Mutiara Hitam Chapter 5

Kho Ping Hoo, Mutiara Hitam, Bab 21-24. ‘Undangan resmi dari bangsa Hsi-hsia untuk Pangeran Mahkota bangsa Khitan tentu saja tak dapat saya tolak.
Anonim
 Chapter 05

Lima tahun kemudian, seorang gadis berusia sembilan belas tahun berjalan seorang diri dikaki Gunung Lu-liang-san, disebelah barat kotaTai-goan. Gadis remaja ini cantik sekali dan amat manis. Bentuk mukanya lonjong, dagunya meruncing,dengan kulit muka yang halus dan putih seperti susu, dihias warna merah jambu dikedua pipinya, warna merah karena sehat.Mulutnya kecil dengan bibir selalu tersenyum, bibir merah membasah dan segar. Rambutnya agak awut-awutan, tidak di sisir rapi, namun menambah keluwesan dan keayuannya. Tubuhnya sedang dan ramping, agak kurus akan tetapi dengan lekuk-lengkung tubuh yang menonjolkan kewanitaannya. Pakaiannya berwarna merah muda, dengan ikat pinggang merah tua. Sebatang pedang tergantung dipinggangnya dan gagang pedang ini dihias sebuah mutiara yang besar,mutiara berwarna hitam berkilauan.

Gadis jelita ini bukan lain adalah Kam Kwi Lan! Sudah setengah tahun ia merantau meninggalkan hutan iblis. Setengah tahunyang lalu, bibinya, jugagurunya, Kam Sian Eng telah pergi bersama Suma Kiat.

Aku pergi bersama Suhengmu. Kau tidak boleh ikut, KwiLan. Akan tetapi kalau engkau mau pergi merantau, terserah. Engkau sudah cukup dewasa dan kuat untuk menjaga diri.!Demikian pesan Sian Eng secara singkat. Adapun Suma Kiat tersenyum-senyum, agaknya hendak menggoda sumoinya itu yang tidak boleh ikut pergi! Memang, biarpun usianya sudah dua puluh tahun, Suma Kiat yang kini juga memiliki ilmu ke pandaian tinggi itu kadang-kadang sikapnya seperti kanak-kanak saja!

Bibi, saya hanya minta agar sebelum Bibi pergi, Bibi suka memberi sedikit keterangan kepadaku.!

Sian Eng tersenyum di balik kerudung hitamnya. Keterangan tentang Ayah ­bundamu, bukan?!

Kwi Lan terkejut dan melirik ke arah Bi Li yang juga berdiri di situ dan yang menjadi kaget pula.

Hemm, jangan kira bahwa aku tidak tahu akan persekutuan kalian beberapa tahun yang lalu! Enci Bi Li, suamimu telah mati, anakmu hilang. Kalau dia memang anak berbakti, tentu dia akan datang mencarimu kelak. Kwi Lan, kalau kau hendak mencari Ibumu, pergilah ke Khitan.Ibumu adalah adik angkatku, yaitu Ratu Yalina di Khitan. TentangAyahmu..hi-hik, kautanya saja kepada Ibumu yang manis itu!!

Demikianlah, setelah Sian Eng bersamaSuma Kiat pergi, Kwi Lan lalu pergi pula meninggalkan hutan di manaia hidup selama delapan belas tahun. Ia menasihati Bi Li agar tinggal di dalam istana bawah tanah saja, menanti kembalinya mereka dari perantauan. Ia berjanji akan mencari keterangan di dunia luar tentang Tang Hauw Lam.

Dengan kawan pedang pusaka pemberian bibinya, Kwi Lan melakukan perjalanan seorang diri. Tujuan perjalanannya tentu saja di Khitan di sebelah utara. Akan tetapi ia tidak tergesa-gesa, melakukanperjalananseenaknya. Hal ini bukan saja karena ia memang hendak menikmati keadaan kota dan dusun yang dilaluinya, juga terutama sekali karena hatinya merasaamat kecewa ketika mendengar keterangan gurunya bahwa dia sebetulnya anak Ratu Khitan! Anak ratu! Akan tetapi ratunya bangsa Khitan yang dianggap sebagai bangsa yang setengah liar di utara. Dan kalau dia benar anak ratu, mengapa sampai diberikan kepada gurunya? Kalau benar ibunya itu, Ratu Khitan, adalah adik angkat gurunya, tentu dia telah diberikan kepada bibi itu untuk dilatih ilmu silat. Alangkah tega hati ibu kandungnya itu! Berarti tidak sayang kepadanya!Karena pikiran inilah maka Kwi Lan tidak sangat bernafsu untuk bertemu dengan ibu kandungnya yang menjadi ratu di Khitan.

Pada pagi hari yang cerah itu, Kwi Lan berjalan dikaki Bukit Lu-liang-san, menikmati keindahan alam yang mandi cahaya matahari pagi. Tiba-tiba pendengarannya yang tajam dapat menangkap suara orang bertanding disebelah depan. Hatinya tertarik dan ia mempercepat langkahnya. Ketika tiba disebuah belokan, ia melihat dua orang tengah bertanding hebat. Yang seorang bersenjata pedang, yang kedua bersenjata tongkat butut. Disekeliling tempat pertandingan itu, berdiri pula beberapa orang dengan tegak dan penuh perhatian menonton jalannya pertandingan. Melihat betapa dua orang yang bertanding, juga mereka yang berdiri menonton, semua berpakaian pengemis, teringatlah Kwi Lan akan peristiwa dihutan iblis pada lima tahun yang lalu.Yang bersenjata tongkat butut adalah seorang kakek pengemis berpakaian butut dan disitu masih ada tiga orang temannya yang kurus-kurus dan tua berdiri menonton. Adapun lawannya, yang berpedang, adalah seorang pengemis pakaian bersih, sedangkan agaknya empat orang yang berdiri menonton disebelah kiri adalah teman-temannya, sungguhpun hanya dua diantara mereka yang berpakaian pengemis baju bersih.

Pertandingan itu cukup seru dan dari gerakan mereka tahulah Kwi Lan bahwa mereka yang bertanding itu memiliki kepandaian cukup tinggi dan tentu bukan anggauta biasa dari perkumpulan mereka, melainkan tokoh-tokoh yang berkedudukan cukup tinggi. Maka ia memandang penuh perhatian sambil mendekati dengan langkah perlahan.

Ssssttt..!!

Kwi Lan terkejut dan berdongak. Ternyata yang berdesis itu adalah seorang pemuda yang duduk ongkang-ongkang diatas dahan pohon sambil menghadap ke arah pertandingan. Pemuda itu kini menoleh kepadanya dan menaruh telunjuk kedepan mulut. Melihat wajah pemuda itu yang berseri, tidak hanya mulutnya, bahkan hidung dan matanya ikut tersenyum ramah, sekaligus timbul rasa suka dihati Kwi Lan. Mata pemuda itu bersinar terang dan gembira, jelas tampak bahwa dia seorang periang yang lucu dan juga nakal.

Kalau mau nonton, disini paling enak, jelas aman dan tidak usah bayar!! bisik pemuda itu dan terkejutlah KwiLan. Pemuda itu hanya berbisik-bisik, akan tetapi suaranya jelas sekali terdengar olehnya, seperti didekat telinganya. Tahulah ia bahwa pemuda yang periang ini bukan hanya seorang pemuda berandalan biasa, melainkan seorang pemuda yang memiliki kepandaian tinggi dan sudah menguasai Ilmu Coan-im-pekli (Mengirim Suara Seratus Mil). Kalau saja pemuda itu tidak memiliki wajah tampan yang begitu jenaka seperti wajah seorang anak kecil yang nakal, tentu Kwi Lan akan ragu-ragu bahkan marah. Namun jelas baginya bahwa pemuda itu nakal dan polos, tidak bermaksud kurang ajar. Hal ini dapat ia lihat dari sinar matanya. Selama setengah tahun merantau dan bertemu banyak laki-laki, Kwi Lan sudah dapat membedakan pandang mata laki-laki yang tertarik akan kecantikan wajah dan bentuk tubuhnya, pandang mata mengandung berahi yang kurang ajar.

Sengaja Kwi Lan mengerahkan ginkangnya sehingga ketika ujung kedua kakinya menggenjot tanah, tubuhnya melayang naik seperti seekor burung kenari terbang melayang dan hinggap di atas cabang di dekat pemuda itu, duduk ongkang-ongkang seperti si pemuda tanpa sedikit pun membuat cabang itu bergoyang. Akan tetapi Kwi Lan kecelik kalau ia memancing kekaguman pemuda itu, karena si pemuda menoleh kepadanya seperti tidak ada apa-apa saja, seakan-akan gerakannya yang indah dan ringan itu tadi sudah sewajarnya!

Setelah menoleh dan memandang wajah Kwi Lan sejenak, pemuda itu tersenyum lebar,merogoh saku bajunya yang lebar, mengeluarkan bungkusan dan membuka bungkusan itu, menyodorkannya kepada Kwi Lan. Kiranya tanpa bicara pemuda itu telah menawarkan kacang garing kepada Kwi Lan!

Enak nonton di sini sambil makan kacang,! katanya dengan mata bersinar-sinar. Gerakan mereka dapat nampakjelas. Hayo bertaruh, siapa yang akanmenang antara pengemis bertongkat kurus kering dan pengemis botak berpedang itu? Aku berpegang kepada SiBotak!!

Kwi Lan makin suka kepada pemudayang sebaya dengannya ini, atau mungkin lebih muda melihat sikapnya yang kekanak-kanakan. Tanpa ragu-ragu lagi ia mengambil segenggam kacang, membuka kulit dan memakannya sambil menonton ke arah pertandingan.

Aku bertaruh pengemis baju butut yang menang,! Kwi Lan berkata setelah menonton sebentar. Kacang garing ituenak sekali, selain gurih dan wangi tanda kacang tua dan baik, juga agaknya diberi bumbu dan asinnya cukup.

Belum tentu!! kata Si Pemuda gembira dan kedua kakinya yang ongkang-ongkang itu digerak-gerakkan menendang.!Memang Si Kurus Kering itu lebih lihai ginkangnya, lebih cekatan. Akan tetapiku lihat Si Botak ini banyak tipu muslihatnya. Di gagang pedangnya terdapat alatuntuk melepas jarum beracun.!

Ihhh..! Memang pengemis baju bersih itu golongan hitam dan curang!! Kwi Lan berseru.

Eh, bagaimana engkau bisa tahu?!

Tahu saja! Kaukira engkau saja yang tahu kelicikan mereka?!

Mereka saling pandang, cemberut karena dengan pertaruhan itu mereka seperti hendak saling memihak. Akan tetapi pemuda itu tersenyum, menyodorkan lagi bungkusan kacangnya. Enak kacang ini, bukan? Tentu enak, kacangini khusus dibuat untuk istana kerajaan!! ia tertawa ha-ha-he-he, lalu melanjutkan,!Akan tetapi, Raja dan para Pangeran belum tentu mempunyai mulut seperti mulutku, maka aku merasa bahwa mulutku tidak terlalu rendah untuk mencicipi kacang untuk istana ini dan kucuri sebagian. He-he-heh!!

Kwi Lan juga tersenyum lebar dan mengambil lagi segenggam. Keduanya kini tidak berkata-kata lagi karena ikut merasa tegang dengan pertandingan yang makin seru itu. Mereka seperti lupa diri, makan kacang sambil menonton ke bawah, persis seperti lagak para penonton permainan sepak bola yang ramai. Mereka seperti dua orang anak nakal yang sudah sejak kecil menjadi kawan bermain.

Memang pertandingan itu makin seru. Tepat seperti yang dikatakan pemuda itu, gerakan pengemis baju butut yang memegang tongkat amat lincah, tubuhnya seringkali mencelat ke atas dan menyambar-nyambar dengan tongkatnya. Pengemis botak yang berbaju bersih, agaknya kewalahan dan terdesak sehingga ia hanya mampu mengelak dan menangkis, sukar untuk dapat membalas. Namunharus diakui bahwa pertahanan pedangnyacukup kuat sehingga semua terjangan SiPengemis kurus kering selalu tidak mengenai sasaran. Tiba-tiba pengemis baju kotor itu mengeluarkan seruan keras dan ilmu tongkatnya berubah, membentuk lingkaran-lingkaran yang makin lama makin sempit sehingga mengurung tubuh lawannya.

Hah, mampus sekarang jagomu!! kataKwi Lan.

Heh, belum tentu! Lihat saja..jawab Si Pemuda.

Lihat, nah..kena!! Berbareng dengan ucapan Kwi Lan yang tentu saja dapat mengikuti jalannya pertandingan dengan jelas dan bahkan dapat menduga pula perkembangan setiap gerakan, benar saja tongkat pengemis pakaian kotor itu dapat menusuk leher pengemis botak. Akan tetapi, ketika pengemis botak itu berusaha menangkis dengan sia-sia, tiba-tiba dari gagang pedangnya meluncur sinar hitam dan kakek pengemis kurus kering itupun berseru kesakitan dan roboh bersama-sama lawannya. Kalau lawannya dapat ia tusuk dengan tongkat, tepat mengenai leher, adalah dia sendiri menjadi korban tiga batang jarum beracun yang menyambar keluar dari gagang pedang ketika lawannya menekan alat rahasia digagang pedang itu.Tiga batang jarum berbisa memasuki perutnya!

Tiga orang pengemis baju kotor yang bertubuh kurus-kurus itu menjadi marah sekali. Akan tetapi pada saat itu, empat orang lawannya yang tadinya juga menonton, dengan bersorak telah menyerbu dan menerjang mereka bertiga. Tiga orang pengemis ini cepat menggerakkan tongkat melawan pengeroyokan empat orang lawan itu. Akan tetapi ternyata kepandaian empat orang lawan, terutama yang berpakaian seperti jago silat, bermuka penuh brewok dengan alis tebal, tubuhnya tinggi besar, amatlah lihai. SiBrewok tinggi besar ini menggunakan sepasang pedang dan gerakannya laksana harimau mengamuk. Tiga orang pengemis baju kotor itu amat kewalahan dan terdesak sambil mundur. Namun mereka melawan terus dengan nekad sambil memaki-maki. Tidak lama pertandingan itu karena tiba-tiba tiga orang pengemis kurus itu berteriak keras dan terjungkal roboh. Kiranya diam-diam empat orang lawannya itu telah mempergunakan sen jata rahasia dan memukul roboh lawannya dengan senjata rahasia ini. Dan agaknya senjata rahasia mereka itu semua memakai racun, buktinya begitu roboh, seperti halnya pengemis pertama, tiga orang kakek baju kotor ini pun tak bergerak lagi, mati seketika!

Hah-ha-ha, kau kalah bertaruh! Bukankah jembel-jembel busuk pesolek yang menang?! Pemuda di samping Kwi Lan bersorak.

Kwi Lan cemberut, lalu berseru keras ke bawah, Jembel-jembel pesolek dan kaki tangannya memang curang! Anak buah Bu-tek Siu-lam mana ada yang tidak curang dan pengecut?! Teringat peristiwa lima tahun yang lalu, sengaja Kwi Lan menyebut nama itu. Siapa kira, mendengar disebutnya nama ini, Si Pemuda di sampingnya terkejut dan berteriak keras lalu terjungkal ke bawah pohon! Kwi Lan terkejut dan baru ia tahu bahwa pada saat pemuda itu terjungkal, dari bawah menyambar beberapa macam senjata rahasia itu. Cepat ia menggunakan ujung lengan bajunya mengebut dan..runtuhlah semua senjata rahasia itu. Dengan muka merah Kwi Lan meloncat berdiri di atas cabang pohon. Ia melihat empat orang itu terbelalak kaget, akan tetapi seorang diantara dua pengemis baju bersih, yang bertubuh pendek dan bermuka bengis, telah mencabut pedang dengan tangan kanan, sedangkan tangan kirinya kembali menyambitkan senjata rahasia gelang besi yang melayang dan terputar-putar menyambar ke arah perut Kwi Lan.

Gadis ini memuncak kemarahannya. Iameloncat turun sambil menyampok senjata gelang besi itu ke bawah dan setengah disengaja ia menyampok gelang besi itu ke arah Si Pemuda yang sudah bangun.

Aduhh!! teriak Si Pemuda sambil berloncatan bangun dan mengelus-elus kepalanya, seakan-akan kepalanya terkena hantaman senjata rahasia itu. Akan tetapi jidatnya yang lebar dan kelimis itutidak terluka, lecet pun tidak.

Kwi Lan tidak pedulikan pemuda itu,lalu melayang ke arah pengemis baju bersih yang menyambut kedatangannya dengan sebuah tusukan pedang! Tampaknya serangan ini tak mungkin dielakkanlagi oleh Kwi Lan yang tubuhnya sedang melayang di udara dan memang gadis inipun tidak berusaha untuk mengelak. Tangan kirinya dengan telapak tangan terbuka melakukan gerakan mendorong dan..pedang itu terkena dorongan hawa pukulan ini membalik kemudian secepat kilat Kwi Lan menyentil dengan telunjuknya ke arah pergelangan tangan yang memegang pedang dan..pedang itu mencelat sambil membalik sehingga menusuk pangkal lengan pengemis pendek itu sendiri sehingga kulit dagingnya terbelahdan tampak tulang lengannya! Sementaraitu, entah bagaimana pedangnya telah berpindah ke tangan Kwi Lan yang mempergunakan pedang rampasan untuk menodong!

Ha-ha-ha-heh-heh!!Si Pemuda itu bersorak sambil mempermain-mainkan gelang besi yang tadi menyambarnya dengan tangan kanan. Jembel tua bangka pesolek sekarang kehilangan aksinya. Makanya jangan sok aksi. Sudah tua bangka begitu, pura-pura jadi pengemis tapi pakaiannya bersih dan baru, biar kelihatan aksi dan tampan. Wah, ini namanya tua-tua keladi!!

Tentu saja pengemis pendek yangdirobohkan Kwi Lan itu melotot ke arah Si Pemuda dengan kemarahan meluap-luap, akan tetapi juga terheran-heran mengapa senjata rahasianya yang biasanya ampuh bahkan mengandung racun itu kini dipakai main-main oleh Si Pemuda ini. Pada saat itu, pengemis ke dua yang tubuhnya kurus kecil seperti kucing kelaparan itu menudingkan telunjuknya kepada Kwi Lan sambil membentak, suaranya besar dan parau sungguh berlawanan dengan tubuhnya yang serba kecil kurus.

Eh, iblis betina dari mana berani menentang Hek-coa Kai-pang dan mengeluarkan ucapan menghina ciang bujin Bu-tek Siu-lam? Apakah sudah bosan hidup?!

Kwi Lan membalikkan tubuhnya, membelakangi pengemis pendek yang terluka untuk menghadapi lawan baru ini. Ia tersenyum manis ketika berkata, Kalian ini jembel-jembel busuk, biarpun tidak sama dengan Hek-peng Kai-pang, kiranya sama busuknya, apalagi sama-sama di bawah pimpinan Bu-tek Siu-lam yang biarpun belum pernah kujumpai, tentu busuk pula!!

Eh, perempuan keparat! Selama hidupkami tidak pernah bertemu denganmu dan tidak pernah bertentangan, mengapa hari ini kau datang-datang menghina dan memusuhi kami? Apakah kau berpihak kepada jembel-jembel butut itu?! bentak pula pengemis kurus kecil sambil menuding ke arah mayat empat orang pengemis baju butut. Kumis kecil di kanan kiri hidung itu bergerak-gerak akan tetapi tidak sama sehingga kelihatannya seperti sepasang sayap kupu-kupu yang hinggap di situ membuat Kwi Lan menjadi geli dan memperlebar senyumnya.

Urusan kalian dengan jembel-jembel berpakaian butut sama sekali tidak ada sangkut-pautnya dengan aku. Akan tetapi kebetulan sekali aku adalah orang yang paling tidak suka melihat perbuatan-perbuatan curang dan pengecut. Dalam pertandingan tadi, kalian merobohkan lawan mengandalkan senjata rahasia secara curang sekali. Kemudian kalian juga menyerangku dengan senjata rahasia. Apakah kau masih mau bilang di antara kita tidak ada pertentangan?! Berkata demikian, Kwi Lan melirik kepada dua orang lain yang tidak berpakaian pengemis, yaitu yang bermuka brewok dan seorang temannya lagi. Jelas mereka itu tidak segolongan dengan dua orang pengemis baju bersih ini dan mereka pula tidak mencampuri perdebatan, hanya memandang dengan mata terbelalak heran dan kening berkerut.

Bocah sombong! Merampas pedang dan melukai saudaraku masih belum merupakan dosa besar, akan tetapi menyebut dan menghina nama ciang bujin kami..!

Kwi Lan memegang ujung pedang dengan tangan kirinya dan sekali tekuk, pedang rampasan itu patah menjadi dua dan ia buang ke atas tanah. Pedang sudah kupatahkan, kalau aku bunuh saudaramu itu dan kumaki Si Kepala Penjahat busuk Bu-tek Siu-lam, kau mau apa?!

Iblis betina, rasakan tanganku!! Tiba-tiba pengemis kecil kurus itu sudah mencabut pedang dan menggerakkan pedangnya membacok, gerakannya selain cepat juga kuat sekali, jauh lebih kuat daripada gerakan pengemis yang sudah terluka tadi. Pada saat yang sama, ketika Kwi Lan memutar tubuhnya untuk menghadapi serangan pengemis kecil kurus, pengemis ke dua yang sudah terluka lengannya itu kini menggerakkan tangan kirinya menyambitkan sebuah gelang besi ke arah punggung gadis itu.

Apa yang terjadi selanjutnya sedemikian cepatnya sehingga sukar di ikuti pandangan mata, akan tetapi tahu-tahu dua orang pengemis itu menjerit dan roboh dalam keadaan tak bernyawa lagi dan hebatnya, tepat di dahi mereka tampak luka berlubang ditembusi gelang besi beracun! Kiranya ketika tadi diserang pedang pengemis kurus, Kwi Lan juga tahu bahwa dari belakang ia diserang dengansenjata rahasia maka secepat kilat ia berkelebat kedepan, menangkap tangan yang berpedang dari samping lalu membetot tubuh itu dipakai menangkis gelang besi yang menyambar punggungnya sehingga senjata rahasia itu tepat menyambar dahi pengemis kurus. Adapun Si Pengemis pendek yang melepas senjata rahasia secara curang itu, sebelum sempat mengelak, telah dimakan! senjata rahasianya sendiri yang dilemparkan oleh pemuda teman Kwi Lan dengan gerakan sembarangan namun yang membuat senjata itu menyambar cepat sekali dan masuk ke dalam dahi pemiliknya.

Kini tinggal dua orang yang bukan pengemis, teman-teman dari pengemis baju bersih, berdiri memandang dengan mata terbelalak kaget. Mereka berdua mengerti bahwa dua orang muda itumemiliki kepandaian yang amat tinggi. Orang pertama yang mukanya penuh brewok segera melangkah maju dan menjura sambil mengangkat kedua tangan kedada dan berkata, Kepandaian Ji-wi (Tuan Berdua) sungguh hebat dan membuat kami merasa kagum sekali!!

Kwi Lan hanya tersenyum mengejek, akan tetapi pemuda itu tertawa-tawa tanpa membalas penghormatan orang.!Heh-heh, kulihat kalian berdua bukan pengemis. Tapi tadi membantu dalam pertandingan antar pengemis! Apakah sekarang hendak menuntut bela atas kematian dua orang sahabatmu ini?!

Si Brewok menggeleng-geleng kepalanya. Kami tidak tersangkut dalam urusan antara mereka dan Ji-wi, dan telah saya lihat betapa mereka itu mencari mati sendiri dengan keberanian mereka melawan dan memandang rendah Ji-wi. Sungguhpun menghadapi empat orang anggauta Khong-sim Kai-pang pengemis baju butut tadi kami merupakan sekutu mereka, namun urusan terhadap Ji-wi kami tidak ikut campur.!

Menggerakkan lidah memang amat mudah!! Kwi Lan berkata mengejek.!Kau bilang tidak ikut campur, akan tetapi siapa tadi yang ikut menyerangku dengan senjata rahasia ketika aku beradadi atas pohon itu?!

Wajah Si Brewok menjadi merah. Memang tadi dia ikut menyerang Kwi Lan dengan senjata rahasianya yang berbentuk peluru bintang. Ia menjura kepada gadis itu dan berkata,

Harap Nona maafkan, tadi saya menyangka Nona adalah kawan pengemis Khong-sim Kai-pang.!

Tidak peduli apa yang kausangka. Hayo serang aku lagi dengan senjata rahasiamu!! bentak Kwi Lan sambil tersenyum mengejek.

Berubah muka Si Brewok. Saya..saya mana berani?!

Berani atau tidak masa bodoh, kau harus! Kalau membangkang, jangan bilang aku keterlaluan!! Suara ini mengandung penuh ancaman sehingga muka yang penuh brewok itu menjadi pucat. Ia berdiri saling pandang dengan kawannya. Kawannya itu agaknya lebih berani daripada SiBrewok, matanya yang agak menjuling itu dipelototkan ke arah Kwi Lan dan ia berseru, Nona, engkau sungguh keterlaluan! Kami adalah orang-orang Thian-liong-pang, bukan orang-orang sembarangan! Kalau Suhengku ini berlaku mengalah kepadamu, adalah karena melihat engkau masih muda, masih setengah kanak-kanak. Setelah Ouw-suheng mengalah, mengapa engkau malah mendesaknya? Sekali dia turun tangan, engkau akan celaka, dan hal itu akan sayang sekali, melihat engkau begini muda dan cantik!!

Sute, diam..! Si Brewok menegur adik seperguruannya.

Kwi Lan marah sekali, akan tetapi tak seorang pun tahu akan hal ini karena senyumnya makin manis. Ah, begitukah? Jadi kalian ini orang-orang Thian-liong-pang yang lihai? Kebetulan sekali, lekaskalian berdua menyerangku dengan senjata-senjata rahasia kalian!!

Si Brewok ragu-ragu, akan tetapi SiMata Juling berkata, suheng, dia yang minta dihajar, tunggu apa lagi?! Sambil berkata demikian Si Juling mengeluarkan dua buah senjata rahasianya, yaitu peluru bintang. Senjata rahasia ini terbuat daripada baja, ujungnya runcing-runcing dan karena bentuknya bulat seperti peluru, maka dapat disambitkan dengan keras. Melihat ini, SiBrewok yang didesak-desak juga mengeluarkan senjata rahasia yang sama, akan tetapi hanya sebuah.

Hayo lekas serang, tunggu apa lagi?!Kwi Lan berseru, berdiri dengan sikap seenaknya, bahkan sengaja ia miringkan tubuh dan menoleh membelakangi dua orang itu.

Selagi Si Brewok ragu-ragu dan adik seperguruannya yang marah itu menanti gerakan kakaknya, terdengar pemuda itu tertawa bergelak. Ha-ha-ha! Aku mendengar nama besar Thian-liong-pang sebagai perkumpulan yang disegani dan ditakuti, yang mempunyai cabang di seluruh negeri, yang dipimpin oleh orang-orang sakti. Akan tetapi ternyata kini orang-orangnya hanya pengecut-pengecut yang suka menyerang seorang gadis dengan curang..!

Eh, manusia berandalan! Diam kau! Ini bukan urusanmu!! Kwi Lan membentak dan melotot kepada pemuda itu. SiPemuda masih tertawa-tawa, akan tetapi tiba-tiba matanya terbelalak dan wajahnya memperlihatkan sikap kaget ketika pemuda itu melihat betapa dua orang itumenggunakan kesempatan selagi Kwi Lan menoleh dan bicara kepadanya untuk menyerang dengan senjata rahasia mereka. Pemuda itu menjadi pucat karena maklum betapa hebatnya serangan itu dan betapa ia sendiri yang berdiri jauh tidak sempat mencegah serangan ini. Akan tetapi wajah yang kaget itu berubah girang dan sinar matanya menyorotkan kekaguman ketika ia mendengar pekik kesakitan kedua orang anggauta Thian-liong-pangitu. SiMata Juling roboh dan tewas seketika karena pelipis dan dadanya dihantam senjata rahasianya sendiri, sedangkan Si Brewok roboh kesakitan akan tetapi segera melompat bangun kembali karena hanya pahanya yang terluka oleh senjata rahasianya sendiri pula. Ia berdiri dengan mata terbelalak kagum dan heran. Memang luar biasa sekali caranya gadis itu menghadapi serangan senjata rahasia tadi. Biarpun sedang menengok kebelakang, namun Kwi Lan tahu akan serangan senjata rahasia. Bahkan tanpa menoleh lagi ia menggerakkan kedua tangannya, menyambar senjata rahasia SiJuling yang datang lebih dulu kearah pelipis dan dada, kemudian secepat kilat ia mengembalikan dua senjata itu ke arah pemiliknya, tepat mengenai pelipis dan dada! Adapun peluru bintang yang dilepas SiBrewok hanya mengarah pahanya, itupun tidak tepat di tengah-tengah, maka Kwi Lan juga me!retour! senjata rahasia itu tepat mengenai pinggir paha Si Brewokyang mendatangkan luka daging!

Sambil meringis menahan sakit, SiBrewok menjura kepada Kwi Lan. Benar hebat dan mengagumkan. Saya mengaku kalah dan kematian Suteku adalah karena tidak hati-hatinya. Mohon tanya, siapakah nama Nona yang gagah?!

Kwi Lan sudah menggerakkan bibir hendak mengaku, akan tetapi tiba-tiba pemuda itu berkata, Eh, apakah matamu sudah buta? Terang Nona ini menggunakan nama Mutiara Hitam, engkau masih bertanya-tanya lagi?! Sambil berkata demikian, pemuda itu sekali menggerakkan kaki tubuhnya sudah melayang dan hinggap didekat Kwi Lan seperti gerakan seekor burung ringannya. Si Brewokmemandang kagum dan tersenyum mendengar kata-kata itu. Ia menduga bahwa gadis ini memakai nama julukan Mutiara Hitam karena gagang pedangnya terhias sebutir mutiara hitam yang besar. Ia lalumenjura kepada pemuda itu dan ber tanya, Terima kasih atas penjelasan Tuan Muda. Bolehkah saya mengetahui namaKongcu?!

Namanya Si Berandal, apa kalian belum tahu?! Suara ini keluar dari mulut Kwi Lan yang hendak membalas pemuda itu. Akan tetapi Si Berandalhanya tertawa, lalu berkata kepada anggauta Thian-liong-pang itu.

Kau ini manusia tidak tahu diri berani main-main di depan Mutiara Hitam dan Berandal, sungguh sudah bosan hidup!!

Mohon Ji-wi (Tuan Berdua) sudi memaafkan, karena tidak mengenal maka kami telah berlaku kurang hormat. Harap Ji-wi suka memandang perkumpulan dan ketua kami memberi maaf kepada saya.!

Kalau kami tidak memaafkan, apa kaukira akan masih tinggal hidup?! Si Berandal bersombong. Hayo ceritakan siapa engkau dan apa urusan Thian-liong-pang dengan pengemis-pengemis itu serta mengapa pula terjadi pertandingan dengan pengemis-pengemis Khong-sim Kai-pang? Dan mengapa pula nama Bu-tek Siu-lan tadi kudengar disebut Ciangbujin oleh pengemis pendek itu?!

Saya bernama Ouw Kiu seperti semua pimpinan dan petugas Thian-liong-pang saya taat dan tunduk kepada perintah atasan. Saya dan Sute Ouw Lun itu mendapat tugas untuk menyampaikan undangan kepada para pimpinan Hek-coa Kai-pang, untuk menghadiri pengangkatan ketua baru Thian-liong-pang pertengahan bulan depan. Ketika hendak kembali ke Yen-an, di sini kami bertemu dengan tiga orang anggauta Hek-coa Kai-pang yang berhadapan dengan empat orang Khong-sim Kai-pang. Tentu saja kami membantu Hek-coa Kai-pang dan salah mengira bahwa Ji-wi adalah teman-teman anggauta Khong-sim Kai-pang.!

Dan tentang Bu-tek Siu-lam?! pemuda itu mendesak.

Ouw Kiu tidak menjawab, wajahnyapucat.

Ah, urusan begitu saja mengapa mesti banyak tanya lagi?! Kwi Lan mencela. Si badut Bu-tek Siu-lam itu sudah jelasmenjadi cukong dunia pengemis golongan hitam! Ingin aku bertemu dengan badut itu untuk memberi hajaran agar ia kapok dan tidak membiarkan anak buahnya bermain curang!!

Ouw Kiu makin pucat. Saya..saya tidak mempunyai cukup harga untuk menyebut-nyebut nama besar Beliau, hanya saya mengerti bahwa Beliau merupakan seorang tokoh besar yang amat dihormati Thian-liong-pang. Suaranya agak gemetar dan matanya lirak-lirik ke kanan kiri penuh kekhawatiran.

Sudah, pergilah dan bawamayat temanmu. Mengingat Thian-liong-pang kami memaafkanmu dan bulan depan kalau tiada halangan, kami akan datang menonton keramaian di Yen-an.!

Ouw Kiu menjura mengucapkan terima kasih, kemudian menyambar mayat sutenya dan pergi dari situ dengan langkah terpincang-pincang. Kwi Lan membalikkan tubuh terus lari pergi pula dari tempat itu. Akan tetapi belum jauh iapergi, ia mendengar suara orang berlari di belakangnya. Ketika melirik dan melihat bahwa yang mengikutinya adalah pemuda itu, Kwi Lan lalu mengerahkan ginkangnya dan berlari makin cepat. Setelah lari agak jauh, ia melirik kebelakang. Kiranya pemuda itu masih saja mengikuti di belakangnya, hanya terpisah tiga meter! Kwi Lan penasaran dan mengerahkan seluruh tenaganya, lari secepat terbang.Pemuda itupun mengerahkan tenaganya. Beberapa lama mereka berlari-larian cepat sampai puluhan li jauhnya. Akhirnya terdengar pemuda itu berkata dengan napas memburu.

Waduh.., beratnih! Eh, Mutiara Hitam, apakah engkau takut padaku maka melarikan diri?!

Kalau pemuda itu mengeluarkan ucapan lain, agaknya Kwi Lan tidak akan mempedulikannya dan akan berlari terus. Akan tetapi dikatakan takut merupakan pantangan besar baginya, maka cepat iamengerem larinya, berhenti dengan tiba-tiba sehingga pemuda yang membalap dibelakangnya itu hampir saja menubruknya kalau tidak cepat-cepat membuang diri ke samping dan berjungkir balik dua kali.Gerakan pemuda ini amat lucu, akan tetapi juga indah dan membuktikan kegesitannya yang luar biasa.

Takut? Siapa bilang aku takut padamu?!Kwi Lan bertanya, memandang tajam dan mengangkat muka membusungkan dada, sikapnya menantang.

Tentu saja aku yang bilang..!! Pemuda itu berhenti dan mengatur napasnya yang agak terengah-engah. Wah, bisa putus napasku kalau diajak balapan lari gila-gilaan seperti tadi! Aku tidak bilang kau takut, aku tadi bertanya apakah engkau takut kepadaku.!

Aku tidak takut! Apamu yang kutakuti?! Kwi Lan membentak.

Kalau tidak takut mengapa lari seperti dikejar setan? Aku..aku mau bicara denganmu, aku ingin jalan bersama, kenapa kau melarikan diri?!

Aku lari, atau jalan, atau tidur, bukan urusanmu. Aku tidak ada urusan denganmu, aku tidak ingin berjalan bersama, tidak ingin bicara denganmu.!

Wah-wah-wah, kenapa begini galak? Sungguh tidak berbudi..!

Aku tidak berhutang budi kepadamu! Kau mau apa?!

Pemuda itu menyeringai dan senyumnya yang lebar itu lucu sekali, seperti senyum orang mengunyah garam, sehingga diam-diam KwiLan menjadi geli.

Kau memang tidak berhutang budi kepadaku. Akan tetapi engkau hutang kacang! Hayo menyangkallah kalau mampu! Bukankah kau berhutang kacang asin garing yang gurih dan wangi, tidak satu, tidak pula dua atau tiga, melainkan tiga genggam yang isinya banyak!!

Hanya dua genggam!! bentakKwiLan.

Dua genggam banyak juga namanya. Lebih dua puluh! Hayo kau bayar kembali hutangmu itu, baru diantara kita tidak ada sangkut paut lagi!!

Kwi Lan tertegun dan melengak. Ia menoleh ke kanan ke kiri, tak berdaya. Dari mana ia bisa mendapatkan kacang asin di dalam hutan itu? Dan yang sudah masuk perutnya pun tidak mungkin dikeluarkan lagi. Betapapun juga, ia kalah benar. Memang tak dapat ia menyangkal bahwa ia tadi telah makan dua genggam kacang asin pemuda itu. Baru sekarang Kwi Lan merasa kalah debat. Biasanya, menghadapi suhengnya, Suma Kiat ia selalumenang berdebat sampai suhengnya kewalahan. Akan tetapi sekarang ia benar-benar bingung, tak tahu harus melawan secara bagaimana. Akhirnya Kwi Lan menggerakkan kepala keras-keras untuk menyingkap gumpalan rambut yang jatuh ke mukanya, sebuah kebiasaan atau gerakan yang biasa ia lakukan tanpa sadar apabila ia merasa malu, bingung atau marah.
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar