Mutiara Hitam Chapter 4

Kho Ping Hoo, Cinta Bernoda Darah, Bab 16-20. Dua orang laki-laki tinggi besar yang usianya empat puluhan tahun itu tersenyum menyeringai, tampak puas dan bangga. Setelah memandang ke sekeliling lalu berkatalah seorang di antara mereka yang brewok.
Anonim
 Chapter 04

Wah, Cim-jip-houw-hiat (Serbu Masuk Guha Harimau) yang buruk sekali!! Ia pun cepat melakukan gerakan yang sama. Akan tetapi jurus yang sama ini ia lakukan dengan cara yang jauh berlainan, hanya gayanya saja yang sama akan tetapi dasar dan isinya sudah berbeda jauh. Akan tetapi hebat akibatnya, karena ketika kepalan tangan Si Muka Bopeng itu bertemu dengan telapak tangan Kwi Lan, mendadak Si Muka Bopeng itu merasa betapa tangannya membalik tenaganya dan kepala tangannya seakan-akan sudah tak dapat ia kuasai lagi dan menyambar ke arah dadanya sendiri! Persis seperti yang dialami oleh enam orang anak buahnya tadi. Akan tetapi ia cukup lihai dan secepat kilat ia menggunakan tangan kirinya menangkis tangan kanannya sendiri sampai terdengar suara dukkk!! karena beradunya kedua lengan. Ia meringis kesakitan, wajahnya makin merah. Jelas tadi ia melihat gadis cilik itu bergerak dalam jurus yang sama, akan tetapi mengapa amat berbeda? Memang tidak aneh sebetulnya. Seperti kita ketahui dari ceritaSULING EMAS , mendiang Tok-siaw-kwi Liu Lu Sian telah berhasil mencuri banyak sekali kitab-kitab ilmu silat dari pelbagai perguruan silat dan partai-partai besar. Di antaranya, ia telah mencuri pusaka Kong-thong-pai. Kemudian semua kitab pusakanya terjatuh ke tangan Kam Sian Eng, maka tentu saja sebagai muridnya yang amat rajin, Kwi Lan telah mempelajari pula ilmu silat dari kitab Kong-thong-pai ini. Seperti juga dengan ilmu-ilmu silat lain, penjelasan Sian Eng menyeleweng daripada ilmunya yang benar, maka menjadi berbeda, bahkan ada yang terbalik sama sekali!

Mengapa ilmu yang dipelajari terbalik dan menyeleweng ini malah mengatasi ilmu yang aseli, yang telah dipelajari oleh Si Muka Bopeng? Hal itu pun tidak aneh. Biarpun telah mewarisi ilmu bermacam-macam yang dipelajari secara menyeleweng, namun Sian Eng telah berhasil memiliki dan mencipta ilmu-ilmu yang tinggi dan aneh, sehingga menyerupai ilmu ciptaan iblis sendiri. Muridnya Kwi Lan, memperoleh kepandaiannya dari Sian Eng, tentu saja juga mendapatkan pelajaran ilmu menghimpun hawa sakti yang mujijat. Hanya ketika sudah membaca kitab dan belajar sendiri kitab-kitab itu, penafsirannya berbeda dengan penafsiran gurunya sehingga dalam ilmu-ilmu yang tinggi, terdapat perbedaan aneh di antara Kwi Lan, Suma Kiat, dan Sian Eng sendiri. Akan tetapi karena dasar-dasar pelajaran lwee-kang, khi-kang dan sin-kang diperoleh dari Sian Eng, maka dalam hal ini mereka bertiga memiliki dasar yang sama. Dibandingkan dengan Si Muka Bopeng, Kwi Lan jauh lebih menang tenaga dalamnya maka biarpun jurus yang ia mainkan itu tidak aseli, namun jauh lebih ampuh!

Si Muka Bopeng telah menerjang lagi kini dengan kedua tangan terbuka jari-jarinya, karena ia bermaksud menangkap gadis cilik ini untuk ditawan dan kelak dipaksa mengaku darimana mempelajari ilmu silat Kong-thong-pai yang berubah aneh itu dan pula, biarpun gadis itu masih terlalu muda setengah kanak-kanak, namun sudah kelihatan cantik manis sehingga hati Si Muka Bopeng tertarik.

Bagi Kwi Lan, serangan lawan yang kasar ini bukan apa-apa dan sama sekali ia tidak menjadi gentar, malah tertawa mengejek, Hi-hik, kaugunakan jurus Hekhouw-phok-sai (Macan Hitam Menubruk Tahi)? Busuk dan bau sekali!! Gadis cilik yang nakal ini sengaja merobah nama jurus itu yang sebetulnya adalah Hekhouw-phok-thouw (Macan Hitam Menubruk Kelinci).

Si Muka Bopeng mengeluarkan gerengan marah sambil menubruk, seperti seekor harimau tulen. Kwi Lan sama sekali tidak mengelak, malah membarengi gerakan lawan dengan jurus yang sama akan tetapi diam-diam ia menyalurkan hawa sakti ke arah kedua telapak tangannya dan tercimlah ganda wangi karena gadis cilik ini telah mempergunakan Ilmu Siang-tok-ciang (Tangan Racun Wangi). Ilmu ini adalah ciptaan Sian Eng sendiri yang mempergunakan sari kembang beracun yang amat wangi dan ketika berlatih ilmu ini, kedua telapak tangan digosok-gosok racun kembang ini sehingga hawa beracun yang berbau harum masuk ke dalam kedua telapak tangan. Jika dalam keadaan biasa, kedua telapak tangan tidak berbau harum dan racunnya juga tidak keluar, akan tetapi apabila dipakai untuk bertanding dan dari dalam dikerahkan lwee-kang ke arah kedua tangan, maka hawa yang wangi beracun itu akan keluar dari telapak tangan.

Si Muka Bopeng menjadi girang melihat gadis cilik itu menyambut seranganya dengan jurus yang sama dan memapaki kedua tangannya yang menubruk. Diam-diam ia mengerahkan tenaganya dan mukanya menyeringai. Gadis cilik sombong ini tentu akan mudah ditawan kalau kedua tangannya dapat ia tangkap. Bau wangi yang menyambar hidungnya tidak membuat Si Muka Bopeng sadar, bahkan makin girang mendapat kenyataan bahwa gadis cilik itu demikian wangi!

Plak-plak!! Kedua pasang tangan bertemu dan beradu telapak tangan. Si Muka Bopeng mengeluarkan pekik aneh dan tubuhnya terlempar ke belakang, terbanting roboh telentang dan tidak bergerak lagi. Kedua lengannya masih berkembang seperti akan menubruk, akan tetapi lengan itu kaku dan telapak tangannya terdapat warna merah dan kebiruan, matanya mendelik napasnya putus!

Sisa para pengemis baju bersih menjadi kaget dan jerih. Wanita setengah tua yang kini menangisi pengemis baju butut tadi sudah hebat, kiranya gadis cilik ini lebih hebat lagi, dalam segebrakan mampu menewaskan pimpinan rombongan mereka! Dengan ketakutan, sembilan orang pengemis itu cepat menyeret teman-teman mereka yang luka dan mengangkut mayat Si Muka Bopeng, lalu melarikan diri dari tempat itu sambil sebentar-sebentar menoleh ketakutan melihat ke arah Kwi Lan yang tertawa-tawa sambil bertolak pinggang!

Setelah semua pengemis pergi, Kwi Lan baru sadar akan suara Bi Li yang menangis terisak-isak. Ia cepat membalikkan tubuh dan melihat Bi Li berlutut di depan pengemis baju butut yang dikeroyok tadi, ia cepat menghampiri. Kini pengemis itu sudah bangkit duduk, bersandar pada batang pohon, napasnya terengah-engah, kedua lengannya memeluk pundak Bi Li yang berlutut di depannya. Melihat keadaan mereka, Kwi Lan menjadi heran bukan main, akan tetapi ia tidak mau bertanya karena merasa jengah. Kenapa Bibi Bi Li mau dipeluk laki-laki jembel itu? Sebagai seorang gadis cilik yang belum pernah menyaksikan orang berpelukan, Ia tidak tahan untuk melihat lebih lama lagi, maka ia lalu membalikkan tubuhnya membelakangi mereka. Akan tetapi ia mendengar suara mereka ketika mereka bicara.

Suamiku.. mana dia? Mana Hauw Lam anak kita..?! terdengar Bi Li berkata menahan isak. Mendengar ini, Kwi Lan makin kaget. Suami? Jembel itu suami Bibi Bi Li? Rasa heran dan kaget membuat ia kembali membalik dan memandang pengemis itu lebih teliti. Seorang laki-laki berusia empat puluh tahun lebih, pakaiannya lapuk dan kotor, pakaian seorang jembel. Akan tetapi mukanya bersih terpelihara, muka yang pucat karena menderita luka parah, namun masih membayangkan ketampanan laki-laki.

Bi Li.. isteriku, kenapa engkau meninggalkan aku? Kenapa engkau tega pergi meninggalkan kami, suamimu dan anak kita? Apakah kesalahanku kepadamu sehingga engkau begitu kejam?! Suaranya ini penuh pertanyaan, penuh tuntutan dan tangis Bi Li makin tersedu-sedu. Di antara isak tangis, istri yang malang ini lalu bercerita dengan singkat betapa ia diculik dan dipaksa pergi oleh Kam Sian Eng untuk menyusui dan merawat anaknya yang baru terlahir, menceritakan betapa Kam Sian Eng adalah seorang yang berilmu tinggi dan betapa dia tidak berdaya.

Demikianlah, Suamiku. Kuharap engkau suka mengampunkan aku, akan tetapi.. sungguh aku tidak berdaya.. sampai sekarang pun aku tidak mungkin bisa pergi meninggalkan Sian-kouwnio..!

Laki-laki itu makin pucat jelas ia menahan sakit sambil menggigit bibir. Ah, engkau terluka hebat.. mari kubawa ke pondok kami, biar kuminta Kouwnio memberi obat kepadamu..!

Tidak perlu lagi!! Laki-laki itu yang bernama Tang Sun, suami dari Phang Bi Li, mencegah sambil mengangkat tangan, kemudian karena tidak tahan bersandar dan duduk, ia lalu merebahkan diri lagi, dibantu isterinya. Lukaku amat parah, kurasa ada perdarahan di dalam dadaku, sakit sekali.. ougghh.. tak mungkin dapat diobati. Akan tetapi, terima kasih kepada Thian.. mati pun aku tidak penasaran, sudah dapat bertemu denganmu.. tapi sayang.. Hauw Lam.. di mana engkau, Anakku..?!

Mendengar disebutnya nama anaknya, Bi Li lupa akan penderitaan suaminya yang sudah menghadapi maut. Sambil memegang lengan suaminya ia berseru keras, Dimana Hauw Lam? Dimana dia?!

Suara Tang Sun makin lemah, bahkan agak menggigil dan pelo, akan tetapi lancar dan tidak terputus-putus lagi. Perubahan ini tidak diketahui Bi Li yang amat ingin mendengar cerita tentang puteranya.

Sepeninggalmu, kubawa dia pergi mencarimu dan hidup menderita. Ketika dia berusia lima tahun. kuserahkan dia kepada ketua kelenteng di puncak Gunung Kim-liong-san yang kutahu seorang berilmu tinggi. Aku sendiri lalu melanjutkan perjalanan mencarimu, Bi Li, menempuh seribu satu macam kesukaran!!

Cerita ini terputus sebentar oleh tangis Bi Li penuh keharuan sambil memeluk leher suaminya. Kwi Lan yang berdiri tak jauh dari situ, merasa betapa jantungnya seperti disayat-sayat saking terharu, namun ia dapat menekannya dan tidak sebutirpun air mata menetes turun. Di dalam hatinya, ia makin menyesalkan perbuatan Kam Sian Eng yang telah memisahkan suami isteri ini dan menimbulkan kesengsaraan dalam kehidupan dua orang, bahkan mungkin tiga orang dengan anak mereka yang agaknya tidak diketahui pula di mana adanya.

Akan tetapi sekarang aku tidak menyalahkan engkau, isteriku, setelah aku tahu betapa engkau pun menderita dan tidak berdaya. Aku lalu hidup sebagai pengemis dan akhirnya aku tertarik akan sepak terjang Khong-sim Kai-pang yang adil dan gagah, maka aku masuk menjadi anggauta Khong-sim Kai-pang. Khong-sim Kai-pang termasuk perkumpulan pengemis golongan bersih yang ditandai dengan pakaian kotor, dan pada waktu ini golongan bersih sedang berusaha membasmi pengemis-pengemis golongan kotor yang ditandai dengan pakaian bersih. Setelah menjadi anggauta Khong-sim Kaipang, banyak teman-temanku membantuku mencarimu. Dan beberapa hari yang lalu, seorang temanku melihat engkau di depan pondok. Karena dia tidak mengenalmu akan tetapi merasa heran melihat seorang wanita dan dua orang anak tanggung tinggal bersunyi diri didalam hutan, ia lalu menceritakannya kepadaku. Nah, hari ini aku datang ke sini menyelidik, siapa kira, di sini aku bertemu dengan belasan orang pengemis golongan hitam yang mengeroyokku..!

Dan Hauw Lam, Anakku.. dia bagaimana.. ?! Bi Li mendesak, tidak sadar bahwa kini wajah suaminya yang pucat itu sudah mulai agak kebiruan.

Dia.. dia..! Kini napas Tang Sun mulai tersendat-sendat, Dia, kini tentu sudah dewasa.. hampir lima belas tahun.. akan tetapi ketika aku datang menjenguk ke sana.. hwesio tua itu telah meninggal dunia dan.. dan Hauw Lam.. dia..! Sukar sekali ia melanjutkan kata-katanya.

Barulah Bi Li sadar akan keadaan suaminya. Ia menjerit dan memeluk, melihat suaminya meramkan matanya, ia menciuminya dan memanggil-manggil namanya, kini tidak peduli lagi akan anaknya. Kwi Lan yang berdiri termangu-mangu cepat menggunakan punggung tangan kirinya menghapus dua butir air mata yang tak tertahankan lagi menetes turun ke atas pipinya.

Tang Sun membuka matanya, lalu tersenyum dan membelai rambut isterinya. Wajahnya membayangkan kepuasan, akan tetapi kembali keningnya berkerut ketika ia berkata, ..Hauw Lam.. dia.. pergi dari sana.. tak seorang pun tahu ke mana. Isteriku, kau.. kaucarilah dia..! Tangan yang membelai rambut itu lemas dan terkulai.

Bi Li menjerit dan roboh pingsan sambil memeluk mayat Tang Sun yang masih hangat!

Bibi Bi Li..! Bibi Bi Li..!! Kwi Lan memanggil-manggil sambil mengguncang-guncang tubuh Bi Li. Wanita itu akhirnya siuman dan dengan muka merah mata berapi-api ia meloncat bangun, membalikkan tubuhnya dan mencabut pedang yang tergantung di pinggang. Bi Li memang memiliki kepandaian yang khusus ia pelajari dari Sian Eng, yaitu bermain pedang, bahkan ia menerima hadiah sebatang pedang indah dari Sian Eng. Kini dengan pedang di tangan, matanya terbelalak memandang kanan kiri, mulutnya menantang-nantang.

Pengemis-pengemis busuk, jembel-jembel terkutuk! Hayo majulah semua, akan kubunuh kalian sampai habis!!

Kwi Lan maklum bahwa bibinya ini amat marah dan sakit hati karena kematian suaminya. Suami yang terpisah darinya, selama belasan tahun, dan yang kini begitu berjumpa terus meninggal dunia!

Perempuan setan, berani kau membunuh saudara kami?! Tiba-tiba terdengar bentakan nyaring dan muncullah tiga orang kakek berpakaian pengemis. Mereka adalah tiga orang kakek tinggi kurus yang memegang tongkat butut, sebutut pakaian mereka.

Begitu melihat tiga orang kakek pengemis ini, sambil berseru marah Bi Li maju menerjang dengan pedangnya. Gerakannya secepat kilat, pedangnya berkelebat seperti halilintar menyambar.

Tranggg..!! Pedang itu terpental dan hampir terlepas dari pegangan Bi Li ketika tertangkis sebatang tongkat butut yang dipegang oleh kakek pengemis yang bertahi lalat besar di bawah hidungnya.

Bi Li makin marah. Kakek pengemis ini kiranya lihai sekali, tidak boleh disamakan dengan para pengemis yang tadi mengeroyok suaminya. Maka ia lalu mengeluarkan seruan keras sambil memutar pedangnya dan mengerahkan tenaga, menerjang dengan cepat sekali. Menghadapi serangan yang begitu dahsyat, kakek pengemis itu terkejut dan cepat memutar tongkat melindungi tubuhnya. Kemudian terjadilah pertandingan hebat di antara Bi Li dan kakek pengemis.

Dua orang kakek pengemis lain segera melangkah maju mendekati mayat Tang Sun. Melihat ini, Kwi Lan menjadi curiga dan membentak, Jembel-jembel busuk, mundurlah kalian!! Gadis cilik ini menerjang maju dengan pukulan kedua tangannya yang mendorong.

Karena melihat bahwa yang menerjang mereka hanyalah seorang gadis cilik berusia empat belas tahun, dua orang kakek jembel itu tersenyum tenang, bahkan mengulur tangan untuk menangkap pundak Kwi Lan. Akan tetapi alangkah kaget hati mereka ketika tangan mereka bertemu dengan tangan Kwi Lan, tubuh mereka terdorong mundur dan hampir saja mereka terbanting roboh! Baiknya keduanya adalah tokoh-tokoh lihai, cepat dapat menekan tanah dengan ujung tongkat sehingga dapat menguasai keseimbangan tubuh lagi. Sejenak mereka saling pandang dengan muka merah, lalu menatap wajah Kwi Lan dengan sikap terheran-heran. Namun mereka merasa penasaran. Mungkinkah bocah perempuan ini memiliki tenaga yang sedemikian dahsyatnya? Karena merasa malu untuk menghadapi seorang anak-anak dengan senjata tongkat mereka, keduanya lalu menyelipkan tongkat di ikat pinggang lalu melangkah maju mengulur tangan.

Bocah setan, mau lari kemana kau?!

Melihat dirinya diserang dengan jangkauan tangan hendak menangkap, Kwi Lan tertawa mengejek, Lari ke mana? Untuk apa lari menghadapi dua ekor babi tua macam kalian?! Dan dengan gerakan yang indah namun gesit bukan main, Kwi Lan sudah dapat mengelak, lolos dari tubrukan mereka, kemudian cepat ia membalik dan mengirim pukulan ke arah punggung mereka!

Wuuuttt!! Dua orang pengemis tua itu berseru kaget dan cepat melompat jauh ke depan sehingga terhindar daripada pukulan maut tadi. Wajah mereka menjadi pucat dan keringat dingin memenuhi jidat. Sebagai orang-orang yang ahli, mereka cukup maklum betapa pukulan kedua tangan bocah ini tadi mengandung tenaga Iweekang yang hebat dan dapat mematikan! Berubahlah pandangan mereka. Kiranya bocah ini gerakannya jauh lebih hebat daripada wanita yang bertanding melawan saudara mereka. Tanpa malu-malu lagi keduanya lalu mencabut tongkat.

Hi-hik, kalian mau lari ke mana?! Kwi Lan mengejek. Akan tetapi cepat gadis cilik ini menggerakkan kaki untuk berkelit karena melihat dua sinar tongkat sudah meluncur dengan hebat. Selanjutnya, Kwi Lan harus mempergunakan kelincahannya untuk menghindarkan diri daripada kurungan sinar kedua tongkat itu.

Diam-diam anak ini kaget juga. Kiranya dua orang pengeroyoknya inibenar-benar amat tangguh sehingga tekanan kedua tongkat itu mengurung dirinya, membuat ia tidak mampu balas menyerang. Dia tidak tahu bahwa dua orang kakek itu jauh lebih kaget dan heran dari padanya. Selama mereka hidup, sudah hampir enam puluh tahun, baru kali ini mereka menghadapi peristiwa yang begini aneh dan memalukan. Mereka terkenal sebagai ahli-ahli silat kelas tinggi, hanya orang-orang pilihan saja di dunia kang-ouw yang setanding dengan mereka. Akan tetapi kini, dengan maju berdua dan memegang tongkat pula,mereka tidak mampu mengalahkan seorang gadis cilik yang bertangan kosong! Sebetulnya tingkat ilmu silat anak itu belumlah matang dan tidaklah seberapa tinggi, akan tetapi gerakannya amat aneh luar biasa sekali dan sukar diduga karena jauh berbeda dengan dasar-dasar ilmu silat yang lazim!

Tiba-tiba terdengar suara yang nyaring sekali, datangnya dari jauh akan tetapi amat jelas seakan-akan yang berkata berada di belakang mereka, Enci Bi Li!Kwi Lan! Mundur.. !!

Tentu saja Bi Li dan Kwi Lan mengenal baik suara ini dan mereka cepat meloncat mundur tanpa menoleh. Tiga orang pengemis yang tidak mendengar seruan tadi, mendesak maju. Akan tetapi tiba-tiba tampak bayangan putih berkelebat dan.. tiga orang kakek itu berhenti bergerak dan telah menjadi kaku seolah-olah mereka berubah menjadi arca batu! Tanpa dapat mereka lihat, jalan darah mereka telah ditotok oleh ujung lengan baju Sian Eng yang kini sudah berdiri didepan mereka dengan sikap bengis!

Pada saat itu, terdengar bunyi angin menyambar. Belasan buah senjata rahasia berbentuk piauw (pisau) dan besi bintang menyambar ke arah Bi Li, Kwi Lan, Sian Eng, dan juga ke arah tiga orang pengemis yang berdiri kaku. Bi Li dan KwiLan melihat datangnya senjata rahasiayang membawa angin ini, maklum bahwa senjata itu digerakkan oleh tangan yang lihai, maka tidak berani menyambut danc epat mengelak. Akan tetapi Sian Englalu mengebutkan kedua tangannya kedepan dan..belasan batang senjata rahasia yang menyambar ke arahnya dan ke arah tiga orang pengemis tua runtuh terpukul oleh hawa pukulan kedua tangannya!

Dari balik pohon meloncat keluar lima orang kakek pengemis pula, akan tetapi mereka ini berbeda dengan yangtiga tadi. Kalau tiga orang kakek pertama berpakaian butut kotor, adalah lima orang ini berpakaian bersih, sungguhpun bertambal-tambalan seperti halnya para pengemis yang mengeroyok Tang Sun.

Wanita iblis, berani kau..!Hanya sampai sekian saja bentakan seorang diantara mereka karena tiba-tiba tubuh Sian Eng lenyap berkelebat ke depan dan lima orang itu menggerakkan kaki tangan hendak melawan bayangan yang tiba-tiba menyambar, namun sia-sia belaka karena tahu-tahu mereka inipun sudah berdiri kaku seperti patung, persis seperti keadaan tiga orangkakek baju butut!

Melihat munculnya lima orang pengemis baju bersih ini, baruBi Li sadar akan perbedaan antara lima orang pengemis ini dan tiga orang pengemis yang tadi datang lebih dulu. Pakaian mereka! Pakaian lima orang pengemis yang datang belakangan ini serupa dengan pakaian para pengemis yang mengeroyoknya, yang membunuh suaminya. Adapun pakaian tiga orang pengemis yang mengeroyoknya, sama butut dengan pakaian suaminya. Teringatlah ia akan cerita suaminya tentang golongan putih yang berpakaian butut dan golongan hitam yang berpakaian bersih. Kini melihat Kam Sian Eng memandang kepada tiga orang pengemis baju butut dengan mata beringas, ia cepat meloncat maju dan berkata.

Sian-kouwnio..! Jangan.. jangan bunuh mereka ini..!

Kam Sian Eng tanpa menoleh bertanya, suaranya dingin dan ketus, Apa yang terjadi di sini?!

Bi Li yang teringat kembali kepada suaminya, tidak menjawab melainkan berlutut lagi didepan mayat suaminya sambil menangis. Kwi Lan maklum bahwa bibinya dan juga gurunya itu sedang marah, maka ia cepat maju mewakili Bi Li dan bercerita singkat.

Bibi Bi Li dan aku sedang memetik bunga ketika kami mendengar suara orang bertempur disini. Ternyata yang bertempur adalah..suami Bibi Bi Li dikeroyok pengemis-pengemis baju bersih sampai terluka dan tewas. Bibi Bi Li dan aku berhasil mengusir dan membunuh be berapa orang pengemis baju bersih, dan sebelum mati suami Bibi Bi Li sempat bercerita bahwa dia adalah anggauta pengemis baju butut. Kemudian muncul tiga orang kakek pengemis baju butut ini yang lancang menyerang Bibi Bi Li dan aku. Agaknya mereka bertiga ini masih segolongan dengan suami Bibi Bi Li. Dan lima orang kakek yang datang belakangan ini agaknya hendak membalaskan kematiananak buah mereka.!

Sian Eng mendengar ini, melirik kearah Bi Li dengan wajah yang tertutup tirai sutera itu sedikitpun tidak berubah, tetap dingin dan keras. Tiba-tiba tangannya bergerak kepunggung, sinar terang berkelebatan disusul jerit-jerit kesakitan dan.. delapan orang pengemis yang masih berdiri kaku itu kini telah buntun gsemua tangan kanannya! Entah kapan Sian Eng menggunakan pedang, entah kapan mencabutnya, dan menyarungkannya kembali, tak dapat diikuti pandang matapara pengemis itu sehingga biarpun mereka menanggung luka hebat dan nyeri, mereka masih terbelalak kaget dan gentar. Tiga orang pengemis tua baju butut itu adalah tokoh-tokoh Khong-sim Kai-pang sedangkan lima orang pengemis baju bersih itu adalah tokoh- tokoh terkemuka pula dari perkumpulan golongan hitam. Didalam dunia kang-ouw, terutama dunia para pengemis kang-ouw, mereka delapan orang ini merupakan orang-orang terkenal dengan ilmu silat mereka yang tinggi. Akan tetapi kini, dalam tangan wanita berkerudung yang cantik dan aneh itu, mereka sama sekali tidak berdaya, dipermainkan seperti tikus-tikus dipermainkan kucing!

Ohh, Kouwnio, jangan..!! Bi Li yangmendengar jerit mereka dan mengangkat muka, segera meloncat bangun. Tiga orang Lo-kai ini adalah orang-orang segolongan mendiang suami saya..!

Sian Eng mendenguskan suara darihidung. Hemmm..!!

Kwi Lan segera berkata, Bibi Bi Li,tiga orang jembel tua ini biarpun segolongan dengan suamimu, namun mereka datang-datang menyerang kita. Pastibukan orang baik-baik! Sudah sepatutnya Bibi Sian memberi hukuman.!

Kakek pengemis baju butut yang bertahi lalat di bawah hidungnya, terdengar menarik napas panjang. Delapan orang ini biarpun tertotok tak mampu bergerak, akan tetapi yang kaku hanyalah kaki tangan, sedangkan anggauta tubuh yanglain tidak, sehingga mereka masih mampu bicara.

Kami tiga orang tua bangka memang telah berlaku ceroboh, tidak mengenal orang dan tidak dapat membedakan mana kawan mana lawan. Kehilangan tangan ini sudah sepantasnya..!!

Kouwnio,harap sudi mengampuni mereka. Tentu tadi mereka menyangka bahwas ayalah yang membunuh saudara mereka ini, padahal dia.. dia ini.., Tang Sun, suamiku..!

Hemmm..! Kwi Lan bebaskan mereka! Sian Eng menggerakkan kepalanya kearah tiga orang pengemis baju butut. Sebagai seorang murid yang amat tekun dan amat cerdik, tentu saja Kwi Lan sudah pula membaca dan mempelajari isi kitab Im-yang-tiam-hoat, sebuah kitab pusaka dari Siauw-lim-pai yang dahulu dicuri oleh Tok-siauw-kwi dan terjatuh ketangan Sian Eng. Dan tentu saja ia dapat pula membebaskan pengaruh totokan ilmu menotok jalan darah ini. Diham pirinya tiga orang kakek itu dan dengan sebuah jari telunjuk kanan, ditotoknya punggung belakang pusar mereka sambil tangan kirinya tidak lupa menampar belakang kepala. Sebetulnya tamparan belakang kepala ini tidak ada hubungannya dengan pembebasan totokan, tetapidasar anak nakal, ia hendak melampiaskan kemendongkolan hatinya kepada tiga orang kakek pengemis itu dalam kesempatan ini!

Kembali tiga orang kakek ini terkejut sekali. Mereka adalah ahli-ahli silat tingkat tinggi dan tahu banyak tentang seluk-beluk Ilmu Tiam-hiat-hoat (Menotok Jalan Darah). Akan tetapi selama hidup mereka, baru sekali ini mereka tahu ada ilmu menotok jalan darah yang pembebasannya diharuskan menempiling kepala segala! Makin gentarlah mereka terhadap Sian Eng, dan cepat-cepat mereka menggunakan tangan kiri untuk menotok lengan kanan, menghentikan jalan darah agar darah yang mengalir keluar dari pergelangan tangan yang buntung itu berhenti. Kemudian, sejenak mereka memandang kepada Sian Eng, dan pengemis tua bertahi lalat segera menjura, diturut dua orang temannya dan bertanya, Kami bertiga dari Khong-sim Kai-pang telah menerima petunjuk Kouwnio (Nona), semoga lain kali kami akan dapat membalas kebaikan ini. Sudilah Kouwnio memberitahukan nama yang mulia dan tempat tinggal.!

Sian Eng tersenyum, senyum yang dingin dan mendirikan bulu roma. Suaranya halus merdu akan tetapi juga mengandung hawa dingin yang menyeramkanketika ia berkata, Aku Kam Sian Eng dan tinggal di hutan ini. Kalau belum puas, boleh suruh ketua Khong-sim Kai-pang datang! Pergilah!!

Tiga orang pengemis tua itu menjura lalu menghampiri mayat Tang Sun, akan diambilnya. Bi Li maju hendak mencegahakan tetapi Sian Eng menghardiknya,!Enci Bi Li, mundur kau!! Bi Li terkejut sekali dan segera meloncat mundur, wajahnya pucat dan air matanya bercucuran ketika ia melihat mayat suaminya dibawa pergi oleh tiga orang kakek pengemis itu. Tiga orang ini memandang sebentar kepada Bi Li dengan pandang mata kasihan, lalu menghela napas dan pergi dari tempat itu dengan langkah lebar sambil membawa mayat Tang Sun.

Lima orang pengemis tua baju bersih itu tadinya terkejut dan khawatir sekali mendengar bahwa anggauto Khong-sim Kai-pang yang terbunuh adalah suami wanita yang tertutup mukanya. Akan tetapi melihat sikap Bi Li dan mendengar bentakan wanita yang berkerudung dan mengaku bernama Kam Sian Eng itu, mereka menjadi lega hati. Jelas bahwa biarpun wanita yangkedua itu mempunyai suami anggauta Khong-sim Kai-pang, namun wanita aneh yang sakti itu sama sekali tidak bersahabat dengan Khong0sim Kai-pang. Biarpun tubuh mereka masih kaku dan tak mampu bergerak, namun pengemis yang tertua di antara mereka yang hidungnya bengkok seperti hidung kuku beluk berkata merendah, Mohon maaf sebanyaknya kepada Cianpwe yang mulia. Karena tidak tahu dan belum mengenal, boanpwe berlima berani mati lancang memasuki wilayah Cianpwe. Hendaknya Cianpwe memaklumi bahwa boanpwe berlima adalah pimpinan perkumpulan pengemis Hek-peng Kai-pang (Perkumpulan pengemis Garuda Hitam) yang masih berada di bawah lindungan yang mulia Bu-tek Siu-lam! Maka boanpwe berlima mengharap sudilah kiranya Cianpwe melihat muka Ciangbujin (Pemimpin Besar) Bu-tek Siu-lam untuk mengampuni dan membenaskan boanpwe berlima!

Sian Eng mengerutkan keningnya. Diam-diam ia merasa geli mendengar betapa lima orang kakek itu menyebutnya cianpwe, sebutan bagi tokoh-tokoh tinggi dunia persilatan dan menyebut diri boanpwe, sikap yang amat merendahkan sekali. Akan tetapi ia heran mendengar nama Bu-tek Siu-lam (Laki-laki Tampan Tanpa Tanding). Siapakah itu? sudah terlalu lama ia mengasingkan diri sehingga tidak melihat perubahan di dalam dunia kang-ouw, tidak mengenal tokoh-tokoh barunya.

Siapakah dia yang berjuluk Bu-tekSiu-lamitu?!tanyanya tanpa disengaja karena pertanyaan dalam hati ini terlonta rkelua rmelalu ibibirnya.

Lima orang pengemis tua baju bersih itu saling pandang dengan heran dan juga kecewa. Benarkah ada orang didunia kang-ouw ini yang belum mengenal nama Bu-tek Siu-lam? Dan wanita aneh ini demikian sakti! Tapi mungkin belum memasuk idunia kang-ouw .Karen aini, Si Hidung Bengkok segera berkata, sengaja mengangkat-angkat namabesar Bu-tek Siu-lam untuk menimbulkan kesan mendalam.

Beliau adalah tokoh tertinggi di duniakang-ouw yang datang dari dunia barat.Semua perkumpulan pengemis baju bersih berada dibawah perlindungan beliau, dan boanpwe yakin bahwa kelak beliaulah yang akan menjadi pemimpin besar semu akai-pan !Jug adalam pemilihan tokoh-tokoh terbesar untuk memilih jagoan yang Thian-he-te-it (di Seluruh Dunia Nomor Satu) yang akan diadakan di puncak Cheng-liong-san pada malam tahun baru nanti, sudah dapat dipastikan bahwa Ciang bujin Bu-tek Siu-lam yang akan keluar sebagai juara, jagoan di antara segala datuk! Tapi..eh, kecuali..kalau Cianpwe ikut pula dalam kejuaraan itu, keadaan akan makin ramai.! Demikian tambah Si Hidung Bengkok ketika melihat wajah di balik kerudung itu kelihat­an tak senang.

Aku tidak peduli segala macam Bu-tek Siu-lam! Kalian berlima sudah lancang beran imenyerangku, berani memandang sebelah mata. Karena itu, kalian baru boleh pergi kalau kalian suka mencongkel keluar sebuah biji mata kalian!!

Lima orang pengemis itu terbelalak, dan muka mereka pucat. Keringat dingin mengalir keluar membasahi jidat dan leher. Sebuah biji mata disuruh cokel keluar? Siapa yang sudi? Sebelah tangan sudah dibuntungkan, kini sebelah mata diminta lagi! Mana ada aturan begini bocengli (kurang ajar)? Wanita aneh ini tidak takut kepada Bu-tek Siu-lam, berarti belum mengenal. Kalau belum kenal ,belum tentu wanita ini benar-benar sakti. Agaknya hanya memiliki Ilmu Tiam-hiat-hoat yang aneh sehingga mereka tadi menjad ikorban totokan sebelum dapat bergerak banyak dan sebelum melihat sampai di mana tingkat ilmu kepandaian wanita berkerudung itu. Karena tidak terdapat jalan lain untuk menghindarkan diri dari pada ancaman congkel mata, Si Hidung Bengkok lalu berkata, nadanya sengaja dikeluarkan untuk mengejek.

Sebagai orang-orang kang-ouw kami tahu bahwa hukumnya adalah siapa kuat dia menang dan siapa kalah harus tunduk .Sayang sekali bahwa kami belum merasa dikalahkan, hanya dibuat tidak berdaya oleh serangan gelap. Sebagai tokoh-tokoh Hek-peng Kai-pang, kami mengandalkan keselamatan nyawa kami diujung pedang. Siapa tahu, sebelum kami sempat mencabut pedang, kami mengalami penghinaan. Kalau sudah tertotok seperti ini, bicara pun kami tak berhak. Seorang kanak-kanak yang masih ingusan sekalipun dapat melakukan apa saja yang dikehendakinya terhadap kami!!

Akal Si Hidung Bengkok ini berhasil baik sekali. Sian Eng menjadi merah mukanya dan sekali tubuhnya bergerak, tampak bayangan putih berkelebat. Ujung lengan bajunya menyambar dan lima orang kakek itu merasa betapa punggung belakang pusar mereka tertotok yang membuat tubuh mereka pulih seperti biasa. Serentak mereka berlima mencabut pedang dan membuat gerakan keliling,mengurung wanita berkerudung itu.

Sian Eng yang berdiri di tengah-tenga hdalam keadaan terkurung, hanya memandang tanpa mengubah kedudukan badan dan tanpa menoleh. Hanya sepasang matanya di balik kerudung hitam itu yang melirik ke kanan kiri, kemudian tampak giginya berkilat putih ketika iaberkata, Kalian telah bebas. Pedang telah dicabut. Tidak lekas mencokel mata kanan kalian. Tunggu apa lagi?!

Ucapan yang menyakitkan hati ini merupakan komando bagi lima orang kakek pengemis itu untuk menerjang dengan hebat. Sian Eng dalam keadaan terkepun gdan lim aorang itu melakuka nserangan berbareng. Lima buah pedangdengan tusukan dan bacokan kilat mengarah tubuhnya. Tiba-tiba terdengar suara tertawa terkekeh dan lima orang pengemis terkejut ketika melihat bayanga nputih melesa tcepat dari tengah kepunga ndan benarsaja, ketika mereka melihat, ujung pedang mereka hanya mengenai tempat kosong dan lima buah pedang mereka hampir beradu sendiri dengan kawan.Cepat mereka menengok dan kiranya SianEng telah berdiri sambil bertolak pinggang disebelah kiri sambil tersenyum mengejek.

Pengemis hidung bengkok yang berdiri paling dekat, cepat menerjangnya dengan pedang, diikuti oleh teman-temannya yang kini tidak mengurung lagi. Inilah yang dikehendaki Sian Eng, yaitu agar lima orang pengeroyoknya itu menyerangny adenga nsusul menyusul, tidak berbaren gsepert itadi .Begit upedan gSiHidun gBengkok menyambar, ia mengge rakkan lengannya secara aneh. Pedang menusuk datang dan terdengarlah jerit mengerikan disusul robohnya tubuh pengemis hidung bengkok. Sian Eng tidak berhenti sampai disitu saja. Tubuhnya terus bergerak kedepan dan jerit ke­sakita nsusu lmenyusu lsehingga akhirnya empat orang pengemis yang lain juga roboh. Hanya beberapa puluh detik saja terjadinya. Lima orang pengemis itu sendir itidak tahu benar apa yang terjadi. Ketika mereka menyerang secara mendada kpedang mereka membalik dan mencokel mata mereka sendiri, matakanan!

Kini Sian Eng berdiri tegak, memandan glima orang pengemis itu yang merangka kbangun sambil merintih-rintih. Tangan kanan mereka sebatas pergelanga ntela hbuntung .Tadi mereka menggunaka ntangan kiri untuk bermain pedang, siapa kira, secara aneh sekali wanit asakti itu telah membuat pedang mereka membalik dan mencokel keluar biji mata kanan mereka dengan pedang mereka sendiri. Setelah mereka mampu berdiri, lima orang pengemis tua yang terluka parah itu, berdiri memandang Sian Eng dengan mata sebelah mereka, memandang penuh kemarahan dan kebencian.

Pergilah kalau tidak ingin mampus!! Sian Eng berkata dingin.

Lima orang pengemis itu ingin sekali menerjang mengadu nyawa. Akan tetapi kini maklumlah mereka bahwa terhadap wanita aneh ini mereka tidak berdaya sama sekali. SiHidung Bengkok sambil meringis menahan sakit berkata, Akan kami laporkan bahwa engkau menantang ciang bujin kami Bu-tek Siu-lam!!

Boleh! Suruh dia datang kesini, akan kubuntungi kedua tangannya dan ku cokel keluar kedua biji matanya!! bentakSianEng.

Lima orang itu terkejut. Benar-benar wanita ini sudah gila, berani mengeluarka nkata-kata seperti itu terhadap Bu-tek Siu-lam yang sakti seperti dewa. Tunggulah dan kalau memang berani, datanglah kelak dipuncak Cheng-liong-san!!

Sian Eng hanya tersenyum dan memandan glima orang itu yang pergi sambi lmeringis kesakitan. Setelah keadaan menjadi sunyi, barulah Sian Eng menoleh kepada Bi Li dan membentak, Apakah engkau hendak pergi pula meninggalkan aku?! Di dalams uaranya terkandung ancaman maut.

Bi Li menggeleng kepala, menyusut air matanya. Pergi kemana? Suamiku telah mati..! Tidak, aku tidak akan pergi dari sini, kecuali pergi keakhirat. Tidak adalagi yang kuharapkan.!

Mendengar jawaban ini, Sian Eng mengeluarka nsuara tertawa terkekeh-kekeh mendirikan bulu roma. Kwi Lan mengerutka nkeningnya ,akan tetapi ketika meliri kkeara hBi Li, ia melihat wanita itu memandang kepadanya dan tahulah ia bahwa Bi Li diam-diam amat mengharapka nagar kelak dapat bertemu dengan puteranya yang bernama HauwLam. Dan gadis ini, biarpun tidak mendengar kata-kata keluar dari mulut Bi Li, dapat menduga, bahkan berjanji dalam hatinya bahwa kelak ia akan bantu mencari puter ayan ghilan gitu.

Semenjak terjadi peristiwa itu, Kwi Lan belajar makin tekun dan giat karena ia maklum bahwa ilmu kepandaian tinggi merupakan modal terutama baginya untuk kelak mencari orang tuanya dan untuk membantu Bi Li mencari puteranya yang bernama Tang Hauw Lam. Dan semenjak terjadinya peristiwa itulah nama Kam Sian Eng dikenal didunia kang-ouw sebaga iseoran gtoko hyang aneh dan luar biasa, serta memiliki ilmu kesaktian yang dahsyat pula. Hal ini menyebabkan semua orang menjauhkan diri dari hutan itu, yang dianggap sebagai hutan iblis dan tak seorangpun berani memasukinya.

***
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar