Bab 25
Memang betul dugaannya. Suara itu sebetulnya datang dari
tempat yang cukup jauh dan andaikata tidak kebetulan ia berada di pohon raksasa
yang amat tinggi dan tidak dalam waktu pagi yang sunyi dan dingin, agaknya
suara itu tidak akan mencapai pendengarannya. Sudah puluhan batang pohon ia
loncati, namun belum juga ia sampai di tempat dari mana suara suling itu
melayang, akan tetapi makin dekat makin hebatlah getaran suara suling. Lin Lin
melompat terus.
˜Aaaiiiihhhh..!! Tiba-tiba tubuhnya terguling ketika ia
meloncat dari sebuah cabang ke cabang lain. Untung ia masih dapat meraih cabang
di bawahnya sehingga tubuhnya tergantung, kemudian dengan hati-hati sekali ia
merosot turun dan akhirnya dapat juga ia mencapai tanah, berdiri dengan muka
pucat dan cepat-cepat ia mengerahkan sin-kang di tubuhnya sambil duduk bersila!
Apa yang terjadi? Kiranya setelah makin mendekati tempat itu suara suling
mempunyai getaran sedemikian hebatnya sehingga tanpa ia sangka-sangka dan
sadari jantungnya tergetar dan tubuhnya tiba-tiba menjadi lemas sehingga hampir
saja ia tadi terjungkal dari atas pohon besar yang amat tinggi. Kalau saja ia
tidak cepat dapat menangkap cabang dan terbanting jatuh, akan celakalah dia.
Setelah mengerahkan sin-kang yang disalurkan terutama ke
isi dada dan ke arah sepasang telinga, barulah Lin Lin pulih kembali
keadaannya. Ia bangkit berdiri dan maklumlah ia sekarang bahwa suara suling
yang ditiup dengan pengerahan hawa sakti, semacam ilmu luar biasa sekali dan
agaknya si peniup suling sedang menghadapi lawan tangguh, maka sulingnya ditiup
seperti itu. Kini Lin Lin menyelinap dari pohon ke pohon, mendekati arah suara
suling yang terdengar amat jelas, makin dekat, makin terasalah pengaruh suara
suling.
Biarpun ia sudah menekan perasaan dan membulatkan kemauan
agar jangan memperhatikan, tetap saja ia terseret dan tanpa disadari ia
memperhatikan juga. Suara suling itu amat merdu, mengayun sukma, merayu
semangat, namun amat menyedihkan karena makin lama diperhatikan, makin mengarah
suara orang menangis dengan kesedihan yang luar biasa.
Tiba-tiba Lin Lin merasa betapa tenaganya mulai
berkurang, tubuhnya mulai lemas lagi. Cepat-cepat ia menggerakkan kaki tangan
dan mengatur napas menurut ajaran ilmunya yang baru dan heran sekali, seketika
lenyap pengaruh suara suling yang mujijat itu. Ia menjadi girang dan mulailah
ia melangkah maju dengan gerakan-gerakan ilmu silatnya yang baru. Akhirnya
ketika ia keluar dari gerombolan pohon itu, tampaklah apa yang menimbulkan
suara mujijat ini dan jantungnya berdebar keras, hampir ia menjerit girang akan
tetapi kembali ia terkejut karena hal ini mengguncangkan jantungnya dan membuat
ia hampir roboh. Cepat-cepat ia menguasai perasaannya dan mengerahkan
sin-kangnya kembali, berdiri memandang ke depan.
Di sana, hanya beberapa puluh meter di depannya, di
sebuah lapangan terbuka di antara pohon-potion itu, tampak Suling Emas berdiri
tegak dengan kedua tangan memegang dan memainkan suling yang ditiupnya. Di
sekelilingnya berdiri sedikitnya lima belas orang yang sikapnya mengancam, semua
membawa senjata macan-macam, posisi mereka dalam jurus ilmu silat dengan kedua
kaki memasang kuda-kuda, akan tetapi anehnya, mereka itu sama sekali tidak
bergerak menyerang Suling Emas, melainkan berdiri seperti patung batu dengan
mata memandang terbelalak seolah-olah terpesona oleh Suling Emas yang bermain
suling.
Wajah mereka tegang, beberapa orang di antara mereka
berhasil bergerak sedikit, akan tetapi tidak berhasil bergerak terus
melanjutkan serangan. Yang lainnya sudah persis patung batu, wajahnya pucat dan
tubuhnya seperti mati kaku!
Lin Lin tertegun. Setelah sekarang dekat benar, ia pun
merasakan pengaruh luar biasa dari suara suling itu, yang membuat tubuhnya
sebentar lemas sebentar kaku seirama dengan suara suling yang mengalun tinggi
rendah! Kembali ia mengerahkan sin-kangnya menurut ilmunya yang baru. Aneh,
kini terasa betapa segar dan nikmat tubuhnya, betapa suara itu memasuki
telinganya seperti musik dari angkasa, merdu merayu dan amat indahnya. Mungkin
hal ini terjadi karena kegembiraan hatinya melihat Suling Emas di tempat itu.
Dengan pandang mata penuh kekaguman Lin Lin melihat
betapa pendekar sakti itu dengan tenangnya terus menyuling. Tiba-tiba suara
suling berubah ketika mata Suling Emas mengerling dan dapat melihat Lin Lin
berdiri di situ. Pandang mata itu menjadi berseri dan bersinar-sinar, karena
sesungguhnya bukan main girang hati Suling Emas melihat Lin Lin yang
disangkanya masih tertawan Hek-giam-lo itu berdiri di tempat itu. Hal yang sama
sekali tak pernah disangkanya dan yang tentu saja menggirangkan hatinya karena
ia sampai tiba di tempat itu bukan lain karena hendak mengejar Hek-giam-lo,
menolong Lin Lin dan merampas kembali tongkat pusaka Beng-kauw.
Kini Suling Emas dengan masih meniup suling melangkah
meninggalkan para pengepungnya yang berubah menjadi patung hidup itu. Inilah
pengaruh Ilmu Kim-kong Sin-im (Suara Sakti Sinar Emas) yang ia pelajari dari Bu
Kek Siansu, yang belum lama ini ia perdalam latihannya bersama kakek dewa itu.
Melihat Lin Lin berdiri tegak dan bengong, Suling Emas mengira bahwa Lin Lin
tentu, seperti para pengeroyoknya itu terkena pula pengaruh ilmunya Kim-kong
Sin-im, maka ia melepaskan tangan kiri dari sulingnya, menyuling hanya dengan
tangan kanan dan tangan kirinya diulur hendak menangkap Lin Lin dan dibawa
pergi dari situ.
Akan tetapi alangkah kagetnya ketika ia melihat gadis itu
bergerak dan gadis itu malah yang menangkap tangan kirinya, digandeng mesra
sambil berkata.
˜Kenapa baru sekarang kau muncul? Hampir saja aku celaka
lagi oleh si iblis Hek-giam-lo, dan kau enak-enak di sini, mainkan suling
dengan orang-orang itu. Mereka siapakah?!
Suling Emas demikian terheran-heran sampai ia
menghentikan tiupan sulingnya dan memandang Lin Lin dengan melongo. Para
pengeroyoknya adalah tokoh-tokoh kang-ouw yang ulung, yang berilmu tinggi,
setidaknya tentu lebih tinggi daripada ilmu yang dimiliki Lin Lin, rata-rata
sin-kang mereka tentu lebih kuat daripada Lin Lin. Kalau mereka itu semua
terpengaruh oleh suara sulingnya mengapa Lin Lin enak-enak saja, agaknya sama
sekali tidak merasai pengaruh Kim-kong Sin-im?
Sebelum Suling Emas sempat bertanya, tiba-tiba terdengar
suara ribut-ribut. Kiranya belasan orang pengeroyok tadi setelah kini suara
suling lenyap, segera pulih kembali keadaan mereka. Mereka menjadi marah
sekali, tadi mereka seakan-akan dalam keadaan tertotok oleh pengaruh Kim-kong
Sin-im, sekarang mereka berteriak-teriak sambil menyerbu dengan senjata di
tangan. Mereka ini terdiri daripada hwesio-hwesio, tosu-tosu, dan orang-orang
gagah yang berilmu tinggi maka serbuan mereka bukanlah hal yang boleh dipendang
ringan. Gerakan mereka jelas membayangkan tenaga yang besar dan gerakan kaki
mereka amat ringan.
Ketika menengok dan melihat ini, Suling Emas segera
menyambar pinggang Lin Lin dengan lengan kirinya, kemudien ia berkelebat dan
melompat naik ke atas pohon, berloncatan seperti burung garuda terbang, cepat
sekali meninggalkan tempat itu.
Hujan senjata rahasia datang dari belakangnya, namun
dengan menggerakkan suling di tangan kanannya ke arah belakang, diputar
sedemikian rupa sehingga angin pukulannya meruntuhkan senjata-senjata rahasia
yang datang menyambar. Kembali Suling Emas tertegun melihat betapa Lin Lin juga
menggerakkan tangan, mendorong dan hawa pukulan yang bercuitan keluar dari
tangan gadis yang mendorong itu dan meruntuhkan beberapa anak panah gelap yang
menyambar ke arah mereka!
Akan tetapi karena para pengeroyok itu kini sudah
mengejar cepat, bahkan di antara mereka ada pula yang mengambil jalan seperti
Suling Emas, yaitu dengan cara meloncat ke atas pohon dan bagaikan terbang
mengejar dari pohon ke pohon, maka Suling Emas tidak ada waktu lagi untuk
bicara dengan Lin Lin. Ia mempererat kempitannya pada pinggang Lin Lin dan
mengerahkan semua tenaga dan gin-kangnya melarikan diri. Lin Lin merasa
seakan-akan tubuhnya dibawa terbang, akan tetapi yang teringat olehnya sama
sekali bukan lain hal kecuali bahwa ia dikempit atau setengah dipondong oleh
Suling Emas! Hal inilah yang mendebarkan hatinya dan sambil meramkan mata ia
menempelkan mukanya erat-erat pada dada laki-laki itu.
Ilmu kepandaian Suling Emas memang hebat sekali. Biarpun
para pengejarnya telah mengerahkan tenaga, semua sia-sia belaka, mereka
tertinggal jauh dan sejam kemudian mereka telah kehilangan bayangan Suling Emas
dan terpaksa menghentikan pengejaran. Memang ada di antara mereka yang lebih
hebat gin-kangnya daripada yang lain, namun untuk mengejar sendiri saja tentu
amat berbahaya.
Setelah merasa yakin bahwa para pengejarnya sudah
menghentikan pengejaran mereka, Suling Emas berhenti berlari. Mereka telah tiba
di luar hutan dan matahari telah naik menyinarkan sinar pagi yang hangat. Akan
tetapi alangkah herannya ketika Suling Emas melihat bahwa Lin Lin sudah tidur
pulas dalam pondongan atau kempitannya! Tadinya ia kaget, mengira bahwa ada
sesuatu terjadi pada diri gadis ini, akan tetapi setelah ia tahu betul bahwa
gadis ini hanya tidur pulas, mau tak mau Suling Emas tersenyum lebar.
˜Bocah nakal, enak-enakan tidur!! katanya, akan tetapi
Lin Lin tidak bangun oleh tegurannya ini. Memang luar biasa sekali. Ketika tadi
berada dalam kempitan Suling Emas, Lin Lin merasa dirinya begitu aman, begitu
senang, dan begitu lega hatinya sehingga kelelahan tubuhnya kembali menyerang
dirinya. Rasa puas dan lega membuat ia mengantuk dan tanpa ia sengaja, ia sudah
tidur pulas sambil menyandarkan muka pada dada Suling Emas!
Sambil tersenyum dan menggeleng-geleng kepala, Suling
Emas meletakkan tubuh gadis yang tidur pulas itu di atas tanah berumput. Akan
tetapi gerakan ini membangunkan Lin Lin yang membuka mata dan cepat melompat
berdiri sambil mengusap-usap ke dua matanya dengan punggung tangan. Agaknya
hanya sejenak ia nanar oleh tidurnya, karena segera ia celingukan dan bertanya.
˜Mana mereka? Mana orang-orang jahat itu?!
˜Orang jahat? Tidak ada orang jahat di sini.!
Gadis itu memegang tangan Suling Emas, memandang dengan
kening berkerut.
˜Apa kau bilang? Orang-orang yang mengeroyokmu tadi, yang
mengejar dan menyerang dengan senjata-senjata rahasia, apakah mereka itu bukan
orang-orang jahat?!
˜Mereka adalah tokoh-tokoh kang-ouw yang terkenal gagah
perkasa, di antara mereka malah ada pendeta-pendeta dari Siauw-lim-pai,
Hoa-san-pai, dan Go-bi-pai.!
˜Apa? Mengapa keledai-keledai itu mengeroyokmu? Dan
terang kau tidak akan kalah oleh mereka, mengapa tidak melawan dan menghajar
mereka, sebaliknya melarikan diri seperti orang ketakutan?!
˜Ah, panjang ceritanya. Akan tetapi, bagaimana kau bisa
berada di sini? Bukankah kau bersama-sama Hek-giam-lo dan orang-orang Khitan?!
˜Ah, panjang ceritanya..! Lin Lin mengerling dan
cemberut. Suling Emas memandang, lalu tertawa, maklum bahwa gadis ini
membalasnya. Adik angkatnya ini memang benar-benar nakal sekali.
˜Eh, kau pendendam sekali!!
Lin Lin juga tertawa. ˜Orang bertanya baik-baik kau
bilang panjang ceritanya.! Ia menegur.
˜Lin Lin, kau tidak tahu. Untuk bercerita tentang mereka
yang hendak mengeroyokku, yang ingin sekali melihat aku mati, amatlah tidak menyenangkan
hati. Aku tidak bisa bercerita tentang itu, harap kau tidak marah.!
˜Hemmm, rahasia, ya? Dan mengapa kau menjadi sedih?
Sudahlah, aku hanya main-main.!
˜Aku sendiri tidak punya rahasia apa-apa, kau boleh
dengar semua.!
Gadis itu lalu menceritakan pengalamannya, sejak ia
bertemu dengan Hek-giam-lo di Nan-cao, tentang perintahnya merampas tongkat
pusaka, tentang dirinya hendak dijadikan Permaisuri Khitan, kemudian betapa ia
berhasil melarikan diri karena pertolongan Kim-lun Seng-jin.
Suling Emas mendengarkan dengan terheran-heran, sampai
berkali-kali ia menggeleng kepala. Gadis ini benar-benar hebat, luar biasa
keberaniannya dan agaknya hanya Lin Lin di antara tiga orang adiknya yang belum
tahu bahwa dia adalah Kam Bu Song.
˜Jadi kaukah Puteri Mahkota Kerajaan Khitan? Dan kau yang
menyuruh Hek-giam-lo merampas tongkat pusaka Beng-kauw? Apa maksudmu untuk
merampas tongkat, untuk apa?!
Merah muka Lin Lin mendengar pertanyaan ini. Sejenak ia
menundukkan muka, tidak berani menentang Pandang mata Suling Emas. Akan tetapi
hanya sebentar saja ˜rasa salah! ini mengganggu hatinya, karena beberapa detik
kemudian ia sudah mengangkat muka lagi memandang wajah Suling Emas dengan
pandang mata menentang dan bibir tersenyum!
˜Memang aku Puteri Mahkota Khitan. Ibuku adalah Puteri
Tayami yang gagah perkasa dan kakekku adalah mendiang Sribaginda Kulukan, raja
besar Khitan! Namaku sendiri sebetulnya adalah Yalina sampai ibu yang
menggendongku tewas di dalam peperangan dan aku dipungut anak oleh ayah
angkatku Jenderal Kam Si Ek dan diberi nama Kam Lin.!
˜Kalau begitu, seharusnya aku menyebutmu Tuan Puteri,!
kata Suling Emas, sungguh-sungguh.
˜Aku memang ingin merampas kembali tahta kerajaan
bangsaku yang jatuh ke tangan pamanku! Aku ingin memimpin rakyatku menjadi
bangsa yang kuat!! Ketika mengucapkan kata-kata ini, Lin Lin berdiri tegak,
sikapnya agung, sinar matanya tajam bercahaya, penuh semangat.
Suling Emas mengangguk seperti orang memberi hormat.
˜Tepat, memang begitulah seharusnya Paduka bersikap
sebagai seorang pemimpin yang mencinta bangsanya, Tuan Puteri Yalina.!
Tiba-tiba Lin Lin tertawa dan memegang tangan Suling
Emas.
˜Ihhh, seperti main sandiwara saja! Aku belum menjadi
ratu dan takkan bisa selama paman tiriku dan Hek-giam-lo masih berkuasa di
Khitan. Aku tidak suka kauperlakukan sebagai ratu, dan panggil aku Lin Lin saja
seperti biasa.!
Kembali Suling Emas tersenyum dan ia sendiri merasa aneh
dan heran mengapa hatinya selalu menjadi gembira kalau berdekatan dengan gadis
ini yang membuat ia mau tak mau menjadi gembira? Ataukah karena wajah Lin Lin
ada persamaannya dengan Suma Ceng?
˜Agaknya kau tidak suka kepada Hek-giam-lo. Akan tetapi
mehgapa kau menyuruh dia merampas tongkat pusaka Beng-kauw?!
˜Kau tidak tahu. Biar kau berjuluk Suling Emas dan
menjadi pendekar sakti, agaknya kau tidaklah terlalu cerdik untuk dapat
menyelami apa yang menjadi maksud hatiku.! Ucapan ini langsung keluar dari hati
Lin Lin yang selalu berbisik, ˜aku mencinta kau, mengapa kau tidak tahu?! dan
yang tentu saja tak mungkin terucapkan mulut itu.
˜Ketika aku bertemu dengan Hek-giam-lo, biarpun sikapnya
menghormat dan ia menganggap aku junjungannya, akan tetapi aku tahu bahwa
diam-diam aku menjadi tawanannya. Karena itulah aku menyuruh dia merampas
tongkat Pusaka Beng-kauw.!
˜Mengapa?!
˜Masih bertanya lagi? Tentu saja biar kau mengejarnya dan
kalau kau mengejarnya, berarti kau akan dapat menolongku bebas daripada
tawanannya!!
˜Ahhh..!! Diam-diam Suling Emas memuji kecerdikan gadis
ini. ˜Tapi kulihat sekarang kau sudah pandai membebaskan diri sendiri.!
Kemudian ia teringat akan sesuatu dan cepat bertanya, ˜Dan kulihat
gerakan-gerakanmu tadi hebat sekali. Dulu kau tidak begitu. Dari mana kau
memperoleh kepandaian yang aneh itu? Apakah Hek-giam-lo mengajarmu?!
˜Ihhh, orang macam dia mana mau mengajarku? Aku dianggap
musuhnya, tahukah kau? Dia.. dia buruk sekali!!
Lin Lin bergidik, teringat akan muka Hek-giam-lo ketika
iblis itu membuka kedok memperlihatkan mukanya.
˜Tahukah kau mengapa mukanya menjadi seperti setan?
Karena dia berani mengganggu ibuku dan ibu menghajarnya dengan bubuk racun pada
mukanya! Huh, orang macam dia berani mengganggu ibuku. Tidak dibunuh pun masih
untung dia!!
Suling Emas mengerutkan keningnya. Alangkah banyaknya
rahasia penghidupan orang-orang tua yang ia tidak sangka-sangka dan tidak
ketahui. Seperti halnya ibunya yang tentu mempunyai pengalaman hidup yang luar
biasa dan menarik sekali, akan tetapi yang ia tidak tahu sama sekali, agaknya
pengalaman hidup orang tua Lin Lin ini pun tidak kalah hebat dan menariknya
˜Kalau bukan dari dia, dari mana kau mendapatkan ilmu
yang aneh itu?!
Lin Lin tersenyum bangga, akan tetapi juga terheran. Ia
memang telah mempelajari ilmu mujijat dari tongkat pusaka Beng-kauw, akan
tetapi seingatnya semenjak bertemu dengan Suling Emas tadi, ia tak pernah
mainkan ilmu baru itu. Bagaimana Suling Emas dapat menduganya?
˜Nanti dulu, Suling Emas. Bagaimana kau bisa mengatakan
bahwa aku mempunyai gerakan-gerakan hebat. Bagaimana kau bisa tahu padahal aku
tak pernah melakukan pertempuran sejak tadi?!
˜Kau tadi dapat menahan pengaruh Kim-kong Sin-im dari
suara sulingku, kemudian dengan pukulan jarak jauh yang aneh kau meruntuhkan
senjata rahasia.!
˜Oh, itu?! Diam-diam Lin Lin kagum. Kelihaian Suling Emas
dapat diukur dari sini. Sebelum ia memperlihatkan ilmunya, pendekar sakti ini
sudah mengetahuinya hanya melihat hal itu saja. Timbul kegembiraannya hendak
mencoba ilmu barunya terhadap pendekar yang menggugah kasih sayang dan
kekaguman hatinya ini.
˜Suling Emas, sebelum aku memberi tahu dari mana aku
mendapatkan ilmu ini, aku hendak mengujinya kepadamu. Harap kau suka meneliti
dan memberi petunjuk kepadaku.!
Kembali Suling Emas tersenyum. Gadis ini berwatak aneh,
akan tetapi jujur dan jenaka. Sudah menjadi watak semua tokoh kang-ouw untuk
menyembunyikan rahasia ilmunya, apalagi yang belum dilatih masak-masak,
mengeluarkannya saja di depan umum tentu segan karena khawatir kalau-kalau
diketahui rahasianya oleh orang lain. Akan tetapi gadis ini selain hendak
membuka rahasia malah ingin mengujinya terhadap dirinya dan minta petunjuk.
Mengapa gadis ini amat percaya kepadanya, apalagi karena belum tahu bahwa dia
adalah Kam Bu Song, dan mengingat betapa dahulu telah terjadi peristiwa
˜menyeramkan! di lingkungan istana, atau lebih tepat di gedung perpustakaan
istana ketika ia menyangka gadis ini Suma Ceng dan memeluk dan menciumnya?
Karena peristiwa itu pula maka ia sengaja tidak memperkenalkan diri, biar gadis
ini sendiri yang kelak mendengar dari Kam Bu Sin atau Sian Eng bahwa dia,
Suling Emas, laki-laki yang dulu pernah bersikap ˜kurang ajar! kepada gadis
itu, adalah kakak angkatnya! Apalagi, kakak angkat bukanlah hubungan yang amat
dekat, jauh bedanya dengan saudara tiri yang masih seayah lain ibu seperti
halnya dia terhadap Bu Sin dan Sian Eng. Kakak angkat pada hakekatnya adalah
orang lain dan bukan apa-apa. Terutama sekali apabila diingat bahwa gadis ini
sebetulnya adalah seorang puteri bangsa Khitan, semenjak dahulu musuh utama
bangsanya, khususnya Kerajaan Hou-han. Akan tetapi betapapun juga semenjak
kecil gadis ini dipelihara ayahnya, dan mengingat betapa gadis ini bercita-cita
besar sekali ingin menjadi Ratu Khitan, tidak ada salahnya kalau ia memberi
petunjuk agar Lin Lin memiliki kepandaian yang boleh diandalkan, terutama
sekali untuk menghadapi Hek-giam-lo yang sakti.
˜Silakan kau perlihatkan ilmu itu.!
Lin Lin melompat mundur sampai dua meter, berdiri dalam
jarak empat meter dari Suling Emas, kemudian merangkap kedua tangan seperti
orang menyembah, ditaruh di depan dada kiri, kemudian terus digerakkan ke atas
dengan sepasang matanya meram. Lambat-lambat gerakan ini, namun makin lama
makin tergetar dan menggigil, kemudian kedua tangan itu mengembang ke atas
kepala seperti seorang yang memohon sesuatu daripada Tuhan. Beberapa detik
sepasang tangannya menggigil di atas kepala, lalu diturunkannya kembali dan ia
membuka matanya. Sikapnya berubah tenang sekali, bibirnya tersenyum, kedua
tangannya tidak menggigil lagi.
˜Aku sudah siap, Suling Emas.!
Suling Emas mengikuti semua gerakan Lin Lin itu dengan
mata makin lama makin terbelalak. Merangkap tangan di depan dada itu! Hampir ia
tidak percaya. Gerakan merangkap tangan ke depan dada lalu menggerakkan ke atas
kepala dan memohon kepada Thian, itulah gerakan sembahyang dari Beng-kauw! Akan
tetapi ia tahu betul bahwa Lin Lin bukanlah seorang penganut Beng-kauw, dan ia
pun dapat menduga dari kedua tangan yang menggigil mengandung getaran tenaga dahsyat
itu bahwa gerakan gadis itu tadi sama sekali bukan semata-mata gerakan upacara
keagamaan, melainkan cara untuk mengerahkan semacam hawa sakti yang hebat dan
luar biasa. Hal ini dapat dibuktikan dari sikap gadis itu yang berubah begitu
tenang, terlalu tenang, sebagai tanda seorang yang seluruh tubuhnya sudah
disaluri tenaga sin-kang (hawa sakti) yang kuat. Ia pun bersikap waspada dan
dengan mata penuh selidik ia berkata.
˜Nah, kau mulailah menyerang,! suaranya lirih karena
hatinya berguncang.
˜Lihat serangan!! Lin Lin berseru dan ia segera melompat
maju dan memutar-mutar tubuhnya bagaikan sebuah gasing! Inilah jurus ke tujuh
daripada ilmu yang ia pelajari. Menghadapi Suling Emas yang amat lihai, ia
tidak mau mempergunakan jurus-jurus sederharta dan sengaja ia memilih
jurus-jurus yang ia anggap paling aneh. Jurus ini memang hebat dan aneh yang
menurut catatan rahasia itu disebut sebagai jurus Soan-hong-ci-tian (Angin
Puyuh Mengeluarkan Kilat)!
Selama tahun-tahun belakangan ini, semenjak ia mendekati
Beng-kauw, sudah sering kali Suling Emas menyaksikan jurus-jurus terlihai dari
Beng-kauw. Bahkan dengan Kauw Bian Cinjin yang menjadi sahabat baiknya, sering
kali ia bertukar pengalaman dan kritik tentang jurus-jurus sakti. Akan tetapi
belum pernah ia menyaksikan jurus macam ini. Hal ini tidaklah mengherankan
kalau diingat bahwa jurus ini adalah sebuah di antara tiga belas jurus istimewa
yang khusus diciptakan oleh mendiang Pat-jiu Sin-ong Liu Gan, diciptakan khusus
untuk menghadapi semua isi tiga kitab pusaka yang dicuri oleh puterinya
sendiri. Jadi boleh dibilang tiga belas macam ilmu pukulan sakti ini diciptakan
untuk mengatasi seluruh inti sari ilmu kesaktian Beng-kauw yang telah ada!
Tidaklah mengherankan apabila hebatnya bukan alang
kepalang, sehingga agaknya Suling Emas sendiri tentu akan menemui lawan yang
mengejutkannya kalau saja Lin Lin sudah sempurna berlatih.
Namun, biarpun baru beberapa hari Lin Lin berlatih ilmu
baru ini, menghadapi serangan pertama ini Suling Emas menjadi terheran-heran.
Mula-mula ia tidak terkejut, hanya terheran-heran karena melihat gerakan
serangan yang begitu aneh, bahkan menggelikan. Mana ada jurus ilmu silat yang
menyerang dengan pembukaan seperti itu? Berputar-putar seperti gasing,
bagaimana dapat menyerang dengan baik?
Malah boleh dibilang memberi kesempatan kepada lawan
untuk menyerang hebat selagi tubuh berputar-putar seperti itu. Akan tetapi
tentu saja ia tidak mau mempergunakan kesempatan ini untuk menyerang, karena ia
hanya ingin menguji. Ia sendiri tegak menanti sampai gadis itu mendahului
menyerang.
Dan serangan itu datang! Bukan main aneh dan hebatnya!
Tiba-tiba, dengan tubuh masih berputaran, setelah dekat dengan Suling Emas,
tiba-tiba dari putaran itu menyambar keluar dua buah tangan yang bergerak tak
tersangka-sangka.
Tangan pertama, yang kiri, menghantam ke arah kepala
Suling Emas, dan tangan kanan sebagai pukulan ke dua sudah menyambar ke arah
dada sebelum pukulan pertama mengenai sasaran. Dua serangan sekaligus yang
susul-menyusul dan kecepatannya cukup membahayakan.
Suling Emas miringkan kepala menghindarkan diri daripada
pukulan pertama dan sengaja ia mengangkat lengannya menangkis ketika pukulan ke
dua tiba menyambar dadanya.
˜Dukkkkk!! Tubuh Lin Lin terhuyung-huyung seperti
melayang-layang, akan tetapi Suling Emas mengeluarkan seruan heran dan kaget
ketika kuda-kudanya tergempur oleh pertemuan lengan itu. Kalau saja ia tidak
cepat mengerahkan sin-kangnya, tentu ia akan terhuyung juga, biarpun tidak
sehebat Lin Lin. Ia cepat meloncat untuk menahan dan menolong Lin Lin, akan
tetapi ternyata gadis itu sudah dapat menguasai dirinya kembali dan sama sekali
tidak apa-apa!
˜Kenapa kau sungguh-sungguh?! Lin Lin mengomel.
˜Wah, hebat sekali! Lin Lin, hebat sekali seranganmu
tadi. Mengandung tenaga mujijat. Sayangnya, dengan berputaran seperti itu,
sebelum kau memukul, kau dapat diserang lawan lebih dulu dan keadaan berputaran
itu tidak menguntungkan.!
˜Hi-hik, boleh coba! Aku tadi justeru mengharapkan kau
menyerang lebih dulu. Suling Emas, di dalam catatan ilmu ini, kelihaian jurus
Soan-hong-ci-tian terletak kepada cara berputaran itulah! Dan jangan kira bahwa
berputaran seperti itu melemahkan kedudukanku, ih, sama sekali terbalik. Itulah
gerakan memancing, malah sengaja begitu biar lawan menyerang lebih dulu.
Kehebatan daya serangnya justeru di waktu lawan menyerang, karena lawan
memandang rendah dan percaya serangannya akan berhasil. Mau coba?!
Akan tetapi Suling Emas mengerutkan kening, memikir-mikir.
˜Soan-hong-ci-tian..? Tak pernah kudengar jurus ini,
melihatnya pun baru sekarang..!
˜Hi-hik, masa? Suling Emas yang tersohor sakti, pendekar
jagoan itu tidak mengenal jurusku? Lucu!!
˜Lin Lin, dari mana kau memperoleh ini? Siapa yang
mengajarmu?!
˜Sssttt, nanti dulu. Belum habis kan ujian ini? Kaujaga
seranganku berikutnya!! Sambil berkata demikian Lin Lin sudah menerjang lagi
mengeluarkan jurus-jurus yang aneh dan lihai. Dari kedua tangannya yang memukul
menyambar angin yang amat kuat sehingga Suling Emas tak berani memandang
rendah. Makin lama Suling Emas makin tertarik, karena jurus-jurus itu
betul-betul belum pernah ia melihatnya.
˜Pergunakan pedangmu..!! katanya gembira. ˜Lekas cabut
pedangmu dan mainkan menurut jurus-jurusmu..!!
Tadinya Lin Lin sudah merasa kecewa sekali karena biarpun
ia menerjang dengan hebat, sama sekali ia tidak mampu menyentuh bayangan Suling
Emas sehingga ia merasa seperti menyerang bayangannya sendiri dan merasa betapa
ilmunya yang baru ini kalau berhadapan dengan lawan sesakti Suling Emas atau
Hek-giam-lo, benar-benar tidak ada gunanya. Akan tetapi mendengar perintah
Suling Emas ini, ia tidak mau membantah, apalagi dalam suara itu terkandung
kegembiraan dan kekaguman.
Sinar kuning emas berkeredepan menyilaukan mata ketika
Lin Lin mencabut Pedang Besi Kuning dan mainkan pedang pusaka ini menurut
jurus-jurus ilmu baru. Tiga belas jurus sudah ia mainkan semua dan pedangnya
sama sekali tidak dapat menyentuh ujung baju Suling Emas. Dengan perasaan sebal
dan kecewa Lin Lin menghentikan permainannya dan menyimpan pedangnya,
membanting kaki dan berkata.
˜Sudahlah! Perlu apa kaupermainkan aku? Memang aku tidak
becus, dan ilmuku, ilmu picisan!!
˜Wah, siapa bilang begitu? Lin Lin, kau benar-benar telah
mewarisi ilmu yang luar biasa sekali. Sungguh mati, kalau kau sudah melatih
ilmu itu dengan sempurna, jarang ada tokoh kang-ouw yang akan mampu
menandingimu. Bahkan aku sendiri merasa ragu-ragu apakah aku akan dapat
bertahan begitu mudahnya menghadapimu. Ilmu mujijat, Lin Lin, hanya kurang
terlatih dan ada bagian-bagian yang kau keliru latih agaknya. Kau tadi minta
petunjuk, bukan? Nah, aku akan memberi petunjuk-petunjuk kalau saja kau suka
berlatih perlahan-lahan. Aku bersumpah takkan mempelajari ilmu itu, dari
manapun datangnya.!
˜Jangan pura-pura membesarkan hatiku, padahal kau hanya
mengejek. Kau begitu baik hubunganmu dengan Beng-kauw, masa pura-pura tidak
mengenal ilmu silat yang kutemukan di dalam tongkat pusaka Beng-kauw?! Ucapan
Lin Lin ini sewajarnya saja karena memang ia sungguh-sungguh menganggap bahwa
Suling Emas mempermainkan dan mengejeknya yang membuat hatinya mendongkol
sekali. Akan tetapi ternyata ucapan ini mengagetkan Suling Emas yang
terang-terangan membelalakkan kedua matanya dan memandang kepada gadis itu seakan-akan
Lin Lin bukan seorang gadis jelita melainkan seorang siluman yang mengerikan.
Memang bukan main kaget hati Suling Emas mendengar
kata-kata ini. Hal ini ada sebabnya. Tadi ketika ia melayani jurus-jurus
istimewa anehnya dari Lin Lin, ia selain kaget dan kagum, juga merasa heran
mengapa jurus-jurus ini mengandung inti sari ilmu Beng-kauw, akan tetapi lebih
tinggi dan seakan-akan mengandung unsur-unsur menekan dan mengatasi inti sari
ilmu Beng-kauw. Inilah yang mengagetkan hatinya ketika mendengar bahwa gadis
itu mempelajarinya dari surat warisan yang ditemukan di dalam tongkat pusaka
Beng-kauw.
Otaknya yang cerdik segera dapat menangkap rahasianya.
Takkan salah lagi, tentu mendiang Pat-jiu Sin-ong yang menciptakan dan
menyembunyikannya di dalam tongkat pusaka Beng-kauw dengan maksud menurunkan
atau mewariskannya kepada ketua Beng-kauw. Adapun ketua Beng-kauw adalah
pamannya sendiri, Liu Mo, yang kelihatan tenang-tenang saja ketika tongkat itu
dirampas Hek-giam-lo. Andaikata pamannya tahu bahwa di dalam tongkat pusaka itu
terdapat surat wasiat mendiang kakeknya yang mengandung pelajaran ilmu
kesaktian yang begitu hebat, sudah tentu pamannya itu akan menjadi panik sekali
dan tak mungkin menyerahkan tongkat begitu saja kepada Hek-giam-lo, karena
sekali ilmu itu dipelajari orang luar, berarti Beng-kauw terancam! Hal ini
hanya berarti bahwa pamannya belum tahu akan surat wasiat, berarti pula bahwa
surat wasiat itu belum pernah terlihat orang lain dan Lin Lin adalah orang
pertama yang mempelajarinya.
Lin Lin yang kini mendapat giliran kaget sekali ketika
Suling Emas menangkap tangannya dan memegangnya erat-erat.
˜Eh-eh, aduuuhhhhh.. hendak kau patahkan lenganku?!
serunya, agak dibuat-buat manja karena sesungguhnya, seerat-eratnya Suling Emas
memegang, tentu saja tidak sampai mematahkan tulang lengannya, apalagi dia
memiliki sin-kang yang tidak sembarangan!
˜Eh, maaf, eh.. Lin Lin, di mana surat wasiat itu? Di
mana sekarang?! tanya Suling Emas agak gugup. Siapa orangnya tidak akan gugup?
Kalau surat wasiat itu terjatuh ke tangan orang lain seperti Hek-giam-lo, tentu
Beng-kauw akan terancam bahaya. Takkan ada orang Beng-kauw yang akan dapat
melawan musuh yang memiliki ilmu itu secara mendalam, karena ia tahu bahwa ilmu
itu adalah ilmu berinti sari pelajaran Beng-kauw yang agaknya dicipta untuk
mengatasi kepandaian orang-orang Beng-kauw.
˜Kenapa sih? Kau yang sudah begitu pandai, yang tadi
dengan mudah saja menghadapi ilmu ini, apakah kau masih begitu murka ingin
mempelajari ilmu ini pula? Ingat, Suling Emas, kau sudah bersumpah tadi takkan
mempelajarinya. Bukan aku melarang kau mempelajarinya, hanya.. aku.. aku tidak
mau kalau kau melanggar sumpahmu.!
˜Aku takkan mempelajarinya, Lin Lin. Tapi lekas katakan,
di mana adanya wasiat pelajaran itu?!
Saking tegang hatinya, penuh kekhawatiran kalau-kalau
wasiat itu terampas pula oleh Hek-giam-lo, Suling Emas sampai lupa untuk
melepaskan tangan Lin Lin. Sejak tadi ia masih memegangi tangan itu, sungguhpun
kini tidak ia cengkeram seperti tadi. Dengan jantung berdebar Lin Lin melirik
ke arah kedua tangannya yang digenggam Suling Emas. Ia tersenyum.
˜Panggil dulu namaku..!
˜Lin Lin..!
˜Sebut aku Moi-moi (Adik)..!
˜Lin-moi-moi yang baik!! kata Suling Emas, biarpun
mendongkol merasa geli juga karena memang gadis ini adik angkatnya, apa
salahnya menyebutnya adik?
˜Kau menyebut dinda, aku pun menyebut kanda. Koko yang
baik, surat wasiat itu sudah kumusnahkan.!
˜Kau musnahkan?!
Mereka bertemu pandang, sama-sama menyelidik. Melihat
wajah Suling Emas agak berseri membayangkan kegirangan hatinya, legalah hati
Lin Lin.
˜Sudah kurobek-robek menjadi sekeping-keping kecil lalu
kusebarkan ke dalam sungai.!
˜Betul sudah musnah? Apakah Hek-giam-lo tidak
melihatnya?! kata Suling Emas agak terburu-buru dan mukanya menjadi merah
karena baru sekarang setelah hilang kekhawatirannya, ia teringat bahwa sejak
tadi ia menggenggam sepasang tangan yang kecil halus itu.
˜Lucu sekali Hek-giam-lo. Dia goblok. Ada beberapa
potongan surat wasiat itu ia ambil, akan tetapi apa artinya satu dua huruf pada
kepingan-kepingan kecil itu! Ia mendesak, curiga dan bertanya.!
˜Dan apa kaujawab?!
˜Kukatakan bahwa surat itu dari.. dari kekasihku,
hi-hik..!
Kembali terpaksa Suling Emas tessenyum, perbuatan yang
jarang atau tak pernah ia lakukan. Semenjak ia terpaksa berpisah dari
kekasihnya, Suma Ceng, tersenyum merupakan hal yang sukar dapat dilakukan
Suling Emas karena hatinya sudah terluka dan ia selalu memandang penghidupan
dari segi yang muram-muram. Akan tetapi entah mengapa, berdekatan dengan Lin
Lin, ia sudah beberapa kali tersenyum seakan-akan kelincahan dan kegembiraan
gadis ini merupakan cahaya terang yang sinarnya mencapai pojok-pojok hatinya
yang gelap.
˜Hemmm, anak nakal. Lalu, dia bagaimana? Percayakah?!
˜Mula-mula tidak. Ia bertanya siapakah kekasih itu.!
˜Dan kaujawab..? Tentu.. murid Gan-lopek, ya?! Suling
Emas sendiri merasa heran mengapa mendadak sontak ia melayani kelakar Lin Lin
bahkan mengeluarkan godaan ini. Benar-benar ia menjadi seperti kanak-kanak,
pikirnya dengan wajah merah.
˜Iiiihhhhh..!! Tiba-tiba Lin Lin menggunakan kedua
tangannya menangkap lengan tangan Suling Emas dan sepuluh buah jari-jari
tangannya mencubiti kulit lengan itu.
˜Aduh-aduh.. aduh..!! Suling Emas tertawa dan menjerit-jerit
karena memang sakit sekali cubitan-cubitan jari yang berkuku runcing itu. Ia
tidak tega tentu saja untuk menggunakan tenaga melawan cubitan karena selain
tak patut main-main dibalas sungguh-sungguh, juga ia khawatir kalau-kalau
kuku-kuku jari yang terpelihara itu akan rusak oleh perlawanannya.
˜Kau menyebalkan! Siapa bilang, hayo, siapa bilang aku
punya kekasih murid Gan-lopek si badut tua itu? Memalukan, menggemaskan..!!
˜Sudah.. sudah, aduh..!! Suling Emas masih tertawa-tawa.
˜Lepaskan!!
˜Hayo bilang dulu siapa yang mengatakan demikian?!
Kegembiraan Suling Emas timbul, maka ia merasa belum
cukup menggoda. Sambil tertawa ia berkata,
˜Memang sudah sepantasnya Lie Bok Liong yang tampan dan
gagah itu menjadi anumu.. ha-ha.. aduhhh!!
Cubitan Lin Lin makin keras.
˜Anu apa? Hayo bilang, apa yang kaumaksudkan dengan
anumu..?!
˜Aduh, sakit, Lin-moi, lepaskan. Kumaksudkan kekasihmu
tentu. Bukankah ia amat mencintamu dan selalu membelamu?!
Mendadak Lin Lin melepaskan tangannya dan.. menangis!
˜Eh-eh.. mengapa menangis..?! Suling Emas benar-benar
terkejut dan heran sekali.
˜Kau jahat..! Kau mengejekku, kau menjengkelkan, sengaja
bikin aku marah..! Kau tidak punya hati, tak berjantung!!
˜Eh.. oh.. nanti dulu, Lin-moi! Aku sama sekali tidak
mengejekmu, aku.. aku hanya main-main. Masa tidak boleh orang main-main?
Maafkan aku, Lin-moi, sungguh mati aku tidak bermaksud membikin kau marah dan
jengkel. Sudahlah, kau maafkan aku.!
Lin Lin mengangkat mukanya yang merah dan basah.
˜Betul-betul kau tidak mengejek?! tanyanya dan Suling
Emas tidak berani main-main lagi karena suara itu mengandung kesungguhan hati
yang mengherankan dan mengejutkan. Mengapa gadis yang lincah dan suka berjenaka
ini begitu sedih ketika digoda?
˜Tidak, aku tidak mengejek, hanya main-main.!
˜Bagaimana kau bisa menyangka begitu terhadap Lie Bok
Liong twako? Apa sebabnya kau mengira dia kekasihku?!
Bingunglah Suling Emas, akan tetapi dengan tenang ia
menjawabp ˜Lin-moi, sudahlah, aku tadi hanya main-main. Pula, andaikata aku
benar timbul persangkaan demikian, bukankah engkau sendiri yang tadi
menceritakan betapa Lie Bok Liong hampir saja mengorbankan nyawa demi untuk
membelamu? Hanya orang yang mencinta dengan sepenuh jiwa raga dapat membela
dengan pengorbanan sehebat dia.!
Dengan muka termenung Lin Lin mengangguk-angguk.
˜Memang dia amat baik hati, dia.. agaknya memang betul
bahwa dia amat mencintaku. Liong-twako seorang berbudi. Tapi.. tapi bukan dia..
aku tidak mencintanya, aku hanya suka kepadanya sebagai seorang kakak atau
sahabat..!
˜Hemmm, kasihan dia. Sudahlah, Lin-moi, cukup tentang
dia. Terang kalau begitu bahwa bukan dia kekasihmu, maafkan aku tadi. Kemudian
bagaimana dengan Hek-giam-lo tadi? Ketika dia tanya siapa kekasihmu, bagaimana
jawabmu? Apa kau bilang kekasihmu itu ada?!
Suling Emas tak dapat menyembunyikan keheranan yang
membayang pada wajahnya ketika melihat betapa gadis itu kini memandangnya
sambil tersenyum dengan wajah cerah. Bukan main! Baru saja menangis dan
marah-marah, kini sudah tersenyum-senyum. Siapa tidak akan heran kalau melihat
udara yang gelap mendung dan hujan tiba-tiba tampak matahari bersinar?
˜Tentu saja ada, dan dia percaya!!
˜Siapa?!
Lin Lin berdebar jantungnya. Ia seorang gadis yang tabah
dan jujur, tidak pemalu, akan tetapi pertanyaan ini sekarang amat sukar
terjawab. Ia terpaksa menyembunyikan mukanya dengan tunduk, lalu menjawab.
˜Suling Emas..!
Suling Emas menjadi begitu kaget sampai ia berdiri kesima
tak mampu bergerak atau mengeluarkan kata-kata. Ia masih mengira bahwa Lin Lin
gadis nakal itu sengaja menyebut namanya untuk mempermainkannya sebagai
pembalasannya tadi. Akan tetapi melihat kepala yang ditundukkan, sikap yang
malu-malu dan bersungguh-sungguh itu, makin gelisahlah dia.
˜Lin-moi, harap kau jangan main-main yang bukan-bukan..!
Ia masih mencoba untuk melawan kekhawatirannya.
Lin Lin mengangkat mukanya. Merah sekali muka itu,
terutama sepasang pipinya, seolah-olah ketika menunduk tadi, gadis ini memulas
kedua pipinya dengan yanci (pemerah pipi). Tapi kini suaranya terdengar
sungguh-sungguh dan penuh tuntutan.
˜Mengapa, Koko? Aku tidak main-main! Bukankah pengakuanku
itu benar-benar? Kalau kau sekarang terheran, kaulah yang pura-pura dan
main-main. Yang kau lakukan terhadapku di perpustakaan istana itu..!
Suling Emas gelagapan. Tentu saja ia tidak dapat
melupakan peristiwa itu, pertemuannya pertama kali dengan Lin Lin, pada suatu
malam di lingkungan istana, ketika itu ia berada di dalam gedung perpustakaan,
sedang melamunkan kekasihnya, Suma Ceng, ketika tiba-tiba muncul Lin Lin yang
di dalam cuaca remang-remang itu bentuk tubuh dan potongan wajahnya mirip benar
dengan Suma Ceng.
Pada waktu itu, karena hatinya sedang diliputi penuh
rindu dendam terhadap kekasihnya, ia seperti orang mimpi, mengira Lin Lin, Suma
Ceng, memeluknya, menciumnya! Agaknya Lin Lin tak pernah dapat melupakan
peristiwa itu pula, hanya bedanya, kalau ia mengenang peristiwa itu, dengan
perasaan jengah dan malu serta merasa bersalah, sebaliknya gadis ini menganggap
peristiwa itu sebagai pernyataan cinta kasih Suling Emas terhadap gadis itu!
˜Kenapa? Apakah kau mempermainkan aku ketika itu?! Lin
Lin mendesak ketika melihat wajah Suling Emas menjadi pucat. Gadis ini merasa
gelisah sekali, khawatir kalau-kalau dugaan hatinya meleset. Ketika itu ia
merasa yakin benar bahwa Suling Emas mencintanya.
˜Sudahlah, Lin-moi. Apakah kau tidak bisa memaafkan
kesalahanku? Lekas kaulanjutkan ceritamu. Bagaimana dengan tongkat pusaka? Di
mana tongkat itu sekarang?!
˜Dirampas Hek-giam-lo,! jawab Lin Lin pendek, masih
bersungut-sungut karena ia merasa betapa Suling Emas seperti hendak mengingkari
perbuatannya di perpustakaan.
˜Lin-moi, sekarang juga kau harus ikut aku. Kalau hal ini
tidak lekas kuurus, selamanya kau akan dianggap musuh besar Beng-kauw.!
Ucapan ini begitu mengagetkan Lin Lin sehingga ia
melupakan urusan cinta kasih.
˜Apa? Mengapa?!
˜Lin Lin, ketahuilah. Sudah menjadi rahasia yang belum
terpecahkan oleh para pimpinan Beng-kauw bahwa Pat-jiu Sin-ong meninggalkan
warisan ilmu yang mujijat. Mereka mencari-cari, namun belum juga dapat
menemukannya. Kini rahasia wasiat itu terbuka olehmu, bahkan telah kaumusnahkan
dan kaupelajari isinya, padahal kau sama sekali bukanlah orang Beng-kauw. Hal
ini akan menimbulkan geger di kalangan Beng-kauw dan kalau mereka tahu, tentu
mereka itu akan mencarimu dan membunuhmu. Rahasia ilmu itu sama sekali tidak
boleh diketahui oleh orang luar. Kalau sampai mereka tahu dan memusuhimu, biar
aku sendiri takkan mampu mencegahnya.!
˜Aku tidak takut! Aku tidak mencuri ilmu, hanya
kebetulan..!
˜Hemmm, kau seperti anak kecil yang tidak pedulikan
langit ambruk bumi terbalik, Lin-moi. Ketahuilah, urusan ini amat besar dan
gawat. Biarpun secara kebetulan kau menemukan ilmu itu, akan tetapi bukankah
engkau yang menyuruh Hek-giam-lo merampas tongkat pusaka? Dan tahu pulakah kau
mengapa Hek-giam-lo suka merampas tongkat itu? Semata-mata karena taat
kepadamu? Tak mungkin. Dia mempunyai pamrih lain. Ketahuilah bahwa ilmu ciptaan
Pat-jiu Sin-ong itu telah terdengar pula oleh tokoh-tokoh kang-ouw dan Hek-giam-lo
termasuk seorang di antara mereka yang ingin sekali mengetahui dan memiliki
ilmu itu. Tentu saja ia tidak menduga bahwa ilmu itu disimpan di dalam tongkat
pusaka, akan tetapi aku berani bertaruh bahwa ia merampas tongkat pusaka untuk
ditukar dengan wasiat ilmu peninggalan Pat-jiu Sin-ong itu.!
˜Wah-wah, bagaimana baiknya? Aku sih tidak takut! Kalau
kakek ketua Beng-kauw marah-marah, aku dapat mengembalikan ilmu ini kepadanya
dengan mengajarnya. Bukankah beres begitu?!
Kembali mau tak mau Suling Emas tersenyum. Bocah ini sama
sekali belum tahu akan seluk beluknya dunia kang-ouw. Kalau tahu tentu akan
ketakutan sekali, karena urusan ini berarti kematiannya yang sukar untuk
dicegah pula.
˜Lin-moi, aku percaya akan ketabahanmu yang luar biasa,
sungguhpun aku tahu bahwa tak mungkin kau mampu menghadapi Beng-kauw. Andaikata
ilmu ini sudah kausempurnakan, agaknya kau memang akan menjadi penantang
Beng-kauw yang berbahaya, akan tetapi kau seorang diri mana mampu menghadapi
Beng-kauw yang mempunyai banyak sekali orang sakti?!
˜Termasuk kau?!
˜Jangan ngacau! Lin-moi, bukan saatnya kita bicara
main-main. Hanya ada satu cara untuk membebaskanmu daripada keadaan berbahaya
ini.!
˜Bagaimana?!
˜Kau harus mengunjungi makam mendiang Pat-jiu Sin-ong,
bersumpah di depan makam sebagai murid yang menemukan ilmu itu. Dengan cara
demikian, maka kau boleh dibilang sudah menjadi murid Pat-jiu Sin-ong sehingga
biarpun kau bukan anggauta Beng-kauw, kau berhak mewarisi ilmunya.!
Lin Lin mengerutkan alisnya yang kecil hitam.
˜Pergi sendiri? Aku tidak tahu tempatnya!! Hatinya
berkata, ˜Aku ogah!!
˜Aku yang akan membawamu ke sana.!
Seketika wajah gadis itu berseri ketika ia memandang
Suling Emas.
˜Dengan kau? Boleh, mari kita berangkat!!
Suling Emas menggeleng-geleng kepala, akan tetapi
diam-diam hatinya khawatir sekali. Bocah ini baginya merupakan ancaman bahaya
yang jauh lebih hebat dan mengerikan daripada ujung senjata para pengeroyoknya
tadi.
Beberapa hari kemudian, pagi-pagi sekali di tanah
pekuburan kaum Beng-kauw terdapat dua orang muda yang berjalan perlahan
berdampingan. Mereka ini adalah Lin Lin dan Suling Emas yang melakukan
perjalanan cepat ke selatan dan kini telah tiba di tanah pekuburan kaum
Beng-kauw di Nan-cao. Inilah tanah pekuburan para tokoh yang termasuk pimpinan
Beng-kauw, selama Beng-kauw didirikan di Nan-cao oleh Pat-jiu Sin-ong.
Keadaan di situ menyeramkan. Matahari belum tampak, masih
tertutup pohon-pohon dan Lin Lin merasa seakan-akan ia mendatangi sebuah kota
orang mati yang penghuninya hanya terdiri dari orang-orang mati yang pada saat
sepagi itu masih belum bangun, masih tidur di dalam rumah yang berupa
gundukan-gundukan tanah dihias batu nisan itu.
˜Di mana makamnya..?! tanya Lin Lin, suaranya agak
gemetar. Setelah tiba di tempat pekuburan itu, hatinya gentar juga. Harus
diakui bahwa sesungguhnya ia tidaklah begitu senang untuk bersumpah menjadi
murid Pat-jiu Sin-ong yang sudah mati. Ia mempelajari ilmu ciptaan Pat-jiu
Sin-ong bukan disengaja, secara kebetulan dan ia sama sekali tidak tahu
sebelumnya bahwa ilmu itu ciptaan pendiri Beng-kauw. Kalau dulu ia menurut
kepada Suling Emas dan sanggup untuk bersumpah menjadi murid, hal itu hanyalah
karena ia begitu amat inginnya melakukan perjalanan bersama Suling Emas! Dan
harus ia akui bahwa selama beberapa pekan ini, melakukan perjalanan di samping
Suling Emas, siang malam selalu berada di dekatnya, mendatangkan rasa gembira
luar biasa dan mempertebal keyakinannya bahwa Suling Emas juga mencintanya,
sebesar ia mencinta pendekar sakti itu!
˜Di sana makamnya, di bagian yang agak tinggi. Kau lihat,
masih baru!! jawab Suling Emas sambil menudingkan telunjuknya.
Mereka berjalan menghampiri makam Pat-jiu Sin-ong yang
besar dan mewah. Bagi Lin Lin tempat ini menyeramkan sekali, akan tetapi yang
lebih menggelisahkan hatinya adalah bahwa ia harus bersumpah menjadi murid
penghuni makam! Amat heran hati Lin Lin melihat betapa Suling Emas serta-merta
menjatuhkan diri berlutut dan memberi hormat di depan makam. Mengapa Suling
Emas begini menghormat ketua Beng-kauw yang sudah meninggal, pikirnya. Padahal
seingatnya, Suling Emas duduk sejajar dengan ketua Beng-kauw yang masih hidup.
˜Lin-moi, lekas kau berlutut dan mengucapkan sumpahmu,
biar aku menjadi saksi.! terdengar Suling Emas berkata.
Akan tetapi Lin Lin tetap berdiri tegak, tidak mau
berlutut dan tidak mengeluarkan kata-kata.
˜Lin-moi, mau tunggu apa lagi?!
Lin Lin tetap diam saja.
˜Lin-moi, mengapa kau ragu-ragu? Bukankah sudah jelas
kuterangkan kepadamu?!
˜Ah, aku.. aku tidak bisa. Hal ini seakan-akan suatu
paksaan. Suling Emas, bagaimana kau bisa tahu apakah benar-benar Pat-jiu Sin-ong
menghendaki aku menjadi muridnya? Kalau beliau tidak menghendaki, bukankah
berarti kita membikin rohnya menjadi penasaran?!
Suling Emas tertegun, memandang kepada Lin Lin, lalu
menoleh ke arah makam. Pada saat itu ia melihat berkelebatnya bayangan orang.
Ketika ia memandang jauh, hatinya berdebar karena ia mengenal laki-laki tua
memakai caping lebar itu. Kauw Bian Cinjin! Celaka, pikirnya. Kalau Kauw Bian
Cinjin melihat mereka di situ tentu akan bertanya dan kalau kakek itu
mengetahui duduk perkara sebenarnya, sudah pasti kakek itu takkan membiarkan
Lin Lin hidup!
˜Lin-moi, lekas berlutut. Lekas bersumpah sebelum
terlambat!! desaknya sambil memegang tangan gadis itu.
˜Tidak, aku tidak bisa lakukan itu.. masih ada jalan
lain..!
Suling Emas hendak membantah, akan tetapi terlambat. Kauw
Bian Cinjin yang bergerak cepat sekali sudah tiba di situ dan kakek ini biarpun
terheran melihat Suling Emas dan Lin Lin berada di makam Pat-jiu Sin-ong, namun
agaknya tidak mempedulikan ini. Malah ia segera berseru.
˜Kim-siauw-eng! Apakah kau tidak melihat Hwee-ji?!
Pertanyaan ini yang sama sekali tidak tersangka-sangka, tentu saja membuat
Suling Emas tercengang.
˜Bukankah dia sudah pulang bersama Bu Sin?! Tentu saja ia
menjadi tercengang dan heran karena ia sendiri yang menolong kedua orang muda
itu dari ancaman Siang-mou Sin-ni, kemudian ia menyuruh mereka kembali ke
Nan-cao sedangkan ia sendiri pergi mencari Lin Lin dan Sian Eng.
Kauw Bian Cinjin kelihatannya tergesa-gesa sehingga tidak
sempat untuk banyak bercerita.
˜Dia sudah pulang. Kam Bu Sin sicu (tuan muda gagah)
pulang lebih dulu ke Cin-ling-san menemui bibi gurunya. Akan tetapi malam tadi,
entah bagaimana dan mengapa, kelihatan di sini putera pangeran yang jahat itu,
Suma Boan, berkeliaran dan keadaannya seperti orang gila! Hwee-ji mengejarnya,
akan tetapi sampai sekarang keduanya tidak tampak bayangannya, kami menjadi
khawatir sekali.!
˜Ahhh..!! Suling Emas terkejut. ˜Biarlah aku mencari
mereka!! Sambil berkata demikian, ia menyambar tangan Lin Lin dan berkata,
˜Hayo kita pergi dulu dari sini mengejar mereka!!
Lin Lin tidak diberi kesempatan bicara. Pula, gadis ini
diam-diam merasa girang dan lega bahwa ada urusan lain yang membuat
penyumpahannya sebagai murid Pat-jiu Sin-ong tertunda. Ia tadi sudah bingung
den khawatir kalau-kalau Suling Emas menjadi kecewa dan marah oleh
penolakannya. Kini Suling Emas mengajaknya pergi, tanpa banyak cakap lagi ia
lalu ikut berlari sambil mengangguk dan tersenyum kepada Kauw Bian Cinjin yang
memandangnya dengan kening berkerut. Mau apa gadis liar ini di sini? Demikian
pikir Kauw Bian Cinjin. Akan tetapi karena ia tahu bahwa gadis itu adalah adik
angkat Suling Emas, ia pun tidak mau memikirkannya lagi.
˜Kim-siauw-eng, kau mencari ke timur aku ke utara!!
teriaknya. Suaranya terbawa angin dan karena kakek ini mengerahkan khi-kang,
dapat juga suara ini mengejar dan sampai ke telinga Suling Emas.
˜Baik!! jawab Suling Emas sambil mengerahkan khi-kang
pula karena keduanya sudah terpisah amat jauh, tidak tampak lagi, namun dengan
kesaktian mereka, kedua orang ini masih dapat saling menyampaikan pesan!
Apakah sebenarnya yang terjadi? Bagaimana Suma Boan,
putera pangeran itu, secara mendadak berada di Nan-cao, berkeliaran seperti
orang gila kata Kauw Bian Cinjin, sehingga kini dikejar-kejar oleh Liu Hwee?
Seperti telah dituturkan di bagian depan, ketika Sian Eng
dan Bu Sin menjadi tawanan Hek-giam-lo di dalam terowongan rahasia, Bu Sin
diculik oleh Siang-mou Sin-ni sehingga akhirnya tertolong oleh Liu Hwee dan
kemudian ditolong pula oleh Suling Emas. Adapun Sian Eng yang berada dalam
keadaan tertotok, ditolong dan dibawa pergi oleh Suma Boan!
Cinta memang dapat meracuni hati siapa saja tanpa pandang
bulu. Dan kalau cinta sudah berkuasa, banyak terjadi hal-hal aneh dan
kadang-kadang pandangan seorang korban cinta jauh berlawanan dengan pandangan
umum. Agaknya seluruh orang di dunia ini yang merasa suka kepada Sian Eng, akan
kecewa dan tidak setuju kalau gadis cantik gagah ini jatuh cinta kepada seorang
pemuda bangsawan yang berwatak buruk macam Suma Boan. Akan tetapi apa hendak
dikata. Sejak pertemuan pertama Sian Eng memang sudah jatuh hati kepada putera
pangeran ini! Apa pun yang akan dikatakan orang lain, tak mungkin masuk di hati
seorang yang sudah jatuh cinta.
Demikianlah, ketika dirinya dipondong pergi oleh Suma
Boan, diam-diam Sian Eng merasa terharu dan girang sekali, sungguhpun ada
perasaan kecewa dan khawatir di hatinya kalau ia teringat akan kakaknya, Bu
Sin. Suma Boan berlari cepat dan karena ia berada dalam keadaan tertotok, Sian
Eng tidak bisa apa-apa.
Baru beberapa hari kemudian Suma Boan menurunkannya dari
pondongan dan membebaskan totokannya. Sian Eng segera menegur.
˜Suma-koko, kenapa baru sekarang kau bebaskan aku? Kalau
tadi-tadi, kan kita berdua bisa menolong Bu Sin koko? Ah, bagaimana nasibnya
sekarang?!
Suma Boan merangkul pundaknya.
˜Jangan bodoh, Eng-moi. Kau tahu sendiri, tempat itu
adalah tempat Hek-giam-lo yang lihai. Bagaimana aku bisa sekaligus menolong dua
orang? Dan saking takutku kalau-kalau Hek-giam-lo akan mengejar, aku terus saja
membawamu lari dan baru sekarang berani berhenti di sini. Ah, Moi-moi, baru
sekarang kita dapat bertemu dan berkumpul. Alangkah gelisah hatiku ketika kita
berpisah di Nan-cao. Eng-moi, mengapa kau bisa berada di terowongan tempat
sembunyi Hek-giam-lo itu bersama kakakmu?!
Dengan halus Sian Eng melepaskan pundaknya dari
rangkulan. Biarpun di hutan itu sunyi tidak ada orang lain, namun ia tidak mau
pemuda yang dicintanya itu bersikap terlalu mesra kepada dirinya. Mereka belum
berjodoh, belum pula bertunangan! Akan tetapi ia mengajak pemuda itu duduk mengaso
dan berceritalah ia tentang usaha mereka mencari Lin Lin sehingga mereka berdua
terpisah dari Suling Emas dan kena tangkap Hek-giam-lo.