Bab 11
Berkali-kali Siang-mou Sin-ni berkata membujuk. Hanya
kata-kata inilah yang kadang-kadang menjadi penguat semangat Bu Sin, karena ia
lalu memaki-makinya dan untuk sementara melupakan penderitaannya. Akan tetapi
kalau wanita itu diam saja dan duduk menonton, ia tersiksa lagi, akhirnya Bu
Sin tertawa-tawa, lalu menangis, tertawa lagi seperti orang gila karena
penderitaannya yang tak tertahankan. Kalau diteruskan beberapa jam lagi, ia
tentu akan menjadi gila benar-benar.
Agaknya Siang-mou Sin-ni memaklumi hal ini, maka ia lalu
mengusir semut-semut itu memanggul tubuh Bu Sin dan melompat turun dari atas
pohon, lalu berlari cepat sekali pergi dari situ. Bu Sin meramkan matanya,
merasa seperti dibawa terbang oleh wanita sakti yang berhati iblis ini. Ia
tidak putus asa selama nyawanya belum melayang, akan tetapi ia bertekad lebih
baik mati daripada dijadikan suami seorang iblis betina yang demikian keji dan
jahatnya. Ia seorang laki-laki sejati dan nama baik serta kehormatannya jauh
lebih berharga daripada selembar nyawanya. Demikianlah tekad hati pemuda jantan
ini.
Akan tetapi Bu Sin adalah seorang pemuda yang masih hijau
dan belum berpengalaman. Ia sama sekali tidak tahu sampai di mana jahat, keji,
dan lihainya seorang tokoh besar dunia hitam seperti Siang-mou Sin-ni yang
terkenal sebagai seorang di antara enam tokoh Thian-te Liok-koa! Selama menjadi
tawanan wanita iblis ini, beberapa hari kemudian, ia telah berubah menjadi
seorang yang kehilangan semangat, menjadi seorang yang tak ingat apa-apa lagi,
menjadi penurut seperti binatang peliharaan, disuruh apa saja oleh Siang-mou
Sin-ni, akan ditaatinya tanpa mempedulikan nyawanya sendiri, tidak ingat lagi
akan nama dan kehormatan, bahkan nama sendiri pun ia tak ingat lagi. Bu Sin
telah menjadi korban kekejian Siang-mou Sin-ni setelah diberi minum racun yang
disebut racun perampas semangat! Dan iblis betina itu tercapai maksud hatinya
yang kotor, menjadikan Bu Sin sebagai seorang kekasihnya, suatu hal yang hanya
merupakan siksaan dan hukuman karena ia tetap tidak dapat merampas cinta kasih
Bu Sin, tidak dapat memiliki Bu Sin yang sebenarnya, seperti yang
diinginkannya.
Bersama Bu Sin yang menjadi tawanan dan kekasihnya, yang
menuruti segala kehendaknya seperti patung hidup, Siang-mou Sin-ni pergi ke
selatan. Ia hendak mengunjungi Nan-cao negeri di selatan yang mengadakan
persekutuan dengan Hou-han. Biarpun Siang-mou Sin-ni seorang tokoh dunia hitam,
namun bagi Kerajaan Hou-han yang kecil itu ia merupakan seorang tokoh yang
patriotik dan ia bekerja untuk kerajaan ini. Oleh karena itu, tentang
persekutuan dengan Kerajaan Nan-cao, Siang-mou Sin-ni sudah mendapat wewenang
dan tugas untuk mengurusnya, dan kini ia pergi mengunjungi, selain untuk tugas
ini, juga untuk menghadiri perayaan yang diadakan di Nan-cao berhubung dengan
peringatan seribu hari wafatnya kauw-cu dari Beng-kauw yang mempunyai kedudukan
tinggi di Kerajaan Nan-cao, juga bertepatan dengan hari ulang tahun berdirinya
perkumpulan Agama Beng-kauw.
Siang-mou Sin-ni di dunia persilatan terkenal sebagai
seorang di antara keenam iblis Thian-te Liok-koai, akan tetapi di negerinya
sendiri, yaitu daerah Kerajaan Hou-han, orang akan menjadi terheran-heran
melihat ia dihormati semua orang, juga ditakuti dan ia keluar masuk istana
seperti keluar masuk rumahnya sendiri saja! Dia merupakan seorang tokoh yang
selain keji dan kejam, juga amat luar biasa anehnya, penuh diliputi rahasia dan
kepandaiannya luar biasa hebatnya. Inilah yang membuat dia menjadi seorang di
antara keenam Liok-koai (Enam Iblis), sifat-sifat yang harus dimiliki seorang
tokoh untuk disebut iblis dunia. Banyak orang jahat, akan tetapi ia tidak sakti
dan tidak luar biasa anehnya, maka ia tidak bisa disamakan dengan Thian-te
Liok-koai. Keenam orang tokoh ini disebut Iblis Dunia karena memang mereka
terlalu amat jahat, kejam dan tinggi ilmunya.
Alangkah buruk nasib Bu Sin, terjatuh ke dalam
cengkeraman seorang iblis betina seperti Siang-mou Sin-ni. Agaknya akan lebih
baik kalau ia dibunuh, karena nasib yang menimpa dirinya memang lebih hebat
daripada kematian. Ia menjadi seorang manusia yang kehilangan segala-galanya.
Bu Sin sama sekali tidak ingat lagi akan diri sendiri, juga ia tidak tahu ke
mana ia dibawa pergi oleh Siang-mou Sin-ni. Satu-satunya yang ia ketahui adalah
bahwa ia harus taat kepada segala kehendak Siang-mou Sin-ni!
Nan-cao adalah sebuah negeri kecil, atau lebih tepat lagi
sebuah kerajaan kecil yang berada di daerah Yu-nan. Di antara kerajaan-kerajaan
di daerah selatan dan barat, Kerajaan Nan-cao yang kecil ini terhitung kerajaan
yang paling kuat dan paling gigih menentang dan tidak mau tunduk kepada
Kerajaan Sung. Lain-lain kerajaan seperti Kerajaan Nan-ping di Hu-pei dan
Kerajaan Su di Se-cuan, suka mengakui Kerajaan Sung dan pemimpin mereka oleh
Kaisar Sung malah diganjar pangkat dan kedudukan. Akan tetapi Nan-cao tidak
mengakui kedaulatan Kaisar Sung.
Yang memperkuat kedudukan Kerajaan Nan-cao sesungguhnya
adalah Agama Beng-kauw. Agama ini dipimpin oleh orang-orang sakti dan karena
kaisarnya sendiri juga termasuk pemeluk Agama Beng-kauw, maka boleh dibilang
para pemimpin agama ini adalah keluarga raja di istana.
Apakah sebetulnya yang disebut Agama Beng-kauw? Mari kita
mengenalnya dari catatan sejarah, Beng-kauw yang berarti Agama Terang aselinya
disebut Manicheism, yaitu menurut nama penemunya yang bernama MANI. Mani
seorang berbangsa Persia (Iran), putera seorang bangsawan. Pada hahekatnya,
Agama Manicheism atau Beng-kauw ini merupakan perkawinan antara Agama Kristen
dan Agama Zoroastrianism yang dianut oleh sebagian besar bangsa Persia. Agama
ini mendasarkan filsafatnya pada filsafat kuno tentang Im Yang (Positive &
Negative). Menurut ajaran agama ini, segala kejahatan lahir daripada kegelapan
yang merupakan sebuah Kerajaan Gelap yang dirajai setan. Oleh karena inilah,
Mani menamakan diri sendiri sebagai Duta Terang, dan ini pula yang menyebabkan
mengapa agama ini disebut Agama Terang atau Beng-kauw. Segala macam kotoran
harus dibersihkan, segala macam kegelapan harus dikalahkan dan diusir oleh
Terang.
Agaknya karena banyak orang berilmu tinggi dan memiliki
kesaktian mendukung lahirnya agama ini, maka sebertar saja Beng-kauw menjadi
sebuah agama yang besar dan dianut manusia secara luas. Seperti juga dengan
agama-agama lain, Agama Beng-kauw tersebar luas setelah penemunya, Mani
meninggal dunia (dihukum mati pada tahun 274 Masehi). Agama ini meluas sampai
jauh ke barat menurut catatan sampai ke Perancis dan pada tahun 694 Masehi
mulailah agama ini masuk ke Tiongkok yang oleh para penganutnya lalu disebut
Beng-kauw (Agama Terang). Dua abad lebih kemudian, biarpun di Tiongkok Agama
Beng-kauw sudah amat menurun pengaruhnya, namun masih berpusat dan bersisa di
selatan, di negara Nan-cao.
Puluhan tahun, ketua Beng-kauw adalah seorang tokoh yang
amat terkenal akan kesaktiannya, bernama Liu Gan yang berjuluk Pat-jiu Sin-ong
(Raja Sakti Tangan Delapan). Hebat kepandaian ketua Beng-kauw ini dan
orang-orang, terutama para pemeluk agama itu, percaya bahwa tokoh ini adalah
seorang yang tidak bisa mati! Usianya pun katanya lebih dari seratus lima puluh
tahun. Agaknya hal ke dua ini mungkin sekali karena semua tokoh kang-ouw yang
paling tua tidak ada yang tidak mendengar nama besarnya yang berarti bahwa
Pat-jiu Sin-ong ini sudah amat lama tersohor di dunia kang-ouw. Akan tetapi
agaknya tidak benarlah desas-desus yang mengatakan bahwa ia tidak bisa mati
karena buktinya bulan depan ini di sana akan diadakan sembahyangan untuk
memperingati dan menghormat seribu hari wafatnya Pat-jiu Sin-ong!
Pernah disebut dalam cerita ini bahwa Pat-jiu Sin-ong Liu
Gan mempunyai seorang puteri bernama Liu Lu Sian yang berjuluk Tok-siauw-kui
(Iblis Cilik Berbisa)! Tiga puluh tahun yang lalu, Liu Lu Sian merupakan
seorang tokoh besar pula di dunia kang-ouw, amat tersohor karena kecantikannya
yang seperti bidadari, kecantikan yang aneh dan asing karena darahnya adalah
darah campuran antara Tiongkok dan Persia, matanya agak kebiruan, kulitnya yang
putih agak kemerah-merahan. Tidak hanya kecantikannya yang luar biasa itu saja
yang membuat ia terkenal, akan tetapi juga kepandaiannya yang tinggi, yang ia
warisi dari ayahnya dan terutama sekah ia tersohor karena keganasannya. Inilah
agaknya yang membuat ia dihadiahi julukan Setan Cilik Berbisa!
Seperti banyak sekali wanita di waktu itu, Liu Lu Sian
juga tergila-gila kepada jenderal muda Kam Si Ek yang terkenal tampan dan gagah
perkasa. Sebaliknya, Jenderal Kam juga jatuh hati terhadap puteri ketua
Beng-kauw ini. Sungguhpun Jenderal Kam cukup sadar akan keadaan gadis ini yang
terkenal ganas dan merupakan seorang tokoh yang bernama buruk, namun cinta
selalu mengalahkan perasaan dan kesadaran hati manusia muda. Ia menikah dengan
Liu Lu Sian, hal yang amat menggemparkan dunia kang-ouw di waktu itu.
Perkawinan ini mendatangkan seorang putera, yaitu Kam Bu Song. Sayang sekali,
mungkin karena perbedaan watak, pernikahan itu tak dapat dipertahankan terlalu
lama dan jiwa petualang Liu Lu Sian tak dapat dikekang lagi. Akhirnya, wanita
ini pergi meninggalkan suaminya setelah mereka bercekcok. Bu Song yang
ditinggalkan ibunya itu baru berusia empat tahun dan selanjutnya telah kita
ketahui bahwa anak ini pun akhirnya meninggalkan ayahnya, agaknya darah ibunya
mengalir di tubuhnya mewariskan jiwa petualang yang besar.
Pengganti Pat-jiu Sin-ong Liu Gan yang telah wafat adalah
adiknya sendiri, bernama Liu Mo yang usianya juga sudah amat tua, sukar
diketahui berapa usia ketua baru ini. Tubuhnya sama dengan kakaknya, tinggi
besar dengan kulit hitam dan mata agak biru. Ia pendiam, namun kabarnya juga
amat sakti. Beng-kauwcu Liu Mo ini tidak mempunyai julukan yang menyeramkan,
namun seperti juga kakaknya, ia mempunyai pengaruh yang amat besar di negara
Nan-cao dan menjabat kedudukan sebagai koksu (guru/penasehat kerajaan) yang
agaknya menentukan keputusan yang diambil oleh raja. Seperti juga mendiang
kakaknya, biarpun dia sendiri sudah tua dan usianya tak ada yang mengetahui
berapa, namun ia masih kuat dan mempunyai empat orang isteri muda-muda dan
cantik! Akan tetapi, hanya seorang saja di antara isterinya itu yang mempunyai
anak, seorang anak perempuan yang pada saat itu sudah berusia dewasa,
sedikitnya sembilan belas tahun. Gadis remaja ini diberi nama Liu Hwee.
Demikianlah sedikit tentang keadaan negara Nan-cao dan
Agama Beng-kauw yang selain berpengaruh besar di sana, juga agaknya yang
membuat negara ini angkuh dan biarpun kecil merupakan negara yang kuat juga.
Para penghuni istana, dari raja sampai para pengawal semua merupakan pemeluk
dan penganut Agama Beng-kauw yang setia.
Pada waktu itu, semua penghuni Kerajaan Nan-cao sibuk
dengan persiapan mengadakan pesta besar-besaran untuk merayakan tujuh abad
lahirnya Beng-kauw, juga untuk memperingati seribu hari wafatnya mendiang
Pat-jiu Sin-ong Liu Gan. Semua orang bergembira, kota raja dihias indah dan di
dekat istana dibangun ruangan besar untuk menyambut para tamu agung yang pasti
akan memenuhi tempat itu. Seperti biasa di waktu menghadapi perayaan besar,
para pimpinan Beng-kauw dan keluarga raja bekerja sama karena sebetulnya para
pimpinan Beng-kauw adalah keluarga raja juga. Malah kedua orang saudara Liu
yang berturut-turut menjadi ketua Beng-kauw adalah paman dari Raja Nan-cao.
Akan tetapi, seperti telah terjadi belasan tahun sampai saat itu, keluarga
bangsawan ini dalam kegembiraan persiapan pesta, merasa kecewa kalau teringat
akan Tok-siauw-kui Liu Lu Sian yang belum pernah pulang ke Nan-cao. Bahkan
semenjak wanita ini meninggalkan suaminya, Jenderal Kam, ia tak pernah muncul
lagi, dan tak seorang pun tahu di mana adanya Tok-siauw-kui Liu Lu Sian, tak
tahu pula apakah ia masih hidup.
Kita tinggalkan dulu Kerajaan Nan-cao yang sedang sibuk
membuat persiapan untuk menyambut datangnya para tamu dari empat penjuru untuk
menghadiri perayaan kerajaan dan Agama Beng-kauw. Perlu kita kembali dan ikuti
pengalaman Lin Lin agar jalan cerita menjadi lancar.
Dengan hati ngeri, Lin Lin merasa betapa tubuhnya
terjeblos dan melayang ke bawah, ke dalam gedung perpustakaan yang amat gelap
itu. Cepat ia mengerahkan gin-kangnya, akan tetapi karena ia tidak tahu betapa
tingginya tempat itu, tetap saja ia berada dalam ancaman bahaya terbanting
keras. Akan tetapi tiba-tiba ada tenaga yang mendorongnya dari bawah,
mengurangi kecepatan tubuhnya yang meluncur ke bawah bahkan kemudian tenaga
yang sama pula mendorongnya sedemikian rupa sehingga ia tahu-tahu telah berdiri
di atas lantai yang halus licin! Lin Lin membuka matanya yang tadi ia tutup
saking ngeri.
Kiranya ia berada di ruangan yang amat lebar dan di balik
tikungan ada sinar penerangan menyorot sehingga ruangan itu menjadi
remang-remang. Di depannya berdiri seseorang, entah laki-laki entah wanita
karena hanya tampak bayangannya yang hitam.
Bayangan itu mengeluarkan seruan kaget dan heran,
kemudian melangkah maju, berbisik dengan suara menggetar,
˜Aaahhhhh.. kaukah ini..? Kau datang menyusulku..? Dan
tikus-tikus itu berani mengganggumu..? Jangan takut, Kanda akan melindungimu..
ah, betapa rinduku kepadamu..!
Saking bingung dan herannya Lin Lin sampai tak dapat
berkutik ketika tiba-tiba bayangan itu merangkul dan memeluknya. Baru setelah
bayangan itu menciumnya, yang membuat ia merasa seakan-akan lantai yang
diinjaknya amblong ke bawah dan membuat matanya melihat ribuan bintang berjoget
di depannya, ia meronta dan tangannya melayang ke depan.
˜Plak-plak!! kedua telapak tangan Lin Lin bertemu dengan
pipi yang keras.
˜Kurang ajar kau.. monyet celeng keparat kau! Kubunuh
kau, binatang kurang ajar! Berani kau me.. me..!! Seperti hiu betina mencium
darah, Lin Lin menerjang maju, memukul mencakar menendang!
Semua pukulan dan tendangannya tepat mengenai sasaran
seperti tamparannya tadi. Bayangan itu sama sekali tidak mengelak, akan tetapi
sedikit pun tidak tampak bahwa pukulan dan tendangan itu terasa olehnya. Hanya
terdengar ia menggumam.
˜Ah, celaka.. aku sudah gila.. maaf Nona..!
Lin Lin penasaran setengah mati. Pukulan dan tendangannya
tadi bukan main-main akan tetapi mengapa yang dipukul dan ditendang tidak
apa-apa, sebaliknya malah telapak tangannya panas-panas dan gares (tulang
kering) kakinya linu dan seperti mau patah-patah? Ia marah sekali, kini
mengerahkan tenaga sakti Khong-in-ban-kin dan menyerang lagi. Kalau tadi ia
tidak mengeluarkan tenaga ini adalah karena ia masih belum begitu marah, hanya
terlalu kaget saja. Sekarang kemarahannya memuncak. Biarpun, andaikata, orang
ini telah menolongnya tidak terbanting jatuh, akan tetapi dosanya terlalu
besar. Dosa tak berampun. Memeluk dan menciumnya, kemudian menerima pukulan
tendangan dan tamparan tanpa merasakan sakit sedikit pun juga.
˜Uhhh, apa ini? Dari mana kau dapatkan ini?! Bayangan itu
agaknya terkejut menghadapi jurus lihai dan tenaga sakti itu, cepat ia mengelak
dan sekali melompat ia telah lenyap di tikungan depan. Lin Lin mengejar,
matanya silau karena kini ia berada di sebuah ruangan yang terang sekali,
diterangi lampu besar yang tergantung di setiap ujung dan di tengah-tengah
ruangan. Dinding tertutup lemari yang penuh dengan buku. Dan di tengah-tengah
ruangan, di bawah lampu berdirilah seorang laki-laki tampan berjubah hitam
dengan gambar suling di depan dada.
Sejenak kedua orang itu berdiri terpaku, saling pandang.
Wajah laki-laki itu penuh ketegangan, matanya tak berkedip menatap wajah Lin
Lin. Sukar menduga apa yang berada di balik sinar mata itu. Ada kagum, ada
gembira, tapi juga kecewa, duka, dan terharu. Di lain pihak, Lin Lin merasa
seakan-akan sudah terlalu sering ia melihat wajah seperti ini. Di alam mimpi.
Ya, di dalam mimpi yang menjadi rahasia hatinya. Wajah ini! Ia tahu bahwa orang
ini tentulah Suling Emas, dan tahu pula bahwa selama hidupnya, baru kali ini ia
bertemu muka. Akan tetapi wajah ini.. dan tadi ia diciumnya. Mendadak wajahnya
menjadi merah dan terasa panas, matanya mengembang air mata, jantungnya
berdenyar-denyar seakan-akan hendak meledak, dadanya bergelora dan.. kedua
kakinya gemetar.
˜Kau..? Kau tentu Suling Emas..! Biarpun kau Suling Emas,
suling bambu maupun suling bobrok, aku tidak takut. Kau harus mampus!! Lin Lin
sudah mencelat ke depan, menerjang dengan pukulan-pukulan dahsyat dari jurus
Ilmu Silat Khong-in-liu-san!
˜Eh, eh, nanti dulu.. salah faham.. salah duga, maafkan.
Kita bicara.!
˜Bicara apa?! Lin Lin makin ˜menyala! karena
pukulan-pukulannya bertubi-tubi itu hanya mengenai angin belaka, agaknya amat
mudah Suling Emas mengelak,
˜Kau.. kau kurang ajar..!! Suling Emas kembali mengelak.
˜Aku salah mengenal orang.. tentu saja kau jauh lebih
muda. Kau masih kanak-kanak, tapi. tapi.. wah hebat. Dari mana kau mendapatkan
jurus-jurus sehebat ini?! Makin cepat Lin Lin menyerang, makin cepat pula
Suling Emas mengelak, sambil memuji-muji jurus yang dimainkan Lin Lin. Dara ini
sendiri merasa terheran-heran akan perasaan hatinya. Ia merasa bangga sekali
akan pujian-pujian itu, akan tetapi di samping kebanggaan ini, ia juga gemas
dan mendongkol. Jurus-jurusnya dipuji lihai, akan tetapi tidak sekalipun
mengenai sasaran!
˜Huh, kalau pedangku berada di tangan, jangan harap kau
bisa enak-enakan menyelamatkan diri, sayang terampas pengawal curang!! katanya
sambil menyerang lagi.
˜Inikah pedangmu?!
Suling Emas tiba-tiba mengeluarkan sebatang pedang dari
balik jubahnya, dipegang dengan terbalik sehingga gagangnya disodorkan kepada
Lin Lin. Dara ini memandang dan terkejut bukan kepalang. Memang pedang itu
adalah pedangnya yang tadi terampas pengawal kurus!
˜Eh, betul bagaimana bisa berada padamu?! Suling Emas
berkilat pandang matanya.
˜Bukan soal, coba pergunakan pedangmu!! Kata-kata ini
merupakan perintah sehingga kalau menuruti wataknya, Lin Lin tentu tak sudi
menurut. Akan tetapi ia sudah terlalu mendongkol dan ingin ia memperlihatkan
kelihaiannya. Cepat tangannya merenggut, karena ia mengira bahwa Suling Emas
akan mempermainkannya dan pura-pura saja mengembalikan pedang. Hampir ia
terjengkang ke belakang, karena kiranya pedang itu sama sekaii tidak dipertahankan
oleh Suling Emas sehingga ketika ia mencabut sekuat tenaga, ia terdorong oleh
tenaga tarikannya sendiri.
˜Lihat pedang!! teriaknya, lebih mendongkol dan marah
lagi karena hampir terjengkang. Sinar kuning berkelebat dan bergulung-gulung
merupakan gelombang lingkaran yang menerjang diri Suling Emas.
˜Bagus!!
Suling Emas berkelebat lenyap dan berubah menjadi
bayangan yang selalu luput daripada bacokan maupun tusukan pedang.
˜Wah, jadi kau yang mencuri Pedang Besi Kuning? Hemmm,
tentu dengan Kim-lun Seng-jin. Heiiiii, ilmu pedang ini, apakah kau bukan murid
Kim-lun Seng-jin?!
Makin marahlah Lin Lin, karena biarpun ia sudah
berpedang, mana mungkin ia dapat merobohkan bayangan? Manusia ini tulenkah atau
setan?
˜Aku bukan murid Si Gundul Pacul! Hayo kaukeluarkan
kepandaianmu, hayo kaupergunakan pedangmu, kita bertanding selaksa jurus sampai
salah seorang menggeletak mandi darahnya sendiri!! tantangnya.
Akan tetapi tiba-tiba Suling Emas menarik napas panjang
dan seketika wajahnya berubah, muram dan tak acuh. Tadi ia bersikap gembira dan
matanya bersinar-sinar, wajahnya berseri-seri. Agaknya sekarang ia teringat
akan keadaannya yang ˜tidak wajar! itu, dan kembalilah ia pada sikapnya seperti
yang sudah-sudah, murung dan dingin. Ia membalikkan tubuh, menghampiri meja dan
duduk menghadapi kitab yang sudah sejak tadi terbuka di atas meja itu. Sama
sekali ia tidak mau mempedulikan lagi kepada Lin Lin.
˜Heeiiiii, hayo bangkit. Kita bertanding!! Lin Lin
membentak. Akan tetapi Suling Emas seakan-akan tidak mendengar bentakannya dan
terus saja membaca kitab. Bibirnya komat-kamit dan tampaknya asyik benar.
˜Tak sempat dan tiada nafsu bertanding..! tiba-tiba
Suling Emas berkata lirih dan mulutnya komat-kamit lagi membaca kitabnya.
˜Monyet, celeng, kadal, bunglon, tikus..!! Lin Lin
menyebut semua binatang yang dianggapnya paling menjijikkan, dilontarkannya
semua nama binatang itu kepada Suling Emas untuk memancing perhatian dan
kemarahannya.
˜Kau bunuh Ayahku, hayo kita bikin perhitungan sampai
lunas!!
Tanpa menoleh Suling Emas berkata lagi,
˜Sialan, semua orang bilang aku membunuh Ayahnya. Kalau
benar begitu, tentu Ayahmu patut dibunuh.!
˜Apa kau bilang? Berani kau memaki Ayahku? Hayo bangun,
lawan aku!! Lin Lin mengayun-ayun pedangnya di belakang leher Suling Emas. Akan
tetapi yang diancam tak bergerak dan Lin Lin bukanlah seorang yang sudi
menyerang orang yang tak melawan.
˜Kau bocah kecil, banyak bertingkah, pergilah jangan
ganggu orang baca!! biarpun kata-katanya mulai ketus, tapi Suling Emas tetap
duduk menghadapi kitab dan sama sekali tidak mau menoleh.
˜Iblis, setan, siluman..!! Lin Lin memaki-maki, kini
menyebut nama semua golongan setan dan jin, ˜Hadapi aku! Aku mau bicara denganmu!!
Akan tetapi Suling Emas tetap diam saja, melirik pun
tidak, Lin Lin makin marah dan jengkel mencak-mencak dan membanting-banting
kaki dengan pengerahan tenaga Khong-in-banï·“kin sehingga lantai menjadi
bolong-bolong dihantam kakinya yang kecil seperti digali dengan linggis saja.
Kemudian ia melompat ke depan Suling Emas di seberang meja. Namun laki-laki itu
tetap duduk menunduk, membenamkan matanya pada kitab. Lin Lin menggebrak meja,
namun sia-sia.
˜Betul kata Enci Sian Eng, kau seperti patung, kau aneh
dan tidak pedulian. Akan tetapi aku tidak mau kau perlakukan seperti Enci Sian
Eng. Kau harus bangkit dan melawanku!!
Sambil berkata demikian, Lin Lin melompat naik ke atas
meja itu dan membanting-banting kaki sehingga meja itu berloncatan. Tentu saja
kitab di depan Suling Emas juga ikut berloncatan sehingga tak mungkin lagi
membaca! Akan tetapi, bukan ini yang menyebabkan Suling Emas kini bangkit dan
memandang heran, melainkan kata-kata Lin Lin.
˜Apa kau bilang? Enci Sian Eng? Kau adiknya? Jadi kau..
kau ini.. ah, ingat aku sekarang. Kau yang berada di pintu gerbang, kau bersama
murid Gan-lopek. Ah, kau Lin Lin!!
Lin Lin merenggut dan melompat turun dari meja, pedangnya
masih dipegang erat-erat.
˜Enaknya menyebut nama orang. Lan Lan Lin Lin, memangnya
aku ini apamu? Huh, laki-laki kurang ajar, penghina kaum wanita. Memangnya aku
ini apamu.. berani.. berani mencium..!
Muka Lin Lin menjadi merah sekali dan ia tidak berani
mengangkat muka!
˜Hemmm, maafkan, aku tidak sengaja. Tapi.. ah, hal itu
tidak apa, tak usah kau sebut-sebut lagi. Percayalah, aku menyesal sekali..!
Tiba-tiba Lin Lin mengangkat muka, mereka berpandangan
dan.. Lin Lin menangis. Aneh memang! Tak biasa gadis ini menangis. Dia bukan tergolong
cengeng, tapi kali ini mengapa air matanya terus saja membanjir tak dapat
dibendung?
˜Lin.. eh, Nona Lin Lin, tentu kau sudah mendengar dari
encimu bahwa aku bukanlah pembunuh Ayahmu. Mengapa kau datang ke sini? Memasuki
istana bukanlah hal mudah dan bagaimana kau bisa tahu bahwa aku berada di
gedung perpustakaan?!
˜Aku.. aku tahu kau bukan pembunuh Ayah. Aku mendengar
percakapan Suma Boan bahwa biasanya kau di sini. Aku.. aku mencarimu hanya
untuk bertanya di mana adanya Kakak Kam Bu Song. Kau tentu tahu karena kau bisa
bilang kepada Enci Sian Eng bahwa Kakak Bu Song sudah meninggal dunia.
Bagaimana matinya dan di mana kuburnya? Akan tetapi.. sekarang aku tidak perlu
tanya-tanya lagi dan persoalan sekarang hanya bahwa kau harus melawan aku sampai
mati untuk menebus dosamu.!
˜Dosa..?!
˜Tadi itu..!!
˜Eh..? Oh, itu..? Dengar, Lin.. eh, Nona Cilik. Kau masih
kanak-kanak, dan aku sudah tua. Ciuman tadi tidak kusengaja, dan aku sudah amat
menyesal. Maafkanlah dan anggap saja ciuman itu dari seorang paman atau kakak
terhadap adiknya. Bagaimana?!
Seperti seorang anak kecil manja Lin Lin membanting kaki
dan menggeleng-geleng kepalanya dengan keras.
˜Tidak bisa! Mana ada aturan begitu? Masa seorang paman
atau kakak mencium.. di sini..?! Ia menuding bibirnya.
Suling Emas menjadi merah mukanya dan ia kewalahan betul
menghadapi dara yang keras hati, keras kepala dan keras kemauan, pendeknya
keras segala-galanya dan serba nekat ini,
˜Habis, bagaimana? Tak mungkin kutarik kembali..?!
˜Tarik kembali hidungmu!! Lin Lin memaki-maki. Suling
Emas memandang dengan mata terbelalak dan otomatis ia meraba-raba hidungnya
yang disinggung-singgung oleh dara nakal itu.
˜Satu-satunya cara menebus dosa hanya mencabut pedang dan
mari lawan aku sampai mampus seorang diantara kita! Penghinaan yang memalukan
ini harus ditebus dengan nyawa!!
Suling Emas merasa bohwat (kehabisan akal) benar-benar.
˜Masa begitu saja dianggap penghinaan yang memalukan?
Mana bisa menghina karena tidak sengaja? Dan bagaimana bisa disebut memalukan,
kan tidak ada yang lihat? Nona Cilik, sekali lagi aku minta maaf dan untuk
menebus dosa, aku sanggup melakukan apa saja asal jangan.. bertanding sampai
mati.!
Lin Lin menahan senyumnya. Gembira benar dia, serasa
kepalanya menjadi melar (membesar) saking bangga dan besar hati. Kulit
hidungnya yang tipis otomatis mekar. Bukankah ucapan Suling Emas itu otomatis
mengakui kelihaian dan kehebatannya? Bukankah itu berarti Suling Emas, pendekar
besar yang ditakuti semua orang, yang dicap seorang pendekar aneh dan tiada
taranya di kolong langit, yang dipuji-puji setinggi langit oleh Lie Bok Liong,
Kim-lun Seng-jin, dan Sian Eng, juga yang amat ditakuti oleh Suma Boan dan kaki
tangannya termasuk It-gan Kai-ong. Sekarang memperlihatkan enggan dan takut
bertanding mati-matian melawannya? Kalau tidak takut, sedikitnya tentu kagum
menyaksikan ilmu kepandaiannya! Tentu saja ia sama sekali tidak sadar bahwa
satu-satunya yang membuat laki-laki luar biasa itu ˜ngeri! terhadapnya adalah
wataknya yang liar dan sukar dilawan itu.
˜Suling Emas, apakah kau seorang laki-laki sejati?!
Pertanyaan yang diajukan dengan sinar mata menusuk-nusuk langsung ke jantung
ini membuat pendekar aneh itu terbelalak dan alisnya yang hitam tebal itu
bergerak-gerak. Baru sekarang selama hidupnya ia merasa bingung dan tak dapat
menebak apa gerangan maksud di balik kata-kata pertanyaan besar itu. Akan
tetapi, melihat wajah dan sikap dara remaja itu terang tidak bermaksud
menghina.
˜Apa maksudmu?! Ia toh bertanya karena benar-benar tidak
mengerti.
˜Apakah kau tergolong laki-laki yang suka menjilat
kembali ludah yang sudah dikeluarkan?!
Sepasang mata Suling Emas berkilat seperti mengeluarkan
cahaya berapi sehingga Lin Lin menjadi terkejut sekali dan agak takut juga.
Seperti mata harimau marah, pikirnya.
˜Nona kecil, apakah kau main-main ataukah hendak menghina
aku? Awas kau..!!
˜Siapa main-main? Awas.. awas.. tentu saja aku awas,
kalau tidak mana aku bisa melihat? Main ancam, apa dikira aku takut? Hayo, mau
apa?!
˜Kalau kau tidak main-main, apa maksudnya pertanyaanmu
yang bukan-bukan itu? Tentu saja aku laki-laki sejati. Suling Emas lebih
menghargai nama baik daripada selembar nyawanya!!
˜Dan sekali keluarkan sepatah kata, empat ekor kuda
takkan mampu menarik kembali?!
˜Jangankan empat ekor kuda, nyawa terancam maut sekalipun
takkan dapat menarik kembali kata-kata yang sudah kukeluarkan dari mulutku!!
Panas perut Suling Emas dan ia terheran-heran karena belum pernah ia bisa
di!bakar! orang selama ini.
˜Bagus, kalau begitu nyata kau seorang Eng-hiong
(Pendekar) sejati, seorang satria tulen tidak campuran. Aku percaya omonganmu.
Nah, dengarkan sekarang penebusan dosamu. Aku pun tidak suka bertanding sampai
mati denganmu, karena aku juga maklum bahwa kau lihai sekali. Akan tetapi
karena kau yang menolak bertanding sampai mati dan kau pula yang berjanji akan
melakukan apa saja asal jangan bertanding, aku mengajukan tiga buah permintaan
kepadamu.!
Hemmm, celaka sekali ini aku, pikir Suling Emas dan ia
sudah menyesal mengapa tadi ia memberi janji segala macam. Jangan-jangan gadis
liar ini akan menyeretnya untuk melakukan hal yang bukan-bukan. Diam-diam ia
gemas sekali dan ingin rasanya ia menangkap bocah ini, menelungkupkannya di
atas pangkuan dan menghajar pantatnya sampai matang biru!
Akan tetapi Lin Lin yang cerdik pura-pura tidak melihat
mata yang melotot kepadanya itu, melainkan ia cepat-cepat menyambung
kata-katanya.
˜Pertama, kau tidak boleh bercerita kepada siapapun juga
di dunia ini, kepada isterimu pun tidak..!
˜Aku tidak punya isteri!!
˜Masa..?! Lin Lin duduk menunjang dagu dengan kedua
tangan dan memandang tajam. Mereka sudah sejak tadi duduk berhadapan lagi,
terhalang meja.
˜Kenapa sih? Usiamu sudah lebih daripada cukup. Kurasa
tiga puluh tahun sudah ada..!
Suling Emas menarik napas panjang, sejenak memandang
wajah Lin Lin, kemudian menunduk dan menggerakkan kedua pundaknya yang bidang.
˜Aku takkan punya isteri.. siapa akan sudi padaku..?!
Tiba-tiba pandang mata Suling Emas merenung dan tampak sedih sekali.
˜Akan tetapi kelak kau tentu akan mengubah pendirian ini
dan kelak kau tentu akan punya seorang isteri yang cantik jelita dan baik..!
Suling Emas menggebrak meja dan.. keempat kaki meja itu
amblas sampai belasan sentimeter ke dalam lantai yang keras. Tiba-tiba meja
menjadi pendek.
˜Apa-apaan semua ini? Melantur-lantur urusan isteri dan
pernikahan segala macam?!
Lin Lin sadar, menurunkan kedua tangannya, keningnya
berkerut-kerut, mengingat-ingat,
˜Ah, oh.. sampai di mana aku tadi? Oya, permintaan
pertama, kepada siapapun juga di dunia ini, juga tidak kepada.. calon isterimu,
kau tidak boleh bercerita tentang yang tadi itu. Sanggupkah?!
Lega bukan main hati Suling Emas. Kiranya hanya macam
begini saja permintaan dara gila ini. Saking gembiranya dan lega hatinya
mendengar bahwa permintaan yang belum apa-apa sudah ia janji menyanggupi itu
ternyata bukan permintaan yang bukan-bukan, timbul kegembiraannya untuk
menggoda. Ia pura-pura tidak mengerti dan bertanya,
˜Tentu saja aku sanggup kalau hanya untuk tutup mulut,
tapi harus dijelaskan, tidak boleh bercerita tentang apa?!
˜Tentang tadi itu, lho.!
˜Tentang tadi? Ada apa sih tadi? Tentang kau datang ke
istana dan bertempur melawan para penjaga?!
˜Bukan.. bukan..! Kalau tentang itu saja boleh
kauceritakan kepada setiap orang yang kaujumpai. Bukan itu, tapi tentang.. eh,
tentang antara kita tadi itu.!
Suling Emas menarik muka bodoh, longang-longong
seakan-akan ia benar-benar tidak mengerti.
˜Eh, tentang pertandingan kita tadi? Baik, aku akan tutup
mul..!
˜Kau buka sehari semalam juga peduli amat kalau tentang
itu. Wah, tidak nyana bahwa Suling Emas yang namanya lebih tinggi dari puncak
Thai-san, kiranya hanya seorang laki-laki yang amat bodoh. Itu lho, tentang
kekurangajaranmu tadi, kaupeluk aku dan kau.. kau..!
Melihat betapa wajah itu di bawah sinar lampu yang terang
menjadi amat merah, Suling Emas merasa kasihan juga. Ia mengangguk-angguk.
˜Baik-baik, aku mengerti sudah. Aku sanggup untuk tutup mulut tentang hal itu.!
Lin Lin menarik napas panjang. Ia merasa lega dan hal itu
akan merupakan rahasia antara mereka berdua saja.
˜Dan kau akan membantu usaha kami mencari Kakak Kam Bu
Song dan pembunuh ayah bunda kami.!
˜Sanggup!! tanpa banyak pikir lagi Suling Emas menjawab
sambil mengangguk.
˜Dan kau akan membawa aku bersamamu dalam usaha mencari
Kakak Kam Bu Song dan musuh besarku. Sanggup?!
˜Wah.. ini.. ini..! Suling Emas meragu.
Lin Lin tersenyum mengejek dan menudingkan telunjuk
kanannya ke arah hidung Suling Emas.
˜Nah-nah, janjinya menyanggupi segala macam permintaan,
baru begitu saja sudah menolak..!
˜Menolak sih tidak, tapi.. mencari orang yang tidak tentu
tempatnya, membutuhkan waktu yang tidak dapat diduga berapa lamanya. Pula,
besok aku akan pergi ke Nan-cao mengunjungi perayaan Agama Beng-kauw..!
Tiba-tiba ia teringat akan sesuatu,
˜Ah, di sana berkumpul semua tokoh kang-ouw, kurasa akan
dapat bertemu dengan pembunuh ayah bundamu di sana.!
˜Nah, kalau begitu bawalah aku ke sana.!
˜Tapi.. pembunuh ayah bundamu tentulah seorang yang amat
lihai lagi jahat!!
˜Takut apa? Kaukira aku takut? Lagi pula, aku tidak minta
perlindunganmu! Aku hanya minta kau mengajak aku dalam usaha mencarinya. Nah,
bagaimana jawabnya?!
Suling Emas mengerutkan kening, berpikir-pikir, lalu
mengangguk-angguk.
˜Perlu juga seorang bocah seperti kau ini menghadapi
banyak pengalaman. Di Nan-cao kau akan melihat dan mendengar banyak. Baiklah,
aku sanggup. Besok aku akan menjemputmu di kelenteng itu.!
Bukan main girangnya hati Lin Lin. Ia dapat membayangkan
sudah betapa encinya akan membuka matanya yang jeli itu lebar-lebar
memandangnya kalau mendengar akan janji-janji Suling Emas kepadanya!
˜Sebuah permintaan lagi, kau harus memperkenalkan nama
aselimu kepadaku dan aku pasti akan merahasiakannya kalau memang kau kehendaki
itu.!
Suling Emas tampak terkejut sekali, akan tetapi ia segera
mengangkat telunjuknya ke atas dan berkata ketus,
˜Anak nakal, sekali ini aku takkan menyanggupi apa-apa
lagi. Kau minta aku memegang teguh kata-kata yang sudah keluar, akan tetapi kau
sendiri mengapa hendak melanggar omongan sendiri?!
˜Aku? Melanggar omonganku sendiri? Mana bisa..?!
˜Kau tadi bilang hendak mengajukan tiga macam permintaan.
Pertama, aku tidak boleh bercerita kepada orang lain bahwa aku sudah memeluk
dan menciummu. Ke dua, aku akan membantumu mencari kakakmu dan musuh besarmu.
Ke tiga, aku akan membawamu serta ke Nan-cao. Nah, sudah cukup tiga, bukan? Tak
boleh diberi embel-embel lagi!!
Lin Lin menyesal bukan main.
˜Wah, aku salah. Kalau begitu boleh ditukar. Permintaan
pertama itu kutukar dengan permintaan ini dan..!
˜Cukup! Aku tidak mau bicara lagi. Sekarang kau kembali
ke kuil dan besok aku akan menjemputmu, kita bersama berangkat ke Nan-cao!!
Setelah berkata demikian, kedua tangannya bergerak dan..
tiba-tiba semua lampu penerangan di dalam ruangan itu padam.
˜Ikuti aku keluar..! Bayangan hitam itu berkata perlahan.
Lin Lin terpaksa mengikuti dan ternyata mereka keluar dari pintu samping yang
ditutup kembali oleh Suling Emas dari luar. Orang aneh itu sekali bergerak
sudah melompat tinggi dan ternyata ia menyambar benderanya di atas genteng,
lalu melayang turun lagi. Gerakannya demikian ringan dan cepat laksana seekor
burung garuda terbang melayang saja, membuat Lin Lin kagum bukan main. Suling
Emas bergerak lagi dan Lin Lin mengikuti terus.
Dapat dibayangkan betapa heran dan kagumnya hati Lin Lin
ketika Suling Emas membawanya keluar dari lingkungan istana itu dengan enak
saja, berjalan melalui jalan di antara gedung-gedung besar, kemudian menerobos
keluar dari pintu gerbang. Para penjaga yang berada di situ, terang melihat
mereka berdua, akan tetapi jangankan mengganggu, berkata sepatah pun tidak
seakan-akan Suling Emas dan Lin Lin merupakan dua sosok bayangan yang tidak
tampak oleh mereka!
Setibanya di luar, Suling Emas berkata,
˜Nah, selamat malam. Besok kujemput di kuil,! Begitu
habis kata-katanya orangnya pun lenyap!
Bukan main, pikir Lin Lin. Lebih hebat lagi, ia sudah
berhasil ˜menundukkan! orang luar biasa macam itu! Mulai besok, dia akan
melakukan perjalanan jauh bersama Suling Emas! Lin Lin berjingkrak-jingkrak dan
berlari-lari cepat sekali. Ingin ia lekas-lekas sampai di kuil untuk
menceritakan hal yang amat membanggakan hatinya itu kepada encinya. Betapa akan
terlongong heran enci Sian Erg, bisik debar jantung Lin Lin.
Akan tetapi alangkah heran dan kemudian bingung hatinya
ketika ia tiba di kuli, Sian Eng ternyata tidak berada di situ. Para hwesio
yang ditanyainya menerangkan bahwa encinya itu pergi meninggalkan kuil tidak
lama setelah Lin Lin pergi petang tadi.
˜Pinceng semua tidak tahu ke mana perginya, dia tidak
meninggalkan pesan dan pinceng tidak berani bertanya.! Memang para hwesio di
kuil itu amat menghormati Sian Eng dan hal ini adalah karena yang membawa
datang gadis itu adalah Suling Emas.
Tergesa-gesa Lin Lin memasuki kamar di sebelah belakang
kuil itu. Kamar itu kosong dan hatinya tidak enak sekali rasanya ketika melihat
bahwa bukan hanya Sian Eng yang lenyap dari kamar itu, melainkan bungkusan
pakaian encinya, juga pedangnya, turut lenyap. Hal ini hanya berarti bahwa
encinya memang sengaja pergi dari situ. Bukan pergi dekat-dekatan saja, melainkan
pergi melakukan perjalan jauh, karena kalau tidak demikian, apa perlunya
membawa-bawa bekal pakaian. Akan tetapi, kalau benar demikian, mana bisa jadi?
Masa encinya pergi jauh tanpa memberi tahu kepadanya? Hanya satu hal yang
melegakan hatinya. Agaknya encinya itu tidak diculik orang atau dibawa pergi
orang dengan kekerasan, karena kalau demikian hainya, tentu encinya tidak
membawa serta pakaiannya.
Lin Lin semalam tak dapat tidur. Baru saja bertemu dengan
encinya, sekarang ia ditinggal pergi lagi dengan aneh. Sekali lagi ia berpisah
dari Bu Sin dan Sian Eng, tanpa mengetahui di mana adanya mereka berdua.
Diam-diam Lin Lin mendongkol sekali. Mengapa Sian Eng meninggalkannya begitu
saja? Ada rahasia apakah di balik perbuatan yang amat ganjil ini? Hatinya baru
tenteram dan kebingungannya berkurang banyak kalau ia teringat akan Suling
Emas. Orang itu hebat, kepandaiannya seperti setan. Sekarang ia sudah dapat
˜bersahabat! dengan Suling Emas, tentang lenyapnya Sian Eng, apa sih sukarnya
bagi Suling Emas? Besok aku akan minta dia mencari Slan Eng lebih dulu,
pikirnya. Akan tetapi segera ia teringat betapa aneh dan sukar watak Suling
Emas. Belum tentu ia mau menuruti permintaannya, buktinya, ditanya nama
sesungguhnya saja tidak mau memberi tahu. Lin Lin bersungut-sungut dan duduk
termenung di dalam kamarnya tak dapat tidur.
Pada keesokan harinya, pagi-pagi sekali seorang hwesio
pelayan memberi tahu bahwa ada seorang tamu mencarinya. Lin Lin meloncat dari
pembaringan, langsung keluar dari dalam kamar. Dengan rambut kusut dan wajah
gelisah ia berlari keluar untuk menyambut Suling Emas dan cepat bercerita
tentang lenyapnya Sian Eng. Akan tetapi wajahnya berubah ketika ia melihat
bahwa laki-laki yang duduk di ruangan depan itu sama sekali bukan Suling Emas
yang diharap-harap kedatangannya, melainkan Lie Bok Liong! Akan tetapi, hanya
sebentar saja rasa kecewa ini menekan hatinya, karena ia segera meraih harapan
bahwa sahabat ini berhasil mendapat tahu tentang di mana adanya Bu Sin
kakaknya.
˜Liong-twako, bagaimana dengan Sin-ko? Sudah tahukah kau
di mana adanya Sin-ko?!
Sejenak Bok Liong menatap wajah dengan rambut kusut itu
dengan hati berguncang. Selama dua hari berpisah dari Lin Lin, makin terasalah
ia betapa ia tak mungkin dapat terpisah dari gadis ini. Yang dua hari itu ia
merasakan siksaan batin yang kosong dan sunyi, akibat daripada kebahagiaan yang
selama ini ia rasai di dekat Lin Lin telah direnggutkan dari padanya. Betapa
rindunya kepada dara itu, akan tetapi ia menguatkan hati dan dengan tekun ia
mencari keterangan tentang diri kakak nona itu sampai keluar kota raja.
Harus diakui bahwa pemuda ini mempunyai hubungan yang
amat luas dan di sekitar kota raja, boleh dibilang di setiap dusun dan kota ia
tentu mengenal seorang tokoh. Inilah sebabnya mengapa dalam waktu dua hari saja
ia telah berhasil dalam penyelidikannya dan dengan hati girang pagi-pagi itu ia
menuju ke kuil. Selama dua hari ini ia tidak pernah beristirahat dan dalam hal
wajah dan rambut kusut agaknya ia tidak usah kalah oleh Lin Lin! Mendengar
pertanyaan membanjir keluar dari mulut dara pujaan hatinya itu, ia tersenyum
girang. Namun hanya sebentar saja ia tersenyum karena ia segera teringat bahwa
biarpun ia sudah berhasil mendapatkan berita tentang Bu Sin, namun bukanlah
berita baik yang dapat disampaikan kepada Lin Lin dengan senyum gembira!
˜Lin-moi, aku sudah berhasil mendengar berita tentang
kakakmu itu, akan tetapi sebelumnya kuharap kau akan tenang dan percayalah
kepadaku bahwa aku selalu akan membantumu mencari dan menyusul kakakmu, biarpun
untuk itu aku harus menyeberangi samudera api..!
˜Aku tahu kau akan membantuku, tapi bukan itu yang ingin
kudengar. Lekas katakan, bagaimana dengan Sin-ko?! Lin Lin memotong, habis
sabar.
˜Menurut kabar yang kudapat, agaknya kakakmu itu terjatuh
ke dalam tangan Siang-mou Sin-ni, Si Iblis Betina yang amat lihai. Tapi percayalah,
kakakmu tidak dibunuh. Aku sudah cukup mengenal watak iblis betina itu. Dia
sedang meyakinkan sebuah ilmu hitam yang amat ganas dan syaratnya adalah
menghisap darah jejaka hidup-hidup. Banyak sudah yang menjadi korbannya dan aku
yakin bahwa kakakmu tidak menjadi korbannya karena biasanya ia meninggalkan
mayat laki-laki yang dihisapnya sampai mati. Kakakmu lenyap dan jejaknya
menyatakan bahwa dia dijadikan tawanan Siang-mou Sin-ni. Menurut keterangan
yang kukumpulkan, aku tahu bahwa iblis itu pergi ke Nan-cao untuk menghadiri
perayaan Agama Beng-kauw. Maka, tenanglah dan mari kau ikut denganku ke
Nan-cao, kita kejar siluman itu dan dengan tenaga kita berdua, kiraku kita akan
dapat merampas kembali kakakmu.!
Mendengar cerita Bok Liong, Lin Lin terkejut sekali. Akan
tetapi otaknya bekerja dan ia segera menjawab,
˜Liong-twako, kau benar-benar baik sekali. Terima kasih
atas pertolonganmu. Karena sudah jelas bahwa Sin-ko ditawan Siang-mou Sin-ni
dan dibawa ke Nan-cao, biarlah aku sendiri yang akan mengejar iblis itu dan
merampas Sin-ko.!
˜Wah, kau tidak tahu! Siang-mou Sin-ni adalah seorang di
antara Thian-te Liok-koai, seorang di antara Enam Iblis yang kepandaiannya luar
biasa sekali, tidak di sebelah bawah tingkat It-gan Kai-ong!!
˜Apakah lebih sakti daripada Suling Emas?! tanya Lin Lin
dengan sikap dingin, seakan-akan ucapan Bok Liong tadi ˜bukan apa-apa! baginya.
˜Kalau dengan dia.. ah.. sukar dikatakan..!
˜Nah, menghadapi Suling Emas saja aku tidak takut.
Apalagi segala macam manusia iblis seperti Siang-mou Sin-ni? Liong-twako, harap
kau jangan banyak membantah. Bukankah kau sudah bilang bahwa kau suka sekali
membantu dan menolongku?!
˜Tentu saja! Karena itulah aku akan mengantarmu
mengejarnya.!
˜Tidak, Twako. Kau tidak tahu. Kita membagi tugas
sekarang. Ketahuilah bahwa Enci Sian Eng juga lenyap! Baru malam tadi ia
lenyap.!
˜Apa..?! Bok Liong berseru kaget dan memandang dengan
mata terbelalak, lalu menggaruk-garuk belakang telinga yang tidak gatal.
Benar-benar tiga saudara ini orang-orang yang aneh sekali, selalu lenyap
seperti barang kecil berharga saja. Apakah mereka itu tidak mampu menjaga diri
sendiri sehingga mudah hilang?
˜Karena itulah, Twako. Aku minta bantuanmu sekarang,
kuminta sungguh-sungguh agar supaya kau suka mencari jejak Enci Sian Eng. Kalau
kau sudah dapat menemukannya dan dia dalam keadaan selamat, barulah kau boleh
menyusulku. Aku akan mengejar jejak Sin-ko yang diculik iblis betina itu.!
Sebenarnya Bok Liong kecewa sekali, akan tetapi tentu
saja ia tidak dapat menolak, apalagi dara pujaan hatinya itu mengajukan
permintaan dengan suara penuh permohonan dan sinar mata mengharap.
˜Baiklah, aku akan cepat mencari dan menemukannya,
kemudian aku akan menyusulmu ke Nan-cao. Kuharap saja kau tidak akan berjumpa
dengan Siang-mou Sin-ni sebelum aku berada di dekatmu untuk membantu.!
Bok Liong berpamit dan keluar dari situ, akan tetapi
sampai di pintu ia menengok dan suaranya menggetar ketika ia berkata,
˜Lin-moi, kau melakukan perjalanan seorang diri mengejar
orang sejahat iblis, kau berhati-hatilah, jaga dirimu baik-baik.!
Lin Lin tersenyum. Ia menganggap pemuda ini baik sekali
kepadanya, seperti kakak sendiri. Tentu saja ia tidak dapat menduga bahwa suara
tadi keluar dari lubuk hati dan mengandung rasa kasih yang besar dan mendalam.
˜Oya, Twako, kau lupa. Kalau kau bertemu dengan Enci Sian
Eng, kau harus ajak dia sekalian menyusulku. Sekali lagi terima kasih,
Liong-twako. Kau seorang yang amat baik dan aku takkan melupakan budimu.!
Tentu saja hati Bok Liong menjadi girang bukan main. Dara
pujaannya itu takkan melupakan budinya! Bukankah ini merupakan sebuah janji
tersembunyi! Sama sekali pemuda yang jujur ini tidak tahu bahwa di dalam hati
Lin Lin, gadis ini mengharapkan terangkapnya hati encinya dengan pemuda yang
amat baik dan gagah ini!
Baru saja Bok Liong pergi, terdengar suara,
˜Dia telah bersikap baik sekali, tapi yang dibaiki tidak
tahu diri!!
Lin Lin cepat menengok dan.. Suling Emas telah berdiri di
situ. Seketika kegelisahan yang membayangi wajah cantik itu lenyap terganti
cahaya berseri pada matanya dan warna merah pada kedua pipinya.
˜Apa kau bilang? Liong-twako memang baik sekali orangnya
dan siapa bilang aku tidak tahu diri?!
Suling Emas menarik napas panjang, menyembunyikan gelora
dadanya yang aneh sekali baginya. Mengapa melihat wajah gadis cilik ini di
waktu pagi, mengingatkan ia akan setangkai bunga mawar dalam hutan yang masih
basah oleh embun pagi dan yang selalu mendatangkan rasa aman tenteram di
hatinya? Lalu katanya acuh tak acuh agar gelora hatinya terselimut,
˜Dia cinta padamu dan menghendaki kau pergi bersamanya.
Ah, kau suka menyiksa hati orang..!
Sepasang pipi itu menjadi makin merah dan jantung Lin Lin
berdebar. Seperti dibuka kedua matanya oleh ucapan Suling Emas ini. Lie Bok
Liong mencintanya? Ucapan tentang cinta ini membuat ia memandang Suling Emas
lebih teliti lagi, karena perasaan wanitanya membuka rahasia hatinya sendiri.
Bok Liong boleh seribu kali mencintanya, akan tetapi ia hanya dapat mencinta
seorang saja, yaitu.. Suling Emas! Lin Lin terkejut dan sekuat tenaga batinnya
menolak perasaan ini, membantah, namun ia hanya berhasil melawannya pada
lahirnya belaka, adapun hatinya makin erat terpikat dan terikat, makin hebat
terlihat jaring cinta kasih!
˜Siapa peduli tentang.. cin.. cinta? Bagaimana kau
menuduh secara buta tuli bahwa aku menyiksa hati orang? Hanya Liong-twako yang
kupercaya penuh untuk mencari Enci Sian Eng yang lenyap..!
˜Lenyap..?! Suling Emas memandang tajam.
˜Hemmm, kau tidak tahu. Enci Eng pergi tanpa pamit, entah
ke mana. Pakaian dan pedangnya dibawa, tentu pergi jauh. Aku minta tolong
kepada Liong-twako untuk pergi mencarinya karena aku sendiri hendak pergi
mengejar jejak Bu Sin koko yang diculik oleh Siang-mou Sin-ni.!
˜Apa..?! Kali ini Suling Emas mengerutkan keningnya,
˜Dari mana kau tahu?!
˜Liong-twako memang baik dan hebat!! Lin Lin sengaja
memuji-muji di depan Suling Emas. ˜Dalam dua hari saja ia berhasil mendapat
keterangan bahwa Sin-ko telah dibawa pergi oleh seorang iblis betina berjuluk
Siang-mou Sin-ni dan dibawa ke Nan-cao. Karena itu, kebetulan sekali bahwa kita
pun akan pergi ke Nan-cao sehingga kita dapat mengejar iblis itu dan sekalian
mencari tahu tentang Kakak Bu Song dan musuh besarku.!
Wajah Suling Emas kelihatan serius sekali,
˜Non..!
˜Wah, kau canggung benar. Repot aku kau sebut nona-nona
segala macam. Sebut saja namaku, kau kan sudah tahu namaku? Aku sendiri karena
tidak tahu siapa namamu, akan menyebut kau Suling Emas begitu saja, atau.. Si
Suling saja karena kau memang tinggi janggung seperti suling.!
Kembali sepasang mata itu berkilat dan untuk beberapa
detik wajah yang serius itu berseri. Akan tetapi hanya sebentar dan kembali
wajahnya muram.
˜Lin Lin, kali ini kau jangan main-main. Kau tidak tahu,
tidak mengenal Siang-mou Sin-ni. Dia benar-benar iblis yang jahat, malah dia
seorang di antara Thian-te Liok-koai. Kakakmu terjatuh di dalam tangannya,
berbahaya sekali..!
˜Maka kita harus lekas mengejarnya. Hayo kita berangkat..
eh, nanti dulu, aku belum berganti pakaian dan cuci muka.. bersisir..!
˜Apa kau kira kita akan pergi ke pesta? Begitu saja sudah
cukup ambil bekalmu dan kita berangkat!!
˜Tapi.. tapi..! Lin Lin tak dapat melanjutkan
kata-katanya karena Suling Emas sudah memutar tubuh dan keluar dari kuil itu.
Terpaksa ia tergesa-gesa memasuki kamarnya, menyambar buntalan pakaian yang
sudah ia persiapkan, membawa pedangnya dan berjalan cepat keluar. Ia berpamit
kepada pimpinan kuil sambil menghaturkan terima kasih, kemudian ia berlari
keluar. Kiranya Suling Emas tidak menantinya dan sudah berjalan pergi beberapa
ratus meter jauhnya.
˜Heeeiiiii, tunggu..!! teriaknya sambil berlari mengejar.
Suling Emas berjalan terus tanpa menengok. Dari belakang tampaknya orang aneh
itu hanya berjalan biasa, kedua kakinya bergerak melangkah lambat-lambat. Akan
tetapi anehnya, betapapun cepatnya kedua kaki kecil Lin Lin bergerak lari sipat
kuping, tetap saja jarak antara mereka tiada perubahan, kira-kira tiga ratus
meter jauhnya!
˜Hemmm, kini kau akan menguji ilmu lari cepat?! Lin Lin
mengomel gemas, lalu ia mengerahkan seluruh tenaga gin-kang dan menggunakan
tenaga kesaktiannya, yaitu Khong-in-ban-kin yang dapat membuat ia bergerak
laksana burung walet terbang cepatnya. Diam-diam Suling Emas terkejut dan juga
kagum. Kemudian ia pun mempercepat gerakannya. Lin Lin terus mengejar,
penasaran bukan main ketika dari belakang Suling Emas tetap saja kelihatannya
seperti orang berjalan biasa. Lebih dua jam mereka berkejaran ini sampai lewat
puluhan li jauhnya. Setelah Lin Lin bermandi keringat dan napasnya mulai
memburu barulah ia dapat menyusul. Suling Emas berhenti dan memandangnya,
pandang mata yang jelas membayangkan kekaguman.
˜Huh.. huh.. Kau kira aku tidak mampu mengejarmu? Huh..
huh.. semua orang boleh menganggapmu hebat.. tapi.. huh.. huh.. bagiku biasa
saja..! Dia antara napasnya yang senin-kemis itu Lin Lin mengejek dan
menyombong.
Suling memandang tajam. Dia ini sama sekali tidak nampak
lelah. Wajahnya biasa saja tidak tampak setetes pun peluh dan napasnya juga
panjang-panjang biasa,
˜Lin Lin, ilmu yang kau warisi dari Kim-lun Seng-jin ini
hebat. Sayang sekali..!
˜Sayang? Apanya yang sayang?!
˜Sayang kau tidak menghargainya sehingga kau menjadi
tolol dan sombong!!
Lin Lin menggigit bibirnya, kedua tangannya dikepal dan
sudah gatal-gatal tangannya untuk menerjang dan menyerang untuk melampiaskan kemendongkolan
hatinya. Sepasang matanya bersinar-sinar seakan hendak menelan orang di
depannya itu hidup-hidup. Akan tetapi ia menahan perasaannya karena ingin
sekali ia mendengar arti pernyataan yang tak dimengertinya itu.
˜Kalau benar aku tolol dan sombong, mengapa sayang? Apa
pedulimu dan apa hubungannya dengan ilmu yang kupelajari dari Kim-lun
Seng-jin?!
˜Seorang anak-anak yang goblok tidak akan tahu akan
harganya sebuah mustika dan akan menganggapnya batu biasa saja dan dipakai
main-main. Kau pun tidak dapat menghargai ilmu warisan dari Kim-lun Seng-jin
sehingga kau main-main dengan ilmu itu, maka kau tolol. Orang yang menganggap
diri sendiri sudah hebat tiada bandingnya, dia adalah seorang sombong dan kau
juga selalu mau menang sendiri, tidak menghargai orang lain maka kau sombong
juga. Sayang ilmu yang hebat itu jatuh ke tangan orang tolol dan sombong, kalau
tidak, dengan melatihnya secara tekun dan mendalam, agaknya takkan mudah lagi
kau mengalami penghinaan dari orang lain.!
˜Siapa berani menghina aku kecuali kau? Putera Mahkota
sendiri menganggap aku sederajat dan setingkat dengannya, mengajak aku
bercakap-cakap seperti sahabat. Tapi kau.. huh, kaulah yang sombong!!
˜Putera Mahkota? Betulkah kau bertemu dengan Putera
Mahkota? Yang mana, jangan-jangan hanya dengan seorang bangsawan muda macam
Suma Boan.!
˜Huh, apa aku tidak bisa membedakan mana Pangeran Mahkota
dan Pangeran Brengsek biasa? Aku memasuki taman bunganya ketika mencari gedung
perpustakaan, dan aku bercakap-cakap dengannya. Dia suka sekali akan ikan emas,
mempunyai sebuah pagoda yang penuh dengan tempat-tempat ikan dari kaca! bagus
bukan main!!
Sepasang mata Suling Emas terbelalak. Makin heranlah ia
menghadapi dara remaja ini,
˜Kau benar-benar telah bertemu dengan Pangeran? Tahukah
kau bahwa beliau itu adalah adik Sri Baginda dan merupakan calon pengganti Sri
Baginda?!