Harpa Iblis Jari Sakti Chapter 51

Keempat orang itu mengangguk. "Baik, tuan muda. Cepat masuk tapi harus cepat keluar!"

Bukan main girangnya Oey Sim Tit. Akan tetapi ketika dia baru mau melesat ke dalam gudang batu itu, mendadak terdengar suara langkah menyusul terdengar pula suara seruan.

“Marga Siauw bersaudara, ada perintah dari Ci Cun!"

Tertegun Oey Sim Tit dan keempat orang itu. Serentak mereka berpaling, ternyata yang muncul adalah Kiong Bu Hong! Kedudukan Kiong Bu Hong cukup tinggi di istana Ci Cun Kiong. Walau pun keempat orang itu jarang bergaul dengannya, namun juga tidak berani menentangnya.

Salah seorang segera bertanya, "Ada perintah apa dari Ci Cun?"

Kiong Bu Hong tidak segera menyahut, melainkan memandang Oey Sim Tit seraya berkata, "Eh! Ternyata tuan muda juga berada disini!"

Oey Sim Tit cuma manggut-manggut.

Kiong Bu Hong kelihatan terkejut ketika melihat luka di bahu Oey Sim Tit. "Eh? Bahu tuan muda terluka parah, apa gerangan yang telah terjadi?"

Mendengar itu, Siauw Sie Si Kiam tersentak, wajah mereka pun berubah seketika.

Oey Sim Tit menyahut, "Tidak ada apa-apa! Kau kemari ada urusan apa, cepat katakan!"

Kiong Bu Hong tertawa licik seraya berkata, "Ci Cun khawatir Siaw Sie Si Kiam tidak mentaati instruksi Ci Cun, maka ia mengutusku kemari untuk menyampaikan perintahnya, yaitu seandainya tuan muda ingin mendekati gudang batu, juga harus diperlakukan seperti orang biasa!"

Tersentak hati Oey Sim Tit mendengar itu, segera ia bertanya, "Betulkah... ayahku bilang begitu?"

Kiong Bu Hong menyahut, "Kalau pun hamba bernyali juga tidak berani memalsukan perintah Ci Cun!"

Oey Sim Tit tertegun, sedangkan Kiong Bu Hong menjura kepada Siauw Sie Si Kiam, lalu meninggalkan tempat itu.

Keempat orang itu berkata pada Oey Sim Tit, "Tuan muda sudah mendengar sendiri, kan? Siapa yang berani membangkang perintah ayahmu? Kalau tuan muda tidak segera kembali, terpaksa kami turun tangan jahat!"

Oey Sim Tit masih berdiri tertegun dengan wajah tidak mengerti, sebab dia amat menyayangi ayahnya sehingga tidak menyangka ayahnya akan turunkan perintah demikian. Kalau dia berkeras memasuki gudang batu itu, sudah pasti akan mati di bawah pedang Siauw Sie Si Kiam! Ini membuat Oey Sim Tit tidak habis pikir sehingga mulutnya tak mampu mengeluarkan suara. Di saat bersamaan terdengar suara yang amat mendadak.

"Kau sudah mengerti?"

Suara amat mendadak itu membuat Oey Sim Tit tersentak sadar, sedangkan Siauw Sie Si Kiam tampak tertegun. Mereka segera membalikkan badannya, ternyata sudah ada dua orang yang berdiri di situ tanpa sepengetahuan mereka. Salah seorang masih muda dan tampan, seorang lagi mengenakan jubah merah bagaikan api!

Siauw Sie Si Kiam cukup berpengalaman di dunia persilatan. Begitu melihat orang tua yang mengenakan jubah merah, mereka langsung mengenali bahwa orang tua itu adalah Liat Hwe Cousu! Mereka berempat pun tahu betapa lihay dan tingginya kepandaian Liat Hwe Cousu. Kemunculan ketua Hwa San itu, sungguh mengejutkan keempat orang tersebut, hingga wajah mereka berubah tak menentu. Padahal di badan mereka masing-masing terdapat sebatang alat. Asal mengibaskan alat itu ke atas sekuat tenaga, maka akan terlihat semacam kembang api meluncur ke atas. Begitu melihat kembang api itu, Liok Ci Khim Mo pasti segera datang ke tempat itu!

Akan tetapi, saat ini begitu melihat kemunculan Liat Hwe Cousu, mereka berempat jadi tertegun. Jangankan melepaskan tanda itu, bahkan mundur pun tidak dilakukannya. Mereka hanya berdiri terbelalak di tempat, tidak tahu harus berbuat apa! Siapa pemuda yang bersama Liat Hwe Cousu? Ternyata dia adalah Lu Leng, dia pula yang mengeluarkan seruan itu.

Mereka berdua melakukan perjalanan siang dan malam menuju ke istana Ci Cun Kiong, maka begitu cepat sudah tiba di istana tersebut. Mereka berdua masuk ke dalam melalui belakang, kebetulan para jago tangguh istana Ci Cun Kiong belum pulang. Karena itu mereka berdua tidak mendapat halangan apa pun ketika berada di dalam istana Ci Cun Kiong. Mereka berdua pun tidak tahu Tam Goat Hua dan Toan Bok Ang berada di dalam istana tersebut.

Di saat mereka sampai di sekitar gudang batu, kebetulan Oey Sim Tit berada disitu ingin mengambil obat penawar. Begitu melihat Oey Sit Tit bertengkar dengan Siauw Sie Si Kiam, mereka berdua segera bersembunyi. Siauw Sie Si Kiam sedang berhati-hati menghadapi Oey Sim Tit, sehingga tidak mengetahui keberadaan mereka berdua. Ketika Oey Sim Tit bergebrak dengan Siauw Sie Si Kiam, entah berapa kali Lu Leng ingin menerjang ke luar namun dicegah oleh Liat Hwe Cousu.

Sampai saat kemunculan Kiong Bu Hong untuk menyampaikan perintah dari Liok Ci Khim Mo, Lu Leng sudah tidak dapat bersabar lagi. Dia yang mengeluarkan suara bertanya kepada Oey Sim Tit. Akan tetapi pertanyaan itu justru membuat Oey Sim Tit terheran-heran! Dia hanya memanggil Lu Leng, tapi tetap berdiri tak bergerak di tempat, sedangkan Liat Hwe Cousu menengok ke sana ke mari dengan sorot mata tajam. Tidak terlihat adanya orang lain disitu karena tempat itu merupakan tempat terlarang.

Liat Hwe Cousu tertawa, kemudian bertanya, "Lu Leng, kau kenal keempat orang itu?"

Sebelum Lu Leng menjawab, Liat Hwe Cousu sudah memberitahukan, "Keempat orang itu merupakan orang gagah di daerah Ho Pak, mereka berempat adalah Siauw Sie Si Kiam dari Han Yang. Mereka berempat merupakan pendekar yang cukup terkenal!"

Liat Hwe Cousu tidak mencaci keempat orang itu, sebaliknya malah memuji sehingga membuat wajah keempat orang itu berubah kemerah-merahan.

Siauw Lo Si mendehem, lalu berkata, "Liat Hwe Cousu, walau kau berkepandaian tinggi, tapi harus tahu diri karena saat ini berada di dalam istana Ci Cun Kiong!"

Liat Hwe Cousu menyahut, "Betul! Lalu kalian berempat untuk apa berada disini? Hanya sebagai anjing penjaga pintu?"

Wajah Siauw Sie Si Kiam bertambah merah.

Siauw Lo Toa segera berseru, "Cepat lepaskan tanda bahaya!"

Mereka berempat segera merogoh ke luar suatu benda dari dalam baju. Sebelum dikibaskan ke atas, Lu Leng sudah mendengus dingin, sekaligus maju selangkah. Ketika melangkah maju, Lu Leng pun menyerang mereka dengan jurus Si Siang Pik Seng (Empat Penjuru Pasti Tumbuh)! Empat rangkum angin yang menderu-deru mengarah pada lengan keempat orang itu. Betapa dahsyatnya tenaga Kim Kong Sin Ci. Walau kepandaian Siauw Sie Si Kiam amat tinggi, namun mereka sama sekali tidak mengenal Lu Leng, bahkan tidak menduga bahwa pemuda yang berada di hadapan mereka itu memiliki ilmu Kim Kong Sin Ci yang telah lenyap dari dunia persilatan! Karenanya perhatian mereka berempat justru dicurahkan pada Liat Hwe Cousu.

Setelah Lu Leng melancarkan serangan, barulah keempat orang itu merasakan kedahsyatannya. Tapi sudah terlambat! Terdengar suara jeritan saling susul, ternyata lengan mereka sudah terkena sambaran angin serangan itu! Mereka merasakan sakit yang luar biasa pada lengan, bahkan sekujur badan mereka pun menjadi kesemutan. Otomatis benda yang mereka pegang itu terlepas dari tangan.

"Plok! Plok! Plok! Plok!" keempat benda yang menyerupai tabung jatuh ke tanah.

Di saat bersamaan Liat Hwe Cousu pun mengibaskan lengan jubahnya ke arah mereka. Mereka berempat tak sempat menjerit karena jalan darah mereka sudah tertotok oleh kibasan lengan jubah Liat Hwe Cousu! Ketika Lu Leng mencabut golok pusaka, dan baru mau mengayunkannya ke arah Siauw Sie Si Kiam, mendadak Liat Hwe Cousu mengibaskan lengan jubahnya mencegah Lu Leng.

Lu Leng tercengang. "Suhu, mereka adalah sampah dunia persilatan! Apa gunanya membiarkan mereka hidup?"

Liat Hwe Cousu menyahut, "Karena mereka bergabung dengan Liok Ci Khim Mo, justru kita harus membuat mereka mati di tangan Liok Ci Khim Mo!"

Mendengar itu barulah Lu Leng paham akan maksud Liat Hwe Cousu. Sebab keempat orang itu telah melalaikan tugas menjaga tempat itu, sudah pasti Liok Ci Khim Mo tidak akan melepaskan mereka. Lu Leng memandang keempat orang itu sejenak, kemudian membalikkan badannya menghadap Oey Sim Tit seraya bertanya,

"Saudara Oey, kini kau sudah mengerti ?"

Ditanya demikian, Oey Sim Tit justru bertambah tidak mengerti. "Saudara Lu, aku harus mengerti apa?"

Lu Leng menghela nafas. "Aaaakh...," keluhnya sambil menggeleng-gelengkan kepala, “Saudara Oey, apakah kau masih belum mengerti? Kau bersungguh hati untuk menjadi anak berbakti, namun ayahmu itu memperlakukanmu seperti itu. Maka kau harus mengerti dan tahu itu!"

Oey Sim Tit memandang Lu Leng dengan tertegun, kelihatannya masih belum mengerti akan maksud Lu Leng. Berselang beberapa saat, barulah Oey Sim Tit membuka mulut, "Tapi dia... dia adalah ayahku!"

Lu Leng menggeleng-gelengkan kepala sambil menghela nafas.

Oey Sim Tit menatapnya. "Saudara Lu, tadi Kiong Bu Hong melihatku disini. Kalau dia memberitahukan pada ayah, pasti ayah akan segera menuju kemari! Kalian berdua lebih baik cepat-cepat pergi!"

Mendengar perkataan Oey Sim Tit, Liat Hwe Cousu dan Lu Leng tersentak, karena mereka tahu Oey Sim Tit tidak berkata bohong. Bila Kiong Bu Hong memberitahukan pada Liok Ci Khim Mo bahwa Oey Sim Tit berada disini, tentunya Liok Ci Khim Mo akan datang, lantaran khawatir Siauw Sie Si Kiam tidak dapat menghalangi Oey Sim Tit yang ingin memasuki gudang batu.

Mendadak badan Liat Hwe Cousu bergerak, tahu-tahu sudah berada di hadapan Oey Sim Tit. Liat Hwe Cousu membentak dengan suara dalam, "Jangan banyak bicara, cepat serahkan Busur Api itu!"

Air muka Oey Sim Tit langsung berubah. “Tidak bisa!” sahutnya.

Tadi Liat Hwe Cousu melihat Busur Api itu berada di badan Oey Sim Tit, bagaimana dia bisa melepaskannya? Begitu Oey Sim Tit menyahut "Tidak bisa!" Liat Hwe Cousu pun merentangkan sepasang tangannya, langsung memeluknya. Gerakan Liat Hwe Cousu amat aneh, tampak seolah-olah ia menubruk ke arah Oey Sim Tit!

Bukan main terkejutnya Oey Sim Tit. Dia ingin mengerahkan ginkang-nya untuk meloloskan diri, namun ia merasa dirinya ditekan oleh tenaga yang amat kuat di empat penjuru sehingga membuatnya tak mampu mengerahkan ginkang.

Oey Sim Tit berteriak-teriak keras, "Kalau melukaiku, nona Tam pasti celaka!"

Sesungguhnya Lu Leng tidak setuju merebut Busur Api dengan cara kekerasan. Ketika mendengar Oey Sim Tit berkata begitu, hatinya terkejut sekali!

Lu Leng segera berseru, "Suhu! Tunggu!"

Liat Hwe Cousu segera menarik kembali lweekang-nya, namun Oey Sim Tit sudah terdorong ke samping bersandar pada tembok.

Lu Leng segera bertanya, "Saudara Oey, barusan kau bilang nona Tam kenapa?"

Oey Sim Tit menyahut, "Nona Tam dan nona Toan berada di dalam istana ini, kungfu mereka telah musnah!"

Lu Leng tahu Oey Sim Tit tidak pernah berbohong. Ketika mendengar itu, bukan main terkejutnya Lu Leng dan keringat dingin pun mengucur dengan tiba-tiba. "Mereka... tidak apa-apa?"

Oey Sim Tit menjawab, "Sementara ini tidak apa-apa, hanya terkena semacam racun sehingga membuat mereka kehilangan kungfu! Aku kemari justru ingin mengambil obat penawar!"

Lu Leng segera memandang Liat Hwe Cousu seraya berkata, "Suhu cepat lepaskan dia!"

Liat Hwe Cousu menyahut, "Suruh dia serahkan dulu Busur Apinya!"

Oey Sim Tit menggigit bibir, sama sekali tidak bersuara, berselang sesaat barulah berkata, "Kalau memaksaku menyerahkan Busur Api, aku tidak akan perduli apa-apa lagi!" Usai berkata Oey Sim Tit pun mengucurkan air mata.

Lu Leng tahu pemuda buruk rupa itu amat jujur, dan tidak bisa terus menerus mendesak dia. Oleh karena itu Lu Leng segera berkata pada Liat Hwe Cousu, "Suhu, tentang Busur Api lebih baik jangan dibicarakan sekarang, kita harus mengambil obat penawar dulu! Setelah menolong nona Tam dan nona Toan keluar dari istana Ci Cun Kiong, barulah dirundingkan!"

Liat Hwe Cousu tidak setuju, langsung menyahut, "Anak Leng, kesempatan sulit didapatkan lagi!"

Lu Leng segera menjatuhkan diri di hadapan Liat Hwe Cousu, katanya, "Suhu, teecu bermohon pada suhu agar sudi mengabulkannya! Karena teecu banyak berhutang pada mereka berdua, biar bagaimana pun harus menyelamatkan mereka!"

Liat Hwe Cousu menghela nafas panjang, lalu menurunkan sepasang lengannya. Di saat bersamaan Oey Sim Tit pun segera mengerahkan ginkang-nya melesat pergi. Begitu melesat sudah sampai di depan pintu gudang batu, dia berkata pada Lu Leng,

"Saudara Lu, pintu gudang batu ini amat berat, bantulah aku mendorongnya!"

Lu Leng melesat ke depan pintu gudang batu itu, mengerahkan lweekang dan mendorongnya sehingga perlahan-lahan pintu itu terbuka. Sebelum mereka berdua masuk ke dalam, mendadak terdengar dua suara nyaring.

“Ting! Ting!" itu adalah suara harpa! Pada bunyi yang ke dua, nyata bahwa suara itu semakin dekat.

Dugaan mereka tidak meleset. Kiong Bu Hong telah melapor pada Liok Ci Khim Mo bahwa Oey Sim Tit berada disitu, maka Liok Ci Khim Mo segera datang. Liat Hwe Cousu yang berkepandaian tinggi juga tidak terhindar dari rasa kaget, dia berdiri tertegun di tempat!

“Ting!” suara harpa ke tiga kalinya mendengung ke dalam telinga, amat tajam dan nyaring.

Liat Hwe Cousu memandang Siauw Sie Si Kiam yang tergeletak di lantai, mendadak ia bergerak cepat ke arah mereka sekaligus membebaskan totokan mereka. Keempat orang itu langsung meloncat bangun, wajah mereka tampak berseri-seri. Hal ini membuat Lu Leng terheran-heran, sebab di saat yang menegangkan Liat Hwe Cousu malah membebaskan totokan keempat orang itu, entah ada ide apa di dalam hatinya. Ketika Lu Leng ingin bertanya, sudah terdengar suara Liat Hwe Cousu berkata pada Siauw Sie Si Kiam,

"Liok Ci Khim Mo sudah hampir tiba di sini, kami akan bersembunyi di dalam gudang batu! Cepatlah kalian memungut alat yang di lantai, lalu berpura-pura seakan tidak terjadi sesuatu. Mungkin nyawa kalian masih dapat dipertahankan!"

Seusai berkata, tanpa menunggu keempat orang itu mengiyakan, Liat Hwe Cousu sudah melesat kearah pintu gudang batu itu sambil menjulurkan tangannya mendorong Oey Sim Tit dan Lu Leng ke dalam. Setelah berada di dalam, Liat Hwe Cousu pun menutup kembali pintu gudang batu itu. Kini Lu Leng baru tahu maksud Liat Hwe Cousu. Kalau pun mereka keburu meloloskan diri, juga tidak bisa menyelamatkan Tam Goat Hua dan Toan Bok Ang. Oleh karena itu timbul ide dalam hati Liat Hwe Cousu untuk bersembunyi di dalam gudang batu!

Sedangkan Siauw Sie Si Kiam sudah pasti takut dihukum Liok Ci Khim Mo, maka mereka akan berpura-pura tidak terjadi apa-apa disitu. Akan tetapi, bagaimana bila Siauw Sie Si Kiam menceritakan hal yang sebenarnya? Berpikir sampai disitu, Lu Leng menjadi ngeri sendiri. Akhirnya dia bertanya pada Liat Hwe Cousu dengan suara rendah,

"Suhu, apakah Siauw Sie Si Kiam akan menuruti perkataan suhu?"

Wajah Liat Hwe Cousu tampak serius. "ltu tergantung pada keberuntungan!"

Termasuk Oey Sim Tit, mereka bertiga amat tegang dalam hati. Mereka pasang kuping pada pintu gudang batu, mendengar dengan penuh perhatian bagaimana gerak-gerik di luar. Terdengar lagi dua kali suara harpa, persis berada di depan pintu gudang batu itu. Di saat bersamaan terdengar pula suara Siauw Sie Si Kiam,

"Hamba sekalian menyambut kedatangan Bu Lim Ci Cun!"

Liat Hwe Cousu, Lu Leng dan Oey Sim Tit dapat mendengar suara keempat orang itu agak tidak wajar karena masih gemetar. Namun Siauw Si Sie Kiam tidak memberi-tahukan bahwa mereka bertiga berada di dalam gudang batu, yang membuat mereka agak berlega hati.

Terdengar suara Liok Ci Khim Mo, "Tadi Kiong Bu Hong memberitahukan, bahwa tuan muda berada disini! Tapi dia kok tidak kelihatan di sini?"

Mendengar itu Liat Hwe Cousu, Lu Leng dan Oey Sim Tit langsung merasa tegang kembali. Terdengar suara batuk Siauw Sie Si Kiam, kemudian salah seorang menyahut perlahan,

"Tadi tuan muda memang berada disini, namun sudah diusir oleh hamba berempat!"

Liok Ci Khim Mo manggut-manggut. "Ng! Kalian berempat menjaga disini, tanggung-jawab kalian amat berat sekali! Apabila terjadi sesuatu, itu merupakan tanggung jawab kalian!"

Siauw Sie Si Kiam menyahut serentak, "Ya!"

Menyusul terdengar lagi suara harpa. “Ting! Ting! Ting! Ting!" makin lama makin jauh, pertanda Liok Ci Khim Mo meninggalkan tempat itu.

Liat Hwe Cousu, Lu Leng dan Oey Sim Tit menarik nafas lega. Di saat bersamaan tampak pintu gudang batu itu terbuka perlahan-lahan. Siauw Sie Sie Kiam menerobos ke dalam, lalu menutup kembali pintu gudang batu itu. Wajah mereka berempat pucat pias, badan pun masih gemetaran!

Liat Hwe Cousu memandang mereka berempat seraya berkata, "Terima-kasih atas ucapan kalian tadi kepada Liok Ci Khim Mo! Kalian berempat memang cerdik!"

Dengan tertawa getir Siauw Lo Si menyahut, "Cepat atau lambat Liok Ci Khim Mo pasti akan tahu kehilangan di dalam gudang batu ini. Mohon cousu memberi petunjuk pada kami, bagaimana caranya agar kami dapat meloloskan diri?"

Liat Hwe Cousu tertawa. "Di dalam gudang batu ini terdapat begitu banyak benda mustika rimba persilatan. Kalian berempat boleh mengambil suatu benda, lalu cepat-cepat kabur!"

Siauw Lo Si berkata, "Walau kami kabur ke mana saja, tetap tidak akan selamat!"

Liat Hwe Cousu berkata, "Kalian boleh menuju ke pantai, kabur ke seberang lautan! Liok Ci Khim Mo tidak akan mengejar kalian sampai ke seberang lautan, hanya saja saat kalian menuju ke pantai harus berhati-hati!"

Siauw Lo Si menghela nafas panjang. "Terima-kasih atas petunjuk cousu!"

Siauw Sie Si Kiam mengambil beberapa macam benda mustika. Menyaksikan itu Liat Hwe Cousu dan Lu Leng tertawa dalam hati. Penjaga yang mencuri benda mustika, apabila hal ini diketahui Liok Ci Khim Mo, entah bagaimana Liok Ci Khim Mo melampiaskan kemarahannya!

Mereka bertiga mulai memperhatikan gudang batu itu. Di atas sebuah meja terdapat belasan kotak besar dan kecil. Oey Sim Tit terus memperhatikan kotak-kotak itu, kemudian mengambil sebuah kotak kecil berwarna merah. Sementara Siauw Sie Si Kiam juga telah mengambil beberapa macam benda mustika yang ada di dalam gudang batu itu. Mereka berempat segera meninggalkan gudang batu tersebut.

Oey Sim Tit berkata, "Saudara Lu, aku akan berikan obat penawar ini kepada nona Tam dan nona Toan! Maukah kalian menunggu mereka berdua di belakang istana?"

Lu Leng berpikir, kalau dia juga ikut, itu sangat berbahaya sekali! Ketika dia baru mau mengangguk mendadak Liat Hwe Cousu berkata,

"Tunggu! Bagaimana dengan Busur Api itu?"

Mendengar itu badan Oey Sim Tit segera bergerak cepat laksana kilat, melesat pergi bagaikan segulung asap. Liat Hwe Cousu juga bergerak cepat, namun tetap tidak berhasil menyambarnya! Sekejap Oey Sim Tit sudah tidak kelihatan bayangannya.

Lu Leng segera berkata, "Suhu, setelah Goat Hua dan Toan Bok Ang lolos dari bahaya, barulah membicarakan tentang Busur Api itu!"

Liat Hwe Cousu menatap Lu Leng, kemudian berkata perlahan, "Anak Leng, selama ini aku tidak pernah mendengar perkataan orang lain. Kini entah apa sebabnya, aku merasa tidak tega menolak perkataanmu itu!" Liat Hwe Cousu berhenti sejenak, lalu menambahkan, "Kelak dirimu akan menjadi ketua Go Bi dan Hwa San, asal tidak mengentengkan Hwa San, aku sudah merasa puas sekali!"

Lu Leng segera menyahut, "Teecu juga adalah murid Hwa San Pay, sudah pasti tidak akan pilih kasih. Teecu berjanji!"

Liat Hwe Cousu manggut-manggut tidak bicara apa-apa lagi, mereka berdua lalu melesat pergi menuju ke belakang istana.

Setelah meninggalkan gudang batu, Oey Sim Tit langsung menuju ke kamar Tam Goat Hua dan Toan Bok Ang. Sebelum sampai di kamar itu, mendadak terdengar suara orang memanggilnya dari belakang.

"Tuan muda, harap berhenti!"

Oey Sim Tit menoleh, ternyata orang yang memanggilnya adalah Kiong Bu Hong! Oey Sim Tit tersentak sebab dia tahu Kiong Bu Hong amat licik dan licin, urusan apa pun dapat dilaksanakannya! Oey Sim Tit segera berkata, "Aku masih punya urusan lain!"

Kiong Bu Hong menghampirinya, memberi hormat seraya berkata, "Selamat bahagia, tuan muda!"

Oey Sim Tit tahu maksud dan tujuan ucapan itu, yaitu tentang pernikahannya dengan Tam Goat Hua. Ia tertawa paksa sambil manggut-manggut.

Kiong Bu Hong berkata lagi, "Bahu tuan muda terluka parah, apakah itu perbuatan Siauw Sie Si Kiam?"

Oey Sim Tit menyahut ketus tanpa berlaku sungkan-sungkan lagi, "Aku sudah bilang urusanku, apakah kau tidak dengar?"

Kiong Bu Hong tertawa licik, tawa yang amat menjijikkan. "Maaf, Ci Cun mengutusku mencari tuan muda. Tuan muda harus segera pergi menemui beliau."

Mendengar itu hati Oey Sim Tit langsung berdebar-debar tegang, Ia bertanya dengan kening berkerut, "Ada urusan apa ayah mencariku? Beri-tahukan padanya, sebentar lagi aku akan pergi menemuinya!"

Kiong Bu Hong berkata, "Ada urusan apa Ci Cun mencari tuan muda, hamba sama sekali tidak tahu! Ci Cun hanya berpesan, begitu bertemu harus langsung ajak tuan muda pergi menemui beliau, tidak boleh membuang waktu sedikit pun!" Kiong Bu Hong tahu Oey Sim Tit bersifat lemah, maka nada perkataannya agak menekan pemuda itu.

Oey Sim Tit tertegun beberapa saat. Di dalam bajunya ia menyimpan obat penawar, apabila ayahnya tahu dirinya pasti celaka! Oleh karena itu dia berdiri termangu-mangu di tempat, tidak tahu harus bagaimana cara menolak ajakan Kiong Bu Hong! Dia menundukkan kepala perlahan-lahan, setelah melihat pakaiannya tersobek sana sini, langsung berkata,

"Kalau harus segera pergi menemui ayahku tunggulah aku ganti pakaian dulu!"

Kiong Bu Hong tetap tersenyum licik. "ltu tidak perlu!"

Sambil menyahut Kiong Bu Hong pun melepaskan jubah luarnya, sekaligus dipakaikannya pada badan Oey Sim Tit. Apa boleh buat, Oey Sim Tit terpaksa mengikutinya ke aula besar. Tak berapa lama mereka sudah sampai di pintu aula. Tampak Kim Kut Lau berdiri disitu.

Begitu melihat Oey Sim Tit, Kim Kut Lau segera memberi hormat seraya berkata, "Silakan, tuan muda!"

Kim Kut Lau membuka pintu aula. Kiong Bu Hong juga ingin ikut masuk, namun Kim Kut Lau segera menjulurkan tangannya menghalangi Kiong Bu Hong masuk. Ia berkata dingin, "Kiong Bu Hong, apakah kau tidak tahu peraturan? Sebelum ada perintah dari Ci Cun, bagaimana kau boleh masuk ke dalam?"

Diam-diam Kiong Bu Hong mencaci dalam hati, namun tidak tersirat pada wajahnya. "Ya! Ya!" katanya.

Kiong Bu Hong membalikkan badan, langsung berjalan pergi! Beberapa langkah kemudian Kiong Bu Hong tampak semakin gusar, katanya dalam hati, "Padahal di dalam istana Ci Cun Kiong, walau kedudukan Empat Aula dan Empat Tancu sederajat, namun dengan suatu akal licik, aku bisa berada di atas mereka, bahkan mereka pun harus mendengar perkataanku! Tapi sejak kedatangan Kim Kut Lau, justru kedudukannya berada diatasku! Lagi-pula kepandaiannya amat tinggi, kalau ingin merebut kedudukan tinggi, terlebih dahulu harus melenyapkan Kim Kut Lau!"

Kiong Bu Hong berjalan pergi sambil berpikir, sebaliknya Kim Kut Lau justru tidak tahu apa yang sedang dipikirkannya.

Sementara itu Oey Sim Tit sudah memasuki aula besar. Dia berjalan menuju ke arah sebuah pintu. Ketika Oey Sim Tit baru sampai di depan pintu itu sudah terdengar suara dari dalam.

"Sim Tit, ya?"

Oey Sim Tit menyahut, "Ya, ayah!"

Liok Ci Khim Mo berkata, "Masuklah!"

Oey Sim Tit mendengar suara Liok Ci Khim Mo bernada gusar yang membuat hatinya berdebar-debar. Perlahan-lahan ia mendorong pintu itu, lalu masuk ke dalam. Tampak Liok Ci Khim Mo duduk bersila di dalam ruang itu.

Oey Sim Tit memanggil, "Ayah!"

Liok Ci Khim Mo mendengus, kemudian menyahut, "Sim Tit, mau apa kau ke gudang batu?"

Ditanya secara langsung Oey Sim Tit jadi gugup, ia berkata tergagap-gagap. "Aku... aku...."

Liok Ci Khim Mo menatapnya dengan dingin. "Kau ke sana ingin mengambil obat penawar untuk Tam Goat Hua dan Toan Bok Ang! Ya, kan?"

Mendengar pertanyaan ayahnya Oey Sim Tit semakin tegang dan berkeringat dingin. "Aku...."

Namun Liok Ci Khim Mo langsung menyela, "Sim Tit, kini dia masih belum memberi jawaban yang positif mengenai perjodohan itu. Setelah kalian jadi suami isteri, pasti aku akan memberikan obat penawar agar kungfunya pulih seperti semula! Sekarang kau tidak boleh mendekati gudang batu itu, sebab aku sudah turunkan perintah ke sana!"

Oey Sim Tit manggut-manggut seraya tangannya memegang erat-erat jubah luar pemberian Kiong Bu Hong agar Liok Ci Khim Mo tidak melihat luka di bahunya. Kalau Liok Ci Khim Mo menanyakan keadaannya, ia pasti mengalami kesulitan untuk memberikan penjelasan.

Liok Ci Khim Mo berkata lagi, "Setelah kau menikah, kita masih harus meninggalkan istana dan pergi ke berbagai tempat. Siapa yang tidak tunduk padaku, harus mampus di bawah Pat Liong Thian Im-ku!"

Oey Sim Tit diam saja.

Berselang sesaat, Liok Ci Khim Mo mengibaskan tangannya. "Pergilah!"

Oey Sim Tit tidak berani mengucapkan apa pun, buru-buru ia meninggalkan ruangan itu. Sesampai di luar baru dia merogoh ke dalam bajunya, ternyata kotak kecil yang berisi obat penawar masih berada di dalam bajunya. Ia menarik nafas lega dan segera menuju ke kamar Tam Goat Hua. Tak lama kemudian ia sudah sampai di depan pintu kamar itu. Tampak Kiong Bu Hong melesat melewatinya, namun Oey Sim Tit sama sekali tidak memperdulikannya. Dia menjulurkan tangannya mengetuk pintu kamar.

Terdengar suara sahutan Tam Goat Hua yang amat dingin dari dalam, "Siapa?"

Oey Sim Tit segera menyahut, "Aku!"

Lama sekali baru terdengar suara sahutan, "Masuklah!"

Oey Sim Tit mendorong pintu masuk ke dalam. Tam Goat Hua dan Toan Bong Ang duduk dekat meja.

Wajah Tam Goat Hua tampak dingin, tanyanya, "Sudah memperoleh obat penawar itu?"

Oey Sim Tit segera berkata, "Jangan bicara keras-keras, nona Tam!"

Toan Bok Ang tertawa dingin. "Kau adalah putra Bu Lim Ci Cun, masih takut pada siapa?"

Oey Sim Tit menghela nafas panjang, kemudian memberitahukan, "Aku sudah memperoleh obat penawar!"

Tam Goat Hua menjulurkan tangannya, "Masih belum mau memberikannya kepadaku?"

Oey Sim Tit merogoh ke dalam bajunya, seketika mulutnya ternganga lebar, wajah pun pucat pias dan tampak keringat sebesar kacang hijau merembes keluar dari keningnya. Ketika Oey Sim Tit meninggalkan ruang ayahnya, kotak kecil yang berisi obat penawar masih berada di dalam bajunya, tapi sekarang kotak itu hilang entah kemana! Betapa terkejutnya Oey Sim Tit.

Ketika melihat perubahan pada air muka Oey Sim Tit, Tam Goat Hua segera bertanya, "Ada apa?"

Saking gugupnya Oey Sim Tit nyaris menangis dan menyahut terputus-putus, "Obat penawar itu... telah hilang!"

Tam Goat Hua juga terkejut. Dia tahu Oey Sim Tit tidak akan membohonginya. Bila dia bilang hilang, pasti sudah hilang. Hal ini membuat Tam Goat Hua jadi ikut gugup dan panik. "Aaaah! Mengapa kau tidak berhati-hati?"

Oey Sim Tit diam, namun keringat dingin terus mengucur.

Toan Bok Ang berkata, "Kakak Tam, mungkinkah dia mempermainkan kita?"

Tam Goat Hua menggeleng-gelengkan kepala. "ltu tidak mungkin!"

Di saat bersamaan mendadak terdengar suara ketukan di pintu. Mereka bertiga tersentak.

Tam Goat Hua segera bertanya, "Siapa?"

Terdengar suara tawa licik, menyusul terdengar suara orang menyahut, "Nona Tam, aku mencari tuan muda!"

Tam Goat Hua bertanya pada Oey Sim Tit, "Siapa yang di luar itu?"

Oey Sim Tit mengenali suara itu, yang tidak lain adalah suara Kiong Bu Hong! Mendadak dia teringat, ketika dirinya berada di depan pintu kamar ini Kong Bu Hong melesat melewati dirinya, pasti dia yang mencuri kotak kecil tersebut! Oey Sim Tit tidak menyahut. Cepat-cepat ia membalikkan badannya untuk membuka pintu seraya membentak,

"Cepat kembalikan padaku!"

Kiong Bu Hong tertawa, ia segera masuk ke dalam dan sekaligus menutup kembali pintu kamar itu. Ia berkata dengan suara setengah berbisik, "Tuan muda jangan berteriak keras-keras. Kalau terdengar orang lain, bisa celaka lho!"

Oey Sim Tit bertanya, "Obat penawar yang di dalam kotak kecil itu apakah ada padamu? Cepat kembalikan padaku!"

King Bu Hong pura-pura tercengang. Ia mengeluarkan suara terkejut, lalu menyahut, "Ihh! Aku memang memungut sebuah kotak kecil dan aku ingin memberikannya kepada Ci Cun...."

Oey Sim Tit segera berkata, "Jangan serahkan kepada ayahku!"

Kiong Bu Hong menggeleng-gelengkan kepalanya sambil berkata, "Tuan muda, kalau sampai hal ini diketahui oleh Ci Cun bukankah tidak baik?"

Oey Sim Tit tampak gugup sekali, tidak tahu harus berbuat apa! Lain sekali dengan Tam Goat Hua. Begitu melihat Kiong Bu Hong, dia sudah tahu bila orang itu amat licik dan banyak akal busuk. Tindakannya pasti mengandung suatu maksud tertentu.

Tam Goat Hua bertanya dengan dingin, "Kau mau apa?"

Kiong Bu Hong buru-buru memberi hormat pada Tam Goat Hua seraya berkata, "Nona Tam adalah gadis yang penuh pengertian, aku hanya menghendaki tuan muda melakukan sesuatu!"

Tam Goat Hua bertanya dengan kening berkerut, "Melakukan apa?"

Kiong Bu Hong nyaris memberitahukan, tapi kemudian dia berpikir bahwa urusan ini sama sekali tidak boleh diberitahukan pada Tam Goat Hua. Apabila gadis itu tahu maka urusan bisa menjadi kacau. Oleh karena itu cepat-cepat ia berkata, "Maaf, tentang itu hanya boleh kuberitahukan kepada tuan muda!"

Tam Goat Hua mengerutkan kening. Orang itu berkepandaian tinggi dan amat licik, harus dihabiskan! Namun sementara ini Tam Goat Hua tidak mampu melakukannya, dia cuma berkata dengan dingin, "Kalau begitu, silakan memberitahukan pada tuan muda saja!"

Kiong Bu Hong tertawa-tawa, kemudian berkata pada Oey Sim Tit, "Harap tuan muda ikut aku ke luar sebentar, aku ingin bicara!"

Oey Sim Tit sedang memburu waktu, maka cepat-cepat ia mengikuti Kiong Bu Hong ke luar. Di dalam kamar, hati Tam Goat Hua dan Toan Bok Ang berdebar-debar tegang karena tidak tahu Kiong Bu Hong bicara apa pada Oey Sim Tit. Berselang beberapa saat tampak Oey Sim Tit berjalan ke dalam kamar dengan kepala tertunduk, sedangkan tangannya membawa sebuah kotak kecil.

Toan Bok Ang yang tidak sabaran segera bertanya, "Tuan Muda Oey, dia menghendakimu melakukan apa?"

Oey Sim Tit tidak menyahut karena Kiong Bu Hong sudah berpesan, ia tidak boleh memberitahukan pada Tam Goat Hua dan Toan Bok Ang. Ia hanya dapat berkata apa adanya dengan perlahan-lahan, "Dia... dia melarangku memberitahukan pada kalian!"

Tam Goat Hua menatap Oey Sim Tit sambil menggeleng-gelengkan kepalanya dan berpikir, ternyata di dunia ini masih ada orang yang sedemikian lemah dan bajik! Walau berada di dalam istana Ci Cun Kiong, namun masih tetap dihina dan ditindas orang! Tam Goat Hua balik berpikir lagi, seandainya Oey Sim Tit tidak sedemikian lemah dan bajik, mungkin mereka semua sudah mati di bawah Pat Liong Thian Im! Gadis itu tahu, apabila terus bertanya pasti akan menyulitkan Oey Sim Tit. Dia menjulurkan tangannya untuk mengambil kotak kecil itu, membuka penutupnya sekaligus menuang ke luar beberapa butir obat.

Oey Sim Tit segera memberitahukan, "Satu orang cukup sebutir saja!"

Tam Goat Hua mengangguk. Dia segera memberi Toan Bok Ang sebutir obat penawar. Mereka berdua lalu menelan obat penawar tersebut.

Oey Sim Tit berkata lagi, "Setengah jam kemudian, kungfu kalian pasti pulih! Saudara Lu berada di belakang istana menunggu kalian!"

Tersentak hati Tam Goat Hua dan Toan Bok Ang mendengar itu. Tanpa sadar Tam Goat Hua melepaskan kotak kecil yang digenggamnya sehingga terjatuh ke bawah.

Oey Sim Tit tertegun, lalu menambahkan, "Saudara Lu bersama Liat Hwe Cousu sedang menunggu kalian berdua di belakang istana! Kalian ke sana, pasti bertemu mereka!"

Badan Tam Goat Hua dan Toan Bok Ang tampak gemetar, hati mereka amat risau justru karena kedatangan Lu Leng! Ternyata mereka berdua sudah mengambil keputusan, biar bagaimana pun tidak mau bertemu Lu Leng selama-lamanya! Sudah lama Tam Goat Hua mengambil keputusan tersebut, sedangkan Toan Bok Ang sejak mengetahui Lu Leng tidak mencintainya, barulah ia mengambil keputusan tersebut! Seandainya bertemu lagi dengan Lu Leng, entah apa pula yang akan terjadi!

Setelah tertegun beberapa saat barulah Tam Goat Hua berkata, "Kami sudah tahu itu, cepatlah kau pergi!"

Oey Sim Tit terus menatap Tam Goat Hua lekat-lekat, setelah itu menghela nafas panjang dan berjalan pergi meninggalkan kamar itu dengan kepala tertunduk. Tam Goat Hua dan Toan Bok Ang duduk bersila menghimpun hawa murni, setengah jam kemudian, terhimpunlah hawa murni mereka sehingga kungfu mereka pun pulih kembali seperti sedia kala!

Tam Goat Hua bangkit duluan, dia membuka sedikit pintu kamar sambil menengok ke luar. Tidak tampak siapa pun di koridor, sunyi sepi. Dia segera melambaikan tangannya pada Toan Bok Ang seraya berkata dengan suara rendah, "Adik Toan, mari kita pergi!"

Toan Bok Ang bertanya dengan suara agak bergetar, "Kakak Tam, apakah kita... akan ke belakang istana?"

Tam Goat Hua balik bertanya, "Bagaimana menurutmu?"

Toan Bok Ang menghela nafas perlahan. "Kakak Tam, aku tidak mau menemuinya! Selama-lamanya aku tidak mau menemuinya!"

Tam Goat Hua juga menghela nafas panjang. "Kalau begitu, kita harus berusaha menerjang ke luar dari depan!"

Toan Bok Ang manggut-manggut.

Mereka berdua hanya berpikir agar tidak bertemu Lu Leng, sehingga tidak memikirkan kesulitan yang akan dihadapi bila menerjang ke luar dari depan. Sedangkan Oey Sim Tit tetap mengira mereka akan ke belakang istana untuk menemui Lu Leng, maka ia segera mengatur agar para penjaga di belakang meninggalkan tempat masing-masing. Apabila Tam Goat Hua dan Toan Bok Ang menuju ke belakang istana, niscaya mereka akan sampai dengan selamat tanpa kesulitan apa pun. Akan tetapi mereka berdua justru ingin menerjang ke luar dari depan!

Setelah mengambil keputusan, mereka berdua lalu berjalan ke luar meninggalkan kamar itu. Mereka melewati sebuah koridor, kemudian membelok ke arah kiri langsung menuju ke arah selatan. Berselang beberapa saat mereka berdua sudah sampai di sebidang tanah kosong. Ketika mereka baru mau menuju ke depan, mendadak berkelebat sesosok bayangan ke hadapan mereka seraya membentak.

"Mau kemana, Goat Hua?"

Tam Goat Hua menatap orang itu, ternyata Hek Sin Kun adanya. Gadis itu pun menengok kesana kemari, terlihat sekitar dua puluh orang bersembunyi di sudut rumah. Tam Goat Hua berusaha berlaku setenang mungkin dengan menjawab perlahan lahan. "Aku ingin jalan-jalan sebentar, apakah tidak boleh?"

Hek Sin Kun berkata, "Goat Hua, kau sudah hampir jadi pengantin, tidak baik berkeluyuran!"

Ketika mendengar Hek Sin Kun berkata begitu, sepasang mata Tam Goat Hua langsung berapi-api. Rasanya ingin sekali membunuh Hek Sin Kun dengan sekali pukul! Namun ia tidak berani berlaku ayal-ayalan. Karena tahu kepandaian Hek Sin Kun amat tinggi, maka dia menekan hawa kegusarannya seraya berkata, "Kalau aku jadi pengantin, bukankah kau akan jadi paman pula?"

Hek Sin Kun tertawa puas. "Hahaha! Itu berkat kau, lho!"

Tam Goat Hua berkata, "Kalau begitu, mengapa sekarang kau menghadang di sini? Tentunya kau tahu kungfuku telah musnah, apakah masih takut aku akan kabur?"

Hek Sin Kun menyahut terputus-putus, "Ini... lebih baik dilaporkan dulu pada Ci Cun, barulah kalian boleh jalan-jalan!"

Diam-diam Tam Goat Hua melirik Toan Bok Ang, sekaligus menyentuh lengannya perlahan-lahan. Toan Bok Ang segera melirik ke arahnya, tampak jari tangan Tam Goat Hua menunjuk ke depan. Toan Bok Ang tahu, Tam Goat Hua menyuruhnya menerjang ke luar duluan. Karena itu tangan gadis itu pun diarahkan pada senjata Sian Tian Sin So, lalu mendadak melesat ke depan!

Betapa terkejutnya Hek Sin Kun. Ia segera membalikkan badannya seraya berseru sekeras-kerasnya, "Nona Toan! Mau ke mana...?!"

Saking terkejut melihat Toan Bok Ang melesat pergi, Hek Sin Kun melupakan keberadaan Tam Goat Hua di sisinya. Ketika melihat Hek Sin Kun membalikkan badannya, gadis itu pun tidak menyia-nyiakan kesempatan tersebut, langsung membokongnya dengan sebuah pukulan yang dahsyat dengan menggunakan hampir sembilan bagian tenaga. Mendadak ia teringat bahwa biar bagaimana pun Hek Sin Kun adalah pamannya, maka buru-buru ia menarik kembali dua bagian tenaganya. Walau begitu pukulan yang dilancarkan Tam Goat Hua tetap dahsyat.

Pendengaran Hek Sin Kun amat tajam. Ketika Tam Goat Hua melancarkan pukulan tersebut, dia sudah tahu ada ketidak-beresan di belakangnya! Akan tetapi pukulan yang dilancarkan Tam Goat Hua amat cepat, sehingga membuat Hek Sin Kun tidak bisa berkelit dan membuat Hek Sin Kun terpaksa menangkis dengan telapak tangannya yang mendadak menjadi mengkilap, mengarah pada dada gadis itu dengan pukulan ilmu Hek Sah Ciang (Telapak Pasir Hitam)-nya yang sama-sama dahsyat.

"Blaam!"

Pukulan yang dilancarkan Tam Goat Hua berhasil menghantam punggung Hek Sin Kun, sedangkan pukulan yang dilancarkan Hek Sin Kun pun mendarat di dada Tam Goat Hua, hanya saja Hek Sin Kun terkena pukulan duluan, membuat hawa murninya tak terhimpun. Karena itu pukulannya yang mendarat di dada Tam Goat Hua sudah tak bertenaga sama sekali! Setelah berhasil menghantam punggung Hek Sin Kun, Tam Goat Hua pun tidak berhenti, langsung menerjang ke arah Hek Sin Kun! Terjangan itu membuat Hek Sin Kun terpental beberapa depa, lalu roboh tak bangun lagi dengan mulut yang mengeluarkan darah, pertanda bahwa ia sudah terluka.

Semua itu terjadi beberapa saat setelah Toan Bok Ang menerjang ke luar. Begitu menerjang ke luar, di sudut rumah meloncat ke luar dua orang. Toan Bok Ang langsung menyerang dengan senjata Sian Tian Sin So menggunakan jurus Tian Kong Ciau Ciau (Kilat Bergemerlapan). Di saat bersamaan Tam Goat Hua pun sudah tiba disitu. Tanpa banyak bicara dia pun menyerang kedua orang itu dengan jurus Thian Pheng Te Liak (Langit Runtuh Bumi Retak). Terdengar suara rantainya menderu-deru mengarah kedua orang itu.

Kedua orang itu sedang bertarung seimbang dengan Toan Bok Ang, namun diserang mendadak oleh Tam Goat Hua, membuat mereka jadi sibuk sekali dan kacau. Salah seorang tidak keburu berkelit, maka terhantam oleh rantai. Badannya terpental membentur tembok, roboh dengan mulut mengeluarkan darah dan nyawa pun melayang seketika. Seorang lagi ingin melarikan diri, namun Toan Bok Ang sudah menggerakkan senjatanya ke arah kepala orang itu. Ujung senjata Sian Tian Sin So menancap di kepala orang tersebut. Toan Bok Ang langsung menyentak senjatanya hingga badan orang itu tersentak beberapa depa jauhnya dengan nafas yang seketika putus.

Walau mereka berhasil melukai Hek Sin Kun dan kedua orang itu, namun di saat bersamaan telah muncul dua puluh orang lebih mengurung mereka.

Tam Goat Hua segera berkata, "Cepat! Kalau Liok Ci Khim Mo muncul, sudah tidak keburu!"

Mereka berdua lalu menerjang. Tam Goat Hua menggunakan ilmu pukulan Cit San Sit Ciang membuka jalan, sedangkan sepasang rantai di lengannya meliuk-liuk ke sana ke mari bagaikan sepasang naga hitam! Toan Bok Ang juga menggerakkan senjata Sian Tian Sin So, tampak cahaya putih bergemerlapan bagaikan kilat yang menyambar-nyambar ke sana ke mari! Mereka berdua terus menerjang ke luar. Terdengar suara jeritan di sana-sini, siapa yang berani menghadang, pasti mati diujung senjata mereka!

Berselang beberapa saat mereka berdua sudah berada di sekitar pintu besar istana Ci Cun Kiong! Ternyata yang menghadang semakin banyak, bahkan di depan pintu besar sudah berbaris delapan orang menjaga di situ. Tam Goat Hua tahu, saat ini Liok Ci Khim Mo pasti sudah tahu akan kejadian ini dan sewaktu-waktu dapat muncul untuk menangkap mereka kembali. Oleh karena itu, tanpa banyak berpikir lagi mereka berdua langsung menerjang ke arah para penjaga itu sekaligus melancarkan tiga buah pukulan.

Tapi orang-orang itu justru mundur selangkah, membentak serentak sambil mengibaskan tangan. Tampak suatu benda melayang ke atas dari tangan mereka, warnanya agak kehitam-hitaman. Tam Goat Hua dan Toan Bok Ang mendongakkan kepala memandang ke atas. Barulah mereka melihat jelas, benda-benda hitam itu ternyata adalah jala besar yang merosot ke arah mereka! Mereka berdua ingin menghindar, namun terjangan mereka tadi amat kencang sehingga sulit untuk menghentikannya. Mereka berdua pun jadi nekat, terus menerjang ke depan!

Apa boleh buat, delapan orang itu terpaksa mundur selangkah. Jala yang seharusnya merosot ke atas kepala mereka berdua, kini malah merosot ke bawah di hadapan mereka! Begitu menubruk jala itu, Tam Goat Hua cepat-cepat menggerakkan sepasang rantainya! Akan tetapi betapa kagetnya dia, karena tenaganya seolah-olah musnah, apalagi ketika ia melihat Toan Bok Ang pun mengalami nasib yang sama. Di saat bersamaan jala lain sudah merosot ke bawah menutupi badan mereka! Mereka masih ingin mencelat ke atas, tapi tidak berhasil.

Tam Goat Hua menghela nafas panjang seraya berkata, "Adik Toan, kita sulit meloloskan diri!"

Ketika Toan Bok Ang baru mau menyahut, mendadak terdengar suara bentakan yang mengguntur! Betapa dahsyatnya suara bentakan itu. Walau Tam Goat Hua dan Toan Bok Ang memiliki lweekang tinggi, tapi mereka berdua masih tidak tahan akan suara bentakan itu.

"Bum! Bum!" menyusul terdengar pula suara sepertinya suara tembok roboh ke bawah!

Bersamaan itu Tam Goat Hua dan Toan Bok Ang merasa diri mereka terangkat ke atas bersama jala yang menutupi badan mereka. Mereka berdua sama sekali tidak tahu apa yang telah terjadi, juga tidak tahu siapa yang membawa mereka pergi. Mereka tidak dapat bergerak lantaran tertutup oleh jala itu, bahkan juga tidak bisa meronta, membuat mereka pasrah diri! Orang yang membawa jala itu larinya amat cepat sekali.

Pada waktu bersamaan terdengar pula suara harpa terus berbunyi, “Ting! Tung! Ting! Tung!"

Barulah Tam Goat Hua menyadari bahwa suara bentakan tadi adalah suara Liat Hwe Cousu yang masih mendengung di dalam telinganya. Kini mereka pun semakin jauh, suara bentakan itu sudah tidak begitu menyakitkan telinga mereka lagi. Akan tetapi suara harpa itu justru amat mengejutkan, menggetarkan hati mereka berdua! Dan mereka pun merasa bahwa langkah orang yang membawa mereka pergi makin lama makin perlahan. Suara harpa itu pun kian menjauh, kemudian tak terdengar sama sekali. Barulah mereka berdua merasa berhenti, lalu ditaruh ke bawah.

Toan Bok Ang segera menggunakan senjata Sian Tian Sin So merobek jala yang menutupi badan mereka. Berselang sesaat barulah jala itu berlubang. Mereka berdua segera meloncat ke luar, seketika juga mereka berdua terbelalak. Di hadapan mereka berdiri seorang pemuda yang tidak lain adalah Lu Leng, dia berdiri tertegun di tempat. Lu Leng berdiri membelakangi mereka, menghadap ke arah istana Ci Cun Kiong. Kini mereka sudah berada di luar gunung Tiong Tian San, berjarak tujuh delapan mil dari istana itu.

Lu Leng terus berdiri disitu, sama sekali tidak bergerak. Hari sudah mulai senja, matahari senja menyorot wajahnya. Tampak di wajahnya tersirat akan kepedihan hatinya. Tangannya memegang sebuah kantong sutera, bibirnya bergetar dan mata terus mengucurkan air mata, namun badannya sama sekali tidak bergerak! Tam Goat Hua dan Toan Bok Ang sudah keluar dari jala, tapi Lu Leng seolah-olah tidak menyadarinya. Kedua gadis itu menatapnya sejenak, berbagai perasaan membaur dalam hati.

Berselang sesaat Tam Goat Hua menghela nafas lalu berkata, "Mari kita pergi!"

Sepasang mata Toan Bok Ang telah basah. Ketika mendengar itu, dia hanya manggut-manggut. Mereka berdua tidak mau mengganggu Lu Leng, dengan perlahan-lahan mereka melangkah pergi. Akan tetapi beberapa langkah kemudian mendadak Tam Goat Hua menghentikan langkahnya, wajahnya tampak berubah pucat pias.

Ternyata ketika mereka baru berjalan beberapa langkah, terdengar Lu Leng bergumam, "Suhu! Suhu! Aku... aku pasti... menuntut balas dendammu!"

Mengenai Lu Leng berguru pada Liat Hwe Cousu, Tam Goat Hua tidak mengetahuinya. Ketika Lu Leng bergumam menyebut "Suhu”, gadis itu pun menganggap Lu Leng menyebut Tong Hong Pek, yang mana Lu Leng ingin menuntut balas dendamnya! Tadi di istana Ci Cun Kiong terdengar suara bentakan yang mengguntur, tidak dapat dibedakan suara bentakan siapa itu. Walau Tam Goat Hua menduga itu adalah suara bentakan Liat Hwe Cousu, tapi tidak begitu berani memastikannya.

Karena mendengar dari Oey Sim Tit bahwa Liat Hwe Cousu bersama Lu Leng, maka Tam Goat Hua menduga itu adalah suara bentakan Liat Hwe Cousu. Tetapi tadi Lu Leng bergumam memanggil "Suhu”. Karena panggilan itu, Tam Goat Hua teringat pada Tong Hong Pek! Tam Goat Hua berdiri termangu-mangu di tempat, beberapa saat kemudian barulah dia membalikkan badannya.

Melihat Tam Goat Hua membalikkan badan, Toan Bok Ang pun ikut membalikkan badannya. Tampak Lu Leng masih berdiri disitu menghadap ke arah istana Ci Cun Kiong, tidak bergerak sama sekali.

Dada Tam Goat Hua turun naik dengan air mata berderai-derai, lama sekali barulah ia bertanya, "Adik Leng, dia... dia sudah mati?"

Lu Leng menundukkan kepala, menyahut pertanyaan. "Dia... dia menggunakan lweekang puluhan tahun, mengeluarkan suara bentakan yang mengguntur... merobohkan kedua tembok di istana Ci Cun Kiong! Kalau tidak bertemu Pat Liong Thian Im, dia... dia pun akan binasa kehabisan hawa murni. Sekarang... dia... dia pasti sudah mati!"

Mendengar itu, Tam Goat Hua tetap menganggap orang itu adalah Tong Hong Pek. Dia menangis terisak-isak seraya berteriak-teriak, "Kanda Pek! Kanda Pek! Aku datang, kau jangan mati dulu! Tunggu! Aku ingin melihatmu untuk yang terakhir kali!"

Usai berteriak, Tam Goat Hua langsung melesat pergi! Lu Leng tertegun. Dia segera menjulurkan tangannya menyambar, namun ia hanya menyambar tempat kosong. Lu Leng segera mengerahkan ginkang-nya, melesat ke hadapan Tam Goat Hua seraya bertanya,

"Kakak Goat, barusan kau bilang apa?"

Tam Goat Hua mendongakkan kepala, tampak air matanya berderai-derai. Ia menyahut perlahan-lahan, "Adik Leng, dia... dia sudah mati. Aku... aku mau jadi apa?"

Lu Leng menarik nafas dalam-dalam, kemudian memberitahukan dengan air mata berlinang-linang, "Tadi yang menyelamatkan kita tanpa memperdulikan nyawanya sendiri adalah insu (guru yang budiman) Liat Hwe Cousu!"

Tam Goat Hua tertegun mendengar itu. Tanyanya dengan mata terbelalak, "Ading Leng, apa katamu?"

Lu Leng menghela nafas panjang, sahutnya, "Aku sudah berguru pada Liat Hwe Cousu! Aaaah! Setelah Liok Ci Khim Mo dibasmi, aku akan tinggal selamanya di gunung Hwa San untuk membalas budi pertolongan guru!"

Tam Goat Hua terbelalak mendengar itu, lama sekali baru ia bertanya, "Kalau begitu, bagaimana dia?" Yang dimaksudkan "Dia" adalah Tong Hong Pek!

Lu Leng memberitahukan, “Tong Hong Suhu pergi mencari jejak Tiat Sin Ong!"

Sesungguhnya Tam Goat Hua sudah ingin melesat pergi, namun ketika mendengar nama Tiat Sin Ong disebut-sebut, ia langsung berhenti. Sementara air mata Lu Leng terus berderai, membasahi kantong sutera yang masih ada dalam genggamannya. Tam Goat Hua melirik ke arah kantong sutera itu. Tampak beberapa huruf tertera disitu, yakni ‘llmu Silat Rahasia Hwa San, Berjumlah Tujuh Macam’.

Saat ini Toan Bok Ang juga sudah mendekatinya. Ia menundukkan kepala seraya bertanya, "Yang menyelamatkan kita... adalah Liat Hwe Cousu?"

Lu Leng manggut-manggut. "Ya! Dia yang menyelamatkan kita, namun dia sendiri... akhirnya celaka!"

Sambil berkata air mata Lu Leng pun terus bercucuran, hatinya pedih sekali teringat akan kejadian tadi. Ternyata setelah Liat Hwe Cousu dan Lu Leng berhasil meninggalkan gudang batu, mereka berdua tiba di belakang istana. Mereka menunggu Tam Goat Hua dan Toan Bok Ang di belakang sebuah batu besar. Akan tetapi setelah menunggu beberapa lama, yang ditunggu-tunggu tidak muncul juga. Akhirnya Lu Leng yang sudah mulai tidak sabar ingin segera memasuki istana Ci Cun Kiong, tetapi keburu dicegah oleh Liat Hwe Cousu.

Berselang beberapa saat kemudian terdengar suara yang riuh gemuruh. Suara itu amat mengejutkan Liat Hwe Cousu dan Lu Leng, dan mereka segera berjaga-jaga serta waspada. Di saat bersamaan tampak sesosok bayangan melesat ke arah mereka. Ternyata Oey Sim Tit adanya. Begitu melihat kemunculan pemuda itu, Lu Leng segera maju selangkah seraya bertanya,

"Ada urusan apa?"

Ketika bertanya demikian, sekujur badan Lu Leng sudah bergetar karena melihat nafas Oey Sim Tit yang memburu serta wajah pucat pias, pertanda telah terjadi sesuatu yang tak diinginkan. Oey Sim Tit tidak menyahut, sebaliknya malah menangis.
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar