Bab 33
Ketika Suma Ceng melihat berkelebatnya orang dan secara
tiba-tiba melihat seorang gadis berdiri di depannya, ia kaget sekali dan cepat
bangkit berdiri. Tadinya ia kaget dan mengira Suling Emas yang datang lagi,
akan tetapi setelah melihat bahwa yang datang seorang gadis, ia terheran-heran.
Akan tetapi ketabahannya kembali ketika melihat bahwa yang datang adalah
seorang gadis muda yang cantik sekali. Dengan senyum tenang Suma Ceng bertanya.
˜Siapakah kau dan apa kehendakmu datang secara begini?!
Lin Lin meraba gagang pedang, sejenak ia menentang
pandang mata wanita itu sehingga dua pasang mata yang sama jeli dan sama tajam
itu saling tatap penuh selidik. Kemudian Lin Lin bertanya, suaranya lantang.
˜Apakah kau yang bernama Suma Ceng?!
Suma Ceng mengerutkan keningnya. Sebagai seorang nyonya
yang selalu menjunjung tinggi nama suaminya, segera ia menjawab, ˜Aku adalah
Nyonya Pangeran Kiang dan siapakah kau?!
˜Tapi dulu sebelum menikah bernama Suma Ceng?! Lin Lin
mendesak lagi.
Terpaksa Suma Ceng mengangguk. ˜Betul, dahulu aku bernama
Suma Ceng, dan kau mau apakah tanya-tanya nama kecil orang lain?!
˜Srettt!! Pedang Besi Kuning sudah berada di tangan Lin
Lin.
˜Mau membunuh engkau!! bentak Lin Lin dan pedangnya
berubah menjadi sinar kuning yang menyambar ke arah leher Suma Ceng. Gerakan
ini demikian cepat dan tidak terduga sehingga nyonya muda itu biarpun pandai
silat tak sempat untuk menyelamatkan diri lagi, hanya berdiri terkesima dengan
mata terbuka lebar. Pedang Besi Kuning menyambar ganas!
˜Tranggggg!! Lin Lin terpental ke belakang berputar-putar
sampai lima kali putaran baru ia dapat menghentikan kakinya ketika pedangnya
bertemu dengan sesuatu yang amat hebat tenaganya, membuat pedangnya itu
terpental dam membawa pula dirinya berputaran. Ia kaget dan marah sekali, namun
tidak gentar karena ia memang sudah siap untuk bertempur mati-matian dalam
usahanya membunuh wanita yang dibencinya. Cepat ia meloncat dan membalikkan
tubuh, siap dengan pedang di depan dada. Tapi mendadak tubuhnya gemetar,
wajahnya pucat dan tangan yang memegang pedang menggigil. Kiranya yang
menangkis pedangnya, yang kini berdiri tegak di depan Suma Ceng, dengan suling
di tangan, yang memandangnya dengan kening berkerut dan mata sayu, adalah..
Suling Emas!
˜Lin Lin, terlalu sekali engkau.. hendak membunuh orang
yang tidak bersalah apa-apa?!
Suling Emas menegur sambil menggeleng-geleng kepalanya,
wajahnya yang tampan itu kelihatan sedih sekali.
Teguran ini meledakkan gunung berapi kemarahan yang
mendesak di hati Lin Lin. Tiba-tiba saja air matanya keluar bercucuran dan ia
menudingkan pedangnya ke arah Suling Emas.
˜Kau..! Kau..! Kau yang telah menghinaku.. kini membela
dia..! Ah, aku benci padamu! Benci..!! Sambil terisak menangis Lin Lin meloncat
dan lari pergi secepatnya.
˜Lin Lin, tunggu..!! Suling Emas mengejar. Di taman itu
tinggal Suma Ceng yang berdiri terlongong, sedangkan anak-anaknya ketakutan dan
dua orang pelayan sibuk menghibur mereka dengan muka pucat karena takut pula.
˜Mari kita masuk, dan jangan ceritakan kepada siapapun
juga tentang peristiwa tadi,! akhirnya Suma Ceng berkata, kemudian ketika
berada di dalam kamarnya, tak tertahankan lagi nyonya ini menjatuhkari diri di
atas pembaringan dan menelungkup sambil menangis.
˜Lin Lin, tunggu..!! Suling Emas berteriak dan
mempercepat pengejarannya. Lin Lin seperti orang gila, berlari cepat sekali
karena ia mengerahkan ilmu lari berdasarkan tenaga yang ia peroleh dari latihan
ilmunya yang baru di bawah petunjuk Empek Gan. Betapapun juga, latihannya yang
masih belum masak itu tidak memungkinkan ia dapat melarikan diri daripada
pengejaran Suling Emas. Akhirnya, jauh di luar kota raja, ia dapat disusul oleh
Suling Eruas yang mendahuluinya dan membalik, menghadang di tengah jalan.
˜Lin-moi, berhenti sebentar, mari kita bicara
baik-baik..!
Dengan air mata membasahi pipinya, Lin Lin melintangkan
pedangnya di depan dada dan matanya yang tajam menatap wajah pendekar itu
sambil berkata ketus, ˜Bicara apa lagi? Kau sudah puas menghinaku dua kali! Kau
menyusul aku apakah hendak menghina lagi dan melihat aku mampus?! air matanya
makin deras bercucuran.
Dengan suara sedih Suling Emas berkata,
˜Lin Lin.. Lin-moi, mengapa kau berkata demikian? Tidak
sekali-kali aku berani menghinamu. Ah, Lin Lin, tidak tahukah kau betapa hancur
hatiku menghadapi semua ini? Kau agaknya tahu sekarang, bahwa.. bahwa aku
adalah kakakmu sendiri. Tidak saja aku jauh lebih tua darimu, tapi juga aku..
aku adalah kakakmu, Lin Lin. Aku tidak menghina..!
˜Cukup!!
Lin Lin membentak di antara isak tangisnya, ˜Katakanlah
bahwa kau memandang aku sebagai seorang gadis yang tak tahu malu, seorang gadis
yang rendah! Kau bukan kakakku, ini kau pun tahu jelas. Aku seorang puteri
Khitan, aku hanya anak pungut ayahmu, aku bukan she Kam! Kita bukan sedarah
dadaging, bukan seketurunan. Tentang usia.. sudahlah, tentu saja kau menganggap
aku seorang gadis tak berharga! Kau.. kau mencinta Suma Ceng yang sudah
bersuami dan mempunyai anak. Ah, mengapa kau tidak bunuh saja aku?! Kembali Lin
Lin menangis.
Suling Emas menarik napas panjang.
˜Kau betul. Memang aku pernah mencintanya, mencintanya
sebelum ia menikah dengan Pangeran Kiang. Namun kami tidak beruntung, dan dia
sudah bahagia di samping suaminya, aku.. aku sudah melupakan perhubungan kami
yang lalu. Karena inilah Lin-moi.. karena aku merasa bahwa aku sudah pernah
mencinta orang lain, ditambah lagi kenyataan bahwa kau sejak kecil menjadi
puteri ayahku, diperkuat dengan kenyataan bahwa aku jauh lebih tua daripadamu,
bagaimanapun juga.. tak mungkin aku mau merusak hidupmu. Kau masih muda,
jelita, dan perkasa, lagi pula kau Puteri Khitan. Banyak di dunia ini pria yang
jauh melebihi aku segala-galanya, menantimu..!
˜Cukup! Kau hendak menambah luka di hatiku? Kau sengaja
menghancurkan hatiku yang sudah sakit ini? Alangkah kejamnya kau! Alangkah
bencinya aku kepadamu!! Lin Lin menggerakkan pedangnya dengan ancaman hendak
menusukkan senjata ini di dada Suling Emas.
˜Bagus begitu.. kau tusuklah dada ini! Lebih baik begitu,
Lin-moi. Untuk apa aku hidup lebih lama lagi kalau hidupku hanya mendatangkan
sengsara bagi banyak orang?! Suling Emas berhenti sejenak, meramkan matanya
membayangkan wajah Suma Ceng, juga wajah Tan Lian yang menjadi korban asmara,
kemudian ia membuka lagi matanya. ˜Sudah kupenuhi kewajibanku mewakili ibu
menghadapi Thian-te Liok-koai, sudah kupenuhi kewajibanku bertemu dengan
adik-adikku seperti pesan ayah. Kau tusuklah dadaku!!
Karena Lin Lin memegang pedangnya dengan gerakan menusuk,
maka ketika Suling Emas menubruk ke depan, tak dapat dicegah lagi pedangnya
menusuk dada Suling Emas. Lin Lin terkejut dan membuang muka sambil menutupinya
dengan tangan kiri. Tangannya yang memegang pedang gemetar sehingga pedang itu
menyeleweng, menggores kulit dada kemudian ujung pedang menancap di pundak
kanan Suling Emas!
Ketika merasa betapa pedangnya menusuk daging, Lin Lin
menjerit kecil dan menarik pedangnya, berdiri terbelalak dengan muka pucat.
Suling Emas masih berdiri, mulutnya tersenyum sedih, darah mengucur keluar
membasahi bajunya.
˜Mengapa kepalang tanggung, adikku? Tusuklah lagi, yang
tepat.. ini dadaku, aku rela mati untuk membebaskanmu dari derita..!
Makin besar mata Lin Lin terbelalak, kemudian ia menjerit
lagi dan terisak lari meninggalkan tempat itu. Suling Emas terhuyung-huyung
kemudian roboh pingsan.
˜Berhenti! Menyerahlah untuk menjadi tawanan kami!!
terdengar bentakan keras dan belasan orang berloncatan keluar dari balik pohon
dan segera mereka mengurung Lin Lin yang berdiri tenang. Sekali pandang tahulah
Lin Lin bahwa ia dikurung oleh para perajurit Khitan, bahkan di antaranya ada
yang ia kenal sebagai perwira-perwira yang pernah ikut rombongan ke Nan-cao
menghadiri perayaan Beng-kauw. Dan di belakang belasan orang ini muncul pula
rombongan yang merupakan pasukan berjumlah lima puluh orang lebih, lengkap
dengan senjata tajam. Sikap mereka rata-rata galak dan tangkas, dan memang suku
bangsa Khitan terkenal sebagai orang-orang yang berjiwa gagah perkasa, sudah
biasa akan kesulitan hidup yang membuat mereka kuat lahir batin.
Namun menghadapi pengurungan banyak orang itu Lin Lin
tidak menjadi gentar. Di dalam hatinya timbul perasaan bahwa mereka ini adalah
orang-orangnya, bukan musuh. Maka sambil berdiri tegak dan bertolak pinggang ia
menghardik.
˜Kalian ini mau apa? Mengapa hendak menawan aku? Tidak
tahukah siapa aku? Aku adalah Puteri Yalina, puteri mahkota yang berhak akan
mahkota Kerajaan Khitan!!
Sikapnya yang agung dan kata-katanya yang mantap ini
meragukan para perajurit. Akan tetapi seorang komandan berkata keras, biarpun
kata-katanya tidak kasar.
˜Kami hanya menerima perintah dari Lo-ciangkun, bahwa
apabila Nona muncul di wilayah ini, kami harus menawan Nona.!
Lin Lin tahu siapa yang dimaksudkan dengan Lo-ciangkun
(panglima tua) itu. Ia tersenyum mengejek.
˜Hemmm, siapa takut iblis Hek-giam-lo? Kalian ini bangsa
Khitan yang terkenal gagah perkasa, yang sejak dahulu setia kepada nenek
moyangku, menjadi abdi-abdi setia dari kakekku, raja besar Kulukan, mengapa
sekarang bersikap pengecut, tunduk kepada perintah seorang iblis seperti
Hek-giam-lo?!
˜Kami bukan pengecut!! bantah komandan itu dengan muka
merah. ˜Akan tetapi kami harus tunduk terhadap perintah Lo-ciangkun yang
menjadi kepercayaan sri baginda. Kalau kami tidak melakukan perintah, tentu
kami dihukum mati. Sudah banyak contohnya pembangkang yang dihukum mati secara
mengerikan. Oleh karena itu selain kami takut dihukum, juga kami sayangkan
kalau sampai Nona menerima hukuman dari Lo-ciangkun.!
˜Hemmm, siapa takut? Kalian tahu betapa kejamnya iblis
Hek-giam-lo, kejam dan menjadi tokoh penjahat di dunia yang hanya menodai nama
besar Khitan! Apakah dahulu kakekku, raja besar Kulukan sekejam itu? Baru
sekarang, setelah paman tiriku Kubakan menjadi raja dan dibantu Hek-giam-lo,
terjadi kekejaman-kekejaman. Hek-giam-lo adalah pengkhianat. Dahulu juga
seorang panglima kakekku, akan tetapi karena berdosa kepada mendiang ibuku,
maka mukanya menjadi seperti iblis, dan dia membantu paman tiriku yang tidak
berhak akan kedudukan raja. Lihat, kalau aku yang mewarisi mahkota yang menjadi
hakku, aku tidak akan berlaku kejam. Kalian sudah menghinaku, hendak menawanku,
akan tetapi aku tidak akan membunuh kalian.!
Mau tidak mau komandan itu tersenyum. ˜Nona, Lo-ciangkun
mengandalkan kepandaiannya yang setinggi langit. Nona hendak mengandalkan apa
untuk melakukan kekejaman?!
˜Eh, kau memandang rendah? Keparat! Lihat baik-baik!!
Dengan kecepatan kilat Lin Lin menggerakkan tubuhnya, melakukan jurus sakti
memukul dan menendang ke depan. Terdengar teriakan-teriakan kaget dan.. enam
orang Khitan berikut komandan tadi berjungkir-balik dan jatuh tumpang tindih,
tanpa mereka ketahui mengapa mereka dapat jatuh bangun seperti itu!
˜Nah, kaukira aku tidak dapat menyiksa kalian dan
membunuh kalian secara kejam kalau kukehendaki? Akan tetapi biarpun kalian
keterlaluan, aku tetap memaafkan kalian karena kalian adalah bangsaku dan
orang-orangku. Bangunlah!!
Enam orang itu meringis-ringis dan bangun, akan tetapi
kesetiakawanan mereka membuat pasukan itu bergerak dan merapatkan pengepungan.
Melihat enam orang kawan mereka dirobohkan Lin Lin, mereka yang tidak mendengar
kata-kata Lin Lin tadi kini maju mendesak dan siap untuk mengeroyok gadis itu
dalam kepungan itu. Melihat ini Lin Lin membentak.
˜Mundur kalian! Benar-benarkah kalian ini akan melupakan
darah nenek moyangku dan membantu pengkhianat? Belum cukupkah bukti tadi bahwa
aku cukup kuat akan tetapi tidak mau membunuh kalian yang kusayang sebagai
rakyatku? Awas, kalau memang kalian ini hanya terdiri dari orang-orang yang
hanya tunduk kalau diperlakukan kejam, jangan salahkan aku terpaksa menggunakan
kekerasan!!
Akan tetapi orang-orang Khitan itu tidak mengenal takut.
Mereka mendesak makin dekat dan sikap mereka mengancam. Tiba-tiba mata mereka
menjadi silau oleh sinar kuning terang yang bergulung-gulung ketika Lin Lin
mencabut pedangnya dan menggerak-gerakkannya dengan cepat di atas kepalanya.
˜Mundur! Kalian tidak melihat ini? Pedang pusaka Besi
Kuning, pedang mendiang ibuku Puteri Tayami, siapa berani melawan ini? Hayo
maju, siapa maju akan kupenggal kepalanya!!
Semua orang Khitan mengenal belaka pedang ini. Mereka
yang masih muda dan belum pernah menyaksikan pedang ini, setidaknya pernah
mendengar dongeng bermacam-macam tentang pedang ini yang katanya dahulu adalah
pemberian raja dewa kepada nenek moyang Raja Khitan. Mereka serentak mundur dan
muka mereka menjadi pucat.
˜Kalian tahu, hanya pedang pusaka inilah yang menjadi
tanda. Siapa memegangnya dialah yang patut menjadi raja di Khitan. Dahulu
pedang ini terlepas dari tangan Kubakan, terampas oleh Kaisar Sung. Raja macam
apa dia itu sehingga melepaskan pusaka kerajaan? Dia tidak patut menjadi raja
dan dia hanyalah anak dari selir kakek Kulukan. Ibukulah puteri mahkota, dan
karena aku anaknya, maka akulah keturunan langsung dari kakek Kulukan, dan aku,
Puteri Yalina, yang berhak memakai mahkota Kerajaan Khitan. Hayo, siapa berdiri
di pihakku dan siapa berani menentangku?!
Sambil berkata Lin Lin mengacungkan pedangnya ke atas,
berdiri tegak dan sikapnya gagah dan agung. Anehnya biarpun belum banyak ia
mempelajari bahasa Khitan ketika ia ditawan Hek-giam-lo, namun kini dia dapat
bicara dengan lancar dalam bahasa itu. Memang panggilan darah agaknya yang
membuat ia merasa tidak asing dengan suku bangsa dan bahasa Khitan. Apalagi ia
adalah keturunan dari orang-orang yang berdarah Kerajaan Khitan.
Pada saat orang-orang Khitan itu ragu-ragu dan tidak tahu
harus bersikap bagaimana terhadap gadis ini, tiba-tiba di bagian kiri
orang-orang itu bergerak minggir, memberi jalan kepada rombongan yang datang.
Di antara mereka ada yang berkata dengan suara membayangkan kelegaan hati.
˜Bagus, Pek-bin-ciangkun tiba! Hanya dialah yang dapat
memberi keputusan, kita ini perajurit biasa yang tunduk perintah!!
Lin Lin cepat menengok dan ia melihat bahwa yang datang
betul adalah Panglima Khitan yang terkenal itu, yang dahulu mewakili Kerajaan
Khitan ketika datang pada pesta Beng-kauw. Panglima yang berwajah putih ini
datang bersama belasan orang perwira pembantunya dan mereka semua memandang ke
arah Lin Lin dengan pandang mata penuh selidik dan wajah keren. Namun Lin Lin
tidak menjadi gentar dan ia cepat menghadapi Pek-bin-ciangkun dengan sikap
agung dan gagah. Sengaja ia tidak mengucapkan kata-kata seakan-akan sikap
seorang puteri yang menerima laporan dari panglimanya!
Pek-bin-ciangkun tentu saja mengenal siapa Lin Lin dan
panglima ini sudah pula mendengar tentang asal-usul gadis ini. Maka ia bersikap
hormat sungguhpun ia tidak merendahkan diri. Tadi ia sudah menerima laporan
lengkap, bahkan ucapan Lin Lin yang terakhir tadi didengarnya pula. Hal ini
mengejutkan hatinya. Terang bahwa gadis keturunan langsung dari raja lama ini
menuntut haknya dan kalau gadis ini berhasil menghasut, pasti akan terjadi
perang saudara!
˜Nona, kami sudah mendengar semua laporan dan mendengar
pula ucapan Nona yang amat berbahaya. Ketahuilah, Nona. Kami hanya menjalankan
tugas kami, taat kepada perintah raja besar kami. Lebih baik Nona menurut saja
kami bawa menghadap raja dan percuma membujuk kami yang semenjak dahulu
merupakan perajurit-perajurit setia sampai mati terhadap junjungan kami.!
Ucapan yang bersemangat dan gagah ini berhasil menggugah semangat para
perajurit dan menghilangkan keraguan mereka.
Lin Lin melihat hal ini menjadi gemas. Dengan sinar mata
tajam ia menentang wajah Pek-bin-ciangkun dan berkata lantang.
˜Pek-bin-ciangkun! Melihat usiamu yang sudah lanjut,
tentu kau dahulu pernah mengenal ibuku. Tahukah kau siapa mendiang ibuku?!
Sambil menunduk hormat panglima itu menjawab. ˜Ibunda
Nona yang mulia adalah mendiang Puteri Mahkota Tayami yang gagah perkasa.!
˜Dan kau tentu tahu pula siapakah kakekku, ayah dari
ibuku?!
Kembali panglima itu membungkuk lebih hormat lagi,
˜Beliau adalah mendiang raja terbesar kami yang amat mulia, yaitu mendiang
Kulukan yang besar!!
˜Hemmm, agaknya ingatanmu masih baik. Dan kau tahu,
rajamu yang sekarang itu, Raja Kubakan, dia itu terhitung apa dengan aku..?!
˜Dengan Nona, beliau terhitung paman tiri, karena sri
baginda adalah putera mendiang Maha Raja Kulukan dari seorang selir.!
˜Hemmm, paman tiri, namun masih ada hubungan darah, masih
sama-sama keturunan kakek Raja Kulukan, sungguhpun ibuku puteri permaisuri dan
dia hanya putera selir. Akan retapi tahukah kalian semua apa maksud hati paman
tiriku itu hendak menangkapku? Aku hendak dipaksanya menjadi isterinya!
Bukankah amat gila ini? Tidakkah jelas menunjukkan betapa bejat moral Kubakan
yang kini menjadi raja kalian, raja yang tak berhak?!
˜Kami tidak mau mencampuri urusan pribadi orang lain,
apalagi urusan pribadi raja kami yang kami junjung tinggi,! bantah
Pek-bin-ciangkun sambil mengerutkan keningnya.
˜Bagus!! Lin Lin berseru marah sambil melintangkan
pedangnya. ˜Kau juga tidak memandang pedang pusaka ini?!
Pek-bin-ciangkun menghela napas panjang. ˜Tentu saja,
kami menaruh hormat kepada pedang pusaka yang sudah banyak berjasa terhadap
bangsa kita itu. Akan tetapi, sebagai kepala pasukan pengawal raja, kami harus
mentaati perintah yang diberikan atasan kami, yaitu yang terhormat Lo-ciangkun.
Menyerahlah Nona, kami akan memperlakukanmu dengan hormat dan baik.!
Lin Lin mengedikkan kepalanya, matanya bersinar-sinar
marah. ˜Kalau kalian tunduk dan menjadi kaki tangan Hek-giam-lo si iblis
jahanam, biarlah sekarang mengeroyok dan membunuhku. Aku tidak takut!!
˜Ah, Nona Muda. Sesungguhnya kami bukan tidak tahu bahwa
kau adalah tuan puteri, keturunan langsung dari Yang Mulia Kulukan. Kami merasa
sayang dan segan untuk memusuhimu. Akan tetapi apakah daya seorang anak
perempuan muda seperti kau ini? Apakah artinya melawan dengan kekerasan? Siapa
tidak tahu bahwa Lo-ciangkun memiliki kesaktian yang tak terlawan? Kuharap saja
kau dapat menyadari hal ini dan mari ikut kami menghadap raja. Mungkin hubungan
darah kekeluargaan akan menyelamatkan dirimu.!
˜Aku tidak takut terhadap Hek-giam-lo si iblis! Aku tidak
takut kepada si muka buruk Bayisan itu, seorang perwira yang berani menghina
mendiang ibuku. Suruh dia datang, biar kami mengadu nyawa di sini!! teriaknya
nekat.
˜Bayisan..? Apa maksudmu, Nona?! tanya Pek-bin-ciangkun
dengan suara kaget.
˜Siapa lagi kalau bukan Hek-giam-lo? Dia adalah Bayisan,
apakah kalian masih pura-pura tidak tahu bahwa Hek-giam-lo adalah Bayisan,
dahulu perwira kakek Raja Kulukan yang berani menghina ibuku?!
˜Aaahhh..!! Jelas sekali kelihatan Pek-bin-ciangkun kaget
bukan main, wajahnya yang putih itu mendadak menjadi merah dan matanya terbelalak
tak percaya. Bukan panglima ini saja yang terkejut, juga semua perwira yang
mengiringkannya kelihatan kaget dan para perajurit juga ribut mendengar ucapan
Lin Lin itu. Suasana menjadi gaduh karena mereka kini saling bicara sendiri dan
keadaan baru tenang kembali setelah Pek-bin-ciangkun membentak, menyuruh mereka
diam. Kemudian panglima ini menghadapi Lin Lin dan bertanya.
˜Nona, semenjak kecil Nona terpisah dari lingkungan kami,
bagaimana Nona bisa mengatakan bahwa lo-ciangkun adalah.. Bayisan?! Panglima
yang sudah banyak pengalaman ini tidak mau percaya begitu saja.
Sebaliknya, menyaksikan sikap mereka yang kaget dan
mendengar pertanyaan Pek-bin-ciangkun yang demikian sungguh-sungguh, diam-diam
Lin Lin menjadi heran tak mengerti. Mengapa mereka semua tidak tahu bahwa
Hek-giam-lo adalah Bayisan seperti yang ia dengar dari iblis itu sendiri, dan
mengapa pula hal itu membuat mereka kaget? Tentu ada rahasia yang hebat, yang
ia tidak ketahui. Dengan hati berdebar penuh harapan Lin Lin bergantung kepada kesempatan
ini, lalu ia bercerita dengan suara sungguh-sungguh.
˜Pek-bin-ciangkun, memang tadinya aku sendiri tidak tahu.
Akan tetapi ketika aku menjadi tawanan Hek-giam-lo dan kutanya mengapa dia
begitu membenciku, dia membuka kedok iblisnya, memperlihatkan muka yang lebih
buruk mengerikan daripada kedoknya sendiri, muka yang rusak sama sekali. Hanya
sebentar dia memperlihatkan mukanya yang rusak sambil mengaku bahwa namanya
Bayisan, dan bahwa di waktu mudanya dahulu ia jatuh cinta kepada ibuku, akan
tetapi ibu menolaknya. Menurut cerita dia, ibu malah menyiram mukanya dengan
racun yang membuat mukanya menjadi terbakar dan rusak. Akan tetapi aku dapat
menduga bahwa tentu ia bermaksud hendak kurang ajar terhadap ibu, maka ibuku
melakukan hal itu kepadanya.!
Kembali suasana menjadi gaduh. Dan akhirnya
Pek-bin-ciangkun berkata, suaranya berubah lunak dan panggilannya juga berubah,
˜Tuan Puteri Yalina, kami mohon maaf atas kekasaran kami tadi dan mulai saat
ini, hamba dan sekalian anak buah hamba berdiri di belakang Paduka untuk
menggempur pengkhianat Bayisan beserta raja paman tiri Paduka yang ternyata
telah menipu kami semua, mempergunakan pengkhianat untuk membunuh ayah sendiri
dan merampas tahta kerajaan.! Setelah berkata demikian, Pek-bin-ciangkun
menjatuhkan diri berlutut di depan Lin Lin. Para perwira lainnya juga ikut
berlutut, sedangkan para perajurit sambil berteriak, ˜Hidup Tuan Puteri Yalina.
Puteri Mahkota Khitan!!
Sejenak Lin Lin berdiri tegak. Pedang Besi Kuning di
tangan kanan, tangan kiri bertolak pingang, kepala dikedikkan, dada dibusungkan
dan matanya menyambar-nyambar ke kanan kiri penuh wibawa. Kemudian ia berkata
lantang, ˜Harap kalian suka berdiri. Syukurlah bahwa kalian dapat memilih pihak
yang benar untuk bersama menghancurkan pihak yang salah. Aku minta
Pek-bin-ciangkun suka mengumpulkan para perwira untuk mengatur siasat
bersamaku.!
Pek-bin-ciangkun bangkit berdiri, diturut oleh semua anak
buahnya yang ternyata berjumlah seratus orang lebih. Kini mereka berkumpul dan
berdiri di sekeliling tempat itu dengan harapan baru. Sudah terlalu lama mereka
bekerja di bawah tekanan yang menakutkan dari Hek-giam-lo yang mempunyai
kekuasaan tertinggi, agaknya malah lebih tinggi daripada raja sendiri.
Pek-bin-ciangkun mengajak perwira yang semua ada enam belas orang untuk
mengadakan perundingan dengan Lin Lin di bawah pohon-pohon yang rindang daunnya,
setelah ia memperkenankan para anak buahnya untuk beristirahat sambil
berjaga-jaga.
˜Ciangkun, terus terang saja, aku tidak tahu mengapa
setelah Ciangkun dan semua saudara mendengar bahwa Hek-giam-lo adalah Bayisan,
Ciangkun lalu tiba-tiba menyatakan mendukung aku? Ada rahasia apakah di balik
semua ini?!
Pek-bin-ciangkun menarik napas panjang. ˜Tuan Puteri
tidak tahu, memang sepantasnya tidak tahu karena hal itu terjadi sewaktu Paduka
masih amat kecil dan ibu Paduka belum meninggal dunia. Bayisan dahulunya adalah
seorang Panglima Khitan yang terkenal gagah perkasa. Seperti telah ia akui di
depan Paduka, dia tergila-gila kepada Puteri Mahkota Tayami, tetapi ditolaknya
dan seperti kenyataannya, ibunda Paduka telah menikah dengan seorang perwita
rendahan yang gagah perkasa. Nah, agaknya ia menaruh dendam, apalagi karena
Maha Raja Kulukan sendiri tidak menyetujui niatnya mengawini Puteri Tayami.
Diam-diam ia lalu melakukan pengkhianatan dan pada suatu malam, Sri Baginda
Kulukan meninggal dunia dalam kamarnya. Oleh puteranya, Sri Baginda Kubakan
yang sekarang, ketika itu masih seorang pangeran, dikabarkan bahwa sri baginda
tua meninggal karena penyakit. Akan tetapi hamba dan para perwira yang tahu
akan ilmu silat tinggi, mengerti bahwa meninggalnya sri baginda karena pukulan
jarak jauh yang beracun. Kami sudah menduga bahwa hal itu tentu dilakukan oleh
Bayisan, akan tetapi ketika kami mencarinya, ia telah lenyap tak meninggaikan
jejak. Kiranya pada malam hari itu juga ia berani mati hendak mengganggu Puteri
Tayami sehingga disiram racun pada mukanya. Karena itulah kami sekalian mengira
bahwa dia pergi takkan kembali lagi, karena malu dan takut akan pembalasan
kami.!
Lin Lin mendengarkan dengan penuh perhatian dan merasa
tidak sabar ketika panglima itu berhenti sebentar untuk mengingat-ingat
peristiwa yang telah puluhan tahun terjadi itu (baca ceritaSuling Emas).
˜Sementara itu, bangsa kita selalu mengadakan perang
dengan Kerajaan Hou-han, dan yang menjadi calon ratu bukan lain adalah Puteri
Mahkota Tayami. Akan tetapi, ibunda Paduka tewas di medan pertempuran secara
aneh karena anak panah yang membunuhnya kami kenal sebagai anak panah yang
biasa dipergunakan oleh Bayisan yang menghilang! Dan beberapa tahun kemudian,
setelah paman tiri Paduka, Kubakan menjadi raja, muncullah Hek-giam-lo yang
kami sebut lo-ciangkun, menjadi panglima tertinggi yang amat berkuasa. Karena
dia sakti, dan raja amat percaya kepadanya, maka kami tidak berani
bertanya-tanya siapa adanya Hek-giam-lo. Siapa kira, dia adalah Bayisan yang
berkhianat!! Pek-bin-ciangkun tampak marah sekali.
Akan tetapi lebih hebat adalah kemarahan Lin Lin. Kiranya
Hek-giam-lo adalah pembunuh ibunya! Makin besarlah hasrat hatinya hendak
membasmi Hek-giam-lo dan merampas tahta Kerajaan Khitan, ˜Hemmm, bagus sekali!
Kalau begitu mari kita serbu kerajaan dan bunuh Hek-giam-lo si pengkhianat!!
˜Sabarlah, Tuan Puteri. Hek-giam-lo amat sakti. Bagaimana
kita mampu melawannya?!
˜Jangan takut, percayalah kepadaku. Aku mampu
menandinginya, dan andaikata aku kalah dan tewas, berarti aku sudah berjasa,
mati untuk bangsaku dalam usaha membasmi pengkhianat!! jawab Lin Lin dengan
gagah.
Pada saat itu terdengar suara terompet dan gaduh.
Ternyata muncul serombongan pasukan yang dipimpin oleh seorang pemuda yang
bermuka putih, pemuda yang tampan dan gagah sekali. Begitu dekat, pemuda yang
membawa golok besar ini dari atas kudanya berseru,
˜Hei, kaum pemberontak. Menyerahlah kalian sebelum aku
terpaksa menggunakan kekerasan atas nama sri baginda!!
Semua orang terkejut, lebih-lebih Pek-bin-ciangkun yang
melihat bahwa pemuda itu bukan lain adalah Kayabu, puteranya dan juga anak
tunggalnya. Kayabu ini juga memakai nama bangsa Han, dan ia memilih nama Liao
yang kelak menjadi nama Kerajaan Khitan. Liao Kayabu ini seorang pemuda berusia
dua puluh lima tahun, gagah perkasa dan tampan, ahli main golok dan anak panah,
semenjak muda digembleng ayahnya, malah dalam perantauannya ia belajar ilmu
silat tinggi dari para pertapa di sepanjang pegunungan utara.
˜Kayabu, apa artinya ini? Tak tahukah kau bahwa ayahmu
berada di sini?! bentak Pek-bin-ciangkun dengan suara lantang.
Pemuda gagah itu sejenak memandang ayahnya, kemudian ia
melompat turun dari atas kudanya, berlari menghampiri Pek-bin-ciangkun dan
menjatuhkan diri berlutut.
˜Ayah, sebagai anakmu, aku menghormat dan menjunjung
tinggi padamu. Sebagai anakmu, aku harap hendaknya Ayah suka sadar dan insyaf,
bahwa Ayah telah terseret oleh bujukan orang untuk turun berkhianat. Ayah,
semenjak kecil aku mendapat didikan Ayah yang terutama menekankan agar supaya
aku menjadi seorang gagah yang selalu mencinta bangsa dan setia kepada rajanya.
Pelajaran Ayah ini sudah berakar di dalam hatiku. Untuk membela bangsaku dan
bersetia kepada bangsaku, aku siap menerima kematian, siap mengorbankan apa pun
juga. Akan tetapi, hari ini aku mendengar laporan bahwa Ayah berkumpul dengan
orang-orang yang hendak memberontak, yang berarti mengkhianati bangsa dan raja.
Ayah, sekali lagi, sebagai puteramu, aku mohon Ayah suka sadar dan menarik diri
keluar dari persekutuan jahat ini!!
Muka Pek-bin-ciangkun sebentar pucat sebentar merah,
sedangkan Lin Lin memandang dengan hati tegang.
˜Kayabu, kau tidak mengerti. Ayahmu tetap seorang yang
selalu setia terhadap bangsa dan kerajaan. Ketahuilah bahwa gerakan yang akan
diadakan oleh ayahmu adalah justeru gerakan membasmi pengkhianat yang semenjak
puluhan tahun merajalela dan baru sekarang diketahui dan akan diberantas.
Ketahuilah, bahwa lo-ciangkun sebetulnya adalah si pengkhianat Bayisan, dan sri
baginda yang sekarang ini malah mempergunakan tenaganya. Karena itu, tak dapat
diragukan lagi bahwa kematian sri baginda tua maupun Puteri Tayami adalah hasil
pengkhianatannya yang dibantu oleh Bayisan.!
Para perajurit dalam pasukan yang baru datang, menjadi
gaduh mendengar ini, pasukan tak dapat diatur lagi dan mereka saling bicara
sendiri dengan ramai. Liao Kayabu bangkit berdiri dan suaranya nyaring
mengatasi suara gaduh lainnya.
˜Pek-bin-ciangkun! Aku sekarang bicara sebagai seorang
hamba Kerajaan Khitan yang setia! Aku tidak tahu dan tidak ambil peduli akan
dongeng tentang pengkhianatan jaman dahulu, akan tetapi kenyataannya sekarang,
au bekerja sebagai panglima di dalam Kerajaan Khitan, karena itu aku harus
setia kepada raja dan bangsa. Siapapun juga yang mempunyai niat memberontak,
dia adalah musuhku. Pemberontakan berarti pengkhianatan, baik terhadap raja
maupun terhadap bangsa, karena itu, sudah menjadi kewajibanku untuk membasminya
dengan taruhan nyawa!!
Dengan golok melintang di depan dada, Kayabu berdiri
tegak menentang pandang mata ayahnya dan juga Lin Lin. Gadis ini diam-diam
kagum sekali. Pemuda ini benar-benar gagah perkasa, pikirnya, dan kesetiaannya
terhadap Kubakan bukanlah kesetiaan karena dorongan perasaan pribadi, bukan
pula dengan pamrih mencari kemuliaan duniawi, melainkan kesetiaan yang jujur
dan bersih dari seorang panglima yang gagah perkasa terhadap negara dan
bangsanya. Akan tetapi, Pek-bin-ciangkun marah sekali.
˜Anak durhaka! Kau hendak melawan ayahmu sendiri?! Orang
tua ini sudah melangkah maju dan mencabut pedangnya yang panjang. ˜Sejak kau
kecil aku mendidik dan membangunmu, biarlah sekarang aku sendiri yang membasmimu!!
˜Ciangkun, tahan dulu!! tiba-tiba Lin Lin berseru dan
sekali tubuhnya berkelebat ia sudah melewati Panglima Muka Putih ini dan
berkata, ˜Puteramu ini seorang panglima sejati yang gagah, harus dihadapi
dengan kegagahan pula. Biarlah aku yang menghadapinya. Setujukah kau?!
Pek-bin-ciangkun mengerutkan keningnya, akan tetapi
karena ia menganggap Lin Lin sebagai junjungan baru calon ratu di Khitan, tentu
saja ia merasa tidak enak kalau membantah. Ia menunduk dan menjawab,
˜Terserah kepada kebijaksanaan Tuan Puteri. Akan tetapi
harap Paduka berhati-hati karena bocah ini kepandaiannya cukup tinggi sehingga
hamba sendiri pun belum tentu dapat mengalahkannya.!
Biarpun dalam ucapan ini Pek-bin-ciangkun memberi
peringatan agar junjungannya berhati-hati, namun mengandung pula kebanggaan
seorang ayah terhadap puteranya.
Lin Lin mengangguk, tersenyum manis. ˜Aku mengerti.!
Kemudian ia membalikkan tubuhnya menghadapi Kayabu yang masih berdiri tegak
dengan sikap menantang.
˜Kayabu, kau seorang panglima yang dipercaya dan setia
kepada Sri Baginda Kubakan agaknya. Apakah ini berarti bahwa kau adalah kaki
tangan Hek-giam-lo si iblis busuk?!
˜Aku seorang perajurit, seorang ksatria, tidak ada
sangkut-pautnya dengan lo-ciangkun, melainkan mengabdi kepada negara dan bangsa!!
˜Bagus! Karena kalau kau kaki tangan Hek-giam-lo, biarpun
dengan hati menyesal karena kau putera Pek-bin-ciangkun, tentu kau akan
kubunuh. Ketahuilah, aku adalah Puteri Mahkota Yalina, dan sri baginda yang
sekarang adalah paman tiriku yang merampas tahta kerajaan dengan cara yang
curang dan jahat. Akan tetapi kau tentu tidak peduli akan hal itu semua.
Sekarang, sebagai musuh, melihat ayahmu berada di pihakku, apakah kau tidak mau
menakluk?!
˜Aku seorang perajurit sejati. Sebelum kalah atau mati
takkan menakluk!!
Lin Lin tersenyum. ˜Hemmm, bagaimana seandainya aku
mengalahkan kau dan golokmu itu?!
Pemuda itu nampak terkejut, lalu menggelengkan kepala.
˜Tak mungkin!! Lalu ia menyambung. ˜Di antura kalian semua, kiranya hanya
ayahku yang akan mampu menandingi aku. Nona, lebih baik kau pergilah jauh-jauh
dari Khitan dan hentikan semua niat memberontak ini agar ayahku jangan
terseret-seret.!
˜Haiii.. Kayabu, kau benar-benar memandang rendah
kepadaku! Majulah, kutanggung paling lama tiga belas jurus aku akan mampu
mengalahkan kau!!
Terbelalak mata Kayabu dan ributlah semua perajurit
mendengar ini. Kayabu terkenal sebagai seorang ahli golok yang pandai. Biarpun
kepandaiannya tidak sehebat Hek-giam-lo, namun ia terhitung Panglima Khitan
yang pilihan dan mengalahkan panglima ini dalam waktu tiga belas jurus sama
sukarnya dengan merobohkan sebuah gunung agaknya. Diam-diam Pek-bin-ciangkun
sendiri mengerutkan keningnya. Ia bersimpati kepada Puteri Yalina dan mau
membantu karena ingin pula menumpas Bayisan yang menjadi Hek-giam-lo serta
mengakhiri pengkhianatan Kubakan. Akan tetapi kalau yang ia bela adalah seorang
puteri muda yang begini sombong, yang bersumbar akan mengalahkan puteranya
dalam waktu tiga belas jurus, benar-benar keterlaluan dan kelak gadis ini tentu
akan menjadi seorang ratu yang sembrono sekali.
Melihat puteranya sambil tersenyum-senyum melangkah maju
menghadapi Lin Lin dengan sikap hendak bersungguh-sungguh, panglima tua ini
berseru, ˜Kayabu, jangan kurang ajar kau terhadap Sang Puteri Yalina!!
˜Aku ditantang, dan memang musuhnya. Mengapa kurang ajar?
Sudah semestinya musuh saling menantang dan siapa kalah harus tunduk. Nona,
agaknya kaulah yang mengepalai pemberontakan ini, dan kau pula yang
mempengaruhi ayahku dan teman-teman untuk memberontak. Setelah sekarang
menantangku, hendak merobohkan aku dalam waktu tiga belas jurus, marilah kita membuat
janji. Kalau betul kau mampu mengalahkan aku dalam waktu tiga belas jurus, aku
akan menyerah tanpa syarat! Akan tetapi, bagaimana kalau dalam waktu itu kau
tidak mampu mengalahkan aku?!
˜Kalau aku tidak manipu, akulah yang akan menyerah tanpa
syarat dan akan menghentikan niatku membasmi Hek-giam-lo dan Kubakan!!
˜Tuan Puteri..!! Pek-bin-ciangkun berseru kaget, Hebat
janji yang keluar dari mulut Lin Lin itu, karena sekali berjanji, kalau betul
tidak mampu mengalahkan Kayabu dalam tiga belas jurus, akan hancurlah semua
cita-cita tadi.
˜Kayabu mundur kau! Kalau kau lanjutkan, aku takkan
mengakuimu sebagai anak lagi!!
Saking khawatirnya, Pek-bin-ciangkun berkata demikian.
˜Ciangkun, biarkanlah. Pula, kalau kau dan teman-teman
yang lain tidak menyaksikan kepandaianku, mana kalian bisa percaya atas
bimbinganku?!
˜Tidak, Tuan Puteri. Biarlah hamba yang menghadapi anak
hamba yang durhaka ini! Kalau dia kalah, akan hamba bunuh, dan kalau hamba yang
kalah, hamba rela mati dalam tangan anak kandung yang durhaka, Kayabu, hayo
lawan bapakmu sendiri!! Pek-bin-ciangkun sudah meloncat ke depan akan tetapi
tiba-tiba, entah bagaimana, tubuhnya itu mundur sendiri seakan-akan ada tenaga
tak tampak yang menariknya dari belakang. Ia menoleh dan melihat Lin Lin
tersenyum. Kiranya gadis itu yang tadi menariknya dengan penggunaan tenaga
jarak jauh yang amat hebat!
˜Ciangkun, tak tahukah kau bahwa majuku ini karena aku
sayang kalau kalian ayah dan anak saling gempur? Anakmu seorang gagah perkasa,
tidak semestinya dimusnahkan. Minggirlah!!
Mendengar kata-kata ini dan melihat bukti betapa lihainya
Lin Lin yang mendemonstrasikan tenaga saktinya tadi, terpaksa Pek-bin-ciangkun
mengundurkan diri dan menonton dari samping dengan hati cemas.
˜Kayabu, kau majulah dan hitunglah jurus-jurus yang
kupergunakan. Awas seranganku!!
Lin Lin merasa yakin akan dapat mengalahkan lawannya
dalam tiga belas jurus. Tentu saja yang ia maksudkan dengan tiga belas jurus
itu adalah jurus-jurus sakti yang ia warisi dari Pat-jiu Sin-ong! Kalau ia
mengandalkan ilmu silat biasa, tentu saja tiga belas jurus merupakan waktu yang
terlampau sedikit untuk mengalahkan seorang panglima muda yang kelihatannya
begitu gagah perkasa. Namun, ia amat percaya akan keampuhan tiga belas jurus
sakti peninggaian Pat-jiu Sin-ong, maka ia sengaja menantang untuk memperlihatkan
kelihaiannya sehingga para pengikutnya akan percaya kepadanya. Apalagi kalau
diingat bahwa dia tadi sudah menyatakan sanggup menghancurkan Hek-giam-lo si
iblis sakti, kalau ia tidak mendemonstrasikan kepandaian yang sakti, tentu
mereka itu takkan mau percaya.
˜Aku sudah siap!! jawab Kayabu dengan suara lantang.
Pemuda ini merasa penasaran dan juga marah. Kalau saja ia tidak menghadapi
pemberontakan yang serius dan yang harus diberantasnya dengan segera, tentu ia
tidak sudi menerima tantangan yang amat menghina ini. Dia, Liao Kayabu, seorang
jagoan besar di Khitan, hanya di ˜hargai! semahal tiga belas jurus saja oleh
seorang gadis muda jelita? Benar-benar penghinaan yang amat hebat! Kali ini
baginya juga merupakan ujian. Ia harus memperlihatkan kepandaiannya terhadap
gadis yang amat cantik jelita ini, yang agaknya adalah puteri keponakan sri
baginda sendiri yang baru muncul sekarang. Bukankah kalau ia sanggup bertahan
sampai tiga belas jurus, pemberontakan itu sekaligus dapat dipadamkan tanpa
pertumpahan darah lagi? Ia harus dapat bertahan, tidak saja bertahan sampai
tiga belas jurus, bahkan ia harus berbalik dapat menangkap gadis cantik ini.
˜Awas serangan pertama..! Lin Lin berseru sambil
menggerakkan Pedang Besi Kuning yang berubah menjadi gulungan sinar keemasan.
Hampir saja Kayabu tertawa menyaksikan serangan jurus pertama itu. Itu sama
sekali bukan merupakan serangan, mengapa dimasukkan sebagai jurus serangan? Ia
melihat gadis itu menggerakkan pedang ke depan dada dan tangan kiri merangkap
tangan kanan merupakan sembah di depan dada, kemudian kedua lengan dikembangkan
ke atas kepala dengan pedang dibalik masuk ke belakang lengan kanan, seperti
gerakan orang yang menengadah dan memohon berkah dari Thian Yang Maha Kuasa.
Inikah jurus serangan? Akan tetapi sesunggqhnyalah, inilah jurus pertama atau
jurus pembukaan dari tiga belas jurus ilmu sakti yang oleh Lin Lin disebut
Co-sha Sin-kun.
Tiba-tiba Kayabu berseru keras dan terkejut bukan main.
Cepat-cepat ia mengubah kedudukan kakinya dan memasang kuda-kuda yang amat kuat
karena dari arah Lin Lin datang hawa pukulan yang seperti angin gunung bertiup
perlahan. Bukan merupakan serangan langsung, akan tetapi karena hawa pukulan
atau angin ini timbul hanya karena gadis itu menggerakkan lengan ke atas, benar-benar
mengejutkan sekali. Baru bergerak seperti itu saja sudah mengandung hawa
pukulan yang terasa dalam jarak tiga meter, apalagi kalau dipergunakan untuk
memukul! Kayabu sama sekali tidak tahu bahwa jurus pertama ini memang bukan
jurus serangan, melainkan jurus untuk mengumpulkan hawa murni dan mengerahkan
sin-kang!
˜Jurus ke dua..!! kembali Lin Lin berseru dan kembali
Kayabu menjadi geli karena jurus ke dua ini dimainkan dengan amat lambat
sehingga Pedang Besi Kuning itu jelas sekali bergerak menusuk ke arah pundak
kirinya. Kayabu biarpun merasa geli menyaksikan jurus-jurus yang lucu dan tidak
ada bahayanya sama sekali ini, tidak mau memandang rendah. Dia seorang pemuda
yang cukup hati-hati dan banyak pengalamannya dalam pertandingan, maka
menghadapi tusukan lambat ke arah pundaknya ini ia cepat menggerakkan golok
besarnya.
Tentu saja mudah baginya untuk mengelak. Akan tetapi
menurut pengalamannya, biasanya serangan yang lambat itu hanyalah merupakan
pancingan dan serangan sesungguhnya baru akan datang setelah yang diserang
mengelak. Inilah sebabnya sengaja Kayabu tidak mau mengelak, melainkan ia
menggerakkan goloknya untuk menangkis sambil mengerahkan seluruh tenaganya
karena ia berniat mengakhiri pertempuran tak seimbang ini dengan memukul runtuh
pedang gadis itu.
˜Cringgg..!!
Kayabu mengeluh dan meloncat ke belakang. Sabetan
goloknya tadi keras sekali, akan tetapi ia merasa betapa telapak tangannya
seperti dibeset kulitnya oleh gagang goloknya sendiri. Kiranya dengan sin-kang
yang mujijat, gadis itu telah membuat Pedang Besi Kuning yang ditusukkan dengan
lambat itu tergetar amat kuat dan halus sehingga tidak tampak. Maka begitu
golok lawan membentur pedangnya, getaran kuat ini menjalar melalui golok dan
sampai ke gagang, membuat telapak tangan lawan menjadi panas dan sakit-sakit.
Makin keras Kayabu menangkis, makin keras pula telapak tangannya terkena
getaran. Pemuda Khitan itu cepat mengatur keseimbangan tubuhnya dan siap-siap
menghadapi serangan selanjutnya. Kini ia tidak berani memandang ringan sama
sekali, bahkan timbul rasa ngeri dan khawatir di hatinya.
˜Awas jurus ke tiga..!! Lin Lin berseru dan pandang mata
Kayabu berkunang-kunang karena tiba-tiba gadis itu lenyap sama sekali,
terbungkus oleh gulungan sinar pedang kuning yang mendatangkan angin
berpusing-pusing. Gadis itu seakan-akan telah berubah menjadi angin puyuh yang
berputar-putar makin mendekatinya! Kayabu tidak tahu bahwa Lin Lin telah
mengeluarkan jurus yang amat hebat dari ilmu sakti Cap-sha Sin-kun, yaitu jurus
yang disebut Soan-hong-ci-tian (Angin Puyuh Keluarkan Kilat). Karena tidak tahu
harus bagaimana menghadapi gulungan sinar kuning yang berpusing itu, Kayabu
lalu mengeluarkan seruan keras goloknya berkelebat membacok ke depan.
˜Wesss.. wesss..!! Aneh sekali, sinar goloknya membabat
gulungan sinar, seakan-akan membabat bayangan saja, tidak mengenai apa-apa. Dan
tiba-tiba dari dalam gulungan sinar kuning itu menyambar ujung Pedang Besi
Kuning seakan-akan kilat cepatnya.
˜Aiiihhhhh!! Kayabu menjerit dan goloknya terlepas karena
kulit tangannya tergores pedang dan sebelum ia tahu apa yang terjadi, lutut
kakinya terkena totokan ujung sepatu Lin Lin dan tak tertahankan lagi ia roboh
tertelungkup!
Pek-bin-ciangkun dan para perwira lainnya memandang
dengan bengong. Kejadian itu bagi mereka teramat aneh. Para perajurit yang
merasa simpati kepada Lin Lin bersorak gemuruh, sedangkan Kayabu bangkit
berdiri dengan muka merah.
˜Bagaimana, Kayabu? Sudah puaskah kau ataukah kau hendak
melanjutkan percobaanmu?!
˜Aku bukanlah seorang yang buta dan nekat. Aku tahu bahwa
kepandaian Nona amat tinggi dan aku bukan lawan Nona. Setelah aku kalah,
silakan Nona gerakkan pedang itu membunuhku!!
˜Tidak, Kayabu. Aku tidak akan membunuhmu, malah aku
minta sukalah kau membantuku menumbangkan kedudukan paman tiriku yang dibantu
oleh iblis Hek-giam-lo untuk melepaskan bangsa kita daripada penindasan si
lalim.!
Sepasang mata pemuda itu seakan-akan mengeluarkan kilat.
˜Aku adalah seorang perajurit sejati, bagiku tidak ada pilihan lain, mati dalam
perjuangan atau menang. Tak perlu kau membujukku, setelah kalah, mati bukan
apa-apa bagiku!! Sambil berkata demikian, pemuda ini menggerakkan goloknya ke
arah lehernya sendiri.
˜Kayabu..!! Pek-bin-ciangkun memekik penuh kekhawatiran.
Sebagai seorang pendekar gagah, ia tidak khawatir atau ngeri melihat putera
tunggalnya menghadapi maut, akan tetapi ia benar-benar akan merasa hancur
hatinya kalau puteranya itu tewas membunuh diri, suatu perbuatan yang dianggap
pengecut dan rendah. Sama sekali ia tidak menyangka puteranya akan melakukan
perbuatan itu sehingga tidak ada kesempatan lagi bagi Pek-bin-ciangkun untuk
mencegahnya. Akan tetapi, sinar kuning menyambar dari tangan Lin Lin, terdengar
suara keras dan golok di tangan Kayabu patah-patah dan terlempar sampai jauh.
Pemuda itu mencelat mundur dengan muka pucat.
Pek-bin-ciangkun melangkah maju dan melayangkan tangannya
menampar pipi puteranya dua kali sehingga pipi itu menjadi merah dan dari ujung
bibirnya keluar sedikit darah.