Harpa Iblis Jari Sakti Chapter 58

Lu Leng menyahut, "Kakak Goat, jangan mencegahku!"

"Adik Leng, kalau pun kau ke sana juga tiada gunanya!"

Lu Leng tertegun, kemudian menghela nafas panjang dan berkata, "Aku hanya menghendaki hatiku tenang...."

Tam Goat Hua segera memutuskan ucapannya,"Begitu dia tahu kau tidak mau mendengar perkataannya, dia pasti gusar sekali! Lebih baik kita menuruti perkataannya dan segera berlayar ke pulau Hek Ciok To!” di saat berkata air mata Tam Goat Hua pun sudah meleleh.

Bagaimana mungkin hatinya merasa tega membiarkan Tong Hong Pek jatuh ke tangan Kou Hun Siu? Tong Hong Pek berbuat begitu tidak lain demi mereka berdua, tentu saja membuat hati Tam Goat Hua amat berduka sekali! Lu Leng termangu-mangu, berselang sesaat dia menghela nafas panjang.

"Kakak Goat, aku... aku sungguh bersalah terhadap guru!"

Tam Goat Hua menggeleng-gelengkan kepala. "Adik Leng, urusan sudah jadi begini! Seandainya dia... celaka, kita harus berhasil membasmi Liok Ci Khim Mo agar hatinya bisa tenang di alam baka...."

Ketika Tam Goat Hua berkata sampai di situ, Lu Leng pun berteriak keras, "Sudah, jangan dilanjutkan! Guru tidak akan mati! Kalau pun tidak sanggup melawan Kou Hun Siu, tentunya guru masih bisa kabur!"

Tam Goat Hua manggut-manggut. "Kalau begitu, kita harus menuruti perkataannya! Mari kita segera berlayar ke pulau Hek Ciok To!"

Lu Leng mengangguk.

Mereka berdua segera berangkat ke pelabuhan. Dalam perjalanan, mereka berdua sama sekali tidak bersuara. Malam hari pun mereka tidak berhenti dan terus melakukan perjalanan menuju ke pelabuhan! Dua hari kemudian, pagi-pagi sekali mereka sudah tiba di pelabuhan tersebut. Tampak perahu besar itu masih bersandar di pelabuhan. Bukan main girangnya Lu Leng dan Tam Goat Hua. Mereka segera naik ke perahu besar itu menemui si pengemudi. Dengan pembayaran mahal barulah si pengemudi dan para awak perahu itu mau berlayar ke pulau Hek Ciok To! Kebetulan dua awak perahu yang sudah tua tahu jelas letak pulau tersebut.

Mereka segera pasang layar, tak lama perahu besar itu pun mulai melaju! Lu Leng dan Tam Goat Hua berdiri di geladak perahu, mereka berdua tampak termenung tanpa bersuara karena tidak tahu bagaimana akhir pertarungan Tong Hong Pek dengan Kou Hun Siu. Mereka berdua sudah dua hari tidak beristirahat. Setelah berdiri sejenak, mereka lalu berbaring di geladak perahu. Tak lama mereka berdua pun pulas. Ketika mendusin, hari sudah sore.

Salah seorang awak perahu memberitahukan pada mereka, bahwa malam hari mereka pasti akan tiba di pulau Hek Ciok To! Lu Leng dan Tam Goat Hua bergirang dalam hati. Mereka berharap segera tiba di pulau tersebut agar mereka bisa segera mencari Panah Bulu Api, lalu kembali ke Tionggoan berkumpul dengan Cit Sat Sin Kun suami isteri dan yang lainnya untuk merundingkan bagaimana cara merebut Busur Api untuk membasmi Liok Ci Khim Mo!

Sementara perahu besar itu terus melaju menuju ke pulau Hek Ciok To. Perasaan Lu Leng dan Tam Goat Hua pun semakin tegang. Setelah hari gelap dan sang rembulan sudah bergantung di langit, mereka melihat dua buah puncak menjulang ke langit di tengah laut! Begitu melihat kedua puncak itu, Lu Leng teringat akan kejadian beberapa tahun lampau, ketika bersama Han Giok Shia terdampar di pulau itu.

Ketika tengah malam, perahu besar itu pun berlabuh dekat pantai pulau Hek Ciok To. Lu Leng dan Tam Goat Hua menggunakan perahu kecil menuju ke pulau tersebut. Walau rembulan bersinar terang, namun untuk mencari suatu benda bukan merupakan hal gampang! Tetapi Lu Leng yang pernah tinggal selama tiga tahun di pulau tersebut sudah tahu dengan jelas keadaan pulau itu! Lu Leng membawa Tam Goat Hua ke dalam goa di mana dia tinggal di situ beberapa tahun lampau.

Setelah menyalakan obor barulah Lu Leng menunjuk dinding goa seraya berkata, "Kakak Goat, lihatlah! Itu adalah tulisan peninggalan Thian Sun Sianjin. Ia mengatakan di pulau ini terdapat tiga macam benda pusaka. Aku hanya menemukan dua macam, masih ada semacam lagi! Itu pasti adalah Panah Bulu Api!"

Tam Goat Hua memperhatikan tulisan itu. Seusai membaca, dalam hatinya pun penuh diliputi harapan. Mereka berdua melewati malam di ranjang Han Giok. Keesokan harinya mereka berdua mulai mencari ketujuh batang Panah Bulu Api. Dalam waktu satu hari mereka berdua sudah mencari hingga seluruh pulau tersebut, namun tiada hasilnya sama sekali! Setelah hari gelap barulah mereka bersantap dan minum.

Lu Leng menghela nafas panjang. "Kakak Goat, empat tahun lampau aku pun sudah mencari, tapi tidak menemukan benda pusaka yang dimaksud! Apakah telah terjadi sesuatu?"

Tam Goat Hua mengerutkan kening, kemudian menyahut, "Tidak mungkin telah terjadi sesuatu, lagi-pula Thian Sun Sianjin sudah meninggalkan tulisannya di dinding goa!"

Lu Leng manggut-manggut. "Berdasarkan hal yang wajar, tidak mungkin Thian Sun Sianjin sengaja meninggalkan tulisan untuk berbohong agar orang lain melelahkan diri mencari! Akan tetapi...." ketika Lu Leng berkata sampai di situ, mendadak Lu Leng berhenti, kemudian berseru, "Aku sudah tahu!"

Tam Goat Hua terperangah. Ia memandang wajah Lu Leng yang berseri-seri itu seraya bertanya, "Kau sudah tahu apa?"

Lu Leng menyahut, "Kita memang bodoh sekali, mencari di seluruh pulau ini! Cobalah kakak Goat pikir. Ranjang Han Giok dan ilmu Kim Kong Sin Ci berada di dalam goa itu, jadi benda pusaka yang ketiga itu pasti juga berada di dalam goa tersebut!"

Tam Goat Hua segera berkata,"Tapi di dalam goa itu tiada satu pun tempat yang dapat digunakan untuk menyimpan barang!"

Lu Leng berkata, "Kini aku baru ingat! Kita sudah mencari ke mana-mana, hanya ranjang Han Giok itu yang belum kita periksa. Ranjang itu bukan merupakan batu yang tumbuh di dalam goa, melainkan dipindahkan ke sana dari tempat lain. Kita belum mencari di situ!"

Ketika mendengar apa yang dikatakan Lu Leng, wajah Tam Goat Hua langsung berseri. "Tidak salah, kita harus membalikkan ranjang Han Giok itu untuk melihat dasarnya!"

Mereka berdua segera kembali ke goa itu, menyalakan obor lalu memperhatikan ranjang Hak Giok dengan seksama. Memang terdapat sedikit celah antara ranjang dengan batu yang ada di dalam goa. Lu Leng dan Tam Goat Hua segera menggeser ranjang Han Giok, tapi ranjang Han Giok itu amat dingin dan berat. Mereka berdua terpaksa harus mengerahkan lweekang sepenuhnya supaya berhasil menggeser sedikit ranjang Han Giok itu!

Kalau beberapa tahun lalu Lu Leng sudah dapat memperkirakan hal itu pun dia tidak akan kuat menggeser ranjang Han Giok tersebut! Setelah ranjang Han Giok tergeser sedikit, Lu Leng dan Tam Goat Hua memandang ke dasarnya, seketika hati mereka berdebar-debar! Ternyata di situ terdapat sebuah lekukan yang cukup dalam, lekukan yang persis seperti terdapat di dalam peti mati nyonya Mo Liong Seh Sih. Pasti lekukan itu merupakan tempat untuk menaruh Panah BuIu Api! Akan tetapi saat ini Panah Bulu Api tersebut tidak tampak!

Lu Leng dan Tam Goat Hua saling memandang, kemudian mereka mengerahkan lweekang lagi untuk menggeser ranjang Han Giok itu. Setelah ranjang Han Giok itu tergeser, terlihat lagi lekukan yang berjumlah tujuh buah! Rupanya lekukan inilah yang digunakan untuk menaruh ketujuh batang Panah Bulu Api tersebut! Akan tetapi ketujuh batang Panah Bulu Api tidak berada di dalam lekukan-lekukan itu. Di dalam salah sebuah lekukan tersebut hanya terdapat secarik kertas! Tam Goat Hua dan Lu Leng tampak tertegun, kemudian saling memandang.

Setelah itu Tam Goat Hua berkata, "Adik Leng, di kertas itu terdapat tulisan, ambil dan bacalah!"

Sesungguhnya Lu Leng sudah melihat kertas itu, tetapi ia tidak berani mengambilnya. Ia takut kalau ternyata isi surat itu menyatakan bahwa ketujuh batang panah Bulu Api telah hilang. Dan ia takut mengalami kekecewaan! Setelah mendengar Tam Goat Hua berkata begitu, barulah Lu Leng perlahan-lahan menjulurkan tangannya mengambil kertas itu sambil memandang Tam Goat Hua. Di saat bersamaan Tam Goat Hua pun memandang Lu Leng. Empat mata beradu pandang. Walau mereka berdua tidak mengucapkan apa pun, tapi tahu akan maksud hati masing-masing. Mereka berharap kertas itu akan memberitahukan di mana adanya ketujuh batang Panah Bulu Api itu agar tidak susah mencari lagi.

Setelah mengambil kertas itu, perlahan-lahan Lu Leng membukanya. Tam Goat Hua cepat-cepat mendekat untuk membaca surat tersebut. Seusai membaca, Lu Leng dan Tam Goat Hua pun jadi tertegun. Ternyata kertas itu merupakan sepucuk surat yang ditulis Thian Sun Sianjin. Surat itu berbunyi demikian,

Surat ini ditujukan kepada pendatang. Biar siapa pun yang datang di pulau ini, berarti berjodoh denganku. Di pulau ini kusimpan tiga macam benda pusaka, dihadiahkan kepada yang berjodoh denganku. Ketiga macam benda pusaka itu adalah ranjang Han Giok, ilmu Kim Kong Sin Ci dan tujuh batang Panah Bulu Api! Akan tetapi setelah lama kupikirkan, aku tidak tahu bagaimana sifat dan kelakuan pendatang. Kalau berhati jahat tentunya akan mencelakai dunia persilatan! Oleh karena itu aku menyimpan ketujuh batang Panah Bulu Api itu di dalam istana Mo Kiong di gunung Tangkula, di daerah See Hek, di dalam Lorong Rahasia yang ke sembilan, di bawah batu yang ke sembilan pula! Perlu diketahui Empat Puluh Sembilan Lorong Rahasia itu amat bahaya, apabila kurang berhati-hati pasti akan mati di dalam Lorong Rahasia itu! Aku bisa keluar masuk dengan selamat, harap pendatang punya keberanian untuk memasuki Lorong Rahasia itu! Aku Thian Sun Sianjin yang menulis surat ini!

Setelah tertegun sejenak, Lu Leng dan Tam Goat Hua membaca lagi surat itu dengan seksama. Usai membaca ulang, Tam Goat Hua pun menghela nafas panjang.

"Ketujuh batang Panah Bulu Api ternyata tetap tersimpan di gudang pusaka kakek!"

Lu Leng tersenyum getir. "Mo Liong Seh Sih locianpwee mengambil ketujuh batang Panah Bulu Api dari Lorong Rahasia, dikuburkan bersama isterinya. Tiat Sin Ong mencurinya dari makam nyonya Mo Liong Seh Sih, kemudian dihadiahkan kepada Thian Sun Sianjin. Sedangkan Thian Sun Sianjin menyimpan kembali ke dalam Lorong Rahasia di istana Mo Kiong! Hahaha! Kali ini tidak mungkin ada orang yang bisa mencurinya dari Lorong Rahasia itu!"

Tam Goat Hua berkata, "Tentunya tidak akan ada orang mencurinya lagi, tapi Empat Puluh Sembilan Lorong Rahasia itu..."

Lu Leng menyahut, "Kakak Goat, kalau Thian Sun Sianjin adalah orang pengecut, sudah pasti tidak berani memasuki Lorong Rahasia itu! Beliau bisa keluar masuk dengan selamat, apakah kita tidak bisa dan tiada keberanian untuk ke sana?"

Tam Goat Hua mengerutkan kening seraya berkata, "Adik Leng, tentunya kita bukan pengecut! Namun aku pernah dengar dari ayah, Empat Puluh Sembilan Lorong Rahasia itu amat lihay sekali! Thian Sun Sianjin juga memberitahukan begitu. Kalau tidak, bagaimana mungkin di dalam Lorong Rahasia itu tersimpan banyak benda pusaka yang diimpi-impikan setiap kaum rimba persilatan? Lagi-pula kakekku telah mengumumkan, siapa yang berhasil memasuki Lorong Rahasia itu, boleh mengambil satu macam benda pusaka yang terdapat di situ! Dan setelah sekian tahun, tetap tidak ada satu orang pun yang berani mencoba memasuki Lorong Rahasia itu!"

Lu Leng berkata, "Memang tidak gampang! Kalau tidak, bagaimana mungkin Seh-locianpwee akan membiarkan orang memasuki Lorong Rahasia itu untuk mengambil benda pusaka yang ada di situ?"

Lu Leng dan Tam Goat Hua berunding sejenak, setelah itu Tam Goat Hua berkata, "Kita membawa surat ini meninggalkan pulau Hek Ciok To, lalu segera berangkat ke gunung Tiong Tiau San. Sudah hampir setahun aku berpisah dengan kedua orang-tuaku dan yang lainnya. Kita bertemu mereka dulu, kemudian baru mengambil langkah selanjutnya! Bagaimana menurutmu?"

Lu Leng menyahut, "Kakak Goat, aku justru tidak sependapat denganmu!"

Tam Goat Hua tercengang. Ia bertanya, "Kalau begitu, bagaimana pendapatmu?"

Lu Leng menyahut serius, "Kalau bertemu paman dan bibi Tam, mereka pasti menghendaki kita pergi ke Lorong Rahasia...."

Tam Goat Hua segera menyambung, "ltu memang sudah pasti!"

Lu Leng berkata, "Kakak Goat, sebetulnya aku sudah mengabulkan permintaan Hek Sin Kun. Aku akan pergi ke Lorong Rahasia dan mengambil benda pusaka untuknya. Untung kau telah membatalkannya! Kalau tidak, tentu aku tidak boleh ingkar janji, harus pergi ke Lorong Rahasia itu!"

Tam Goat Hua menggelengkan kepala. "Tidak bisa!"

Lu Leng berkata lagi, "Kau pergi menemui paman dan bibi Tam, aku akan berangkat ke gunung Tangkula San, itu akan menghemat waktu!"

Tam Goat Hua memandangnya seraya berkata, "Adik Leng, walau kau pernah memasuki Lorong Rahasia itu satu kali, tapi hanya kali itu dan lagi-pula kakekku yang menunjukkan jalan sehingga kau bisa selamat. Jangan memandang urusan itu amat gampang! Biar bagaimana pun kita harus menemui mereka dulu!"

Mereka berdua terus berdebat. Akhirnya Lu Leng kalah berdebat dan berkata perlahan-lahan, "Baiklah! Setelah bertemu mereka, kita akan berunding bersama! Namun mengenai Lorong Rahasia itu, harus aku yang ke sana!"

Tam Goat Hua memandangnya sambil berpikir. Ia tahu bahwa mereka semua tiada seorang pun yang takut mati, dan bila saatnya tiba pasti akan terjadi perdebatan hebat! Karena itu Tam Goat Hua berkata, "Sampai waktunya barulah kita bicarakan!"

Lu Leng manggut-manggut.

Mereka berdua bermalam di dalam goa. Keesokan harinya mereka berdua menggunakan perahu kecil untuk kembali ke perahu besar. Dua hari kemudian mereka sudah mendarat, lalu berangkat ke gunung Tiong Tiau San. Kini mereka berdua sudah berada di sekitar gunung tersebut. Setahun lampau telah dijanjikan pertemuan di persimpangan jalan di gunung Tiong Tiau San, maka mereka berdua menuju ke sana.

Dalam perjalanan tak henti-hentinya mereka mencari informasi tentang Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek dan Kou Hun Siu. Akan tetapi Lu Leng dan Tam Goat Hua sama sekali tidak memperoleh informasi yang mereka inginkan karena tiada seorang pun yang pernah melihat Tong Hong Pek, lagi-pula orang-orang tidak pernah mendengar Kou Hun Siu sudah tiba di istana Ci Cun Kiong! Lu Leng dan Tam Goat Hua terheran-heran dan tidak habis berpikir. Selain itu mereka berdua pun merasa cemas.

Apabila Tong Hong Pek menang tentu Kou Hun Siu tidak akan ke istana Ci Cun Kiong, namun mengenai jejak Tong Hong Pek pasti ada yang mengetahuinya! Kalau Kou Hun Siu sudah tiba di istana Ci Cun Kiong, urusan sebesaritu tidak mungkin kaum rimba persilatan tidak mengetahuinya. Kelihatannya Tong Hong Pek dan Kou Hun Siu hilang bersama, kemungkinan besar pertarungan itu berakhir dengan keadaan sama-sama terluka parah! Inilah yang amat mencemaskan Lu Leng dan Tam Goat Hua!

Agar tidak menimbulkan kecurigaan orang, setelah mendarat Lu Leng dan Tam Goat Hua pun menyamar! Tam Goat Hua menyamar sebagai lelaki untuk mengelabui mata para anak buah Liok Ci Khim Mo! Tujuh delapan hari kemudian, ketika hari mulai senja mereka sudah sampai di persimpangan jalan yang dituju. Setahun lalu di tempat itu terdapat sebuah kedai teh dan sampai saat ini masih ada. Tampak empat orang duduk di dalam kedai teh itu. Lu Leng dan Tam Goat Hua sudah melihat keempat orang tersebut, mereka tidak lain adalah Tam Sen, Seh Ciang Hua, Tam Ek Hui dan Han Giok Shia. Lu Leng dan Tam Goat Hua segera memasuki kedai teh itu.

Cit Sat Sin Kun-Tam Sen langsung bertanya, "Anak Leng, Goat Hua! Kalian, ya?"

Lu Leng menyahut, "Ya!"

Cit Sat Sin Kun-Tam Sen memandang ke arah jalan, kemudian bertanya, "Di mana saudara Tong Hong?"

Ketika mendengar pertanyaan itu, Lu Leng dan Tam Goat Hua saling memandang. Setelah menghela nafas panjang, Lu Leng lalu berkata, "Panjang sekali ceritanya!"

Tam Sen mengerutkan kening. "Sebetulnya apa yang telah terjadi?"

Lu Leng tidak menjawab pertanyaan Tam Sen, bahkan mengalihkan pembicaraan dan memberitahukan hal lain. "Paman Tam, kami sudah tahu jejak Panah Bulu Api!"

Seh Cing Hua langsung berkata dengan girang, "Sungguh? Kami sama sekali tidak memperoleh sedikit pun informasi tentang Panah Bulu Api!"

Wajah Han Giok Shia dan Tam Ek Hui juga tampak berseri. Hanya wajah Cit Sat Sin Kun-Tam Sen kelihatan serius.

Cit Sat Sin Kun-Tam Sen berkata dengan suara dalam, "Kalau terjadi sesuatu dari saudara Tong-Hong, besar sekali pengorbanannya!"

Lu Leng menghela nafas panjang. "Aaaah! Hingga saat ini, bagaimana keadaan guru masih belum diketahui!"

Setelah berkata begitu, Lu Leng pun menutur tentang pertarungannya dengan Kou Hun Siu dan lain sebagainya. Juga tidak lupa memberitahukan tentang dirinya dengan Tam Goat Hua yang sudah mengambil keputusan untuk jadi suami isteri! Dalam setahun ini, Tam Sen dan Tam Ek Hui, Seh Cing Hua dan Han Giok Shia juga mengalami banyak hal yang di luar dugaan. Namun kalau dibandingkan dengan Tong Hong Pek, Lu Leng dan Tam Goat Hua, mereka berempat jauh lebih beruntung!

Usai Lu Leng menutur semua kejadian yang dialaminya, ternyata sudah tengah malam. Kedai teh itu sudah tutup, pemiliknya pun sudah pergi. Di dalam kedai teh itu hanya terdapat sebuah pelita. Seusai Lu Leng menutur, di luar pun terjadi hujan deras. Cit Sat Sin Kun-Tam Sen membuka pintu, di bawah hujan deras tidak tampak bayangan apa pun.

Mendadak Lu Leng berkata, "Paman dan Bibi Tam, aku ingin mengajukan satu permintaan!"

Seh Cing Hua segera menyahut, "Apakah mengenai urusanmu dengan Goat Hua? Ketika itu memang aku yang tidak baik! Namun kinikau dan Goat Hua sudah saling mencinta, tentunya aku amat girang dalam hati!"

Wajah Lu Leng dan Tam Goat Hua langsung kemerah-merahan. Lu Leng cepat-cepat berkata, "Bukan karena itu!"

Cit Sat Sin Kun-Tam Sen dan Seh Cing Hua saling memandang, kemudian berkata, "Kalau begitu, apa permintaanmu?"

Lu Leng menyahut, "Mengenai urusan Lorong Rahasia itu, harus aku yang kesana!"

Ketika Tam Sen dan Seh Cing Hua baru mau bersuara, sudah didahului oleh Tam Ek Hui dan Han Giok Shia, "Saudara Lu, mengenai urusan itu harus kami yang melaksanakannya!"

Lu Leng menyahut sungguh-sungguh, "Tidak, itu adalah urusanku! Lagi-pula kedua orang-tuaku mati di tangan Liok Ci Khim Mo...."

Sebelum Lu Leng usai berkata, Han Giok Shia sudah memutuskannya, "Tidak bisa! Apakah ayah dan adikku bukan mati di tangan Liok Ci Khim Mo? Mengapa aku tidak boleh ke sana?"

Lu Leng ingin mengatakan sesuatu, namun Cit Sat Sin Kun-Tam Sen sudah berkata dengan suara dalam, "Jangan ribut!"

Lu Leng dan Han Giok Shia melihat wajah Cit Sat Sin Kun-Tam Sen agak gusar. Mereka berdua pun langsung diam.

Sedangkan Cit Sat Sin Kun-Tam Sen menjulurkan tangannya menepuk bahu Seh Cing Hua, kemudian berkata perlahan, "Urusan ini justru berada di bahu kita berdua, tiada urusan dengan mereka semua!"

Lu Leng dan Han Giok Shia berseru serentak, "Paman Tam!"

Wajah Cit Sat Sin Kun-Tam Sen berubah. “Apakah kalian berdua tidak mau mendengar perkataanku?"

Lu Leng melirik ke arah Tam Goat Hua, sepertinya ia menyalahkan gadis itu karena tidak mau mendengar perkataannya sehingga Cit Sat Sin Kun-Tam Sen yang akan berangkat ke Lorong Rahasia! Ketika melihat Lu Leng meliriknya dengan cara begitu, Tam Goat Hua pun mengangkat bahunya sedikit, pertanda apa boleh buat! Suasana di dalam kedai teh berubah hening, tiada seorang pun yang bersuara.

Mendadak terdengar suara langkah di kejauhan yang berjalan mendekat menuju ke kedai teh itu. Seketika hati Cit Sat Sin Kun-Tam Sen dan yang lainnya tersentak kaget. Perlu diketahui, kedai teh yang berada di persimpangan jalan terletak tidak begitu jauh dari istana Ci Cun Kiong. Setelah hujan deras tadi, tidak mungkin ada orang biasa melakukan perjalanan di tengah malam dan di bawah curahan hujan. Lagi-pula suara langkah itu amat cepat, pertanda yang datang adalah orang yang berkepandaian tinggi. Semuanya khawatir itu adalah jago tangguh dari istana Ci Cun Kiong!

Berselang sesaat, langkah kaki itu sudah berada di depan kedai teh. Perasaan Cit Sat Sin Kun-Tam Sen dan yang lainnya semakin tercekam.

"Kreeek!" pintu kedai teh terbuka.

Tampak seseorang memakai mantel rumput dan topi rumput lebar berjalan ke dalam dengan kepala tertunduk. Wajah orang itu tertutup oleh topi rumput lebar sehingga wajahnya tidak dapat dilihat dengan jelas. Ketika masuk orang itu sama sekali tidak mendongakkan kepala, ia hanya sedikit menggoyangkan badannya agar butiran-butiran air hujan jatuh dari mantel rumputnya, lalu berjalan ke sudut dan duduk di situ.

Cit Sat Sin Kun-Tam Sen dan lainnya saling memandang, kemudian menengok ke arah pintu. Di luar sunyi senyap, tidak tampak adanya orang lain. Mereka melihat hanya seorang yang muncul. Walau gerak gerik orang ini amat misterius, namun kelihatannya bukan dari istana Ci Cun Kiong! Lagi-pula mereka pun tidak akan takut padanya, sebab mereka berjumlah enam orang. Kecuali Liok Ci Khim Mo yang datang dengan membawa harpa Pat Liong Khim, barulah mereka akan merasa takut! Mereka berenam memandang ke arah orang itu.

Han Giok Shia yang tidak sabaran langsung memukul meja seraya membentak, "Sobat! Siapa kau?"

Orang itu tidak menyahut, ia memutar badan dengan punggung menghadap mereka. Han Giok Shia segera bangkit berdiri, namun Cit Sat Sin Kun-Tam Sen langsung memberi isyarat, maka gadis itu cepat-cepat duduk kembali.

Lu Leng berkata dengan suara rendah, "Perkataan Paman Tam tadi...."

Cit Sat Sin Kun-Tam Sen langsung membentak, "Jangan banyak bicara! Siapa berani tidak mendengar perkataanku?"

Lu Leng, Tam Ek Hui, Tam Goat Hua dan Han Giok Shia berempat selama ini tidak pernah melihat Cit Sat Sin Kun-Tam Sen sedemikian gusar. Seketika mereka berempat jadi tertegun, saling memandang serta tidak berani bersuara lagi. Suasana di kedai teh kembali hening.

Mendadak orang yang memakai mantel rumput itu berkata, "Aku!"

Walau orang itu cuma mengucapkan sepatah kata, namun justru amat mengejutkan semua orang! Sebab tadi Cit Sat Sin Kun-Tam Sen berkata, ‘Siapa berani tidak mendengar perkataanku?’ Orang itu langsung menyahut ‘Aku!’ Pertanda dia sengaja menentang Cit Sat Sin Kun-Tam Sen. Meski pun orang itu telah mengeluarkan suara, namun semua orang yang berada di situ tetap tidak tahu identitasnya.

Tiba-tiba terdengar Seh Cing Hua tertawa panjang. "Bagus sekali! Makin tua makin tak berguna, bahkan menyamar pula untuk menakuti orang!"

Begitu Seh Cing Hua berkata, Cit Sat Sin Kun-Tam Sen pun tersentak sadar. Segera ia berkata dengan girang, "Saudara Tong Hong, kau ya?"

Tampak orang itu membalikkan badannya per-lahan-lahan, lalu mengangkat sedikit topi rumputnya. Walau cuma mengangkat sedikit, namun cukup untuk melihat jelas wajah orang itu! Padahal Lu Leng sudah hampir memanggil guru padanya, tapi ketika topi rumput itu terangkat sedikit, seketika semua orang jadi terperangah! Rambut, alis dan jenggot orang itu sudah memutih, ternyata sudah berusia lanjut. Sedangkan Lu Leng dan Tam Goat Hua segera mengenali orang tua itu, ia tidak lain adalah Kou Hun Siu! Cit Sat Sin Kun-Tam Sen suami isteri, dulu juga pernah bertemu Kou Hun Siu beberapa kali. Ketika menyaksikan air muka Lu Leng dan Tam Goat Hua yang berubah hebat itu, mereka berdua pun lantas mengenalinya!

Kou Hun Siu tertawa gelak. "Hahaha! Kalian semua sudah ke mari!"

Cit Sat Sin Kun-Tam Sen segera bertanya, "Kou Hun Siu, di mana saudara Tong Hong?"

Seketika di wajah Kou Hun Siu tersirat kebencian. Ia menyahut dengan sengit, "Setelah kalian pergi, dia pun tidak akan tunggu lama!"

Seh Cing Hua tertawa nyaring. "Kou Hun Siu, berdasarkan tenagamu seorang kau ingin bergebrak dengan kami, bukankah hanya bermimpi?"

Kou Hun Siu tertawa gelak lagi. Mendadak dia mengibaskan tangannya, ternyata dia telah melancarkan sebuah pukulan. Tetapi pukulan itu bukan diarahkan pada orang yang ada di dalam kedai, melainkan diarahkan pada sebuah jendela sehingga daun jendela itu terbang jauh sekali. Setelah itu Kou Hun Siu pun menunjuk ke luar seraya berkata, "Kalian lihat!"

Semua orang segera memandang ke luar jendela, tampak begitu banyak bayangan, kira-kira dua tiga puluh orang. Kou Hun Siu melancarkan sebuah pukulan lagi ke arah jendela lain, daun jendela itu terbang entah kemana. Semua orang memandang ke sana, terlihat lebih banyak bayangan di sana, kira-kira seratus orang lebih telah mengurung kedai teh itu! Setelah menyaksikan itu, Cit Sat Sin Kun-Tam Sen suami isteri dan lainnya segera bangkit berdiri.

Namun Kou Hun Siu tertawa seraya berkata, "Sudah terlambat!"

Mendadak Cit Sat Sin Kun-Tam Sen membentak keras. Sebelum suara bentakannya sirna dia sudah melancarkan sebuah pukulan. Pukulan itu adalah salah satu jurus dari ilmu pukulan Cit Sat Sin Ciang, yaitu Thian Pheng Te Liak (Langit Runtuh Bumi Retak)! Dapat dibayangkan betapa dahsyatnya pukulan itu! Dan pada saat yang sama Seh Ciang Hua juga membentak nyaring sekaligus melancarkan sebuah pukulan. Kedua pukulan mereka itu menyatu sehingga bertambah dahsyat sekali!

Tampak Kou Hun Siu berkelebat ke samping, dengan terpaksa dia balas menyerang dengan sebuah pukulan pula.

"Bum!" terdengar suara benturan dahsyat. Badan Kou Hun Siu terpental membentur dinding kedai teh. Akhirnya kedai teh itu pun roboh!

Cit Sat Sin Kun-Tam Sen segera berkata, "Berpencar menerjang ke luar!"

Sementara hujan turun semakin deras! Ketika kedai teh itu roboh, tampak tujuh sosok bayangan mencelat ke luar di bawah curahan hujan. Orang-orang yang mengurung di luar langsung berteriak-teriak begitu melihat tujuh sosok bayangan itu mencelat ke luar. Kemudian terdengar pula suara senjata beradu yang memekakkan telinga, tampak berbagai macam senjata berkelebat-kelebat di bawah hujan deras. Mendadak Seh Cing Hua mengibaskan tangannya.

"Bum! Bum! Bum!" terdengar suara ledakan tiga kali, tampak pula cahaya yang bergemerlapan menyambar ke sana-sini.

Orang-orang yang mengurung mereka berjumlah seratus lebih, hampir separuhnya mengeluarkan suara jeritan. Seketika suasana jadi kacau balau. Mereka berenam membagi tiga jalan menerjang ke luar! Di saat bersamaan terdengar pula suara derap kaki kuda yang amat kencang sekali, menyusul terdengar suara seruan.

"Bu Lim Ci Cun, Liok Ci Khim Mo telah tiba!"

Seusai suara seruan itu mendadak terdengar suara denting tiga kali. Suara itu bagaikan deruan ribuan kuda, menekan suara hujan dan suara pertarungan! Setelah melempar senjata rahasia yang bisa meledak itu, Seh Cing Hua dan lainnya hanya berhasil menerobos beberapa depa. Mereka masih belum terluput dari kepungan orang-orang itu. Ketika mendengar suara harpa Pat Liong Khim, hati mereka menjadi tergoncang keras!

Setelah itu orang-orang yang mengepung mereka pun berpencar. Terlihat seekor kuda berpacu mendatangi arah mereka. Orang yang menunggang kuda putih itu tidak lain adalah Liok Ci Khim Mo, sepasang tangannya membawa harpa Pat Liong Khim! Jari tangannya terus memetik tali senar harpa itu, membuat wajah Cit Sat Sin Kun-Tam Sen suami isteri, Lu Leng dan yang lainnya berubah hebat, badan pun mulai sempoyongan, dan akhirnya roboh satu persatu!

Setelah mereka berenam roboh, nada suara harpa itu pun berubah. Ternyata Liok Ci Khim Mo mulai memainkan nada ‘Menyerang Ke dalam Hati’, itu merupakan salah satu nada yang amat lihay dalam Pat Liong Thian Im. Dulu di puncak Sian Jin Hong, gunung Bu Yi San, para pesilat tangguh saling membunuh, termasuk Thian Hou-Lu Sin Kong, Ang Eng Leng Long dan lainnya, karena terpengaruh oleh Pat Liong Thian Im pada nada ‘Menyerang Ke dalam Hati’. Walau mereka berenam memiliki lweekang tinggi, namun lama kelamaan tidak kuat bertahan juga.

Sementara hujan pun sudah reda. Mendadak tampak Tam Ek Hui dan Han Giok Shia bangkit berdiri, sepasang mata mereka berapi-api dan saling memandang. Han Giok Shia memekik aneh, kemudian tangannya bergerak menyerang Tam Ek Hui! Serangannya itu merupakan ilmu Thay Im Ciang, ilmu peninggalan Pian Liong Sian Po di pulau Hek Ciok To. Jurus Giok Thou Yang Yok (Kelinci Giok Menyebarkan Obat) dikeluarkannya untuk menyerang Tam Ek Hui! Ilmu Thay Im Ciang Hoat menggunakan tenaga lunak untuk memperoleh kemenangan, namun kini Han Giok Shia telah terpengaruh nada Thian Liong Pat Im, maka dia menyerang Tam Ek Hui dengan sepenuh tenaga! Sedangkan Tam Ek Hui langsung menangkis dengan jurus Hai Kou Ciok Lan (Laut Lapuk Batu Berlubang).

"Blam!" kedua pukulan itu beradu, menimbulkan suara yang amat dahsyat.

Masing-masing pun mundur selangkah. Setelah mundur selangkah, mereka berdua pun mulai saling serang-menyerang lagi.

"Plak! Plak! Plak! Plak...!"

Tak terasa mereka sudah saling serang-menyerang tujuh delapan jurus, kelihatannya mereka berdua bertarung mati-matian! Walau pun kepandaian mereka seimbang, tapi tidak sampai dua ratus jurus mereka pasti akan roboh terluka parah! Makin lama pertarungan Han Giok Shia dengan Tam Ek Hui semakin sengit. Ketika bertarung hingga dua puluh jurus lebih, mendadak terdengar Lu Leng dan Tam Goat Hua memekik aneh sambil mencelat ke atas.

Badan mereka berada di udara. Lu Leng langsung menyerang Tam Goat Hua dengan jurus It Ci Keng Thian (Satu Jari Mengejutkan Langit), sedangkan Tam Goat Hua cepat-cepat balas menyerang dengan jurus Pao Lo Ban Siang (Segala Galanya Masuk Ke dalam Jala).

"Blam!" terdengar suara benturan dahsyat.

Lu Leng dan Tam Goat Hua terpental beberapa depa jauhnya. Mereka berdua cepat-cepat meloncat bangun, kemudian maju lagi saling serang-menyerang dengan sengit! Saat itu Cit Sat Sin Kun-Tam Sen dan Seh Cing Hua masih terus mengerahkan hawa murni untuk melawan Thian Liong Pat Im, namun mereka pun masih dapat mengetahui apa yang telah terjadi di sekitarnya. Padahal berdasarkan lweekang yang mereka miliki, mereka masih bisa bertahan selama setengah jam. Tapi ketika mereka melihat Lu Leng, Tam Goat Hua, Han Giok Shia dan Tam Ek Hui saling serang-menyerang secara mati-matian, timbullah rasa cemas di dalam hati.

Betapa lihaynya Thian Liong Pat Im! Begitu perhatian mereka pecah, Thian Liong Pat Im pun langsung menyerang ke dalam hati mereka! Hal ini membuat kesadaran mereka jadi kacau sehingga muncul bayangan-bayangan dalam khayalan, seolah-olah melihat Liok Ci Khim Mo duduk di hadapan mereka tanpa membawa harpa Pat Liong Khim. Tam Sen langsung membentak keras, kemudian menerjang ke arahnya! Sesungguhnya yang dilihat Tam Sen bukanlah Seh Cing Hua isterinya, melainkan Liok Ci Khim Mo! Begitu pula Seh Cing Hua. Yang dilihatnya bukan Tam Sen suaminya, melainkan adalah Liok Ci Khim Mo!

Mereka saling menerjang sekaligus melancarkan pukulan pula! Pukulan mereka beradu, membuat mereka mundur dua langkah, kemudian maju lagi bertarung mati-matian! Mereka berenam jadi tiga pasang, bertarung dengan sengit, sepenuh tenaga dan mati-matian. Kelihatannya tidak lama lagi, Tam Ek Hui dan Han Giok Shia akan terluka parah. Namun di saat bersamaan terdengar dua kali suara ledakan di kejauhan.

"Bum! Bum!" suara ledakan itu amat dahsyat sehingga sulit diuraikan dengan kata-kata, seakan bumi pun ikut tergoncang!

Setelah suara ledakan itu sirna, semua orang merasa di depan mata jadi terang benderang. Mereka langsung memandang ke arah sumber suara dan tampak dua cahaya api meluncur ke atas langit! Menyusul terdengar lagi suara ledakan-ledakan. Walau tidak sedahsyat ledakan tadi, namun cukup memekakkan telinga hingga mendengung-dengung! Kemudian terdengar suara seruan yang gugup dan panik, bahkan saling susul menyusul.

"Celaka! Di istana Ci Cun Kiong terjadi sesuatu! Istana Ci Cun Kiong terjadi sesuatu!"

Liok Ci Khim Mo langsung memekik aneh. Seketika dia berhenti memetik tali senar harpa Pat Liong Khim, lalu membalikkan kudanya berlari pergi.

Tapi sekonyong-konyong terdengar suara seruan Kou Hun Siu. "Ci Cun, lebih baik membasmi mereka berenam dulu agar tidak jadi penyakit di kemudian hari!"

Kuda tunggangan Liok Ci Khim Mo sudah berlari tujuh delapan depa, namun Liok Ci Khim Mo masih sempat membentak. "Kentut!"

Kuda itu terus berlari, tahu-tahu sudah dua tiga puluh depa jauhnya. Para anak buah begitu melihat Liok Ci Khim Mo pergi, mereka pun segera mengikutinya dari belakang! Sesungguhnya Kou Hun Siu ingin membunuh Cit Sat Sin Kun-Tam Sen dan yang lainnya, tapi tidak bisa. Karena begitu suara harpa Pat Liong Khim berhenti, Cit Sat Sin Kun-Tam Sen dan lainnya pun telah pulih kesadaran mereka. Akhirnya Kou Hun Siu pun segera melesat pergi!

Setelah kesadaran mereka berenam pulih, merekapun melihat api membubung tinggi ke atas langit di tempat yang lima enam puluh mil jauhnya. Bahkan juga melihat para anak buah Liok Ci Khim Mo yang berlari menuju ke istana Ci Cun Kiong. Mereka berenam segera mengejar, sekaligus membunuh para anak buah Liok Ci Khim Mo! Han Giok Shia makin bersemangat. Ketika dia baru mau mengejar lagi, mendadak Cit Sat Sin Kun-Tam Sen mencegahnya.

“Tunggu! Oh ya, di mana Kou Hun Siu?"

Seh Cing Hua menyahut, "Tua bangka itu amat licik, mungkin dia sudah kabur duluan!"

Cit Sat Sin Kun-Tam Sen memandang ke depan. Api yang membubung tinggi itu justru terjadi setelah suara ledakan reda. Tampak asap mengepul tinggi.

Cit Sat Sin Kun-Tam Sen terus memandang ke arah sana, lalu berkata, "Tadi aku masih dengar suara Kou Hun Siu. Dia mengusulkan pada Liok Ci Khim Mo agar membunuh kita duluan! Tapi Liok Ci Khim Mo malah membentaknya. Andai istana Ci Cun Kiong musnah dilalap api, mungkin Liok Ci Khim Mo tidak akan begitu mempedulikannya. Tapi tadi dia lari tergesa-gesa. Karena apa?"

Lu Leng menyahut, "Tadi begitu banyak orang, namun tidak tampak Oey Sim Tit. Aku pernah dengar dari Kou Hun Siu, Oey Sim Tit dikurung di dalam istana Ci Cun Kiong. Liok Ci Khim Mo pergi tergesa-gesa tentunya demi Oey Sim Tit!"

Cit Sat Sin Kun-Tam Sen manggut-manggut. "Masuk akal perkataanmu!"

Seh Cing Hua segera berkata, "Kita ikut ke sana melihat-lihat, siapa tahu kita akan memperoleh ikan di air keruh!"

Cit Sat Sin Kun-Tam Sen mengangguk. "Betul! Tapi kita harus berhati-hati, jangan sampai terjadi apa-apa lagi! Kalian harus ingat itu!"

Kejadian tadi nyaris membuat nyawa mereka melayang, tentunya kali ini mereka akan bertindak jauh lebih hati-hati! Mereka berenam lalu melesat ke depan, jarak lima enam puluh mil ditempuh mereka dalam waktu singkat karena mereka menggunakan ilmu ginkang. Ketika mendekati tempat tujuan, tampak api masih menyala, asap pun terus membubung tinggi dari empat penjuru. Istana Ci Cun Kiong yang besar dan mewah itu sudah dilalap api dari empat penjuru.

Tampak lima enam ratus orang berlari kesana-kemari, suasana pun jadi kacau balau! Sedangkan Liok Ci Khim Mo yang duduk di punggung kuda, menubruk ke kiri menubruk ke kanan! Terlihat Kou Hun Siu berdiri di sebuah pilar yang roboh, bersiul panjang, kemudian berseru.

"Bu Lim Ci Cun tiba, harap semua tenang!"

Saat ini api masih menyala dan suara ledakan masih terdengar, ditambah suara ratusan orang berteriak-teriak. Kalau pun ada orang berseru dalam keadaan demikian, tentunya tidak akan terdengar. Akan tetapi lweekang Kou Hun Siu amat tinggi, begitu dia berseru sudah terdengar oleh semua orang. Seketika suasana jadi hening.

Kou Hun Siu segera berseru lagi, "Siapa yang berhasil menyelamatkan tuan muda Oey, tidak perduli bagaimana kedudukannya di dunia persilatan, pasti akan memperoleh kedudukan tertinggi di istana Ci Cun Kiong! Hanya di bawah satu orang, di atas ribuan orang! Perkataan yang telah dikeluarkan Ci Cun, takkan ditelan kembali!"

Seusai Kou Hun Siu berseru, ramai lagi suara orang.

Cit Sat Sin Kun-Tam Sen berkata dengan suara rendah, “Ternyata memang benar demi anaknya itu!"

Seh Cing Hua mengerutkan kening seraya berkata, "Heran, siapa yang membakar istana Ci Cun Kiong?"

Tam Ek Hui menyahut, "Mungkin Oey Sim Tit sendiri. Dia tahu kita dalam bahaya, maka dia membakar istana Ci Cun Kiong untuk menyelamatkan kita!"

Tam Goat Hua menggeleng-gelengkan kepala. "ltu tidak mungkin sama sekali! Liok Ci Khim Mo tahu bagaimana hati Oey Sim Tit terhadap kita, lagi-pula dia telah dikurung, tentunya tidak mungkin dia menyelamatkan kita dengan cara ini!"

Cit Sat Sin Kun-Tam Sen manggut-manggut. "Masuk akal apa yang dikatakan Goat Hua! Lihat dua semburan api tadi yang begitu besar, dalam sekejap sudah membakar seluruh istana Ci Cun Kiong! Mungkin rencana untuk membakar istana Ci Cun Kiong ini sudah dipersiapkan beberapa hari lalu, dan baru sekarang dilaksanakan! Tepat pada saat kita dalam bahaya!"

Seh Cing Hua mengangguk. "Betul! Dua semburan api itu paling sedikit harus menggunakan belasan kati bahan peledak dan bahan api! Walau sesudah hujan deras, namun api masih menyala begitu hebat. Pasti ada orang yang menaruh bahan peledak dan bahan api di empat penjuru istana Ci Cun Kiong!"

Lu Leng menghela nafas panjang. "Siapapun dia, yang jelas telah menyelamatkan kita, bahkan juga memusnahkan istana Ci Cun Kiong, memberi pukulan hebat pada Liok Ci Khim Mo! Tapi... saudara Oey Sim Tit juga akan mati hangus di dalam istana Ci Cun Kiong!" Sembari berkata Lu Leng pun teringat akan kebaikan-kebaikan Oey Sim Tit sehingga wajahnya pun jadi murung!

Han Giok Shia berkata, "Oey Sim Tit amat menyayangi ayahnya, tentunya tidak akan berakhir dengan baik! Memang lebih baik dia mati begitu saja agar kelak dia tidak menderita!"

Walau pun berkali-kali mereka nyaris mati di bawah Thian Liong Pat Im, namun dalam hati masing-masing tetap bertekad membasmi Liok Ci Khim Mo! Sedangkan Oey Sim Tit adalah anak kandung Liok Ci Khim Mo. Apabila kelak Liok Ci Khim Mo dibasmi, otomatis akan membuat Oey Sim Tit amat menderita sekali. Karena itu mereka berpikir lebih baik bila Oey Sim Tit mati sekarang! Mereka berenam terdiam.

Berselang sesaat barulah Han Giok Shia berkata, "Kalau begitu kita pun sulit memperoleh Busur Api itu!"

Cit Sat Sin Kun-Tam Sen menyahut, "Setelah memperoleh Panah Bulu Api barulah membicarakan tentang Busur Api itu!"

Seh Cing Hua tampak termangu. Lama sekali barulah dia membuka mulut, "Tindakan orang yang memusnahkan istana Ci Cun Kiong sungguh memuaskan, membuat orang kagum dan salut padanya! Meski pun kita tidak dapat menduga siapa orang itu, namun apa yang kita alami malam ini justru amat mencurigakan sekali !"

Cit Sat Sin Kun-Tam Sen segera menyahut, "Bukankah mengenai pertemuan kita di kedai teh itu seharusnya tidak diketahui orang luar?"

Seh Cing Hua manggut-manggut. "Betul! Lihat Kou Hun Siu dan Liok Ci Khim Mo membawa seluruh jago tangguh istana Ci Cun Kiong. Sudah jelas mereka tahu akan pertemuan kita hari ini dan mereka ingin membasmi kita semua!"

Cit Sat Sin Kun-Tam Sen mengerutkan kening. "lni sangat mengherankan! Urusan ini tidak seharusnya diketahui oleh orang luar!"

Seh Cing Hua manggut-manggut. "Benar! Lagi-pula tidak mungkin salah satu di antara kita akan menjual informasi ini kepada Liok Ci Khim Mo, hanya... Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek yang belum kemari!"

Cit Sat Sin Kun-Tam Sen segera berkata, "Cing Hua, jangan omong ngawur! Mana mungkin saudara Tong Hong akan berbuat begitu?"

Baru saja Cit Sat Sin Kun-Tam Sen usai berkata, mendadak terdengar suara tawa di belakang mereka, lalu berkata, "Saudara Tam, perkataanmu salah! Tentang pertemuan hari ini, memang aku yang memberitahukan kepada Kou Hun Siu!"

Begitu mendengar ada suara di belakang, mereka berenam segera membalikkan badan. Tampak Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek berjalan ke luar dari semak-semak.

Lu Leng langsung berseru, "Guru!"

Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek mendekatinya, sekaligus menepuk bahunya seraya berkata, "Anak Leng, aku sudah tahu semua itu, tidak usah dikatakan lagi!"

Lu Leng tahu yang dimaksudkan Tong Hong Pek adalah urusannya dengan Tam Goat Hua. Dia manggut-manggut tak bersuara lagi.

Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek tertawa sambil menggeleng-gelengkan kepala, kemudian menegur mereka, "Sungguh besar nyali kalian, masih berani kemari menonton keramaian?"

Seh Cing Hua tertawa gelak. Ia lalu menyahut, "Bagus sekali! Kesaktianmu makin lama makin hebat, bagaimana caranya kau melepaskan api itu?"

Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek berkata, "Kalau dibocorkan sudah pasti tidak berharga lagi. Tujuh delapan hari lalu aku berhasil lolos dari kejaran Kou Hun Siu. Sengaja pula membiarkan agar dia tahu tempat dan waktu pertemuan kita! Nah, Kou Hun Siu mengira memperoleh rahasia besar, maka begitu tiba di istana Ci Cun Kiong, dia langsung menggunakan siasat supaya kaum rimba persilatan tidak mengetahui akan kehadirannya di istana Ci Cun Kiong, karena ingin membasmi kita semua!"

Seh Cing Hua tertawa cekikikan. "Sungguh bagus sekali!"

Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek berkata lagi, "Justru dalam beberapa hari itu aku terus membeli bahan peledak dan bahan api, kusembunyikan di suatu tempat dekat istana Ci Cun Kiong. Hari ini mereka keluar semua, aku cepat-cepat memindahkan bahan peledak dan bahan api ke dalam istana Ci Cun Kiong. Hanya dengan sebuah obor, lalu membawakan hasil yang amat memuaskan!"

Seh Cing Hua berkata sungguh-sungguh, "Memang bagus sekali pekerjaanmu. Hanya ada satu hal yang tidak benar, lho!"

Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek tertawa. "Apakah aku terlambat turun tangan sehingga membuat kalian hampir celaka? Dan kalau Liok Ci Khim Mo tidak segera kembali ke istana Ci Cun Kiong, malah aku yang akan mencelakai kalian semua?"

Cit Sat Sin Kun-Tam Sen menyahut, "Bukan begitu. Hanya saja api yang kau lepaskan itu justru telah mencelakai seseorang yang baik!"

Mendengar itu Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek tertawa gelak, kemudian berkata dengan serius, "Saudara Tam, kau anggap aku orang macam apa?"

Wajah Cit Sat Sin Kun-Tam Sen tampak berseri. "Saudara Tong Hong, apakah kau telah menyelamatkan Oey Sim Tit?"

Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek manggut-manggut. "Tentu!"

Begitu mendengar Oey Sim Tit selamat, Lu Leng dan lainnya jadi girang bukan main!

Seh Cing Hua berkata, "Kalau begitu, kau pasti sudah memperoleh Busur Api itu, kan?"

Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek menggelengkan kepala. "Tidak! Aku justru ingin bertanya pada kalian, apakah sudah memperoleh Panah Bulu Api?"

Lu Leng menyahut, "Belum, karena Panah Bulu Api tersimpan di Lorong Rahasia istana Mo Kiong di Gunung Tangkula San!"

Mendengar itu Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek jadi melongo. Ia lalu bertanya, "Apa pula yang terjadi?"

Lu Leng merogoh ke dalam bajunya, mengeluarkan surat peninggalan Thian Sun Sianjin, lalu diberikan kepada Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek. Setelah membaca surat tersebut, barulah Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek tahu akan hal itu.

Segera Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek berkata, "Kalian semua ikut aku, lihat siapa di antara kalian yang dapat menundukkan Oey Sim Tit agar dia bersedia menyerahkan Busur Api pada kita! Mengenai ketujuh batang Panah Bulu Api itu adalah urusanku!"

Cit Sat Sin Kun-Tam Sen menyahut, "Apa katamu?"

Lu Leng juga menyelak, "Guru tidak usah kesana, biar aku saja!"

Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek memandang Tam Sen, kemudian memandang Lu Leng dan mendadak tertawa gelak, "Kalian berdua sudah memperoleh apa yang diinginkan. Tentang urusan ini, apakah tidak boleh diserahkan padaku?"

Begitu mendengar perkataan Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek, Cit Sat Sin Kun-Tam Sen dan Lu Leng pun langsung diam, tidak bisa berkata apa-apa lagi. Walau perkataan Tong Hong Pek tidak begitu jelas, namun mereka berdua paham akan maksudnya! Maksud Tong Hong Pek adalah mengenai kejadian dua puluh tahun yang lampau. Dia mati-matian mencintai Seh Cing Hua, namun Seh Cing Hua justru jatuh ke dalam pelukan Cit Sat Sin Kun-Tam Sen. Dua puluh tahun kemudian, dia jatuh cinta pada Tam
Goat Hua, akhirnya hanya merupakan suatu impian kosong belaka!

Seh Cing Hua segera bertanya, "Tong Hong Pek, kau membenciku?"

Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek tersenyum seraya menyahut, "Asal kau tidak melarangku pergi mengambil Panah Bulu Api, untuk apa aku membencimu?"

Lu Leng ingin mengatakan sesuatu, namun Tam Goat Hua cepat-cepat memberi isyarat kepadanya, maka Lu Leng pun jadi diam! Sementara di istana Ci Cun Kiong masih tampak kacau balau, tiada seorang pun memperhatikan mereka yang berada di tempat tak jauh itu. Setelah menyaksikan kekacauan itu sejenak, barulah Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek mengajak mereka bersama-sama pergi dari tempat itu.

Setelah berjalan kira-kira tiga mil sampailah mereka di sebuah lembah. Mereka bertujuh menuju ke sebuah goa yang ditutupi dengan sebuah batu besar. Begitu sampai di depan goa, Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek segera mendorong batu besar itu hingga tergeser ke samping. Seketika tampak sesosok bayangan melesat ke luar laksana kilat, sulit diuraikan dengan kata-kata! Kalau tidak secara kebetulan Seh Cing Hua berdiri tepat di depan goa menghadangnya serta bergerak cepat menangkap bayangan itu, walau mereka bertujuh berada di situ juga sulit menangkapnya! Di bawah sinar rembulan mereka langsung memandang ke arah orang yang tertangkap oleh Seh Cing Hua. Dia tidak lain adalah Oey Sim Tit!

Oey Sim Tit kelihatan gugup dan panik. Ia berteriak-teriak, "Lepaskan aku! Cepat lepaskan aku!"

Cit Sat Sin Kun-Tam Sen berkata, "Sim Tit, legakanlah hatimu, kami tidak akan mencelakaimu!"

Sebelah tangan Oey Sim Tit terus memegang dadanya. Ia berkata dengan suara gemetar, "Tidak bisa! Aku tidak bisa menyerahkan Busur Api pada kalian!"

Menyaksikan itu, semua orang tahu Busur Api itu berada pada Oey Sim Tit! Dalam keadaan begini, kalau salah seorang menjulurkan tangan pasti akan berhasil mengambil Busur Api tersebut! Tetapi mereka pun tahu, kalau mengambil Busur Api dengan cara paksa tentu Oey Sim Tit tidak dapat melawan, tapi dalam hatinya pasti menderita dan tersiksa sekali! Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek dan yang lainnya pernah menerima budi pertolongan Oey Sim Tit. Mereka semua sama sekali tidak ingin mengambil Busur Api itu secara paksa!

Cit Sat Sin Kun-Tam Sen berkata dengan lembut, "Sim Tit, kami hanya ingin bicara beberapa patah kata padamu, kau tidak berikan juga tidak apa-apa!"

Oey Sim Tit kelihatan tidak percaya. Dia bertanya, "Tam-cianpwee mau bicara apa padaku?"

Seh Cing Hua menghela nafas panjang. Ia mengendurkan tangannya seraya berkata perlahan-lahan, "Kita tidak usah membuang waktu, biar dia pergi saja!"

Ternyata Seh Cing Hua sudah tahu bahwa percuma membujuk Oey Sim Tit, sebab Oey Sim Tit pasti tidak akan memberikan Busur Api itu pada mereka. Maka ia segera melepaskan Oey Sim Tit! Tetapi Oey Sim Tit malah tidak segera pergi.

Cit Sat Sin Kun-Tam Sen berpikir sejenak. Ia kemudian berkata, "Sim Tit, aku ingin bertanya satu hal padamu!"

Oey Sim Tit segera berkata, "Silakan tanyakan saja, Tam-cianpwee!"

"Apakah kau masih ingat, mengapa kuberi nama ini padamu?"

Oey Sim Tit manggut-manggut. "Tentunya aku tidak akan lupa! Pada waktu itu aku tinggal di Istana Setan sebagai Budak Setan. Semua orang memandang rendah terhadap diriku. Hanya nona Tam dan saudara Lu yang menganggap sebagai kawan, sedangkan Tong Hong-tayhiap dan Tam-cianpwee juga amat memperhatikanku, maka memberi nama Sim Tit padaku!" Oey Sim Tit menyahut dengan setulus hati, dapat dibayangkan betapa kagum dan hormatnya terhadap beberapa pendekar budiman itu.

Cit Sat Sin Kun-Tam Sen berjalan mondar mandir sebentar. Setelah itu dia pun berkata, "Ternyata kau masih ingat. Aku memberi nama tersebut padamu karena tahu kau berhati jujur dan lurus, kau bukan orang yang berhati licik dan kejam!"

Oey Sim Tit mengangguk. "Aku tahu itu!"

Mendadak Han Giok Shia menyela dengan suara keras, "Kalau kau tahu mengapa kau tidak bersedia menyerahkan Busur Api pada kami?"

Oey Sim Tit membalikkan badannya. Ia memandang Han Giok Shia seraya berkata dengan sungguh-sungguh, "Nona Han, apakah seseorang yang menentang ayah kandungnya masih terhitung berhati jujur dan lurus?"

Ucapan Oey Sim Tit itu membuat Han Giok Shia terbelalak, tak mampu menyahut sama sekali.

Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek berkata dengan suara dalam, "Sim Tit, kau harus tahu satu hal. Ayahmu adalah seorang penjahat besar dan merupakan racun dalam rimba persilatan!"

Oey Sim Tit berkata, "Aku tahu itu! Tapi biar bagaimana pun dia tetap ayahku! Busur Api berada padaku, tapi aku tidak bisa memberikan pada kalian! Tidak bisa!"
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar