Harpa Iblis Jari Sakti Chapter 23

Namun dia bicara hampir seharian, Lu Leng tetap tidak bisa melupakan Tam Goat Hua, itu membuat Han Giok Shia menjadi kesal sekali.

"Hm!" dengusnya dingin. "Saudara Lu, berhubung kau tetap bersedia terjerat oleh cinta itu, maka alangkah baiknya kita putus hubungan saja."

Lu Leng tertegun, lalu mendongakkan kepala memandang gadis itu. "Nona Han, kenapa kau tidak bersimpati kepadaku?"

Han Giok Shia menghela nafas panjang, "Saudara Lu, bagaimana aku tidak bersimpati kepadamu? Hanya saja merasa tidak pantas kau menghancurkan masa depanmu sendiri lantaran urusan itu."

Air mata Lu Leng bercucuran. "Nona Han, hatiku telah hampa. Masih ada masa depan apa?"

Han Giok Shia berkata sengit, "Dendam kedua orang-tuamu, apakah usai sampai di sini?"

Lu Leng tertegun, lama sekali baru menyahut, "Nona Han, bagaimana menurutmu?"

Han Giok Shia menatapnya. "Entah kau mau mendengar perkataanku tidak?"

Lu Leng menarik nafas dalam-dalam, "Kini pikiranku amat kacau, sama sekali tidak punya keputusan apa pun."

Han Giok Shia menggenggam tangannya erat-erat, kemudian berkata sungguh-sungguh. “Saudara Lu, menurutku setelah kau ke sana, harus melupakan semua masa lalumu, bahkan harus pula dengan gembira memberi selamat kepada gurumu!"

Lu Leng termangu-mangu, "Itu... itu... bagaimana aku dapat melakukannya?”

Han Giok Shia menatapnya tajam, "Kecuali itu, sudah tiada jalan lain. Apakah kau dan gurumu akan saling memperebutkan seorang gadis? Bukankah itu merupakan suatu lelucon di kolong langit? Seandainya kepandaianmu lebih tinggi dari Tong Hong Pek, namun Tam Goat Hua sudah tidak mencintaimu lagi, kau pun tidak bisa apa-apa. Kalau kau tidak dapat melakukan itu, hanya ada satu jalan bagimu."

"Jalan apa?"

"Kau jangan ke gunung Go Bi San."

Lu Leng menggeleng kepala. "ltu tidak bisa. Biar bagaimana pun... aku harus menemuinya."

Han Giok Shia membanting kaki. "Sungguh membuat orang kesal! Kenapa kau jadi begini sih?"

Tiba-tiba wajah Lu Leng menyiratkan kebulatan hatinya. "Baik, aku akan menuruti caramu yang pertama itu!" katanya.

Han Giok Shia girang sekali. "Saudara Lu, sampai saat itu, kau harus dapat mengendalikan perasaanmu!"

Lu Leng mengangguk dengan penuh derita. Mereka berdua lalu melanjutkan perjalanan. Dari dulu gunung Go Bi San merupakan gunung yang amat terkenal. Go Bi Pai berada di puncak Cing Yun Ling. Partai itu terbagi menjadi dua aliran, yaitu aliran yang menyucikan diri dan yang tidak menyucikan diri. Yang menyucikan diri tinggal di Tong Thian Hong, sedangkan yang tidak menyucikan diri tinggal di See Thian Hong.

Sore harinya Lu Leng dan Han Giok Shia sudah berada di bawah Cing Yun Ling. Di situ terdapat undakan batu menuju ke Cing Yun Ling. Lu Leng dan Han Giok Shia berdiri di situ sambil memandang ke atas, lama sekali barulah menaiki undakan batu. Tak seberapa lama mereka sudah tiba di Cing Yun Ling. Tampak empat orang pemuda langsung menyambut mereka.

"Maaf, kalian berdua datang dari tempat jauh, kalau penyambutan kami kurang memuaskan, harap kalian berdua sudi memaafkan! Silakan ke See Thian Hong untuk beristirahat!" kata salah seorang dari mereka. Mereka berempat adalah murid Go Bi Pai aliran tidak menyucikan diri.

Ketika Lu Leng baru mau membuka mulut, Han Giok Shia sudah mendahuluinya. "Yang mau jadi mempelai lelaki bernama Tong Hong Pek, ada hubungan apa dengan kalian?"

Air muka keempat pemuda itu tampak berubah. Salah seorang yang berusia paling tua segera memberi isyarat kepada yang lain, agar tidak bertindak ceroboh, lalu menyahut dengan ramah. "Ketua Tong Hong adalah paman Sucou kami."

Han Giok Shia menunjuk Lu Leng seraya berkata. "Ini adalah paman guru kalian, kenapa kalian tidak memberi hormat?"

Wajah keempat orang itu tampak gusar.

"Kenapa nona bicara tak pakai aturan?" kata yang berusia paling tua dengan suara dalam.

Han Giok Shia tertawa. "Aku justru pakai aturan. Dia adalah murid Tong Hong Pek. Nah, bukankah dia paman guru kalian?"

Keempat pemuda itu terkejut dan membatin, sudah dua puluh tahun Tong Hong Pek meninggalkan Go Bi, maka mungkin juga di luar beliau menerima murid. Akan tetapi apabila mereka berdua cuma bergurau, sedangkan keempat pemuda itu memberi hormat kepada Lu Leng sekaligus memanggilnya ‘Paman Guru’, kini begitu banyak kaum rimba persilatan bertamu di Go Bi, kalau tersiar bukankah akan mempermalukan Go Bi Pai? Karena itu keempat pemuda itu termangu-mangu di tempat, entah harus bagaimana baiknya.

Berselang sesaat, yang berusia lebih besar itu berkata. "Maaf, karena kami tidak tahu, bagaimana kalau kalian kami ajak menemui ketua Tong Hong?"

Han Giok Shia dan Lu Leng menyahut serentak. "Baik."

Mereka berdua mengikutinya dari belakang. Tak seberapa lama kemudian mereka melihat banyak rumah. Berselang sesaat sudah sampai di sebuah rumah yang amat besar. Pemuda itu membawa mereka ke sebuah ruangan besar. Lu Leng dan Han Giok Shia memandang ke depan. Tampak seorang berjubah hijau dengan punggung menghadap Lu Leng sedang menikmati sebuah lukisan yang bergantung di dinding.

Begitu melihat punggung orang itu, Lu Leng segera mengenalinya. Orang itu ternyata Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek, gurunya namun kini telah menjadi saingannya. Rasa emosi pun bergejolak di dalam hati Lu Leng, sehingga wajahnya tampak hijau putih.

"Guru!" serunya.

Begitu mendengar Lu Leng memanggil ‘Guru’ kepada orang berjubah hijau itu, seketika hati pemuda yang membawa mereka tadi terkejut dan dia membatin, “Untung tadi aku tidak bertindak ceroboh.”

Sedangkan Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek merasa heran karena ada orang di pintu memanggilnya guru. Dia segera membalikkan badannya. Dulu Han Giok Shia hanya mendengar nama Tong Hong Pek. Walau dia pernah bertemu di puncak Sian Jin Hong, namun ketika itu Tong Hong Pek memakai kedok. Dalam hatinya berpikir, usia Tong Hong Pek sudah hampir lima puluhan, tentunya sudah tidak muda lagi. Akan tetapi, ketika Tong Hong Pek membalikkan badannya, gadis itu terbelalak. Ternyata Tong Hong Pek begitu tampan, kelihatannya baru berusia tiga puluhan. Siapa pun tidak akan menyangka Tong Hong Pek sudah berusia lima puluhan.

Lu Leng dan Tong Hong Pek saling berhadapan. Justru karena itu perasaan Lu Leng menjadi agak tenang. Kemudian Lu Leng maju selangkah seraya berkata, "Guru sudah tidak mengenali aku lagi?"

Dalam dua tahun ini, Tong Hong Pek terus mencari jejak Lu Leng. Namun kini Lu Leng muncul mendadak di hadapannya dia justru tidak mengenalinya, karena kini Lu Leng sudah menjadi seorang pemuda tampan. Tong Hong Pek tidak menduga, bahwa dalam dua tahun Lu Leng telah banyak mengalami perubahan. Setelah Lu Leng bertanya begitu, barulah Tong Hong Pek tersentak sadar. Bukan main girangnya dan seketika dia berseru.

"Anak Leng! Ternyata kau!"

Tong Hong Pek maju mendekatinya, lalu merangkulnya erat-erat. Namun sebaliknya Lu Leng malah bersikap hambar. Sesungguhnya Lu Leng amat menghormati gurunya, namun karena gurunya merebut kekasihnya, maka membuat hatinya terganjel. Saat ini dia melihat gurunya setelah bertemu dengannya, justru tiada penyesalan sedikit pun. Maka dia agak memandang rendah terhadap gurunya itu. Hanya karena gurunya sedang merangkulnya, maka dia diam saja. Tong Hong Pek adalah orang yang amat cerdas, bagaimana tidak merasa akan keanehan sikap Lu Leng? Namun Tong Hong Pek justru tidak menduga, Lu Leng begitu membencinya dan menganggapnya sebagai saingan dalam cinta.

Seketika Tong Hong Pek melepaskan rangkulannya, kemudian bertanya dengan heran. "Anak Leng, apakah kau terluka?"

Hati Lu Leng memang terluka, namun bagaimana mungkin mau mengatakannya? Lu Leng hanya menggelengkan kepala, "Aku tidak terluka," sahutnya.

Mereka berdua guru dan murid berpisah begitu lama dan kini berjumpa kembali, seharusnya penuh diliputi kegembiraan. Akan tetapi saat ini mereka malah tampak dingin dan begitu hambar.

Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek tertegun. "Dua tahun ini, kau berada di mana?" tanyanya kemudian.

Ketika Lu Leng baru mau menjawab, mendadak terdengar suara yang amat merdu di belakang ruang besar itu.

"Apa? Adik Leng sudah ke mari? Sungguh?"

Tampak sosok bayangan ramping berkelebat, lalu muncul seorang gadis dari belakang ruang besar. Begitu mendengar suara gadis itu, Lu Leng pun tampak tergetar, bahkan nyaris mengucurkan air mata. Ketika gadis itu muncul, Lu Leng mendongakkan kepala. Gadis itu kelihatan lebih cantik dari dua tahun lalu, wajahnya cerah berseri-seri bagaikan sekuntum bunga yang baru mekar.

Bibir Lu Leng bergerak. Dia ingin memanggilnya namun tak mampu mengeluarkan suara. Siapa gadis itu? Tentu Tam Goat Hua.

Setelah berada di hadapan Lu Leng, Tam Goat Hua tertegun dengan mata terbelalak. "Adik Leng, apakah kau?"

Lu Leng segera membalikkan badannya dan itu membuat Tam Goat Hua termangu-mangu.

Han Giok Shia yang berdiri di situ, ketika menyaksikan itu langsung mengeluarkan dengusan. "Hai! Tentu dia, apakah ada orang lain menyamarnya?"

Ucapan Han Giok Shia itu, boleh dikatakan sudah sungkan sekali. Tam Goat Hua mengarahnya, setelah melihat tegas barulah mengenalinya. Karena hatinya sedang bergembira maka tidak mempermasalahkannya.

"Ternyata Nona Han, sudah lama tidak berjumpa!"

Sembari berkata, Tam Goat Hua mendekati Lu Leng. "Adik Leng, kenapa kau diam saja?"

Lu Leng tetap diam tak bersuara sama sekali, dan itu membuat hati Tam Goat Hua tergerak. Dia memandang Tong Hong Pek, justru Tong Hong Pek tidak memperlihatkan reaksi apa pun, maka Tam Goat Hua pun diam seketika.

Han Giok Shia tertawa dingin. "Kenapa kau menyalahkan dia karena diam saja? Kau panggil dia Adik Leng, seharusnya kau mewakilinya berpikir, dia harus bagaimana menyahutmu!"

Sebelum tiba di Cing Yun Ling, gadis itu pernah menasihati Lu Leng agar bersabar. Saat ini Lu Leng memang terus bersabar dan berupaya mengendalikan diri, maka tidak bersuara. Akan tetapi kini malah Han Giok Shia yang tidak dapat bersabar dan mengendalikan diri, sehingga terus mengeluarkan kata-kata yang pedas dan tajam terhadap Tam Goat Hua.

Wajah Tam Goat Hua berubah, lalu dia mundur dua langkah. Suasana di ruang besar itu berubah menjadi tidak enak. Berselang sesaat, Tam Goat Hua membalikkan badannya sekaligus menerjang ke belakang.

Lu Leng tertegun melihat sikap gadis itu. "Kakak Goat!"

Ketika mendengar suara seruan Lu Leng barulah Tam Goat Hua berhenti, namun tidak membalikkan badannya dan kemudian menerjang ke depan lagi. Dia meninggalkan ruang besar, langsung ke kamarnya. Sampai di dalam kamar, dia duduk tercenung. Hatinya sungguh kacau.

Tam Goat Hua justru tidak menyangka, dua hari lagi dia akan menikah dengan Tong Hong Pek, Lu Leng muncul mendadak. Dia pun tidak menyangka, bahwa cinta kasih Lu Leng ketika masih kecil itu bisa terus bersemi hingga dia besar. Tam Goat Hua tahu dan bisa melihat, hati Lu Leng amat berduka sekali karena dirinya.

Gadis itu mendongakkan kepala, lantas bergumam. "Apakah itu kesalahanku? Apakah aku yang mencampakkan cinta kasihnya?"

Di dalam kamar hanya ada dia seorang, tentunya tidak akan ada orang yang menyahutnya. Dia tercenung lagi sejenak, lalu berteriak sekeras-kerasnya. "Tidak! Tidak! Apa salahku?"

Mendadak di pelupuk matanya muncul bayangan Lu Leng yang tampan itu, sedang menatapnya dengan berbagai perasaan, dan terdengar pula suara panggilannya ‘Kakak Goat’. Tam Goat Hua menundukkan kepala, tiba-tiba merasa gelap di depan matanya, bahkan berputar-putar. Kemudian muncul beberapa sosok bayangan orang, sehingga membuatnya teringat akan urusan dua tahun yang lalu.

Setelah menempuh bahaya menolong Lu Leng ke luar dari Istana Setan, dalam hatinya memang bersemi cinta terhadap Lu Leng. Bahkan mereka berdua rela mati bersama di hadapan Liat Hwe Cousu. Akan tetapi, setelah berjumpa Tong Hong Pek, cintanya bagaikan terkena pupuk, tumbuh begitu cepat terhadap Tong Hong Pek. Kemudian dia pun tahu bahwa Tong Hong Pek amat mencintai ibunya, oleh karena itu dia ingin mengisi kehampaan hati Tong Hong Pek sebagai ibunya. Maka Tam Goat Hua tidak dapat mengendalikan diri, terutama cintanya terhadap Tong Hong Pek.

Pada waktu itu Tam Goat Hua belum mencampakkan Lu Leng. Dia pernah merasa risau karena dirinya berada di tengah-tengah Lu Leng dan Tong Hong Pek. Seandainya Lu Leng tetap berada di sisinya, kemungkinan besar pilihan Tam Goat Hua akan jatuh pada Lu Leng. Akan tetapi Lu Leng menghilang tanpa meninggalkan jejak. Tong Hong Pek dan Tam Goat Hua berdua terus mencarinya, namun sehari lewat sehari, sampai berbulan-bulan tidak menemukannya. Oleh karena itu, seluruh cinta kasih Tam Goat Hua dipersembahkan kepada Tong Hong Pek. Dalam hal ini, Tam Goat Hua memang tidak bisa dipersalahkan.

Sebelum mengambil keputusan menikah dengan Tong Hong Pek, gadis itu pernah memikirkan Lu Leng, namun dia merasa Lu Leng cuma merupakan seorang anak kecil, mungkin sudah melupakannya. Karena itu dia mengambil keputusan untuk menikah dengan Tong Hong Pek. Namun tak disangka, dua hari lagi dia akan menikah dengan Tong Hong Pek, justru Lu Leng mendadak muncul. Kemunculan Lu Leng begitu mendadak, lagipula dia sudah besar dan bukan anak kecil lagi.

Lu Leng sama sekali tidak melupakan Tam Goat Hua, namun sebaliknya gerak-gerik Tam Goat Hua justru memberi pukulan yang amat hebat pada Lu Leng. Satu jam yang lalu, Tam Goat Hua sama sekali tidak terpikirkan itu, namun kini justru sebaliknya. Lautan cinta bergelombang, sehingga membuatnya termangu- mangu.

Perlahan-lahan dia mendongakkan kepala, dibiarkannya air matanya yang meleleh. Mendadak dia merasa di sisinya bertambah satu orang, maka segera meno!eh. Ternyata Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek telah berada di sampingnya.

Tong Hong Pek mengerutkan kening seraya bertanya. "Goat Hua, apa yang kau tangisi?"

Tam Goat Hua menghapus air matanya, lalu menundukkan kepala. "Kau... harus tahu itu!"

Tong Hong Pek tersenyum, "Goat Hua, dari dulu aku sudah bilang, usia kita berselisih jauh sekali. Kini Lu Leng sudah kembali, kalau kau tidak setuju...."

Ketika Tong Hong Pek berkata sampai di situ, Tam Goat Hua mendongakkan kepala. "Tidak! Aku mencintaimu!"

Tong Hong Pek menatapnya dengan heran. "Kalau begitu, kenapa kau menangis?"

Tam Goat Hua menggeleng-gelengkan kepala. "Aku... aku sendiri pun tidak tahu. Adik Leng terlampau bodoh. Aku anggap dia sebagai adik, tapi tidak tahunya..."

Tong Hong Pek menghela nafas panjang, "Dia amat emosional!"

"Bagaimana dia sekarang?" tanya Tam Goat Hua.

Kening Tong Hong Pek berkerut-kerut. "Goat Hua, dia memanggilmu tadi tapi kau sama sekali tidak menyahut, maka dia tertegun lama sekali, kemudian jatuh pingsan. Goat Hua, kupikir... aku akan menyerahkan kedudukan ketua kepadanya, kau mau bagaimana itu terserah kau saja!"

Air muka Tam Goat Hua berubah. "Kau... ini apa artinya? Apakah kau kira pendirianku gampang berubah?"

Tong Hong Pek membelai rambutnya, "Goat Hua...."

Walau kepandaiannya amat tinggi, namun menghadapi urusan yang rumit itu dia menjadi risau. Ketika bertemu Tam Goat Hua, Tong Hong Pek terkesan baik terhadapnya, maka memberinya Soat Hun Cu. Namun pada waktu itu masih belum ada rasa cinta terhadapnya. Karena dia pernah bersama Cit San Sin Kun mengejar seorang gadis tapi gagal, maka dia mengundurkan diri dari medan percintaan, sehingga membuat hatinya menjadi beku.

Akan tetapi, kian hari Tam Goat Hua kian bertambah lembut terhadapnya, itu membuat hati Tong Hong Pek yang telah beku itu menjadi cair dan mulai tumbuh pula cintanya. Ketika Tong Hong Pek menerima jabatan sebagai ketua Go Bi Pai aliran tidak menyucikan diri, jalinan cinta mereka berdua bertambah dalam.

Tentunya Tong Hong Pek juga pernah memikirkan Lu Leng, namun hanya tahu Lu Leng dan Tam Goat Hua amat akrab sekali, tidak tahunya Lu Leng justru menganggap Tam Goat Hua sebagai kekasihnya, padahal waktu itu Lu Leng baru berusia lima belas tahun. Lagi-pula walau sudah lewat dua tahun lebih, tapi Lu Leng tetap tidak melupakannya.

Ketika Tong Hong Pek berada di ruang besar sudah melihat bagaimana isi hati Lu Leng. Setelah Lu Leng pingsan, mengertilah sudah Tong Hong Pek akan hal itu. Sudah begitu lama hatinya membeku, setelah itu jatuh cinta lagi pada seorang gadis. Tapi gadis tersebut justru kekasih muridnya, itu menimbulkan berbagai perasaan berkecamuk di dalam hatinya. Apalagi ketika Lu Leng muncul memanggilnya ‘Guru’, lalu tidak mengucapkan apapun, itu lebih parah dari cacian mau pun pukulan terhadap dirinya.

Setelah Lu Leng pingsan, dia berpikir ingin berangkat ke gunung salju menyendiri di sana, agar Lu Leng dan Tam Goat Hua bisa terangkap menjadi suami istri. Akan tetapi dia juga tahu, bahwa apabila dia pergi begitu saja, belum tentu dapat menyelesaikan urusan tersebut. Karena Tam Goat Hua mencintai dirinya, bukan mencintai Lu Leng. Lagipula dia sendiri pun mencintai Tam Goat Hua. Orang yang pernah gagal dalam bercinta baru tahu betapa menderitanya mengalami hal itu.

Tong Hong Pek tahu bahwa Lu Leng merupakan pemuda yang amat berbakat dalam persilatan. Lagi-pula kini dalam rimba persilatan terdapat banyak urusan dan membutuhkan Lu Leng untuk mengatasinya. Maka dia tidak menghendaki Lu Leng kehilangan gairah hidup gara-gara soal percintaan. Oleh karena itu, dalam hati Tong Hong Pek terdapat suatu pertentangan yang amat hebat. Membicarakan urusan antara Lu Leng, Tam Goat Hua dan Tong Hong Pek, siapa pun tidak ada yang bersalah di antara mereka bertiga. Mengenai Lu Leng, itu hanya merupakan suatu penderitaan dalam percintaan yang tak terhindarkan.

Di dalam kamar itu Tong Hong Pek dan Tam Goat Hua saling berhadapan sampai lama sekali, baru kemudian Tong Hong Pek membuka mulut. “Goat Hua, tadi aku salah bicara! Kalau anak Leng tiada gairah hidup karena masalah ini, kita harus berupaya menasihatinya. Kita berdua sama sekali tidak bersalah terhadapnya."

Tam Goat Hua manggut-manggut dengan air mata bercucuran. "Benar katamu, mari kita lihat dia!"

Tong Hong Pek mengangguk. "Baik."

Mereka berdua meninggalkan kamar itu menuju ruang besar. Tampak Lu Leng duduk di kursi, sedangkan Han Giok Shia terus memeriksa nadinya. Juga terlihat Cit San Sin Kun-Tam Sen. Tangannya menempel di punggung Lu Leng dengan air muka menyiratkan keheranan.

Ketika melihat Tong Hong Pek muncul, Cit Sat Sin Kun-Tam Sen segera berkata, "Saudara Pek, kepandaian muridmu sungguh aneh sekali!”

Cit Sat Sin Kun-Tam Sen dan Tong Hong Pek memang sudah kenal satu sama lain. Kedudukan mereka juga sama tinggi dalam rimba persilatan. Walau Tong Hong Pek sudah mau menikah dengan putrinya, namun dia tetap memanggil Tong Hong Pek sebagai saudara, maksudnya agar tidak merendahkan kedudukannya dalam rimba persilatan.

Tong Hong Pek mengeluarkan suara. "Oh", lalu berkata. "Dalam dua tahun ini, apakah dia menemukan suatu kemujizatan?"

Cit Sat Sin Kun-Tam Sen menarik kembali tangannya, kemudian berkata kepada Han Giok Shia. "Nona Han, kau tidak usah terus memeriksa nadinya. Lweekang-nya amat tinggi, maka dia tidak akan terluka karena hal ini."

Han Giok Shia membatin, “Kalian tidak tahu betapa duka hatinya, maka bilang tidak apa-apa.”

Meskipun membatin begitu, gadis itu tetap melepaskan tangannya, lalu menyingkir. Ketika Cit Sat Sin Kun-Tam Sen muncul, sebetulnya Han Giok Shia ingin bertanya tentang Tam Ek Hui. Namun dia merasa malu, maka tidak jadi bertanya

Perlahan-lahan Lu Leng membuka matanya. Wajahnya memang tampak pucat pias, tapi dia tidak terluka dalam, hanya terluka dalam hati sehingga tak bersemangat sama sekali.

Tong Hong Pek memandangnya, kemudian duduk di hadapannya dan langsung berkata dengan terus terang, "Anak Leng, kalau kau tidak mau mengaku aku sebagai gurumu, tidak apa-apa, sebab aku memang belum mengajarmu ilmu silat. Dalam dua tahun, kau telah menemukan suatu kemujizatan, maka kita tidak perlu menjadi guru dan murid lagi."

Ketika Lu Leng baru siuman dari pingsannya, Han Giok Shia telah menasihatinya. Sedangkan Lu Leng sudah mengambil keputusan, mengenai percintaannya dengan Tam Goat Hua dianggapnya hanya sebagai mimpi. Maka dia tersenyum getir seraya bertanya, "Kenapa Guru berkata demikian?"

Wajah Tong Hong Pek berubah menjadi serius, "Anak Leng, kalau kau masih menganggapku sebagai gurumu, aku justru tidak menghendaki kau menjadi begini."

Lu Leng menundukkan kepala. Lama sekali dia membungkam, kemudian mendadak tertawa gelak. "Hahaha! Aku sama sekali tidak apa-apa!"

Sejak Tam Goat Hua muncul lagi, Lu Leng terus menghindar dari sorotan mata gadis itu.

"Syukurlah kalau begitu. Terlebih dahulu kau harus berkenalan dengan saudara seperguruanmu. Tidak boleh kau kehilangan hidup, sebab masih banyak urusan dalam rimba persilatan. Kalian sebagai generasi penerus, justru punya tanggung jawab. Apakah kau sudah lupa, bahwa kau sendiri masih memikul dendam kedua orangtuamu? Maka kau harus membangkitkan semangat hidupmu!" apa yang dikatakan Tong Hong Pek itu persis seperti yang dikatakan Han Giok Shia.

Dari ekspresi air muka Tam Goat Hua, Lu Leng sudah tahu bahwa gadis itu amat mencintai Tong Hong Pek, maka dia manggut-manggut seraya berkata. "Aku mengerti. Liok Ci Khim Mo itu...."

Ketika Lu Leng baru berkata sampai di situ, Tong Hong Pek sudah berkata kepada Cit Sat Sin Kun-Tam Sen. "Saudara Tam, beberapa tahun ini kau terus berkeluyuran di luar, apakah pernah mendengar kabar berita tentang Liok Ci Khim Mo?"

"Aku curiga, ketika di puncak Sian Jin Hong mungkin dia menderita luka parah terkena pukulanmu," sahut Cit Sat Sin Kun-Tam Sen.

Tong Hong Pek teringat, ketika berada di puncak Sian Jin Hong dia menggunakan tenaga sepenuhnya menghantam atap tandu mewah hingga hancur berantakan. Pukulan itu mungkin membuat Liok Ci Khim Mo terluka parah.

Tong Hong Pek memandang Tam Goat Hua, kemudian berkata. "Seandainya dia terluka, pasti tersiar dalam rimba persilatan. Tapi Goat Hua justru pernah melihatnya di sekitar Istana Setan, itu setelah kejadian di puncak Sian Jin Hong."

Cit Sat Sin Kun-Tam Sen manggut-manggut. "Tidak salah. Bukan hanya Tam Goat Hua bertemu dia, bahkan tiga orang di antara Coan Tiong Liok Chou pun terluka oleh Pat Liong Thian Im di dalam perahu di sungai Huang Ho. Kalau dia tidak terluka, bagaimana mungkin mereka dan Goat Hua dapat meloloskan diri?"

Yang dibicarakan Cit Sat Sin Kun-Tam Sen dengan Tong Hong Pek, justru musuh besar Lu Leng dan Han Giok Shia, maka mereka berdua mendengarkan dengan penuh perhatian.

Cit Sat Sin Kun-Tam Sen berhenti sejenak, setelah itu melanjutkan, "Pada waktu itu, dia pasti memetik harpa itu, sehingga membuat lukanya bertambah parah. Dalam dua tahun ini, tentunya dia merawat lukanya itu."

Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek manggut-manggut. "Kemungkinan besar dia terluka parah hingga mati."

"Dia belum binasa, mungkin... kini lukanya telah sembuh, dan akan menimbulkan petaka dalam rimba persilatan lagi," kata Cit Sat Sin Kun-Tam Sen lagi. Cit Sat Sin Kun-Tam Sen berhenti sejenak, lama sekali baru melanjutkan, "Mudah-mudahan dia tidak ke mari menimbulkan urusan!"

Tong Hong Pek tertawa gelak. "Hahaha! Kalau dia mau, biarlah kemari! Seandainya dia mau menimbulkan urusan di sini, juga tidak apa-apa!"

Cit Sat Sin Kun-Tam Sen juga tertawa. "Haha! Liat Hwe Cousu sudah membawa para murid handalnya meninggalkan Hwa San menuju ke mari! Tua bangka itu paling menyebalkan! Aku sudah perintahkan Ek Hui agar membentuk Kiu Miau Tin (Formasi Sembilan Keajaiban) di sekitar Cing Yun Ling! Kalau mereka tiba, biar mereka merasakan kehebatan formasi itu!"

Begitu mendengar jejak Tam Ek Hui, Han Giok Shia girang bukan main. Akan tetapi ketika mengetahui pemuda itu akan menjebak Hwa San Liat Hwe Cousu ke dalam formasi tersebut, hatinya menjadi cemas sekali.

"Tam Cianpwee, formasi itu dibentuk di mana?" tanyanya.

Tam Sen tertawa terbahak-bahak karena dia sudah tahu dari Tam Goat Hua mengenai urusan Han Giok Shia dengan putranya itu. Wajah Han Giok Shia kemerah-merahan ketika mendengar Tam Sen tertawa, lalu buru-buru menunduk dalam-dalam. Cit Sat Sin Kun-Tam Sen memandangnya sejenak, baru kemudian menyahut.

"Nona Tam, legakanlah hatimu! Kalau Ek Hui tidak memiliki kemampuan itu, bagaimana mungkin aku menyuruhnya pergi menempuh bahaya?"

Wajah Han Giok Shia bertambah merah, “Tam Cianpwee...."

Cit Sat Sin Kun tersenyum. "Kenapa aku?"

Ternyata mendadak Han Giok Shia teringat akan pesan orang aneh dalam goa. "Ada seseorang menitip pesan kepada Cianpwee!" sahutnya.

Cit Sat Sin Kun-Tam Sen tercengang. "Oh, ya? Siapa orang itu?"

Han Giok Shia segera menyahut, karena ingin cepat-cepat ke Cing Yun Ling untuk menemui Tam Ek Hui. "Aku pun tidak tahu siapa orang itu." jawab Han Giok Shia.

Kemudian dia menutur mengenai apa yang dialaminya. Namun baru menutur setengah, air muka Cit Sat Sin Kun-Tam Sen sudah berubah. Setelah Han Giok Shia usai menutur, Cit Sat Sin Kun-Tam Sen bertanya dengan suara dalam.

"Dia... dia bilang apa saja?"

"Dia menyuruhku menyampaikan kepada Tam Cianpwee, bahwa dia mau ke mari."

Cit Sat Sin Kun-Tam Sen tertegun, kemudian mendadak jatuh terduduk di kursi. Kejadian itu membuat semua orang terheran-heran, sebab Cit Sat Sin Kun-Tam Sen berkepandaian amat tinggi. Dia memiliki ilmu Hian Bu Sam Na dan Cit Sat Sin Ciang, yang merupakan ilmu silat tingkat tinggi. Lagi-pula lweekang-nya sudah tinggi sekali, sehingga dalam rimba persilatan sulit dicari tandingannya.

Kecuali Liat Hwe Cousu, Tong Hong Pek dan Sui Cing Siansu, yang lain misalnya si Nabi Setan-Seng Ling, Hek Sin Kun atau ketua Hui Yan Bun, Kim Kut Lau, Yu Lao Pun dan jago tangguh lainnya dalam rimba persilatan, dibandingkan dengan mereka kepandaian Cit Sat Sin Kun-Tam Sen masih lebih tinggi setingkat. Menghadapi Pat Liong Thian Im, dia masih dapat meloloskan diri walau menderita luka parah. Maka tidak seharusnya dia begitu terkejut mendengar pesan itu.

Oleh karena itu Tong Hong Pek segera bertanya. "Saudara Sen, sebetulnya siapa orang itu?"

Cit Sat Sin Kun-Tam Sen diam saja, namun perlahan-lahan wajahnya berubah normal kembali. "Sudahlah! Aku tidak usah bilang!"

Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek mengerutkan kening. "ltu mana boIeh. Dia mau ke mari, bagaimana aku tidak boleh tahu?"

Cit Sat Sin Kun-Tam Sen menyahut, "Kalau dia ke mari, biar aku yang menghadapinya, kalian tidak perlu turut campur."

Tong Hong Pek tahu jelas bagaimana sifat Cit Sat Sin Kun-Tam Sen. Kalau dia tidak mau bilang, percuma bertanya lagi. Oleh karena itu dia tidak bertanya lagi, sedangkan Cit Sat Sin Kun-Tam Sen buru-buru berjalan ke luar.

Setelah Cit Sat Sin Kun-Tam Sen meninggalkan ruang besar, Han Giok Shia berkata kepada Lu Leng. "Saudara Lu, aku mau jalan-jalan ke Cing Yun Ling sebentar."

Tadi ketika tahu mengenai jejak Tam Ek Hui, Han Giok Shia tampak girang sekali, dan itu tidak terlepas dari mata Lu Leng. Maka Lu Leng tahu bahwa gadis itu dan Tam Ek Hui merupakan sepasang kekasih. Teringat akan dirinya sendiri, wajahnya langsung berubah muram, kemudian manggut-manggut sambil bangkit berdiri. Sedangkan Tong Hong Pek segera memanggil salah seorang muridnya generasi kedua untuk membawa Lu Leng pergi menemui para saudara seperguruannya tingkatan tua. Lu Leng tidak mengucapkan apa pun, langsung berjalan ke luar.

Hari ini di Cing Yun Ling tidak terjadi apa-apa. Para tamu yang berdatangan semuanya diatur di kamar tamu untuk beristirahat. Kedatangan Lu Leng membawa suatu badai, hanya beberapa orang yang tahu, yang lain tidak tahu sama sekali. Hari mulai gelap. Lu Leng seorang diri duduk di pinggir tempat tidur sambil memandang sebuah lampu minyak. Dalam waktu satu hari, dia sudah berkenalan dengan para saudara seperguruannya, juga menerima penghormatan dari para murid Go Bi generasi ketiga.

Hingga malam pikirannya tetap hambar. Di siang harinya dia terus berusaha mengendalikan diri agar tidak sering memandang Tam Goat Hua. Namun ketika hari sudah mulai malam, di saat sendirian, bayangan Tam Goat Hua mulai muncul di pelupuk matanya. Gadis itu tidak berbeda dengan dua tahun lalu, hanya bertambah cantik, sepasang rantai pun tetap melekat di lengannya.

Lu Leng mulai mengenang ketika bersamanya meloloskan diri dari Istana Setan, kemudian di rumah makan mempermainkan Yu Lao Pun dan lain sebagainya. Hatinya mulai berduka. Dia menghela nafas panjang dan kemudian membaringkan dirinya ke tempat tidur, namun sama sekali tidak bisa pulas.

Ketika larut malam, di saat Lu Leng membalikkan badannya menghadap dinding, mendadak merasa ada serangkum angin di dalam kamarnya, kemudian segera merasa di dalam kamarnya bertambah satu orang. Lu Leng segera membalikkan badannya, sekaligus bangun duduk. Tampak Tam Goat Hua berdiri di dekatnya. Lu Leng sama sekali tidak menduga bahwa di saat ini Tam Goat Hua akan datang di kamarnya.

Dia segera meloncat turun, lalu perlahan lahan mendekatinya. Setelah berhadapan dia menundukkan kepala seraya bertanya, "Mau apa kau ke mari?"

Tam Goat Hua bersikap wajar dan tersenyum. "Adik Leng, apakah begini saja kau tidak mempedulikanku?"

Dalam hati Lu Leng, entah bagaimana rasanya. "Pedulimu juga bagaimana?"

Tam Goat Hua menghela nafas panjang. "Adik Leng, dalam hatimu membenciku? Tidak apa-apa bilang saja!"

Lu Leng tersenyum getir. "Untuk apa aku membencimu? Aku... aku tidak membenci siapa pun." Berkata sampai di situ, tak tertahan lagi air matanya meleleh.

Tam Goat Hua melangkah maju seraya berkata, "Adik Leng, aku tahu bahwa hatimu sedang berduka, namun aku justru mengira kau tidak berduka."

Tam Goat Hua datang di kamar itu tentunya ingin menjelaskan kepada Lu Leng, tapi tidak tahu harus menjelaskan apa.

Lu Leng tertawa. "Haha! Aku berduka atau tidak, tentunya kau tidak memusingkannya. Percuma dibicarakan!"

Hati Tam Goat Hua terasa pedih, dan matanya mulai bersimbah air. "Adik Leng, kau... kau... aaah! Adik Leng, kau anggap aku adalah gadis yang gampang berubah?"

Lu Leng memalingkan kepalanya. "Tidak, pada waktu itu aku hanya merupakan anak kecil, tidak terhitung apa-apa," katanya perlahan.

Tam Goat Hua manggut-manggut, "Adik Leng, aku tahu bahwa kau pasti membenci kami. Tapi kenapa kau tidak mau meninggalkan Go Bi Pai?"

Pertanyaan ini membuat Lu Leng berusaha mengendalikan diri, lalu mendadak membalikkan badannya seraya menyahut. "Kakak Goat, sesungguhnya aku tidak mau meninggalkanmu."

Dugaan Tam Goat Hua tidak meleset, bahwa Lu Leng tidak mau meninggalkan Go Bi Pai, itu hanya dikarenakan masih ingin mendekatinya. Tam Goat Hua diam sejenak, kemudian barulah berkata. "Adik Leng, aku menganggapmu sebagai adik, kau menganggapku sebagai kakak. Bagaimana?"

Lu Leng hanya tersenyum getir, tidak menjawab. Tam Goat Hua tahu bahwa dalam hati Lu Leng amat mencintainya, maka tidak bersedia menjadi kakak adik.

Lama sekali barulah Lu Leng menyahut, "Kakak Goat, kau tidak usah mempedulikanku. Aku berduka dalam hati, itu tidak akan membuat diriku kehilangan gairah hidup. Kau menghendaki aku gembira, itu tidak mungkin. Kalau pun kau rela bersamaku, itu pasti percuma sebab aku tahu dalam hatimu amat mencintai guru, bagaimana mungkin aku bisa gembira?"

Tam Goat Hua menghela nafas panjang, "Kau memang berpengertian, Adik Leng. Kakak harap kau jangan terlampau berduka dalam hati!"

Lu Leng manggut-manggut, "Aku pasti berusaha!"

Tam Goat Hua tidak banyak bicara lagi, lalu membalikkan badannya.

"Kakak Goat, selamat bahagia!" ucap Lu Leng.

"Adik Leng, asal kau gembira, kami pun akan gembira! Gurumu bilang kepadaku, dia akan menyerahkan kedudukan ketua kepadamu, bahkan dia pun menyuruhku memilih, tapi aku beritahukan kepadanya, bahwa aku mencintainya. Adik Leng, kau mengerti?"

Lu Leng tersenyum getir. "Aku mengerti."

Ketika berbicara Tam Goat Hua tidak membalikkan badannya, maka usai berbicara dia langsung pergi melewati koridor. Lu Leng tetap berdiri di dalam kamar. Matanya terus memandang bayangan Tam Goat Hua.

Ketika membelok ke kiri, gadis itu mendadak berseru kaget. "Hah!"

Suara seruan itu tidak begitu keras dan hanya setengah, sepertinya ada orang mencegahnya. Lu Leng tertegun, lalu segera berseru memanggilnya.

"Kakak Goat! Ada apa?"

Tam Goat Hua baru membelok, tidak mungkin dia tidak mendengar suara seruan Lu Leng. Akan tetapi Lu Leng berseru berulang kali, Tam Goat Hua tidak menyahut. Lu Leng termangu-mangu, merasa telah terjadi sesuatu atas diri Tam Goat Hua. Maka dia langsung melesat ke luar menuju tempat Tam Goat Hua membelok tadi. Tampak dua sosok bayangan berkelebat menyongsongnya, masing-masing membawa golok. Ternyata kedua orang itu adalah saudara seperguruannya yang sedang meronda.

"Kalian melihat kakak Goat?" tanya Lu Leng.

Kedua orang itu tertegun. "Tidak," jawab mereka hampir serentak.

Mendengar jawaban itu, hati Lu Leng semakin gugup, karena dia tadi melihat Tam Goat Hua membelok di tempat itu, bagaimana mungkin kedua orang itu tidak melihatnya?

Setelah berpikir, Lu Leng bertanya lagi, "Tidak melihat siapa pun?"

Kedua orang itu tertawa. "Kalau ada orang, bagaimana mungkin kami tidak melihatnya?"

Lu Leng tahu bahwa pasti telah terjadi sesuatu. Badannya langsung bergerak, dia melesat ke atap rumah. Dia melihat ke sana ke mari, tapi tempat di sekitarnya tampak sepi, tiada suara apa pun. Lu Leng menggeleng-gelengkan kepala, rasanya semua itu hanya merupakan halusinasinya saja. Namun setelah berpikir lagi, dia sadar bahwa semua itu kenyataan bukan merupakan halusinasi. Maka dia segera meloncat turun, dilihatnya kedua orang itu masih ada di situ.

Lu Leng kembali ke kamarnya. Sampai di sana dia terus berpikir, kalau Tam Goat Hua tidak mengalami sesuatu, tentunya juga tidak mungkin begitu cepat menghilang di belokan itu. Berpikir begitu, Lu Leng cepat-cepat menghambur ke luar. Sampai di luar dilihatnya kedua orang tadi sedang dalam keadaan seperti orang membacok, namun tak bergerak sama sekali. Melihat keadaan itu Lu Leng segera tahu bahwa kedua orang itu telah tertotok jalan darahnya.

Lu Leng segera mendekati mereka, kemudian menepuk bahu masing-masing agar jalan darah kedua orang itu terbuka. Kedua orang langsung mengayunkan goloknya, Lu Leng cepat-cepat mencelat ke belakang. Untung Lu Leng berkepandaian tinggi dan di atas mereka.

Kedua orang itu tampak tertegun. "Lu Sutee, tadi kau juga yang menotok jalan darah kami?"

Lu Leng menyahut, "Bukan. Kalian tidak melihat siapa yang menotok jalan darah kalian?"

Wajah kedua orang itu memerah. "Tidak...."

Ketika kedua orang berkata sampai disitu, mendadak Lu Leng merasa ada serangkum angin di belakangnya. Angin itu penuh mengandung tenaga. Lu Leng terkejut dan langsung membalikkan tangannya, sekaligus mengeluarkan jurus It Ci Kong Thian (Satu Jari Mengejutkan Langit) menyerang ke belakang.

“Ser! Braaak!” sebuah daun jendela hancur, namun di belakangnya justru tidak tampak siapa pun.

Seandainya gerakan orang itu amat cepat, bagaimana mungkin Lu Leng terlambat menyerang? Padahal tadi Lu Leng bergerak laksana kilat. Kecuali orang itu menggunakan pukulan jarak jauh menyerangnya, kalau tidak, tak mungkin orang itu dapat menghilang begitu cepat.

Kedua orang itu segera berkata, "Lu Sutee, lebih baik kami melapor kepada ketua."

Lu Leng mengangguk. "Baik."

Dia lalu pergi mengejar, namun sudah mengejar ke sana-sini tiada hasilnya. Mendadak lonceng berbunyi, tampak pula obor menyala terang. Ternyata sebagian besar murid-murid Go Bi Pai sudah keluar dengan membawa obor dan memeriksa ke sana-sini. Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek mencelat ke luar di antara mereka, lalu mendekati Lu Leng.

"Anak Leng, ada urusan apa?" tanyanya.

"Guru, Nona Tam baik-baik saja?"

Tong Hong Pek tertegun mendengar pertanyaan Lu Leng itu. "Kenapa dia?" tanyanya.

"Dia khawatir hatiku terlampau berduka, maka menemuiku dan menjelaskan bahwa dia tidak mencintaiku. Dia lalu pergi, tapi ketika membelok aku mendengar dia berseru kaget. Aku segera keluar, tapi dia sudah tidak kelihatan."

Mendengar penuturan itu Tong Hong Pek mengerutkan kening, kemudian membalikkan badannya dan langsung melesat pergi. Lu Leng mengikutinya dari belakang. Tak lama sampailah mereka di depan kamar Tam Goat Hua.

Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek langsung berseru-seru memanggilnya. "Goat Hua! Goat Hua!"

Terdengar suara Tam Goat Hua di dalam kamar, "Hah?" kemudian menyahut, "Apakah telah terjadi sesuatu?"

Tong Hong Pek dan Lu Leng saling memandang, setelah itu Tong Hong Pek menyahut. "Tidak ada apa-apa, hanya kami melihat ada orang menyelinap ke mari. Karena kami khawatir kau dicelakainya, maka kami menengokmu."

Terdengar Tam Goat Hua tertawa. "Hihi! Bagaimana mungkin aku akan dicelakai orang?"

Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek mengibaskan tangannya ke arah Lu Leng, agar Lu Leng pergi mencari tamu tak diundang itu. Dalam hati Lu Leng terasa heran sekali, karena tadi ketika Tam Goat Hua menikung di koridor, jelas dia mengeluarkan suara kaget. Lagi-pula di saat Lu Leng melesat ke luar, dia sudah tidak kelihatan, begitu cepat gerakannya. Akan tetapi kini terdengar suara Tam Goat Hua di dalam kamar, bahkan juga bilang dirinya tidak apa-apa, sudah pasti Lu Leng percaya.

Mereka berdua lalu pergi. Tong Hong Pek segera memerintahkan kepada para murid Go Bi Pai agar segera mengadakan pemeriksaan lagi. Kini para tamu sebagian besar sudah mendusin. Yang mempunyai hubungan erat dengan Go Bi Pai langsung bergabung ikut memeriksa ke sana ke mari, akan tetapi sama sekali tiada hasilnya. Tong Hong Pek gusar sekali dalam hati, dia tak menyangka ada orang berani kemari membuat ulah.

Tak seberapa lama kemudian hari sudah mulai terang, dan semua orang mulai pergi menyiapkan segalanya. Hari pertama, masih begitu banyak tamu hadir. Di antara para tamu, banyak pula yang tidak mempunyai hubungan dengan Go Bi Pai, namun mereka datang hanya ingin menyaksikan keramaian saja.

Di antaranya terdapat si Walet Hijau-Yok Kun Sih, yakni ketua Hui Yan Bun. Sore harinya tampak Hek Sin Kun dan Kim Kut Lau muncul mendadak dengan langkah lebar.
Begitu melihat kehadiran mereka, para jago tangguh langsung mengerutkan kening karena nama kedua orang itu dalam rimba persilatan tidak begitu baik, bahkan banyak yang menaruh dendam pada mereka. Namun memandang muka tuan rumah, maka para jago itu tidak berani bertindak sembarangan.

Di saat bersamaan muncul Cit Sat Sin Kun-Tam Sen dengan wajah dingin. "Mau apa kalian ke mari?" tanyanya.

Wajah Hek Sin Kun tampak biasa. Dia tersenyum dingin seraya menyahut dengan suara lantang. "Hari ini hari baik Goat Hua! Dia adalah keponakan kami, kenapa kami tidak boleh kemari?"

Saat itu para tamu di Cing Yun Ling sedang bercakap-cakap satu sama lain, namun sebagian besar dari mereka mendengar suara Hek Sin Kun. Seketika mereka berhenti bercakap-cakap. Mengenai indentitas Hek Sin Kun dan Kim Kut Lau memang misterius, namun amat membingungkan, sebab Tam Goat Hua adalah keponakan mereka.

Wajah Cit Sat Sin Kun-Tam Sen berubah tak sedap dipandang, kemudian membentak. "Pergilah kalian!"

Kim Kut Lau tertawa gelak. "Hahaha! Kakak ipar, kami tidak mau pergi, kau mau apa?"

Para tamu yang berdiri tak jauh dari situ, di antaranya menaruh dendam pada mereka berdua. Diam-diam mereka bergirang dalam hati, sebab apabila Cit Sat Sin Kun-Tam Sen turun tangan, mereka berdua pasti tidak dapat meloloskan diri. Memang benar! Begitu Kim Kut Lau usai berkata, wajah Cit Sat Sin Kun-Tam Sen berubah menjadi bengis. Dia mengepal tinju sampai mengeluarkan suara berderik.

Namun Hek Sin Kun dan Kim Kut Lau tetap acuh tak acuh. "Kakak ipar, kami membawa suatu barang untukmu, kau mau terima sekarang?" kata Hek Sin Kun.

Cit Sat Sin Kun-Tam Sen tertegun, bahkan membatalkan niatnya menyerang mereka dengan ilmu Hian Bu Sam Na. Kemarin setelah dia mendengar apa yang dituturkan Han Giok Shia dan Lu Leng, hatinya menjadi tidak tenang. Hampir seharian dia memeriksa tempat itu, bahkan semalaman turun gunung untuk menjaga di formasi Kiu Miau Tin. Ketika hari mulai terang, barulah dia kembali ke Cing Yun Ling. Walau belum bertemu Tong Hong Pek, namun dia sudah mendengar ada orang menyelinap ke tempat itu semalam, hanya bagaimana jelasnya dia masih belum tahu. Di saat dia baru mau pergi menemui Tong Hong Pek, justru muncul Hek Sin Kun dan Kim Kut Lau.

Setelah tertegun sejenak, Cit Sat Sin Kun-Tam Sen bertanya, "Barang apa?!"

Kim Kut Lau tertawa. "Haha! Kakak ipar, tadi kau mengusir kami, bukankah tidak akan memperoleh barang itu?"

Kim Kut Lau berkata sambil mengangkat bahu, sikapnya itu amat kurang ajar sekali. Wajah Cit Sat Sin Kun-Tam Sen tampak kehijau-hijauan, kemudian dia membentak keras. "Barang apa?!"

Suara bentakannya bergema, ternyata dia menggunakan lweekang. Dua puluh tahun lalu, Cit Sat Sin Kun-Tam Sen bermukim di pulau Hwee Ciau. Tindakannya antara sesat dan lurus, kepandaiannya amat tinggi. Dua puluh tahun kemudian lweekang-nya otomatis bertambah tinggi, maka suara bentakannya bagaikan geledek menggelegar di siang hari bolong. Oleh karena itu tidak mengherankan kalau para jago tersentak semua.

Hek Sin Kun dan Kim Kut Lau berada di hadapan Cit Sat Sin Kun-Tam Sen. Tampak badan mereka bergoyang-goyang tergetar oleh suara bentakan itu. Setelah badan mereka berhenti bergoyang, barulah mereka berdua merasa agak lega, namun wajah mereka justru berubah menjadi pucat pias. Ternyata mereka mendengar suara siulan Tong Hong Pek, lalu tampak sosok bayangan berkelebat ke arah Cit Sat Sin Kun-Tam Sen. Bayangan itu tidak lain adalah Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek.

"Saudara Sen, ada apa?" tanyanya.

Ketika melihat Hek Sin Kun dan Kim Kut Lau, kening Tong Hong Pek langsung berkerut seraya membentak. "Mau apa kalian ke mari?!"

Wajah Hek Sin Kun dan Kim Kut Lau yang sudah pucat itu bertambah pucat, lalu mereka cepat-cepat menyurut selangkah ke belakang. "Kami ke mari memberi selamat padamu...."

Wajah Tong Hong Pek berubah menjadi bengis dan membentak lagi. "Siapa yang menghendaki kalian berdua ke mari memberi selamat?!"

Hek Sin Kun dan Kim Kut Lau tergolong orang yang cukup berkedudukan dalam rimba persilatan, namun Tong Hong Pek justru membentak-bentak mereka di hadapan para jago. Dapat dibayangkan betapa gusarnya mereka berdua, namun hanya tersirat di wajah. Akan tetapi berselang sesaat wajah mereka berubah normal kembali, sebab berhadapan dengan Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek dan Cit Sat Sin Kun-Tam Sen, tentunya mereka tidak berani melampiaskan kegusaran.

Tong Hong Pek maju selangkah, seketika juga Hek Sin Kun dan Kim Kut Lau menyurut mundur tiga langkah.

Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek menghardik. "Cepat pergi! Hati-hati, selanjutnya jangan bertemu aku!"

Hek Sin Kun tersenyum getir. "Kami menyerahkan barang, lalu segera pergi.”

Hek Sin Kun mengeluarkan sepucuk surat, kemudian dilemparkannya ke arah Cit Sat Sin Kun-Tam Sen. Cit Sat Sin Kun-Tam Sen menjulurkan tangan kirinya untuk menyambut surat tersebut. Tong Hong Pek berdiri di sjsinya, melihat di sampul surat itu tertulis alamat ‘Kepada Tam Sen’. Tong Hong Pek tertegun ketika melihat tulisan itu, dia dan Cit Sat Sin Kun-Tam Sen saling memandang, kemudian Tam Sen mengeluarkan surat tersebut sekaligus membacanya.

Mendengar putri Anda akan menikah, menantu adalah Tong Hong Pek. Setelah mendengar berita tersebut jadi girang bukan main, Anda dan menantu, jangan saling merebut, pakailah cermin tembaga itu!

Seusai mereka membaca, Cit Sat Sin Kun-Tam Sen langsung meremas-remas surat itu, kemudian dia mendongakkan kepala. Dilihatnya Hek Sin Kun dan Kim Kut Lau masih berdiri di situ. Tangan Hek Sin Kun memegang sebuah cermin tembaga. Wajah Tong Hong Pek kelihatan gusar sekali. Namun ketika dia mau turun tangan, Cit Sat Sin Kun-Tam Sen cepat-cepat mencegahnya, kemudian menatap mereka berdua seraya bertanya.

"Dia berada di mana?"

Kim Kut Lau tersenyum licik. "Kami tidak tahu," sahutnya.

Cit Sat Sin Kun-Tam Sen menatap Tong Hong Pek sejenak, setelah itu menghela nafas panjang sambil mengibaskan tangannya. "Kalian berdua pergilah!"

Kim Kut Lau tertawa. "Hahaha! Baik, kami pergi!"

Begitu melihat tulisan itu, Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek sudah menduga siapa penulisnya. Sedangkan Cit Sat Sin Kun amat kacau hatinya dan tegang, sebab orang itu akan muncul dan dia harus menghadapinya. Maka dia segera mengusir Hek Sin Kun dan Kim Kut Lau.

Tong Hong Pek mendongakkan kepala, dilihatnya Hek Sin Kun dan Kim Kut Lau berjalan pergi dengan langkah lebar, sedangkan cermin tembaga itu berada dekat kakinya. Para tamu yang menaruh dendam pada mereka berdua, sama sekali tidak berani turun tangan karena memandang muka tuan rumah. Tapi wajah mereka tampak tidak senang.

Mendadak Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek, membentak. Sifatnya memang begitu, apa yang dipikirkan pasti segera dilaksanakannya. "Berhenti!"

Hek Sin Kun dan Kim Kut Lau tertegun, lalu segera berhenti dan membalikkan badan. "Ada urusan apa?"

"Kalian berdua berani ke mari, tanpa mohon pamit sudah mau pergi begitu saja?" sahut Tong Hong Pek dingin.

Air muka mereka berdua berubah, lalu berkata dengan serentak. "Kami ke mari hanya mengantar surat, maka setelah surat itu sampai kami harus segera pergi."

Tong Hong Pek tertawa. "Hahaha! Mau pergi silakan, tapi harus merangkak!"

Wajah Kim Kut Lau berubah hebat. "Kau bilang apa?" tanyanya dengan suara gemetar.

Tong Hong Pek melangkah ke depan, lalu membentak. "Kalian tidak dengar?! Kusuruh kalian merangkak meninggalkan tempat ini! Kalau tidak, aku pasti turun tangan!"

"Tuan Tong Hong, kami masih terhitung tingkatan tua, kau...." sahut Hek Sin Kun dengan suara dalam.

Namun ucapannya belum selesai, mendadak badan Tong Hong Pek berkelebat. Di saat hampir bersamaan terdengar suara nyaring.

"Plaak! Plaak! Buum!"

Tampak Hek Sin Kun m dan Kim Kut Lau berpencar. Suara ‘Bum’ itu ternyata suara pukulan Hek Sah Ciang yang dilancarkan Hek Sin Kun, namun cepat sekali Tong Hong Pek berkelit, maka pukulan itu meleset dan menghantam sebuah batu sehingga batu itu hancur berantakan.

Ketika semua orang memandang Hek Sin Kun, tampak pipi Hek Sin Kun membengkak kebiru-biruan, mulut mengeluarkan darah dan giginya copot dua buah. Ternyata tadi Tong Hong Pek menamparnya, dan karena gerakannya amat cepat sehingga Hek Sin Kun tak dapat berkelit. Hek Sin Kun menarik nafas dalam-dalam.

"Merangkak tidak?!" bentak Tong Hong Pek.

Kim Kut Lau menyahut dengan wajah tak sedap di pandang. "Tuan Tong Hong, kau terlampau mendesak orang."

Tong Hong Pek tertawa gelak. "Hahaha! Aku tidak pernah mengampuni siapa pun! Mau merangkak tidak?!"

Saat itu Kim Kut Lau dan Hek Sin Kun sungguh salah tingkah! Kalau mereka berdua menuruti Tong Hong Pek, tentunya Tong Hong Pek tidak akan turun tangan lagi. Akan tetapi, di hadapan begitu banyak jago rimba persilatan mereka berdua harus merangkak meninggalkan Cing Yun Ling, lalu di mana mereka menaruh wajah? Kalau tidak merangkak, mereka berdua pasti celaka di tangan Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek, bahkan kemungkinan besar nyawa mereka pun akan melayang.
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar