilang
mendadak."
"Kemunculan Hong Hoang
Leng pada masa itu juga membunuh kaum golongan hitam?" tanya Gouw Han
Tiong.
"Ya." Kim siauw
suseng mengangguk. "Tujuh puluh lima tahun lalu muncul kembali, setelah
itu tidak pernah muncul lagi. Namun kini malah muncul, maka sungguh
mengherankan."
"Ha ha ha" sam Gan
sin Kay tertawa gelak. "Yang jelas kini Bu Lim sam Mo dan Kwan Gwa siang
Koay pasti kebakaran jenggot saking gusarnya."
"Benar." Kim Siauw
Suseng juga tertawa. "Ha ha Itu sangat menggembirakan Mungkin para ketua
tujuh partai juga sudah mendengar tentang berita itu."
"Tentu." sam Gan sin
Kay manggut-manggut dan menambahkan. "Kalau Cie Hiong sudah pulang, kita
juga harus mulai bergerak."
"Kakek Kakak Hiong sudah
pulang ya?" Mun-cul Lim Ceng Im sambil menghampiri mereka.
"Cie Hiong belum
pulang," sahut Lim Peng Hang sambil menggelengkan kepala.
"Kalau begitu, kenapa
ayah dan kakek tampak begitu gembira?" Lim Ceng Im heran. "Padahal
Kakak Hiong belum pulang...."
"Nak" Lim Peng Hang
menatapnya. "Kini di rimba persilatan telah muncul Hong Hoang Leng. itulah
yang menggembirakan kami."
"Hong Hoang Leng?"
Lim Ceng Im tercengang. "Apa Hong Hoang Leng itu?"
"Hong Hoang Leng
merupakan tanda kematian bagi kaum golongan hitam..." jawab Lim Peng Hang
dan memberitahukan tentang kejadian di markas cabang Bu Tek Pay.
Lim Ceng Im terbelalak. "
Kalau begitu, pemilik Hong Hoang Leng berada di pihak kita?"
"Bukan di pihak kita,
tapi di pihak golongan putih," ujar Lim Peng Hang. "Itu pertanda
sudah waktunya Bu Tek Pay runtuh."
"Kini muncul Tui Beng Li,
dan disusul oleh Hong Hoang Leng. Namun...." Lim Ceng Im menghela
nafas panjang. "Kenapa
Kakak Hiong masih belum muncul?"
"Tenang, Nak" ujar
Lim Peng Hang. "Percayalah Tidak lama lagi Cie Hiong pasti pulang."
"Aaaakh..." Lim Ceng
Im menggeleng-gelengkan kemala. "Entah bagaimana keadaan Kakak Hiong?
Mudah-mudahan dia sudah sembuh Masalah kepandaiannya bisa pulih atau tidak. aku
tidak begitu memikirkan. Yang penting dia sembuh dari tukanya, agar kami bisa
berkumpul dan tidak terpisah lagi."
“Jangan khawatir Apa yang kau
inginkan itu pasti terwujud, percayalah"
Kakak Hiong, kapan engkau
pulang?" gumam Lim Ceng Im dengan air mata meleleh. "Aku sudah rindu
sekali kepadamu...."
Berita tentang kemunculan Hong
Hoang Leng juga telah sampai ke telinga It sim sin Ni.
Yang memberitahukan kepadanya
adalah kedua biarawati, muridnya. setelah mendengar tentang itu, It sim sin Ni
lalu duduk bersila sambil melamun, kelihatannya sedang memikirkan sesuatu.
Di saat bersamaan Tayli Lo
Ceng muncul, dan ketika melihat It sim sin Ni melamun, tercenganglah padri tua
itu.
"sin Ni" Tayli Lo
Ceng duduk di hadapannya. "Urusan apa yang membuatmu melamun?" It sim
sin Ni tidak menyahut.
"omitohud" Tayli Lo
Ceng menatapnya. "oh-ya, di mana Tan Li cu?"
"Dia sudah turun
gunung," sahut It sim sin Ni singkat.
"Oh?" Tayli Lo Ceng
mengerutkan kening dan memberitahukan. "Murid ku pun sudah turun gunung.
sin Ni, apakah engkau sedang memikirkan murid bungsumu itu?"
It sim sin Ni menggelengkan
kepala, kemudian menghela nafas panjang.
"Lo ceng, engkau
mendengar tentang Hong Hoang Leng yang telah muncul dalam rimba
persilatan?" tanyanya.
"Hong Hoang Leng?"
Tayli Lo Ceng tertegun. "Aku belum mendengar, sebab aku langsung kemari
dari Gunung Thay san"
"Hong Hoang Leng telah
muncul lagi."
"Sin Ni" Tayli Lo
Ceng heran. " Kenapa engkau memikirkan tentang Hong Hoang Leng?"
"Karena...." It sim
sin N Imenghela nafas. "Hong Hoang Leng mempunyai hubungan dengan
diriku."
"Apa?" Tayli Lo Ceng
tampak tertegun. "Hong Hoang Leng itu mempunyai hubungan dengan
dirimu?"
"Ya."
"Setahuku engkau tidak
mempunyai hubungan apa-apa dengan Hong Hoang Leng itu Tujuh puluh lima tahun
lalu, Hong Hoang Leng itu pernah muncul dalam rimba persilatan."
"Karena itu, aku
mempunyai hubungan dengan Hong Hoang Leng itu." It sim sin Ni menghela
nafas lagi. "Aaaakh... tujuh puluh lima tahun kemudian muncul kembali
sungguh di luar dugaan"
"Sin Ni" Tayli Lo
Ceng menatapnya. "Maukah engkau menutur tentang hubunganmu dengan Hong
Hoang Leng itu?"
"Tujuh puluh lima tahun
silam...." It sim sin N Imulai menutur. "suatu hari, aku terkepung
kaum
golongan hitam. Di saat diriku
dalam bahaya, muncullah seorang lelaki berusia lima puluhan. wajahnya tampan,
berwibawa dan gagah berani. Hanya dua jurus dia telah berhasil membunuh kaum
golongan hitam yang mengepungku."
"Lalu kalian
berkenalan?"
"Ya." It sim sin Ni
mengangguk dan melanjutkan. "Setelah berkenalan, saling tertarik."
"Omitohud...." Tayli
Lo Ceng menghela nafas. "Bukankah engkau biarawati?"
"Lo Ceng Belum lama ini
aku pernah memberitahukanmu, bahwa dulu aku pernah melakukan suatu
kesalahan."
"Ya. Engkau memang pernah
memberitahukan, tapi engkau tidak bersedia menuturkannya."
"Benar." It sim sin
N Imanggut-manggut. "Kini Hong Hoang Leng telah muncul lagi, maka aku
harus menuturkannya."
"Setelah kalian berdua
saling tertarik, lalu bagaimana?"
"Kami saling jatuh
cinta." It sim sin NI memberitahukan sambil mengenang. "Karena itu,
kami menikah dan dikaruniai dua anak lelaki."
"Omitohud Itu bukan
kesalahanmu, melainkan merupakan takdir. setelah itu bagaimana?"
"Beberapa tahun kemudian,
mendadak dia membawa kedua anakku meninggalkanku...." It sim
sin Ni menggeleng-gelengkan
kepala.
"Apa sebabnya dia membawa
kedua anak itu meninggalkanmu?" tanya Tayli Lo Ceng dengan kening
berkerut.
"Ternyata dia telah salah
paham denganku." It sim sin NI menghela nafas lalu melanjutkan.
"Pada waktu itu, kita
berjumpa kembali, sehingga aku sering pergi menemuimu secara diam-diam.
Ternyata dia mengetahuinya."
"Omitohud" Tayli Lo
Ceng menggeleng-gelengkan kepala. "Itu yang menyebabkannya meninggalkanmu
omitohud...."
"Hampir lima tahun aku
mencarinya, tapi dia dan anak-anak hilang begitu saja." It Sim Sin Ni
menghela nafas lagi. "Akhirnya aku menjadi putus asa dan kembali ke mari,
dan sejak itu aku tidak pernah meninggalkan biara ini."
Tayli Lo Ceng manggut-manggut.
"sin Ni, bolehkah aku tahu namanya?"
"Dia bernama Tio Po
Thian, pemilik Hong Hoang Leng." It sim sin Ni memberitahukan "Kini
muncul kembali Hong Hoang Leng itu...."
"Omitohud" ucap
Tayli Lo Ceng. "Maka engkau menduga dia muncul lagi? Kira-kira begitu
dugaanmu, kan?"
"Ya." It sim sin Ni
mengangguk.
"Aaakh...." Tayli Lo
Ceng menghela nafas. "Kalau dia adalah Tio Pe Thian, aku harus
menjernihkan kesalahpahaman
itu."
"Terima kasih, Lo Ceng
Tapi itu telah berlalu." It sim sin NI menggeleng-gelengkan kepala.
"Aku menduga, kalau bukan dia, pasti anak-anakku."
"Ohya, bolehkah aku tahu
nama anak-anakmu?"
"Mereka bernama Tio Tay
Seng dan Tio It seng," ujar It sim sin Ni dan menambahkan. "Yang
sulung mungkin sudah berusia tujuh puluhan, yang bungsu berusia sekitar enam
puluh lima."
"Aku akan pergi mencari
mereka, lalu membawa mereka ke mari menemuimu." ujar Tayli Lo Ceng
sungguh-sungguh.
"Terima kasih, Lo
Ceng" ucap It sim sin Ni.
"Sin Ni, aku mohon diri
sampaijumpa" Tayli Lo Ceng melangkah pergi, sedangkan It sim sin Ni
menggeleng-gelengkan kepala sambil menghela nafas panjang.
Bab 64 Thian Liong Kiam Khek
(Pendekar Pedang Naga Khayangan)
Seorang pemuda tampan berjalan
menuju kota Lam Teng. Pada punggungnya tampak bergantung sebuah buntalan dan
sebatang pedang. siapa pemuda itu, ternyata Lie Man chiu, murid Tayli Lo Ceng.
Ketika Lie Man chiu berjalan
perlahan sambil menikmati keindahan alam, mendadak ia berhenti dan keningnya
tampak berkerut, karena sayup,sayup terdengar suara teriakan wanita minta
tolong.
la melesat ke sebuah rimba di
pinggir jalan, lalu naik ke sebuah pohon sekaligus memandang ke arah suara
teriakan.
Tampak belasan orang sedang
mengerumuni seorang wanita sambil tertawa-tawa. Sementara wanita itu ketakutan,
tiba-tiba salah seorang memeluknya dari belakang.
"Jangan melawan
Baik-baiklah melayani kami" ujar orang itu sambil tertawa, kemudian mulai
membuka baju wanita itu.
"Jangan jangan...."
Wanita itu meronta-ronta. "Tolong Tolong..."
"Percuma engkau berteriak
minta tolong Ha ha ha..." orang itu tertawa gelak dan mulai memegang
payudara wanita itu.
"Ha ha ha" Yang lain
pun ikut tertawa, bahkan diantaranya mulai mendekati wanita itu, lalu
menggerayangi sekujur tubuhnya.
"Tolong Tolong..."
Wanita itu terus menrjerit-jerit. "Tolong..."
"Ha ha ha Percuma engkau
berteriak Lebih baik engkau melayani kami...."
"Berhenti" Terdengar
suara bentakan yang mengguntur, kemudian melayang turun seseorang.
Belasan orang itu terkejut,
lalu memandang orang yang baru melayang turun dari pohon, yang tidak lain Lie
Man chiu. la menatap mereka dengan dingin sekali.
"Siapa engkau?"
bentak belasan orang itu.
"Aku Thian Liong Kiam
Kheks sahut Lie Man chiu lalu membentak sengit. "siapa kalian?"
"Lihatlah tulisan
ini" sahut salah seorang dari mereka sambil menunjuk bajunya sendiri,
dengan dada terangkat sedikit.
"Bu Tek" Lie Man
chiu membacanya. "Oooh Ternyata kalian anggota Bu Tek Pay"
"Engkau sudah tahu, maka
cepat- cepatlah enyah dari sini" bentak salah seorang anggota Bu Tek Pay
"Kalau tidak...."
"Kalian mau turun tangan
membunuhku, kan?" tanya Lie Man Chiu sambil tertawa dingin.
"Siauhiap. tolonglah aku" ujar wanita itu. "Mereka... mereka
ingin memperkosaku." "Tenang Aku pasti menolongmu," sahut Lie
Man Chiu.
"Engkau mau menolong
wanita itu?" tanya salah seorang anggota Bu Tek Pay dan menambahkan.
"Siapa berani menantang
Bu Tek Pay pasti mampus"
"Siapa berani
menentangku, juga harus mati" sahut Lie Man Chiu sambil menghunus pedang
pusaka Naga Kahyangan yang bergantung di punggungnya. "Hari ini kalian
semua harus mati di tanganku"
"Kawan-kawan Mari kita
serang dia" seru salah seorang anggota Bu Tek Pay dan langsung menyerang
Lie Man chiu dengan golok. kawan-kawannya pun ikut menyerang.
Lie Man chiu bersiul panjang.
Mendadak badannya melesat ke atas, lalu berjungkir balik ke bawah sekaligus
menggerakkan pedangnya. Ternyata ia balas menyerang dengan jurus Thian Liong
Jip Hai (Naga Kahyangan Masuk Ke Laut). Trang Trang Trang
"Aaaakh Aaaakh
Aaaakh..."
Terdengar suara benturan
senjata dan suara jeritan yang menyayat hati. Beberapa anggota Bu Tek Pay telah
roboh tak bernyawa.
Lie Man chiu tidak diam sampai
di situ. la bersiul panjang lagi sambil menyerang mereka dengan jurus Thian
Liong cioh Cu (Naga Khayangan Merebut Mutiara), pedang pusaka Naga Khayangan
itu berkelebat ke sana ke mari.
"Aaakh Aaaakh
Aaaakh..." terdengar lagi suara jeritan yang menyayat hati. Ternyata sisa
anggota Bu Tek Pay terkapar bermandi darah dan nyawa mereka pun melayang.
"Hmm" dengus Lie Man
chiu sambil memandang mayat-mayat itu, kemudian berkata kepada wanita tersebut.
"Cepatlah engkau pulang, sebarkan berita bahwa Thian Liong Kiam Khek
membunuh mereka"
"Terima kasih,
siauhiap" ucap wanita itu. "Aku pasti menyebarkan berita tentang
ini."
Lie Man chiu manggut-manggut
lalu mendadak melesat pergi, dan wanita itu pun segera meninggalkan tempat
tersebut.
Lie Man Chiu sudah memasuki
kota Lam Teng, lalu singgah di sebuah kedai untuk mengisi perut. la memesan sup
sapi dan sepoci arak. Pelayan segera menyuguhkannya, kemudian berbisik.
"Tuan bukan orang kota ini, kan?"
"Ya. Kenapa?"
"Apabila muncul anggota-anggota
Bu Tek Pay, Tuan jangan memandang mereka." pesan pelayan itu.
"Lho?" Lie Man chiu
heran. "Memangnya kenapa?"
"Aaakh" Pelayan itu
menghela nafas. "Anggota-anggota Bu Tek Pay sangat kejam. Kalau
tersinggung lantaran Tuan memandang, mereka pasti membunuh Tuan"
Lie Man chiu tersenyum.
"Terima kasih atas peringatanmu, tapi aku memang berharap kemunculan
mereka."
"Haah?" Wajah
pelayan itu langsung memucat. "Apakah Tuan teman Bu Tek Pay?"
"Bukan." Lie Man
chiu tersenyum lagi. "Aku menunggu kemunculan mereka karena ingin membasmi
mereka."
"Apa?" pelayan itu
terbelalak. "Tuan jangan bergurau, itu bahaya sekali lho"
"Sebelum memasuki kota
ini, aku telah membunuh belasan anggota Bu Tek Pay yang mau memperkosa seorang
wanita." Lie Man chiu memberitahukan, lalu mulai bersantap. Pelayan itu
meninggalkannya, lalu menghampiri majikannya yang duduk di tempat kas.
"Tuan besar, akan ada
tontonan menarik," bisiknya.
"Maksudmu?" tanya
majikan itu.
"Pemuda itu...."
Pelayan tersebut menunjuk ke arah Lie Man chiu. "Dia sedang menunggu
kemunculan anggota-anggota Bu
Tek Pay."
"Apa?" Terkejut
majikan itu "Dia teman Bu Tek Pay?"
"Bukan, dia malah ingin
memberantas mereka." Pelayan itu memberitahukan. "Sebelum memasuki
kota, dia telah membunuh belasan anggota Bu Tek Pay."
Wajah majikan itu berseri.
"Tapi kalau dia berkelahi di sini, kedai ini pasti hancur."
"Tidak jadi
masalah." Pelayan itu tersenyum. "Aku bersedia dipotong gaji sampai
setahun."
Majikan itu tertawa.
"Tidak jadi masalah kedaiku hancur, asal pemuda itu bisa membunuh mereka.
Bahkan... aku akan menaikkan gajimu mulai bulan ini."
"Tidak usah Lebih baik
potong gajiku"
"Malah akan kunaikkan
gajimu." Tiba-tiba wajah majikan itu berubah seraya berbisik. "Tuh
Mereka sudah datang."
"Bagus Bagus"
Pelayan itu tertawa gembira, lalu menghampiri Lie Man chiu dan berbisik,
"Anggota-anggota Bu Tek Pay sudah ke mari."
Lie Man chiu manggut-manggut.
"Tolong beritahukan kepada mereka, bahwa aku Thian Liong Kiam Khek"
"Ya." Pelayan itu
mengangguk. lalu menghampiri para anggota Bu Tek Pay itu sambil
membungkuk-bungkukkan badannya. "Tuan-tuan...."
"Cepat sediakan makanan
yang lezat" sahut salah seorang anggota Bu Tek Pay dengan suara lantang.
"Tuan-tuan" bisik
pelayan itu. "Tahukah kalian siapa pemuda yang duduk di sudut itu?"
"Tidak tahu. siapa
dia?"
"Dia Thian Liong Kiam
Khek."
"Apa?" Anggota Bu
Tek Pay itu tampak terkejut, namun kemudian tertawa gelak. "Bagus Bagus
Kami memang sedang mencari dia, kebetulan dia berada di sini."
Pelayan itu segera
meninggalkan mereka, kemudian mendekati majikannya. "Tuan besar Tontonan
yang menarik akan segera dimulai." bisiknya.
"Mudah-mudahan pemuda itu
dapat membunuh mereka" sahut majikan itu dengan wajah tegang.
Belasan anggota Bu Tek Pay
menghampiri Lie Man Chiu, yang sedang meneguk arak. "Hei" bentak
salah seorang anggota Bu Tek Pay. "Engkaukah Thian Liong Kiam Khek?"
Lie Man Chiu tidak menyahut,
melainkan malah menyiram anggota Bu Tek Pay itu dengan arak sambil tertawa
dingin. "Jangan membentak-bentak, aku tidak senang"
"Engkau...." Anggota
Bu Tek Pay itu gusar bukan main.
"Mau bertarung ya?"
Lie Man chiu tertawa dingin lagi. "Jangan di sini, ayoh kita bertarung di
luar"
Lie Man chiu berjalan ke luar,
belasan anggota Bu Tek Pay mengikutinya. Pelayan dan majikan kedai itu juga
tidak mau ketinggalan, mereka berdua pun ikut keluar.
"Kedaiku tidakjadi
hancur, sebab mereka akan bertarung di luar." bisik majikan itu dan
menambahkan. "Kalau pemuda itu dapat membunuh mereka semua, aku pasti
memberikanmu lima tael perak."
"Terima kasih, Tuan
besar" sahut si pelayan. "Namun lima tael perak itu akan kugunakan
untuk mentraktir pemuda itu."
Mereka berdua terus
berbisik-bisik, sedangkan belasan anggota Bu Tek Pay itu sudah mengepung Lie
Man chiu.
"Engkau yang membunuh
kawan-kawan kami di rimba itu?" tanya salah seorang anggota Bu Tek Pay.
"Benar" Lie Man Chiu
mengangguk.
"Hm Kalau begitu,
bersiap-siaplah engkau untuk mampus" bentak anggota Bu Tek Pay itu.
"Hari ini kalian yang
harus mampus" sahut Lie Man Chiu dingin sambil menghunus Thian Liong Po
Kiam.
"Serang" Terdengar
suara seruan, dan seketika juga tampak belasan senjata mengarah ke Lie Man
chiu.
Lie Man chiu bersiul panjang,
kemudian badannya melesat ke atas sekaligus berjungkir balik ke bawah sambil
menangkis dan balas menyerang, itulah jurus Thian Liong Jip Hai (Naga
Kha-yangan Masuk Ke Laut).
"Trang Trang
Trang..." Terdengar suara benturan senjata, yang disusul oleh suara
jeritan yang menyayat hati.
"Aaaakh Aaaakh
Aaaaaak..."
Tujuh orang telah terkapar
dengan tubuh berlumuran darah.
"Satu, dua tiga... tujuh.
sudah tujuh orang mati. Masih tersisa... enam orang." ujar si pelayan,
yang sejak tadi mengintip pertarungan itu.
"Ha ha sungguh
menyenangkan" Majikan kedai tertawa.
"Jangan tertawa, Tuan
besar Kalau kedengaran mereka, kita bisa celaka." bisik si pelayan.
"Kenapa engkau begitu
goblok?" Majikan itu menggeleng-gelengkan kepala. "Mereka juga pasti
mati di bawah pedang pemuda itu. Bagaimana mungkin mereka mengurusi kita
lagi?"
"Benar." Pelayan itu
ikut tertawa. "Ha ha ha..."
Sementara Lie Man Chiu berdiri
tegak di tempat sambil memandang anggota Bu Tek Pay yang masih hidup itu dengan
dingin. Mereka saling memandang lalu mendadak berlari kabur.
"Kalian tidak akan bisa
kabur" bentak Lie Man Chiu sambil bergerak. mengeluarkan jurus Thian Liong
Pah Bwee (Naga Khayangan Mengibaskan Ekor). "Aaaakh Aaaakh..."
Terdengar suara jeritan.
Enam orang sisa anggota Bu Tek
Pay itu roboh dengan tubuh berlumuran darah, dan nyawa mereka pun melayang
seketika.
"Sudah beres." ujar
pelayan itu. "Mereka semua sudah menjadi mayat."
"Nanti kita harus
bersulang atas kematian anggota-anggota Bu Tek Pay itu." sahut majikan
kedai sambil tertawa gembira. "Ha ha ha"
Setelah membunuh belasan
anggota Bu Tek Pay Li Man Chiu kembali ke kedai. si pelayan cepat-cepat
menghampirinya, kemudian mengacungkan jempolnya ke hadapan Lie Man Chiu.
"Tuan sungguh hebat Hanya
dua kali "Serrt", mereka semua mati" ujar si pelayan kagum.
"Oh ya, Tuan mau makan apa?"
"Aku sudah kenyang,"
sahut Lie Man chiu sambil tersenyum. "Aku mau membayar...."
"Tuan tidak usah
membayar, pokoknya gratis"
"Kenapa gratis?"
"Karena Tuan telah
membunuh mereka. Itu sungguh menggembirakan. Maka silakan Tuan makan lagi,
tidak usah membayar"
"Terima kasih" ucap
Lie Man chiu. "Oh ya, di mana ada penginapan besar?" tanyanya.
"Penginapan An Lok."
Pelayan itu memberitahukan. "Tak jauh dari sini, berada di sebelah
kanan."
"Aku akan bermalam di
penginapan itu. Kalau masih ada anggota Bu Tek Pay datang ke mari, tolong
beritahukan kepada mereka bahwa aku berada di penginapan itu"
"Ya." Pelayan itu
mengangguk.
Lie Man chiu mengeluarkan lima
tael perak. lalu diberikan kepada pelayan itu. "Uang perak ini
untukmu."
"Eh? Tuan...."
Pelayan itu ingin menolak, tapi Lie Man chiu sudah melangkah pergi. oleh karena
itu ia berdiri termangu-mangu
di tempat.
"Kenapa engkau berdiri
mematung di sini?" tanya majikannya sambil mendekatinya. "Dia berikan
aku lima tael perak dan berpesan...."
"Dia pesan apa?"
"Kalau masih ada anggota
Bu Tek Pay ke mari, aku harus memberitahukan kepada mereka, bahwa dia berada
dipenginapan An Lok."
"Bagus Ha ha"
Majikan kedai tertawa gembira. "Mudah-mudahan masih ada anggota Bu Tek Pay
muncul di sini"
Dapat dibayangkan betapa
gusarnya Bu Lim sam Mo ketika menerima laporan tentang kejadian itu, bahkan
Tang Hai Lo Mo memukul meja saking gusarnya.
"Kini muncul lagi Thian
Liong Kiam Khek membunuh anggota-anggota kita. Sungguh menjengkelkan" Kali
ini Tang Hai Lo Mo tampak marah sekali.
"Ilmu pedangnya begitu
hebat, siapa gurunya?" gumam Thian Mo.
Te Mo menggeleng-gelengkan
kepala. "Tempo hari muncul Tui Beng Li, lalu muncul Hong Hoang Leng dan
kini muncul pula Thian Liong Kiam Khek. Kelihatannya mereka sengaja menentang
kita."
"Kini sudah waktunya kita
turun tangan membunuh mereka," ujar Tang Hai Lo Mo.
"Sabar" sela siluman
Kurus sambil mengerutkan kening. "Mereka berkepandaian begitu tinggi,
tentunya kepandaian guru-guru mereka jauh lebih tinggi. Karena itu, kita harus
memperhatikan hai tersebut."
"Benar." siluman
Gemuk manggut-manggut. "Aku yakin mereka akan bergabung untuk melawan
kita."
"Kalau begitu, kita harus
segera membunuh mereka," ujar Tang Hai Lo Mo yang masih diliputi
kegusaran.
"Tenang" ujar
siluman Kurus dan menambahkan. "Jangan emosi Kita harus memikirkannya
dengan kepala dingin. Kalau mereka dan guru-guru mereka bergabung, tentu
membahayakan kita."
"Benar." siluman
Gemuk mengangguk. "sebab kekuatan inti Bu Tek Pay cuma terdiri dari kita
beberapa orang saja, maka hal ini perlu kita pikirkan bersama."
"Tidak salah." Tang
Hai Lo Mo manggut-manggut. "Lalu apa rencana kita selanjutnya?"
"Begini..." sahut
siluman Gemuk sungguh-sungguh. " Kekuatan inti Bu Tek Pay harus
ditambah." "Benar. Tapi...." Tang Hai Lo Mo mengerutkan kening.
"Kalian pernah mendengar
Lak Kui (Enam setan) dari luar perbatasan?" tanya siluman Gemuk mendadak.
"Kwan Gwa Lak Kui?"
Bu Lim sam Mo terkejut.
"Ya." siluman Gemuk
manggut-manggut.
"Mereka berkepandaian
tinggi sekali. Lima puluh tahun lalu mereka pernah muncul di Tionggoan. Tapi
kemudian tiada kabar beritanya lagi, mungkin mereka kembali ke Kwan Gwa,"
ujar Tang Hai Lo Mo.
"Benar. sejak saat itu
mereka berenam tidak pernah memasuki daerah Tionggoan lagi." siluman Kurus
memberitahukan. "Kwan Gwa Lak Kui adalah teman baik kami, karena itu, kami
akan pergi menemui mereka."