Harpa Iblis Jari Sakti Chapter 26

Si Nabi Setan-Seng Ling tahu, bahwa Cit Sat Sin Kun-Tam Sen tidak dapat menghalangi Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua menggunakan Kura-Kura Mayat menghisap hawa murninya, itu membuatnya amat ketakutan. Maka dia segera berkata, "Sesungguhnya amat sederhana sekali. Kemarin, ketika aku bersama putraku sedang dalam perjalanan, mendadak ada sebuah kereta mewah mengejar kami dari belakang. Kereta itu dihiasi dengan berbagai batu permata. Konon itu adalah kereta mewah milik Liok Ci Khim Mo. Ketika itu kami berdua amat terkejut, namun sudah tidak sempat menghindari....”

Berkata sampai di situ, semua orang yang berada di situ pun tertawa dingin, karena mereka tahu bagaimana sifat dan kelakuan si Nabi Setan-Seng Ling. Sifatnya suka menindas yang lemah, namun takut kepada yang kuat. Ketika melihat Liok Ci Khim Mo, entah bagaimana dia? Setiap orang sudah pasti tidak akan menceritakan keburukan masing-masing, begitu pula si Nabi Setan Seng Ling.

Hari itu ketika dia bersama putranya melakukan perjalanan, mendadak terdengar suara kereta menderu-deru mengejar mereka. Semula si Nabi Setan-Seng Ling tidak begitu menaruh perhatian, tapi suara kereta itu makin lama makin dekat, bahkan terdengar suara seruan.

"Orang yang di depan harap berhenti!"

Begitu mendengar seruan itu, si Nabi Setan-Seng Ling langsung tahu bahwa orang yang berseru itu pasti kaum rimba persilatan. Ketika itu dia merasa gusar tapi juga geli sebab orang yang berseru itu tidak mengenalinya, mungkin orang yang baru berkecimpung dalam rimba persilatan. Oleh karena itu dia ingin memberi pelajaran padanya.

Si Nabi Setan-Seng Ling memberi isyarat kepada putranya, kemudian mereka berdua berhenti. Si Nabi Setan-Seng Ling membalikkan badannya seketika merasa matanya silau. Setelah melihat jelas, tersentaklah hatinya. Ternyata tak jauh dari situ, tampak sebuah kereta mewah berhenti dan seorang berpakaian seperti pengurus rumah duduk di depan kereta mewah itu. Orang itu memegang sebuah pecut kuda. Kepalanya manggut-manggut ke arah mereka seraya berkata.

"Kalian berdua kemarilah!"

Padahal si Nabi Setan-Seng Ling tidak pernah berjumpa Liok Ci Khim Mo. Tapi sejak kejadian di puncak Sian Jin Hong di gunung Bu Yi San, kaum rimba persilatan yang mana pun kalau membicarakan Liok Ci Khim Mo, wajah mereka pasti berubah. Oleh karena itu, begitu melihat kereta mewah tersebut si Nabi Setan-Seng Ling sudah menduga, bahwa itu adalah kereta mewah kepunyaan Liok Ci Khim Mo. Maka ketika orang yang duduk di bagian depan kereta mewah menyuruh mengundang mereka, si Nabi Setan-Seng Ling sama sekali tidak berani melampiaskan kegusarannya.

Mereka berdua tertegun, kemudian si Nabi Setan Seng Ling memandang putranya, yang wajahnya sudah kelihatan menghijau. Akan tetapi si Nabi Setan-Seng Ling tetap bersabar. Kalau pihak itu bukan Liok Ci Khim Mo, barulah dia akan turun tangan. Setelah mengambil keputusan itu, barulah dia menghampiri orang tersebut.

"Ada petunjuk apa?" tanyanya.

Orang itu tersenyum. "Majikanku ingin bicara sejenak dengan Nabi Setan!"

Si Nabi Setan-Seng Ling tertegun karena orang itu tahu identitasnya, maka dia yakin orang itu bukan orang biasa. Karena itu, si Nabi Setan-Seng Ling tersenyum. "Majikanmu mau bicara apa denganku?" tanyanya.

Orang itu kembali tersenyum. “Tahukah kau siapa majikanku?"

Ketika si Nabi Setan-Seng Ling baru mau menjawab, mendadak terdengar suara tawa di dalam kereta mewah itu. "Hahaha! Kaum rimba persilatan menjuluki aku apa?"

"Anda memiliki ilmu Pat Liong Thian Im, maka kaum rimba persilatan menjuluki anda Liok Ci Khim Mo!" sahut si Nabi Setan-Seng Ling.

Orang yang di dalam kereta mewah tertawa lagi. "Hahaha! Liok Ci Khim Mo! Liok Ci Khim Mo! Cukup bagus julukan ini!"

Si Nabi Setan-Seng Ling bertanya, karena dia tidak tahu kenapa Liok Ci Khim Mo memanggilnya, "Maaf, dulu anda punya julukan apa?"

Pertanyaan tersebut disambut dengan suara denting harpa. Meski pun suara harpa itu tidak bernada tinggi, namun Si Nabi Setan-Seng Ling merasa dadanya seperti terhantam sebuah palu, padahal dia memiliki lweekang yang amat tinggi. Namun suara harpa itu justru membuatnya terhuyung-huyung dan kemudian jatuh duduk di tanah dengan wajah pucat pias. Kini si Nabi Setan-Seng Ling baru yakin bahwa yang di dalam kereta mewah itu memang Liok Ci Khim Mo.

Terdengar suara yang amat dingin dari dalam kereta mewah itu. "Kini aku adalah Liok Ci Khim Mo. Dulu siapa aku, kau tidak perlu bertanya!"

Si Nabi Setan-Seng Ling diam saja. Dia sudah tahu akan kelihayan Pat Liong Thian Im, maka tidak berani bertingkah, bahkan tak berani bersuara.

Berselang sesaat, orang di dalam kereta mewah itu berkata lagi, "Nabi Setan, di dalam Istana Setanmu terdapat seseorang yang memiliki Busur Api, apakah benar?"

Mendengar pertanyaan itu, si Nabi Setan-Seng Ling tercengang, karena mendadak Liok Ci Khim Mo bertanya tentang si Budak Setan. Setelah berpikir sejenak, barulah dia menjawab. "Tidak salah! Sudah lama sekali aku pernah menyelamatkan nyawa seorang anak yang tak punya nama mau pun marga, maka aku memanggilnya si Budak Setan."

"Bagaimana rupanya?" tanya Liok Ci Khim Mo.

"Amat buruk sekali!" sahut si Nabi Setan-Seng Ling.

Liok Ci Khim Mo seperti tertegun, setelah itu bertanya lagi. "Kini sudah berapa usianya?"

Si Nabi Setan-Seng Ling sungguh tak mengerti, kenapa Liok Ci Khim Mo yang menggemparkan rimba persilatan itu kini kelihatan amat memperhatikan si Budak Setan? Dia penuh keheranan, namun sama sekali tidak berani bertanya.

"Usianya kira-kira... dua puluh tiga tahun."

"Kini dia masih berada di Istana Setan?"

Si Nabi Setan-Seng Ling tertegun dan termangu-mangu, karena tiga tahun yang lalu si Budak Setan pergi bersama Tam Goat Hua dan hingga saat ini tiada kabar beritanya, maka dia tidak tahu harus bagaimana menjawabnya.

"Cepat beritahukan!" bentak Liok Ci Khim Mo.

"Tiga tahun yang lalu ia menghilang entah ke mana."

"Sama sekali tiada kabar beritanya?"

"Memang tidak ada,"

"Omong kosong! Busur Api itu merupakan pusaka dalam rimba persilatan, bagaimana mungkin tiada kabar beritanya? Jangan-jangan kau telah merebut Busur Api itu, lalu membunuhnya!"

"Hahaha! Anda terlampau memandang rendah jiwaku!"

Hening sejenak, lama sekali baru terdengar suara Liok Ci Khim Mo. "Kau mau ke mana sekarang?"

"Kami ayah dan anak mau ke Cing Yun Ling di Go Bi San."

Liok Ci Khim Mo seakan terkejut mendengar jawaban si Nabi Setan-Seng Ling itu. "Mengapa? Bukankah kau dengan Go Bi Pai tiada hubungan apa-apa?"

"Kini ketua baru Go Bi Pai aliran tidak menyucikan diri, yakni Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek akan menikah dengan Tam Goat Hua, putri Cit Sat Sin Kun, maka kami mau pergi jalan-jalan."

Ketika si Nabi Setan-Seng Ling berkata sampai di situ, mendadak putranya menyela, "Padahal sesungguhnya Tam Goat Hua akan menikah denganku."

Si Nabi Setan-Seng Ling terkejut bukan main. "Tutup mulutmu!" bentaknya.

"ltu urusan kecil, Nabi Setan Seng! Setelah kau pulang dari Go Bi San, harus mencari si Budak Setan! Kalau kau berhasil mencarinya, aku berani menjamin putramu pasti memperistri seorang gadis yang cantik jelita."

Ketika si Nabi Setan-Seng Ling baru mau mengucapkan terima-kasih, Liok Ci Khim Mo sudah berseru. "Jalan!"

Sang kusir segera mengayunkan pecutnya ke arah kuda penarik kereta, maka terdengar suara ringkikan kuda, dan tak lama kereta mewah itu pun meluncur ke depan. Si Nabi Setan-Seng Ling dan putranya termangu-mangu di tempat,

"Ayah! Liok Ci Khim Mo bersedia jadi comblangku!" ujar Seng Bou.

Si Nabi Setan-Seng Ling melotot sambil mendamprat putranya. "Diam! Jangan memikirkan yang bukan-bukan!"

Walau mendamprat putranya, si Nabi Setan-Seng Ling bergirang dalam hati karena nada pembicaraan Liok Ci Khim Mo tadi, sepertinya akan memberikannya suatu kebaikan apabila dia berhasil menemukan si Budak Setan itu! Namun rimba persilatan begitu luas, lagi-pula si Budak Setan memiliki ilmu ginkang yang amat tinggi. Harus ke mana mencarinya?

Si Nabi Setan-Seng Ling menggeleng-gelengkan kepala, lalu bersama putranya melanjutkan perjalanan. Dalam perjalanan mereka sudah bersepakat, kalau tiba di Cing Yun Ling mereka akan menggunakan nama Liok Ci Khim Mo untuk menekan semua orang. Dan alangkah baiknya jika Tam Goat Hua mau menikah dengan putranya.

Oleh karena itu, ketika mereka berdua tiba di ruang besar langsung bersikap angkuh. Namun mereka berdua rupanya tidak menyangka, Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua juga berada di situ. Akhirnya mereka berdua malah terluka. Begitulah si Nabi Setan-Seng Ling menceritakan tentang kejadian itu, dan tentu saja dia menutupi hal-hal yang mencemarkan nama baiknya, sehingga terkesan kalau Liok Ci Khim Mo menganggapnya sebagai teman. Seusai si Nabi Setan-Seng Ling bercerita, wajah semua orang tampak berubah tak menentu.

Cit Sat Kun-Tam Sen dengan wajah berubah serius langsung menghadap para tamu, "Hari ini pernikahan putriku...,"

Baru berkata sampai di situ, mendadak Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua sudah membentak. "Tua bangka! Pernikahan putriku, apakah kau yang memutuskannya?"

Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua mencelat ke atas menyambar selembar kertas yang menempel di dinding, bertulis sepasang huruf 'Hi' (Gembira).

"Jangan sok galak!" hardik Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek sambil menyambar sepasang sumpit gading, kemudian meluncurkannya ke arah punggung Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua.

Gerakan kedua orang itu amat cepat. Tampak lengan kanan Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua mengibas ke belakang. Sebatang sumpit gading berhasil ditangkapnya, kemudian dengan begitu tangkas menggunakan sumpit itu menangkis sumpit yang satu lagi.

“Plaak!” sumpit yang satu terpental ke tanah.

Sesungguhnya Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek tidak berniat melukai Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua, sebab dulu dia amat mencintainya. Kini dia mencintai Tam Goat Hua, karena gadis itu sedikit mirip Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua. Tadi Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek menyambit dengan sepasang sumpit gading, karena hanya ingin mencegah Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua merobek kertas merah yang menempel di dinding. Itu sebabnya dia hanya menggunakan lima bagian tenaga dalamnya, itu pun terlihat sangat dahsyat dan mengagumkan.

Maka dia tidak menyangka begitu gampang Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua menyambut sekaligus memukul jatuh sumpit yang lain. Ini menjadi bukti bahwa Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua sudah menguasai semua ilmu yang tercantum dalam Kitab Iblis, pantas dia begitu hebat. Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek tertegun ketika mendadak terdengar suara kertas dirobek. Ternyata Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua sudah merobek kertas merah itu.

Betapa gusarnya Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek mengetahui hal itu. Dengan wajah merah padam, dia mengeluarkan suara bentakan keras dan mengguntur. "Tok Ciu Lo Sat! Kau kira aku takut padamu?!"

Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua membalikkan badannya, lalu tertawa melengking nyaring. "Kau memang takut padaku! Beranikah bertarung denganku?”

Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek menyahut dengan suara dalam, “Tok Ciu Lo Sat, aku masih memandang muka saudara Tam, maka terus mengalah terhadapmu. Kalau kau sudah keterlaluan tak segan-segan aku turun tangan!"

Tok Ciu Lo Sat mendengus dingin. "Hm! Sungguh menggelikan. Aku dengan tua bangka itu sudah putus hubungan suami istri!"

Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek tertegun. Dulu, walau pernah gagal dalam percintaan sehingga membuatnya menderita beberapa tahun, namun dia justru memberi selamat kepada Tam Sen dan Seh Cing Hua ketika mereka berdua menikah. Dia memang sudah melihat, sepasang suami istri itu mempunyai ganjalan dalam hati, tapi tidak menyangka akan jadi serius begitu. Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek memandang Cit Sat Sin Kun-Tam Sen.

"Saudara Tong Hong, harap jangan turun tangan! Lebih baik kita merundingkan urusan yang amat penting itu!" ujar Cit Sat Sin Kun-Tam Sen.

Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua tertawa dingin. “Tong Hong Pek, sudah lama kita tidak berjumpa. Wajahmu tetap seperti dulu, entah bagaimana kepandaianmu? Dulu kau sering panggil aku kakak Cing, kenapa kini tidak memanggilku kakak Cing lagi?"

Giok Bin Sin Kun-Tong Hong menekan kegusarannya. Ketika Tok Ciu Lo Sat-Seng Cing Hua berkata begitu, membuatnya teringat akan masa lalu, dan wajah Seh Cing Hua yang cantik jelita. Akhirnya dia menghela nafas panjang, kemudian berkata pada Cit Sat Sin Kun-Tam Sen.

"Saudara Tam, kau mau bicara apa, bicaralah!"

Cit Sat Sin Kun-Tam Sen segera berkata, "Berdasarkan apa yang dikatakan si Nabi Setan-Seng Ling, kemungkinan besar Liok Ci Khim Mo akan ke mari."

Meski pun begitu singkat kata-kata Cit San Sin Kun-Tam Sen, namun membuat semua orang tersentak.

"Tam Tocu, kenapa kau begitu yakin?" tanya Yok Kun Sih bernada dingin.

Cit Sat Sin Kun-Tam Sen menyahut, "Tiga tahun lalu, Thian Hou Lu Sin Kong menerima titipan barang aneh. Itu adalah tujuan Liok Ci Khim Mo agar para jago tangguh rimba persilatan binasa oleh Pat Liong Thian Im, lalu Liok Ci Khim Mo akan menguasai rimba persilatan! Di puncak Sian Jin Hong dia memperdengarkan Pat Liong Thian Im, justru dikarenakan itu!" Cit Sat Sin Kun-Tam Sen berhenti sejenak, setelah itu baru melanjutkan, "Kini dia tahu banyak jago tangguh berkumpul di sini. Bagaimana mungkin dia tidak ke mari? Bagaimana menurutmu, Kun Sih?"

Yok Kun Sih manggut-manggut. "Ng...! Tidak salah apa yang kau katakan, tapi kenapa dalam waktu tiga tahun tiada kabar beritanya tentang Liok Ci Khim Mo?"

Cit Sat Sin Kun-Tam Sen tersenyum. "Hingga saat ini, aku pun tidak tahu itu."

Yok Kun Sih berkata lagi, "Menurut Tam Tocu, harus bagaimana kita menghadapinya?"

"Menurutku, bagi yang berkepandaian rendah, lebih baik sementara meninggalkan ruang ini. Kita memerlukan orang-orang berkepandaian tinggi. Setiap orang harus menyumbat lobang telinga dengan kain agar....”

Ucapan Cit Sat Sin Kun-Tam Sen terhenti karena mendadak saja Liat Hwe Cousu tertawa terbahak-bahak. "Hahaha! Sungguh menggelikan! Kalau lobang telinga bisa disumbat dengan kain agar tidak mendengar suara harpa itu, lalu apa gunanya Pat Liong Thian Im?"

Mendengar itu, Cit Sat Sin Kun-Tam Sen cuma tertawa hambar. Dulu dia bersifat berangasan. Setelah lama tinggal di pulau Hwe Ciok To, kini banyak perubahan bahkan menjadi sangat penyabar. Lain halnya dengan Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek. Dia langsung bertanya dengan dingin dan menatap ke arah Liat Hwe Cousu.

"Kalau begitu, bagaimana menurutmu?"

Liat Hwe Cousu menyahut dengan dingin pula, "Tunggu sampai dia datang, baru kita bicarakan. Jangan takut terlambat. Sekarang bayangannya saja belum kelihatan, kalian sudah ribut tidak karuan, bukankah itu amat menggelikan?"

Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek membentak gusar, "Kentut...!"

Air muka Liat Hwe Cousu langsung berubah. Mendadak dia bangkit berdiri, dengan ujung lengan jubahnya bergerak. Sementara Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek tetap menatapnya dengan tajam. Dia rupanya tahu kalau Liat Hwe Cousu akan menyerangnya.

Semua orang menduga, pertarungan hebat pasti tak terelakkan lagi. Namun mendadak terdengar suara orang memuji nama Sang Buddha di luar ruangan, dan tampak sesosok bayangan berkelebat. Seorang padri tua sudah berjalan ke dalam ruang besar itu. Orang tua itu tak lain Sui Cing Siansu, ketua Go Bi Pai aliran menyucikan diri. Tong Hong Pek tentu terkejut bukan main melihat kedatangan ketua Go Bi Pai ini. Dahulu para padri di Go Bi Pai tidak peduli ketika dirinya menikah dengan Tam Goat Hua, sebab ini tindakan manusia yang tak mau menyucikan diri. Maka Tong Hong Pek buru-buru menyambutnya.

"Ada urusan, Suheng?" tanya Tong Hong Pek.

Sui Cing Siansu maju selangkah dengan mata menatap Tong Hong Pek. "Ketika aku sedang bersemedi di dalam kamar, sayup-sayup terdengar suara harpa, nadanya mempengaruhi orang memikirkan yang bukan-bukan."

Tong Hong Pek terkejut bukan main. "Suara harpa?"

Sui Cing Siansu menyebut kebesaran nama Sang Buddha. "Omitohud! Tidak salah, itu pasti Pat Liong Thian Im!"

Tong Hong Pek menoleh ke arah Liat Hwe Causu sambil tertawa dingin. "Kini sudah datang, apa akalmu sekarang?"

Padahal sesungguhnya Liat Hwe Cousu juga amat terkejut dalam hati. Ketika berada di Sian Jin Hong Bu Yi San, Liat Hwe Cousu justru pergi duluan, maka terhindar dari petaka itu. Mengenai bagaimana kehebatan Pat Liong Thian lm, dia sama sekali tidak pernah merasakannya. Kini di hadapan banyak orang, tentunya tak ingin dia memperlihatkan kelemahan dirinya.

"Hahaha! Sampai di sini masih belum terlambat."

Si Walet Hijau-Yok Kun Sih bangkit berdiri seraya berkata, “Tuan Tong Hong, tidak usah mempedulikan orang gila itu! Kita rundingkan saja cara menghadapi Liok Ci Khim Mo!”

Liat Hwe Cousu langsung membentak gusar, "Siapa orang gila?!"

Sui Cing Siansu segera membalikkan badannya. "Siancai! Siancai! Musuh besar sudah berada di depan mata, sebaiknya kita jangan ribut!"

Liat Hwe Cousu tertawa dingin. "Biar kami Hwa San Pai pergi menghadapinya!"

Sekejap kemudian dia sudah berkelebat meninggalkan ruang besar.

Si Walet Hijau-Yok Kun Sih tertawa nyaring, lalu berkata, "Sungguh enak didengar, padahal ingin mengambil langkah seribu!"

Liat Hwe Cousu sudah melesat pergi. Namun ketika mendengar Yok Kun Sih berkata begitu, seketika dia kembali ke ruang besar. "Baik! Kita semua berjaga di sini. Siapa berani meninggalkan ruang besar ini, selanjutnya bila bertemu dalam rimba persilatan, boleh meludahinya!"

Begitu Liat Hwe Cousu mencetuskan itu, hati semua orang tertegun. Tadi ketika mendengar Liok Ci Khim Mo akan datang ke mari, sudah banyak orang bangkit berdiri. Namun kemudian duduk kembali karena tertekan oleh perkataan Liat Hwe Cousu. Saat ini berdasarkan apa yang dikatakan Sui Cing Siansu, ketika sedang bersemedi di dalam kamar di Tong Thian Hong, padri tua itu mendengar Pat Liong Thian Im. Itu pertanda Liok Ci Khim Mo sudah sampai di gunung Go Bi San!

Karena itu, sudah banyak orang mengambil keputusan meninggalkan tempat agar tidak tertimpa petaka. Namun begitu mendengar kata-kata Liat Hwe Cousu, orang-orang yang ingin pergi itu justru saling memandang. Mereka sudah tidak bisa pergi, karena apa yang dikatakan Liat Hwe Cousu tadi amat jelas sekali. ‘Siapa berani meninggalkan ruang besar ini, selanjutnya bertemu dalam rimba persilatan, boleh meludahinya’.

Nah! Kalau sekarang pergi begitu saja, apakah selanjutnya masih punya muka bertemu sesama kaum rimba persilatan? Soalnya juga menyangkut nama baik partai. Kaum rimba persilatan, bertarung dan saling membunuh kadang hanya karena membela nama. Maka sesaat di dalam ruang besar itu diselimuti ketegangan. Suasana hening, tak seorang pun mengucapkan kata-kata.

Di saat hening itu, telinga mereka tiba-tiba mendengar sayup-sayup suara denting harpa, kedengarannya di bawah gunung. Karena jaraknya masih terlalu jauh, suara harpa itu tidak mempengaruhi perasaan orang yang mendengarnya. Namun bagi yang memiliki lweekang dangkal, wajah mereka sudah berubah kemerah-merahan karena suara harpa itu bernada porno!

Sementara Liat Hwe Cousu sudah duduk sambil memejamkan mata. Kelihatannya dia mulai menghimpun hawa murni, sebab tak lama kemudian ubun-ubunnya mengebulkan uap putih. Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek memandang Liat Hwe Cousu sejenak, kemudian membalikkan badannya, dan menatap ke arah Tok-Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua.

“Tok Ciu Lo Sat, kau sembunyikan Goat Hua di mana?" tanyanya kepada Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua.

Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua menyahut dengan dingin, "Dia putriku, mengapa kau menanyakannya?"

Air muka Tong Pek berubah. "Kini musuh besar sudah berada di depan mata, sedangkan dia hanya seorang diri. Kalau bertemu Liok Ci Khim Mo, walau dia putrimu, tapi apakah Liok Ci Khim Mo akan melepaskannya?"

Mendengar itu, Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua tertegun. "Aku bawa dia ke sebuah lembah, tadi kusuruh Lu Leng pergi menengoknya!"

Betapa terkejutnya Tong Hong Pek ketika mendengar itu. Maka dia langsung membentak sengit dengan mata melotot tajam. "Sungguh?!" suara bentakan Tong Hong Pek mengguntur, sehingga mengejutkan semua orang yang berada di situ.

Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua juga menyahut dengan sengit. "Apa yang tidak sungguh? Kau sudah tua tapi ingin memperistri seorang gadis. Goat Hua dan Lu Leng merupakan pasangan yang serasi. Apa kau mau berebutan dengan muridmu sendiri?"

Wajah Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek merah padam. Dia mundur dua langkah, ketika itu terdengar suara berderak.

“Kreek! Kreek!” ternyata lantai yang diinjaknya telah pecah.

Matanya menatap Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua dengan tajam. "Kau tahu? Kau telah menghancurkan hidup Goat Hua selamanya!"

Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua tertawa. "Bagaimana kau tahu itu?"

Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek menunjuk ke luar seraya menyahut, "Kau dengar nada Pat Liong Thian Im yang porno itu? Kita di sini saja sudah mendengarnya. Walau
sayup-sayup tapi cukup membuat pikiran kita terpengaruh. Mereka berada di bawah gunung, bagaimana mungkin dapat bertahan? Sudah pasti mereka akan melakukan perbuatan keji karena terangsang oleh suara itu!"

Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua tampak acuh tak acuh, bahkan tertawa. "Hehehe! Itu memang bagus sekali! Aku harus berterima-kasih kepada Liok Ci Khim Mo."

Mendengar Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua berkata begitu, Giok Bin Sin Kun sudah tidak dapat bersabar lagi. Langsung dia mengibaskan lengannya, seketika terdengar suara dahsyat menggoncangkan ruang besar itu. Beberapa buah meja berikut mangkok di atasnya terbang melayang ke luar, beberapa orang yang tak sempat menghindar langsung jatuh dari kursinya. Pukulan itu dahsyat bukan main.

Saat melihat pukulan Tong Hong Pek yang begitu dahsyat, Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua juga amat terkejut dalam hati. Hampir dua puluh tahun dia bersusah-payah mempelajari Kitab Iblis peninggalan ayahnya, karena itu wajahnya jadi rusak menakutkan. Juga dikarenakan ingin mempelajari Kitab Iblis, maka dia ribut besar dengan suaminya.

Dia beranggapan, apabila dia berhasil mempelajari Kitab Iblis maka dapat menjagoi rimba persilatan. Kini tak pernah diduga, Pat Liong Thian Im telah lahir kembali. Lagi-pula dilihat dari pukulan Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek ini, kalau dia menggunakan tenaga sepenuhnya, mungkin akan hanya seimbang saja. Seketika dia merasa kecewa sekali, membuatnya jadi gusar bukan kepalang.

Mendadak saja dia berseru keras memuji, "Pukulan yang hebat!"

Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua mundur selangkah, kemudian dengan cepat dia melancarkan sebuah pukulan yang menimbulkan suara menderu-deru dan memekakkan telinga. Beberapa orang yang memiliki lweekang dangkal langsung menutup telinganya. Cit Sat Sin Kun-Tam Sen yang berdiri di situ, seketika jadi kalut melihat mereka berdua mulai bertarung.

"Jangan bertarung!" teriak Cit Sat Sin Kun-Tam Sen.

Kemudian secepat kilat dia mendorong sepasang telapak tangannya ke arah mereka dengan jurus Thian Peng Te Liak (Langit Runtuh Bumi Retak), salah satu jurus ilmu Cit Sat Sin Ciang yang amat dahsyat. Kini tiga tokoh saling bertarung. Sekejap saja sudah terdengar suara benturan yang amat dahsyat, menggetarkan ruangan besar itu. Mereka bertiga adalah jago nomor wahid masa kini, maka dapat dibayangkan betapa dahsyatnya benturan tenaga mereka. Tampak mereka terjajar mundur dua langkah, namun belum ada yang terluka.

Goncangan hebat dalam ruang itu memadamkan lilin-lilin yang semula menerangi sekitar tempat itu. Kemudian terdengar lagi suara gemeretek keras di atas, ternyata atap rumah telah bolong tersambar angin pukulan mereka bertiga hingga sinar bulan langsung menerobos ke dalam.

Liat Hwe Cousu dan si Walet Hijau-Yok Kun Sih terkejut bukan main menyaksikan pertarungan dahsyat itu, sementara itu Sui Cing Siansu segera menyebut dengan suara halus.

"Siancai! Siancai! Pukulan kalian bertiga sungguh hebat. Kini terbukalah mataku, bahwa ilmu silat di kolong langit tiada batasnya. Siancai! Siancai!"

Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek, Cit Sat Sin Kun-Tam Sen, dan Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua sama tercengang kagum menyaksikan kehebatan ilmu mereka itu. Seketika mereka bertiga tersentak. Mereka sadar bahwa gabungan tenaga mereka bertiga amat dahsyat, sebab lweekang yang dilatih Tong Hong Pek mengandung tenaga keras, lweekang Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua mengandung tenaga lunak, sedangkan lweekang yang dilatih Cit Sat Sin Kun-Tam Sen merupakan gabungan tenaga keras dan lunak. Maka jika ketiga macam tenaga itu bergabung, mampu menciptakan suatu tenaga yang sulit untuk ditandingi oleh siapa pun.

Cukup lama mereka tertegun. Kemudian wajah Cit Sat Sin Kun-Tam Sen tampak mulai menyunggingkan senyum. "Adik Cing, saudara Tong Hong! Gabungan tenaga kita bertiga amat dahsyat, itu sungguh di luar dugaan! Mungkin... dapat dimanfaatkan untuk melawan Pat Liong Thian Im!"

Sui Cing Siansu juga menyadari. Ketika terjadi benturan ketiga macam tenaga itu, suara harpa pun tidak terdengar lagi. Itu memang di luar dugaan. Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek dan Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua malah tertawa dingin.

Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua langsung berkata, "Kentut! Untuk apa aku bergabung dengan orang yang tak tahu malu?"

Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek tertawa gelak. "Hahaha! Tahun itu di puncak Sian Jin Hong Bu Yi San, siapa yang membuat Liok Ci Khim Mo kabur?"

Ketika melihat mereka berdua tidak berniat bekerja sama, guguplah hati Cit Sat Sin Kun-Tam Sen. Dan mendadak terdengar suara berdenting ke dalam ruangan besar. Sesaat kemudian suasana hening, tak terdengar suara apa pun lagi.

"Saudara Tong Hong, Adik Cing! Liok Ci Khim Mo sudah berada di bawah gunung. Kini dia telah berhenti memetik Pat Liong Khim itu, mungkin sebentar lagi dia akan ke mari. Kita harus segera berunding!" usul Cit Sat Sin Kun-Tam Sen.

Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua membentak sengit, "Tua bangka, kau jadi orang baik apa?!"

Mendadak sepasang mata Tam Sen menyorot tajam, kemudian menghardik, "Adik Cing! Kau selalu ingin menang sendiri. Kini kau sudah berubah begini, apakah masih belum mau sadar?"

Wajah Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua berubah kemerahan, sehingga wajahnya yang semula sudah buruk semakin menyeramkan saja. "Berubah jadi macam apa?"

"Karena mempelajari Kitab Iblis, kau berubah jadi tidak karuan seperti setan iblis!"

Sebelum Cit Sat Sin Kun-Tam Sen menyelesaikan ucapannya, Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua sudah membentak sengit sambil menerjang ke arahnya. Namun di saat bersamaan, terdengar suara seruan yang amat menyedihkan di luar.

"Ayah!"

Belum hilang suara jeritan itu, tampak sosok bayangan menubruk ke arah Cit Sat Sin Kun-Tam Sen. Gerakan orang itu amat cepat. Suaranya yang amat menyedihkan membuat Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua tertegun dan berhenti mendadak. Namun saat itu pula orang yang baru muncul itu sudah mendekap Cit Sat Sin Kun-Tam Sen.

Semua orang menoleh ke sana, ternyata orang yang mendekap dada Tam Sen tak lain adalah Tam Goat Hua! Rambutnya awut-awutan, dia tak bergerak setelah mendekap di dada Cit Sat Sin Kun-Tam Sen, sepertinya ia telah mengalami sesuatu yang amat menakutkan atau mungkin menyedihkan sekali. Cit Sat Sin Kun-Tam Sen tercengang, karena Tam Goat Hua muncul mendadak dalam keadaan kacau seperti ini.

"Goat Hua, kenapa kau? Goat Hua, kenapa kau?"

Tam Goat Hua tidak menyahut, hanya terus menangis sedih sehingga membuat hati semua orang jadi ikut bersedih. Badan Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek berkelebat, dan dalam sekejap dia sudah berada di hadapan Tam Goat Hua. Perlahan dijulurkan tangannya memegang bahu gadis itu. Begitu Tong Hong Pek memegang bahunya, seketika Tam Goat Hua tersentak seperti terpagut ular. Dia mendongakkan kepala memandangnya, kemudian berteriak-teriak.

"Jangan sentuh aku! Jangan sentuh aku! Cepat pergi!"

Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek tertegun sambil mundur selangkah ketika melihat Tam Goat Hua. Wajah gadis itu pucat pias dan sepasang matanya redup. Kalau dia tidak mengalami suatu pukulan batin yang amat hebat, tidak mungkin wajahnya berubah hebat macam itu.

"Goat Hua, sebetulnya apa yang telah terjadi?" tanya Giok Bin Sin Kun yang tak sabaran melihat gadis itu.

"Jangan panggil aku!"

Gadis itu mundur dua langkah. Matanya jelalatan seakan amat ketakutan. Diliputi kecemasan Tong Hong Pek, Tam Sen, dan Seh Cing Hua maju mendekatinya, namun Tam Goat Hua membentak.

"Siapa pun jangan mendekatiku, biar aku pergi!"

Setelah itu tubuhnya berkelebat menerjang ke luar melewati sisi Cit Sat Sin Kun-Tam Sen. Cit Sat Sin Kun-Tam Sen segera menghentakkan tangannya, mengeluarkan ilmu Hian Bu Sam Na. Tapi terjangan Tam Goat Hua amat cepat, sementara dia sendiri merasa khawatir kalau tenaga sakti Hian Bu Sam Na akan melukai putrinya. Maka dia hanya menggunakan tiga perempat bagian tenaga dalamnya.

“Serrt!”

Cit Sat Sin Kun-Tam Sen hanya berhasil menyambar lengan baju Tam Goat Hua, sedangkan putrinya sudah melesat ke luar. Gadis itu muncul mendadak, pergi pun mendadak pula, dan sikap prilakunya yang aneh membuat semua orang di ruangan itu merasa heran. Cit Sat Sin Kun-Tam Sen dan Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek saling memandang. Ketika mereka hendak melesat untuk mengejar Tam Goat Hua, mendadak terdengar suara seruan keras melengking dari luar bangunan.

"Kakak Goat!"

Tam Goat Hua tak menoleh apalagi menghentikan langkahnya, melainkan terus melesat cepat sekali. Suara seruan tadi amat memelas dan mengharukan, namun Tam Goat Hua seperti tidak menghiraukannya. Cit Sat Sin Kun-Tam Sen dan Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek berhambur ke pintu, namun tidak tampak lagi bayangan Tam Goat Hua, yang tampak hanya Lu Leng.

Pemuda itu berdiri termangu seakan kehilangan sukma. Matanya kosong, memandang ke arah Tam Goat Hua melesat pergi. Kemunculan Tam Sen dan Tong Hong Pek di pintu sama sekali tidak diketahuinya.

Cit Sat Sin Kun-Tam Sen tertegun memandangi Lu Leng yang terpaku. "Anak Leng, sebetulnya apa yang telah terjadi?"

Lu Leng membalikkan badannya, air matanya tampak bercucuran. Mendadak dia berlutut di hadapan kedua orang itu. "Guru! Harap guru turun tangan membunuhku!"

Lu Leng muncul setelah Tam Goat Hua melesat pergi. Dalam hati Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek sudah memahaminya. Betapa sakitnya hati Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek mendapati kenyataan ini. Perlahan dia mengangkat tangannya, kelihatannya ingin membunuh Lu Leng! Karena Lu Leng telah merebut buah hatinya. Dan kalau tidak terjadi halangan macam ini, kini buah hatinya pasti sudah jadi istrinya.

Hidup Tam Goat Hua telah hancur selamanya. Dia sudah tidak punya muka menjumpai Tong Hong Pek, itu sebabnya gadis itu langsung kabur! Rasa sakit dan benci bercampur dalam hati Tong Hong Pek. Ingin rasanya dia menghancur-leburkan apa saja yang ada di sekitar tempat itu. Akan tetapi mendadak dia tersentak sadar, bahwa kejadian ini bukan kesalahan Lu Leng, juga bukan kesalahan Tam Goat Hua.

Oleh karena itu dia pun bertanya dalam hati, itu salah siapa? Salah siapa? Liok Ci Khim Mo atau Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua? Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek menurunkan tangannya, lalu membalikkan badan. Tampak Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua termangu-mangu. Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek tahu, kini Seh Cing Hua sudah menduga hal yang sebenarnya telah terjadi atas putrinya.

Selama puluhan tahun, meski pun mengalami berbagai macam pukulan batin, Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek sama sekali tidak pernah menangis. Namun saat ini entah mengapa, mendadak dia tertawa gelak yang tidak wajar, namun air matanya ikut meleleh membasahi pipi. Usai tertawa dia mengerahkan lweekang-nya, mengangkat Lu Leng. Tentu saja Lu Leng terkejut bukan main.

"Guru! Kenapa Guru tidak turun tangan terhadapku?"

Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek tertawa sedih. "Anak Leng, tiada hubungannya denganmu."

Tong Hong Pek membalikkan badannya lagi, kemudian tertawa aneh seraya berkata, “Tok Ciu Lo Sat, kau sudah menyaksikan itu?"

Suara Tong Hong Pek amat nyaring, namun Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua tetap berdiri mematung. Dia tidak mendengar suara Tong Hong Pek. Sebenarnya hati Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua amat tersiksa, pedih seperti disayat dengan sembilu. Selama ini dia berbuat apa, sama sekali tidak pernah merasa menyesal. Namun saat ini dia menyesal, menyesal yang teramat sangat. Dia membawakan untuk putrinya bukan suatu kebahagiaan, melainkan penderitaan. Seperti apa yang dikatakan Tong Hong Pek tadi, bahwa dia telah menghancurkan hidup Tam Goat Hua.

Hening seketika, semua orang tidak bersuara, begitu pula Tong Hong Pek dan lainnya. Sungguh sepi di ruang besar itu. Namun mendadak Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua berteriak-teriak dengan air mata berlinang.

"Goat Hua! Ibu bersalah! Ibu tidak tahu isi hatimu, ibu bersalah! Ibu tidak baik!"

Sambil berteriak-teriak kesetanan, ia mengangkat sebelah tangannya lalu memukul ubun-ubunnya sendiri dengan sepenuh tenaga. Ternyata ia ingin membunuh diri!

Akan tetapi, Cit Sat Sin Kun-Tam Sen yang berdiri di sebelahnya telah melihat air mukanya berubah begitu aneh. Dia tahu ada yang tidak beres. Maka ketika Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua mengangkat sebelah tangannya, dia bergerak cepat menotok jalan darah Yang Ku Hiat di lengannya.

Pukulan yang dilancarkan Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua pada ubun-ubunnya sendiri memang tepat mengena sasarannya. Namun pukulan itu telah kehilangan tenaga, maka kenekadannya untuk bunuh diri gagal. Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua mendongakkan kepala, Cit Sat Sin Kun-Tam Sen segera maju selangkah.

"Adik Cing!"

Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua juga maju selangkah, kemudian mereka berdua saling berpelukan erat-erat. Pada dasarnya mereka berdua merupakan sepasang suami istri yang saling mencinta, hidup rukun dan bahagia di pulau Hwe Ciau To. Yang membuat mereka ribut besar hingga berpisah adalah gara-gara Kitab Iblis! Ini merupakan kejadian sekitar dua puluh tahun yang lalu.

Waktu itu Tam Goat Hua baru lahir. Tanpa diduga mendadak muncul Mo Liong Seh Sih, ayah Seh Cing Hua di pulau Hwe Ciau To. Dia menyerahkan Kitab Iblis kepada putrinya itu. Setelah itu Mo Liong Seh Sih meninggalkan pulau Hwe Ciau To. Sejak itu tiada kabar beritanya.

Seh Cing Hua membolak-balik Kitab Iblis tersebut. Selain berisi berbagai ilmu silat tingkat tinggi, Kitab Iblis itu memuat juga berbagai macam formasi, tentang binatang beracun, dan lain sebagainya, termasuk membuat berbagai macam obat dan ramuan. Setelah membolak-balik Kitab Iblis, Seh Cing Hua mengambil keputusan dalam hati. Dia akan mempelajarinya. Cit Sat Sin Kun yang saat itu berada bersama Seh Cing Hua, mengetahui keputusan Seh Cing Hua untuk mempelajari Kitab Iblis itu. Dia tahu benar, siapa sesungguhnya yang akan mempelajari kitab itu, sifatnya suatu saat bisa berubah. Dan bisa jadi kelak akan terkena racun yang dibuatnya sendiri.

Maka ketika tahu Seh Cing Hua mengambil keputusan itu, Cit Sat Sin Kun-Tam Sen berusaha mencegah. Akhirnya mereka berdua jadi ribut besar. Setelah itu Seh Cing Hua membawa Kitab Iblis meninggalkan Pulau Hwe Ciau To. Semula Cit Sat Sin Kun-Tam Sen menganggap istrinya akan pulang, namun ternyata tidak. Tam Sen ingin pergi mencarinya, namun putrinya yang baru lahir itu harus diurusi. Maka dia mengurungkan niat mencari istrinya.

Setelah Tam Goat Hua berumur tiga tahun, barulah dia membawa mereka kakak beradik meninggalkan pulau Hwe Ciau To, pergi mencari Seh Cing Hua. Akan tetapi, harus ke mana mencarinya? Cit Sat Sin Kun-Tam Sen membawa kedua anaknya berkecimpung dalam rimba persilatan. Empat tahun lamanya malang melintang di rimba persilatan, tapi tak menemukan isterinya. Tam Sen putus asa, dan akhirnya menetap di suatu tempat. Dia mulai mengajar kedua anaknya dengan ilmu silat, tapi tidak pernah mengungkit tentang ibu mereka.

Hingga tiga tahun lalu, Tam Sen memperoleh berita bahwa Pat Liong Thian Im lahir lagi dalam rimba persilatan, membuatnya berniat menyelamatkan rimba persilatan. Ketika di wilayah Holam bertemu Lu Sin Kong suami isteri pada suatu malam, mendadak dia mendengar suara siulan tiga kali. Begitu mendengar suara siulan itu, dia amat terkejut karena mengenali itu suara siulan isterinya. Maka ketika itu, sebelum usai berbicara dengan Lu Sin Kong suami isteri, dia langsung melesat ke arah suara siulan. Cit Sat Sin Kun-Tam Sen berhasil menemukan sebuah goa, namun tidak bertemu Seh Cing Hua. Dia yakin, selama itu Seh Cing Hua berada di dalam goa tersebut mempelajari Kitab Iblis!

Karena itu, ketika mendengar dari Han Giok Shia dan Lu Leng bahwa seseorang akan pergi menemuinya, dia amat terkejut dalam hati. Akhirnya ketika muncul, Seh Cing Hua sudah berubah menyerupai setan, padahal sebelumnya Seh Cing Hua merupakan wanita yang amat cantik.

Kemunculan Seh Cing Hua untuk menentang Tam Goat Hua menikah dengan Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek, sehingga membuat hubungan mereka semakin retak, sulit akur kembali. Akan tetapi, ketika melihat Seh Cing Hua begitu berduka dan menyesal, bahkan nekad mau bunuh diri, Cit Sat Sin Kun-Tam Sen segera menyelamatkannya. Akhirnya mereka berdua berpeluk-pelukan.

Walau wajahnya sudah rusak tidak karuan dan amat menakutkan, Seh Cing Hua sama sekali tidak merasa menyesal. Dia tiba di Cing Yun Ling Go Bi Pai, justru di saat Tam Goat Hua meninggalkan kamar Lu Leng. Ketika meninggalkan Tam Goat Hua, gadis itu umurnya belum genap satu bulan. Namun begitu melihat Tam Goat Hua, Seh Cing Hua yakin gadis itu adalah putrinya.

Tam Goat Hua mau menikah dengan Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek, hal ini membuat Seh Cing Hua salah paham. Dia mengira putrinya tertekan oleh Tong Hong Pek dan dipaksa oleh suaminya. Oleh karena itu dia mengambil keputusan untuk menggagalkan pernikahan itu demi kebahagiaan putrinya. Lagi-pula Seh Cing Hua menganggap putrinya mencintai Lu Leng, karena melihat putrinya ke kamar Lu Leng di tengah malam. Karena salah paham itu, akhirnya menimbulkan kesalahan yang amat besar.

Malam itu Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua membawa Tam Goat Hua kembali ke kamar untuk memberitahukan tentang identitasnya. Tam Goat Hua ternyata kurang percaya dan beberapa kali ingin mengadakan perlawanan. Namun dia memang bukan lawannya, maka terpaksa membiarkan Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua mengaturnya. Saat itulah muncul Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek dan Lu Leng di luar kamar. Yang menyahut bukan Tam Goat Hua, melainkan Tok Ciu Lo Sat-She Cing Hua! Mereka ibu dan anak memang mirip, bahkan suaranya hampir sama. Maka ketika Tong Hong Pek dan Lu Leng mendengar suara itu, sama sekali tidak bercuriga.

Malam itu juga Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua membawa Tam Goat Hua ke lembah dengan terlebih dahulu menotok jalan darahnya. Ketika Lu Leng sampai di lembah itu, jalan darah Tam Goat Hiia yang ditotok ternyata telah terbuka sendiri, maka saat mengeluarkan helaan nafas panjang, terdengar oleh Lu Leng. Sedangkan Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua segera kembali ke kamar Tam Goat Hua, kemudian dia menaruh semacam obat di semua lilin. Di saat api lilin berubah kehijau-hijauan, Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua memunculkan diri di ruang besar. Semua itu telah diceritakan di atas.

Lama sekali Tam Sen dan Seh Cing Hua saling berpelukan. Setelah mereka melepaskan pelukan masing-masing, Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua mengeluarkan sebuah kedok, lalu dipakainya. Kedok itu dibikin dari kulit peranakan kambing, yang pembuatannya membutuhkan waktu bertahun-tahun. Setelah memakai kedok itu, Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua berubah jadi Tam Goat Hua yang berusia muda, wajahnya yang amat menakutkan itu telah tertutup semua.

Cit Sat Sin Kun-Tam Sen menghela nafas panjang. "Adik Cing, nasi sudah jadi bubur, untuk apa menyesal?"

Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua berkertak gigi. "Walau aku yang bersalah dalam hal ini, tapi Liok Ci Khim Mo yang menimbulkan semua kejadian ini."

Wajah Cit Sat Sin Kun-Tam Sen tampak berseri. "Adik Cing, bersediakah kau bergabung untuk melawan Liok Ci Khim Mo guna menyelamatkan rimba persilatan?"

Tok Ciu Lo Sat- Seh Cing Hua hanya menganggukkan kepala.

Cit Sat Sin Kun-Tam Sen memandang Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek seraya bertanya, "Saudara Tong Hong, bagaimana menurutmu?"

Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek tertawa, "Menyelamatkan rimba persilatan? Ada hubungan apa dengan diriku?" tukasnya masih dengan suara tawa bergelak.

Mendengar itu Cit Sat Sin Kun-Tam Sen jadi terdiam. Diam-diam dia menghela nafas panjang, karena dia tahu bagaimana sifat Tong Hong Pek. Lagi-pula saat ini Tong Hong Pek sedang diliputi rasa sakit hati dan kecewa.

Cit Sat Sin Kun-Tam Sen menatapnya, kemudian berkata perlahan. "Saudara Tong Hong...."

Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek membentak sengit. "Kau jangan bicara lagi!"

Saat itu tampak Lu Leng menghampirinya. Dia mengeluarkan sebuah kotak kecil seraya berkata. "Guru, setelah kejadian itu, Kakak Goat menangis dan menyuruhku mengembalikan kotak kecil ini pada Guru."

Apa isi kotak kecil itu, tentunya Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek mengetahuinya. Itu adalah Soat Hun Cu! Pertama kali bertemu Tam Goat Hua, dia memberikan itu kepada Tam Goat Hua. Tong Hong Pek menjulurkan tangannya mengambil kotak itu, langsung membukanya pula. Tampak sebuah mutiara yang bergemerlapan di dalam kotak kecil itu. Tidak salah, memang Soat Hun Cu! Tong Hong Pek memandang Soat Hun Cu dengan tatapan mata kosong, kecewa dan menyesalkan peristiwa yang menimpa Tam Goat Hua, jantung hatinya.

"Mengembalikan mutiara dengan linangan air mata...," gumamnya sedih.

Seusai bergumam Tong Hong Pek menutup kembali kotak kecil itu, kemudian berkata pada Lu Leng, "Anak Leng, untuk kau saja!"

Lu Leng tidak berani terima, tapi Tong Hong Pek sudah menaruh ke tangannya. Giok Bin Sin Kun tertawa gelak sejenak, kemudian mendadak badannya bergerak, ternyata dia telah melesat pergi.

Cit Sat Sin Kun-Tam Sen segera berseru, "Saudara Tong Hong! Dalam keadaan begini, bagaimana kau pergi begitu saja?"

Tong Hong Pek masih tertawa gelak. Dia sudah melesat sejauh delapan depa. Mendadak Cit Sat Sin Kun-Tam Sen pun melesat mengejarnya, namun telah didahului oleh Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua. Ternyata dia pun melesat mengejar Tong Hong Pek. Seh Cing Hua memiliki ilmu ginkang Tui Yun Niak Uh (Mengejar Awan Melewati Kabut), yang merupakan ilmu ginkang sangat tinggi. Hanya sekejap dia telah berhasil mengejar Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek.

Akan tetapi mendadak Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek bersiul panjang. Ketika dia baru mau melancarkan pukulan ke arah Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua, tiba-tiba tampak dua sosok bayangan berkelebat begitu cepat menuju See Thian Hong itu.

Sekejap kedua sosok bayangan tersebut sudah sampai di situ, lalu berseru lantang, "Bu Lim Ci Cun (Penguasa Rimba persilatan) Liok Ci Khim Mo tiba, semua orang harus berlutut menyambutnya!"

Apa yang di serukan kedua orang itu membuat wajah semua orang di dalam ruang besar itu langsung terkejut. Cit Sat Sin Kun-Tam Sen menoleh ke arah kedua orang itu. Tampak kedua orang itu berusia empat puluhan, salah seorang berwajah tampan.

"Siapa kalian berdua?" tanyanya dengan kening berkerut, penuh rasa curiga.

"Kami berdua Duta Liok Ci Khim Mo!" sahut kedua orang itu serentak.

Seketika Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek menggeram dan langsung menerjang ke arah kedua orang itu. Akan tetapi Cit Sat Sin Kun-Tam Sen cepat mencegahnya.

"Tunggu!"

Melihat Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek menerjang, wajah kedua orang berubah seketika. Mereka menyurut mundur beberapa langkah dengan sikap penuh waspada. "Berani membangkang, ajal kalian tiba!"

Cit Sat Sin Kun-Tam Sen terlambat. Saat itu juga tangan Giok Bin Sin Kun telah mencengkeram leher kedua orang itu. Cit Sat Sin Kun-Tam Sen cepat-cepat berseru karena khawatir.

"Saudara Tong Hong, jangan turun tangan dulu! Harus pikir demi semua orang!"

Hati Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek memang sudah hancur lebur, sebab rencana pernikahannya dengan Tam Goat Hua hancur berantakan. Ditambah pula memikirkan keadaan Tam Goat Hua yang bernasib malang, dan kini telah pergi meninggalkannya. Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek berkepandaian amat tinggi, namun dia tidak pernah memikirkan kepentingan orang kedua. Dia hanya amat mementingkan cinta kasih. Boleh dikatakan dia adalah orang yang betul-betul berperasaan.

Dulu ketika dia gagal mengejar Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua, sehingga menyebabkan batinnya terpukul hebat. Karena itu dia membabi buta sembarangan melukai orang, dan akhirnya diusir dari pintu perguruan. Lalu berangkat ke gunung salju, menyendiri di sana hampir dua puluh tahun. Luka hatinya itu dapat diobati oleh cinta kasih Tam Goat Hua. Hatinya yang telah beku mencair perlahan-lahan. Namun siapa nyana, akhirnya terjadi perubahan yang mengandaskan cintanya.

Perubahan tersebut merupakan suatu pukulan yang jauh lebih hebat dari dua puluh tahun lampau. Dulu dia tidak berhasil memperistri Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua, namun masih sadar bahwa cinta tidak bisa dipaksa untuk menghibur dirinya sendiri. Kini dia tahu Tam Goat Hua amat mencintainya, namun apa hendak dikata petaka telah mengubah segalanya.

Kalau dulu cuma dia seorang diri yang menderita, kini berdua dengan Tam Goat Hua. Tadi dia melihat wajah gadis itu. Kalau tidak mati, selamanya dia pasti hidup menyendiri di suatu tempat, tidak akan memunculkan diri lagi. Oleh karena itu, akibat kedukaannya yang begitu hebat, bisa dimaklumi jika akhirnya membangkitkan sifatnya yang dulu.

"Hehehe! Saudara Tam, kau dan aku mempedulikan semua orang, tapi siapa mempedulikanku?" ujarnya sambil tertawa terkekeh-kekeh.

Cit Sat Sin Kun-Tam Sen amat berduka. Ditatapnya Tong Hong Pek. "Saudara Tong Hong. Orang yang mampu menahan kedukaan, sesungguhnya dialah yang disebut orang gagah!"

Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek mendongakkan kepala sambil tertawa terbahak-bahak. "Hahaha! Hahahaa...," air matanya mengucur, dan begitu tawanya mereda dia berkata, "Saudara Tam, aku tidak mau jadi orang gagah, aku hanya ingin jadi orang biasa...."

Cit Sat Sin Kun-Tam Sen menghela nafas panjang. "Saudara Tong Hong, urusan sudah jadi begini, kau terus membiarkan dukamu juga tiada gunanya!"

Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek tertawa aneh lagi. "Siapa yang berduka? Apakah aku berduka?"

Cit Sat Sin Kun-Tam Sen menyaksikan keadaan Tong Hong Pek seperti sudah memasuki jalan iblis. Bicaranya mirip orang gila, membuat Tam Sen gugup. Kalau kedukaan dalam hatinya menyerang pikirannya sehingga jadi gila, siapa yang mampu mengatasinya? Lagi-pula dalam waktu singkat, Liok Ci Khim Mo akan muncul. Di pihak Cit Sat Sin Kun-Tam Sen hanya ada tiga orang yang harus bergabung melawannya. Seandainya Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek jadi gila mendadak, sudah pasti rimba persilatan tak tertolong lagi!

Karena itu, Cit Sat Sin Kun-Tam Sen segera membentak sengit, "Saudara Tong Hong! Kalau kau jadi tidak karuan, apakah Beng Tu Lo Jin gurumu yang di alam baka dapat tenang? Pikirkan baik-baik!"

Tong Hong Pek sudah ingin melempar kedua orang itu, namun ketika mendengar perkataan Tam Sen itu dia jadi tertegun. Dulu ketika Beng Tu Lo Jin mengusirnya, sesungguhnya dalam hati beliau amat berduka. Meninggalnya orang tua itu boleh dikatakan karena Tong Hong Pek. Walau tiada seorang pun memberitahukannya tentang kematian Beng Tu Lo Jin, namun Tong Hong Pek mengerti dalam hati. Karena itu dalam hati dia merasa amat berdosa terhadap gurunya itu. Maka setelah mendengar perkataan Cit Sat Sin Kun-Tam Sen, dia jadi tertegun. Lama sekali barulah dia menghela nafas panjang.

Cit Sat Sin Kun-Tam Sen langsung menarik nafas lega melihat hal itu. "Saudara Tong Hong, lepaskan dulu kedua orang itu! Mari kita berunding. Kau adalah ketua Go Bi Pai aliran tidak menyucikan diri, apakah kau sampai hati menyaksikan kehancuran Go Bi Pai yang amat terkenal ratusan tahun? Aku tahu hatimu amat berduka, tapi jangan abaikan kepentingan urusan besar ini!"

Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek menghela nafas panjang lagi, kemudian melepaskan kedua orang itu. Dalam cengkeraman tangan Tong Hong Pek, nyawa mereka berdua boleh dikatakan berada di ujung tanduk, sewaktu-waktu bisa melayang. Kini walau Tong Hong Pek telah melepaskan, namun mereka tahu kalau Tong Hong Pek ingin membunuh mereka, dan ini tidaklah sulit dilakukannya. Tidak heran wajah mereka terus berubah tak menentu, dan akhirnya mereka memberanikan diri melesat pergi.

Akan tetapi mendadak Cit Sat Sin Kun-Tam Sen menggerakkan sepasang tangannya menghadang mereka. "Harap kalian berdua tunggu sebentar!"

Kedua orang itu langsung berhenti. Keangkuhan mereka ketika baru tiba tadi entah sirna ke mana. Salah seorang berkata dengan suara bergemetar. "Kami ke mari atas perintah Liok Khim Mo. Kalian... kalian mau bagaimana?"

"Kalian berdua tidak usah takut, aku tidak berniat jahat!"
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar