Pendekar Mata Keranjang Jilid 79

Dengan sikap tenang Han Lojin bangkit, lantas digiring oleh dua orang perwira itu keluar. Sebelum dia keluar, Hui Lian masih sempat berteriak kepadanya.

"Han Lojin, apakah engkau melihat Tang Hay di perkampungan pemberontak? Bagaimana keadaannya?"

Mendengar pertanyaan ini, Han Lojin berhenti melangkah kemudian menoleh memandang kepada Hui Lian dan berseru kagum. "Wah…! Ang-hong-cu muda itu memang hebat, di mana-mana dikagumi wanita! Dia memang di sana dan dalam keadaan sehat-sehat saja!"

Mendengar betapa Han Lojin menyebut Ang-hong-cu kepada Hay Hay, jantung di dalam dada Hui Lian berdebar tegang. Benarkah bahwa Hay Hay adalah seorang jai-hwa-cat?

"Benarkah bahwa dia merupakan kaki tangan pemberontak?" tanyanya pula sebelum Han Lojin keburu pergi.

"Ang-hong-cu seorang kaki tangan pemberontak? Ha-ha-ha-ha, yang bilang demikian itu sungguh bodoh! Ang-hong-cu boleh jadi senang memetik kembang, tetapi dia tidak akan merusak taman. Bahkan dia siap membela tanah air dan bangsa dengan taruhan jiwanya, ha-ha-ha!"

Dia kemudian melangkah pergi, digiring oleh dua orang perwira dan di luar disambut oleh pasukan yang berjumlah dua losin orang bersenjata lengkap. Dia terus dibawa ke puncak bukit di mana terdapat sebuah bangunan yang kokoh dan terjaga ketat.

Sesudah Han Lojin pergi, Menteri Cang langsung mengadakan perundingan dengan para perwira dan para pendekar, kemudian mengambil keputusan hendak mendahului gerakan para pemberontak seperti yang diceritakan oleh Han Lojin tadi. Walau pun mereka masih belum percaya begitu saja kepada Han Lojin yang tidak mereka kenal, namun keterangan itu sangat penting dan kalau benar para pemberontak akan mulai bergerak setelah malam bulan purnama, maka satu-satunya jalan terbaik adalah mendahului mereka, menyerbu tempat yang menjadi sarang mereka itu sebelum mereka berpencaran dan mulai dengan gerakan mereka.

Menteri Cang adalah seorang pembesar yang amat pandai dan bijaksana. Walau pun dia seorang menteri sipil tetapi dia pandai pula ilmu perang, dan kini bersama para komandan pasukan dia merundingkan siasat mereka untuk menyerbu ke sarang pemberontak, juga minta pendapat para pendekar yang hadir di situ.

Sikap semacam ini dari seorang pemimpin mendatangkan banyak keuntungan. Pertama, para pembantunya atau bawahannya akan merasa terangkat dan merasa bahwa pendapat mereka dihargai sehingga mereka akan menjadi semakin suka kepada pemimpin mereka. Dan ke dua, dengan mengumpulkan banyak pendapat, maka dapat disaring dan diambil keputusan terbaik, karena bukan tidak mungkin seorang yang kedudukannya lebih rendah memiliki pendapat dan siasat yang lebih baik dari pada atasannya.

Setelah mengadakan perundingan serius, mendengarkan bermacam pendapat dan saran, akhirnya Menteri Cang mengambil keputusan dan berkata dengan suara lembut tapi tegas kepada semua yang hadir.

"Terima kasih atas segala saran yang kalian berikan kepadaku, dan terutama sekali saran dari para Enghiong (Pendekar) yang membantu pemerintah untuk menumpas gerombolan pemberontak. Setelah menampung dan menyaring semua saran, kami memutuskan untuk melakukan penyerbuan sekarang juga ke sarang gerombolan itu. Oleh karena daerah itu merupakan daerah yang berbahaya, maka kita harus melakukan pengepungan dari enam penjuru. Harap Cu-wi (Kalian) periksa baik-baik peta yang dibuat oleh Han Lojin dengan amat teliti ini." Pembesar tinggi itu membeberkan peta di atas meja dan semua yang hadir mendekat, lalu sama-sama mempelajari peta itu.

"Nah, ada enam jurusan yang dapat kita gunakan untuk mengepung sarang pemberontak itu. Kalau sekarang kita melakukan gerakan, maka paling lambat dalam lima hari sarang itu akan dapat kita kepung seluruhnya, jadi kurang dua tiga hari sebelum bulan purnama muncul. Pasukan akan kita bagi menjadi tujuh. Enam kelompok melakukan gerakan dari enam jurusan untuk mengepung sarang musuh, dan kelompok ke tujuh yang merupakan kelompok induk, akan menyerbu langsung dari depan. Enam kelompok yang mengepung tidak akan bergerak lebih dahulu agar musuh mengira bahwa kita hanya datang dari satu jurusan. Kalau mereka telah mengerahkan kekuatan mereka untuk menghadapi kelompok induk, barulah enam kelompok yang lain menyerbu dari jurusan masing-masing dan tidak memberi kesempatan kepada para pemberontak untuk lolos melarikan diri. Khusus untuk para pendekar yang gagah perkasa, ketika terjadi pertempuran, kami mengharap dengan hormat dan sangat supaya Cu-wi Enghiong (Para Pendekar Sekalian) suka menghadapi para tokoh sesat yang membantu pasukan pemberontak. Ada pun pasukan pemberontak itu sendiri merupakan bagian pasukan kami untuk menghancurkannya, jadi harap Cu-wi menghadapi para tokoh sesat yang lihai itu saja. Apakah sudah jelas semua? Kalau ada pertanyaan harap diajukan sekarang. Malam ini juga kita akan bergerak, dan harap nanti Koan-ciangkun mengatur dan membagi-bagi pasukan menjadi tujuh bagian. Kelompok ke tujuh sejumlah empat persepuluh bagian, sedangkan enam kelompok yang lain berjumlah sepersepuluh bagian."

Para pendekar mengangguk dan merasa bahwa keterangan itu sudah cukup jelas. Akan tetapi ada seorang perwira mengacungkan tangan untuk bertanya. Setelah Menteri Cang mengangguk, dia bertanya dengan suara lantang,

"Mohon Paduka suka memberi petunjuk bagaimana kami harus bersikap terhadap para pemberontak itu. Apakah kami harus membunuh mereka semua tanpa ampun?"

Menteri Cang mengangguk-angguk. "Ini pertanyaan yang bagus sekali. Memang tadi kami kurang teliti sehingga hal penting ini belum sempat kami beri tahukan. Harap Cu-wi ingat benar bahwa meski pun mereka itu memberontak, namun mereka adalah sebangsa dan mereka itu, terutama para anak buah, hanya mentaati perintah atasan saja. Oleh karena itu, jika ternyata kekuatan kita jauh lebih besar, kita tidak boleh membantai mereka secara kejam. Hindarkan pembunuhan dan sedapat mungkin tawan saja mereka. Tentu saja hal ini tidak berlaku bagi kaum sesat yang memang patut untuk dibasmi. Nah, apakah masih ada pertanyaan lainnya?"

Sesudah tidak ada yang bertanya lagi, Komandan Koan yang ditunjuk sebagai pemimpin untuk mengatur pembagian kelompok, segera melaksanakan tugasnya. Dia bukan hanya membagi pasukan menjadi tujuh kelompok dengan masing-masing komandannya, namun juga membagi para pendekar dalam kelompok-kelompok itu untuk membantu kalau-kalau ada kelompok yang bertemu dengan tokoh sesat. Su Kiat, Hui Lian, dan Kui Hong, juga Sun Hok dan Ling Ling, ditugaskan untuk membantu serta memperkuat kelompok induk, bersama beberapa orang tokoh dari Siauw-lim-pai dan Bu-tong-pai.

Pada malam itu juga berangkatlah ketujuh kelompok pasukan itu dengan mengambil jalan masing-masing. Yang enam kelompok melakukan perjalanan secara rahasia, menyusup-nyusup keluar masuk hutan, ada pun kelompok induk melewati jalan besar dan memang kelompok ini dimaksudkan untuk melakukan penyerbuan secara berterang agar disambut oleh musuh sehingga membuat lalai dan lengah kemudian enam kelompok yang lain akan dapat menyusup dan mengurung sarang gerombolan pemberontak tanpa diketahui.

Tepat seperti yang sudah diperhitungkan Menteri Cang yang memimpin sendiri kelompok induk dengan menunggang kuda sambil diapit oleh pengawal pribadinya, tiga hari sebelum bulan purnama kelompok induk sudah berhadapan dengan sarang musuh yang berada di Lembah Yang-ce, di Pegunungan Yunan.

Kelompok induk ini sengaja melakukan perjalanan secara perlahan-lahan karena hendak memberi waktu kepada enam kelompok lainnya agar mereka itu dapat lebih dulu datang ke tempat tujuan dan melakukan pengepungan. Dan malam itu juga Menteri Cang melihat luncuran panah api dari enam penjuru, sebagai tanda bahwa enam kelompok pasukan itu sudah tiba di tempatnya masing-masing dan siap siaga sambil melakukan pengepungan. Melihat ini, menjelang pagi Menteri Cang memberi isyarat agar pasukan induk itu segera melakukan penyerbuan.

Munculnya pasukan ini tentu saja sudah diketahui oleh mata-mata pemberontak dan telah dilaporkan kepada Lam-hai Giam-lo dan Kulana yang sudah berada di situ menjadi tamu kehormatan, juga diangkat menjadi panglima tertinggi yang memimpin siasat dari gerakan pasukan pemberontak itu.

"Hemmm, agaknya rencana kita sudah bocor dan bukan tidak mungkin pemuda bernama Tang Hay itu, atau juga Nona Pek Eng yang menjadi muridmu itu yang sudah berkhianat, Lam-hai Giam-lo," kata Kulana mengerutkan alisnya.

Lam-hai Giam-lo menggelengkan kepalanya. "Kurasa bukan mereka, akan tetapi aku lebih mengkhawatirkan orang yang mengaku bernama Han Lojin itulah yang menjadi mata-mata musuh. Habis, bagaimana baiknya sekarang, Saudara Kulana?"

Bangsawan Birma itu tersenyum. "Jangan khawatir, kebocoran ini malah menguntungkan kita! Bukankah menurut perhitungan orang kita, pasukan itu hanya berjumlah antara tujuh ratus sampai delapan ratus orang saja? Sedangkan pasukan kita yang sudah berkumpul di sini tidak kurang dari seribu dua ratus orang! Dan kita masih dibantu oleh orang-orang yang memiliki kepandaian tinggi. Biarkan mereka datang menyerbu, kita pura-pura tidak tahu saja. Jalan terusan menuju lembah ini yang terapit oleh dinding bukit itu merupakan tempat jebakan yang sangat baik. Biarkan pasukan mereka memasuki jalan itu, sesudah semua masuk ke jalan itu, kita tutup dari depan dan belakang lalu kita serang mereka! Kita pasang barisan pendam di mulut jalan terusan. Dengan demikian kita akan dapat membasmi mereka semua. Bunuh mereka semua, jangan beri ampun kepada seorang pun di antara mereka. Kemenangan besar ini akan membakar semangat anak buah kita dan kita akan dapat merampas persenjataan mereka yang cukup banyak dan baik."

Kulana lalu mengadakan perundingan dengan para pembantunya, mengatur siasat untuk menjebak pasukan pemerintah yang dikabarkan datang ke arah sarang mereka itu.....

********************

Sementara itu Koan-ciangkun yang memimpin pasukan induk segera menghadap Menteri Cang Ku Ceng, memberi tahu bahwa pihak lawan agaknya diam saja, seakan-akan tidak tahu akan usaha penyerbuan tentara kerajaan.

"Hamba khawatir kalau-kalau mereka mengatur perangkap, karena mereka bersikap diam saja seolah-olah tidak tahu akan kedatangan pasukan kita. Bagaimana baiknya sekarang, harap Paduka suka memberi petunjuk."

Di malam gelap itu Menteri Cang memeriksa peta buatan Han Lojin, mengerutkan alisnya, kemudian dia menunjuk ke arah peta dan berkata, "Lihat, untuk memasuki daerah sarang mereka, kita harus melalui sebuah jalan terusan yang sempit dan memanjang, diapit-apit dinding bukit di kanan kiri. Kalau memang mereka memasang perangkap, agaknya tidak ada tempat yang lebih baik dari pada jalan terusan ini. Mungkin mereka sudah memasang barisan pendam dan hendak membiarkan kita memasuki jalan terusan itu, kemudian baru diserbu dari depan dan belakang sehingga kita tidak akan mendapatkan jalan keluar lagi. Hmm, agaknya mereka telah begitu yakin akan menang dan akan membasmi kita semua seperti kucing mempermainkan tikus yang terjebak tanpa jalan keluar sama sekali. Hal ini hanya membuktikan keberhasilan siasat kita, Koan-ciangkun. Mereka pasti beranggapan bahwa pasukan kita hanya ini, hanya berjumlah kurang lebih tujuh ratus lima puluh orang, dan agaknya penyelidik mereka juga tidak melihat para pendekar yang menyamar sebagai prajurit-prajurit biasa, maka mereka mengatur jebakan ini dan merasa yakin sekali bahwa mereka akan berhasil menghancurkan kita. Biarkan mereka beranggapan begitu, dan kita tetap akan memasuki jalan terusan itu. Begitu mereka menyerbu, engkau cepat memberi isyarat kepada enam kelompok yang lainnya dengan panah api supaya mereka serentak menyerbu sarang dan menggencet pasukan musuh yang mengira sudah dapat menjebak dan mengepung kita."

Koan-ciangkun serta para pendekar mengangguk-angguk dan diam-diam mereka memuji ketenangan dan kematangan siasat Menteri Cang.

"Akan tetapi maafkan pinto, Taijin," kata Tiong Gi Cinjin, tokoh dari Bu-tong-pai yang turut pula di dalam kelompok itu. "Bagaimana kalau perhitungan Paduka itu keliru dan ternyata mereka mengatur jebakan yang lain lagi sifatnya?"

Menteri Cang tidak marah dan hanya tersenyum sambil mengangguk-angguk. "Memang sebaiknya kita selalu harus meragukan pendapat diri sendiri dan selalu waspada terhadap musuh, Totiang. Akan tetapi, jebakan apa pun yang mereka atur, kita sudah mengetahui keadaan dan kekuatan mereka. Bukankah Han Lojin telah menceritakan bahwa kekuatan mereka hanyalah sekitar seribu dua ratus orang? Dengan kekuatan seperti itu, perangkap apa pun yang mereka pasang untuk kita, akan mampu kita hancurkan mengingat bahwa jumlah pasukan kita seluruhnya jauh lebih besar, ada dua ribu orang lebih. Begitu mereka bergerak menyerang, kita akan memberi isyarat kepada enam kelompok lainnya sehingga tetap saja pihak musuh yang akan kita kepung."

"Maaf, akan tetapi jumlah itu hanya menurut laporan Han Lojin. Bagaimana kalau ternyata jumlah mereka jauh lebih banyak?" Tiong Gi Cinjin adalah seorang tosu Bu-tong-pai yang belum pernah mengalami perang, maka selalu bersikap hati-hati dan khawatir.

"Bukan hanya menurut laporan Han Lojin, akan tetapi mata-mata kami juga telah memberi laporan," jawab Menteri itu.

"Dan laporan Han Lojin itu tidak keliru!" Tiba-tiba terdengar suara orang sehingga semua orang terkejut karena tiba-tiba saja di situ muncul seorang laki-laki asing.

Pria ini usianya sekitar empat puluh dua tahun, tubuhnya sedang saja, tetapi pakaiannya menunjukkan bahwa dia adalah seorang asing. Pakaiannya amat mewah dari kain sutera warna-warni, seperti pakaian kaum bangsawan. Juga kepalanya mengenakan kain kepala yang berwarna indah laksana pelangi, dihiasi mainan berbentuk burung merak dari emas permata. Sikapnya amat anggun dan wajahnya yang tampan itu cukup berwibawa, seperti pembawaan seorang bangsawan tinggi.

Akan tetapi, pada saat beberapa orang prajurit mata-mata yang pernah diselundupkan ke sarang para pemberontak melihat orang ini, mereka segera berloncatan dan menghunus senjata.

"Dia ini Kulana! Dia orang Birma yang memimpin pemberontakan itu disamping Lam-hai Giam-lo...!" Teriak seorang di antara mereka, lantas bersama teman-temannya dia sudah siap untuk menyerang.

Mendengar ini para pendekar juga langsung berlompatan, mengepung orang itu dan siap untuk menangkapnya, sebagian lagi melindungi Menteri Cang, kalau-kalau akan diserang musuh. Akan tetapi orang asing itu tersenyum dan sikapnya tetap tenang, bahkan dia lalu menjura dengan sikap hormat dan sopan kepada Menteri Cang.

"Apakah Paduka Menteri Cang yang kabarnya amat bijaksana dan kini memimpin sendiri pasukan yang hendak membasmi pemberontak?"

Menteri Cang adalah seorang yang waspada. Begitu orang ini muncul, dia sudah menatap dengan sinar mata tajam penuh selidik. Dia hanya dapat menduga bahwa orang ini telah menderita kedukaan yang sangat mendalam, sinar matanya demikian sayu dan biar pun pakaiannya indah, tetapi jelas bahwa dia tidak mempedulikan keadaan dirinya. Sepatunya yang dari kulit itu kotor penuh debu dan pakaiannya juga kusut. Meski tadi dia tersenyum namun senyumnya sangat menyedihkan, seperti hendak menutupi kedukaannya dengan sia-sia belaka.

"Benar, kami adalah Menteri Cang seperti yang kau katakan, orang asing. Dan siapakah engkau dan apa maksudmu muncul secara tiba-tiba di tengah-tengah pasukan kami?"

"Saya datang dengan niat baik, Taijin. Hanya satu yang menjadi dasar perbuatan saya, yaitu menentang kejahatan, tanpa peduli hal itu dilakukan oleh siapa pun juga..."

"Dia bohong, Taijin...!" Prajurit mata-mata itu berseru. "Dia adalah Kulana, pemimpin para pemberontak! Hamba sudah pernah melihatnya dengan mata kepala hamba sendiri ketika dia datang berkunjung ke sarang pemberontak lantas diterima dengan penuh kehormatan. Hati-hati, Taijin, dan harap perintahkan hamba sekalian untuk menangkap atau membunuh dia!"

Para pendekar kini juga telah mengepung ketat dan siap menangkap, akan tetapi Menteri Cang berpendapat lain. Dia mengangkat tangan mencegah orang-orangnya turun tangan, lalu bertanya kepada orang itu dengan lembut.

"Benarkah apa yang dikatakan anggota pasukan kami itu?"

Orang itu mengangguk dan kembali terlihat senyum sedihnya. "Memang tak keliru bahwa Kulana yang menjadi gara-gara sehingga terjadi pemberontakan. Dia menghasut dan juga bersekutu dengan para penjahat untuk memberontak. Saudaraku itu sudah menjadi gila karena dendam..."

"Saudaramu? Jadi engkau ini saudara dari yang bernama Kulana itu?"

"Benar, Paduka. Nama saya Mulana dan saya adalah saudara kembar dari Kulana yang dimaksudkan oleh prajurit itu. Akan tetapi, walau pun saudara kembar, kami berdua tidak bekerja sama, bahkan bertentangan dalam hal ini. Bahkan saya datang untuk membantu Paduka, kalau Paduka percaya kepada saya."

Walau pun para pendekar masih sangsi, namun Menteri Cang mengangguk, dan kembali dia memberi isyarat kepada para pembantunya, kemudian mempersilakan Mulana untuk duduk.

"Duduklah di sana, Saudara Mulana dan ceritakan apa sebenarnya yang menjadi maksud kunjunganmu ini."

Sebelum menjawab, Mulana, laki-laki itu, lebih dahulu menoleh ke kiri kanan, mengamati seluruh orang yang hadir di tempat itu. Dia kelihatan heran karena di antara wajah-wajah yang disoroti penerangan obor itu tidak nampak wajah dua orang yang sangat dikenalnya, yaitu Han Siong dan Bi Lian, dua orang pendekar muda yang pernah menjadi tamunya, bahkan yang telah menyaksikan kematian isterinya tercinta, yaitu Yasmina.

Seperti sudah kita ketahui, Yasmina membunuh diri dengan menghisap racun yang sudah disembunyikannya dalam mulut tengkorak tukang kebun bekas kekasihnya. Saking sedih dan menyesalnya, Mulana menjadi seperti gila sehingga akhirnya Han Siong dan Bi Lian meninggalkan lelaki yang diracuni cemburu itu. Mulana lalu mengusir semua pelayannya, kemudian dia membakar istananya berikut jenazah isterinya. Bagaikan orang gila dia lalu pergi berkeliaran, kehilangan isteri, bahkan kehilangan semua harta miliknya.

Dan akhirnya dia pun teringat dengan saudara kembarnya, Kulana, maka dia pun segera mengunjungi saudara kembarnya untuk menumpahkan isi hatinya yang sedang tertekan dan amat menderita itu. Akan tetapi Kulana sedang berkunjung ke sarang pemberontak, maka Mulana segera menyusulnya.

Akan tetapi kembali dia menerima pukulan batin yang lebih parah lagi saat tiba di sarang pemberontak itu karena dia dicurigai oleh saudara kembarnya sendiri sebagai orang yang berpihak pada pemerintah dan hendak mengkhianati gerakan saudara kembarnya sendiri. Maka terjadilah keributan dan nyaris Mulana tewas dikeroyok kalau dia tidak cepat dapat meloloskan diri.

Semakin besar jurang pemisah antara dua orang saudara kembar ini dan Mulana merasa sakit hati. Hal inilah yang mendorongnya menemui Menteri Cang yang sedang memimpin pasukan induk untuk menyerbu sarang pemberontak.

"Seperti telah saya katakan tadi, Taijin, saya sengaja menemui Paduka untuk membantu Paduka membasmi gerombolan jahat yang hendak memberontak itu."

"Saudara Mulana, tadi engkau yang mengatakan sendiri bahwa laporan Han Lojin tentang jumlah pasukan pemberontak yang hanya seribu dua ratus orang itu tidak keliru. Dengan jumlah pasukan yang sekecil itu, kami akan dapat menghancurkan mereka. Oleh karena itu, bantuan apa lagi yang dapat kau berikan kepada kami?" Menteri Cang memancing.

"Akan tetapi, pasukan Paduka akan terjebak."

Menteri Cang tersenyum dan mengibaskan tangan kanannya. "Ahhh, soal itu sudah kami perhitungkan! Perangkap yang dipasang di jalan terusan yang diapit dua dinding bukit itu, bukan? Tentu mereka akan menutup dua jalan keluar lantas menyerang kami dari depan dan belakang bukan? Kami tidak takut, bahkan merekalah yang akan dapat kami basmi." Menteri itu belum begitu percaya kepada Mulana, maka dia pun tidak mengatakan siasat yang sudah direncanakan untuk menghadapi perangkap musuh.

Akan tetapi Mulana memandang kepadanya dengan wajah serius. "Ahhh, harap Paduka jangan terlalu memandang rendah kepada saudara kembarku, Si Kulana itu! Ingat, dahulu dia adalah penasehat perang di Birma yang sudah banyak menggagalkan serangan dari pemerintah Paduka! Dia cerdik bukan kepalang, dan jangan disangka bahwa dia tak akan memperhitungkan apa yang sedang Paduka rencanakan sekarang ini. Bahkan saya pun sudah dapat menduganya."

"Benarkah? Nah, Saudara Mulana, kalau benar demikian, coba katakan bagaimana siasat yang telah kami rencanakan!" kata Menteri itu dengan suara mengandung penasaran.

Mulana mengerutkan alisnya sambil memandang Menteri itu. "Agaknya tidak sukar untuk diperhitungkan, Taijin. Melihat betapa seorang pejabat tinggi setingkat Taijin maju sendiri memimpin pasukan, hal ini memperlihatkan bahwa Taijin sudah tentu merasa yakin benar bahwa pasukan ini akan dapat membasmi musuh dengan sangat mudah. Dan keyakinan ini sudah tentu hanya didasarkan oleh suatu kenyataan, yaitu bahwa pasukan Taijin tentu jumlahnya jauh lebih besar dibandingkan pasukan musuh. Kemudian, kemungkinan besar kedua adalah karena Taijin telah mengetahui keadaan musuh sehingga Taijin sudah bisa lebih dulu mengatur siasat untuk lebih meyakinkan kemenangan itu. Siasat apakah yang paling baik untuk menyerbu pihak lawan di suatu tempat tertentu dengan jumlah pasukan yang jauh lebih besar dari pada kita? Tak lain tentulah penyerbuan tiba-tiba dengan cara pengepungan sehingga musuh takkan dapat lari lagi karena telah dihadang dari berbagai jurusan. Nah, dengan siasat itu, maka Taijin yang sudah memperhitungkan kemungkinan perangkap musuh di jalan terusan yang sempit, merasa yakin akan kemenangan pasukan Taijin. Bukankah demikian?"

Para perwira yang mendengar hal ini terbelalak, dan Menteri Cang sendiri memandang kagum. Orang Birma ini memang lihai bukan main, pikirnya. Mulailah dia percaya dan dia membayangkan kekhawatiran. Kalau saudara kembar orang ini, Kulana, juga secerdik itu, berarti Kulana sudah dapat menduga pula tentang siasatnya dan tentu akan menghadapi dengan yang lebih hebat dan amat berbahaya pula.

"Saudara Mulana, perhitunganmu itu memang tepat sekali! Akan tetapi, kalau kami sudah mempergunakan siasat itu sehingga sarang pemberontak itu telah terkepung, lalu apakah yang akan dilakukan oleh mereka? Melawan pun tidak ada artinya bagi mereka!" Menteri Cang berkata dengan nada suara penuh kemenangan.

Mulana memandang dengan serius. Di bawah cahaya api obor wajahnya nampak seperti kedok yang tampan tetapi penuh rahasia, kedua matanya bersinar-sinar dan mencorong.

"Semua itu benar sekali, Taijin, kalau yang memimpin musuh di sana itu bukan saudara kembarku Kulana! Akan tetapi Kulana sangat cerdik, dia pandai sekali dan memiliki siasat yang penuh tipu muslihat. Jika dengan cara kekerasan agaknya tidak dapat diragukan lagi pasukan Taijin akan dapat menghancurkan pasukan pemberontak. Pasukan Paduka tentu merupakan pasukan pilihan dan lebih banyak dalam pengalaman bertempur dibandingkan pasukan mereka. Bantuan para tokoh sesat takkan ada artinya bila dibandingkan dengan bantuan para pendekar terhadap Paduka. Akan tetapi ada dua hal yang mungkin belum Paduka ketahui padahal dua hal ini dapat merupakan ancaman bahaya besar yang bukan tidak mungkin akan membasmi pasukan Paduka sendiri."

"Hemm, sebelum kami mendengar penjelasanmu, lebih dulu engkau harus melenyapkan kesangsian dan kecurigaan kami, Mulana. Jika benar engkau ini saudara kembar Kulana, kenapa engkau hendak berkhianat kepadanya?" Sepasang mata Menteri Cang sekarang mencorong ditujukan ke arah wajah orang Birma itu, penuh selidik.

Mula-mula Mulana menentang pandang mata itu, lalu menunduk, dan wajahnya berduka sekali. "Taijin, kehidupan hamba sudah rusak, kebahagiaan hamba sudah hancur, semua disebabkan oleh Kulana! Kalau dia tidak memberontak di Birma, tak mungkin kini hamba kehilangan segala-galanya. Sekarang dia menghasut pemberontakan pula. Oleh karena itu, untuk menebus dosa-dosanya, dalam kesempatan terakhir ini hamba harus melawan dia, menggagalkan usahanya itu. Terserah kepada Taijin apakah dapat mempercaya saya ataukah tidak."

Menteri Cang mengangguk-angguk dan mengelus jenggotnya. "Baiklah, kini jelaskan apa adanya dua hal yang kau anggap membahayakan itu."

"Memang Kulana tak akan mampu melawan paduka dengan pasukan pemberontak yang tidak terlatih dan lebih kecil jumlahnya itu. Akan tetapi hendaknya Paduka ketahui bahwa dia adalah seorang ahli sihir yang sangat pandai. Dia dapat mempergunakan ilmu hitam untuk mencelakai pasukan Paduka. Saya tahu, para pendekar yang mempunyai sinkang yang kuat tidak akan mudah terpengaruh oleh ilmu hitamnya. Akan tetapi para anak buah pasukan Paduka dapat terpengaruh dan hal ini amat berbahaya. Pasukan takkan berdaya menghadapi ilmu hitam dan dapat melakukan hal semacam bunuh diri saja. Dan ke dua, dan ini lebih berbahaya lagi, Taijin, Kulana pandai menggunakan bahan peledak dan dia telah memiliki bahan peledak itu dalam jumlah besar. Saya bisa membayangkan apa yang akan dilakukannya dalam keadaan seperti sekarang ini. Tentu dia telah memasang bahan peledak di dinding bukit di kanan kiri jalan terusan itu. Kalau dengan kekuatan pasukan dia tidak akan dapat menangkan pertempuran, maka dengan bahan peledak itu dia akan dapat meruntuhkan dinding di kanan kiri itu dan mengubur pasukan hidup-hidup!"

Mendengar ini Menteri Cang mengerutkan alis dan diam-diam para perwira terkejut sekali, saling pandang dengan muka berubah. Kalau ucapan orang Birma ini menjadi kenyataan, maka akan terbasmilah pasukan mereka!

"Ahh, kalau begitu Han Lojin adalah mata-mata musuh yang sengaja hendak memancing kita memasuki perangkap maut!" teriak seorang di antara mereka.

Akan tetapi Mulana menggelengkan kepala. "Aku telah mendengar tentang Han Lojin itu," katanya kepada perwira tadi, "dan dia bukanlah mata-mata Kulana, bahkan dialah yang mengkhianati Kulana." 

Menteri Cang tertarik sekali. "Saudara Mulana, ceritakan siapa Han Lojin itu!"

"Dia seorang yang penuh rahasia, mula-mula muncul di sana hendak membantu Kulana. Akan tetapi baru beberapa hari berada di sana, dia telah pergi lagi tanpa pamit, kemudian tahu-tahu kini dia berada di sini dan menceritakan semua keadaan pasukan pemberontak. Apakah dia memang orang kepercayaan Paduka yang melakukan penyelidikan ke sarang Kulana, Taijin?"

Menteri Cang menggeleng kepala. "Tidak, dia datang lantas membuka rahasia kedudukan para pemberontak, juga rencana para pemberontak yang akan mulai bergerak tepat pada malam bulan purnama."

"Hal itu memang benar, Taijin. Kalau begitu dia adalah seorang pendekar yang hendak menentang pemberontakan dan membantu pasukan kerajaan."

"Saudara Mulana, kalau semua yang kau ceritakan dan kau perhitungkan itu benar, lalu menurut pendapatmu, apa yang harus kami lakukan?"

"Apakah pertanyaan Paduka ini berarti bahwa saya sudah dipercaya dan diterima untuk membantu pasukan Paduka?" Mulana balas bertanya.

Menteri Cang mengangguk. "Kami percaya padamu dan dengan senang hati menerima uluran bantuanmu." Pejabat tinggi ini lalu memandang sekeliling, kepada para perwira dan pendekar. "Harap Cu-wi ketahui bahwa sejak saat ini juga, Saudara Mulana kami terima sebagai seorang pembantu kita dan kami percaya." Semua yang hadir mengangguk.

"Nah, Saudara Mulana, jangan sampai kehabisan waktu. Jelaskan apa rencanamu yang dapat kita lakukan untuk menghadapi kemungkinan ancaman perangkap musuh itu."

"Begini, Taijin. Kalau benar perhitungan saya tentang siasat yang akan Taijin pergunakan, yaitu mengepung sarang pemberontak, siasat itu lanjutkan saja."

"Betul perhitunganmu. Kami membagi pasukan kami yang jumlahnya dua ribu orang lebih menjadi tujuh kelompok. Enam kelompok datang mengepung dari enam jurusan, ada pun kelompok induk ini menyerang dari depan dan memasuki jalan terusan itu."

"Siasat yang amat baik. Sebaiknya siasat itu dilanjutkan saja dan kita hanya menghadapi dua kemungkinan yang akan membahayakan kita, seperti yang telah saya ceritakan tadi. Pertama menghadapi ilmu hitam yang mungkin akan dipergunakan oleh Kulana, yang ke dua adalah menghadapi bahan peledak yang mungkin akan dipergunakannya pula untuk meruntuhkan dua dinding bukit. Untuk itu saya sudah mempunyai cara yang terbaik untuk menanggulanginya."

"Apakah engkau seorang ahli sihir pula yang hendak melawan ilmu hitam Kulana dengan sihir?" tanya Menteri Cang.

Mulana menggelengkan kepala. "Walau pun saya pernah mempelajari ilmu hitam, namun saya kalah jauh kalau dibandingkan dengan Kulana. Akan tetapi saya sudah mempelajari cara-cara untuk menolak dan memunahkan kekuatan ilmu hitam, Taijin. Harap mengutus anak buah untuk mencari dan menyembelih tiga ekor anjing hitam, menampung darahnya karena darah itulah yang akan dapat digunakan untuk memunahkan kekuatan ilmu hitam yang dipergunakan Kulana. Akan tetapi anjing-anjing itu kita bawa saja dulu, nanti setelah menghadapi ilmu hitam barulah kita sembelih supaya darahnya masih hangat dan belum membeku."

Seorang perwira lalu diutus untuk mengusahakan pencarian tiga ekor anjing hitam ini, di dusun-dusun yang tidak berjauhan dari tempat itu.

"Dan bagaimana untuk mengatasi ancaman bahan peledak yang akan meruntuhkan dua dinding bukit?" tanya Menteri Cang karena hal inilah yang dianggap paling berbahaya.

"Untuk dapat meruntuhkan dua dinding itu, maka satu-satunya jalan hanyalah memasang bahan peledak di atas. Bahan peledak itu tentu dipasang dengan sumbu yang panjang, lalu dinyalakan. Karena itu agar dibentuk regu-regu pemanah yang pandai, yang dengan diam-diam akan mendahului pasukan kemudian mendaki kedua bukit di kanan kiri jalan. Sebaiknya kalau mereka dipimpin oleh pendekar-pendekar yang pandai. Tugas mereka adalah mencegah petugas musuh yang hendak menyalakan sumbu api bahan peledak."

Mendengar itu, Menteri Cang mengangguk-angguk dan para pendekar juga menyatakan kekaguman mereka. Saat itu juga segera dibentuk regu-regu pemanah yang dipimpin oleh para pendekar. Karena Menteri Cang menghendaki supaya regu ini benar-benar kuat dan akan dapat menggagalkan rencana jahat musuh yang mungkin akan meledakkan dinding bukit, maka dia menunjuk suami isteri Ciang Su Kiat dan Kok Hui Lian untuk memimpin regu yang mendaki bukit sebelah kanan, sedangkan regu yang mendaki bukit sebelah kiri, dipimpin oleh Cia Kui Hong, Cia Ling, dan Can Sun Hok.

Kelompok pasukan induk itu kemudian melanjutkan perjalanan, dan Mulana sendiri akan memimpin regu yang bertugas menghadapi ilmu hitam dengan darah anjing. Akan tetapi secara diam-diam Menteri Cang sudah memerintahkan tokoh-tokoh pendekar dari Siauw-lim-pai, Bu-tong-pai dan yang lain-lain agar mengamati dan menjaga Mulana, membayangi orang ini supaya dapat segera bertindak kalau-kalau Mulana melakukan pengkhianatan.

Malam bertambah larut dan pasukan induk itu bergerak maju dengan cepat karena tadi gerakan maju mereka sempat terganggu oleh munculnya Mulana. Namun dalam hati para perwira kini semakin tenang dan penuh semangat karena mereka telah mengetahui siasat busuk dan tipu muslihat musuh, juga mereka percaya akan kecerdikan Menteri Cang dan kegagahan para pendekar yang membantu mereka…..

********************
Terima Kasih atas dukungan dan saluran donasinya🙏

Halo, Enghiong semua. Bantuannya telah saya salurkan langsung ke ybs, mudah-mudahan penyakitnya cepat diangkat oleh yang maha kuasa🙏

Traktiran: (7891767327 | BCA A.n Nur Ichsan) / (1740006632558 | Mandiri A.n Nur Ichsan) / (489801022888538 | BRI A.n Nur Ichsan) ataupun bisa melalui via Trakteer yang ada dibawah

DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar