Anak Naga (Bu Lim Hong yun) Bab 63: Mengunjungi Thio sam Hong Dan Mengembalikan Kitab Pusaka

Bab 63 Mengunjungi Thio sam Hong Dan Mengembalikan Kitab Pusaka

Thio Han Liong dan An Lok Kong cu melakukan perjalanan ke gunung Bu Tong dengan penuh kegembiraan, bahkan kadang-kadang mereka pun bercanda ria. Dalam perjalanan ini, Thio Han Liong selalu memberi petunjuk kepada gadis itu mengenai ilmu silat, sehingga ilmu silat An Lok Kong cu mengalami kemajuan pesat. Walau mereka tidur sekamar di penginapan, namun Thio Han Liong selalu menjaga tata tertib dan kesopanan, maka tidak mengherankan kalau An Lok Kong cu bertambah kagum kepadanya.

"Kakak Han Liong..." ujar An Lok Kong cu ketika mereka duduk berhadapan di dalam kamar penginapan.

"Malam ini engkau tidur di ranjang, biar aku tidur di kursi saja."

"Adik An Lok" Thio Han Liong tersenyum.

"Tidak baik engkau tidur di kursi. Kalau aku membiarkanmu tidur di kursi, berarti aku tidak menyayangi mu lho"

"Tapi...."

"Adik An Lok, turutilah perkataanku"

"Ya." An Lok Kong cu mengangguk, kemudian menatapnya lembut.

"Kakak Han Liong, kira-kira berapa hari lagi kita akan tiba ke gunung Bu Tong?"

"Empat lima hari lagi, sebab kita tidak perlu melakukan perjalanan dengan tergesa-gesa," ujar Thio Han Liong dan menambahkan,

"ini adalah kesempatan untuk pesiar."

"Terimakasih, Kakak Han Liong," ucap An Lok Kong cu.

"oh ya setelah semua urusan itu beres, engkau tidak akan berkecimpung di rimba persilatan lagi, bukan?"

"Ng" Thio Han Liong mengangguk dan melanjutkan dengan suara rendah.

"Kita harus menikah lalu hidup tenang di pulau Hong Hoang To."

Wajah An Lok Kong cu ceria.

"Itu sungguh menyenangkan, setiap hari aku akan bermain dengan bu-rung-burung Hong Hoang."

"Bagus, bagus"ThioHan Liong tertawa. "

“Burung-burung Hong Hoang itu pasti girang sekali. Aku...

aku sudah rindu pada mereka."

Thio Han Liong dan An Lok Kong cu bercakap-cakap hingga larut malam, setelah itu barulah mereka tidur. An Lok Kong cu tidur di ranjang, sedangkan Thio Han Liong tidur di kursi.

Keesokan harinya, mereka melanjutkan perjalanan ke gunung Bu Tong. Dua hari kemudian, mereka tiba di sebuah kota dan langsung ke rumah makan.

Di saat mereka sedang bersantap, tampak beberapa kaum rimba persilatan memasuki rumah makan itu, lalu duduk dekat meja Thio Han Liong.

Mereka bersantap sambil bercakap-cakap. Berselang sesaat salah seorang dari mereka bertanya kepada teman-temannya.

"Apakah kalian tahu, belum lama ini telah muncul seorang iblis tua dan muridnya?"

"Kami sudah mendengar tentang itu iblis tua itu... sungguh kejam dan menyeramkan. Dia memiliki ilmu pukulan beracun, bahkan sekujur badannya beracun. siapa yang menyentuh tubuhnya, pasti mati seketika."

"oh? Engkau tahu siapa dia?"

"sama sekali tidak tahu, iblis tua dan muridnya itu sering membunuh para murid partai besar. Belum lama ini, lima murid Hwa San pay mati terkena pukulan beracun, dan itu pasti perbuatan iblis tua dan muridnya."

"Mereka berasal dari mana?"

"Entahlah. Yang jelas mereka berdua bukan orang Tionggoan."

Mendengar sampai di sini, Thio Han Liong pun mengerutkan kening, kemudian berbisik.

"Adik An Lok, kini dalam, rimba persilatan timbul petaka lagi, untung engkau sudah kebal terhadap racun"

"Kakak Han Liong, tahukah engkau siapa iblis tua dan muridnya itu?" tanya An Lok Kong cu.

"Muridnya pasti Tan Beng Song. Tapi aku sama sekali tidak tahu siapa iblis tua itu," jawab Thio Han Liong sambil menggeleng-gelengkan kepala.

"Mungkin sucouwku tahu tentang iblis tua itu. Akan kutanyakan kepada beliau."

"Kalau begitu.." ujar An Lok Kong cu.

"Yang membunuh para murid Bu Tong Pay juga iblis tua itu?"

"Tidak salah." Thio Han Liong mengangguk.

"Nah Usai makan, kita harus melanjutkan perjalanan, jangan membuang-buang waktu lagi."

"Baik," An Lok Kong cu tersenyum.

Usai makan, mereka melanjutkan perjalanan lagi menuju gunung Bu Tong. Dua hari kemudian, mereka sudah tiba di gunung tersebut.

Betapa gembiranya Jie Lian ciu, song wan Kiauw dan lainnya. Mereka menyambut kedatangan Thio Han Liong dan An Lok Kong cu sambil tertawa.

"Han Liong.,.." Jie Lian ciu memegang bahunya.

"syukurlah engkau membawa An Lok Kong Cu ke mari, sebab dari kemarin guru terus menyinggungmu"

"oh?"

"suhu ingin sekali bertemu An Lok Kong cu." song Wan Kiauw memberitahukan sambil tersenyum.

"Kakek Jie," tanya Thio Han Liong mendadak.

"Apa kah belum lama ini Kakek Jie pernah mengutus beberapa murid pergi ke tempat lain?"

"Benar." Jie Lian ciu manggut-manggut.

"Aku mengutus Ta nBun Heng, Lle Tek Kuang dan Lim Tiong Ham pergi ke markas Kay Pang. Tapi... hingga kini mereka belum kembali."

"Kakek Jie...." Thio Han Liong memberitahukan

"Mereka telah meninggal terkena pukulan beracun."

"Apa?" Jie Lian Ciu dan lainnya tersentak.

"siapa yang membunuh mereka?" "Han Liong," tanya song Wan Kiauw. "Darimana engkau tahu tentang itu?"
"Kebetulan aku berjumpa mereka dalam keadaan sekarat," jawab Thio Han Liong.

"salah seorang memberitahukan, bahwa mereka adalah murid Bu Tong Pay dan mengatakan pembunuh itu adalah seorang yang sudah tua sekali."

"siapa orang yang sudah tua sekali itu?" gumam Jie Lian Cu.

"Ketika kami makan di sebuah rumah makan, kami mendengar pembicaraan beberapa kaum rimba persilatan tentang kemunculan seorang iblis tua bersama muridnya, iblis tua itu memiliki ilmu pukulan beracun, bahkan sekujur badannya pun beracun. siapa yang menyentuh badannya, pasti mati seketika."

"oh?" Jie Lian cu dan lainnya tertegun.

"siapa iblis tua itu?"

"Kakek Jie...." Thio Han Liong memberitahukan.

"Murid iblis tua itu bernama Tan Beng song, mantan adik seperguruan Lam Khie."

"Kok engkau tahu tentang itu?" Jie Lian ciu heran.

"Aku dan Pak Hong ke Tayli..." Thio Han Liong menutur tentang itu

"Tapi aku sama sekali tidak tahu tentang iblis tua itu, mungkin sucouw tahu."

"Aaaah..." Jie Lian ciu menghela nafas panjang.

"Timbul petaka lagi dalam rimba persilatan, itu sungguh di luar dugaan"

"oh ya, Han Liong, engkau sudah pergi ke Tong Hai?" tanya Song Wan Kiauw sambil menatapnya.

"Sudah." Thio Han Liong mengangguk,

"Bahkan aku sudah berhasil mencari Yo Ngie Kuang. Kini dia kuberi nama Yo Pit Loan, sebab dia sudah berubah menjarti anak gadis."

"Apa?" Song Wan Kiauw terbelalak.

"Itu... itu bagai mana mungkin?"

"Itu memang benar, aku menyaksikannya sendiri" sahut Thio Han Liong danmemberitahukan tentang kejadian tersebut.

"Maka kuberi nama Yo Pit Loan."

"Ternyata begitu" Song Wan Kiauw manggut-manggut.

"Kalau engkau tidak memberinya buah Im Ko, dia pasti tetap menjadi banci. Ya, kan?"

"Ya." Thio Han Liong mengangguk,

"Kalau begitu, kini kepandaiannya pasti sudah tinggi sekali," ujar Jie Lian Ciu.

"Betul." Thio Han Liong mengangguk lagi dan memberitahukan,

"Siapa yang terkena pukulannya, pasti mati beku seperti es."

"Oh?" Jie Lian Ciu terbelalak.

"Kalau dia berubah jahat, bukankah...."

"Dia tidak akan berubah jahat, sebab pada dasarnya dia tidak berhati jahat. Maka, aku memberinya buah Im Ko itu untuk menolongnya," ujar Thio Han Liong dan menambahkan,

"sebetulnya dia ingin menjadi pelayanku tapi kutolak."

"Enak saja mau menjadi pelayanmu" ujar An Lok Kong Cu tanpa sadar, dan itu membuat Jie Lian Ciu dan lainnya tertawa gelak.

"Ha ha ha Han Liong, An Lok Kong Cu cemburu lho" ujar Song Wan Kiauw.

"Lain kali engkau harus hati-hati berbicara, tangan asal bicara"

"Kakek Song" Thio Han Liong tersenyum.

"Aku berkata sesungguhnya, lagipula aku pun sudah memberitahukan padanya bahwa aku sudah punya tunangan."

"oooh" song Wan Kiauw manggut-manggut. "Engkau pun berterus terang pada Tong Hai sianli?" "Ya." Thio Han Liong mengangguk,

"Bagus" Jie Lian ciu manggut-manggut. "sebagai lelaki sejati harus berani berterus terang, juga tidak boleh menyeleweng di belakang sang kekasih."

"Ya, Kakek Jie."

"Ha ha ha" song Wan Kiauw tertawa gelak.

"Han Liong bukan pemuda semacam itu. Kalaupun ada bidadari turun dari kahyangan, dia pun tidak akan tergoda."

"Sebab tidak ada bidadari turun dari kahyangan, maka dia tidak akan tergoda," ujar An Lok Kong cu.

"Tapi kalau benar ada bidadari turun dari kahyangan, dia pasti akan tergoda."

"Adik An Lok" Thio Han Liong menggeleng-gelengkan kepala.

"Aku tidak akan begitu, engkau harus mempercayaiku." "Kakak Han Liong" An Lok Kong cu tersenyum.

"Aku tahu engkau tidak akan begitu, ini cuma gurauan saja."

"Benar." song Wan Kiauw manggut-manggut, lalu kembali pada pokok pembicaraan.

"Kita semua sama sekali tidak tahu siapa iblis tua itu.

Mungkinkah guru tahu?" .

"Mungkin." Jie Lian ciu mengangguk. "Maka kita harus bertanya kepada guru."

"Kalau begitu, sekarang kita menemui guru bersama Han Liong dan An Lok Kong cu," ujar song Wan Kiauw.

"Baik," Jie Lian ciu manggut-manggut.

Mereka ke ruang meditasi. Begitu mendengar suara langkah, Thio sam Hong yang sedang bersemadi di ruang itu langsung membuka matanya. Ketika melihat Thio Han Liong bersama seorang gadis, wajah guru besar itu tampak berseri.

"Guru" Jie Lian ciu dan lainnya memberi hormat, setelah itu barulah duduk di hadapan Thio sam.

"Sucouw" panggil Thio Han Liong sambil bersujud. An Lok Kong cu pun ikut bersujud di sisinya.

"Ha ha ha" Thio sam Hong tertawa gembira sambil menatap An Lok Kong cu.

"Engkau pasti Putri Cu Goan ciang Ya, kan?" "Ya, sucouw." An Lok Kong cu mengangguk.
"Bagus, bagus" Thio sam Hong terus tertawa gembira.

"Aku harap masih bisa menyaksikan kalian berdua melangsungkan pernikahan oh ya, kapan kalian berdua akan menikah?"

"Mungkin tidak lama lagi," sahut Thio Han Liong dengan wajah agak kemerah-merahan.

"Han Liong...." Thio sam Hong tersenyum lembut.

"sebaiknya kalian berdua menikah selekasnya, sebab aku sudah tua sekali, sewaktu-waktu pasti akan pulang ke alam baka."

"sucouw jangan berkata begitu, sucouw masih segar-bugar."

"Aaaah..." Thio sam Hong menghela nafas panjang.

"Usia ku sudah seratus lebih aku sendiri pun sudah lupa lebih berapa. Mungkin lima puluh atau lebih dari itu. Rasanya aku cuma kuat bertahan beberapa tahun lagi."

"Guru...." Jie Lian ciu dan lainnya langsung tampak
murung.

"Guru pasti bisa hidup sampai dua ratus tahun."

"Ha ha Untuk apa aku hidup terlalu lama? Bukankah akan menyiksa diriku sendiri?" ujar Thio sam Hong, kemudian menggeleng-gelengkan kepala.

"Sucouw," tanya Thio Han Liong mendadak.

"Pernahkah sucouw mendengar tentang seorang iblis tua yang sekujur badannya beracun?"

"Seorang iblis tua yang sekujur badannya beracun?" tanya Thio sam Hong dengan wajah berubah,

"iblis tua itujuga memiliki ilmu pukulan beracun?" "Betul." Thio Han Liong mengangguk.

"Aaaah..." Thio sam Hong menghela nafas panjang, "iblis tua itu muncul lagi dalam rimba persilatan?"

"Ya. Dia muncul bersama muridnya." Thio Han Liong memberitahukan sambil memandang Thio sam Hong.

"Mereka berdua membunuh para murid partai besar." "oh?" Thio sam Hong mengerutkan kening.

"Apakah murid-murid kalian juga ada yang mereka bunuh?"

"Tidak ada," sahut Jie Lian ciu, agar tidak membebani pikiran Thio sam Hong.

"Bolehkah Guru menceritakan tentang iblis tua itu?"

"Tujuh delapan tahun yang lampau, mendadak dalam rimba persilatan muncul seorang pembunuh, yang mengaku dirinya datang dari Ban Tok To." Thio sam Hong mulai menceritakan.

"orang itu terus membantai kaum rimba persilatan. setelah itu secara tiba-tiba orang tersebut menghilang entah ke mana, sehingga menimbulkan kabar berita yang tak menentu mengenai dirinya."

"Guru yakin orang itu adalah iblis tua yang baru muncul itu?" tanya Jie Lian ciu.

"orang itu memiliki ilmu pukulan beracun, bahkan sekujur badannya pun beracun. Maka guru yakin orang itu adalah iblis tua yang baru muncul itu," sahut Thio sam Hong dan menambahkan,

"Dulu kepandaiannya sudah begitu tinggi, apalagi kini. Maka, kalian harus berhati-hati menghadapinya, dan lebih baik jangan cari urusan dengannya, sebab guru khawatir kalian bukan lawannya."

"Guru, Han Liong dapat mengalahkannya?" tanya song Wan Kiauw mendadak.

"Entahlah." Thio sam Hong menggelengkan kepala. "Paling baik menghindarinya, agar selamat." "Ya." Jie Lian ciu dan lainnya mengangguk.
"Apabila dia ke mari, beritahukan kepada guru" pesan Thio sam Hong.

"Biar guru yang menghadapinya. "

"Ya." Jie Lian ciu dan lainnya menganggguk lagi. Tapi apabila iblis tua itu muncul di gunung Bu Tong, tentu mereka tidak akan memberitahukan kepada Thio sam Hong.

"Han Liong, kapan engkau akan kembali ke Kotaraja?" tanya Thio sam Hong.

"setelah kami ke gunung Altai," jawab Thio Han Liong.

"Lho?" Thio sam Hong terbelalak.

"Mau apa engkau ke gunung Altai, yang dekat perbatasan Mongol itu?"

"Aku harus mengembalikan sebuah kitab pusaka kepada Ek Thian" Thio Han Liong menutur tentang itu.

"oooh" Thio sam Hong manggut-manggut.

"setelah itu kalian pasti melangsungkan pernikahan, bukan?"

"Ya." Thio Han Liong mengangguk.

"setelah pernikahan, kalian akan tinggal di mana?" Thio sam Hong memandang mereka.

"Kami akan tinggal di pulau Hong Hoang To." Thio Han Liong memberitahukan.

"Kami pun tidak akan mencampuri urusan rimba persilatan lagi."

"Bagus, bagus" Thio sam Hong manggut-manggut.

"Memang lebih baik kalian hidup tenang, damai dan bahagia di pulau itu."

"Ya, sucouw." Thio Han Liong mengangguk,

"oh ya" Thio sam Hong menatap Thio Han Liong seraya bertanya,

"Kapan kalian berangkat ke gunung Altai?"

"Besok" jawab Thio Han Liong.

"Baiklah." Thio sam Hong manggut-manggut.

"Besok kalian boleh langsung berangkat, tidak usah berpamit padaku"

"Ya, sucouw." Thio Han Liong mengangguk,

"Aku mau beristirahat, kalian boleh meninggalkan ruang meditasi ini," ujar Thio sam Hong sambil memejamkan matanya.

Jie Lian ciu dan lainnya segera meninggalkan ruang meditasi itu, kembali ke ruang depan.

"Han Liong, bagaimana Yo Ngie Kuang itu?" tanya Song Wan Kiauw setelah duduk,

"Bukan Yo Ngie Kuang, melainkan Yo Pit Loan," sahut Thio Han Liong sambil tersenyum.

"Dia pasti baik-baik saja. Namun aku tidak tahu dia berada di mana."

"Oooh" Song Wan Kiauw manggut-manggut.

"Kakak Han Liong, aku ingin sekali bertemu Yo Pit Loan." ujar An Lok Kong cu.

"Memangnya kenapa?" Thio Han Liong heran.

"ingin menyaksikan suatu keajaiban," sahut An Lok Kong Cu sambil tersenyum.

"Yaitu anak lelaki berubah menjadi anak gadis."

"Engkau...." Thio Han Liong menggeleng-gelengkan kepala
sambil tersenyum.

"Aku yakin kita pasti berjumpa dengannya kelak." "Itu yang kuharapkan," ujar An Lok Kong Cu. "Han Liong" tanya Jie Lian Ciu bergurau.

"Kalau engkau belajar ilmu silat yang dari kitab pusaka itu, apa yang akan terjadi atas dirimu?"

"Tentunya akan berubah menjadi banci." "Jangan" ujar An Lok Kong Cu cepat. "Aku pasti celaka"

"Ha ha ha" Jie Lian Ciu danlainnya tertawa gelak. "Ha ha ha..."

Keesokan harinya, Thio Han Liong dan An Lok Kong Cu berpamit keparta Jie Lian Ciu dan lainnya, lalu meninggalkan gunung Bu Tong ke gunung Altai.

Thio Han Liong dan An Lok Kong Cu terus melakukan perjalanan ke gunung Altai. Dalam perjalanan ini Thio Han Liong terus memberi petunjuk kepada An Lok Kong Cu mengenai ilmu silat. oleh karena itu, tidak mengherankan kalau ilmu silat An Lok Kong Cu bertambah tinggi.

Sepuluh hari kemudian, barulah mereka tiba di gunung Altai. Thio Han Liong dan An Lok Kong cu mendaki gunung itu sambil menikmati keindahannya. Mendadak berkelebat beberapa bayangan ke arah mereka dan terdengar pula suara bentakan.

"Berhenti"

Thio Han Liong dan An Lok Kong cu segera berhenti. Di saat bersamaan melayang turun beberapa wanita. Begtiu melihat Thio Han Liong, mereka terbelalak dan langsung memberi hormat.

"Maaf, kami tidak tahu Thio siauhiap yang ke mari, maka kami telah membentak siauhiap."

"Tidak apa-apa." Thio Han Liong tersenyum. "oh ya, ini adalah An Lok Kong cu, tunanganku."

"An Lok Kong cu," ucap mereka sambil memberi hormat. "selamat datang di tempat kami"

"Terima kasih," sahut An Lok Kong cu dan balas memberi hormat.

"Ayoh, mari ikut kami ke puncak" ajak salah seorang dari mereka.

Thio Han Liong mengangguk. Mereka semua lalu melesat ke atas gunung itu. Tak seberapa lama kemudian, mereka sudah sampai di tempat tinggal Kam Ek Thian. Muncul Yen Yen dan Ing Ing. Keduanya gembira sekali ketika melihat Thio Han Liong.

"Thio siauhiap" seru mereka serentak.

"Bibi Yen Yen, Bibi Ing Ing" Thio Han Liong segera memberi hormat.

"Thio siauhiap." tanya Yen Yen sambil tersenyum. "Gadis ini tunanganmu?"

"Ya." Thio Han Liong mengangguk.

"Adik An Lok, mereka berdua adalah Bibi Yen Yen dan Bibi Ing Ing."

An Lok Kong cu segera memberi hormat. Yen Yen dan Ing Ing juga memberi hormat kepadanya.

"Mari kita masuk" ajak Yen Yen dan memberitahukan, "Tong Koay dan ouw Yang Bun berada di sini." "oh?" Thio Han Liong girang sekali.

Mereka semua masuk. Tampak Kam Ek Thian dan Lie Hong Suan sedang duduk di sana dengan wajah ceria.

"Paman, Bibi" Thio Han Liong dan An Lok Kong cu memberi hormat kepada mereka.

"Han Liong" Kam Ek Thian dan Lie Hong suan tertawa gembira.

"Gadis ini tentu tunanganmu. Ya, kan?" "Ya." Thio Han Liong mengangguk, "Dia adalah An Lok Kong cu."

"Ha ha ha" Kam Ek Thian tertawa gelak.

"Tak disangka tempatku ini dikunjungi Putri Kaisar ini sungguh di luar dugaan"

"Han Liong, An Lok Kong cu, silakan duduk" ucap Lie Hong suan dengan ramah dan lembut.

"Terimakasih." Thio Han Liong dan An Lok Kong cu duduk,

Di saat bersamaan, muncullah Tong Koay, ouw Yang Bun, ouw Yang Hui sian dan Kam siauw Cui.

"Ha ha ha" Tong Koay tertawa gembira. "Han Liong, tak disangka engkau ke mari"

"Locianpwee" Thio Han Liong dan An Lok Kong cu segera memberi hormat.

"Han Liong, aku merasa cocok dengan tempat ini, maka aku tinggal di sini," ujar Tong Koay.

"Betul, saudara Han Liong," sambung ouw Yang Bun.

"Aku amat berterima kasih kepadamu, aku diperbolehkan tinggal di sini bersama Putriku."

"Saudara ouw Yang Bun" Thio Han Liong tersenyum. "Syukurlah"

"Han Liong," ujar Tong Koay memberitahukan.

"Aku sudah mengambil keputusan tidak akan berkecimpung di dunia persilatan lagi. Aku ingin hidup tenang dan damai di sini."

"Memang lebih baik begitu," ujar Thio Han Liong.

"Kini timbul petaka lagi dalam rimba persilatan."

"Petaka apa?" tanya Tong Koay sambil mengerutkan kening.

"Muncul seorang iblis tua dan muridnya." Thio Han Liong memberitahukan.

"Mereka membunuh para murid partai besar dengan ilmu pukulan beracun dan sudah banyak murid-murid partai besar yang mereka bunuh."

"oh?" Tong Koay mengerutkan kening.

"siapa iblis tua itu?"

"Tidak begitu jelas," sahut Thio Han Liong.

"Murid nya adalah Tan Beng song, mantan adik seperguruan Lam Khie Locianpwee."

"Hah?" Tong Koay terbelalak.

"Sungguh diluar dugaan, ternyata Tan Beng song berguru pada si iblis Tua itu"

"Menurut sucouwku, si iblis Tua itu berasal dari Ban Tok To (Pulau selaksa Racun)," ujar Thio Han Liong dan menambahkan,

"Tujuh delapan tahun yang lalu pernah muncul di Tionggoan, tapi setelah itu menghilang entah ke mana."

"Han Liong," tanya Tong Koay.

"Bagaimana reaksi para ketua partai besar?"

"Aku belum bertemu dengan mereka. Maka, bagaimana reaksi mereka aku tidak tahu." Thio Han Liong menggeleng-gelengkan kepala.

"Aaah..." Tong Koay menghela nafas panjang.

"Han Liong" Kam Ek Thian memandangnya seraya bertanya.

"Engkau sudah berhasil mencari Yo Ngie Kuan?"

"Ya." Thio Han Liong mengangguk, lalu menyerahkan kitab Lian Hoa Cin Kong keparta Kam Ek Thian.

"Terimakasih, Han Liong," ucap Kam Ek Thian sambil menerima kitab pusaka itu.

"Kenapa dia tidak ke mari?" tanyanya kemudian.

"Dia merasa malu bertemu Paman dan Bibi, maka menitipkan kitab pusaka itu kepadaku untuk dikembalikan kepada Paman."

"Han Liong" Wajah Kam Ek Thian tampak murung.

"Dia berada di mana sekarang dan bagaimana keadaannya

?"

"Aku tidak tahu dia ke mana,"jawab Thio Han Liong.

"Keadaannya baik-baik -aja, tapi kini dia telah berubah menjadi anak gadis."

"Apa?" Kam Ek Thian tertegun.

"Dia telah berubah menjadi anak gadis? Kalau begitu, Lweekangnya sudah mencapai tingkat tertinggi?"

"Ya." Thio Han Liong mengangguk,

"Itu... itu tidak mungkin" Kam Ek Thian menggeleng-gelengkan kepala.

"Tidak mungkin"

"Paman, aku memberinya buah Im Ko, maka Lweekangnya menjadi sempurna, setelah itu dirinya berubah menjadi anak gadis."

"oooh" Kam Ek Thian manggut-manggut.

"Han Liong, dari mana engkau memperoleh buah itu?"

"Hadiah dari Raja Tayli," sahut Thio Han Liong dan menutur tentang kejadian itu

Kam Ek Thian manggut-manggut mendengar penuturan itu.

Namun sebaliknya wajah Tong Koay malah berubah pucat.

"Tak disangka Tan Beng song sudah berkepandaian begitu tinggi, apalagi si iblis Tua, gurunya itu"

"Han Liong" Kam Ek Thian memandangnya dengan penuh rasa haru.

"Kami amat berterima kasih kepadamu, sebab engkau telah menolong Yo Ngie Kuan."

"Paman, kini dia bernama Yo Pit Loan, aku yang memberi nama padanya," ujar Thio Han Liong dengan tersenyum.

"oooh" Kam Ek Thian manggut-manggut.

"Han Liong, betulkah dia telah berubah menjadi anak gadis?" tanya Lie Hong suan.

"Betul." Thio Han Liong mengangguk,

"Dia telah memeriksa sendiri alat kelaminnya." "oooh" Lie Hong suan menarik nafas dalam-dalam. "Sungguh merupakan suatu keajaiban"

"Tapi kalau tidak makan buah Im Ke pemberian Han Liong, dia pasti tetap menjadi banci," ujar Kam Ek Thian dan menambahkan,

"Dia sungguh beruntung memakan buah Im Ko, sebab kepandaiannya bertambah tinggi."

"Sifat dan gerak-geriknya juga akan berubah seperti anak gadis?" tanya Lie Hong suan.

"Tentu." Kam Ek Thian manggut-manggut dan tertawa.

"Kalau dia ke mari, aku harus memanggilnya sumoy, bukan sutee lagi."

"Dia tidak akan ke mari." Lie Hong suan menghela nafas panjang, kemudian memandang Thio Han Liong seraya berkata,

"kalau engkau bertemu dia lagi, bujuklah agar dia mau datang ke mari"

"Ya, Bibi." Thio Han Liong mengangguk.

Kam siauw Cui yang diam dari tadi mendadak membuka mulut.

"Kakak Han Liong, apakah gadis yang cantik jelita itu tunanganmu?"

"Betul, siauw Cui," sahut Thio Han Liong sambil tersenyum. "Adik An Lok, dia adalah siauw Cui."

"oooh" An Lok Kong cu menatapnya lembut.

"Adik siauw Cui, Kakak Han Liong sering menceritakan dirimu kepadaku."

"oh?" Kam siauw Cui tampak gembira sekali.

"Kakak adalah Putri Kaisar?"

"Ya." An Lok Kong cu mengangguk.

"Kakak," ujar Kam siauw Cui sambil tersenyum.

"Kelak kalau ada kesempatan, aku pasti ke Kota raja mengunjungi Kakak,"

"Aku pasti menyambutmu dengan penuh kegembiraan," sahut An Lok Kong cu.

"Tapi setelah aku menikah dengan Kakak Han Liong, kami akan tinggal di pulau Hong Hoang To."

"Tidak apa-apa." Kam siauw Cui tertawa lagi. "Aku akan ke sana mengunjungi kalian." "Aku ikut," sela ouw Yang Hui sian.

"Aku pasti mengajakmu," ujar Kam siauw Cui berjanji. "Kita pun akan ke Kotaraja."

"Asyik" ouw Yang Hui sian tertawa gembira.

Kam Ek Thian, Lle Hong Suan, Tong Koay dan ouw Yang Bun saling memandang, kemudian mereka menggeleng-gelengkan kepala.

"Han Liong, bagaimana kalau kalian tinggal di sini beberapa hari?"

"Itu...." Thio Han Liong memandang An Lok Kong cu.

"Ng" An Lok Kong cu mengangguk,

"Baik, Paman," ujar Thio Han Liong.

"Kami akan tinggal di sini beberapa hari agar Adik An Lok bisa menikmati keindahan pemandangan di sini."

"Bagus, bagus" Kam Ek Thian tertawa gembira.

"Ha ha ha. Malam ini aku akan mengadakan perjamuan, kita bersantap bersama sambil bersulang"

"Itu akan merepotkan Paman dan Bibi. Lebih baik Paman tidak usah mengadakan perjamuan," ujar Thio Han Liong.

"Tidak akan merepotkan kami. Lagipula entah kapan kalian akan ke mari mengunjungi kami, maka aku harus memanfaatkan kesempatan ini menjamu kalian."

"Terima kasih, Paman," ucap Thio Han Liong.

Malam harinya, Kam Ek Thian mengadakan perjamuan. Mereka bersantap sambil bersulang, sehingga suasana malam itu tampak semarak. Beberapa hari kemudian, berangkatlah Thio Han Liong dan An Lok Kong cu kembali ke Tionggoan.

Salam hangat untuk para Cianpwee sekalian,

Setelah melalui berbagai pertimbangan, dengan berat hati kami memutuskan untuk menjual website ini. Website yang lahir dari kecintaan kami berdua, Ichsan dan Fauzan, terhadap cerita silat (cersil), yang telah menemani kami sejak masa SMP. Di tengah tren novel Jepang dan Korea yang begitu populer pada masa itu, kami tetap memilih larut dalam dunia cersil yang penuh kisah heroik dan nilai-nilai luhur.

Website ini kami bangun sebagai wadah untuk memperkenalkan dan menghadirkan kembali cerita silat kepada banyak orang. Namun, kini kami menghadapi kenyataan bahwa kami tidak lagi mampu mengelola website ini dengan baik. Saya pribadi semakin sibuk dengan pekerjaan, sementara Fauzan saat ini sedang berjuang melawan kanker darah. Kondisi kesehatannya membutuhkan fokus dan perawatan penuh untuk pemulihan.

Dengan hati yang berat, kami membuka kesempatan bagi siapa pun yang ingin mengambil alih dan melanjutkan perjalanan website ini. Jika Anda berminat, silakan hubungi saya melalui WhatsApp di 0821-8821-6087.

Bagi para Cianpwee yang ingin memberikan dukungan dalam bentuk donasi untuk proses pemulihan saudara fauzan, dengan rendah hati saya menyediakan nomor rekening berikut:

  • BCA: 7891767327 a.n. Nur Ichsan
  • Mandiri: 1740006632558 a.n. Nur Ichsan
  • BRI: 489801022888538 a.n. Nur Ichsan

DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar