"Tidak mungkin. sebab
mereka berangkat duluan," sahut Yasuki Nichiba.
"Kalau begitu memang
mengherankan." Tio Cie Hiong menggeleng-gelengkan kepala. "Kakak Tio,
apakah calon isterimu sudah ada kabar beritanya?" tanya Michiko mendadak.
"Belum." Tio Cie Hiong menghela nafas. "Tapi aku yakin, dia
pasti masih hidup dan...."
Mendadak kening Tio Cie Hiong
tampak berkerut-kerut. Yasuki Nichiba dan Michiko menatapnya dengan heran.
"Ada apa?" tanya
mereka serentak.
"Aku mendengar suara di
dalam tanah," sahut Tio Cie Hiong. "Entah apa itu?"
"Suara di dalam
tanah?" Yasuki Nichiba terkejut. "Mungkin suara Ninja. Kita harus
berhati-hati"
Mereka bertiga langsung
bangkit berdiri. Di saat bersamaan, mendadak dari dalam tanah muncul lima sosok
bayangan. Tidak salah. Lima sosok itu memang Ninja.
Yasuki Nichiba membentak. dan
kelima Ninja itu menyahut. Tio Cie Hiong tidak mengerti, sebab mereka
menggunakan bahasa Jepang.
Michiko maju beberapa langkah
sambil mengeluarkan sulingnya, sedangkan Tio Cie Hiong tetap berdiri di tempat.
Kelima Ninja mulai menghunus
senjata ma-sing-masing, begitu pula Yasuki Nichiba. "Hiyaaat" teriak
kelima Ninja sambil menyerang Yasuki Nichiba dan Michiko
Terjadilah pertarungan dahsyat
di antara mereka, yang disertaipula dengan suara teriakan-teriakan.
Berselang beberapa saat
kemudian, Yasuki Nichiba dan Michiko tampak mulai keteter, sebab kelima Ninja
bertarung dengan cara yang luar biasa, yaitu menelusup ke dalam tanah laiu
muncul dan mendadak menyerang Yasuki Nichiba serta Michiko Bahkan kadang-kadang
kalima Ninja itu melempar semacam bom asap. lalu menghilang.
Tio Cie Hiong terus
memperhatikan cara-cara kelima Ninja itu bertarung. Ketika Yasuki Nichiba dan
Michiko mulai di bawah angin, Tio Cie Hiong membentak keras.
"Berhenti" suara
bentakannya sangat mengejutkan kelima Ninja, sehingga mereka langsung berhenti
bertarung. Begitu pula Yasuki Nichiba dan Michiko
"siapa kau?" bentak
salah seorang Ninja dengan bahasa Han. "engkau berani mencampuri urusan
kami?"
"Aku boleh dikatakan
majikan di tempat ini, maka aku berhak menyuruh kalian berhenti bertarung
Kalian berlima penjahat dari Jepang, sedangkan di sini Tionggoan, maka aku
berhak turut campur"
"Kami memang Ninja dari
Jepang, tapi kini sudah bergabung dengan Bu Tek pay Kalau engkau turut campur,
berarti akan menjadi musuh Bu Tek Pay" ujar salah seorang Ninja.
"Kalian tahu siapa ketua
Bu Tek Pay itu?" tanya Tio Cie Hiong mendadak.
"Kami tidak tahu, tapi
kepandaian mereka tinggi sekali" sahut salah seorang Ninja.
"Mereka?" Tio Cie
Hiong tertegun. "Berarti lebih dari satu orang, bukan?"
"Benar"
"Tiga orang?"
"Apakah mereka Bu Lim sam
Mo?"
"Kami tidak tahu"
bentak salah seorang Ninja. "sudahlah Engkau tidak usah banyak bertanya
dan jangan campur urusan ini ohya Apakah engkau Pek Ih sin Hiap?"
"Betul" Tio Cie
Hiong mengangguk.
"Kebetulan sekali"
Kelima Ninja itu tertawa. "Ketua Bu Tek Pay juga menyuruh kami membunuh
mu"
Tio Cie Hiong tertawa dingin.
"Kalau begitu, cobalah kalian turun tangan membunuhku"
"Serang" teriak
salah seroang Ninja dan langsung menyerang Tio Cie Hiong. Kemudian yang lain
juga ikut menyerang.
Tio Cie Hiong tertawa, dan
tiba-tiba badannya bergerak lalu seketika juga lenyap dari hadapan mereka.
Kelima Ninja itu terkejut
sekali, karena Tio cie Hiong sudah berdiri di belakang mereka.
"Hiyaaat" Kelima
Ninja itu mulai menyerang lagi.
Tio Cie Hiong mengibaskan
lengan bajunya, seketika kelima Ninja itu terpental beberapa depa.
Bukan main terkejutnya kelima
Ninja itu, mereka berlima saling memandang, kemudian mendadak melemparkan bom
asap. Tio Cie Hiong tetap berdiri di tempat, namun begitu asap bom itu sirna,
kelima Ninja itu tak kelihatan lagi.
sesaat kemudian, kelima Ninja
itu muncul dari dalam tanah dan langsung menyerang Tio Cie Hiong dengan
berbagai macam senjata rahasia. Akan tetapi, di saat bersamaan badan Tio Cie
Hiong bergerak laksana kilat dengan gerakan Kiu Kiong san Tian Pou, sekaligus
menyerang dengan ilmu Bit Ciat sin Ci (Jari sakti Pemusnah Kepandaian),
menggunakan jurus Cian cisoh Te (Ribuan Jari Menyapu Bumi). "Aaaakh
Aaaakh" Terdengar suara jeritan yang susul menyusul.
Dalam waktu sekejap, kelima
Ninja itu telah terkapar dengan mulut mengeluarkan darah, dan kepandaian mereka
pun telah musnah. "Terima kasih atas bantuanmu" ucap Yasuki Nichiba.
"sama-sama," sahut
Tio Cie Hiong dan memberitahukan. "Kini kepandaian mereka telah musnah,
maka tidak bisa melakukan kejahatan lagi."
Yasuki Nichiba terbelalak lalu
mendekati kelima Ninja itu dan membentak dengan bahasa Jepang. Kelima Ninja
Jepang itu diam saja, namun memandang Tio Cie Hiong dengan penuh dendam dan
kebencian.
Kakak Tio" Michiko
menatap Tio Cie Hiong dengan kagum. "Kini baru terbuka mataku,
kepandaianmu memang tinggi sekali. Guru kami juga masih bukan
tandinganmu."
Tio Cie Hiong hanya tersenyum.
Michiko menundukkan kepala, diam-diam merasa sayang, karena Tio Cie Hiong sudah
mempunyai calon isteri, seandainya belum.... Akhirnya gadis Jepang
itu menghela nafas.
"cie Hiong" Yasuki
Nichiba mendekatinya seraya berkata. "Besok pagi kami akan bawa mereka
kembali ke Jepang."
"Kakak...." Michiko
terkejut. "Besok pagi kita akan kembali ke Jepang?"
"Ya." Yasuki Nichiba
mengangguk.
"Kakak, apakah tidak bisa
menunggu beberapa hari lagi?" Michiko merasa berat sekali berpisah dengan
Tio cie Hiong.
"Adik" Yasuki
Nichiba tahu bagaimana perasaan adiknya, tapi Tio Cie Hiong sudah mempunyai
calon isteri, maka tidak baik adiknya lama-lama di situ.
Tugas kita telah usai, maka
kita harus segera membawa mereka kembali ke Jepang." "Kakak...."
Michiko menundukkan kepala.
"Adik Michiko" Tio
Cie Hiong memegang bahunya. "Aku tahu bagaimana perasaanmu terhadapku, dan
aku merasa beruntung sekali. Tapi engkau harus tahu, bahwa aku sudah mempunyai
calon isteri."
"Kakak Tio..."
Michiko menangis terisak-isak.
"Jangan menangis"
ujar Tio Cie Hiong. " Kelak engkau pasti akan bertemu pemuda yang ideal,
percayalah"
Kakak Tio...." Air mata
Michiko mulai berderai. "Besok pagi kita akan berpisah. Entah kapan kita
akan bertemu kembali?"
Tampak dua ekor kuda berlari
tidak begitu kencang di sebuah jalan sepi, dan terdengar pula suara tawa riang
gembira. Mereka ternyata dua pasang suami isteri, yaitu Lam Kiong Bie Liong,
Toan Pit Lian, Toan wie Kie dan Gouw sian Eng.
Kakak Kie Entah Kakak Hiong
sudah menikah dengan Kakak Im belum?" tanya Gouw sian Eng sambil
tersenyum.
"Entahlah. Mungkin belum,
sebab aku yakin mereka sedang menunggu kedatangan kita," sahut Toan wie
Kie.
"Mereka berdua merupakan
pasangan yang serasi."
"Kita berdua juga
merupakan pasangan yang serasi, bukan?"
"Idiiih"
Tiba-tiba di hadapan mereka
muncul belasan orang, maka segeralah mereka menghentikan kudanya.
"siapa kalian?"
bentak Lam Kiong Bie Liong. "Kenapa kalian menghadang perjalanan kami?"
"Ha ha ha" Terdengar
suara tawa yang keras. "Aku Ang Bin sat sin, pelindung Bu Tek Pay"
"Ang Bin sat sin?"
Lam Kiong Bie Liong tertegun. "Partai Tanpa Tanding?"
"Betul" Ang Bin sat
sin tertawa lagi. "Kini rimba persilatan telah dikuasai oleh Bu Tek
Pay" " omong kosong" bentak Lam Kiong Bie Liong.
"Hm" dengus Ang Bin
sat sin. " untuk apa aku omong kosong, justru Ketua Bu Tek Pay mengutus
kami membawa kalian ke markas"
Lam Kiong Bie Liong tertawa
dingin. " Jadi kalian ingin menangkap kami?"
"Tidak salah" sahut
Ang Bin sat sin.
Lam Kiong Bie Liong memandang
Toan wie Kie, kemudian mereka semua meloncat turun daricunggung kuda.
"cianpwee" ujar Toan
wie Kie sopan. "Kita tidak bermusuhan, kenapa kalian ingin menangkap
kami?"
Itu perintah ketua Bu Tek
Pay" sahut Ang Bin sat sin memberitahukan. "Bu Lim Ji Khie, TUi Hun,
Lojin, Lam Kiong Hujin, Gouw Han Tiong, Lim Ceng Im, ketua Kay Pang dan para
ketua tujuh partai telah kami tangkap semua, jadi lebih baik kalian ikut kami
secara baik-baik"
"Apa?" Lam Kiong Bie
Liong dan Gouw Sian Eng tidak percaya.
"Lam Kiong Bie Liong Gouw
sian Eng orang tua kalian memang telah ditangkap. dan kini dikurung di markas
Bu Tek Pay" ujar Ang Bin sat sin.
"omong kosong"
bentak Lam Kiong Bie Liong. " Kalau begitu, di mana Tio Cie Hiong?"
"Dia berada di markas
pusat Kay Pang, tapi tidak tahu tentang itu setelah kami menangkap kalian,
barulah kami akan menghadapi Tio Cie Hiong" ujar Ang Bin sat sin
sungguh-sungguh .
"Hm" dengus Lam
Kiong Bie Liong sambil menghunus gedangnya. "Kau kira gampang menangkap
kami?"
Mendadak Ang Bin sat sin
melempar beberapa buah bom asap yang mengandung racun, dan seketika juga asap
beracun itu mengebul.
Lam Kiong Bie Liong dan
lainnya terbatuk-batuk beberapa kali, kemudian terkulai pingsan.
"Ha ha ha" Ang Bin
sat sin tertawa dan lalu memberi perintah. "Ikat mereka dan bawa ke
markas"
"Ya." Para anggota
Bu Tek Pay segera mengikat Lam Kiong Bie Liong dan lainnya,lalu membawa mereka
ke markas. sedangkan Ang Bin sat sin dan Liu siauw Kun terus tertawa gelak.
suasana di ruang depan markas
Bu Tek Pay hening sekali. Ketika itu Bu Lim sam Mo duduk di situ dengan wajah
tak sedap dipandang. Di hadapan mereka tampak berdiri Lauw Liang Hauw, kepala
regu bendera hitam Bu Tek Pay.
"Jadi Tio cie Hiong yang
merobohkan kelima Ninja itu?" tanya Tang Hai Lo Mo dengan kening berkerut.
"Ya, Ketua," jawab
Lauw Liang Hauw dan menambahkan. "Kelima Ninja itu telah dibawa ke Jepang
pagi ini."
"Tio Cie Hiong"
geram Tang Hai Lo Mo sambil berkertak gigi. "suatu saat aku pasti akan
memusnahkan kepandaianmu"
"Lo Mo" Thian Mo
tertawa. " Kenapa harus memusingkan itu? Mereka Ninja- ninja dari Jepang,
boleh dikatakan tiada hubungan apa-apa dengan kita."
"Memang Tapi...."
Tang Hai Lo Mo berkertak gigi lagi. "Mereka berlima sudah bergabung dengan
kita, berarti anggota kita
pula. Tio Cie Hiong merobohkan mereka, itu merupakan suatu penghinaan bagi Bu
Tek Pay"
"Tenang, Lo Mo" ujar
Te Mo sambil tertawa. "setelah Ang Bin sat sin menangkap Lam Kiong Bie
Liong dan lainnya, barulah kita mencari akal untuk menghadapi Tio Cie
Hiong." Tang Hai Lo Mo manggut-manggut.
Pada saat bersamaan, muncullah
Ang Bin sat sin dan Liu siauw Kun dengan wajah ceria.
Lapor kepada Ketua" ujar
Ang Bin sat sin sambil memberi hormat. "Kami telah berhasil menangkap Lam
Kiong Bie Liong dan lainnya."
"Bagus Bagus Ha ha
ha" Tang Hai Lo Mo tertawa terbahak-bahak. "Apakah Ban Tok shia Cun
sudah memberi minum mereka racun pelemah badan?"
"Sudah," sahut Ang
Bin sat sin dan menambahkan. "Mereka juga telah dimasukkan ke dalam
kurungan."
"Bagus" Tang Hai Lo
Mo manggut-manggut. "Kalian duduklah"
"Terima kasih,
Ketua" ucap Ang Bin sat sin, lalu duduk di kursi. Begitu pula Liu siauw
Kun.
"Kini mereka telah kita
tangkap." ujar Thian Mo. "Bagaimana akal kita menghadapi Tio Cie
Hiong?"
"Aku pikir..." sahut
Tang Hai Lo Mo. "Bu Tek Pay yang kita dirikan ini masih kurang kuat, maka
kita harus mengundang beberapa tokoh tua dari golongan hitam untuk memperkuat
partai kita ini."
"Lo Mo, kita harus
mengundang siapa?" tanya Te Mo.
"Tokoh tua golongan hitam
yang berkepandaian paling tinggi adalah Kwan Gwa siang Koay (sepasang siluman
Luar Perbatasan)." Tang Hai Lo Mo memberitahukan.
Kedua siluman itu?" Thian
Mo dan Te Mo tampak terkejut. "sudah puluhan tahun mereka berdua mengundurkan
diri dari rimba persilatan, lagipula belum tentu mereka masih hidup,"
"Aku mau berangkat ke
Kwan Gwa. Kalau kedua siluman itu masih hidup, aku akan mengundang mereka ke
mari untuk diangkat menjadi wakil ketua. Bagaimana menurut kalian berdua?"
ujar Tang Hai Lo Mo.
"Itu memang ide yang
bagus," sahut Thian Mo. "Tapi belum tentu kedua siluman itu mau
memenuhi undanganmu."
"Aku yakin kedua siluman
itu akan memenuhi undanganku." Tang Hai Lo Mo tertawa. "Kok engkau
begitu yakin, Lo Mo?" Te Mo heran
"Mereka berdua pernah
berhutang budi kepada Thian Gwa sin Mo, almarhum paman guruku, maka mereka
pasti akan memenuhi undanganku."
Thian Mo dan Te Mo
manggut-manggut. "Kapan engkau akan berangkat ke Kwan Gwa, Lo Mo?"
"Besok pagi," sahut
Tang Hai Lo Mo dan melanjutkan. "Dalam waktu satu bulan, aku pasti
kembali."
"Lo Mo Kalau Kwan Gwa
siang Koay bersedia diundang ke mari, Bu Tek Pay pasti jaya dalam rimba
persilatan." ujar Thian Mo.
"itulah yang
kuhendaki." Tang Hai Lo Mo tertawa. "Kalian berdua harus tahu, kedua
siluman suka main perempuan, maka kalau kita sediakan perempuan cantik untuk
mereka, tentu mereka akan merasa senang dan betah di sini."
"Tapi...." Te Mo
mengerutkan kening. "Mereka sudah begitu tua, bagaimana mungkin masih
bisa...."
"Ha ha ha" Tang Hai
Lo Mo tertawa gelak. "Mereka berdua justru makin tua makin kuat."
"oh?" Thian Mo dan
Te Mo tercengang. "Kok begitu?"
"Sebab...." Tang Hai
Lo Mo memberitahukan. "Mereka berdua memiliki ilmu Tok Im Ciang (Ilmu
Pukulan Dingin Beracun), maka
sejak muda mereka selalu berhubungan intim dengan kaum wanita untuk menyedot Im
Khi (Hawa Negatif) kaum wanita. oleh karena itu, mereka berdua makin tua makin
kuat."
Tian Mo, dan Te Mo
manggut-manggut. "Apa-kah Tok Im Ciang sama seperti Pak Kek sin Ciang yang
kita miliki?"
"Tidak sama." Tang
Hai Lo Mo menjelaskan. "Tok Im Ciang mengandung racun, siapa yang terkena
pukulan kedua siluman itu, pasti mati dengan tubuh kehijau-hijauan. sedangkan
Pak Kek sin ciang yang kita miliki, akan membuat orang mati beku."
"Apakah Tok Im Ciang
lebih lihay dari Pak Kek sin ciang?" tanya Thian Mo ingin mengetahuinya .
"Kedua ilmu itu memiliki
keistimewaan tersendiri, jadi sulit dibanding-bandingkan," jawab Tang Hai
Lo Mo. "Nah, aku akan berangkat besok."
Bab 55 Tiada kemanusiaan
Di suatu tempat yang sepi,
tampak sebuah gubuk. Di situ pula suara tawa gembira. Ternyata seorang tua
sedang bermain dengan seorang anak gadis kecil berusia setahunan.
siapa orang tua dan anak gadis
kecil itu? Mereka ternyata guru silat Tan dan Lim Ay Lan, putri Tan Li Cu yang
telah kehilangan ayah.
"Ayoh cepat berjalan
kemari" Guru silat Tan sedang mengejar cucunya berjalan. Lim Ay Lan
tertawa-tawa sambil berjalan tertatih-tatih ke hadapan guru silat Tan. "Ha
ha ha" Guru silat Tan tertawa gembira. "cucuku sudah bisa jalan
sendiri Ha ha ha"
Guru silat Tan mundur lagi
beberapa langkah, lalu memberi isyarat agar cucunya berjalan menghampirinya.
Anak gadis kecil itu berjalan
tertatih-tatih lagi menghampiri guru silat Tan, tapi mendadak terjatuh.
"Eeeh Cucuku jatuh"
seru guru silat Tan sambil tersenyum.
Tapi sungguh mengherankan,
anak gadis kecil itu sama sekali tidak menangis, malah lalu bangkit berdiri dan
mulai berjalan tertatih-tatih lagi ke hadapan guru silat Tan.
"Ha ha ha" Guru
silat Tan tertawa bangga. " Cucuku memang hebat, walau terjatuh tapi tidak
menangis Ha ha ha"
"Ayah" Terdengar
suara seruan, lalu tampak seorang wanita muda berdiri di depan pintu gubuk.
Wanita muda itu Tan Li cu. "Mau makan belum?"
"Belum," sahut guru
silat Tan sambil tertawa. "Ayah sedang asyik mengajar Ay Lan berjalan,
nanti saja baru makan."
"Ayah...." Tan Li cu
menggeleng-gelengkan kepala dan tersenyum, kemudian menghampiri
mereka.
Lim Ay Lan langsung berjalan
tertatih-tatih mendekati Tan Li cu. segeralah Tan Li cu menggendongnya dan
membelainya dengan penuh kasih sayang.
"Nak. engkau masih kecil,
tetapi sudah tidak mempunyai ayah," gumam Tan Li cu dengan mata
berkaca-kaca.
"Li Cu" Guru silat
Tan menghela nafas. "Jangan menimbulkan kedukaan dalam hati"
"Ayah...." Tan Li Cu
terisak-isak. "Nasibku . sungguh malang, begitu pula nasib adik In
Nio."
"Yang harus kita kasihani
adalah Ay Lan." Mata guru silat Tan juga sudah basah.
"Ayah, kita sudah pindah
di tempat ini secara diam-diam. Mungkin Liu siauw Kun tidak akan tahu."
"Ha ha ha"
sekonyong-konyong terdengar suara tawa, lalu tampak melayang turun seseorang.
"siapa bilang aku tidak tahu? Ha ha ha..."
Begitu melihat orang itu,
wajah guru silat Tan dan putrinya langsung memucat, karena orang itu ternyata
Liu siauw Kun.
"Engkau...." sekujur
badan Tan Li cu menggigil seperti kedinginan.
"He he he" Liu siauw
Kun tertawa terkekeh sambil menatap Tan Li cu dengan penuh gairah nafsu birahi.
"Kini engkau sudah menjadi janda, lebih baik ikut aku"
"Diam" bentak Tan Li
cu. "Binatang kau Cepatlah enyah dari sini"
"Enyah dari sini? Aku
sudah ke mari, bagaimana mungkin akan enyah lagi?" Liu Siauw Kun mulai
mendekatinya.
Tan Li cu melangkah ke
belakang sambil menggendong anaknya.
"Berhenti" bentak
guru silat Tan.
Liu siauw Kun berhenti lalu
perlahan-lahan membalikkan badannya, dan menatap guru silat Tan dengan dingin
sekali.
"Aku masih memandang Li
cu" ujarnya dingin pula. " Kalau tidak- engkau sudah tergeletak
menjadi mayat"
" Kurang ajar"
bentak guru silat Tan lagi, kemudian mendadak menyerangnya.
"He h e he" Liu
siauw Kun tertawa terkekeh. "Dengan kepandaianmu itu kau ingin
menyerangku? Hm Dasar tak tahu diri"
Liu siauw Kun berkelit,
sedangkan guru silat Tan terus menyerangnya sambil berseru. "Li Cu Cepat
kabur"
"He he he Kabur?"
Liu siauw Kun tertawa terkekeh lagi, dan sekonyong-konyong sepasang tangannya
bergerak menyerang guru silat Tan.
"Aaaakh..."Jerit
guru silat Tan. la terkapar seketika dan mulutnya menyemburkan darah segar.
"Li Cu, cepat... cepat ka... bur..."
"Ayah Ayah" teriak
Tan Li Cu sambil mendekati guru silat Tan. Ternyata orang tua itu telah mati.
"Ayah...."
Tan Li cu menangis
gerung-gerungan dan air matanya berlinang-linang, sedangkan Liu siauw Kun terus
tertawa terkekeh-kekeh.
"Sudahlah" ujar Liu
Siauw Kun kemudian sambil tersenyum. "Kini ayahmu telah mati, lebih baik
engkau ikut aku Aku jamin engkau pasti hidup senang...."
"Diam Binatang"
bentak Tan Li cu dengan mata berapi-api. "Akan kubunuh kau"
"Li Cu Dari dulu aku
sudah jatuh cinta kepadamu, namun engkau malah mencintai Lim Hay Beng. Kemudian
muncul Tio Cie Hiong memusnahkan kepandaianku, setelah itu engkau menikah
dengan Lim Hay Beng. Betapa sakitnya hatiku, tapi kini kepandaianku telah
pulih, bahkan bertambah tinggi sehingga dapat membunuh Lim Hay Beng He he
he..."
" Engkau...." Tan Li
cu terus menatapnya dengan mata membara. "Engkau memang binatang"
"Terserah engkau mau
bilang apa" Liu siauw Kun tertawa. "Pokoknya hari ini aku harus
bersenang-senang denganmu"
" Engkau...." Tan Li
cu melangkah mundur dengan wajah pucat.
"He he" Liu siauw
Kun tertawa sambil mendekatinya selangkah demi selangkah, dan tiba-tiba
tangannya bergerak, lahu-tahu Lim Ay Lan sudah berpindah ke tangannya.
Kembalikan anakku Kembalikan
anakku" teriak Tan Li cu dan berusaha merebut Lim Ay Lan dari tangan Liu
siauw Kun.
"He he" Liu siauw
Kun tertawa licik. "Engkau harus diam di tempat Kalau tidak. putri
kesayanganmu ini pasti kubunuh"
"Jangan jangan..."
ujar Tan Li cu memohon.
"Kalau begitu...."
Liu Siauw Kun tertawa licik lagi. "Engkau harus menuruti keinginanku"
"Apa keinginanmu?"
Cepat buka bajumu Aku sudah
tidak tahan lagi" "Engkau...." sekujur tubuh Tan Li cu
bergemetar.
"Hm" dengus Liu
siauw Kun dingin. " Kalau engkau tidak sebera membuka baju, anakmu ini
pasti mampus"
Lim Ay Lan adalah anaknya yang
melebihi segala-galanya, maka tentu Tan Li Cu bersedia mengorbankan dirinya
demi anaknya itu. Perlahan-lahan ia membuka bajunya. seketika mata Liu siauw
Kun melotot, karena melihat sepasang payudara Tan Li cu yang putih mulus dan
montok.
Namun tidak disangkanya Lim Ay
Lan yang di tangan Liu siauw Kun menggigit telinganya, sehingga membuat Liu
siauw Kun menjerit kesakitan. "Aduuuh" jeritnya dan langsung
menghempaskan anak gadis kecil itu ke tanah.
"Buuuuk." Lim Ay Lan
yang baru berusia setahunan itu terhempas di tanah, sehingga sepasang matanya
melotot dan mulutnya mengeluarkan darah segar.
"Nak Nak...."jerit
Tan Li cu dan segera menggendong anaknya. "Nak...." sungguh kasihan
anak
gadis kecil itu, ia telah mati
dengan mata melotot.
"Anakku Anakku..."
Tan Li cu menangis meraung-raung. " Kenapa engkau diam saja? Lagi bobok
ya? oh Anakku...."
Tan Li Cu terkulai, pingsan.
Ketika melihat Tan Li Cu pingsan dengan tubuh telentang, Liu siauw Kun langsung
menelan air liur. la menghampirinya sambil tersenyum-senyum, lalu membungkukkan
badannya sekaligus meremas-remas sepasang payudara Tan Li Cu yang montok itu.
Akan tetapi, mendadak ia
merasa tangannya ngilu, ternyata tersambit oleh sebutir batu kerikil.
Betapa terkejutnya Liu siauw
Kun. la menengok ke sana ke mari, namun tidak melihat siapa pun, maka ia
terheran-heran. setelah itu, ia meremas-remas lagi payudara Tan Li Cu. Plaaak
"Aduuh" jerit Liu
siauw Kun kesakitan, karena telah tersambit sebutir batu kerikil. "siapa?
Cepat perlihatkan dirimu Jangan cuma berani menyerang secara gelap"
bentaknya.
Engkau harus segera pergi Aku
pantang membunuh, kalau tidak. nyawa mu pasti sudah melayang" Terdengar
suara sahutan.
"si...."
Plaak
"Aduuuh" jerit Liu
siauw Kun kesakitan dan dua buah giginya telah roniok. Kini ia betul-betul
terkejut dan tahu orang yang bersembunyi itu berkepandaian tinggi sekali, maka
kalau ia tidak cepat-cepat kabur, mungkin nyawanya akan melayang. setelah
berpikir begitu, ia segera melesat pergi.
Tak lama kemudian, melayang
turun seorang padri tua yang tidak lain Tayli Lo Ceng.
"omitohud Aku datang
terlambat omito-hud Anak gadis yang masih begitu kecil pun dibunuh
omitohud...."
Tayli Lo Ceng
menggeleng-gelengkan kepala sambil menghela nafas panjang, lalu menutupkan baju
Tan Li cu.
setelah itu, Tayli Lo Ceng
menggali sebuah lubang, lalu mengubur mayat guru silat Tan dan mayat Lim Ay
Lan.
"omitohud...." Tayli
Lo Ceng menghela nafas lagi, kemudian menggendong Tan Li cu yang masih
dalam keadaan pingsan itu
meninggalkan tempat tersebut.
Di dalam sebuah biara di
gunung Hong Lay San, tampak seorang padri tua dan seorang biarawati tua duduk
bersila dengan wajah serius.
"omitohud Biar bagaimana
pun engkau harus menerimanya sebagai murid. Kalau tidak. wanita muda itu pasti
jadi gila," ujar padri tua, yang ternyata Tayli Lo Ceng.
"Kenapa engkau merepotkan
aku?" ujar biarawati tua itu, yang tidak lain It Sim Sin Ni.
"Bukan merepotkan
Melainkan dia memang berjodoh menjadi muridmu," sahut Tayli Lo Ceng sambil
tersenyum.
"Yaaah" It Sim Sin
Ni menghela nafas. "Puluhan tahun lampau...."
"Kenapa?" Tayli Lo
Ceng menatapnya.
"Aaaakh..." It Sim
Sin N Imenggeleng-gelengkan kepala. "Aku telah melanggar ajaran Sang
Budha, akhirnya...."
"Maukah engkau menuturkan
tentang itu?" tanya Tayli Lo Ceng.
"Lo Ceng" It Sim Sin
Ni tersenyum getir. "Itu telah berialu, jadi tidak periu dituturkan
lagi."
"Kalau begitu, janganlah
kau pikirkan"
"Aku tidak memikirkan,
hanya mendadak teringat. Engkau mendesakku menerima wanita muda itu menjadi
murid, sebetulnya apa tujuanmu?"
"Tiada tujuan apa pun.
cuma... dia memang berjodoh menjadi muridmu."
"Kenapa engkau tidak mau
menerimanya menjadi murid?"
"sin Ni" Tayli Lo
Ceng tersenyum. "Sesungguhnya aku sudah mempunyai murid, hanya belum
waktunya ditampilkan di rimba persilatan."
It sim sin Ni terbelalak.
"Engkau sudah punya murid? Kenapa engkau merahasiakannya selama ini?"
"Bukan merahasiakan,
melainkan tidak mau memberitahukan," ujar Tayli Lo Ceng. "Kini sudah
saatnya aku memberitahukan, maka engkau harus menerima Tan Li cu sebagai
murid."
"Karena engkau mempunyai
murid, akupun harus menerimanya sebagai murid." It sim sin Ni tersenyum.
"Mudah-mudahan muridku itu tidak akan menyaingi muridmu"
"Ha ha ha" Tayli Lo
Ceng tertawa. "Itu tidak akan terjadi." "Lo Ceng Ceritakan
riwayat hidup Tan Li Cu" ujar It sim sin Ni.
"Kalau aku yang
menceritakan, akan kurang jelas. Lebih baik dia yang menceritakan." sahut
Tayli Lo Ceng.
"Ohya" It sim sin Ni
mengerutkan kening. "Kenapa engkau tidak mau menyadarkannya dengan
Iweekangmu?"
"Sin Ni" Tayli Lo
Ceng menggeleng-geleng-ka n kepala. "Kalau menyadarkannya di tengah jalan,
aku pasti repot tidak karuan."
"Kenapa?"
"Karena aku tidak bisa
menghiburnya."
"Apakah aku bisa
menghiburnya?"
"Engkau pasti bisa."
Tayli Lo Ceng manggut-manggut. "sebab kalian sesama wanita."
"Nasibnya memang
malang...." It sim sin Ni menghela nafas. "Kehilangan suami,
kehilangan
ayah dan anak."
"Aku pantang membunuh.
Kalau tidak. pemuda itu pasti sudah mati di tanganku," ujar Tayli Lo Ceng
memberitahukan. "Begitu pula Tio cie Hiong, karena dia tidak tega membunuh
orang, akhirnya dia yang menderita."
"Pemuda itu seharusnya
jadi rahib, tapi...."
"Dia ditakdirkan harus
mempunyai isteri dan anak. maka tidak boleh menjadi rahib. Walau jalan hidupnya
penuh percobaan, tapi dia pasti hidup tenang, damai dan bahagia di kemudian
hari. omitohud"
"Lo Ceng" Wajah It
sim sin Ni berubah serius. "Pikiran Tan Li Cu tergoncang karena mengalami
pukulan batin yang begitu hebat. Aku ingin menyadarkannya, tetapi setelah dia
sadar, aku khawatir...."
"Dia akan menjadi
gila?"
"Ya."
"Engkau harus menyalurkan
Kiu Yang sin Kangmu ke dalam tubuhnya, agar dia bisa tenang."
It sim sin Ni manggut-manggut.
"Apabila perlu, engkau juga harus menyalurkan Hud Bun Pan Yok sin Kang ke
dalam tubuhnya."
"Tentu." Tayli Lo
Ceng tersenyum. "Kita harus menolongnya, agar kelak dia bisa menuntut
balas."
"Apa?" It sim sin Ni
terbelalak. "Engkau tidak takut dosa mengatakan begitu?"
"sin Ni" Tayli Lo
Ceng menghela nafas. " Kalau itu adalah dosa, aku bersedia memikulnya.
Tapi engkau harus tahu, Liu siauw Kun berhati iblis. oleh karena itu, dia harus
dibasmi melalui tangan Tan Li Cu. Kalau tidak. entah berapa banyak nyawa orang
akan melayang di tangannya."
"Lo Ceng" It sim sin
Ni menggeleng-gelengkan kepala. "Kalau kita tidak pantang membunuh, kita
pula yang akan membasmi mereka."
"Muridku akan mewakiliku,
muridmu akan mewakilimu," ujar Tayli Lo Ceng dan menambahkan. "Mereka
harus membantu Tio Cie Hiong membasmi kaum iblis yang berkeliaran dalam rimba
persilatan."
"Baik." It sim sin
Ni manggut-manggut. "Aku pasti mencurahkan perhatianku untuk membimbing
Tan Li Cu."
It sim sin Ni bangkit berdiri,
lalu mendekati Tan Li Cu yang terbaring di tempat tidur dalam keadaan pingsan.
Kemudian ditempelkannya sebelah tangannya di dada Tan Li Cu, dan setelah itu
mulailah ia menyalurkan Kiu Yang sin Kang ke dalam tubuh Tan Li Cu.
Berselang beberapa saat, Tan
Li Cu membuka matanya perlahan-lahan, lalu mendadak meloncat bangun sambil
berteriak-teriak. "Ay Lan Anakku Anakku, di mana engkau? Anakku...."
"Tenang" It sim sin
N Imemegang bahunya. "Biar bagaimana pun engkau harus tenang, tabahkanlah
hatimu"
"Anakku Anakku...."
Tan Li cu menangis meraung-raung. "oooh Anakku...."
"Li Cu, tenanglah"
ujar It sim sin Ni lembut.
"Liu siauw Kun Aku akan
membunuhmu Aku akan membunuhmu" teriak Tan Li cu dan tiba-tiba....
"uaaaakh"
Mulut Tan Li cu menyemburkan
darah segar. Cepat-cepat It sim sin Ni memegang lengannya, sekaligus
menyalurkan lweekangnya.
"omitohud" Tayli Lo
Ceng juga segera memegang bahu Tan Li cu, lalu menyalurkan lweekangnya.
seketika Tan Li cu berhenti
memuntahkan darah. Berselang sesaat, barulah It sim sin Ni dan Tayli Lo Ceng
melepaskan tangan masing-masing.
"Li Cu, mulai saat ini
engkau menjadi muridku. Aku pasti menurunkan ilmu tingkat tinggi kepadamu, agar
engkau dapat menuntut balas terhadap Liu siauw Kun kelak."
"Guru...." Tan Li cu
langsung berlutut di hadapan It sim sin Ni. "Terima kasih atas pertolongan
Guru...."
"Li Cu" It sim sin
Ni tersenyum lembut. "Lo Ceng itu yang menolongmu, dan membawamu ke
mari."
"Terima kasih atas
pertolongan Lo Ceng" ucap Tan Li cu sambil berlutut di hadapan Tayli Lo
Ceng.
"omitohud Engkau harus
belajar dengan sungguh-sungguh, agar bisa menuntut balas kelak
omitohud Aku yang mengatakan
demikian, biar aku yang memikul dosanya." sahut Tayli Lo Ceng.
"Lo ceng...." Tan Li
cu terisak-isak.
"Bangunlah" ujar
Tayli Lo Ceng lembut. " Engkau masih perlu beristirahat."
"Ya, Lo Ceng." Tan
Li Cu mengangguk.
"Li Cu" It sim sin
Ni tersenyum. "Berbaring-lah di tempat tidur saja"
"Ya, Guru." Tan Li
Cu lalu berbaring di tempat tidur, kemudian menangis sedih.
"Li Cu" It sim sin
Ni membelainya. "Engkau harus tabah menghadapi kenyataan itu, dan jangan
terlampau bersedih"
"Guru...." Air mata
Tan Li Cu berderai-derai.
It sim sin Ni dan Tayli Lo
Ceng saling memandang. Mereka tahu bahwa tidak mudah kesedihan itu sirna dari
dalam hati Tan Li cu. oleh karena itu. It sim sin Ni dan Tayli Lo Ceng selalu
menghiburnya.
Bab 56 Kwan Gwa siang Koay
(sepasang siluman luar perbataan)
Tang Hai Lo Mo sudah tiba di
lembah Tengkorak di luar perbatasan. Di mulut lembah itu berserakan
lengkorak-tengkorak, maka lembah tersebut dinamai lembah Tengkorak.
siapa saja atau binatang apa
pun yang memasuki lembah itu, pasti dibunuh. siapa pembunuhnya? Tidak lain
sepasang siluman, yakni siluman Gemuk dan siluman Kurus.
Kedua siluman itu sangat
ditakuti di luar perbatasan. Para penduduk di sana harus menyediakan berbagai
macam makanan dan minuman di mulut lembah itu beberapa hari sekali. Kalau tidak.
pasti ada penduduk yang dibunuh.
Sementara Tang Hai Lo Mo terus
berjalan memasuki lembah itu. Berselang beberapa saat, mendadak terdengar suara
bentakan keras.
"siapa begitu lancang
memasuki lembah ini? Apakah mau cari mampus?" Muncul dua orang tua berusia
sembilan puluhan, yang satu tinggi kurus, sedangkan yang satu lagi gemuk
pendek.
"siang Koay Apakah kalian
tidak mengenalku lagi?" tanya Tang Hai Lo Mo sambil tertawa.
"Eh? Engkau.... Tang Hai
Lo Mo?" tanya siluman Kurus.
"Benar." Tang Hai Lo
Mo mengangguk. "Bukan main, kalian berdua masih sehat walafiat"
"Tentu." Kedua
siluman itu tertawa gelak. "Hei Tang Hai Lo Mo, angin apa yang membawamu
ke mari?"
"Angin yang akan
menyenangkan kalian berdua," sahut Tang Hai Lo Mo yang juga tertawa gelak.
"Tang Hai Lo Mo Bagaimana
keadaan di rimba persilatan Tionggoan? Apakah engkau tergeser sampai ke
mari?"
"Tentu tidak." Tang
Hai Lo Mo memberitahukan. "Bahkan kami telah mendirikan Bu Tek Pay"
"Partai Tanpa
Tanding?" siluman Kurus tertegun lalu tertawa terkekeh. "Kau anggap
dirimu sudah tiada tanding?"
"Terhadap yang lain
memang begitu, tapi terhadap kalian berdua tidak begitu."
"Wuah" siluman Gemuk
tertawa terbahak-bahak. "sejak kapan engkau belajar menepuk pantat
orang?"
"Ha ha ha" Tang Hai
Lo Mo tertawa.
"Tang Hai Lo Mo Bagaimana
keadaan paman gurumu?" tanya siluman Kurus mendadak.
"Paman guruku telah
meninggal."
"Kami turut berduka
cita."
"Siang Koay Aku ke mari
ingin berunding dengan kalian," ujar Tang Hai Lo Mo.
"Mau berunding apa?"
"Begini" Tang Hai
LoMo memandang mereka seraya memberitahukan. "Kini Bu Lim sam Mo adalah
ketua Bu Tek Pay yang telah menguasai rimba persilatan. Karena itu, aku ingin
mengundang kalian berdua untuk hidup senang dalam Bu Tek Pay...."
"Bilang saja ingin minta
bantuan kami" tandas siluman Gemuk. " Karena engkau menghadapi musuh
tangguh, kan?"
"Bukan." Tang Hai
LoMo menggelengkan kepala "Agar Bu Tek Pay bertambah kuat dan jaya maka
kami sangat membutuhkan kehadiran kalian berdua."
"Engkau ingin mengangkat
kami sebagai apa dalamBu tek Pay?" tanya siluman Kurus. " Wakil
ketua...."
Kentut" bentak siluman
Gemuk. " Engkau, Thian Mo dan Te Mo adalah ketua, maka kalau kami sebagai
wakil, sudah barang tentu dibawah perintah kalian. Itu tak usah ya"
Kalau begitu, kalian berdua
menghendaki kedudukan apa?"
"Tidak tertarik.".
"Kalian berdua harus tahu
bahwa di Tiong-goan banyak wanita cantik lho Kami akan menyediakan untuk
kalian."
Hati sepasang siluman mulai
tertarik. "sudah cukup lama kami tidak bersenang-senang dengan kaum
wanita.."
"Pokoknya kami pasti
menyediakan wanita-wanita cantik untuk kalian berdua. Sungguh"
"Tapi kedudukan sebagai
wakil ketua, itu sangat merendahkan derajad kami," ujar siluman Kurus.
"Tang Hai LoMo Bagaimana
kalau kami diangkat sebagai tetua dalam Bu Tek Pay?" usul siluman Gemuk.
"Baik Baik" Tang Hai
LoMo mengangguk. "Kedudukan itu memang sangat pantas untuk kalian
berdua."
"Tapi ingat, Engkau harus
menyediakan wanita cantik untuk kami" tegas siluman Kurus.
"Tentu." Tang Hai Lo Mo mengangguk girang. " Kalau begitu, mari
kita berangkat sekarang" "Baiklah." sepasang siluman itu tertawa
terbahak-bahak. "Ha ha ha..."
Thian Mo, Te Mo, Ang Bin sat
sin dan Liu siauw Kun menyambut kedatangan mereka dengan penuh kegembiraan.
"Selamat datang siang
Koay" ucap Thian Mo, Te Mo dan Ang Bin sat sin serentak.
"Ha ha ha" Kedua
siluman itu tertawa. "Thian Mo, Te Mo Kalian berdua juga sudah menjadi
ketua Bu Tek Pay, lalu apa kedudukan Ang Bin sat sin?"
"Kedudukannya sebagai
pelindung," sahut Thian Mo memberitahukan.
"Ngmm" Siang Koay
manggut-manggut. "Bagus Bagus, kini kita berkumpul semua di sini. Ha ha
ha..."
"Mari kita duduk siang
Koay" ucap Tang Hai Lo Mo.
Mereka semua duduk, kemudian
Tang Hai Lo Mo mengumumkan dengan suara lantang. "Mulai sekarang, siang
Koay sebagai Tetua Bu Tek Pay"
"Kami mengucapkan selamat
kepada siang Koay" seru Thian Mo, Te Mo dan Ang Bin sat sin serentak.
"Ha ha ha" Kedua
siluman itu tertawa gembira.
" Cepat sediakan makanan
dan minuman" seru Tang Hai Lo Mo.
seketika para anggota Bu Tek
Pay sibuk menyediakan berbagai macam makanan dan minuman. setelah itu mendadak
Thian Mo bertepuk tangan tiga kali, lalu muncullah para pemain musik dan penari
yang terdiri dari kaum wanita cantik.
Para pemain musik langsung
duduk. lalu memainkan alat musik masing-masing dan terdengarlah suara musik
yang sangat menyedapkan telinga. Para penari pun mulai menari dengan lemah
gemulai. Kwan Gwa siang Koay memandang para penari dengan mata tak berkedip.
sehingga membuat Bu Lim sam Mo tersenyum-senyum. "Mari kita bersulang"
seru Tang Hai Lo Mo sambil tertawa gelak.
"Mari" sahut yang
lain.
Mereka bersulang sambil
tertawa terbahak-bahak. Sementara musik terus mengalun merdu, dan para penari
pun terus menari sambil melirik genit ke arah Kwan owa siang Koay.
"Hua ha hal" Kwan
Gwa siang Koay tertawa gembira sambil mengedip-ngedipkan mata ke arah para
penari.
Entah berapa lama kemudian,
Thian Mo bertepuk tangan dua kali. seketika suara musik langsung berhenti, dan
para pemainnya bangkit berdiri " Kalian boleh. kembali ke tempat
masing-masing" ujar Thian Mo.
"Eeeh?" Kwan Gwa
siang Koay, kelihatan tidak senang.
"Tenang" Thian Mo
tertawa. "Mereka berdua sudah siap melayani kalian berdua Ha ha ha"
"oh?" Kwan Gwa siang
Koay saling memandang, kemudian mereka berdua, tertawa terkekeh-kekeh saking
gembiranya.
"siang Koay" Tang
Hai LoMO memberitahukan. "Kami sudah menangkapBu Lim Ji Khie, ketua Kay
Pang, para ketua tujuh partai dan lain-lainnya."
"Bagus" siluman
Kururs manggut-manggut. "Kalau begitu Bu Tek Pay yang berkuasa di rimba
persilatan."
"Tapi...." Tang Hai
Lo Mo menggeleng-gelengkan kepala "Kita punya seorang musuh tangguh."
"oh?" siang Koay
mengerutkan kening. "siapa dia? Apakah It Ceng?"
"It Ceng sudah mati di
tangan kami," ujar Tang Hai Lo Mo. " orang itu masih muda, bernama,
Tio Cie Hiong."
"Bagaimana
kepandaiannya?" tanya siluman Kurus.
"Tinggi sekali,
Kami..." tutur Tang Hai Lo Mo tentang mereka bertiga pernah dimusnahkan
kepandaian mereka oleh Tio Cie Hiong dan lain sebagainya.
Kedua siluman itu mengerutkan
kening- "Jadi kekasihnya juga telah kalian, tangkap?" tanya siluman
Kurus.
"Ya." Tang Hai Lo Mo
mengangguk.
"Bagus Bagus"
siluman Gemuk tertawa. "Itu merupakan senjata kita untuk menghadapi Tio
cie Hiong."
"suruh Tio Cie Hong
menyerah Kalau tidak kekasihnya dan lain-lainnya akan kita bunuh." sahut
siluman Gemuk.
"Benar." Bu Lim sam
Mo tertawa girang. "Kenapa kami tidak berpikir sampai di situ?"
"Karena kalian sangat
goblok," ujar Siluman Gemuk.
"Kalau Tio cie Hiong
menyerap perlukah kita membunuhnya?" tanya Tang Hai Lo Mo.
"Tidak perlu
membunuhnya," jawab siluman Kurus. "Kita harus membuatnya mati tidak.
hidup juga tidak."
"Ngmm" Tang Hai Lo
Mo manggut-manggut. "Dia pernah memusnahkan kepandaian kami, maka kami
juga harus memusnahkan kepandaiannya."
"Seluruh urat di tubuhnya
harus diputuskan, tulang punggungnya pun harus dipatahkan," ujar Siluman
Kurus. Jadi kepandaiannya tidak mungkin bisa pulih lagi."
"Betul." Tang Hai Lo
Mo tertawa, kemudian bertanya kepada Thian Mo dan Te Mo. "Bagaimana
menurut kalian?"
"Memang harus begitu,
sebab terlalu enak baginya kalau kita bunuh. Dia harus hidup tersiksa.
Ha ha ha" Thian Mo dan Te
Mo tertawa gelak.
"Ohya, Bagaimana keadaan
para tawanan kita itu?" tanya Siluman Kurus.
"Dalam kondisi
lemah." Tang Hai Lo Mo memberitahukan. "Sebab setiap hari mereka
diberi minum racun pelemah tubuh."
"Bagus" Siluman Kurus
tertawa. "Setelah Tio cie Hiong menyerah, kita tidak periu membunuh
mereka."
"Punya ide bagus?"
tanya Tang Hai Lo Mo.
"Tujuh partai besar itu
sangat terkenal di Tionggoan. Kalau partai-partai itu di bawah kekuasaan Bu Tek
Pay, maka Bu Tek Pay merupakan partai nomor satu dalam rimba persilatan. oleh
karena itu, kita lepaskan saja mereka," jawab siluman Kurus.
"Tapi bagaimana kalau
mereka berontak kita?" sela Ang Bin sat sin.
"Kalau begitu, berarti
mereka cari mati," sahut siluman Gemuk dan menambahkan. "sebelum kita
lepaskan, mereka harus menyatakan tunduk kepada Bu Tek Pay. Apabila ada yang
berani menentang setelah dilepaskan, maka harus dibunuh."
"Benar." Tang Hai Lo
Mo manggut-manggut "Jadi Bu Tek Pay merupakan partai nomor satu dalam
rimba persilatan, dan partai lain harus di bawah perintah Bu Tek Pay."
"Ha ha ha" Thian Mo
tertawa gelak. "Itu merupakan sejarah baru dalam rimba persilatan Bu Tek
Pay nomor satu dalam rimba persilatan"
"He he he Ha ha ha"
Kwan Gwa siang Koay, Tang Hai Lo Mo, Te Mo dan lainnya juga tertawa
terbahak-bahak. sehingga ruang itu
menjadi riuh gemuruh.
sementara di dalam penjara
bawah tanah, tampak Bu Lim Ji Khie dan lainnya duduk bersandar pada dinding.
Mereka semua kelihatan lemas dengan wajah muram.
"Tidak disangka sama
sekali...." sam Gan sin Kay menghela nafas. "Kita semua akan
tertangkap
dan dikurungnya di dalam
penjara ini."
"Siapa pun tidak menduga
kalau kepandaian Bu Lim sam Mo bisa pulih kembali bahkan bertambah
tinggi." Kim siauw suseng menggeleng-gelengkan kepala. "It Ceng mati
di tangan mereka...."
"Ini merupakan kesuraman
bagi golongan putih. Bahkan Toan wie Kie dan Toan Pit Lian terbawa-bawa pula.
Kalau Toan Hong Ya tahu, pasti marah-marah." ujar Lam Kiong Hujin.
"Ayah kami tidak akan
marah." ujar Toan wie Kie melanjutkan. "Yang kuherankan malah Cie
Hiong, kenapa dia tidak muncul menolong kita?"
"Mungkin Kakak Hiong
tidak tahu kalau kita ditangkap pleh Bu Lim Sam Mo," wajah Lim Ceng Im
tampak murung. "Dia pasti cemas sekali."
"omitohud" Hui Khong
Taysu menghela nafas. "setelah Imsie Hong Mo mati, muncul pula Bu Lim sam
Mo...."
Itulah kesalahan cie Hiong.
Kalau tempo hari dia bunuh mereka, tentu tidak akan ada kejadian ini, dan rimba
persilatan pun akan aman." ujar sam Gan sin Kay.
Kakek jangan mempersalahkan
Kakak Hiong Dia tidak tega membunuh ya bagaimana mungkin memaksakan diri?"
sahut Lim Ceng Im.
"omitohud" Hui Khong
Taysu menghela nafas lagi. "semua ini sudah merupakan takdir jadi jangan
mempersalahkan cie Hiong."
"Aaaakh..." sam Gah
sin Kay menggeleng-gelengkan kepala. "Lam Hai sin ceng telah mati, Bu Lim
Ji Khie setengah mati."
"Pengemis bau, Lam Hai
sin ceng sungguh bahagia, sebaliknya kita yang sangat menderita. Dipermalukan
oleh Bu Lim sam Mo, rasanya aku ingin bunuh diri"
"Benar." sam Gan sin
Kay manggut-manggut. " Lam Hai sin Ceng mati secara terhormat, sedangkan
kita...."
"Ayah" Lim Peng Hang
menggeleng-gelengkan kepala. "Biar bagaimana cun kita harus sabar. Aku
yakin cie Hiong pasti muncul."
"Ha ha ha" sam Gan
sin Kay tertawa. "Kita telah dipermalukan dengan cara demikian, tentunya
harus bersabar. Kalau kita mati sekarang, berarti sia-sia."
"Benar, pengemis
bau," sahut Kim siauw su-seng. "Kita harus melihat bagaimana
kematianBu Lim sam Mo. Karena itu, kita harus hidup,"
"Aku...." Mata Lim
Ceng Im mulai bersimbah air. "Entah bagaimana keadaan Kakak Hiong dan
entah ke mana dia
mencariku."
"Tenang Kakak Im"
Gouw sian Eng memegang bahunya. "Percayalah, dia pasti akan muncul
menolong kita"
"Padahal...." Air
mata Lim Ceng Im mulai meleleh. "Kami sudah mau menikah, tapi...."
"Tenang, Nak" Lim
Peng Hang memegang bahu Lim Ceng Im. "sabarlah"
"setiap hari kita diberi
minum racun hingga badan kita lemah tak bertenaga sama sekali, dan Iweekang tak
bisa dihimpun." gumam Tui Hun Lojin sambil menggeleng-gelengkan kepala.
" Kalau masih bisa menghimpun Iweekang, aku pasti melawan mereka"
"setan tua" tegur
sam Gan sin Kay. Jangan cari mati secara sia-sia Kalau kita masih bernafas,
berarti kita masih punya kesempatan untuk menuntut balas."
"Benar" Kim siauw
suseng manggut-manggut. "Kita sudah bersabar sekian lama, kenapa tidak
bisa bersabar lagi?"
"Kini yang dapat melawan
mereka hanya Tio Cie Hiong. Kita semua tak berguna sama sekali." sela Tok
Pie sin Wan.
Walau demikian, paling tidak
pun kita bisa membantu Cie Hiong, kan?" ujar Lam Kiong Hujin.
"Benar." Gouw Han Tiong mengangguk. "Nanti akan kubantai semua
para anggota Bu Tek Pay"
"Ayah...." Gouw sian
Eng menghela nafas. "Kami tidak tahu akan kejadian ini. Kalau tahu, kami
pasti tidak akan kembali ke
Tionggoan dulu."
"Adik sian Eng" Toan
wie Kie membelainya. "Jangan menyesali apa pun, kita harus bersyukur
karena telah bertemu kakek. ayah dan lainnya di sini"
"Benar." Lam Kiong
Bie Liong manggut-manggut. "Yang penting kita belum mati, berarti kita
masih mempunyai kesempatan untuk menuntut balas."
Mendadak pintu penjara itu
terbuka, lalu tampak Liu siauw Kun berjalan masuk dengan dada terangkat.
"Perintah dari ketua Bu
Tek Pay, kalian semua harus menghadapnya." ujarnya memberitahukan.
Bu Lim Ji Khie dan lainnya
saling memandang, kemudian berjalan ke luar mengikuti Liu Tiauw Kun.
Begitu sampai di ruang depan,
terkejutlah Bu Lim Ji Khie karena melihat Kwan Gwa siang Koay duduk di situ.
"Celaka!!" bisik sam
Gan sin Kay pada Kim siauw suseng. "sepasang siluman itu berada di
sini"
"Heran" sahut Kim
siauw suseng. "Bagaimana mereka bisa berada di sini?"
"Pasti Bu Lim sam Mo yang
mengundang mereka," ujar sam Gan sin Kay dengan suara rendah.
Kim siauw suseng
manggut-manggut. "Kini ditambah Kwan Gwa siang Koay, Cie Hiong agak sulit
menghadapi mereka semua."
Bu Lim Ji Khie dan lainnya
berdiri di tengah-tengah ruangan itu Bu Lim sam Mo dan Kwan Gwa siang Koay
menatap mereka sambil tertawa terbahak-bahak.
"Bu Lim Ji Khie Apa
kabar?" tanya siluman Kurus mengejek. " Kalian berdua baik-baik saja,
bukan?"
"Tentu," sahut sam
Gan sin Kay sambil tertawa. "Kukira kalian berdua sudah mampus di lembah
Tengkorak, tidak tahunya masih hidup dan berada di sini Ha ha..."
"Pengemis bau"
siluman Gemuk tersenyum. "Bagaimana rasanya di dalam penjara?"
"sungguh
menyenangkan," sahut sam Gan Sin Kay dan tertawa lagi. "Karena bisa
makan enak dan tidur nyenyak. Hei, siang Koay Kalian berdua menjadi apa di sini?"
"Kami berdua sebagai
tetua Bu Tek Pay," sahut siluman Kurus memberitahukan. Kim siauw suseng
tertawa gelak. "Kalau begitu, kalian berdua pasti hidup senang."
"Tentu." siluman
Kurus tertawa terkekeh-kekeh. "Kaum wanita di Tionggoan sungguh
menyenangkan hati He he he"
"Kalau begitu, kuucapkan
selamat kepada kalian berdua" sam Gan sin Kay tertawa.
"Terima kasih Terima
kasih" sahut siluman Gemuk. "Dengan adanya ucapanmu itu, maka kami
akan mengampuni nyawa kalian."